Anda di halaman 1dari 44

EVALUASI POTENSI AIR TANAH

EVALUASI POTENSI AIR TANAH


DALAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN

Kegiatan
Evaluasi
Potensi ABT

Basis
Cekungan ABT

Sistem Database
dan Informasi ABT
Nasional & Daerah
Ketersediaan
(Jumlah &Mutu ABT)
Optimalisasi
Pemanfaatan ABT

Perencanaan
Pendayagunaan ABT

Konservasi
Sumberdaya
ABT

Kelestarian
ABT

Pemanfaatan
Berkelanjutan

I. METODE
EVALUASI
Metode

Gabungan
Metode :

TAHAPAN

Deduktif,
Empirik,
Analitik,
Estimasi
Kuantitatif
EVALUASI

o Pengumpulan Data.
o Evaluasi Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer.
o Evaluasi Parameter Akuifer dan Non-Akuifer.
o Penentuan Jumlah dan Mutu ABT.
o Penentuan Daerah Imbuh dan Daerah Lepasan.
o Penentuan Tingkat Potensi ABT.
o Pelaporan.

II. PENGUMPULAN DATA


1. DATA PRIMER
Meliputi :

Pengamatan dan Pemutakhiran Data Geologi.


Pengamatan & Pengukuran Titik Minatan Hidrogeologi

dan Hidrologi (sumur gali, sumur pasak, sumur bor,


mataair, rembesan, kolam, danau, rawa, sungai).
Pengukuran Geofisika.
Pengeboran Sumur Eksplorasi.
Uji Pemompaan pada Sumur-sumur Terpilih.
Pengambilan Contoh ABT untuk analisis laboratorium.

2. DATA SEKUNDER
Meliputi :
Peta topografi dan peta geologi skala > 1 :
100.000.
Data Hasil Kegiatan pengeboran.
Analisis Pengukuran Geofisika.
Analisis Fisik dan Kimia ABT.
Hidroklimatologi.
Hidrologi.
Jenis Tanah, Tanaman Penutup, & Tata Guna
Lahan.
Penggunaan ABT.

III. GEOMETRI CEKUNGAN AIR TANAH


1) Penentuan Batas Lateral Cekungan ABT dan Tipenya.
2) Penentuan Batas Vertikal Cekungan ABT:
Batas bagian atas cekungan
Batas bagian bawah cekungan

IV. KONFIGURASI SISTEM AKUIFER

Penentuan Sebaran Lateral.


Penentuan Sebaran Vertikal :
Membuat penampang hidrogeologi.
Menentukan kedalaman bagian atas sistem
akuifer.
Menentukan kedalaman bagian bawah sistem
akuifer.

V. PARAMETER AKUIFER DAN NON-AKUIFER


1. Koefisien kelulusan (k) ditentukan dengan
a) uji lapangan (uji akuifer, packer test, & uji perkolasi).
b) uji laboratorium (falling head, constant head, grain size
analysis).
c) metode deduktif.
2. Koefisien keterusan (T) ditentukan dengan :
a) uji lapangan melalui uji akuifer.
b) metode gabungan antara deduktif dan analitis.
3. Koefisien simpanan (S) ditentukan melalui uji
akuifer.

HARGA KOEFISIEN KELULUSAN BERBAGAI MACAM BATUAN

Material
Kerakal kasar
Kerakal
Kerikil
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir halus
Lanau
Lempung
Batupasir halus
Batupasir sedang kasar
Batugamping
Dolomit
Gosong pasir (dune sand)
Loess
Gambut
Sekis
Sabak
Tuf
Basalt
Gabro lapuk
Granit lapuk

k [m/hari]
Morris & Johnson
dalam Todd (1980)

Schoeller, 1962
dalam Kruseman & de Ridder (1983)

150
270
450
45
12
2.5
0,08
0,0002
0,2
3,1
0,94
0,001
20
0,008
5,7
0,2
0,00008
0,2
0,01
0,2
1,4

1,0 - 1000
1,0 - 200
0,1 - 10
0.1
0,00001 0,0000001
-

VI. JUMLAH AIR TANAH


Penentuannya melalui penghitungan parameterparameter jumlah ABT sebagai berikut :
1) JUMLAH IMBUHAN AIR BAWAH TANAH
Besarnya curah hujan yang meresap dan membentuk air
bawah tanah melalui proses perkolasi.
Estimasi antara lain dengan : persentase curah hujan,
neraca khlorida, dan hidrograf sumur.
2) DEBIT ALIRAN AIR BAWAH TANAH
Aliran air bawah tanah yang masuk ke dalam cekungan.
Aliran air bawah tanah yang ke luar dari cekungan.

1. JUMLAH IMBUHAN AIR TANAH


@ Persentase Curah Hujan (Precipitation Percentage)
RC = RF x A x RC %
RC = imbuhan ABT; dimensi : [panjang3/waktu], misal [m3/tahun]
RF = curah hujan rata-rata; dimensi : [panjang/waktu], misal [m/tahun]
A
= luas singkapan akuifer; dimensi : [panjang 2], misal m2
RC % = angka persentase imbuhan, dalam %

@ Neraca Khlorida (Chloride Balance)


RC =

RF x Cl- dalam air hujan


Cl- dalam contoh air di sumur

Cl- = kadar ion khlorida, dalam mg/liter

@ Hidrograf Sumur (Well Hydrograph)


RC = A x hw x Sy
hw
Sy

= kenaikan muka preatik; dimensi : [panjang, misal [m]


= serahan jenis (specific yield), dalam %

PERSENTASE IMBUHAN AIR TANAH DI JAWA


( Binnie & Partners - Far East Ltd., 1984 )
Curah Hujan
[mm/thn]

Imbuhan
[ % ]

Jawa

2206

30

Bakker, 1952

Jawa Barat

2500

50

Pulawski, 1976

Jawa Tengah

3500

50

Jawa Tengah

2500

36

Jawa Tengah

2400

11

Binnie & Partners, 1983

Jawa Timur

1997

27

Binnie & Partners, 1980

Jawa Tengah

3500

33

Binnie & Partners, 1983

Volkanik Tua

Jawa

3100

14

Bakker, 1952

Sedimen Tersier (napal


& lempung)

Jawa

3400

Bakker, 1952

Batupasir
Batugamping

Sabah

3098

15
20 - 30

Tipe
Akuifer

Volkanik Resen

Sedimen Volkanik
Campuran

Lokasi

Referensi

Bin nie & Partners, 1983

Binnie & Partners, 1974

CONTOH WATER TABLE RISE hw PADA SUATU HIDROGRAF SUMUR

SERAHAN JENIS (Sy) BERBAGAI MACAM BATUAN


(Todd D.K., 1980)
Material

Sy [%]

Material

Sy [%]

Kerakal kasar

23

Batupasir halus

21

Kerakal

24

Batupasir sedang

27

Kerikil

25

Batugamping

14

Pasir kasar

27

Gosong pasir (dune sand)

38

Pasir sedang

28

Gambut

44

Pasir halus

23

Sekis

26

Lanau

Batulanau

12

Lempung

Tuf

21

2. DEBIT ALIRAN AIR TANAH (TERTEKAN)


Aliran AT Masuk
(Groundwater Inflow)

Cekungan
ABT

Aliran ABT Keluar


(Groundwater Outflow)

Persamaan Darcy
Q = kD

hn - hn-1
L

Q = debit aliran ABT; dimensi : [panjang3/waktu], misal m3/tahun


hn = tinggi muka ABT di bagian hulu aliran; dimensi [panjang], misal m
hn-1 = tinggi muka ABT di bagian hilir aliran ; dimensi [panjang], misal m
l = lebar akuifer; ; dimensi [panjang], misal m

h3

h2
garis aliran (flow line)
Q2
L2

Q1
L1

h1

h1, h2, h3 = garis sama tinggi muka air


bawah tanah (equipotential line)
h1 > h2 > h3

PENGHITUNGAN
ALIRAN AIR TANAH
1

3. PENENTUAN DEBIT OPTIMUM (Qopt)


Ditentukan antara lain dengan 3 (tiga) cara, yakni :
1) Uji Sumur (Well Test).

2) Estimasi Kuantitatif : untuk menentukan Qopt areal


pada suatu cekungan air bawah, melalui

o penentuan ketebalan (D) setiap sistem

akuifer;
o penentuan koefisien kelulusan (k) setiap
sistem akuifer;
o penentuan koefisien keterusan (T = kxD)
setiap sistem akuifer;
o penentuan debit jenis (Qs = T/1.22) setiap
sistem akuifer.
o penentuan debit optimum (Qopt) setiap
3) Metode
Geometri
sumur
padaSichart.
setiap sistem akuifer dengan
menurunkan muka air bawah tanah sampai

Qopt

Q [liter/detik]
Q1

Q2

Qmaks

Q4

Q3

s1

s [m]
s2

Qmaks
re
b
k

S3

=
=
=
=
=

debit maksimum [m3/detik]


radius efektif [ m]
(r lobang + r saringan)/2
ketebalan akuifer yang disadap [m]
koefisien kelulusan [m/detik]

S4

k
Qmaks = 2.re.b.
15

PENENTUAN DEBIT OPTIMUM (Qopt)


DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI SICHARD

4. JARAK MINIMUM ANTARSUMUR

Ditentukan agar Qopt pada setiap sumur


yang dibuat dapat dicapai;
Ditentukan berdasarkan uji pemompaan yang
dilengkapi
dengan
sumur-sumur
pengamat
(observation wells).

DEBIT OPTIMUM (Qopt) DAN JARAK ANTAR SUMUR (2R)


PADA AKUIFER TAK TERTEKAN (AKUIFER DANGKAL)
PERSAMAAN THIEM :
2R = 2 r x 10

2
2
Qopt = 1.366 k(H h )
log R/r

1.366 k(H2 h2) / Qopt

DEBIT OPTIMUM (Qopt) DAN JARAK ANTAR SUMUR (2R)


PADA AKUIFER TERTEKAN (AKUIFER DALAM)
PERSAMAAN THIEM :
Qopt =

(2.73 kb (H - h)) / Qopt


2R = 2 r x 10

2.73 kb (H h)
log R/r

BATAS PENGAMBILAN AIR TANAH


DITENTUKAN DARI PENURUNAN MUKA AIR TANAH AKIBAT
PEMOMPAAN, DIPERHITUNGKAN DARI KONDISI AWAL
AKUIFER TIDAK TERTEKAN
Aman : penurunan muka air tanah maksimum < 40 %.
Rawan : penurunan muka air tanah maksimum 40 60 %.
Kritis : penurunan muka air tanah 60 80 %.
Rusak : penurunan muka air tanah > 80 %.
AKUIFER TERTEKAN
Aman : penurunan muka air tanah maksimum < 40 %.
Rawan : penurunan muka air tanah maksimum 40 60 %.
Kritis : penurunan muka air tanah mencapai batas atas lapisan kedap
air penutupnya.
Rusak : penurunan muka air tanah mencapai batas bawah lapisan
kedap air penutupnya.
1

5. NERACA AIR TANAH


Menghitung besarnya komponen masukan
(inflow) dan keluaran (outflow) dari suatu
daur hidrologi di suatu cekungan air bawah
tanah
:
Analisis
data hidroklimatologi: curah hujan (P),
evapotranspirasi (ET), limpasan permukaan (surface
run-off, RO).
Penghitungan neraca ABT dengan mempertimbangkan
model konseptual sistem akuifer pada cekungan ABT
yang dikaji.

Persamaan umum neraca air (Dune & Leopold, 1978) :


P = R + Eat + U + Sm + Sg
Eat=evapotranspirasi nyata,
U
= perkolasi
Sm = perubahan cadangan kelengasan tanah,
Sg = perubahan cadangan ABT

Ro

G01

G02

A1

P1

Sistem I

P2

Ri

Gi1

(kD)1

A2

Gi2
(kD)2

Sistem II

NERACA AIR BAWAH TANAH


Masukan = Keluaran + Perubahan Cadangan
(perubahan cadangan untuk kurun waktu satu tahun adalah nol)
Sistem I : P1+Gi1+S = Go1+Ro+A1

.Persamaan 1)

Sistem II : P2+Ri+Gi2 = Go2+S+Gi1+A2

Persamaan 2)

Persamaa n 1) + Persamaan 2) menghasilkan :


(P1+P2)+(Ri - Ro) + Gi2 -(A1+A2)

- (Go1+Go2) = 0

.... Persamaan 3

VII. MUTU AIR TANAH


Penentuan mutu ABT dilakukan melalui :

EVALUASI HIDROKIMIA

Mendapatkan
informasi
tentang
genesa,
kecepatan dan arah pergerakan, imbuhan &
lepasan
EVALUASI ABT.
BAKTERIOLOGI

o Mengetahui kandungan bakteri patogen & coli di dalam air


bawah tanah.

o Tujuannya

untuk mendeteksi polusi biologi terhadap ABT &


menguji kelayakan penggunaannya untuk keperluan air minum.

EVALUASI PERUNTUKAN
o Mengetahui kelayakan penggunaan ABT bagi berbagai
keperluan (air minum, rumah tangga, industri, & pertanian).

VIII. DAERAH IMBUHAN & DAERAH LEPASAN


ABT

CARA
PENENTUA
N

Tumpangsusun (overlay) antara peta muka


preatik & peta muka pisometrik. Garis
perpotongan antara keduanya adalah garis
engsel (hinge line), yang merupakan batas
antara daerah imbuhan & daerah lepasan.
Penentuan dengan cara pendekatan yang
mengacu
kepada
konsepsi-konsepsi
hidrogeologi yang berlaku.

DAERAH IMBUHAN DAN LEPASAN AIR TANAH


PADA KERUCUT GUNUNG API
DAERAH IMBUHAN AIR TANAH
DAERAH LEPASAN AIR TANAH

KAKI GUNUNGAPI

PUNCAK
GUNUNGAPI

LERENG GUNUNGAPI
mata air
muka tanah

mata air

IX. TINGKAT POTENSI AIR TANAH


Ditentukan
berdasarkan
penilaian
secara
areal
tentang
kemungkinan pengembangan ABT untuk keperluan tertentu, misal
untuk air minum.
Kemungkinan pengembangan ABT didasarkan 2 (dua) kelompok kriteria :

1. KELOMPOK KRITERIA JUMLAH

Besar : jika Qopt setiap sumur > 10 liter/detik.


Sedang : jika Qopt setiap sumur antara 2.0 - 10 liter/detik.
Kecil : jika Qopt setiap sumur < 2.0 liter/detik.
Pada setiap kelas di atas, perlu ditentukan
jarak minimum antarsumur agar debit
optimum dapat dicapai.

2. KELOMPOK KRITERIA MUTU


Potensi ABT untuk keperluan air minum, kelompok kriteria
mutu mengacu kepada kelayakannya untuk keperluan air
minum (standar Depkes, RI)
Kriteria mutu membedakan 3 (tiga) kelas yakni

o baik

: jika kandungan unsur/senyawa anorganik di dalam ABT


di bawah nilai maksimum yang disarankan;

o sedang

: jika kandungan unsur/senyawa anorganik di dalam ABT


antara nilai maksimum yang disarankan dan nilai maksimum
diperbolehkan;

o jelek

: jika kandungan unsur/senyawa anorganik di dalam ABT


di atas nilai maksimum yang diperbolehkan.

Standar Air Minum KepKes untuk Unsur/Senyawa Kimia Utama


Parameter
kimia

Satuan

Kadar/Nilai Maksimum yang Diperbolehkan


(PERMENKES NO.
907/MENKES/SK/VII/2002)

Cl
NO3
SO4
pH
TDS

mg/Liter
mg/Liter
mg/Liter
mg/Liter

250
50
250
6,5-8,5
1000

X. TINGKAT POTENSI AIR TANAH


Ditentukan
dari
penilaian kelompok kriteria jumlah & kelompok kriteria mutu
Tinggi, jika setiap sumur yang dibuat (dengan jarak antarsumur
tertentu) menghasilkan Qopt > 10 liter/detik dengan mutu air baik.
Sedang, jika setiap sumur yang dibuat (dengan jarak antarsumur
tertentu) menghasilkan Qopt antara 2,0 - 10 liter/detik atau lebih
dari 10 liter/detik dengan mutu air baik - sedang.
Rendah, jika setiap sumur yang dibuat dengan jarak antarsumur
tertentu menghasilkan Qopt < 2,0 liter/detik dengan mutu air baik sedang.
Nihil, jika setiap sumur yang dibuat menghasilkan air dengan mutu
jelek.

Kualitas
Standar Kualitas Air Minum
(Permenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002)
Kuantitas

Baik
(Memenuhi Syarat)

Besar
(Q>10 liter/detik)

Tinggi

Sedang
(Q = 2-10 liter/detik)

Sedang

Kecil
(Q< 2 liter/detik)

Rendah

Jelek
(Tidak Memenuhi Syarat)

Nihil

MATRIKS POTENSI AIR TANAH

XI. PELAPORAN
Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk laporan tertulis, yg dilengkapi
1. Peta Potensi Cekungan ABT Skala > 1:100.000
Wilayah Potensi ABT.
Konfigurasi & Parameter Akuifer.
Parameter Sumur.
Daerah Imbuhan & Daerah Lepasan ABT.
2. Peta Peta-peta Tematik:
Peta Morfologi.
Peta Satuan Hidrogeologi.
Peta Kedalaman Bag. Atas & Bag. Bawah Akuifer.
Peta Ketebalan Akuifer.
Peta Muka ABT.
Peta Mutu ABT.
3. Gambar, sketsa, grafik, & tabel hasil analisis.

KATA PENGANTAR
RINGKASAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Metodologi
1.5 Peralatan
1.6 Penyelidikan Terdahulu
BAB II KEADAAN UMUM
2.1 Lokasi
2.2 Morfologi
2.3 Geologi
2.4 Hidrologi
2.4.1 Iklim
2.4.2 Suhu Udara
2.4.3 Curah Hujan
2.4.4 Evapotranspirasi
2.4.5 Limpasan Permukaan
2.4.6 Neraca Air
2.5 Tata Guna Lahan
2.6 Penduduk dan Penggunaan Air
BAB III HIDROGEOLOGI
3.1 Tinjauan Umum
3.2 Geometri Cekungan Air Tanah
3.3 Konfigurasi Sistem Akuifer
3.4 Parameter Akuifer
3.5 Kuantitas Air Tanah
3.6 Kualitas Air Tanah
3.7 Daerah Imbuhan Air Tanah dan Daerah Lepasan Air Tanah
BAB IV POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AIR TANAH
4.1 Daerah/Wilayah Potensi Air Tanah
4.2 Pemanfaatan Air Tanah
4.3 Neraca Air Tanah
4.4 Prospek Pengembangan Air Tanah
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

PETA POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH PEKALONGAN


Potensi Airtanah Sedang pada Akuifer
Dangkal dan Akuifer Dalam
Akuifer Dangkal
Kedalaman akuifer

: 0,85 - 45 mbmt

Muka airtanah

: 0,85 - 11,5 mbmt

Keterusan (T)

: 11,45 - 27,48 m2/hari

Debit jenis (Qs)

: 0,07 - 0,28 l/dtk/m

Debit optimum (Qopt)

: 2,1 - 2,35 l/dtk

Jarak antar sumur (2R)

: 36,4 - 68,7 m

Mutu airtanah

: Baik

Akuifer Dalam

Kedalaman akuifer

: 65,0 -135,0 mbmt

Muka airtanah

: 6,15 - 19,0 mbmt

Keterusan (T)

: 20,39 - 490,18 m2/hari

Debit jenis (Qs)

: 0,30 - 4,73 l/dtk/m

Debit optimum (Qopt)

: 2,45 - 8,90 l/dtk

Jarak antar sumur (2R)

: 95,8 - 180 m

Mutu airtanah

: Baik

PETA POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH PEKALONGAN


Potensi Airtanah Rendah pada Akuifer Dangkal
dan Sedang pada Akuifer Dalam

Akuifer Dangkal
Kedalaman akuifer

: 1,2 -80 mbmt

Muka airtanah

: 1,2 - 27,7 mbmt

Keterusan (T)

: 8.73 - 10.90 m2/hari

Debit jenis (Qs)

: 0,09 - 0,11 l/dtk/m

Debit optimum (Qopt)

: 0,15 - 1,77 l/dtk

Jarak antar sumur (2R)

: 22,3 - 40,12 m

Mutu airtanah

: Baik

Akuifer Dalam

Kedalaman akuifer

: 60,0 - 175,0 mbmt

Muka airtanah

: 6,5 - 35,0 mbmt

Keterusan (T)

: 67,17 - 351,01 m2/hari

Debit jenis (Qs)

: 0,73 - 3,33 l/dtk/m

Debit optimum (Qopt)

: 2.0 - 7,75 l/dtk

Jarak antar sumur (2R)

: 115,0 - 190,0 m

Mutu airtanah

: Baik

PETA POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH PEKALONGAN


Potensi Airtanah Nihil pada Akuifer Dangkal
dan Rendah pada Akuifer Dalam

Akuifer Dangkal
Mutu airtanah jelek ( kandungan klorida
600mg/l ) terbentuk dalam lingkungan
pengendapan laut pada saat terjadi genang
laut (transgresi).

Akuifer Dalam

Kedalaman akuifer

: 58,5 - 141,5 mbmt

Muka airtanah

: 5,0 - 39,0 mbmt

Keterusan (T)

: 39,44 - 76,95 m2/hari

Debit jenis (Qs)

: 0,73 - 0,88 m/hari

Debit optimum (Qopt)

: 0,35 - 1,80 l/dtk/m

Jarak antar sumur (2R)

: 124,5 - 178,0 m

Mutu airtanah

: Umumnya baik

PETA POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH PEKALONGAN


Potensi Airtanah Nihil pada Akuifer
Dangkal dan Akuifer Dalam
Airtanah tidak dapat dimanfaatkan untuk
keperluan air minum karena mutunya jelek
(Kandungan khlorida > 600 mg / l ).
Litologi akuifer terbentuk pada lingkungan
pengendapan laut, dipengaruhi pasang-surut air
laut.

PETA POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH PEKALONGAN


Potensi Airtanah Rendah pada Akuifer
Dangkal dan Akuifer Dalam
Akuifer Dangkal
Kedalaman akuifer

: 0,5 - 75,3 mbmt

Muka airtanah

: 0,5 - 35 mbmt

Keterusan (T)

: 7,10 - 10,66 m2/hari

Debit jenis (Qs)

: 0,07 -0,09 l/dtk/m

Debit optimum (Qopt)

: 0,2 - 1,15 l/dtk

Jarak antar sumur (2R)

: 23,0 -40,0 m

Mutu airtanah

: Umumnya baik

Akuifer Dalam

Kedalaman akuifer

: 58,5 - 141,50 mbmt

Muka airtanah

: 5,0 - 39,00 mbmt

Keterusan (T)

: 39,44 - 76,95 m2/hari

Debit jenis (Qs)

: 0,73 - 0,88 m/hari

Debit optimum (Qopt)

: 0,35 - 1,80 l/dtk

Jarak antar sumur (2R)

: 124,5 - 178,0 m

Mutu airtanah

: Umumnya baik

PETA UNIT AKUIFER

Anda mungkin juga menyukai