Anda di halaman 1dari 19

Sebaran Tanah Masam

 Tanah masam (acid soils) adalah tanah-tanah yang


memiliki pH rendah (agak masam hingga sangat
masam atau <6,5), baik berupa lahan kering
(upland) maupun lahan basah (wetland).

 Umumnya tanah masam tersebar di kawasan iklim


tropika basah dengan curah hujan tinggi (1.500 –
3.000 mm/tahun) seperti Indonesia, Brazil, Afrika
Tengah Barat, Malaysia,Thailand, Banglades, Papua
Newgini, dll.

 Indonesia, memiliki tanah masam yang cukup luas,


sebagian besar tersebar di berbagai pulau, yaitu :


POTENSI TANAH MASAM

• Potensi tanah masam dapat berupa :


 Lahan kering (upland) : Ultisol, Oxisol, Spodosol, sebagian Inceptisol,
Alfisol, dan Andisol

 Lahan basah (wetland/lowland)


- Tanah gambut (histosol)
- Tanah sulfat masam (sulfaquent, Sulfaquept)
- Tanah rawa lainnya.

 Jenis tanah Podsolik (setara Ultisol,Alfisol, Inceptisol) merupakan tanah


masam yang terluas (47,5 juta ha), sedangkan urutan kedua ditempati
oleh Organosol atau Histosol (24 juta ha) selebihnya adalah Aluvial
(Entisol) dan Latosol (Oxisol, Inceptisol) (18 juta ha)(Suprapto, 2002).
 Aluvial dan Latosol umumnya telah digunakan sebagai lahan
pertanian. yang masih dapat dikembangkan adalah jenis tanah
Podsolik (PMK) & tanah Organosol (gambut, sulfat masam).
 Tanah Podsolik (terutama ordo Ultisol) dan Organosol merupakan

tanah masam yang berdasarkan luas/penyebarannya masih cukup


berpotensi untuk dikembangkan sebagai areal pertanian tetapi
dihadapkan pada sejumlah persoalan.Karena kedua lahan tersebut
lahan marginal.
Lahan marginal: lahan sub-optimum ang potensial untuk pertanian
baik untuk tanaman kebun, hutan, ataupun pangan. Secara alami
kesuburan tanah marginal ini tergolong rendah yang ditunjukkan
oleh pH, ketersediaan hara, KB yang rendah (Suharta, 2010)
PENYEBAB KEMASAMAN TANAH
Tanah Mineral
 Curah hujan tinggi

 Pencucian basa-basa (CaO, MgO, Na2O, K2O, dll)

 Pemekatan Al dan Fe (Residual)(Al2O3, Fe2O3, SiO2 & Alumino-silika)

 Pelapukan Al dari mineral Alumino-silikat)(membebskan Al+++)

 Al dijerap oleh Koloid tanah

 Hidrolisis Al menyumbangkan H+ (Al+++ Tanah Mineral

 TANAH MENJADI MASAM


PENYEBAB KEMASAMAN TANAH
 Kemasaman tanah juga disebabkan oleh :
- Asam-asam yang berasal dari dekomposisi bahan organik &
anorganik, seperti asam karbonat (H2CO3)
- H2SO4 dan HNO3 dari aktivitas organisme dan pelapukan bahan
organik
- Oksidasi mineral pirit
- Reaksi dari pupuk seperti urea, fosfat, dan ZA

Contoh reaksi Pupuk Urea :


CO(NH2)2 + 2 H2O ----> (NH4)2CO3
(NH4)2CO3 ----> 2 NH4+ + CO3=
2 NH4+ + 3O2 ----> 2 HNO2 + 2H+ + 2H2O
2 NHO2+ + ----> 2 NO- + 2H+
Tanah Organik, kemasaman tanahnya bisa disebabkan oleh :
- Asam-asam yang berasal dari dekomposisi Bahan Organik dan
- Oksidasi mineral pirit
- Reaksi dari pupuk yang diberikan
SIFAT KEMASAMAN TANAH
Kemasaman Tanah dibedakan atas :
a. Kemasaman Aktual (Aktif)
Kemasaman ini ditunjukkan oleh kepekatan ion H+
dalam larutan tanah
b. Kemasaman Potensial (Cadangan)
Kemasaman ini ditunjukkan oleh kepekatan ion H+ yang
terjerap pada kompleks koloid yang selalu menyumbangkan
ion tersebut ke dalam larutan tanah.

Hubungan tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut :

Ion H terjerap koloid <==> Ion H dalam larutan tanah


(kemasaman potensial/cadangan) (kemasaman aktual/aktif).
Kemasaman potensial lebih berbahaya karena hidrolisis Al dapat
meningkatkan konsentrasi Al dalam larutan tanah sehingga
mengganggu pertumbuhan tanaman.

Hidrolisis ini biasanya akan terjadi jika pH tanah < 5,5,


sedangkan pada pH > 5,5 Al3+ akan mengendap menjadi
Al(OH)3
Untuk menetralkan Al3+ (Al dapat ditukar = Al-dd) dapat
dilakukan dengan pengapuran (liming).
PROBLEMA KEMASAMAN TANAH
Pada dasarnya kemasaman tanah tidak menjadi masalah jika digunakan
asas adaptasi yaitu menanam tanaman yang toleran terhadap reaksi
yang masam. Tetapi bagi tanaman yang tidak toleran seperti antara
lain: padi gogo, jagung, kedelai,tomat, leguminosa, dan cabai akan
menjadi masalah yang serius.
Mengingat sebagian besar lahan yang tersedia bereaksi masam, maka
masalah kemasaman tanah ini perlu ditangani dengan sungguh-
sungguh.

Problema dan Pengaruh Kemasaman Tanah :


1. Kelarutan Al yang tinggi sehingga meracuni tanaman (masalah utama)
2. Kelarutan Mn dan Fe yang cukup tinggi
3. Ketersediaan P yang sangat rendah karena diikat oleh Fe dan Al
4. Kekahatan Mo, N, dan S
5. Penambatan N oleh Rhizobium terhambat
6. Ketersediaan unsur basa (K, Ca, dan Mg) rendah
7. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Rendah
KERACUNAAN ALUMINIUM PADA
TANAMAN
 Keracunan pada tanaman dapat ditinjau dari
aspek :

 Fisiologi, yaitu gangguan proses fisiologi pada


tanaman

 morfologis, yaitu berkurangnya potensi tumbuh


dan atau komponen produksi dari satu tanaman
atau rusaknya bagian tanaman.
Akibat keracunan Al :
1. Gangguan metabolisme seperti heksosa
fosfat pada proses respirasi
2. Menghambat translokasi P dan unsur hara
lainnya ke bagian atas
3. Menghambat pembelahan sel
4. Pertumbuhan akar pendek-pendek bahkan
sistem perakaran akan rusak
5. Menghambat penyerapan hara oleh tanaman
seperti P, Ca, K, Mn, Fe, dan Cu (Lee, 1971,
Chandler & Silva, 1979).
PENGAPURAN (LIMING)
Pengapuran yaitu pemberian kapur ke dalam tanah untuk memperbaiki kesuburan
tanah baik sifat-sifat fisika, kimia, maupun biologi tanah (pengertian umum).

Secara khusus, pengapuran adalah pemberian kapur untuk menetralisir kemasaman


tanah.

Tujuan pengapuran :
1. Menaikkan pH tanah (di wilayah tropika)
Misalnya pH dinaikkan hingga 6,5 atau 7
2. Menetralkan Al-dd (di wilayah tropika)
misalnya : pemberian kapur didasarkan pada Al-dd
3. Menyediakan hara Ca dan atau Mg bagi tanaman
misalnya pemberian dolomit (Ca,Mg(CO3)2).
4. Memperbaiki sifat-sifat fisika tanah, karena kapur dianggap sebagai agen
penyemen agregat (cementing agent).
5. Merangsang aktivitas mikroorganisme.
BAHAN DAN MUTU KAPUR
MACAM-MACAM BAHAN KAPUR :
1. Kapur karbonat (kapur dari batu kapur, sehingga perlu digiling terlebih dahulu)
Misalnya : - kalsit (CaCO3)
- dolomit Ca,Mg(CO3)2

2. Kapur oksida (kapur yang diperoleh dari hasil pembakaran batu kapur)
Misalnya : tepung kapur (CaO)

3. Kapur hidroksida (kapur yang diperoleh dengan menambah air pada kapur
bakar). Misalnya : kapur tembok Ca(OH)2
4. Kapur silikat (kapur yang mengandung silikat)
Misalnya : kapur silikat (CaSiO3).
5. Kapur sulfat (kapur yang mengandung sulfat)
Misalnya : gips (CaSO4)
6. Kapur fosfat (kapur yang mengandung fosfat)
Misalnya : batuan fosfat (Ca3(PO4)2

Mutu kapur tergantung pada : jenis kapur, tingkat kehalusan, dan pengaruhnya
pada tanah.

13
PENENTUAN KEBUTUHAN KAPUR
Metode Penentuan Kebutuhan Kapur :
1. Metode titrasi asam basa
Mentitrasi sampel tanah dengan larutan basa standar dan menentukan
jumlah basa yang dibutuhkan untuk menaikkan pH ke satu nilai tertentu.
Misalnya : 1 me basa setara 2,25 ton CaCO3 murni.
2. Metode larutan penyangga (bufer solution methods)
Misalnya :
Setiap penurunan pH 0,1 dari pH semula penyangga disetarakan dengan 1
ton CaCO3/ha.
3. Metode Al dapat ditukar (Al-dd)
kebutuhan kapur didasarkan pada tingkat netralitas Al-dd yang diinginkan.
Al-dd diekstrak dengan 1N KCl.
Misalnya : 50 % ~ 0,5 x Al-dd
100 % ~ 1,0 x Al-dd, dst.
standar kapur : 1,5 me Al ~ 1,5 me Ca yang setara dengan 1.50 – 1,65 ton
CaCO3/ha
3. Metode Sanchez & salinas (1981)
Mempertimbangkan toleransi tanaman terhadap Al.
PENENTUAN KEBUTUHAN KAPUR BERDASARKAN Al-dd

 Diketahui: tanah permukaan (20 cm lapisan olah)


mengandung Al-dd 1 cmol/kg. Berat tanah 20 cm
lapisan olah = 2.000.000 kg/ha (bulk density 1 g/cc)
 Pertanyaan: bila kebutuhan kapur ditetapkan 1,5 x
Al-dd, berapa ton/ha kapur murni (CaCO3)
diperlukan? (BA: Ca = 40; C = 12; O = 16; CaCO3 =
100)
 Jawab: kebutuhan kapur = 1,5 x Al-dd, artinya:
 diperlukan Ca = 1,5 x 1 cmol/kg
 = 1,5 x 40/2 mg/100 g
 = 30 mg/100 g
 = 300 mg/1000g
 = 300 mg/kg
 = 300 mg/kg x 2.000.000 kg
 = 600.000.000 mg
 Ca = 600 kg
 Jadi kapur CaCO3 yang diperlukan:
 100/40 x 600 kg = 1.500 kg/ha
 = 1,5 ton/ha.
 Dengan cara ini maka didapat: kebutuhan kapur 2 x
Al-dd = 2 x 1 ton/ha = 2 ton/ha; kebutuhan kapur
2,5 x Al-dd = 2,5 x 1 ton/ha = 2,5 ton/ha, dan
sebagainya.

 Bila tanah mempunyai bulk density lebih besar,


misalnya 1,5 g/cc, maka berat tanah 20 cm lapisan
olah menjadi 3.000.000 kg/ha. Dengan demikian
perhitungan kebutuhan kapur harus didasarkan pada
berat tanah 3.000.000 kg/ha tersebut.
DAMPAK PENGAPURAN
DAMPAK POSITIF :
Aspek kimia tanah :
- Menurunkan kandungan Al tertukar (Al-dd)
- Menurunkan kelarutan Mn dan Fe
- Meningkatkan ketersediaan Ca, Mg, K. dan N
- Meningkatkan ketersediaan P, Mo dan S
- Meningkatkan KTK tanah
- Meningkatkan pH tanah masam
Aspek Fisika Tanah :
- Merangsang perbaikan struktur tanah/agregat tanah
Aspek Biologi Tanah :
- Merangsang pertumbuhan organisme tanah
- Merangsang perombakan/mineralisasi bahan organik dan hara tanaman
- Meningkatkan aktivitas penambatan N baik simbiotik maupun non-simbiotik.
DAMPAK NEGATIF :
Pemberian berlebihan dapat berpengaruh buruk pada tanah dan lingkungan, antara
lain :
- Dapat meningkatkan pencucian hara kation selain Ca
- Menurunkan peran Fe-oksida dalam stabilitas agregat
- Menurunkan ketersediaan hara mikro
- Mempercepat kehabisan bahan organik tanah
- Meningkat jumlah muatan positif karena sebagian besar bahan kapur
mempunyai ZPC (Zero Point of Charge) tinggi.
 PR
 Diketahui: tanah permukaan (20 cm lapisan
olah) mengandung Al-dd 1 cmol/kg. Berat
tanah 20 cm lapisan olah = 3.000.000 kg/ha
(bulk density 1,5 g/cc)
 Pertanyaan: bila kebutuhan kapur ditetapkan
1,8xAl-dd, 1,2xAl-dd dan 2xAl-dd berapa
ton/ha kapur murni (CaCO3) diperlukan? (BA:
Ca = 40; C = 12; O = 16; CaCO3 = 100)

Anda mungkin juga menyukai