Anda di halaman 1dari 77

MATERI 2

BIDANG HIDROLOGI

HIDROMETRI
SUMBER MATERI
 SNI 03-2412-1991 Metode Pengambilan Sample Air
 SNI 06-2414-1991, Tata Cara Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
Menggunakan Alat Ukur Arus dan Pelampung
 SNI 3414-2008 Tata Cara Pengambilan Muatan Sedimen di Sungai dengan Cara
Integrasi Kedalaman Berdasarkan Pembagian Debit
 QA/HDR/01/2009, Prosedur dan Instruksi Kerja Survei Penempatan dan
Pembangunan Pos Hidrologi, Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Sumber Daya Air
 Linsley, Ray K. JR; Max A. Kohler and Joseph L.H. Paulhus. (1989). Hidrologi Untuk
Insinyur. Terjemahan Hermawan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
 Montarcih, Lily (2010), Hidrologi Teknik Dasar, CV Citra Malang
 Soemarto, CD. (1995). Hidrologi Teknik. Penerbit Erlangga, Jakarta.
 Soewarno, (1991). Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometri), Nova, BandungHidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa
 Soewarno, (1995). Data– Jilid 2, Nova, Bandung
 Sosrodarsono, Suyono. (1977). Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita.
Jakarta.
 Sri Harto, Br. (1993). Hidrologi: Teori, Soal, Penyelesaian. Nafiri Offset. Yogyakarta.
 Vita Ayu Kusuma Dewi, Tugas Besar Hidrologi Dasar - Lengkung Debit, Teknik
Pengairan Universitas Brawijaya Malang
www.pln.co.id |
TATA CARA PEMASANGAN
STASIUN PENGAMATAN
HIDROLOGI (HIDROMETRI)
Setelah mempelajari Tata Cara Pemasangan Stasiun
Hidrometri, diharapkan peserta dapat:
1. Memahami fungsi stasiun pengamatan hidrologi
(hidrometri) khususnya untuk perencanaan dan
operasiona pembangkit tenaga air
2. Menentukan kerapatan jaringan stasiun hujan
3. Merencanakan dan melakukan supervisi serta
evaluasi terhadap pemasangan stasiun pengamatan
hidrologi
4. Dapat memperkirakan kebutuhan bahan bangunan
untuk bangunan sipil pembangunan pos hidrologi
JENIS PERALATAN HIDROLOGI

A. HIDRO KLIMATOLOGI
 Penakar Surah Hujan Biasa
 Penakar Hujan Otomatis /Automatic Rainfall Recorder (ARR) (ARGR)
 Pengukur Tekanan Udara / Barometer
 Pengukur Kelembaban Udara
 Suhu Udara
 Panci Pengukur Penguapan
 Pengukur Arah & Kecepata Angin
 Pengukur Lama Penyinaran Matahari
 Pengukur Radiasi Matahari

A. HIDROMETRI
 Pos Duga Air Biasa (Peilschall) / Staff Gauge Observer
 Pos Duga Air Otomats/Automatic Water Level Recorder (AWLR)
 Pengukur Kecepatan Aliran / Currentmeter
 Pengukur Sedimen / Sediment Sampler
 Bangunan Ukur Debit : Thonson, Cipoletti, Amabnag Lebar dll

www.pln.co.id |
DEFINISI DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN
STASIUN HIDROLOGI
Stasiun pengamatan hidrologi adalah suatu tempat/lokasi peralatan hidrologi
yang dibangun melalui tahapan survei dan perencanaan jaringan hidrologi yang
berfungsi sebagai pemantau karakteristik hidrologi.
Tahapan pembangunan stasiun pengamatan hidrologi adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pengadaan bahan
c. Pelaksanaan pembangunan
d. Pemasangan alat
e. Pelatihan operasi dan pemeliharaan peralatan bagi pengamat
f. Penunjukkan petugas pengamat dipilih dari penduduk setempat yang terdekat
dengan syarat dapat mebaca, menulis, jujur dan bertanggung jawab.
g. Untuk menghindari kehilangan data dalam proses pengiriman, maka
pengamat diwajibkan memiliki buku arsip data pembacaan/rekaman data
pengamatan hidrologi.
h. Hasil pembacaan/rekaman data pengamatan harus segera dilaporkan kepada
pengelola hidrologi setiap bulannya..

www.pln.co.id |
KRITERIA UMUM PENENTUAN LOKASI
STASIUN HIDROMETRI
Kriteria umum atau syarat umum untuk menentukan lokasi penempatan
stasiun hidrometri adalah sebagai berikut:
 Memperhatikan hasil evaluasi kerapatan jaringan pos hidrologi yang telah
ada.
 Didasarkan pada hasil kajian kebutuhan rehab / penambahan /
pembangunan pos berdasarkan tingkat akurasi yang telah ditetapkan
dengan mempertimbangkan pendanaan.
 Penentuan jenis pos hidrologi (alat biasa/ otomatik/telemetri) perlu
memperhatikan tujuan, ketelitian data yang diinginkan dan rencana
pengembangan proyek.
 Telah ada kesepakatan dengan pemilik tanah/lahan yang akan digunakan
sebagai lokasi pos hidrologi (status tanah tidak dalam sengketa).
 Lokasi pos diusahakan dekat dengan permukiman penjaga pos/penduduk
dan mudah jangkauannya (untuk tujuan keamanan dan kemudahan
dalam pelaksanaan pencatatan/inspeksi pos).
.
www.pln.co.id |
 Tidak membangun pos hidrologi pada lokasi yang sama/berdekatan
dengan pos hidrologi milik instansi lain.
 Ada lahan tambahan untuk membangun pos jaga yang berfungsi sebagai
ruang kerja penjaga pos dalam menjalankan tugas-tugasnya (khusus pos
klimatologi).
 Untuk pos berbasis Global Standard for Mobile Communications (GSM),
lokasi yang dipilih harus mempertimbangkan kekuatan signal provider
yang akan digunakan.
 Pos/stasiun hidrologi yang dibangun agar dilengkapi bangunan pos
hidrologi, pagar pengaman, papan informasi pos dan patok bench mark
(BM).

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN DUGA MUKA AIR

KETENTUAN TEKNIS
 Untuk menghindari pembacaan negative (-) maka 0 (nol) duga muka
air dipasang pada elevasi ± 25 cm di bawah muka air minimum
 bagian atas peilskal dipasang ± 0.50 m di atas muka air maksimum
yang pernah terjadi.
 Elevasi 0 (nol) duga muka air harus diikatkan pada suatu datum/titik
tetap yang dipasang didekat pos dan elevasi datum tersebut harus
dicek setiap tahun dengan BM terdekat.
 Posisi stasiun duga muka air di pasang secara bertingkat ke arah
darat dan tidak harus dalam satu titik lokasi.

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN DUGA MUKA AIR

KRITERIA KHUSUS LOKASI


 Lokasi harus berada pada ruas sungai dengan pola aliran sejajar,
tidak terdapat perbedaan kecepatan yang significan
 Pada lokasi dengan penampang alur sungai yang stabil, relative
teratur, tidak mudah terjadi longsoran dan pengendapan
 Hubungan antara muka air dan debit dengan kepekaan yang cukup,
perubahan debit kecil terlihat dari perubahan tinggi muka air
 Tidak terdapat gangguan tanaman dan pengaruh “backwater”
 Mudah untuk didatangi setiap saat dan setiap keadaan oleh
pengamatan
 Tersedia lokasi pengukuran debit dan muka air pada saat air rendah
sampai dengan muka air tinggi.

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN DUGA MUKA AIR

PAPAN DUGA AIR BIASA (MANUAL)


 Dipasang bertingkat untuk air terendah dan tertinggi

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN DUGA MUKA AIR

PAPAN DUGA AIR OTOMATIS


AUTOMATIC WATER LEVEL RECORDER (AWLR)

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN DUGA MUKA AIR

PERALATAN AWLR

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN DUGA MUKA AIR

PEMILIHAN TIPE ALAT PDAO/AWLR


 Tipe Konsol : tebing sungai mudah dicapai, curam, stabil dan terdiri
dari batuan keras.

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN DUGA MUKA AIR
PEMILIHAN TIPE ALAT PDAO/AWLR
 Tipe Pembilas : tebing sungai landai, tidak terdiri dari batuan
keras dan air sungai tidak berkadar sedimen tinggi.
Disebut juga dengan tipe Sumuran

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN DUGA MUKA AIR

PEMILIHAN TIPE ALAT PDAO/AWLR


 Tipe Kerangka: tebing sungai landai dan alirannya tidak membawa
sampah.

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN DUGA MUKA AIR
PEMILIHAN TIPE ALAT PDAO/AWLR
 Tipe Gelembung: tebing sungai landai, tidak terdiri dari batuan
keras & air sungai tidak berkadar sedimen tinggi.
Sama dengan lokasi untuk tipe pembilas/sumuran

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN DUGA MUKA AIR

CONTOH DATA PEMBACAAN TMA AWLR

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN CURAH HUJAN

KRITERIA KHUSUS PENENTUAN LOKASI


 Lokasi pos dapat mewakili gambaran distribusi hujan DAS.
 Ada ruang terbuka di atas lokasi pos sebesar 45o yang diukur dari
garis tengah pos.
 Jarak pos dengan pohon/bangunan terdekat minimal sama dengan
tinggi pohon/bangunan tersebut.
 Diusahakan berada pada lahan datar.

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN CURAH HUJAN

JENIS ALAT PENGAMAT HUJAN


 Penakar Curah Hujan Manual / Observatorium (Obs) /Ombrometer

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN CURAH HUJAN

JENIS ALAT PENGAMAT HUJAN


 Penakar Curah Hujan Otomatis tipe Sipon / Hellman

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN CURAH HUJAN
KERAPATAN JARINGAN STASIUN HUJAN
 Standar World Meteorological Organization (WMO)
Kisaran norma- Kisaran norma-
Tipe Wilayah norma jaringan norma sementara
minimum yang diperbolehkan
(luas dalam km2 dalam kondisi yang
untuk 1 stasiun) sulit (km2/stasiun)
Wilayah datar, zona iklim sedang, 600 – 900 900 – 3000
mediteran dan tropika
Wilayah bergunung-gunung pada zona 250-1000 (pada
iklim sedang, mediteran dan tropika 100 – 250 kondisi yang sulit
dapat melebihi 2000)
Kepulauan-kepulauan pegunungan yang 250 – 1000 (pada
kecil dengan presipitasi yang sangat tidak 25 kondisi yang sulit
beraturan, jaringan hidrografi sangat rapat dapat melebihi 2000)
Zona-zona arid dan kutub (tidak termasuk 1500 - 10000
gurun-gurun yang luas)
www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN CURAH HUJAN

KERAPATAN JARINGAN STASIUN HUJAN


 Standar - Metoda Wilson E. M (1974
Luas DAS Jumlah
Mil2 Km2 Stasiun Hujan
10 26 2
100 260 6
500 1300 12
10000 2600 15
20000 5200 20
30000 7800 24

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN KLIMATOLOGI

Stasiun pengamatan klimatologi adalah stasiun yang difungsikan untuk


mengamati/ mencatat/ merekam parameter iklim baik secara manual,
mekanik, maupun elektronik.
Peralatan stasiun pengamat klimatologi umumnya terdiri dari :
 penakar hujan otomatik/biasa
 termometer maksimum, minimum, bola kering, bola basah
 termohigrograf
 panci penguapan
 tabung penenang
 Canting
 dudukan panci penguapan
 pencatat lamanya penyinaran matahari
 Aktinograf
 Anemometer
 sangkar meteo

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN KLIMATOLOGI

SANGKAR METEO

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN KLIMATOLOGI

PANCI PENGUAPAN (PAN EVAPORASI)

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN KLIMATOLOGI

SUN SHINE RECORDER

www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN SISTEM TELEMETRI

JENIS PENGAMATAN DENGAN SISTEM TELEMETRI


 SISTEM RADIO
Prinsip kerja dari system ini adalah data hidrologi diamati dengan
menggunakan peralatan otomatik (mekanik atau elektronik)
kemudian dengan menggunakan modem dan transmitter data
tersebut dikirimkan ke stasiun penerima (receiver) dengan interval
waktu sesuai yang dikehendaki.
Pengiriman data dilakukan dengan menggunakan frekuensi
gelombang radio.
 JARINGAN SELULAR
Prinsip kerja dari sama dengan sistem radio
Pengiriman data dilakukan dengan menggunakan frekuensi
gelombang radio
 KOMBINASI
www.pln.co.id |
STASIUN PENGAMATAN SISTEM TELEMETRI

APLIKASI SISTEM TELEMETRI PADA PLTA


Sitem Telemetri ini sangat cocok diterapkan untuk pengoperasian PLTA
dengan tipe semi RoR (Peaker) dengan kolam tando harian & PLTA
dengan tipe waduk/bendungan.
PLTA dengan sistem yang lebih komplek juga sangat membutuhkan
sistem telemetri ini baik komplek karena merupakan PLTA dari
bendungan serbaguna (kombinasi untuk pengendalian banjir, irigasi, air
baku dan PLTA) maupun kompleks karena tipe pengoperasiannya.
Sebagai contoh PLTA Musi, dengan tipe semi RoR (KTH) dengan
buangan tailrace masuk ke kolam Reulating terlebih dahulu.
Reregulating ini diperukan karena PLTA ini membuang air di DAS atau
sungai yang berbeda dengan kapasitas yang jauh lebih kecil.
Sistem telemteri data untuk membaca tinggi atau elevasi muka air
diperlukan untuk pengoperasian pembangkit maupun untuk warning
system saat banjir

www.pln.co.id |
PENGUKURAN DEBIT
ALIRAN
Setelah mempelajari Pengukuran Debit Sungai,
diharapkan peserta dapat:
1. Menentukan lokasi pengukuran debit
2. Mengetahui dan menerapkan cara-cara
pengukuran debit sungai secara sederhana sesuai
kebutuhan, kondisi medan, kondisi air serta
peralatan yang ada dan memungkinkan
3. Melakukan perhitungan hasil pengukuran debit
4. Mengetahui manfaat pengukuran debit khususnya
untuk perencanaan PLTA/PLTM
DEFINISI & ISTILAH

Jalur vertical : jalur kearah vertikal pada suatu penampang melintang.


Kedalaman : jarak yang diukur ke arah vertikal dari muka air ke dasar
sungai/saluran terbuka.
Pelampung : bahan yang dapat terapung di permukaan air
Penampang basah : penampang melintang sungai/saluran terbuka
yang dibatasi oleh dasar sungai/saluran terbuka dan muka air.
Rai : jarak antara suatu titik di tepi sungai dengan jalur vertikal pada
suatu penampang melintang sungai/saluran terbuka.
Pengukuran debit secara konvensional dapat dilakukan dengan:
 Menentukan luas penampang basah sungai (A), yaitu dengan
mengukur duga air
 Mengukur kecepatan air (V) dengan alat pengukur kecepatan
(current meter) atau pelampung (kecepatan diukur dengan Stop
watch)
www.pln.co.id |
KETENTUAN UMUM PENGUKURAN DEBIT

PERSYARATAN LOKASI
Secara umum sama dengan lokasi Pos Duga Air.
Persyaratan lokasi pengukuran debit mempertimbangkan factor-faktor,
sebagai berikut:
 Berada tepat atau di sekitar lokasi pos duga air, dimana tidak ada
perubahan bentuk penampang atau debit yang menyolok
 Alur sungai harus lurus sepanjang minimal 3 kali lebar sungai pada
saat banjir/muka air tertinggi
 Distribusi aliran merata dan tidak ada aliran yang memutar
 Aliran tidak terganggu sampah maupun tanaman air dan tidak
terganggu oleh adanya bangunan air lainnya
 Penampang melintang pengukuran diupayakan tegak lurus
terhadap alur sungai
 Kedalaman pengukuran minimal 3 sampai dengan 5 kali diameter
baling – baling alat ukur arus yang digunakan
www.pln.co.id |
KETENTUAN UMUM PENGUKURAN DEBIT

PERSYARATAN LOKASI

www.pln.co.id |
KETENTUAN UMUM PENGUKURAN DEBIT

LAMA DAN PERIODE PELAKSANAAN


 pada saat aliran barendah pengukuran debit dilaksanakan minimal
dua (2) kali dalam periode waktu pengukuran (bolak-balik di
penampang basah yang sama).
 pada saat banjir pengukuran debit dilaksanakan minimal satu (1)
kali dalam periode waktu pengukuran.
 periode pelaksanaan pengukuran debit minimal 3 kali untuk satu (1)
pos duga air yang mewakili kondisi musim kemarau dan musim
penghujan. Pembuatan rating curve terbaik 10 sampai 30 kali
dengan variasi debit yang lebih nyak.

www.pln.co.id |
KETENTUAN UMUM PENGUKURAN DEBIT

PENGUKURAN PENAMPANG BASAH


 Pengukuran kedalaman harus tegak lurus terhadap permukaan air.
 Jarak maksimum antara dua jalur vertikal adalah:
 1/15 lebar sungai/saluran terbuka apabila dasarnya teratur.
 1/20 lebar sungai/saluran terbuka apabila dasarnya tidak teratur.
 Jarak minimum antara dua jalur vertikal adalah 2 kali diameter
baling-baling (propeller) yang digunakan.

www.pln.co.id |
KETENTUAN UMUM PENGUKURAN DEBIT

PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN


 Pengukuran dengan current meter dilakukan dengan cara merawas,
menggunakan perahu, menggunakan jembatan, kereta gantung,
menggunakan winch cable way
 Posisi dan jumlah titik pengukuran tergantung kedalaman air (d):
 Kedalaman air ≤ 0,75 m, atau ≤ 6 kali diameter baling-baling
yang digunakan (besar, kecil, sedang), menggunakan metode
satu titik, pada titik vertikal 0,6d yang diukur dari permukaan air.
 Kedalaman air > 0,75 m, pengukuran menggunakan metode dua
titik, yaitu pada titik vertikal 0,2d dan 0,8d atau metode tiga (3)
titik atau lebih, yaitu pada titik vertikal 0,2d, 0,6d dan 0,8d.
 Pengukuran kecepatan aliran menggunakan pelampung dihitung
dari jarak lintasan pelampung dibagi waktu tempuh, dan kecepatan
rata-rata yang diperoleh harus dikalikan koefisien pelampung.

www.pln.co.id |
PENGUKURAN DEBIT SECARA LANGSUNG

PENGUKURAN SECARA LANGSUNG- CURRENTMETER

www.pln.co.id |
PENGUKURAN DEBIT SECARA LANGSUNG

PENGUKURAN SECARA LANGSUNG- PELAMPUNG


 Dilakukan untuk memperoleh gambaran kasar kecepatan aliran
 Apabila kondisi sangat sulit diukur misalnya banjir
 Kecepatan harus dengan koreksi yang besarnya berkisar antara 0.7
dan 0.8 tergantung dari panjang pelampung dan proses lintasan
pelampung

www.pln.co.id |
PERHITUNGAN PENGUKURAN DEBIT

MID AREA METHOD

www.pln.co.id |
PENGUKURAN DEBIT SECARA TIDAK
LANGSUNG
 Dengan Metade Kemiringan Luas (Slope Area Method)
Metode ini meliputi perhitungan debit banjir pada saluran terbuka atau
sungai dengan menggunakan karakteristik penampang yang
representatif, kemiringan muka air, dan koefisien kekasaran.
Cara ini dapat dilakukan manual ataupun dengan software Hecrass

 Dengan Metode Darcy-Weisbach


Pada prinsipnya sama dengan cara di atas.
Metode Darcy-Weisbach digunakan biasanya setelah banjir terjadi
dengan menggunakan tanda bekas banjir dan karakteristik fisik
penampang melintang ruas sungai tersebut.
Persamaan Darcy-Weisbach yang digunakan untuk menghitung debit
(Q).

www.pln.co.id |
ANALISIS LENGKUNG DEBIT
(RATING CURVE)

Setelah mempelajari Tata Cara Pemasangan Stasiun


Hidrometri, diharapkan peserta dapat:
1. Memahami pengertian dan fungsi lengkung debit (rating
curve)
2. Dapat membuat atau menganalisis lengkung debit
(rating curve)
ARTI DAN FUNGSI LENGKUNG DEBIT

Lengkung aliran debit (Discharge Rating Curve), adalah kurva yang


menunjukkan hubungan antara tinggi muka air (H) dan debit (Q) pada
lokasi penampang sungai tertentu.
Lengkung debit disamping dipakai sebagai dasar penentuan besarnya
debit sungai di lokasi dan tinggi muka air pada periode waktu tertentu,
juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya perubahan sifat fisik
dan sifat hidraulis dari lokasi penampang sungai yang bersangkutan.

www.pln.co.id |
PERSYARATAN MEMBUAT LENGKUNG DEBIT

 Pembacaan tinggi muka air (TMA) pada saat pengukuran harus


dilakukan di pos duga air.
 Tersedia data TMA tertinggi sampai dengan terendah yang pernah
terjadi selama pengamatan.
 Tersedia data TMA pada saat debit sama dengan nol (zero flow).
 Gambar penampang (profil) melintang pada lokasi pengukuran
yang dapat menunjukan TMA tertinggi, terendah dan melimpah
(apabila terjadi limpahan debit)
 Tersedia informasi penggerusan dan pengendapan dasar
sungai/saluran terbuka di lokasi pengukuran debit.
 Tersedia minimal 10 buah data pengukuran yang meliputi keadaan
debit muka air rendah sampai dengan muka air tinggi. Semakin
banyak variasi data maka hasilnya akan semakin baik

www.pln.co.id |
MODEL PERHITUNGAN LENGKUNG DEBIT

 Linier sederhana (simple linier),


 Fungsi Eksponensial(exponential function),
 Fungsi Logaritma (logarithmic function),
 Fungsi Polynomial (polynomial function)
 Fungsi Berganda (multiple function).
Pada prinsipnya model harus cocok dengan permasalahan hidrologi
yang di analisis. Model harus tidak memberikan penyimpangan yang
nyata apabila diuji.
Kalibrasi model dengan data pengukuran langsung dilapangan harus
selalu dilaksanakan.
Apabila terjadi penyimpangan haruslah dibuat persamaan yang baru.
Hal ini mengingat semakin bertambah banyak dan periode waktu
pengamatan bertambah lama. (Soewarno, 1995)

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

A. MODEL LINIER SEDERHANA


No Yi (Q) Xi (H) Yi-YrerataXi-Xrerata(Yi-Yrerata)2 (Xi-Xrerata)2 (Yi-Y rerata) (Xi- Xrerata)
1 0,60 0,00 -11,644 -0,750 135,577 0,563 8,733
2 1,10 0,10 -11,144 -0,650 124,183 0,423 7,243
3 1,90 0,20 -10,344 -0,550 106,993 0,303 5,689
4 2,70 0,30 -9,544 -0,450 91,083 0,203 4,295
5 3,90 0,40 -8,344 -0,350 69,618 0,123 2,920
6 5,50 0,50 -6,744 -0,250 45,478 0,063 1,686
7 6,90 0,60 -5,344 -0,150 28,556 0,023 0,802
8 8,80 0,70 -3,444 -0,050 11,859 0,003 0,172
9 10,90 0,80 -1,344 0,050 1,806 0,003 -0,067
10 13,20 0,90 0,956 0,150 0,914 0,023 0,143
11 15,80 1,00 3,556 0,250 12,647 0,063 0,889
12 18,60 1,10 6,356 0,350 40,402 0,123 2,225
13 21,60 1,20 9,356 0,450 87,539 0,203 4,210
14 24,80 1,30 12,556 0,550 157,659 0,303 6,906
15 28,10 1,40 15,856 0,650 251,421 0,423 10,307
16 31,50 1,50 19,256 0,750 370,803 0,563 14,442
Jumlah 195,90 12,00 0,000 0,000 1536,539 3,400 70,595
Rerata 12,244 0,750 - - - - -
www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

A. MODEL LINIER SEDERHANA

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

A. MODEL LINIER SEDERHANA


H (m) Qdata Qmodel Kesalahan
(m3/dt) (m3/dt) Relatif
(%)
0,00 0,60 -3,33 655,38
0,10 1,10 -1,26 214,18
0,20 1,90 0,82 56,83
0,30 2,70 2,90 7,28
0,40 3,90 4,97 27,51
0,50 5,50 7,05 28,17
0,60 6,90 9,13 32,25
0,70 8,80 11,20 27,29
0,80 10,90 13,28 21,82
0,90 13,20 15,35 16,32
Kesalahan Relatif = 1,00 15,80 17,43 10,32
Abs ( Q model – Q data) / Q data x 100%. 1,10 18,60 19,51 4,88
1,20 21,60 21,58 0,08
1,30 24,80 23,66 4,60
1,40 28,10 25,74 8,41
1,50 31.50 27.81 11.71
Kesalahan Relatif Rata-Rata (%) 70,44

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

B. MODEL EKSPONENSIAL
No Xi (H) Yi (Q) P= ln Y (X-Xrerata) (P-Prerata) (X-Xrerata)2 (P-Prerata)2 (X-Xrerata) (P-Prerata)
1 0,00 0,60 -0,51 -0,75 -2,52 0,56 6,34 1,89
2 0,10 1,10 0,10 -0,65 -1,91 0,42 3,65 1,24
3 0,20 1,90 0,64 -0,55 -1,37 0,30 1,86 0,75
4 0,30 2,70 0,99 -0,45 -1,01 0,20 1,03 0,46
5 0,40 3,90 1,36 -0,35 -0,65 0,12 0,42 0,23
6 0,50 5,50 1,70 -0,25 -0,30 0,06 0,09 0,08
7 0,60 6,90 1,93 -0,15 -0,08 0,02 0,01 0,01
8 0,70 8,80 2,17 -0,05 0,17 0,00 0,03 -0,01
9 0,80 10,90 2,39 0,05 0,38 0,00 0,15 0,02
10 0,90 13,20 2,58 0,15 0,57 0,02 0,33 0,09
11 1,00 15,80 2,76 0,25 0,75 0,06 0,57 0,19
12 1,10 18,60 2,92 0,35 0,92 0,12 0,84 0,32
13 1,20 21,60 3,07 0,45 1,07 0,20 1,14 0,48
14 1,30 24,80 3,21 0,55 1,20 0,30 1,45 0,66
15 1,40 28,10 3,34 0,65 1,33 0,42 1,77 0,86
16 1,50 31,50 3,45 0,75 1,44 0,56 2,08 1,08
Jumlah 12,0 195,9 32,11 0,00 0,00 3,40 21,74 8,34
Rerata 0,75 - 2,01 - - - - -
www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

B. MODEL EKSPONENSIAL

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

B. MODEL EKSPONENSIAL
H (m) Qdata Qmodel Kesalahan Relatif
(m3/dt) (m3/dt) (%)
0,00 0,60 1,18 96,83
0,10 1,10 1,51 37,23
0,20 1,90 1,93 1,55
0,30 2,70 2,47 8,67
0,40 3,90 3,15 19,18
0,50 5,50 4,03 26,75
0,60 6,90 5,15 25,37
0,70 8,80 6,58 25,21
0,80 10,90 8,41 22,82
0,90 13,20 10,75 18,54
1,00 15,80 13,74 13,02
Kesalahan Relatif = 1,10 18,60 17,57 5,56
Abs ( Q model – Q data) / Q data x 100%. 1,20 21,60 22,45 3,94
1,30 24,80 28,70 15,71
1,40 28.10 36.68 30.53
1,50 31.50 46.88 48.83
Kesalahan Relatif Rata-Rata (%) 24.98

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

C. MODEL LOGARITMIK
No Y(Q) q = log X Y-Yrerata q-qrerata (Y-Yrerata)2 (q- qrerata)2 (Yi-Y rerata) (q-qrerata)
1 0,60 0,00 -11,64 0,18 135,58 0,03 -2,10
2 1,10 -1,00 -11,14 -0,82 124,18 0,67 9,14
3 1,90 -0,70 -10,34 -0,52 106,99 0,27 5,37
4 2,70 -0,52 -9,54 -0,34 91,08 0,12 3,27
5 3,90 -0,40 -8,34 -0,22 69,62 0,05 1,82
6 5,50 -0,30 -6,74 -0,12 45,48 0,01 0,81
7 6,90 -0,22 -5,34 -0,04 28,56 0,00 0,22
8 8,80 -0,15 -3,44 0,03 11,86 0,00 -0,09
9 10,90 -0,10 -1,34 0,08 1,81 0,01 -0,11
10 13,20 -0,05 0,96 0,13 0,91 0,02 0,13
11 15,80 0,00 3,56 0,18 12,65 0,03 0,64
12 18,60 0,04 6,36 0,22 40,40 0,05 1,41
13 21,60 0,08 9,36 0,26 87,54 0,07 2,43
14 24,80 0,11 12,56 0,29 157,66 0,09 3,69
15 28,10 0,15 15,86 0,33 251,42 0,11 5,17
16 31,50 0,18 19,26 0,36 370,80 0,13 6,86
Jumlah 195,9 -2,88 0,00 0,00 1536,54 1,65 38,66
Rerata 12,24 -0,18 - - - - -
www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

B. MODEL LOGARITMIK

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

B. MODEL LOGARITMIK
Kesalahan
Qdata Qmodel
H (m) q = log X Relatif
(m3/dt) (m3/dt)
(%)
0.00 0.00 0.60 16.47 2,644.73
0.10 -1.00 1.10 -6.98 734.55
0.20 -0.70 1.90 0.08 95.99
0.30 -0.52 2.70 4.20 55.69
0.40 -0.40 3.90 7.13 82.88
0.50 -0.30 5.50 9.40 70.98
0.60 -0.22 6.90 11.26 63.19
0.70 -0.15 8.80 12.83 45.79
0.80 -0.10 10.90 14.19 30.17
0.90 -0.05 13.20 15.39 16.57
Kesalahan Relatif = 1.00 0.00 15.80 16.46 4.18
Abs ( Q model – Q data) / Q data x 100%. 1.10 0.04 18.60 17.43 6.29
1.20 0.08 21.60 18.32 15.20
1.30 0.11 24.80 19.13 22.86
1.40 0.15 28.10 19.89 29.23
1.50 0.18 31.50 20.59 34.64
Kesalahan Relatif Rata-Rata (%) 247.06

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

D. MODEL POLINOMIAL
No Xi Yi Xi2 Xi3 Xi4 XiYi Xi2x Yi
1 0,000 0,600 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
2 0,100 1,100 0,010 0,001 0,000 0,110 0,011
3 0,200 1,900 0,040 0,008 0,002 0,380 0,076
4 0,300 2,700 0,090 0,027 0,008 0,810 0,243
5 0,400 3,900 0,160 0,064 0,026 1,560 0,624
6 0,500 5,500 0,250 0,125 0,063 2,750 1,375
7 0,600 6,900 0,360 0,216 0,130 4,140 2,484
8 0,700 8,800 0,490 0,343 0,240 6,160 4,312
9 0,800 10,900 0,640 0,512 0,410 8,720 6,976
10 0,900 13,200 0,810 0,729 0,656 11,880 10,692
11 1,000 15,800 1,000 1,000 1,000 15,800 15,800
12 1,100 18,600 1,210 1,331 1,464 20,460 22,506
13 1,200 21,600 1,440 1,728 2,074 25,920 31,104
14 1,300 24,800 1,690 2,197 2,856 32,240 41,912
15 1,400 28,100 1,960 2,744 3,842 39,340 55,076
16 1,500 31,500 2,250 3,375 5,063 47,250 70,875
Jumlah 12,000 195,900 12,400 14,400 17,831 217,520 264,066

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

D. MODEL POLINOMIAL

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

D. MODEL POLINOMIAL

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

D. MODEL POLINOMIAL

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

D. MODEL POLINOMIAL
Kesalahan
Qdata Qmodel
H (m) Relatif
(m3/dt) (m3/dt)
(%)
0.00 0.60 0.56 6.185
0.10 1.10 1.08 1.585
0.20 1.90 1.82 3.966
0.30 2.70 2.79 3.300
0.40 3.90 3.98 1.947
0.50 5.50 5.39 2.088
0.60 6.90 7.02 1.691
0.70 8.80 8.87 0.803
0.80 10.90 10.95 0.431
0.90 13.20 13.25 0.346
Kesalahan Relatif = 1.00 15.80 15.77 0.210
1.10 18.60 18.51 0.483
Abs ( Q model – Q data) / Q data x 100%. 1.20 21.60 21.48 0.574
1.30 24.80 24.66 0.548
1.40 28.10 28.07 0.090
1.50 31.50 31.71 0.659
Kesalahan Relatif Rata-Rata 1.557

www.pln.co.id |
CONTOH SOAL

KESIMPULAN / PEMILIHAN METODE

Hasil perhitungan kesalahan relatif model regresi Polinomial memiliki kesalahan relatif
paling kecil  metode yang tepat adalah model regresi Polinomial.
Koefisien korelasi (correlation coefficient) atau R menunjukkan kesamaan waktu, nilai
koefisien korelasi yang tinggi tidak berarti menunjukkan kesamaan fenomena hidrologi
(hydrological similarity) akan tetapi lebih cenderung menunjukkan kesamaan waktu
kejadian atau keserempakan kejadian fenomena hidrologi (simultaneity hydrological
events). (Soewarno, 1995)

www.pln.co.id |
RATING CURVE AWLR DAN PINTU AIR

 Rating Curve Debit pada Pos Duga Air atau AWLR


Dibuat untuk lokasi papan duga biasa & Automatic Water Level Recorder
(AWLR)
Untuk mengubah data tinggi muka air dari AWLR menjadi debit

 Rating Curve Debit pada Pintu Air


Dibuat untuk lokasi bukaan pintu baik pintu intake maupun pintu pembilas
atau flushing gate. Pintu-pintu tersebut dapat berupa pintu dengan operasi
manual maupun dengan motoric yang umumnya dipasang pada PLTA.
Rating curve ini merupakan hubungan antara tinggi bukaan pintu dengan
debit yang masuk atau terbuang. Dengan rating curve ini maka bukaan
operasi pintu akan semakin mudah untuk menentukan besaran debit intake
maupun flushing yang diinginkan.

www.pln.co.id |
PENGAMBILAN
SAMPLE SEDIMEN DAN AIR
Setelah mempelajari Pengambilan Sample Sedimen
dan Kualitas Air diharapkan peserta dapat:
1. Memahami tujuan pengambilan sample
sedimen dan kualitas air khususnya untuk
perencanaan dan operasioanl pembangkit
tenaga air dengan bangunan sipil baik berupa
bendung ataupun bendungan
2. Merencanakan dan melakukan supervisi serta
evaluasi terhadap pengambilan jumlah sample
sedimen dan kualitas air serta parameter yang
harus diukur atau diuji di laboratorium
TUJUAN PENGAMBILAN SAMPLE

Untuk tipe bendung atau RoR sampling sedimen  untuk mengetahui


besaran sedimen dasar (bed load) yang mendominasi di sungai sehingga dapat
membantu menentukan kecepatan atau bukaan pintu penguras bendung
(flushing gate) dan untuk desain kantong pasir. Sample Sedimen Suspended
hanya dipakai sebagai pelengkap

Untuk bangunan tipe bendungan atau waduk  diperlukan data sedimen


yang lebih banyak dan variatif berupa sedimen dasar dan sedimen layang.
Hal ini karena konsep pembangunan bendungan atau waduk adalah tanpa ada
pengurasan sedimen melalui pintu penguras. Sesuai perkiraan umur waduk
biasanya diambil 50 tahun atau 100 tahun maka dalam waduk disediakan
tampungan sedimen sesuai umur waduk.
Data sedimen diperlukan untuk menghitung volume sedimen selama umur
waduk agar dapat ditentukan elevasi dasar intake.

www.pln.co.id |
PENGERTIAN SAMPLE SEDIMEN

Umumnya material angkutan sedimen berasal dari Daerah Aliran Sungai


(DAS) dan dari palung sungai itu sendiri.
Berdasarkan mekanisme pergerakannya angkutan sedimen dibedakan atas:
 Angkutan sedimen melayang/sedimen suspensi, merupakan partikel
sedimen yang bergerak melayang di dalam air dan terbawa oleh aliran
sungai
 Angkutan sedimen dasar/bed load, merupakan pertikel sedimen yang
bergerak tidak jauh dari dasar sungai dan bergerak secara bergeser,
merayap, menggelinding atau meloncat.

www.pln.co.id |
PEMILIHAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPLE

Sama dengan lokasi pengukuran debit/pos duga air dengan persyaratan sbb:
 Pada lokasi di sekitar pos duga air dimana tidak ada perubahan profil
melintang yang menyolok, penambahan/pengurangan debit aliran sungai.
 Profil sungai tidak menunjukan indikasi akan pindah atau berubah
 Distribusi garis aliran merata dan tidak ada aliran yang berputar, sebaiknya
aliran tidak terbagi-bagi karena ada batu-batu besar.
 Aliran tidak terganggu akibat sampah atau tanaman air,
 Tidak terletak pada lokasi dimana terjadi peninggian muka air akibat
pengaruh arus pasang surut air laut.
 Tidak terletak pada atau dekat dengan lokasi pertemuan sungai atau disekitar
lokasi bangunan pengairan
 Tidak terletak pada lokasi yang terpengaruh oleh adanya aliran lahar/air
terjun.
 Sebaiknya profil melintang sungai dapat menampung debit aliran sungai
pada saat banjir (tidak meluap keatas bantaran sungai).

www.pln.co.id |
WAKTU PENGAMBILAN SAMPLE

Waktu pengambilan sedimen harus sama dengan waktu


pengukuran debit pada pos duga air
 Pengambilan sample dilakukan beberapa kali sesuai pengukuran
debit yaitu meliputi bulan kering, sedang dan basah.
 Diutamakan ada sampling pada bulan basah atau saat banjir
karena pada waktu itu merupakan kondisi sedimen ekstrim yang
terbawa air sungai

www.pln.co.id |
SAMPLE SEDIMEN LAYANG

Pengukuran sedimen suspensi bertujuan agar supaya dapat menentukan


konsentrasi sedimen dan kuantitas angkutan sedimen persatuan waktu pada
suatu lokasi dan waktu tertentu
Pengukuran sedimen suspensi dilakukan dengan cara mengambil sampel/contoh
air dan membawa ke laboratoriun untuk dapat diketahui konsentrasi sedimen
dalam satuan mg/liter atau ppm (part per million),

Dalam analisa laboratorium dapat diketahui Berat Jenis (BD) dan besaran
ukuran butir. Untuk dapat mengetahui kandungan sedimen (dalam satuan
ton/hari)

Pada saat yang bersamaan perlu dilakukan pengukuran debit/aliran sungai.

www.pln.co.id |
SAMPLE SEDIMEN LAYANG

CARA PENGAMBILAN SAMPLE


Pengukuran konsentrasi sedimen dapat dilaksanakan dengan salah satu
dari dua metode, yaitu :
 Integrasi Titik (point integration),
 Integrasi Kedalaman (depth integration).
Untuk mendapatkan data distribusi konsentrasi sedimen suspensi terhadap kedalaman
maka digunakan metode integrasi titik.
Metode integrasi kedalaman diperlukan bila diinginkan analisa hidrologi yang terkait
dengan sedimen suspensi dari suatu SWS atau DAS.
Di Indonesia umumnya menggunakan metode integrasi kedalaman.

www.pln.co.id |
SAMPLE SEDIMEN LAYANG

METODE INTEGRASI KEDALAMAN


Umumnya ditentukan volume sampel sebesar 473 ml sampai 3000 ml,
tergantung dari jenis alat yang digunakan.
Terdapat dua metode integrasi kedalaman, yaitu :
 EDI (equal-discharge-increment)
 EWI (equal-width-increment) disebut juga ETR (equal transit rate)

www.pln.co.id |
SAMPLE SEDIMEN LAYANG

METODE INTEGRASI KEDALAMAN


 EDI (equal-discharge-increment)
Penampang melintang dibagi-bagi menjadi
beberapa bagian sub penampang, dari bagian
ditentukan debitnya adalah sama besarnya.
Oleh karena itu penerapan cara ini debit harus
diukur terlebih dulu sebelum sampel sedimen
diambil.

Keterangan :
 Kolom 1, 2, 4, 5, 6 dan 7 diukur di lapangan
 Debit dihitung dengan metode interval tengah
 Debit total = 0,927 m3/det,
bila sampel sedimen diambil pada 1/6, 3/6 dan 5/6 debit,
titik pengambilan sampel (tanda *) :
- 1/6 x 0,927 m3/det = 0,154 m3/det, di antara rai ke 3 dan ke 4.
- 3/6 x 0,927 m3/det = 0,463 m3/det, tepat pada rai ke 7.
- 5/6 x 0,927 m3/det = 0,772 m3/det, antara rai ke 9 dan ke 10.

 EWI atau ETR (jarang digunakan)

www.pln.co.id |
SAMPLE SEDIMEN LAYANG

PERHITUNGAN KANDUNGAN SEDIMEN


 EDI (equal-discharge-increment)

www.pln.co.id |
SAMPLE SEDIMEN LAYANG

LENGKUNG SEDIMEN

Data debit sedimen pengukuran dan debit pengukuran tersebut


selanjutnya digunakan sebagai basis pengolahan :
 Analisis lengkung sedimen
 Perhitungan debit sedimen runtut waktu (tersedia debit runtut
waktu)

www.pln.co.id |
SAMPLE SEDIMEN DASAR

PENGAMBILAN SAMPLE
Pengambilan sampel bed load dilakukan dengan alat penangkap sampel
menyerupai tipe US BLH-84.

Alat ini memiliki ukuran mulut 76 mm x 76 mm x


76 mm, dan pada bagian belakang dilengkapi
dengan jaring untuk meloloskan air dan
sedimen yang dianggap bukan sebagai
sedimen bed load

www.pln.co.id |
SAMPLE SEDIMEN DASAR

PENGUJIAN LABORATORIUM
 Pengujian Laboratorium - Uji Berat Jenis
Berat jenis (specific gravity) tanah diperlukan untuk perhitungan-
perhitungan parameter indeks tanah (indeks properties).

 Pengujian Laboratorium - Uji Saringan (Sieve Analysis)


Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi ukuran butir tanah
kasar untuk mengklasifikasikan tanah butir kasar berdasarkan koefisien
keseragaman (Cu) dan kurva distribusi ukuran butir.

 Pengujian Laboratorium - Uji Hidrometer


Analisis hidrometer adalah metode untuk menghitung distribusi ukuran
butir tanah berdasarkan sedimentasi tanah dalam air, kadang disebut juga
uji sedimentasi.
Tujuan analisis hydrometer untuk mengetahui pembagian ukuran butir
tanah yang berbutir halus.
www.pln.co.id |
SAMPLE KUALITAS AIR

PENGUJIAN LABORATORIUM
Kegiatan hidrometri untuk perencanaan tata saluran seringkali perlu disertai
dengan pengukuran kualitas air.
Khusus untuk pembangkit listrik kualitas air biasanya diperlukan untuk sistem
water cooling pada PLTU dan untuk PLTA diperlukan dalam perencanaan turbin.

SYARAT PENGAMBILAN CONTOH


 terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat dari
logam) ;
 mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya ;
 contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampungan tanpa ada sisa
bahan ter- suspensi di dalammya ;
 kapasitas alai 1 - 5 L tergantung dari maksud pemeriksaan ;
 mudah dan aman dibawa.

www.pln.co.id |
SAMPLE KUALITAS AIR

PEMERIKSAAN LAPANGAN (INSITU)


 Untuk unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, antara lain ;
pH, suhu, daya hantar listrik, alkalinitas, asiditas dan oksigen terlarut;
 Semua dicatat dalam buku catatan khusus yang meliputi nama
sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam, keadaan cuaca,

www.pln.co.id |
SAMPLE KUALITAS AIR

ITEM/PARAMETER MINIMAL YANG HARUS DIUKUR

www.pln.co.id |
SURVEI BANJIR DAN KEKERINGAN

Untuk mendapatkan informasi tentang banjir terbesar dan ketinggian permukaan


air yang terendah yang pernah terjadi
Informasi kekeringan diperlukan misalnya bila air akan diambil dari sungai
sehingga ketinggian pengambilan air dapat ditentukan khususnya untuk
pengambilan bebas (free intake).

Survei banjir dan kekeringan


dilakukan pada saat
pengukuran debit dengan
mewawancarai penduduk
setempat.

survei banjir dapat dilihat dari


jejak-jejak bekas banjir

Gambar Jejak-Jejak Banjir www.pln.co.id |


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai