MODUL 03
2016
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul Penyelenggaraan Kegiatan
sebagai bagian dari Teknis Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Tingkat Dasar.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta pendidikan dan pelatihan di
bidang sumber daya air yang berasal dari kalangan pegawai pemerintah daerah,
Aparatur Sipil Negara (ASN), dan para pemangku kepentingan lainnya dalam
sektor pelaksanaan irigasi.
Modul Penyelenggaraan Kegiatan ini disusun dalam 6 (enam) bab yang terdiri dari
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
penyelenggaraan kegiatan teknis operasi dan pemeliharaan irigasi tingkat dasar.
Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan peran serta
aktif dari peserta latih.
Akhirmya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim
penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain modul ini dapat
memberikan manfaat.
DAFTAR ISI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 – Ukuran dari bagian-bagian (partikel) tanah dibedakan dalam ukuran
garis tengahnya ................................................................................................... II-6
Tabel 2.2 – Ketentuan Umum untuk Klasifikasi Tekstur Tanah ........................... II-6
Tabel 4.1 – Ikhtisar unsur hara tanaman ............................................................ IV-5
Tabel 4.2 – Susunan hara berbagai jenis pupuk alam ....................................... IV-6
Tabel 4.3 – Susunan hara berbagai jenis pupuk kandang (%) .......................... IV-7
Tabel 4.4 – Contoh beberapa jenis pupuk tunggal............................................. IV-7
Tabel 4.5 – Contoh beberapa jenis pupuk majemuk .......................................... IV-8
Tabel 4.6 – Contoh beberapa jenis pupuk unsur hara mikro ............................. IV-8
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 – Tanah atau Pedosfer sebagai hasil perpaduan Litosfer, Hidrosfer,
Biosfer dan Atmosfir............................................................................................ II-3
Gambar II. 2 – Tanah yang terdiri dari empat bagian penyusunan tanah ........... II-4
Gambar II. 3 – Klasifikasi tekstur tanah menurut USDA...................................... II-7
Gambar II. 4 – Susunan agregat-agregat tanah dalam segumpal tanah ............ II-9
Gambar II. 5 – Skematik pembagian tanah ....................................................... II-10
Gambar III. 1 – Skematik proses tanah mendapatkan air .................................. III-1
Gambar III. 2 – Hubungan antara intensitas hujan, lamanya hujan dan debit
infiltrasi ............................................................................................................... III-3
Gambar III. 3 – air oleh partikel dan agregat primer tanah................................. III-5
Gambar IV. 1 – Hubungan Ketersediaan Air Untuk Tanaman dengan Berbagai
Jenis Tanah ........................................................................................................ IV-3
Gambar V. 1 – Neraca Air pada zona perakaran .....................................................
............................................................................................................................ V-2
Gambar V. 2 – Bagan keseimbangan air pada petak sawah .............................. V-4
Gambar V. 3 – Dua Pasang Bejana Lysimeter .................................................... V-6
Deskripsi
Modul Hubungan Tanah, Air dan Tanaman ini terdiri dari empat kegiatan
belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas Pengenalan Tanah
Sebagai Media Tanaman. Kegiatan belajar kedua membahas Keberadaan Air
Dalam Tanah. Kegiatan belajar ketiga Membahas Interaksi Antara Tanah-Air-
Tanaman. Kegiatan belajar keempat Kebutuhan Air.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang
berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk
memahami Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Setiap kegiatan belajar
dilengkapi dengan latihan atau evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat
penguasaan peserta diklat setelah mempelajari materi dalam modul ini.
Persyaratan
Dalam mempelajari Hubungan Tanah, Air dan Tanaman ini peserta diklat
dilengkapi dengan modul bahan ajar, metode dan media lainnya yang
dibutuhkan.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu : LCD/projector, Laptop, White
Board dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau
bahan ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu
memahami dasar-dasar pengambilan material pada diklat teknis operasi dan
pemeliharaan irigasi tingkat dasar.
BAB I
PENDAHULUAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-1
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-2
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
BAB II
PENGENALAN TANAH SEBAGAI MEDIA TANAMAN
2.1. Umum
Tanah merupakan salah satu unsur penting lingkungan hidup yang
digunakan sebagai tanah atau lahan diperlukan oleh manusia sebagai
penunjang untuk tempat tinggal dan aktifitas kehidupan, seperti bercocok
tanam, beternak, budidaya perikanan, dan lain sebagainya.
kelestariannya. Ditinjau dari tujuan tata guna lahan agar direncanakan,
dimanfaatkan dan dipelihara kegunaannya sesuai dengan kemampuan
dan fungsinya. Hal ini berarti bahwa penggunaan lahan harus
diperhatikan faktor- faktor fisik, lingkungan, ekonomi dan sosial, sehingga
kecocokan, kelayakan dan keapsahan menurut hukum dapat dipenuhi.
Tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan medium, dimana akar-
akar tanaman dapat berkembang dan mendapatkan bahan-bahan yang
diperlukan dalam proses pertumbuhannya. Medium tersebut dapat berupa
tumbuh-tumbuhan lain, yang dapat dikelompokkan menjadi tanaman
parasit atau sapropit. Sebagai contoh tanaman parasit : benalu, tali putri
dan lain sebagainya, sedangkan untuk sapropit, misalnya : anggrek,
lumut dan lain sebagainya.
Adapun medium tanaman yang umum, dan akan menjadi fokus
pembicaraan disini, adalah tanah sebagai medium tanaman.
Lahan meliputi semua elemen lingkungan fisik yaitu; iklim, bentuk wilayah/
lereng, tanah, hidrologi dan vegetasi, dalam luasan tertentu, dimana
elemen- elemen itu mempunyai pengaruh terhadap tata guna lahan. Oleh
karena itu konsep lahan (land) ternyata tidak hanya tanah saja, tetapi juga
meliputi aspek- aspek geologi, bentuk kontur, iklim, hidrologi, tanaman
penutup tanah, fauna termasuk serangga dan mikro fauna yang dapat
menimbulkan hama dan penyakit. Demikian juga perlakuan manusia
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-1
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
berupa penggunaan lahan pada masa lampau sampai saat ini. Oleh
karena itu apabila akan menggunakan lahan berarti harus menilai
karakteristik dari elemen tersebut, sehingga dapat diketahui pengaruh
positif dan negatifnya terhadap tata guna lahan yang akan dikembangkan
dan juga disajikan dalam hasil analisis kesesuaian lahan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-2
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Apabila diperhatikan tanah itu dengan seksama, maka akan jelas bahwa
tanah itu bukanlah terdiri dari benda padat yang pejal, tetapi ternyata
tersusun dari empat bagian penyusun tanah. Penyusun tanah tersebut
adalah bahan mineral (anorganik), bahan-bahan organik atau sisa
tanaman dan hewan, air tanah dan udara tanah. Adapun susunan dari
bagian-bagian penyusun tanah tersebut dapat dilihat pada gambar II.2
berikut ini.
Susunan rata-rata ini atas dasar volume bagian yang dianggap optimal
bagi pertumbuhan tanaman pada lapisan atas tanah 0 – 30 cm dan
bertekstur lempung berdebu.
Susunan rata-rata dari lapisan tanah bawah (sub-soil) tentu saja
berbeda dengan lapisan atas. Pada tanah bawah ini kandungan bahan
organik lebih rendah, bahan mineral lebih tinggi sehingga lebih padat dan
pori-pori halus lebih banyak akibatnya daya pegang air lebih tinggi dan
presentase udara jauh lebih rendah.
< = dalam Saifuddin, 1979
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-3
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Gambar II. 2 – Tanah yang terdiri dari empat bagian penyusunan tanah
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-4
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-5
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-6
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Data dari US. Dept. Agr. Handbook 18 Soil Survey Manual 503 P
(diterjemahkan)
Klasifikasi tekstur tanah menurut USDA dapat dilihat pada gambar II-3.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-7
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-8
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
pori makro
pori mikro
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-9
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-10
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Ba = Berat air
Bp = Berat butir-butir tanah (padat)
B = Berat keseluruhan contoh tanah
Pengertian-pengertian
2) Berat jenis butir-butir G = Bp/Vp= Berat butir tanah/Volume
butir tanah
𝐵𝑝
𝐺 = 𝑉𝑝
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-11
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
𝐵𝑝⁄
𝐺
𝑛 = (1 − 𝐵𝑝⁄ ) 𝑥 100%
𝐺𝑎
𝐵𝑝 𝐺𝑎
𝑛 = (1 − × ) 𝑥 100%
𝐺 𝐵𝑝
𝐺𝑎
𝑛 = (1 − ) 𝑥 100%
𝐺
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑢 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ
𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑛 = (1 − ) 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐵𝑢𝑡𝑖𝑟 − 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ
Porositas tanah berkisar antara 35% untuk tanah-tanah yang
mampat dan 65% untuk tanah yang gembur.
5) Konsistensi Tanah (Keteguhan Tanah)
Konsistensi tanah memperlihatkan pengaruh dari gaya kohesi
bagian-bagian tanah baik dalam keadaan kering, lembab
maupun basah. Konsistensi tanah diperlukan dalam menentukan
kapan tanah akan diolah, karena akan menentukan besar
kecilnya tenaga untuk mengerjakan tanah tersebut, terutama
untuk pengolahan tanah dengan sistem kering (tidak jenuh air).
Dasar penentuan konsistensi tanah adalah :
(a) mudah tidaknya tanah hancur
(b) daya lekat dari tanah
(c) keliatan tanah
(d) dan ketahanan terhadap tekanan
Mudah tidaknya tanah hancur dibedakan menurut sifat-sifatnya :
lepas-lepas, sangat mudah hancur, teguh, sangat teguh.
Daya lekat tanah biasanya terjadi pada tanah basah yang banyak
mengandung lempung. Tanah ini mempunyai harga batas
kandungan air tertentu, apabila kandungan air kurang dari harga
batas tersebut tanah menjadi keras dan sukar diolah. Dan
sebaiknya bila kandungan air tersebut sudah melebihi harga
batas, maka tanah akan menjadi lekat. Harga batas tersebut
disebut jangka olah, jangka olah biasanya pada kapasitas lapang.
Besarnya jangka olah untuk tanah yang mengandung lempung
berbeda-beda tergantung banyaknya kandungan lempung yang
ada pada tanah tersebut. Sedangkan tanah-tanah yang
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-12
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-13
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
H2O H+ - OH-
Air
Jumlah ion H+ dan ion OH- tidak sama, apabila lebih banyak ion H+ maka
tanah bersifat masam, dan apabila lebih banyak ion OH- tanah akan
bersifat basa. Tanah dalam keadaan ion H dan ion OH hampir sama
tanah tersebut bereaksi netral.
Besarnya konsentrasi ion H maupun ion OH dipengaruhi adanya koloid-
koloid tanah, Koloid yang jenuh ion hidrogen akan menambah reaksi
tanah menjadi asam dan sebaliknya koloid-koloid yang jenuh ion
hidroksil akan menambah reaksi tanah menjadi basa. Koloid-koloid yang
berasal dari bahan-bahan organik (humus) cenderung membuat tanah
menjadi asam misalnya: asam okselat, asam sitrat, asam sulfat. Demikian
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-14
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-15
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-16
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-17
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
apatit dan kalsium fosfat diambil akar dalam bentuk ion HPO4-2 dan
muskovit dan biotit diambil oleh akar dalam bentuk ion K+. Peranan K :
1) Membantu pembentukan protein dan karbohidrat
2) Mengeraskan jerami dan bagian kayu dan tanaman
3) Meninggikan mutu buah-buahan
4) Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit
Gejala-gejala yang timbul bila kekurangan K adanya bercak-bercak
atau keriput- keriput pada daun kemudian mengering.
d) Unsur Calsium (Ca) Unsur Hara Sekunder
Sumber dalam tanah berasal dari mineral hipertin, horn blendo dan
Calait, diambil oleh akar dalam bentuk ion Ca++. Peranan Ca untuk
merangsang pembentukan bulu- bulu akar, mengeraskan jerami dan
bagian kayu tanaman dan merangsang pembentukan biji-bijian.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-18
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-19
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-20
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
2.7. Latihan
1. Gambarkan Tanah yang terdiri dari empat bagian penyusunan tanah!
2. Sebutkan sifat fisik tanah!
3. Tuliskan daftar skala reaksi tanah!
2.8. Rangkuman
Tanah merupakan salah satu unsur penting lingkungan hidup yang
digunakan sebagai tanah atau lahan diperlukan oleh manusia sebagai
penunjang untuk tempat tinggal dan aktifitas kehidupan, seperti bercocok
tanam, beternak, budidaya perikanan, dan lain sebagainya.
Ditinjau dari tujuan tata guna lahan agar direncanakan, dimanfaatkan
dan dipelihara kegunaannya sesuai dengan kemampuan dan fungsinya.
Hal ini berarti bahwa penggunaan lahan harus diperhatikan faktor-
faktor fisik, lingkungan, ekonomi dan sosial, sehingga kecocokan,
kelayakan dan keapsahan menurut hukum dapat dipenuhi.
