TAHUN 2016
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
sebagai Materi Substansi dalam Diklat Perencanaan Teknis Rawa Lebak. Modul
ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara
(ASN) di bidang Sumber Daya Air (SDA).
Modul System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak dalam 5 (lima) bab yang
terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak. Penekanan orientasi pembelajaran
pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang
senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi,
kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat
memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
DAFTAR ISI
2.6. Tata Letak dan Jenis Bangunan Pengendali Air Pada Saluran ............ II-18
2.6.1. Fungsi Bangunan .............................................................................. II-19
2.6.2. Lokasi Bangunan .............................................................................. II-20
2.6.3. Jenis Pintu Bangunan ....................................................................... II-21
2.6.4. Disain Bangunan .............................................................................. II-23
2.6.5. Tata Letak Jalan dan Jembatan ........................................................ II-26
2.6.6. Tata Letak Bangunan Pelengkap ...................................................... II-26
2.7. Pengamanan Banjir .............................................................................. II-26
2.7.1. Banjir dari Permukaan Sungai Tinggi ................................................ II-27
2.7.2. Banjir yang Disebabkan Limpasan Air dari areal-Areal Sekitarnya .... II-27
2.8. Latihan ................................................................................................. II-29
2.9. Rangkuman.......................................................................................... II-29
BAB III KRITERIA PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI RAWA ...................... III-1
3.1 Drainase Maksimum ............................................................................. III-1
3.2 Persyaratan Drainase ........................................................................... III-2
3.3 Kemampuan Drainase .......................................................................... III-2
3.4 Dimensi Saluran .................................................................................... III-7
3.5 Lebar Berm ........................................................................................... III-7
3.6 Tinggi Bebas ......................................................................................... III-8
3.7 Kemiringan Sisi Saluran dan Tanggul ................................................... III-9
3.8 Koefisien Kekasaran ............................................................................. III-9
3.9 Kecepatan Maksimum Aliran Air ........................................................... III-9
3.10 Penyusunan Tanah ............................................................................... III-9
3.11 Pembilasan Saluran .............................................................................. III-9
3.12 Penurunan Tanah Galian .................................................................... III-10
3.13 Pengisian Kembali Air Tanah .............................................................. III-10
3.14 Lebar Tanggul ..................................................................................... III-10
3.15 Latihan ................................................................................................ III-11
3.16 Rangkuman......................................................................................... III-11
BAB IV IRIGASI RAWA LEBAK ........................................................................ IV-1
4.1. Rawa Lebak ......................................................................................... IV-1
4.2. Hidrotopografi Pada Wilayah Rawa Lebak ........................................... IV-2
4.3. Keanekaragaman tumbuhan ................................................................ IV-4
4.4. Tanah................................................................................................... IV-4
4.5. Hidrologi sungai ................................................................................... IV-6
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 - Tipikal Aspek Untuk Disain Dan Konstruksi di Lahan Rawa ............. II-3
Tabel 2. 2 - Keuntungan dan Kerugian Berbagai Pintu ...................................... II-21
Tabel 2. 3 - Keuntungan dan Kerugian Bahan Bangunan Untuk Bangunan
Pengendali Air ................................................................................................... II-23
Tabel 3. 1 - Modul drainase dan Kriteria tinggi muka air ..................................... III-2
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 - Contoh Tipikal Tata Guna Lahan dan Tata Letak Pemukiman .... II-11
Gambar II. 2 - Contoh - contoh Tipikal Tata Letak Pemukiman (Lanjutan) ....... II-13
Gambar III. 1 - Modul Drainase untuk padi sawah dan jalur hijau ...................... III-4
Gambar III. 2 - Modul drainase untuk palawija dan lahan pekarangan .............. III-5
Gambar III. 3 - Modul Drainase untuk tanaman keras ....................................... III-6
Gambar III. 4 - Tipikal Potongan Melintang Saluran .......................................... III-8
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Deskripsi
Modul System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak ini terdiri dari tiga
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar membahas Tata letak Rawa
Lebak, Kriteria Perencanaan Irigasi Rawa dan Perencanaan Irigasi.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang
berurutan. Di akhir pembelajaran dapat dilengkapi dengan latihan soal yang
menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah mempelajari
seluruh materi Diklat ini.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul pembelajaran dasar ini peserta diklat diharapkan
dapat menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat
memahami dengan baik materi yang merupakan dasar dari System Planning
Jaringan Irigasi Rawa Lebak.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan
ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat peserta diklat diharapkan
mampu memahami garis besar Sistem Planning, Peta Petak/ Layout Jaringan
Irigasi Rawa Lebak yang disajikan dengan cara ceramah dan tanya jawab.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari hasil pengolahan data survey, investigasi dan ketentuan dalam kriteria
perencanaan serta aspek kebijakan dan aspek lainnya, akan dipergunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam melaksanakan penyusunan sistem
planning / perencanaan secara makro. Sistem planning merupakan salah
satu rangkaian kegiatan S.I.D “Proses Perencanaan Teknis” dan merupakan
proses awal perencanaan pemanfaatan rawa. Sistem planning merupakan
bagian utama dari proses pengembangan jaringan irigasi rawa yang
mengaplikasikan data survey investigasi dan faktor lain yang diperlukan,
kemudian disusun dalam suatu perencanaan secara makro sesuai dengan
kebutuhan pengguna, beserta seluruh prasarana tata air, jaringan
transportasi dan pengamanan banjir.
Sasaran Tahapan Perencanaan Sistem Planning :
a) Untuk menetapkan kriteria perencanaan yang sesuai dengan kondisi
lapangan yang ada di lokasi kajian dalam rangka menunjang konsep
perencanaan teknis.
b) Untuk mendapatkan berbagai alternatif perencanaan sistem tata air
dengan dasar kriteria perencanaan teknis pengembangan rawa.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-1
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Modul System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak ini terdiri dari tiga
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar membahas Tata letak Rawa
Lebak, Kriteria Perencanaan Irigasi Rawa dan Perencanaan Irigasi.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang
berurutan. Di akhir pembelajaran dapat dilengkapi dengan latihan soal yang
menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah mempelajari
seluruh materi Diklat ini.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-2
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-3
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
BAB II
PERENCANAAN SISTEM TATA LETAK JARINGAN IRIGASI RAWA
Setelah mengikuti Pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
perencanaan system tata letak jaringan irigasi rawa
Secara prinsip ada 3 pilar pengelolaan air yang harus tercakup dalam
pengembangan Jaringan Irigasi rawa , yaitu:
4) Konservasi rawa,
5) Pendayagunaan rawa
6) Pengendalian daya rusak.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-1
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-2
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Tidak ada pasir, koral dalam areal Pengangkutan pasir, koral dari tempat
lain meningkatkan biaya konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-3
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
dari jaringan saluran. Tata letak sistem saluran, yang pada gilirannya
sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik lahan, kondisi perbatasan hidrologi,
dan jenis tataguna lahan yang diperkirakan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-4
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-5
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-6
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Lahan usaha pertama dan kedua harus dekat dengan lahan rumah dan
harus memiliki akses langsung kesaluran tersier. Lahan usaha tersebut
dapat berdampingan atau tidak berdampingan satu sama lainnya.
Model pertanian alternatif lain yang dapat dipertimbangkan adalah
pengembangan untuk usaha perkebunan atau tambak.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-7
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Tata letak petak lahan untuk areal permukiman di lahan rawa mempunyai
persyaratan sebagai berikut:
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-8
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-9
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-10
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
4000 m 4000 m
Sumatera, Kalimantan
Pekarangan
lahan
pekarangan LU I LU II
2000 m
Padi Padi
2000 m 2000 m
Tanaman Tahunan
Padi
Tanaman Tahunan
Pekarangan Pekarangan
ke sungai
Gambar II. 1 - Contoh Tipikal Tata Guna Lahan dan Tata Letak Pemukiman
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-11
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-12
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-13
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-14
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
mengalir melalui lahan ke saluran, jarak antara saluran boleh agak lebar
namun tidak boleh melebihi 100 m. Namun demikian, untuk menghemat
biaya konstruksi, biasanya diperkirakan bahwa petani akan menggali
saluran-saluran kuarter diantara saluran-saluran tersier, dan jarak saluran-
saluran kuarter ini ditetapkan sebesar 200 sampai 400 m.
Untuk tanaman palawija dan tanaman keras diperlukan jarak yang lebih
rapat, yang tergantung atas jenis tanah dan hidro-topografinya.
Dikarenakan adanya perubahan-perubahan besar dalam upaya tembus
tanah dan elevasi lahan pada jarak yang pendek, maka rumus matematika
untuk memperhitungkan jarak saluran tidak begitu membantu. Pengalaman
membuktikan bahwa tipikal jarak saluran yang diperlukan adalah 25 m
sampai 50 m.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-15
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pada tempat dimana retensi air adalah penting, saluran tersier dan saluran
sekunder yang dalam harus dihindari. Retensi air dengan mudah dapat
mengakibatkan kondisi air tergenang dan kualitas air yang merugikan,
khususnya pada areal-areal yang memiliki tanah pirit atau tanah organik.
Mempertahankan tinggi muka air pada kedalaman tertentu di bawah
permukaan (drainase terkendali) dalam keadaan ini mungkin lebih baik dari
pada retensi air maksimum.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-16
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
pada kedua saluran, dan oleh sebab itu mencegah infiltrasi. Masalah
lainnya adalah bahwa lahan-lahan yang terdapat disepanjang parit suplai
dapat menderita kekurangan drainase, sedangkan kualitas air yang
tergenang dalam parit tersebut berkemungkinan akan menjadi buruk. Oleh
karena itu, desainer harus sangat berhati-hati apabila mendesain saluran
suplai dan saluran drainase yang terpisah untuk kepentingan pencucian
tanah.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-17
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Untuk kegiatan irigasi pompa, unit-unit pompa jinjing yang kecil, yang dapat
memompa air dari saluran tersier langsung ke sawah, sering merupakan
pilihan yang terbaik. Dengan cara ini, diperoleh keluesan maksimum,
karena tidak dibutuhkan parit-parit irigasi yang panjang (di atas ketinggian
sawah) yang memerlukan pemeliharaan intensif, mudah bocor, dan dapat
menyulitkan drainase dan angkutan. Selain itu, jika ditinjau dari segi
organisasi, pompa yang dimiliki dan dioperasikan sendiri oleh masing-
masing petani lebih disukai dari pada unit-unit pompa yang lebih besar.
2.6. Tata Letak dan Jenis Bangunan Pengendali Air Pada Saluran
Dalam konsep pengembangan jaringan irigasi rawa secara bertahap, pada
mulanya sering direncanakan sistem saluran terbuka, tanpa
mempergunakan bangunan pengendali air. Bangunan-bangunan
pengendali air dan pengelolaan air yang telah disempurnakan
diperkenalkan pada tahap berikutnya. Kebutuhan akan bangunan dapat
dipertimbangkan apabila telah tersedia pengetahuan yang lebih tepat
mengenai kondisi perbatasan hidrolik, dan apabila ketinggian lahan,
sebagai akibat penyusutan, dan kondisi tanah telah menjadi lebih stabil dari
pada tahap awal.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-18
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
1) Pencegahan banjir
Untuk mencegah banjir, saluran harus ditutup dengan
mempergunakan daun pintu bangunan atau tanggul saluran yang
ditinggikan. Semakin tinggi permukaan tanah yang terdapat disekitar
saluran, maka semakin sedikit bangunan (walaupun lebih besar) yang
dibutuhkan dan semakin pendek tanggul yang diperlukan.
2) Drainase terkendali
Mempertahankan tinggi muka air saluran beberapa dm dibawah
permukaan tanah dengan cara menutup sebagian pintu bangunan
(pintu sekat) dapat meningkatkan pencucian tanah.
3) Pembilasan saluran
Dengan cara mengatur keluar masuknya aliran air, air yang terkena
polusi dapat berhasil dikosongkan dari saluran.
4) Retensi air
Menjaga agar pintu tetap tertutup selama periode curah hujan rendah
dapat membantu mempertahankan tinggi muka air tinggi pada saluran
dan sawah-sawah.Bangunan untuk tujuan ini sangat baik ditempatkan
ditingkat tersier untuk menyesuaikan tinggi muka air tersebut dengan
perbedaan topografi.
5) Suplai air
Dengan cara membuka pintu hanya pada waktu tinggi muka air pada
bagian luar lebih tinggi daripada tinggi muka air pada bagian dalam,
suplai air netto kesaluran dapat dicapai.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-19
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-20
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
yang lebih baik pada saluran primer / saluran sekunder tersebut, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan daya guna bangunan pengendali air tersier.
a) Pintu Sekat
Pintu Sekat adalah balok kayu yang dapat dipasang pada alur
pintu/sponing bangunan. Pintu ini berfungsi untuk mengatur muka air
saluran pada ketinggian tertentu. Bila muka air lebih tinggi dari pintu
sekat balok, akan terjadi aliran diatas pintu sekat balok tersebut.
Pintu sekat juga bisa disebut bangunan yang paling murah dan mudah
dibuat. Pintu tersebut mudah dipelihara dan khususnya berguna untuk
menahan tinggi muka air minimum pada saluran (drainase terkendali).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-21
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Fungsi Pintu Sorong adalah untuk mengatur aliran air yang melalui
bangunan sesuai dengan kebutuhan seperti : menghindari banjir dan
menahan air di saluran pada saat musim kemarau.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-22
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
a) Bahan bangunan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-23
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
diangkut
Fiberglass - Murah - Mudah Pecah.
- Bobot Ringan - Pemasangan rumit bisa
dikombinasikan dengan
- Pemasangan cepat.
beton.
- Pengendalian mutu eaktu pra
- Mudah terbakar.
cetak
- Anti Karat.
b) Metode Fondasi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-24
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
d) Papan Duga
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-25
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-26
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-27
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Untuk menjaga agar panjang tanggul yang diperlukan tetap pendek, maka
tanggul pengaman banjir sangat baik diletakkan disepanjang batas jaringan
bagian luar. Pada tempat dimana saluran-saluran primer harus melintasi
tanggul, diperlukan bangunan-bangunan pintu, atau jika hal ini tidak
memungkinkan, misalnya dikarenakan fungsi navigasi saluran tersebut,
maka tanggul banjir tersebut harus diperluas disepanjang saluran-saluran
primer, dan disepanjang saluran-saluran lainnya yang berhubungan terbuka
dengan sungai.
Lokasi yang terbaik untuk tanggul pengaman banjir dan bangunan harus
dipertimbangkan secara hati-hati pada setiap situasi. Disamping biaya yang
meningkat, kerugian-kerugian lain akibat memperluas tanggul pengaman
banjir disepanjang saluran sekunder dan tersier adalah Hilangnya lahan
pertanian dan Perusakan aliran drainase dari lahan rumah dan lahan usaha
(mungkin perlu dipasang gorong-gorong kecil berpintu).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-28
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
2.8. Latihan
1. Apa saja yang termasuk dalam Jaringan Reklamasi Rawa itu,
jelaskan.
2. Jelaskan 3 pilar untuk pengelolaan air pada Jaringan irigasi rawa?.
3. Jelaskan mengenai keuntungan dan kerugian pintu sekat dan ulir ?
4. Jelaskan jua mengenai keuntungan dn kerugian dari bahan yang
digunakan pada bangunan pengendali air ?
5. Apa fungsi dari saluran : Primer,Drainase Sekunder dan tersier itu ?
2.9. Rangkuman
Jaringan Reklamasi Rawa
Secara prinsip ada 3 pilar pengelolaan air yang harus tercakup dalam
pengembangan Jaringan Irigasi rawa , yaitu:
1) Konservasi rawa,
2) Pendayagunaan rawa
3) Pengendalian daya rusak.
Perencanaan sistem jaringan irigasi rawa untuk jaringan baru maupun
untuk peningkatan jaringan yang sudah ada meliputi :
1) Perencanaan Awal Tata letak sistem saluran
6) Pengamanan Banjir
Tata letak petak lahan untuk areal permukiman di lahan rawa mempunyai
persyaratan sebagai berikut:
a) Drainase :.
b) Fasilitas Umum
c) Mudah dicapai :
d) Jarak Perjalanan :
e) Garis Sempadan saluran dan jalan :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-29
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
b) Ukuran bangunan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-30
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI RAWA
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
kriteria perencanaan jaringan irigasi rawa
Selama terjadi hujan lebat, suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah
bahwa tinggi muka air (tanah) untuk sementara waktu naik keatas tinggi
muka air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Namun demikian,
tinngi muka air ini akan kembali normal dalam periode waktu tertentu.
Tergantung atas jenis tanaman, kriteria ini ditetapkan untuk tanaman
sebagai berikut :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-1
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Drainase harus dilakukan pada waktu tinggi muka air saluran tersier berada
10 cm dibawah tinggi muka air ( tanah ) yang diinginkan pada lahan
tersebut. Tabel 3.1 memperlihatkan modul drainase dan persyaratan tinggi
muka air yang ditetapkan untuk Proyek Telang-saleh di Sumatera Selatan.
Dalam hal ini, kriteria disain yang menolak adalah bahwa pengeluaran air
tanah untuk tanaman palawija dengan tinggi muka air rencana disaluran
tersier berada 0,60 m dibawah permukaan tanah, atau 0,10 m lebih rendah
daripada tinggi muka air tanah rencana, yaitu 0,50 m dibawah permukaan
tanah.
a) Tanaman Padi 30 cm
b) Tanaman Lahan Kering ( Palawija ) 30 – 60 cm
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-2
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-3
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Gambar III. 1 - Modul Drainase untuk padi sawah dan jalur hijau
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-4
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-5
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-6
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Perkiraan awal dari dimensi yang diperlukan untuk drainase dan/atau suplai
dapat diperoleh dengan mempergunakan rumus aliran keadaan mantap
(Persamaan Manning), yang mempertimbangkan drainase maksimum atau
kriteria suplai, yaitu tinggi muka air pasang surut rata-rata atau tingkat muka
air tinggi disungai, dan waktu drainase atau suplai yang diperkirakan.
Perkiraan dimensi saluran baik untuk lahan rawa pasang sururt maupun
lahan rawa lebak selanjutnya dipergunakan sebagai masukan untuk model
komputer sistem.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-7
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-8
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-9
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-10
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Tanggul yang akan dilalui oleh kendaraan beroda empat : Lebarnya sama seperti disain
jalan
Tanggul yang akan dilalui oleh sepedah motor dan peralatan Lebar minimum 3 meter
pertanian kecil :
Tanggul yang akan dipergunakan sebagai jalan setapak Lebar minimum 1 meter
(biasanya disepanjang saluran tersier untuk menuju
lahan-lahan pertanian) :
3.15 Latihan
2. Jelaskan dengan apa yang dimaksud dengan modul drainase itu?.
3. Jelaskan fungsi saluran drainase pada rawa lebak itu ?
4. Jelaskan mengenai fungsi dan kriteria dimensi tanggul di rawa lebak
3.16 Rangkuman
Kriteria untuk tanaman sebagai berikut :
a) Tanaman Padi : Curah hujan selama 3 hari maksimum 1 kali
dalam 5 tahun, dikurangi dengan kenaikan penampungan lahan
sebesar 50 mm, harus dikosongkan dalam waktu 3 hari
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-11
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-12
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
BAB IV
IRIGASI RAWA LEBAK
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
Irigasi rawa lebak
Pengaruh iklim sangat kuat terjadi pada musim kemarau, hal ini
dikarenakan daerah rawa lebak merupakan wilayah terbuka yang
penguapannya cukup tinggi dengan suhu mencapai 35-400 C. Walaupun
demikian, pengaruh iklim terhadap produktivitas pertanian di lahan rawa
lebak menunjukan keunggulan, karena dengan pengelolaan yang tepat
produksi pertanian yang dihasilkan akan cukup tinggi. Pengelolaan air,
termasuk penyesuaian waktu tanam dan penataan lahan, budi daya
pertanian yang spesifik, dan pemilihan macam dan jenis tanaman serta
pola tanam yang tepat merupakan kunci dalam pengembangan pertanian di
lahan rawa lebak.
Lahan rawa lebak adalah lahan rawa yang terletak pada daerah datar,
cekung, dan tergenang air yang berasal dari luapan air sungai besar
disekitarnya, curah hujan setempat, atau banjir kiriman. Letaknya relatif
jauh dari pantai, sehingga tidak dipengaruhi pasang surut air laut.
Genangan di lahan rawa lebak umumnya memiliki ketinggiannya minimal 25
cm dengan lama genangan minimal 3 bulan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-1
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-2
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Ilustrasi hidrotopografi pada daerah rawa lebak dapat dilihat pada Gambar
IV.1 dan untuk klasifikasi hidrotopografi rawa lebak berdasarkan waktu
genangannya dapat dilihat pada Gambar IV.2.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-3
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
4.4. Tanah
Rawa lebak terbentuk sebagai akibat dari banjir tahunan pada wilayah yang
letaknya rendah, yaitu pada wilayah peralihan antara lahan darat (uplands)
dan sungai-sungai besar serta endapan marin. Penyebarannya secara
khusus terdapat di dataran banjir (floodplains), dataran meander (sungai
berkelok-kelok), dan bekas aliran sungai tua (oxbow) dari sungai-sungai
besar dan anak-anak sungai utamanya.
Ada dua kelompok tanah pada lahan rawa lebak, yaitu tanah gambut,
dengan ketebalan lapisan gambut > 50 cm, dan tanah mineral, dengan
ketebalan lapisan gambut di permukaan 0-50 cm. Tanah mineral yang
mempunyai lapisan gambut di permukaan antara 20-50 cm disebut Tanah
mineral bergambut, sedangkan tanah mineral murni hanya memiliki lapisan
gambut di permukaan tanah setebal < 20 cm.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-4
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-5
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Kandungan hara pada tanah mineral di lahan rawa lebak umumnya sedang
sampai tinggi sedangkan kandungan hara pada tanah gambut di lahan
rawa lebak tergolong miskin. Rendahnya kandungan hara disebabkan
tingginya tingkat pelindian (leaching) baik karena pengaruh iklim maupun
kondisi drainase menyebabkan banyak mineral atau hara-hara tanah yang
hilang sehingga tertinggal dalam jumlah kecil. Tanah gambut sangat rentan
terhadap leaching karena daya retensi gambut terhadap hara sangat
rendah, kecuali apabila di wilayah hulu didapati pegunungan vulkanik
sehingga setiap luapan banjir terjadi pengayaan hara yang menyebabkan
kesuburannya selalu terbarukan.
Muka air banjir maksimum dari satu tempat ke tempat lain di sepanjang
sungai menentukan kebutuhan pengamanan banjir. Pada ruas sungai yang
tidak dipengaruhi pasang surut (dataran banjir sungai), banjir ditentukan
oleh aliran sungai dan muka air sungai. Walaupun sudah dilengkapi dengan
tanggul pelindung banjir yang memadai, muka air banjir sungai tersebut
dapat menghambat aliran air drainase dari lahan dan daerah tertentu.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-6
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
4.6.1. Tipe jaringan irigasi rawa lebak berdasarkan tata pengaturan air dan
konstruksi bangunannya.
Berdasarkan tata pengaturan air dan konstruksi bangunannya, jaringan
rawa lebak dibedakan menjadi :
1) Pintu sorong
Pintu sorong adalah pintu yang terbuat dari plat besi/kayu/fiber,
bergerak vertikal dan dioperasikan secara manual. Fungsi pintu sorong
adalah untuk mengatur aliran air yang melalui bangunan sesuai dengan
kebutuhan, seperti menghindari banjir yang datang dari luar dan
menahan air di saluran pada saat kemarau panjang. Contoh bentuk
pintu sorong dapat dilihat pada Gambar IV.3.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-7
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-8
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-9
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-10
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
provinsi ditemukan lima sistem tata air pada jaringan irigasi rawa lebak
sebagai berikut:
Daerah rawa lebak di Indonesia yang memakai sistem tata air ini
diantaranya adalah
Di daerah Rawa Tinondo, sumber air didapat dari air hujan yang
mengalir mengikuti gravitasi di daerah yang berupa cekungan tersebut.
Ditengah-tengah area terdapat saluran pembuang untuk membuang
kelebihan air. Skema jaringan irigasi rawa lebak dengan menggunakan
sistem tata air tadah hujan ini dapat dilihat pada Gambar IV.5.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-11
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Gambar IV. 5 - Skema jaringan irigasi rawa lebak dengan sistem tata
air tadah hujan
Sistem tata air dari jaringan irigasi rawa lebak yang menggunakan
sistem tata air tadah hujan dapat dilihat pada Gambar IV.6.
Gambar IV. 6 - Sistem tata air jaringan irigasi rawa lebak dengan tadah
hujan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-12
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Sistem tata air suplesi air sungai terdapat di daerah irigasi rawa lebak
dengan kondisi di dekat rawa lebak terdapat sungai dan ketinggian
lahan rawa lebak sama dengan muka air sungai sehingga air sungai
dapat mengairi rawa lebak.
Daerah irigasi rawa lebak di Indonesia yang memakai sistem tata air ini
antara lain Daerah irigasi Rawa Lebak Peninjauan, Kabupaten Seluma,
Propinsi Bengkulu dan Daerah Rawa Lebak Ogan Keramasan I,
Kecamatan Ogan Ilir, Propinsi Sumatera Selatan. Skema jaringan
irigasi rawa lebak dengan sistem tata air suplesi air sungai ini dapat
dilihat pada Gambar IV.7.
Gambar IV. 7 - Skema jaringan irigasi rawa lebak dengan sistem tata air
suplesi air sungai
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-13
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Sistem tata air dari jaringan irigasi rawa lebak dengan sistem tata air
suplesi air sungai dapat dilihat pada Gambar IV.8.
Gambar IV. 8 - Sistem tata air jaringan irigasi rawa lebak dengan
suplesi air sungai.
Sementara itu di Daerah Rawa Air Hitam, suplesi air sungai didapatkan
dengan cara membendung sungai. Metode suplesi air sungai pada
daerah rawa air hitam ini dapat dilihat pada Gambar IV.9.
saluran
daerah rawa lebak
sungai
bendungan
sungai
Gambar IV. 9 - Sistem tata air jaringan irigasi rawa lebak dengan
suplesi air sungai ditambah bendung
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-14
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
3) Sistem tata air long storage (tampungan air) dan/atau suplesi air sungai
dengan pompa
Sistem tata air suplesi air sungai dengan pompa terdapat di daerah
rawa lebak dengan kondisi di dekat rawa terdapat sungai dan
ketinggian lahan lebih tinggi dari muka air sungai sehingga air sungai
harus dipompa agar dapat mengairi rawa lebak.
Gambar IV. 10 - Skema jaringan irigasi rawa lebak dengan sistem tata
air suplesi air sungai dan pompa
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-15
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Sistem tata air dari jaringan irigasi rawa lebak yang menggunakan
sistem tata air suplesi air sungai dan pompa dapat dilihat pada Gambar
IV.11.
Suplesi Air
Sungai Air Hujan
pompa
daerah rawa lebak
Gambar IV. 11 - Sistem tata air jaringan irigasi rawa lebak dengan
suplesi air sungai dan pompa.
4) Sistem tata air long storage (tampungan air) dengan pompa
Sistem tata air long storage (tampungan air) dengan pompa terdapat di
daerah rawa lebak dengan kondisi lahan rawa yang merupakan
hamparan dataran yang luas dan jaraknya jauh dari sumber air,
sehingga dibuat long storage (tampungan air) sebagai sumber air
tambahan. Daerah rawa lebak di Indonesia yang memakai sistem ini
adalah Daerah Rawa Lebak Merauke, Papua. Di daerah rawa ini,
sumber air didapat dari air hujan yang ditampung pada long storage
(tampungan air). Suplai air didapat dengan menggunakan bantuan
pompa, karena posisi lahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
saluran. Skema jaringan irigasi rawa lebak dengan sistem tata air
sistem long storage (tampungan air) dan pompa ini dapat dilihat pada
Gambar IV.12.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-16
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Gambar IV. 12 - Skema jaringan irigasi rawa lebak dengan sistem tata
air long storage (tampungan air) dan pompa
Sistem tata air dari jaringan irigasi rawa lebak yang
menggunakansistem tata air long storage dan pompa dapat dilihat pada
Gambar IV.13.
pompa
pompa
Saluran Saluran
sekunder tersier
Gambar IV. 13 - Sistem tata air jaringan irigasi rawa lebak dengan long
storage (tampungan air) dan pompa
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-17
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
Sistem tata air polder terdapat di daerah rawa lebak dengan kondisi
muka air sungai hampir sama dengan ketinggian lahan rawa lebak.
Daerah rawa lebak di Indonesia yang memakai sistem ini adalah
Daerah Rawa Lebak Alabio, Kalimantan Selatan. Skema jaringan irigasi
rawa lebak dengan sistem tata air polder ini dapat dilihat pada Gambar
IV.14.
Gambar IV. 14 - Skema jaringan irigasi rawa lebak dengan sistem tata
air polder
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-18
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
pompa digunakan agar pada musim kemarau suplai air dari sungai bisa
tetap dialirkan ke daerah rawa. Sistem Tata air dari jaringan irigasi rawa
lebak yang menggunakan sistem tata air tanggul (polder) dapat dilihat
pada Gambar IV.15.
Pompa
Air Hujan
Polder
Gambar IV. 15 - Sistem tata air jaringan irigasi rawa lebak dengan
polder
Setiap klasifikasi sistem tata air pada daerah rawa lebak akan memiliki
sistem operasi dan pemeliharaan yang berbeda, hal ini dikarenakan
teknik dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan operasi dan
pemeliharaan berbeda. Untuk itu, penjabaran kegiatan operasi,
pemeliharaan, pemantauan, evaluasi dan pembiayaan akan dibagi
untuk setiap klasifikasi sistem tata air.
A Tadah hujan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-19
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
4.7. Latihan
1. Jelaskan mengenai karakteristik lahan rawa lebak?
2. Jelaskan mengenai tanah di lahan rawa lebak?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan jaringan irigasi rawa lebak ;
sederhana,semi teknis dan teknis itu ?
Uraikan tentang system tata air pada jaringan irigasi rawa lebak
4.8. Rangkuman
Rawa Lebak merupakan lahan tanah rendah yang berpaya berbentuk
cekungan dimana dalam musim hujan seluruhnya digenangi air dan dalam
musim kemarau berangsur kering,bahkan kadang – kadang ada yang
kering sama sekali selama masa yang relatif singkat ( 1 – 2 bulan).
Untuk daerah yang berada dekat dengan sungai, air yang menggenagi
daerah rawa berasal dari luapan sungai di sekitarnya dan ada pula daerah
rawa yang sudh tergenang terus enerus akibat air hujan sebelum
melimpahkan airnya ke daerah sekitarnya.
Fdua faktor penting yang menyebabkan adanya genangan atau penjenuhan
air yang berlangsung lama ialah topogrfi yang datar diselingi dengan
adanya cekungan – cekungan dan keadaan drainase alam yang tidak baik
(buruk).
Ada dua kelompok tanah pada lahan rawa lebak, yaitu tanah gambut,
dengan ketebalan lapisan gambut > 50 cm, dan tanah mineral, dengan
ketebalan lapisan gambut di permukaan 0-50 cm. Tanah mineral yang
mempunyai lapisan gambut di permukaan antara 20-50 cm disebut Tanah
mineral bergambut, sedangkan tanah mineral murni hanya memiliki lapisan
gambut di permukaan tanah setebal < 20 cm.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-20
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Sistem planning merupakan salah satu rangkaian kegiatan S.I.D “Proses
Perencanaan Teknis” dan merupakan proses awal perencanaan
pemanfaatan rawa. Sistem planning merupakan bagian utama dari proses
pengembangan jaringan irigasi rawa yang mengaplikasikan data survey
investigasi dan faktor lain yang diperlukan, kemudian disusun dalam suatu
perencanaan secara makro sesuai dengan kebutuhan pengguna, beserta
seluruh prasarana tata air, jaringan transportasi dan pengamanan banjir.
sistem planning harus mencakup semua aspek perencanan yang berskala
makro / menyeluruh yaitu :
a) Perencanaan tata letak saluran
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-1
Modul 06 System Planning Jaringan Irigasi Rawa Lebak
DAFTAR PUSTAKA
.
GLOSARIUM
Drainase ; pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan
dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat
dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air
Berm : semacam tanggul atau dinding teras yang terbentuk secara alami. Lereng
yang sengaja dibuat untuk penahan longsor pada tambang terbuka atau pada
penggalian lainnya.