Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nabillah Azzahra

Nim : 134190186
Mata Kuliah : Mekanisasi Pertanian A
Dosen Pengampu : Ir. Sugeng Priyanto, M.P

UAS_Mektan 2021_Kelas A_ Nabillah Azzahra_ 134190186

I. Soal uraian
1. A
 Reaper (windrower), prinsip kerjanya hanya memotong dan merebahkan hasil
potongan dalam alur, atau collection type reaper yang memotong dan
mengumpulkannya. Bila dilengkapi dengan rangka pengumpul, alat ini dapat
digunakan untuk mengumpulkan padi dalam dua tarikan pemotongan. Jika padi
ditanam pada baris yang teratur, kinerja alat ini adalah 1,5 hingga 2 kali
sabit.Karena cara pemakaiannya sambil berdiri, maka kelelahan kerja menjadi
lebih ringan dibandingkan dengan menggunakan sabit. Mata pisau dapat
dipergunakan untuk memanen sekitar 0,1 ha tanpa harus diasah.
 Binder, prinsip kerjanya yaitu mesin yang memotong dan mengikat. Binder bisa
memiliki bagian pemotong untuk satu hingga empat alur tanam, tetapi jenis binder
dengan dua alur (lebar potong sekitar 50 cm) lebih populer. Semua binder
memiliki enjin sendiri (self propelled). Padi yang telah dipotong akan langsung
diikat menjadi 1 hinga 2 kg ikatan dankemudian direbahkan ke satu sisi yang
sama. Binder juga dilengkapi dengan alat pengangkat padi, yang dipergunakan
untuk menggangkat padi yang lebah sebelum dipotong.
 Stripper
Mesin untuk memanen padi dg cara menyisir tegakkan batang padi, melepaskan
biji padi dari malainya dan menyalurkan ke bak penampung bagian belakang
mesin & meninggalkan jeraminya di lapangan
 Combine harvester/ rice combine, prinsip kerja mesin yaitu memotong,
merontokkan, dan mengemaskan padi . Dengan demikian waktu pemanen lebih
singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak
membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan
tradisional.

B. Atas dasar sumber letak tenaga combine dibagi 2:


1). Self propelled machine : motor jadi satu dengan combine
2) Tractor drawn : sumber tenaga dari traktor

2. A.
Pedal thresher adalah mesin perontok padi yang mempunyai konstruksi sederhana
yang dapat dibuat sendiri oleh petani dan dapat dioperasikan hanya oleh satu orang.
Pedal thresher bukan digolongkan sebagai alat mesin karena komponen alatnya
sederhana. Alat ini dapat dibuat dari bahan-bahan bekas, sehingga menghemat biaya
produksi. Apabila Jerami dipotong, panjang perontokkan dilakukan secara “Hold On”
yakni jerami tetap dipegang tangan saat perontokkan sehingga jerami sisa menjadi
utuh dan dapat disusun secara rapi untuk keperluan lainnya. alasan menggunakan
metode hold on adalah ketika proses perontokan metode hold on dapat meminimalisir
gabah yang tercecer dan terbuang secara percuma, sehingga hasil yang diperoleh lebih
banyak dari pada metode throw in, dan dengan metode hold on dapat meminimalisir
waktu pemanenan

B.
Cara memperlakukan padi untuk bisa di “hold on”, Agar dapat menggunakan metode
hold on dalam pengaplikasian threser pada saat pemanenan, padi harus dipotong
dengan metode potong panjang lalu pada waktu memanen yaitu pada saat perontokan
padi dipegang, bagian malai diumpankan pada bagian atas silinder perontok yang
berputar. Untuk menggerakan atau memutar silinder perontok pedal dan silinder
perontok dapat dihubungkan dengan tiga cara yaitu:
a) System rantai atau gear speda (free whell) dan pegasnya menggunakan karet.
b) Mengunakan system engkol dan tanpa pegas dengan dengan pedal dan silinder
perontok dihubungkan dengan tuas atau tangkai engkol dari besi kntruksi (besi beton)
c) System gear dan tanpa karet dimana pedal terhubung dengan gear melalui besi
poros dan gear kedua langsung terhubung dangan ke silinder perontok.
Pada umumnya thresher tidak memiliki unit pemisah (separator ) maupun unit
pembersih.

3. A.
Mengeringkan gabah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Secara alamiah
Pengeringan secara alami yaitu dengan menjemur atau mengangin-anginkan,
dilakukan dengan cara : pengeringan di atas lantai (lamporan), pengeringan di atas
rak, pengeringan dengan ikatan-ikatan ditumpuk, pengeringan dengan ikatan-
ikatan yang diberdirikan. Penjemuran gabah pada lantai jemur (lamporan) adalah
cara pengeringan gabah secara alami yang praktis, murah, sederhana dan umum
digunakan oleh para petani. Lamporan pada umumnya dibuat dari semen,
permukaannya agak miring dan bergelombang dengan maksud agar air tidak
menggenang, mudah dikeringkan dan permukaannya menjadi lebih luas.
 Pengeringan buatan/mekanis (dryer)
Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila penjemuran
dengan matahari tidak dapat dilakukan. Secara garis besar pengeringan buatan
dibagi dalam Bed Drying dan Continuous Drying yang umumnya dengan
menggunakan tenaga mekanis. Kelebihannya : suhu udara dapat dikendalikan, tak
tergantung cuaca, waktu yang digunakan singkat, tenaga kerja sedikit.
Kekurangannya : biaya awal tinggi, biaya penggunaan mahal & perlu pengawasan
intensif

B.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua golongan yaitu faktor yang
berhubungan dengan udara pengering dan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan
yang dikeringkan. Faktor-faktor yang termasuk golongan pertama adalah suhu,
kecepatan volumetric, aliran udara pengering dan kelembaban udara. Faktor-faktor yang
termasuk golongan kedua adalah ukuran bahan, kadar air awal dan tekanan parsial di
dalam bahan. Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air.
Apabila kelembaban udara tinggi, maka perbedaan tekanan uap air di dalam dan di luar
bahan menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan uap air dari dalam bahan
keluar.
4. A.
 Husker/ Huller : berfungsi mengupas kulit gabah. huller termasuk disk atau cono
huller yang menggunakan disk berputar abrasif untuk mengeluarkan sekam
terlebih dahulu sebelum meneruskan bijinya ke penggulung berbentuk kerucut
yang memolesnya untuk membuat nasi putih , ini dilakukan berulang kali karena
sisi lain dari nasi yang melingkar tidak. dikupas. Rol karet dapat digunakan untuk
mengurangi kerusakan biji-bijian, sehingga meningkatkan hasil beras kepala
kualitas terbaik , tetapi rol karet cenderung membutuhkan penggantian yang
sering, yang dapat menjadi kerugian yang signifikan.
 Polisher : penyosoh/ pemutih (1 pass,2 pass). Beras pecah kulit yang diumpankan
ke dalam mesin ini didorong memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak
rata dan pada bagian dalamnya terdapat silinder lain yang lebih kecil dan
mempunyai permukaan luar yang tidak rata serta berlubang-lubang. Beras pecah
kulit akan berdesakan dan bergesekan dengan permukaan silinder yang tidak rata
sehingga lapisan kulit arinya (aleuron) yang berwarna kecoklatan terkikis. Kulit
ari yang terkikis ini menjadi serbuk dedak yang dapat menempel pada permukaan
beras dan juga permukaan dinding silinder, sehingga dapat menurunkan kapasitas
penyosohan

B.
Di dalam Rice Milling Plant sesungguhnya terdapat bagian mesin yaitu:
 Paddy Cleaner : berfungsi memisahkan gabah dari kotoran dan benda
asing lainnnya.
 Husker/ Huller : berfungsi mengupas kulit gabah.
 Separator : memisahkan antara gabah dengan beras pecah kulit (BPK).
 De-Stoner : memisahkan antar batu dg BPK.
 Polisher : penyosoh/ pemutih (1 pass,2 pass)
 Rice Refiner : mencuci beras dari bekatul
 Rice Sifter : pemisah menir dengan beras kepala dan beras patah
 Rice grader : pemisah antar beras kepala dg beras patah
 Timbangan
 Packing : mengemas beras giling
 Pelabelan : pemberian label yg berisi : nama/merk produk, varietas, berat
bersih, tanggal kadaluwarsa, No. Register dari BPOM dsb.

5. A.
 Nama dagang adalah nama yg digunakan atau diberikan oleh perusahaan kepada
alsin yang diproduksi untuk membedakan produk darr perusahaan lain. Contoh :
Yanmar, Kubota, Farmall Ferguson
 Tanda atau merek dagang (Trade Mark) adalah Tanda / lambang yg dilekatkan
oleh pabrik atau pedagang pada alsin sebagai ciri khusus yang membedakan darr
barang yang dibuat /dijual/diperdagangkan oleh orang lain. Contoh : kepala
kerbau, Q (Quick), Kijang

B.
Faktor pembatas yang berhubungan dengan penggunaan Alsin yaitu :
 Faktor fisis wilayah yg meliputi : Topografi (datar,curam,gelombang) , bentuk
petak (sempit, luas, segi empat), sifat mekanis dan fisik tanah (tanah kering,
lumpur, basah, liat, lembap, keras), bentuk vegetasi (alang-alang, akar tanaman
keras, semak belukar) & iklim wilayah, pola dasar usaha tani.
 Faktor Sosial dan ekonomi : tenaga kerja & angkatan kerja
 Faktor prasarana: modal,operator, suku cadang, bengkel, kesadaran berorganisasi
masyarakat.

II. Soal perhitungan

2.
Diket:
B: Rp42.000.000 N: 5 tahun
F max: 2,5 ton = 2.500 kg X: 1.500 jam/tahun
t: 500 C Z: 8 jam/hari
laju pengeringan: 2%/jam C: Rp 4.500.-/jam
GKP: 20 ton = 20.000 kg D: Rp 9.500.-/liter
Kadar air: 26%-12% = 14%
A: 10% Rp42.000.000= Rp4.200.000 w: 1%/tahun
i: 12% Y: Rp. 2.700.000/bulan
p: 2%/tahun
Jawab:
a. Waktu yang dibutuhkan:
20.000 kg
=8 kali
2.500 kg

Waktu yang dibutuhkan = 14% : 2% = 7 jam


8 x7
Waktu = =2,3 hari
24

b. Biaya Pengeringan = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap


- Biaya Tetap = P + BM + PA+ SB + PR
P = (B-A) / (N x X)
= (Rp42.000.000- Rp4.200.000) / (5 tahun x 1.500 jam/tahun)
= Rp37.800.000/7.500
= 5.040 Rp/jam
BM = (i x B) / X
= (12% x Rp42.000.000) / 1.500 jam/tahun
= 3.360 Rp/jam
PA = (p x B) / X
= (2% x Rp42.000.000) / 1.500 jam/tahun
= 560 Rp/jam
SB = (b x B) / X
=0
PR = (w x B) / X
= (1% x Rp42.000.000) / 1.500 jam/tahun
= 280Rp/jam
Jadi Biaya Tetap = 5.040 Rp/jam + 3.360 Rp/jam + 560 Rp/jam + 0 + 280Rp/jam = 9.240
Rp/jam

Waktu yang dibutuhkan = 14% : 2% = 7 jam

Sehingga biaya = 9.240 Rp/jam x 7 jam = Rp64.680

- Biaya Tidak Tetap


BBP = C x D
= (4.500.-/jam x 56 jam)
= Rp252.000
2.700 .000
OP = ( bulan ) x 2,3
30 hari
= Rp207.000
Jadi, Biaya Tidak Tetap Rp459.000

Jadi, Besarnya biaya pengeringan gabah tersebut


= (Rp64.680+ Rp459.000) / 20.000 kg
= Rp523.680/ 20.000 kg
= Rp26.184/kg

Anda mungkin juga menyukai