Konsepsi tentang soil menurut U.S Dept Agriculture (USDA), 1952 dan
R. Dudal, 1959, dikemukakan bahwa : “Soil is the collection of natural
bodies occupying portions of the earth’s surface that support plants and
that have properties due to the integrated effect of climate and living
matter, acting upon parent material, as conditioned by relief, over periods
of time.”
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-21
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
BAB III
KEBERADAAN AIR DALAM TANAH
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-1
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
3.2. Infiltrasi
Proses masuknya air ke dalam tanah disebut infiltrasi. Air yang
menginfiltrasi ini mula-mula akan di absorbsi untuk meningkatkan
kelembaban tanah sampai batas kemampuan tanah untuk
mengabsorbsinya, selebihnya akan terus bergerak ke bawah. Kecepatan
infiltrasi berubah-ubah menurut besarnya intensitas hujan atau pemberian
air irigasi dan disebut dengan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi
berbeda-beda menurut kondisi tanah yaitu :
a) kondisi permukaan tanah ada atau tidaknya tumbuh-tumbuhan di
permukaan tanah dan jenis tumbuhannya. Tumbuh-tumbuhan yang
sifatnya menahan aliran permukaan akan memperbesar infiltrasi
misalnya rumput, sersah dan bahan-bahan organik lainnya di
permukaan tanah.
b) Kemiringan tanah, yang mempengaruhi besarnya aliran permukaan,
makin miring permukaan tanah maka persentase aliran permukaan
menjadi bertambah besar. Oleh karena itu pada tanah-tanah yang
mempunyai kemiringan tanah yang tinggi dibiarkan tetap berupa
hutan atau dibuat terasering utuk memberi kesempatan air masuk ke
dalam tanah di samping, mengurangi erosi tanah.
c) Tekstur dan struktur tanah: Seperti yang dijelaskan di muka pada
tanah yang berstruktur pasir atau geluh akan lebih banyak
menyerap air infiltrasi dan untuk tanah-tanah yang berstruktur remah
atau berbutir-butir mempunyai kemampuan meloloskan air yang
besar.
d) Kelembaban tanah permukaan mempengaruhi besarnya infiltrasi, dan
juga kandungan lengas tanah di bawahnya.
e) Penyumbatan ruang pori oleh partikel-partikel halus yang
diendapkan di permukaan tanah dan turut masuk ke dalam tanah
bersama air infiltrasi.
f) Adanya pemampatan tanah oleh tenaga mekanik dari luar, misalnya
sering dilalui oleh kendaraan atau kebun rumput tempat
penggembalaan hewan, karena struktur butir-butir tanah dan pori-pori
menjadi rusak dan menjadi mampat.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-2
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Gambar III. 2 – Hubungan antara intensitas hujan, lamanya hujan dan debit
infiltrasi
3.3. Perkolasi
Air yang mengalami infiltrasi pada suatu saat tertentu akan
melampaui batas tanah untuk menahan air, dimana pori-pori tanah
telah terisi oleh air, maka air kelebihannya akan terus bergerak ke
bawah berupa perkolasi. Gaya yang mempengaruhi aliran air perkolasi
adalah gaya gravitasi. Untuk tanah-tanah sawah yang ditanami padi
dimana tanah dapat dikatakan selalu dalam keadaan jenuh maka
perkolasi merupakan faktor penting karena perkolasi merupakan kerugian
air yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan.
Besarnya perkolasi untuk tiap-tiap jenis tanah sangat berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh :
a) Faktor dan struktur tanah seperti halnya pada infiltrasi pada tanah
berstruktur pasir dan berstruktur remah atau kersai mempunyai
kemampuan meloloskan air besar sedangkan kemampuan mengikis
tanah rendah, sehingga perkolasi cepat dan mudah.
b) Perkolasi dipengaruhi oleh kemampuan infiltrasi dari tanah
permukaan seperti telah diuraikan di atas. Infiltrasi yang besar
mengakibatkan perkolasi besar.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-3
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-4
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Harga p.f. adalah logaritma dari tinggi pipa air dalam cm yang dapat
ditahan oleh tanah. Misalnya suatu gumpal tanah lembab dapat menahan
pipa air setinggi 100 cm maka daya hisap tanah terhadap air sama
dengan p.F. = log 100 = 2. Harga pF dalam tanah berkisar antara pF =
0 pada tanah jenuh sampai pF = 7 pada tanah kering mutlak.
Harga pF yang baik untuk tanaman adalah 2 – 4,0 yaitu keadaan air
optimal untuk tanaman. Bentuk ikatan air oleh partikel dan agregat primer
tanah secara skematik seperti gambar III.3.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-5
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
tidak memperoleh tambahan air dari luar. Tingginya air kapiler ini
dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, karena tingginya air kapiler
berbanding terbalik terhadap diameter pipa kapiler. Makin halus tekstur
tanah kenaikan air kapiler makin tinggi.
Dengan demikian tanah-tanah yang berstruktur lempung lebih dalam
dapat mengisap air tanah. Sebaliknya makin kecil butir-butir tanah makin
lambat kecepatan air kapilernya. Dengan demikian tanah berstruktur pasir
akan lebih cepat air kapilernya.
Oleh karena sifat-sifat tersebut maka tanah berstruktur geluh akan jauh
lebih menguntungkan sebagai medium air kapiler, karena di samping
cukup tinggi dapat mengisap air juga mempunyai kecepatan yang cukup
besar pula.
3.6. Latihan
1. Gambarkan dan jelaskan Skematik proses tanah mendapatkan air!
2. Sebutkan kapasitas infiltrasi berbeda-beda menurut kondisi tanah!
3. Besarnya perkolasi untuk tiap-tiap jenis tanah sangat berbeda-beda
yang dipengaruhi oleh!
3.7. Rangkuman
Sebagian air akan masuk ke dalam tanah berupa infiltrasi, sampai batas
tertentu apabila telah jenuh akan terus mengalir ke bawah disebut
perkolasi. Sebagian lagi air mengalir di permukaan tanah (Run Off)
sebagian lagi akan menguap kembali (evaporasi). Perbandingan
banyaknya masing bagian tersebut tergantung banyak faktor yaitu :
a) sifat tanah (tekstur dan struktur).
b) kemiringan tanah
c) dalamnya daerah perakaran
d) banyak air yang diberikan
e) iklim dan lain-lain
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-6
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-7
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
BAB IV
INTERAKSI ANTARA TANAH-AIR-TANAMAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-1
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-2
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-3
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-4
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-5
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Seng Zu
Barium Bo
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-6
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
b) Pupuk Buatan
Dibedakan menjadi dua macam pupuk yaitu pupuk tunggal yang
mengandung hanya satu jenis unsur hara dan pupuk majemuk
(kompound) yaitu yang mengandung dua atau lebih jenis unsur hara.
Berdasarkan reaksi yang diakibatkannya pada tanah dapat
dibedakan:
1) Pupuk asam yang dapat menurunkan PH tanah.
2) Pupuk netral yang tidak merubah PH tanah.
3) Pupuk basa yang dapat menaikkan PH tanah.
Tabel 4.4 – Contoh beberapa jenis pupuk tunggal
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-7
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-8
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
4.6. Latihan
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perakaran tanaman!
2. Sebutkan beberapa faktor yang menentukan pertumbuhan tanaman!
3. Dengan demikian kesuburan tanah ditentukan oleh sifat fisika, kimia
dan biologi tanah yaitu!
4.7. Rangkuman
Sistem yang terintegrasi ini Soil-Plant-Atmosphere-Continuum/SPAC
(J.R.Philip 1966). Secara analogi, tanaman di lahan dapat dibandingkan
dengan sumbu pada lampu minyak. Sumbu di bagian dasarnya
dicelupkan ke dalam minyak sedangkan bagian atasnya berhubungan
dengan api yang mengkonsumsi minyak, hal ini menyebabkan sumbu
harus menyalurkan secara kontinyu minyak dari bawah ke atas oleh
karena gaya fisik yang diberikan pada sumbu yang pasif karena kondisi
pada ke dua ujung sumbu tersebut. Hal yang sama terjadi bila
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-9
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-10
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
BAB V
KEBUTUHAN AIR
5.1. Umum
Kebutuhan air irigasi untuk suatu areal tanaman. Faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain jenis tanaman, keadaan topografi, keadaan
iklim, jenis tanah dan cara pemberiannya. Kebutuhan air dapat diperinci
menjadi 3 tingkatan, yaitu :
Kebutuhan air tanaman yang meliputi kebutuhan konsumtif atau
evapotranspirasi disebut juga (Crop Water Requirement).
Kebutuhan air untuk suatu areal pertanaman (Farm Water
Requirement) yang meliputi evapotranspirasi, air untuk
menjenuhkan tanah perkolasi, dan aliran permukaan.
Kebutuhan air untuk suatu daerah irigasi (Irrigation Water
Requirement) yang meliputi evapotranspirasi air untuk penjenuhan
tanah; perkolasi, aliran permukaan serta kehilangan air selama
penyaluran pada saluran irigasi, baik yang berupa perembesan
penguapan atau bocoran.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-1
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-2
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-3
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-4
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-5
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-6
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
0,05 × 100
Q1 = ( ) × 10.000 … … … … … … … … … … . m3 /hari
5
= 12.000 m3/hari
= 139 l/det
= 1,41 l/det/ha (dibulatkan)
= 0,174 m3/hari
= 174 l/det
= 1,75 l/det/ha (dibulatkan)
d) Cara pemberian air untuk tanaman padi
Cara pemberian air untuk tanaman padi di berbagai daerah berbeda-
beda, tergantung dengan iklim, tanah, debit air, kebutuhan
tanaman dan kebiasaan petani. Menurut cara pemberian dibagi atas
tiga macam :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-8
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-9
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-10
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-11
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
kemudian air irigasi dihentikan kemudian diberikan air lagi beberapa hari
berikutnya. Cara lain dengan sistem “furrow irrigation”, air dialirkan melalui
sela-sela guludan tanaman. Untuk tanaman palawija perlu diberi drainase,
terutama bila banyak hujan karena bila tanaman lama tergenang akan
busuk akar dan mati. Sistem irigasi di negara-negara maju telah banyak
dilakukan dengan irigasi curah (spinkler irrigation) dan irigasi di bawah
permukaan tanah menggunakan pipa- pipa yang berlubang-lubang (Sub
irrigation).
5.5. Latihan
1) Kebutuhan air dapat diperinci menjadi 3 tingkatan, yaitu!
2) Gambarkan neraca air pada zona perakaran!
3) Tuliskan Keseimbangan air di petak sawah!
5.6. Rangkuman
Kebutuhan air dapat diperinci menjadi 3 tingkatan, yaitu :
a) Kebutuhan air tanaman yang meliputi kebutuhan konsumtif atau
evapotranspirasi disebut juga (Crop Water Requirement).
b) Kebutuhan air untuk suatu areal pertanaman (Farm Water
Requirement) yang meliputi evapotranspirasi, air untuk menjenuhkan
tanah perkolasi, dan aliran permukaan.
c) Kebutuhan air untuk suatu daerah irigasi (Irrigation Water
Requirement) yang meliputi evapotranspirasi air untuk penjenuhan
tanah; perkolasi, aliran permukaan serta kehilangan air selama
penyaluran pada saluran irigasi, baik yang berupa perembesan
penguapan atau bocoran.
Kondisi tanah untuk tanaman padi sawah boleh dikatakan selalu dalam
keadaan jenuh air, dan diperlukan penggenangan.
Kebutuhan air untuk Evapotranspirasi mulai naik pada periode
pertumbuhan vegetatif, kemudian mencapai maksimum pada periode
reproduktif (berbunga) dan menurun pada periode pemasakan (FOKUDA
dan TSUTSUI 1968).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-12
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
BAB VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
Tanah merupakan salah satu unsur penting lingkungan hidup yang
digunakan sebagai tanah atau lahan diperlukan oleh manusia sebagai
penunjang untuk tempat tinggal dan aktifitas kehidupan, seperti bercocok
tanam, beternak, budidaya perikanan, dan lain sebagainya.
Air yang mengalami infiltrasi pada suatu saat tertentu akan
melampaui batas tanah untuk menahan air, dimana pori-pori tanah
telah terisi oleh air, maka air kelebihannya akan terus bergerak ke
bawah berupa perkolasi.
Menurut Veihmeyer & Hendrickson (1927, 1949, 1950, 1955), Tanah
dalam menyediakan air untuk tanaman mempunyai batas-batas
kemampuan dari batas atas (kapasitas lapang) sampai batas bawah (titik
layu permanen).
Kebutuhan air untuk Evapotranspirasi mulai naik pada periode
pertumbuhan vegetatif, kemudian mencapai maksimum pada periode
reproduktif (berbunga) dan menurun pada periode pemasakan (FOKUDA
dan TSUTSUI 1968).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi VI-1
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 3 Hubungan Tanah, Air dan Tanaman
GLOSARIUM
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii