BAB 4
MATRIKULASI HASIL INSPEKSI BESAR DAN SPECIAL STUDY
Penyelenggaraan inspeksi bendungan terdiri atas inspeksi tahunan, inspeksi besar, dan
inspeksi khusus/luar biasa. Sedangkan inspeksi besar dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
Inspeksi besar Bendungan Telaga Tunjung dilakukan pada Tahun 2015. Secara umum, yang
dimaksud inspeksi besar pada studi ini adalah inspeksi/pemeriksaan yang dilakukan secara
menyeluruh terhadap aspek teknis maupun non teknis, dalam rangka evaluasi keamanan
bendungan bagi suatu bendungan yang telah ada. Cakupan inspeksi antara lain meliputi
pemeriksaan komponen-komponen bendungan diatas air dan bawah, tumpuan waduk dan
daerah sekitarnya, pemeriksaan dan uji peralatan hidromekanikal elektrikal, pemeriksaan
instrumen dan evaluasi data pembacaannya, tinjauan terhadap sistem Operasi dan
Pemeliharaan dan RTD (Rencana Tindak Darurat), serta evaluasi keamanan bendungan.
Pada tahun 2018 dilakukan Spesial Studi pada Bendungan Telaga Tunjung untuk
menindaklanjuti hasil dari Inspeksi Besar sebelumnya. Hasil dari Inspeksi Besar dijadikan acuan
dalam Spesial Studi dalam melakukan pemeriksaan awal oleh konsultan. Hasil dari
pemeriksaan awal akan dilakukan analisis terlebih dahulu sehingga didapatkan keluaran
berupa rencana usulan tindak lanjut Spesial Studi.
2 Terjadi penurunan pada lereng hilir dekat Tidak terlihat dengan jelas indikasi penurunan Pemantauan patok geser sudah dilakukan dan diperoleh Diperlukan pemantauan patok geser secara rutin.
tumpuan kanan, mengingat di lereng hilir pada lereng hilir. hasil bahwa terjadi penurunan sebesar 2 cm yang terjadi
bendungan terdapat patok geser, pada posisi cover dam hilir (CD1 s/d CD3).
sebaiknya dilakukan pengukuran dan
dibandingkan dengan kondisi semula
guna memastikan bahwa penurunan
memang terjadi di area tersebut ataukah
akibat pemasangan riprap yang kurang
rata pada saat pelaksanaan konstruksi.
3 Parameter tanah guna analisis stabilitas Berdasarkan hasil perhitungan deformasi permanen
untuk bagian inti menggunakan hasil dapat disimpulkan kondisi Rapid Draw down pada y/h
pemboran inti, untuk zona lainnya = 0,5, 0,75, dan 1 tidak aman dan mayoritas nilai U < U
menggunakan dokumen desain. - maksimum 200 cm sehingga stabilitas Bendungan -
Telaga Tunjung masih memenuhi syarat keamanan
stabilitas akibat gempa Operating Basis Earthquake
(OBE) dan Maximum Design Earthquake (MDE).
C Bangunan Pelengkap
1 Hasil evaluasi terhadap kapasitas Hasil kajian ulang tentang hidrologi terutama banjir dan Namun dengan pertimbangan teknis dan hasil Risalah
pelimpah dengan menggunakan QPMF, routing pelimpah adalah sebagai berikut: Inspeksi Besar, konsultan akan tetap menambahkan
tinggi jagaan tidak memenuhi persyaratan Q PMF = 735,81 m3/dt struktur parapet untuk mengankan bendungan dari
minimum 75 cm. Elevasi Puncak Pelimpah = +199,00 m resiko overtopping.
-
Elevasi Air Diatas Pelimpah = +201,35 m
Elevasi Puncak Bendungan = +203,00 m
Bendungan aman dari resiko over topping
Sisa jagaan = 1.65 m
3 Dibagian Ujung kolam olak (hilir) Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, Diperlukan penangan scouring dengan perkuatan
mengalami gerusan hingga kedalaman telah terjadi scouring di lokasi hilir kolam olak. boulder batu yang terdapat di sekitar kolam olak bagian
60-80 cm, jika hal tersebut dibiarkan hilir.
dihawatirkan dapat merusak sungai asli
dan struktur kolam olak. -
Sebaiknya yang mengalami scouring
dilakukan perkuatan misalnya dengan
pembetonan atau diberi bolder-bolder
dengan diameter yang mampu meredam
aliran di area tersebut.
3 Rumah intake diindikasikan bergerak, Dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan, Diperlukan pemantauan rutin dengan mengacu pada
melihat jarak antara jembatan layanan dan konsultan melakukan pengukuran pada lokasi lebar sambungan yang sudah terukur saat ini.
abutement merenggang. sambungan jembatan dengan hasil sebagai
Sebaiknya dilakukan pengukuran kembali berikut: Kemudian diberikan 1 buah titik acuan pada masing-
dan dibandingkan dengan kondisi a. Renggangan pada expantion joint selebar masing rumah intake dan tumpuan jembatan,
sebelumnya, serta dianjurkan pengukuran 5,7 cm pada as sambungan pertama kemudian dilakukan pemantauan secara rutin seiring
-
secara periodik. (sandaran jembatan) dengan pemantauan patok geser, sehingga bisa
b. Renggangan pada expantion joint selebar diketahui rumah intake, ataukah tanah tumpuan
5,4 cm pada as sambungan kedua jembatan yang bergerak.
c. Renggangan pada expantion joint selebar
5,8 cm pada as sambungan terakhir (pintu
rumah intake)
4 Terdapat rembesan membawa material Dilakukan lokalisir rembesan dengan Rembesan yang terjadi sudah ditangani dengan a. Desain penanganan genangan dengan pompa
pada sambungan konduit pada daerah pemasangan pipa. menggunakan pipa-pipa pengumpul agar masih.
inti ke arah hulu. Hasil analisis pemantauan debit rembesan dapat dilakukan. b. Desain rehabilitasi penanggulangan bocoran
pengambilan sampel material endapan di dengan penambahan filter dan plat baja.
Namun masih ada rembesan dari dasar konduit
hulu bertekstur halus dan pada daerah c. Pemasangan fasilitas pemantauan pada rembesan di
yang masih belum bisa teramati karena kondisi
tengah dan hilir tekstur cenderung kasar. dasar konduit pengelak dengan mengarahkan aliran
konduit masih tergenang.
Ditarik kesimpulan bahwa material yang dan memasang alat ukur di ujur saluran.
terbawa rembesan bukan dari zona inti, -
maupun zona filter.
Lokasi bocoran yang membawa material
agar dilakukan pengendalian, karena jika
hal tersebut dibiarkan dalam jangka waktu
panjang dapat berpotensi piping,
sehingga dapat mempengaruhi struktur
bendungan/konduit.
5 Pada ruang bawah rumah intake banyak Sampah sisa konstruksi sudah dibersihkan oleh Perlu pembersihan maerial sampah yang masih tersisa.
sampah bekas sisa konstruksi masih petugas bendungan. Namun masih terdapat
berserakan dan tidak ada penerangan sampah sisa yang tertinggal. -
D Instrumentasi
E Hidromekanikal
1 Jarum petunjuk pada alat ukur BWS Bali Penida telah memperbaiki a. Overhead crane kondisinya dapat Diperlukan peningkatan dan penggantian
amperemeter tidak bergerak pada pintu kondisi tersebut namun belum beroperasi akan tetapi tidak dapat hidromekanikal elektrikal.
pengambilan (pintu sorong bonet no.1) dilakukan initial operation. berfungsi untuk menurunkan stoplog. Hal
dioperasikan. Daun pintu juga mengalami ini karena dimensi hook atau pengait
bocoran. terlalu besar sehingga tidak dapat masuk
ke celah slot stoplog.
b. Pintu Bonet no.1 dan 2 dalam kondisi
bocor pada shaft spindle.
c. Pintu jet flow kondisi pada saat ini
-
mengalami getaran pada saat dioperasikan
pada range 0 s/d 20 cm.
d. Pipa saluran irigasi pada saat ini terdapat
korosi di beberapa bagiannya.
2 Stang pada alat angkat pintu penguras BWS Bali Penida telah memperbaiki
(pintu sorong bonet no.2) pada kondisi tersebut namun belum
sambungan batang 2 ke batang 3 dilakukan initial operation.
bengkok, sehingga tidak bisa dilakukan
operasi.
1 Struktur organisasi operasi dan a. Evaluasi kelembagaan UPB BWS-BP mengacu pada
pemeliharaan Bendungan Telaga Tunjung pedoman Operasi Pemeliharaan dan Pengamatan
sudah terbentruk. Organisasi perlu - Bendungan.
ditingkatkan fungsinya agar pelaksanaan b. Melakukan pelatihan petugas lapangan untuk
operasi pemeliharaan dan pemantauan meningkatkan SDM untuk memaksimalkan kegiatan
bendungan dapat berjalan. Operasi dan Pemeliharaan.
2 Penentuan kelas bahaya bendungan pada Rencana Tindak Darurat Bendungan Telaga Tunjung
pemeriksaan bendungan ini mengacu telah diperbaharui pada Tahun 2016.
pada dokumen RTD Bendungan Telaga
Tunjung tahun 2006 pada saat Pengajuan -
Ijin Operasi Bendungan Telaga Tunjung.
Dokumen RTD sudah diperbaharui pada
tahun 2011 agar disesuaikan dengan
pedoman terbaru.