Anda di halaman 1dari 33

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA SOLOK


2.1. GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOHIDROLOGI
2.1.1 GEOGRAFIS

Secara geografis wilayah Kota Solok terletak pada 0 o 45’ sampai 0o 48 LS dan 100o 33’ - 100o
40’ BT(IKONOS 2004) dan 0o 32’ – 1o 45’ LS dan 100o 32’ – 101o 41’ BT (Bappeda Kota Solok,
2009).

Kota Solok, terdiri dari daerah datar, bergelombang, curam, sangat curam dan berbukit dengan
ketinggian rata-rata mencapai 390 meter diatas permukaan laut. Kota Solok terbentang pada
jalur strategis lintas Sumatera Barat Bagian Timur yang menghubungkan Provinsi Jambi,
Sumatera Utara dengan Ibukota Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang. Berjarak kira-kira 64
Km dari Kota Padang.

Luas Kota Solok adalah 5.764 Ha (57.64 km 2 ) yang terdiri dari 2 kecamatan dan 13 kelurahan
yaitu kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan. Letaknya yang strategis,
merupakan simpul pertemuan transportasi darat beberapa daerah tetangga mengandung
potensi ekonomi yang besar. Namun demikian terdapat kerawanan pada keamanan sumber
daya alam seperti hutan dan hasil hutan dan masalah sosial budaya lainnya.

2.1.2 TOPOGRAFI

Dilihat dari kondisi geografis Kota Solok,


bentangan alam yang berada pada wilayah Kota
Solok memiliki topografi yang bervariasi antara
dataran dan berbukit dengan ketinggian antara
100 - 1525 meter diatas permukaan laut. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Panorama Puncak Payo

Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Menurut Ketinggian


Luas per ketinggian (Ha)
No Kecamatan
100-500 m 500-1000 m 1000-1500 m > 1500 m
1. Lubuk Sikarah 1.680 802 678 340
2. Tanjung Harapan 1.686 578 - -
Jumlah 3.366 1.380 678 340

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 1


Sementara itu, bila dilihat dari tingkat kemiringan lereng terdapat seluas 683 Ha atau 11,85%
dari wilayah Kota Solok berada pada tingkat kemiringan ≥ 40%, untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.2. Pembagian Wilayah Menurut Kelerengan

Tingkat Kelerengan Luas (Ha)


No.
(%) Kec. Lubuk Sikarah Kec. Tanjung Harapan
1. 0–5 935 255
2. 5–8 475 400
3. 8 – 15 235 330
4. 15 – 25 790 780
5. 25 – 40 655 426
6. > 40 610 73
Jumlah 3.500 2.264
Sumber : RTRW Kota Solok 2004 – 2013

Gambar 2.1. Peta Topografi Kota Solok

Bila ditinjau dari jenis tanah yang ada di Kota Solok, sebagian besar didominasi oleh tanah
jenis komplek podsolik merah kuning, podsolik cokelat dan latosol (2.006 Ha atau 34,80%),
aluvial 1.248 Ha (21.65%), brown forest soil 1.190 Ha (20,64%), padsolik merah kuning 935 Ha
(16,22%) dan latosol 385 Ha (6,68%).

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 2


Kota Solok mempunyai iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh angin Barat. Selama tahun
2009 di wilayah Kota Solok telah terjadi sebanyak 121 hari hujan, dengan curah hujan rata-rata
131,02 mm. Tingkat curah hujan tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan Desember dan
terendah pada bulan Mei. Temperatur udara rata-rata terendah mencapai 26,1 oC dan
temperatur udara tertinggi mencapai 28,9 oC. Dari sisi klimatologi, Suhu udara maksimum di
Kota Solok adalah 28,9 oC dan suhu minimum adalah 26,1 oC.

Tabel 2.3. Banyak Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Solok

No Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan


1 Januari 124,50 18
2 Februari 91,75 10
3 Maret 192,25 11
4 April 173,25 13
5 Mei 28,25 6
6 Juni 76,75 8
7 Juli 40,75 4
8 Agustus 107,75 13
9 September 43,75 7
10 Oktober 153,25 14
11 November 213,25 15
12 Desember 326,75 20
Jumlah 1.572,20 121
Rata-rata 131,02 10
Sumber : Kota Solok Dalam Angka Tahun 2009

2.1.3. GEOHIDROLOGI
Kota Solok dilewati oleh 3 aliran sungai yaitu
Batang Lembang, Batang Gawan dan
Batang Binguang. Sungai Batang Lembang
mencakup wilayah Kota dan Kabupaten
Solok yang membelah Kota Solok, dimana
terdapat beberapa titik rawan longsor dan
terkadang meluap pada waktu hujan
sehingga menimbulkan genangan pada
beberapa kawasan. Catatan debit minimum
sungai-sungai tersebut yang diukur pada
tahun 1996 adalah 500 1/dt, 60 l/dt, dan
5.000 l/dt.

Beberapa mata air dijumpai disekitar wilayah Kota Solok, yang hingga saat ini dimanfaatkan
untuk irigasi sawah dan air minum oleh penduduk setempat. Mata air Sungai Guntung yang
terletak + 7 Km di sebelah barat Kota Solok pada elevasi + 680 m dpl memiliki debit sebesar
40 l/dt, dimanfaatkan PDAM Kota Solok sebagai sumber air minum untuk masyarakat Kota
Solok.
Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 3

Sungai Batang Lembang


Selain itu juga terdapat beberapa mata air yang muncul dalam kawasan Kota Solok, antara lain
mata air Pincuran Gadang yang berjarak + 2 Km dari pusat kota dengan kapasitas 20 l/dt dan
telah dimanfaatkan semenjak tahun 1930 untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat
Kota Solok1.

2.2. ADMINISTRATIF

Secara administratif, Kota Solok terdiri dari 2 (dua) kecamatan yakni Kecamatan Lubuk Sikarah
dengan luas wilayah 3.500 Ha yang terdiri atas 7 (tujuh) kelurahan dan Kecamatan Kecamatan
Tanjung Harapan dengan luas wilayah 2.264 Ha yang terdiri atas 6 (enam) kelurahan seperti
pada tabel 2.4

Tabel 2.4. Pembagian Wilayah Per Kecamatan/Kelurahan


Luas
Kecamatan/Kelurahan Jml RW Jml RT %
( Km2 )
I. Kec. Lubuk Sikarah 27 67 35,00 60,72
1. Kel. Tanah Garam 6 16 24,36 42,26
2. Kel. VI Suku 4 15 3,60 6,25
3. Kel. Sinapa Piliang 2 5 0,64 1,11
4. Kel. IX Korong 3 6 1,50 2,60
5. Kel. KTK 3 7 1,35 2,34
6. Kel. Aro IV Korong 4 8 1,25 2,17
7. Kel. Simpang Rumbio 5 10 2,30 3,99

II. Kec. Tanjung Harapan 22 59 22,64 39,28


1. Kel. Koto Panjang 3 8 0,21 0,36
2. Kel. PPA 4 11 0,69 1,20
3. Kel. Tanjung Paku 3 8 2,35 4,08
4. Kel. Nan Balimo 4 14 7,59 13,17
5. Kel. Kampung Jawa 6 14 3,65 6,33
6. Kel. Laing 2 4 8,15 14,14
Jumlah 49 126 57.64 100,00
Sumber : BPS Kota Solok, 2009

1
Corporate Plan PDAM Kota Solok 2009 - 2013
Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 4
Gambar 2.2 Peta Administrasi Kota Solok

Kota Solok berbatasan dengan Kota Padang dan dikelilingi oleh nagari-nagari di Wilayah
Kabupaten Solok yang ditunjukkan oleh Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Batas Wilayah Kota Solok


Uraian Batas Wilayah
- Sebelah Barat Nagari Selayo, Kota Padang
- Sebelah Timur Nagari Saok Laweh, Guguk Sarai dan Nagari Gaung
- Sebelah Utara Nagari Tanjung Bingkung dan Nagari Kuncir
- Sebelah Selatan Nagari Gaung, Panyangkalan, Koto Baru dan Nagari Selayo

Sumber : BPS Kota Solok

2.3. KEPENDUDUKAN
Penduduk merupakan modal dasar pembangunan karena jumlah penduduk yang
besar bila dikelola secara baik akan dapat menjadi SDM yang potensial dan produktif serta
sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan. Namun jumlah penduduk yang banyak
belum cukup untuk kepentingan pembangunan apabila tidak diimbangi dengan kualitas yang
memadai. Kuantitas dan kualitas penduduk akan memberikan gambaran profil sumberdaya
manusia suatu daerah.
Hasil registrasi penduduk Kota Solok tahun 2009 tercatat sebanyak 60.530 jiwa, terdiri
atas 29.658 laki-laki dan 30.872 perempuan, dengan sex ratio sebesar 0,96. Ini berarti setiap
1.000 perempuan berbanding 960 laki-laki. Dengan luas wilayah 5.764 Km 2, kepadatan
penduduk Kota Solok adalah sebanyak 1.050 jiwa/km 2. Kecamatan Tanjung Harapan
merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 1.252 jiwa/km 2.
Tabel 2.6. Perkembangan penduduk Kota Solok tahun 2000 – 2009
Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 5
Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan
Tahun
Laki-laki Perempuan Jumlah (%)
2000 23.702 24.418 48.120 -
2001 24.932 24.869 49.081 2,00
2002 24.701 25.303 50.004 1,88
2003 26.722 27.140 53.862 7,72
2004 26.691 27.687 54.378 0,96
2005 26.753 27.774 54.527 0,27
2006 26.784 27.880 54.664 0,25
2007 27.988 29.132 57.120 4,49
2008 28.989 30.173 59.162 3,57
2009 29.658 30.872 60.530 3,57
Sumber : BPS Kota Solok, 2009

Dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota Solok dapat dilihat bahwa
penduduk perempuan lebih dominan pada usia produktif dibandingkan dengan laki-laki.
Kenyataan itu merupakan konsekuensi logis akibat besarnya kecenderungan penduduk laki-
laki dewasa untuk merantau dalam mencari pekerjaan yang lebih baik di daerah lain.

Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Kota Solok Menurut Kelompok Umur Tahun 2009

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total


Sex Ratio
(tahun) (jiwa) (jiwa) (jiwa)
0–4 3.619 3.482 7.101 104
5–9 3.383 3.412 6.795 99
10 – 14 3.447 3.396 6.843 102
15 – 19 3.660 4.064 7.724 90
20 – 24 2.487 2.600 5.087 96
25 – 29 2.337 2.601 4.938 90
30 – 34 2.087 2.212 4.299 94
35 – 39 2.190 2.310 4.500 95
40 – 44 1.921 1.898 3.819 101
45 – 49 1.570 1.362 2.932 115
50 – 54 832 852 1.684 98
55 – 59 665 705 1.370 94
60 – 64 562 649 1.211 87
65 – 69 364 485 849 75
70 – 74 285 371 656 77
75 + 249 473 722 53
Total 2009 29.658 30.872 60.530 96,00
Sumber : Buku Kota Solok Dalam Angka 2010
Tabel 2.8. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Kota Solok Tahun 2005 – 2009

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 6


Jumlah Kepala Keluarga
Kecamatan/Kelurahan
2009 2008 2007 2006 2005
I LUBUK SIKARAH 7.442 7.221 6.904 6.618 6.108
1 Tanah Garam 2.653 2574 2461 2359 2177
2 VI Suku 1.330 1291 1234 1183 1092
3 Sinapa Piliang 324 314 301 288 266
4 IX Korong 431 418 400 383 354
5 KTK 527 511 489 469 433
6 Aro IV Korong 618 600 573 550 507
7 Simpang Rumbio 1.559 1513 1446 1386 1280
II TANJUNG HARAPAN 6.452 6.259 5.958 5.902 5.279
1 Koto Panjang 479 465 442 438 392
2 Pasar Pandan Air Mati 1.216 1180 1123 1112 995
3 Tanjung Paku 1.287 1249 1188 1177 1053
4 Nan Balimo 1.730 1678 1598 1583 1415
5 Kampung Jawa 1.476 1432 1363 1350 1208
6 Laing 264 256 244 241 216
13.89 12.86
Jumlah Total 4 13.480 2 12.520 11.387
Sumber : BKBPMP Kota Solok

Tabel 2.9. Jumlah dan Distribusi Kepadatan Penduduk Tahun 2005 – 2009
Kepadatan Penduduk
Kecamatan/ Luas Jumlah Penduduk
(jiwa/Ha)
Kelurahan (Ha)
2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009
3.50 29.05 29.07 30.38 31.46 32.19 9
I LB. SIKARAH 0 9 4 0 6 4 8 8 9 9
1 Tanah Garam 2.436 10.225 10.254 10.715 11.098 11.354 4 4 4 5 5
2 VI Suku 360 5.509 5.523 5.771 5.977 6.116 15 15 16 17 17
3 Sinapa Piliang 64 1.267 1.257 1.313 1.360 1.392 20 20 21 21 22
4 IX Korong 150 1.563 1.591 1.662 1.722 1.762 10 11 11 11 12
5 KTK 135 1.909 1.917 2.003 2.075 2.123 14 14 15 15 16
6 Aro IV Korong 125 2.572 2.574 2.690 2.786 2.850 21 21 22 22 23
7 Simpang Rumbio 230 6.014 5.958 6.226 6.448 6.597 26 26 27 28 29
2.26 25.46 25.59 26.74 28.33
II TJ. HARAPAN 7.696 11 11 12 12 13
4 8 0 0 6
1 Koto Panjang 21 2.271 2.281 2.384 2.469 2.526 108 109 114 117 120
2 PPA 69 5.709 5.727 5.984 6.198 6.342 83 83 87 90 92
3 Tanjung Paku 235 5.330 5.407 5.650 5.852 5.987 23 23 24 25 26
4 Nan Balimo 759 5.442 5.413 5.656 5.859 5.994 7 7 7 8 8
5 Kampung Jawa 365 5.752 5.789 6.049 6.265 6.410 16 16 17 17 18
6 Laing 815 964 973 1.017 1.053 1.077 1 1 1 1 1
5.76 54.52 54.66 57.12 59.16 60.53
Jumlah Total 9 10 10 10 11
4 7 4 0 2 0

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 7


Persentase Kenaikan 0,27% 0,25% 4,49% 3,57% 3,57%
Sumber : BPS Kota Solok, 2005-2010

Gambar 2.3 Peta Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Solok tahun 2005 sampai dengan 2009 mengalami pertumbuhan rata-
rata 2,97%, namun jika dilihat dari jumlah penduduk setiap tahun, maka pertumbuhannya
mengalami fluktuasi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu 4,49% dan
pertumbuhan terendah pada tahun 2006 sebesar 0,25%.

Gambar 2.4. Grafik Jumlah Penduduk Kota Solok Tahun 2004 – 2009

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 8


Gambar 2.5. Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Solok Tahun 2004 – 2009

Dengan melihat kepadatan penduduk, suatu daerah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Urban high : Kelurahan yang mempunyai kerapatan penduduk > 250 orang/ha
2. Urban Medium : Kelurahan dengan kerapatan penduduk 176-250 orang/ha
3. Urban Low : Kelurahan dengan kerapatan penduduk 101-175 orang/ha
4. Peri-urban : Kelurahan dengan kerapatan penduduk 25-100 orang/ha
5. Rural : Kelurahan dengan kerapatan penduduk < 25 orang/ha

Kepadatan penduduk tertinggi Tahun 2009 adalah 120 jiwa/Ha yaitu di Kelurahan Koto panjang
dan terendah adalah 1 jiwa/Ha yaitu di Kelurahan Laing. Rendahnya kepadatan penduduk
Kota Solok ini salah satunya disebabkan karena hanya 44,85% dari luas Kota Solok yang
dapat dibudidayakan. Sebagian besar lahannya yaitu 55,15% merupakan kawasan lindung
yang tidak boleh dibudidayakan, yakni 2.038 ha (35,36%) merupakan Hutan Suaka Alam dan
Wisata (HSAW) dan 1.141 ha (19,80%) merupakan Hutan Lindung (HL).

Kondisi kependudukan yang digambarkan dalam data-data tersebut di atas merupakan kondisi
penduduk yang bertempat tinggal di wilayah administrasi Kota Solok. Namun apabila dicermati
lebih lanjut, kegiatan perekonomian dan sosial Kota Solok tidak hanya dilakukan oleh
penduduk Kota Solok sendiri tetapi sebagian berasal dari kabupaten dan kota yang ada di
sekitar Kota Solok terutama Kabupaten Solok. Hal ini disebabkan Kota Solok mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan Kabupaten Solok karena Kota Solok sebelumnya
merupakan ibukota dari Kabupaten Solok yang kemudian berdiri sendiri sebagai kota otonom
sejak tahun 1970. Sebagian besar penduduk Kabupaten Solok masih menggantungkan
kegiatan ekonominya di Kota Solok sehingga perkembangan Kota Solok tidak dapat dilihat
hanya dari perkembangan penduduk dalam wilayah administrasi Kota Solok sendiri. Jadi,
walaupun jumlah dan kepadatan penduduk Kota Solok tidak meningkat secara signifikan dari
tahun ke tahun, bukan berarti Kota Solok juga dianggap tidak berkembang secara ekonomi.
Jumlah penduduk komuter dari daerah kabupaten/kota di sekitar Kota Solok digambarkan
dalam Tabel 2.10.

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 9


Tabel 2.10. Jumlah Penduduk Pendatang/Komuter

Jumlah Penduduk Pendatang


Kecamatan 2008 2007 2006 2005 2004
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
I. Lubuk Sikarah 124 121 124 121 63 59
II. Tanjung Harapan 86 100 86 100 84 124
Jumlah 210 221 210 221 147 160 147 183
Sumber :BPS Kota Solok

Untuk 5 tahun mendatang (2011 – 2015), ditargetkan jumlah penduduk Kota Solok tetap
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena berkembangnya kegiatan ekonomi seperti
perdagangan dan jasa akan memacu pertambahan jumlah penduduk baik pertambahan
penduduk alami maupun migrasi. Target jumlah penduduk sampai tahun 2015 dihitung dengan
rata-rata pertumbuhan 2,09% per-tahun. Pertambahan penduduk ini masih dimungkinkan
karena sampai dengan tahun 2015 kepadatan penduduk berdasarkan target tersebut masih
tergolong kepadatan rendah, namun pertambahan penduduk ini diarahkan ke kelurahan yang
tidak memiliki kawasan konservasi dan kawasan rawan bencana. Proyeksi jumlah penduduk
per-kelurahan tahun 2010-2015 dapat dilihat pada tabel 2.11.

Tabel 2.11. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2010 – 2015

Kecamatan/ Proyeksi Jumlah Penduduk


No
Kelurahan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
I LB. SIKARAH 32.795 33.480 34.389 34.895 35.624 36.368
1 Tanah Garam 11.567 11.808 12.055 12.307 12.564 12.827
2 Enam Suku 6.229 6.360 6.701 6.628 6.767 6.908
3 Sinapa Piliang 1.417 1.447 1.477 1.506 1.540 1.572
4 IX Korong 1.795 1.832 1.871 1.910 1.950 1.990
5 KTK 2.163 2.208 2.254 2.301 2.349 2.398
6 Aro IV Korong 2.904 2.964 3.026 3.090 3.154 3.220
7 Sp. Rumbio 6.720 6.861 7.004 7.151 7.300 7.453
II TJ. HARAPAN 28.866 29.469 30.085 30.714 31.356 38.035
1 Koto Panjang 2.573 2.627 2.682 2.738 2.795 2.854
2 PPA 6.460 6.595 6.733 6.873 7.017 7.164
3 Tanjung Paku 6.099 6.227 6.357 6.490 6.625 6.764
4 Nan Balimo 6.106 6.234 6.364 6.497 6.633 6.772
5 Kampung Jawa 6.530 6.666 6.805 6.948 7.093 7.241
6 Laing 1.097 1.120 1.144 1.168 1.192 7.241
JUMLAH 61.661 62.950 64.474 65.608 66.980 74.403
Sumber : hasil analisis

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 10


Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Solok adalah masih besarnya
jumlah KK miskin. Pada tahun 2009 jumlah KK miskin adalah 1.928 atau 15,8% dari total
jumlah penduduk. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang jumlah KK
miskinnya 2.507 atau 21,9% dari jumlah total penduduk.

Tabel 2.12. Jumlah Keluarga Miskin Kota Solok tahun 2004-2009

Kecamatan/Keluraha
No. 2004 2005 2006 2007 2008 2009
n
I. Kec.Lubuk Sikarah 1.025 1.217 1.217 1.115 1.115 887
1. Kel.Tanah Garam 315 405 405 452 452 381
2. Kel. VI Suku 193 206 206 205 205 139
3. Kel.Sinapa Piliang 67 78 78 31 31 32
4. Kel. IX Korong 63 78 78 77 77 57
5. Kel. KTK 60 88 88 89 89 68
6. Kel. Aro IV Korong 105 98 98 100 100 81
7. Kel. Simp. Rumbio 222 264 264 161 161 129

II. Kec. Tanjung 1.207 1.207 1.207 1.392 1.392 1.041


Harapan
1. Kel. Kampung Jawa 68 130 130 396 396 228
2. Kel. Tanjung Paku 166 166 166 313 313 245
3. Kel. Nan Balimo 213 173 173 302 302 209
4. Kel. Koto Panjang 325 335 335 205 205 115
5. Kel. PPA 198 307 307 85 85 167
6. Kel. Laing 66 96 96 91 91 77

JUMLAH 2.061 2.424 2.424 2.507 2.507 1.928


Sumber : Dinas KBPM Kota Solok

Pada tahun 2004 s/d 2009 jumlah keluarga miskin terbanyak terdapat di Kelurahan Tanah
Garam. Secara umum dari tahun 2004 sampai tahun 2008 jumlah KK miskin di Kota Solok
terus mengalami peningkatan dari 2.061 KK pada tahun 2004 menjadi 2.507 KK pada tahun
2008, namun pada tahun 2009 angka ini dapat diturunkan menjadi 1.928 KK.

Pemerintah Kota Solok telah melakukan beberapa usaha untuk menurunkan jumlah keluarga
miskin atau peningkatan keluarga prasejahtera menjadi keluarga sejahtera melalui kegiatan
jangka pendek untuk menyelamatkan hidup masyarakat. Adapun beberapa usaha yang telah
dilakukan adalah sejak tahun 2000 untuk mengatasi masalah kemiskinan telah dilakukan
Program Kompensasi berupa Program Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-
BBM) dalam bentuk pemberian Kartu Sehat, program pemberian beras murah, program Dokter

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 11


Kelurga, Kredit Mikro Kelurahan, P2KP, Program BLM (Bantuan Langsung Masyarakat dan
program-program lainnya yang dibiayai dari APBD Kota Solok.

2.4. PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu prasyarat untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas. Peningkatan mutu pendidikan sangat tergantung kepada guru, murid, orang tua
murid dan sarana dan prasarana pendukung pendidikan. Beberapa parameter untuk mengukur
partisipasi masyarakat dalam pendidikan adalah :
1. Angka Partisipasi Kasar (APK)
2. Angka Partisipasi Murni (APM)
3. Rasio antara Jumlah Pelajar/siswa dengan sekolah, dengan kelas, dengan guru
4. Rasio antara jumlah kelas dengan ruang kelas dan dengan jumlah guru
5. Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS)

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah murid/siswa dari jumlah
penduduk umur sekolah (SD umur 7 – 12, SLTP umur 13 – 15, SLTA umur 16 – 18 Tahun).
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan persentase jumlah murid/siswa yang berumur
sekolah di masing-masing jenjang pendidikan dari jumlah pendidikan umur sekolah. Semakin
banyak jumlah penduduk umur sekolah yang mengikuti pendidikan disemua jenjang
pendidikan tersebut semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakatnya dan sebaliknya semakin
sedikit yang mengikuti pendidikan semakin rendah pula tingkat partisipasi masyarakatnya.

Tabel 2.13. Perkembangan Angka Partisipasi menurut Jenjang Pendidikan


tahun 2006 – 2009

Angka Partisipasi dlm Pendidikan ( % )


No Uraian
2006 2007 2008 2009
1. APK SD 108,60 110,59 120,05 119
2. APM SD 91,79 105,67 98,5 99
3. APK SLTP 102,88 107,62 113,9 107
4. APM SLTP 83,53 99,47 87,15 66
5. APK SLTA 128,02 128,72 148,91 131
6. APM SLTA 93,16 100,47 113,9 68
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Solok

Di tingkat SD, tahun 2006 sampai 2008 APK cenderung mengalami peningkatan dari 108,60
menjadi 120,05, tetapi tahun 2009 APK ini sedikit mengalami penurunan menjadi 119.
Sedangkan APM SD mengalami fluktuasi sejak tahun 2006 sampai 2009. Hal yang sama juga
terjadi pada tingkat SLTP dan SLTA, yaitu APK dan APM yang mengalami fluktuasi sejak tahun
2006 sampai 2009.

2.4.1 Fasilitas Pendidikan


Kualitas pendidikan salah satunya ditentukan oleh
ketersediaan fasilitas pendukung, seperti gedung sekolah,
ruang kelas, guru dan murid. Data-data tentang fasilitas
pendidikan disajikan dalam tabel berikut.

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 12


Tabel 2.14. Jumlah Sekolah dan Ruang Kelas TK di Kota Solok Tahun 2009

No. Kecamatan Sekolah (unit) Ruang Kelas Murid Guru


1 Lubuk Sikarah 9 25 452 56
2 Tanjung Harapan 9 16 581 12
Jumlah 18 41 1033 68
Sumber : Buku Kota Solok Dalam Angka, 2010

Tabel 2.15. Jumlah Sekolah dan Ruang Kelas SD di Kota Solok Tahun 2008

Sekolah (unit) Ruang Kelas Jumlah


N
Kecamatan Neger Swast Swast Sekola
o
i a Negeri a h Ruang Kelas
1 Lubuk Sikarah 20 1 127 7 21 134
2 Tanjung Harapan 21 1 134 5 22 139
Jumlah 41 2 261 12 43 273
Sumber : BPS Kota Solok 2008/2009

Tabel 2.16. Jumlah Sekolah dan Ruang Kelas SLTP di Kota Solok Tahun 2008

Sekolah (unit) Ruang Kelas Jumlah


No. Kecamatan Neger Swast Swast Sekola Ruang
i a Negeri a h Kelas
1 Lubuk Sikarah 3 - 276 - 3 276
2 Tanjung Harapan 3 1 200 3 3 200
Jumlah 6 - 476 - 6 476
Sumber : BPS Kota Solok 2008/2009

Tabel 2.17. Jumlah Sekolah dan Ruang Kelas SMA/SMK di Kota Solok Tahun 2008

Sekolah (unit) Ruang Kelas Jumlah


N
Kecamatan Neger Swast Sekola
o
i a Negeri Swasta h Ruang Kelas
1 Lubuk Sikarah 4 1 171 3 5 174
2 Tanjung Harapan 2 4 50 34 6 84
Jumlah 6 5 221 37 11 258
Sumber : BPS Kota Solok 2008/2009

Tabel 2.18. Jumlah Perguruan Tinggi dan Ruang Kuliah di Kota Solok Tahun 2008

No Akademi/Perguruan Ruang
Kecamatan Mahasiswa Dosen
. Tinggi (unit) Kuliah

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 13


1 Lubuk Sikarah 3 60 2532 190
2 Tanjung Harapan 1 34 1187 70
Jumlah 4 94 3719 260
Sumber : BPS Kota Solok 2008/2009
2.4.2 Tingkat Pendidikan

Tabel 2.19. Prasarana Pendidikan Berdasarkan Pengelolaan di Kota Solok Tahun


2008
Dinas Departemen Departemen
N Pendidikan Agama Kesehatan
Tingkat Pendidikan Jml
o Neger Swast Neger Swast Neger Swast
i a i a i a
1 Taman Kanak-Kanak 1 6 - 5 - - 12
2 Sekolah Dasar 41 2 1 1 - - 45
3 SLTP/Sederajat 6 - 1 2 - - 9
4 SMU/Sederajat 4 1 1 - - - 6
5 SMK 2 3 - - - - 5
6 Akademi/Diploma - 1 - - - 1 2
7 Perguruan Tinggi - 1 - 1 - - 2
Jumlah 54 14 3 9 0 1 81
Sumber : BPS Kota Solok 2008/2009

II.5. KESEHATAN

2.5.1 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan di Kota Solok saat ini terdapat


1 unit rumah sakit umum dan 1 rumah sakit
tentara, 3 unit puskesmas, 15 unit puskesmas
pembantu, 2 unit rumah bersalin yang dikelola
pihak swasta, 3 unit balai pengobatan, 16 unit
praktek dokter dan 11 unit Bidan. Dilihat dari
jenisnya sudah beragam/lengkap. Begitu juga
dengan jumlahnya sampai akhir tahun
perencanaan (2013) sudah memadai kecuali untuk
Balai Pengobatan dan Bidan.

Untuk Rumah Sakit dan Puskesmas yang


perlu ditingkatkan adalah kelengkapan
peralatan medis, tenaga medis dan
pelayanan sehingga dapat bekerja secara
optimal serta alokasinya masih perlu
dipertimbangkan agar dapat menjangkau
seluruh pelosok kota secara layak.

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 14


Adapun fasilitas tenaga kesehatan yang ada adalah sebagai berikut :

Tabel 2.20. Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan Kota Solok Tahun 2008

Jumlah tenaga medis


No Unit kerja Dokter Dokter Dokter Dokter
Jumlah
spesialis umum gigi keluarga
1 Puskesmas Tanah Garam - 5 1 6
2 Puskesmas KTK - 3 1 4
3 Puskesmas Tanjung Paku 1 4 1 6
4 Puskesmas Nan Balimo - 1 1 2
Sub jumlah I (Puskesmas) 1 13 4 18
1 Rumah Sakit Umum 8 9 2 19
2 RS Tk. IV Solok - 2 - 2
Sub jumlah II (Rumah Sakit) 8 11 2 21
Institusi diknakes/diklat -
Sarana kesehatan lain -
Dinas kesehatan kab/kota - 2 - 2
Jumlah (Kota Solok) 9 26 6 41
Rasio terhadap 100.000 pddk 43,95 10,14

Tabel 2.21. Jumlah tenaga teknisi medis di sarana kesehatan Kota Solok Tahun 2008

Tenaga teknisi medis


No Unit kerja Analis Tem &
P.anestesi Fisioterapis Jumlah
lab p.rontg
1 Puskesmas Tanah Garam 1 - - 1 2
2 Puskesmas KTK 1 - - - 1
3 Puskesmas Tanjung Paku 2 - - - 2
4 Puskesmas Nan Balimo 1 - - - 1
Sub jumlah I (Puskesmas) 5 - - 1 6
1 Rumah sakit umum 6 2 2 1 11
2 RS Tk. IV solok 3 2 - - 5
Sub jumlah II (rumah sakit) 9 4 2 1 15
Jumlah (Kota Solok) 14 4 2 2 22

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 15


Rasio terhadap 100.000 pddk 23,66 6,76 3,38 3,38 37,19

Tabel 2.22. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan
Kota Solok Tahun 2008

Tenaga Kesmas Tenaga Sanitasi


No Unit kerjaSarjana D III D III DI
Jumlah Jumlah
Kesmas *) Kesmas Sanitasi Sanitasi
1 Puskesmas Tanah Garam 2 - 2 1 - 1
2 Puskesmas KTK 2 - 2 1 - 1
3 Puskesmas Tanjung Paku 2 - 2 2 - 2
4 Puskesmas Nan Balimo - - - 1 - 1
Sub jumlah i (puskesmas) 6 - 6 5 - 5
1 Rumah Sakit Umum 9 9 - - -
2 Rumkit Tk. IV Solok - - - - 1 1
Sub jumlah ii (rumah sakit) 9 - 9 - 1 1
Institusi diknakes/diklat
Sarana kesehatan lain
Dinas kesehatan kab/kota 19 - 19 6 - 6
Jumlah (kab/kota) 34 - 34 11 1 12
Rasio terhadap 100.000 pddk 57,47 18,59
Keterangan : *) termasuk S2 dan S3

Untuk lebih jelasnya jumlah fasilitas kesehatan dan kebutuhan ruang sampai akhir tahun
perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.23. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Di Kota Solok

Tahun 2008 Tahun 2015


Standar Jumlah Jumlah
Standar
Eksistin Luas Penduduk : Penduduk :
Jenis Penduduk
g Lahan 59.162 74.403
Minimum
(m 2) Luas Pe Luas
Keb Pen Keb
Lahan n Lahan
RSU 1 90000 86400 1 - - 1 - -
Puskesmas 4 20000 1500 3 - - 4 - -
Puskesmas
Pembantu 17 5000 1000 11 - - 15 - -
Rumah
Bersalin 2 10000 1600 6 4 6400 7 5 8000
Balai 3 3000 200 20 17 3400 25 22 4400

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 16


Pengobata
n
Praktek
Dokter 82 5000 - 12 - - 15 - -
Bidan 38 5000 - 12 - - 15 - -
Sumber : Hasil Analisis
Catatan : Keb = Kebutuhan Pen = Penambahan
2. 5. 2. Kader Kesehatan

Dalam melaksanakan program kesehatan, Dinas Kesehatan melakukan pemberdayaan pada


masyarakat untuk terlibat menjadi kader yang terdiri dari :
1. Kader Posyandu
Jumlah Posyandu di Kota Solok adalah 78 unit dengan masing-masing kader sebanyak 4
orang sehingga total kader sebanyak 312 orang.
Kader Posyandu lansia
Ada 26 Posyandu lansia dengan masing 3 orang kader sehingga jumlah total kader 78
orang. Dana transportasi diberikan sama dengan kader posyandu.

2. Kader Kesehatan lingkungan


Jumlah kader kesling adalah 20 orang/kelurahan. Tugas Kader Kesehatan lingkungan
adalah :
a. Melakukan pemantauan kesehatan perumahan dengan mempergunakan kartu rumah
yang dilakukan setiap tahun.
b. Melakukan penyuluhan
c. Memusyawarahkan perbaikan sanitasi di kelurahan.

3. Kader Juru Pemantau Jentik DBD (Jumantik) : jumlahnya 50 orang/kelurahan dengan


tugas sebagai berikut :
a. Memberikan penyuluhan tentang DBD
b. Pemantauan jentik dari rumah ke rumah minimal 3 kali setahun.
c. Melaporkan angka jentik dengan melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk
DBD) dengan cara 3M, Larfasida dan melakukan fogging(pengasapan).

4. Kader TB/Paru. Jumlah kadernya 5 orang/kelurahan, tugasnya :


a. Mendampingi pasien makan obat.
b. Mengidentifikasi orang yang suspect

5. Kader PHBS, mulai tahun 2006 yang bertugas melakukan penyuluhan PHBS di kelurahan.
Jumlah kader PHBS adalah 9 orang/kelurahan.

6. Kader Flu burung di sekolah SD 14. Ada 30 orang siswa yang dilatih :
a. Mengajak teman-teman cuci tangan pakai sabun 2 menit.
b. Menyuluh tentang tidak memegang unggas mati

7. Kader Poskeskel (Pos kesehatan kelurahan) yang berjumlah 39 orang/kota. Tugasnya :


a. Melakukan pemantauan penyakit yang berpotensi KLB di masyarakat.
b. Menjadi penghubung antara petugas dan masyarakat yang menderita penyakit.

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 17


Setiap tahun kader tersebut melakukan 2 kali pertemuan, yang pertama untuk melakukan
pembinaan dan yang kedua untuk melakukan evaluasi yang biasanya dilakukan di akhir tahun.
Terkait dengan pembinaan kader melibatkan SKPD terkait seperti Badan Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (Badan KBPMP), Dinas Kesehatan, Dinas
Kependudukan, Pencatatan Sipil, Sosial dan Tenaga Kerja (Dinas KPST).

II.6. SOSIAL MASYARAKAT

2.6.1 Suku

Kehidupan masyarakat Kota Solok yang relatif


rukun, toleran dan terbuka merupakan modal
dasar untuk melaksanakan pembangunan. Sikap
menghargai perbedaan pendapat secara kritis
telah membudaya di masyarakat juga merupakan
modal dasar untuk mengembangkan
pemerintahan yang baik dan bersih. Demikian
pula semangat cinta kampung yang bila dikelola
dan disalurkan dengan baik merupakan modal
dasar yang cukup besar peranannya dalam
pembangunan.

Masyarakat Kota Solok sebagai bagian dari masyarakat Provinsi Sumatera Barat secara
keseluruhan merupakan masyarakat yang menghargai nilai-nilai adat dan budaya
Minangkabau serta terbuka terhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar.
Masyarakat Kota Solok sebagian besar terdiri dari suku Minangkabau dan penyandang budaya
dan adat Minangkabau. Sebagian kecil terdiri dari berbagai etnis minoritas, seperti suku Jawa,
suku Batak dan berbagai suku pendatang lainnya yang tersebar di Kecamatan di Kota Solok.
Antara etnis minoritas tersebut dengan masyarakat setempat terdapat hubungan dan interaksi
sosial yang positif dan jarang terdapat jurang dan kecemburuan sosial yang besar antara
berbagai kelompok dan golongan serta antara berbagai segmen dalam masyarakat Kota
Solok. Hal ini merupakan landasan yang potensial bagi persatuan bangsa yang perlu
diperlihara dan dikembangkan serta ditingkatkan.

Penduduk Kota Solok mayoritas beragama Islam dan memiliki sarana ibadah berupa mesjid 36
buah dan mushalla 60 buah. Banyaknya mesjid dan mushalla dimiliki oleh penduduk Kota
Solok tidak terlepas dari rasa kebersamaan yang tinggi diantara mereka. Rasa kebersamaan
tersebut diwujudkan dalam bentuk melaksanakan ibadah disebuah tempat. Mesjid dan
mushalla adalah salah satu tempat untuk menjalankan ibadah secara bersama-sama. Oleh
karena itu kebanyakan mesjid dan mushalla yang dibangun di Kota Solok dilakukan secara
gotong royong. Baik dari segi dana maupun tenaga dihimpun secara bersama-sama melalui
kelompok-kelompok donatur. Jumlah mesjid dan mushalla dengan jumlah penduduk yang
beragama Islam di Kota Solok sudah sebanding. Kalau dikomparasikan dengan masing-
masing mesjid dan mushalla dapat menampung 1000 jemaah maka diperlukan 50 buah mesjid
dan mushalla di Kota Solok. Berhubung mesjid dan mushalla seluruhnya berjumlah 96 buah
maka saat sekarang sarana ibadah sangat mendukung untuk 10 tahun yang akan datang.

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 18


2.6.2 Bahasa

Mayoritas penduduk Kota Solok berasal dari suku Minang kabau dan bahasa sehari-hari yang
dipakai adalah bahasa Minang. Secara esensial orang Minangkabau menganggap dirinya
duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan orang lain sedangkan kelebihan seorang
pemimpin hanya karena ia ditinggikan seranting didahulukan selangkah . Sama halnya yang
diungkapkan pada sistim adat istiadat masyarakat Kota Solok, perubahan sosial tidak dapat
dielakkan ditengah perkembangan masyarakat yang selalu dinamis. Nilai Sosial yang ideal
melekat pada masyarakat Kota Solok tidak berbeda dengan nilai sosial ideal Minangkabau
pada umumnya, dimana rasa kolektifitas menjadi sangat dominan dalam kehidupan sehari-
hari. Individu tidak bisa dengan leluasa berbuat tanpa ada kesepakatan kolektif dalam
mencapai tujuan hidupnya. Mereka tetap terikat dengan sebuah kesadaran kolektif baik
ditingkat keluarga maupun masyarakat.

2.6.3 Kesenian Daerah Dan Adat Istiadat

Dalam kehidupan bermasyarakat, penduduk Kota Solok masih menjunjung tinggi adat istiadat
dan kesenian daerah. Kesenian-kesenian daerah yang masih dapat kita temui antara lain :
Randai dan panggung pidato adat. Pemerintah Kota Solok melalui Dinas/ Instansi terkait
berupaya untuk selalu melestarikan kesenian-kesenian daerah yang ada, sebagai warisan bagi
generasi-generasi yang akan datang.

Penduduk Kota Solok yang merupakan mayoritas


suku Minangkabau tidak berbeda jauh dari segi
adat istiadat dengan masyarakat lainnya di
Sumatera Barat. Meskipun dalam
masyarakat Minangkabau dikenal dengan
Adat Salingka Nagari tetapi pada tataran
konsepsi dan implikasi dalam kehidupan
memiliki prinsip yang sama, artinya adat
istiadat dibuat untuk membentuk tatanan
sosial yang teratur dalam komunitas mereka
sendiri. Tetapi implementasi adat istiadat setiap
komunitas memiliki cara-cara tersendiri dan ada perbedaan
Tradisi Makan Baronjin dengan
komunitas lainnya.

Salah satu cara yang dipakai dalam mempertahankan adat istiadat adalah
dengan mendirikan sebuah simbol adat dalam bentuk rumah adat. Dari data
tahun 2002 di Kota Solok masih terdapat rumah adat 94 unit yang tersebar di
berbagai kelurahan. Kelurahan yang paling banyak memiliki rumah adat ada di
Kelurahan IX Korong Kecamatan Lubuk Sikarah sebanyak 15 unit dan
Kelurahan Nan Balimo di Kecamatan Tanjung Harapan sebanyak 14 unit.

Secara umum adat istiadat yang masih tetap bertahan


adalah yang terkait secara langsung dilakukan dan
ditemui dalam kehidupan sehari-hari mereka misalnya adat
perkawinan, upacara kematian, kelahiran. Sedangkan adat untuk
aktivitas seperti pertanian, peternakan dan pengelolaan sumber daya
tidak begitu dijalankan lagi di masyarakat. Semuanya itu terjadi

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 19

Rumah Adat di Kota Solok


karena telah terjadi proses differensiasi sosial, dimana lembaga-lembaga sosial tradisional
fungsinya telah digantikan oleh lembaga-lembaga sosial modern yang lebih spesifik.

II.7. PEREKONOMIAN

Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang dapat
menggambarkan ekonomi suatu daerah karena manfaat yang dapat diambil dari data tersebut
diantaranya untuk melihat nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh factor produksi, laju
pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, pendapatan perkapita pada satu tahun atau
periode pada suatu daerah tertentu.

Hasil perhitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
Penyajian atas dasar harga konstan dimaksudkan agar dapat menggambarkan perkembangan
riil, karena pengaruh harga sudah dihilangkan. Sedangkan atas dasar harga berlaku dinilai
sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun atau waktu yang bersangkutan (masih ada
pengaruh harga).

Pertumbuhan ekonomi secara makro diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam


perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi oleh masyarakat
bertambah. Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat melalui angka PDRB atas
dasar harga konstan, untuk menghilangkan pengaruh fluktuasi harga dalam perhitungan.

Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kota Solok terlihat lebih lambat jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 1,36%. Hal ini tidak terlepas
dari kondisi perekonomian nasional dan dunia yang sedang mengalami penurunan dan
bencana alam yang menimpa kota-kota di Sumatera Barat. Sementara itu, PDRB menurut
harga berlaku juga terjadi penurunan sebesar 6,79%. PDRB berdasarkan harga berlaku sangat
dipengaruhi oleh inflasi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan (sebesar 5,23%).
Pertumbuhan PDRB Kota Solok dapat dilihat pada Tabel 2.24 berikut:

Tabel 2.24. PDRB Kota Solok Tahun 2005-2009

PDRB (Juta Rp.) Pertumbuhan (%)


No. Tahun
ADHB ADHK ADHB ADHK
1. 2005 574.524,42 394.216,63 16,63 5,86
2. 2006 675.828,39 418.554,23 17,63 6,17
3. 2007 756.806,43 445.151,83 11,98 6,35
4. 2008 888.081,51 473.694,17 17,35 6,41
5. 2009 981.818,52 497.623,07 10,56 5,05
Sumber: Buku PDRB Kota Solok Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

Rincian pertumbuhan dan kontribusi per lapangan usaha terhadap PDRB Kota Solok dapat
dilihat pada Tabel 2.25 berikut:

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 20


Tabel 2.25. Pertumbuhan dan kontribusi per lapangan usaha terhadap PDRB
Kota Solok Tahun 2008 – 2009

Pertumbuhan 1) Kontribusi 2)
(%)
No. Lapangan Usaha (%)
2008 2009 2008 2009
1. Pertanian 3,23 4,54 9,03 8,77
2. Pertambangan dan penggalian 4,73 3,73 0,67 0,67
3. Industri pengolahan 6,28 2,29 9,37 9,12
4. Listrik dan air bersih 7,03 5,84 3,06 3,38
5. Bangunan/kontruksi 6,12 5,33 14,04 14,35
6. Perdagangan, hotel dan restoran 6,79 6,15 10,43 10,49
7. Pengangkutan dan komunikasi 8,34 5,15 21,73 21,53
8. Keuangan, persewaan dan jasa 6,42 5,22 7,66 7,73
perusahaan
9. Jasa-jasa 5,80 5,52 24,01 23,98
Jumlah 6,41 5,05 100 100
Sumber: Buku PDRB Kota Solok Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009
1) Atas Dasar Harga Konstan, 2) Atas Dasar Harga Berlaku

Tingkat kesejahteraan penduduk Kota Solok dapat dilihat dari besar pendapatan perkapitanya,
Pada tahun 2009 terjadi peningkatan pendapatan perkapita yang cukup besar menurut harga
konstan sebesar Rp. 269.271,60 dibandingkan dengan tahun 2008. Perkembangan
pendapatan per kapita di Kota Solok dapat dilihat pada Tabel 2.26 berikut:

Tabel 2.26. Perkembangan Pendapatan per kapita di Kota Solok tahun 2005-2009

Pendapatan Perkapita (Rp.)


No. Tahun
Harga Berlaku Harga Konstan
1. 2005 9.047.808,39 6.451.775,44
2. 2006 10.424.711,31 6.692.804,14
3. 2007 11.405.851,89 6.956.890,06
4. 2008 13.073.448,21 7.252.549,71
5. 2009 14.197.240,13 7.521.821,31
Sumber: Buku PDRB Kota Solok Menurut Lapangan UsahaTahun 2009

II.7.1. Keuangan Daerah

Keuangan daerah tidak saja berperan sebagai salah satu faktor pendukung terselenggaranya
pembangunan daerah yang baik namun juga merupakan salah satu indikator kemampuan

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 21


daerah dalam mengurus daerahnya. Kota Solok memiliki sumber keuangan daerah yang
berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah. Perkembangan APBD dan Struktur APBD Kota Solok Tahun 2009 dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.27. Perkembangan APBD Kota Solok tahun 2005-2009

No. Tahun Anggaran Realisasi (Rp.)


1. 2005 124.349.691.000.00
2. 2006 208.098.646.000.00
3. 2007 242.864.634.000.00
4. 2008 288.497.638.000.00
5. 2009 402.953.777.483.07
Sumber: Kota Solok Dalam Angka Tahun 2008/2009

Gambar 2.6. Struktur Pendapatan Tahun 2009

Dari struktur pendapatan daerah diatas dapat dilihat bahwa 90% pendapatan Kota Solok
berasal dari Dana Perimbangan dari pusat. Untuk lebih jelasnya mengenai sumber-sumber
pendapatan Kota Solok dapat dilihat pada uraian di bawah ini :

 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Struktur PAD dibentuk oleh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba Usaha Daerah dan
Lain-lain PAD yang Sah. Sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan PAD,
maka Pemerintah daerah terus berupaya mencari potensi yang bisa digali dan dimanfaatkan
sebagai sumber PAD dan mengoptimalkan sumber PAD yang telah ada.

Total PAD tahun 2009 adalah 6,98 % dari total APBD, meningkat 1,13% jika dibandingkan
dengan persentase PAD pada APBD Kota Solok tahun 2008 sebesar 5,85%, dimana dari
struktur PAD diatas dapat dilihat bahwa 60% PAD Kota Solok berasal dari lain-lain pendapatan
asli daerah, sedangkan retribusi dan pajak daerah hanya menyumbang sekitar 23% dari total
PAD Kota Solok.

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 22


Gambar 2.7. Komposisi PAD Tahun 2009

 Dana Perimbangan

Dana perimbangan terdiri dari; Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana perimbangan dari Provinsi.

Total Dana Perimbangan tahun 2009 adalah 89,97% dari total Pendapatan pada APBD Kota
Solok, dimana 80% dari Dana Perimbangan berasal dari Dana Alokasi Umum.

Gambar 2.8. Komposisi Dana Perimbangan Tahun 2009

II.7.2. Ketenagakerjaan

Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun dan lebih, terdiri
dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang aktif dalam
kegiatan ekonomi. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi
penduduk yang masuk dalam pasar kerja yakni yang bekerja atau mencari kerja, yang dikenal
dengan istilah Angkatan Kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan ukuran
yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 penduduk usia kerja. Proporsi
pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 23


sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Hal ini dapat pula mencerminkan struktur
perekonomian suatu wilayah. Sebagian besar penduduk Kota Solok yang bekerja pada tahun
2008, memiliki lapangan pekerjaan utama sebagai tenaga perdagangan, diikuti oleh sektor
jasa-jasa dan sektor transportasi.
Tabel 2.28. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan
Tahun 2009

Penduduk (%)
No Lapangan Usaha Perempua
Laki – laki Jumlah
n
1 Pertanian 5.70 6.65 12.35
2 Pertambangan/penggalian 0.45 0.00 0.45
3 Industri 1.80 3.05 4.85
4 Listrik, Gas dan Air Minum 1,05 0.15 1.20
5 Konstruksi 4.50 0.45 4.95
6 Transportasi dan Komunikasi 8.70 1.95 10.65
7 Perdagangan 15.85 19.10 34.95
8 Bank dan Lembaga Keuangan 0.55 1.80 2.35
9 Jasa – jasa 11.40 16.85 28.25
Jumlah 50.00 50.00 100.00
Sumber : Buku Kota Solo Dalam Angka,2010

Dilihat dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pola penyerapan tenaga kerja menurut sektor
hampir sama dengan pola penyerapan menurut jenis kelamin. Perbedaannya adalah bahwa
pola penyerapan tenaga kerja laki-laki terlihat tersebar hampir sama di semua sektor(lapangan
usaha).

Untuk memecahkan permasalahan kependudukan dan tenaga kerja ini telah dilaksanakan
berbagai program guna mengatasi peningkatan jumlah angkatan kerja dan jumlah
pengangguran serta peningkatan pelayanan kependudukan. Diantaranya telah dilaksanakan
pengiriman tenaga kerja keluar negeri, pembinaan terhadap pencari kerja, magang diberbagai
perusahaan, peningkatan sistim administrasi kependudukan dan lain-lain. Namun hal tersebut
masih belum dapat mengatasi permasalahan secara keseluruhan dan memerlukan perhatian
lebih lanjut.

2.7.3. Upah Minimum Regional (UMR)

Upah Minimum Regional yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Upah Minimum Provinsi
(UMP) Sumatera Barat pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 725.000,- dan UMP Sumatera
Barat tahun 2008, Rp. 800.000,- (berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera
Barat Nomor : 560 – 421 – 2007), Besaran upah Minimum Provinsi ini juga di berlakukan sama
di Kota Solok, untuk melihat perkembangan Upah Minimum Provinsi dari tahun 2002-2008
dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2.29. Perkembangan Upah Minimum Provinsi Tahun 2004 – 2008

No. Tahun Upah Minimum Provinsi (UMP) (Rp.)


1. 2004 480.000
2. 2005 540.000
Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 24
3. 2006 650.000
4. 2007 725.000
5. 2008 800.000
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Solok, 2008
2.7.4 Tingkat Pengangguran

Pada tahun 2009 penduduk Kota Solok berjumlah 60.530 orang yang terdiri dari 29.658 orang
laki-laki dan 30.872 orang perempuan dengan sex ratio 96. Laju pertumbuhan penduduk Kota
Solok rata-rata adalah 1,24%.
Jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun cenderung meningkat sebagai konsekuensi dari
pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini terlihat dari peningkatan persentase angkatan kerja
yaitu sebanyak 57,79% pada tahun 2008 meningkat menjadi 60,06 % pada tahun 2009.
Sebagian besar angkatan kerja Kota Solok pada tahun 2009 bergerak di Sektor Perdagangan
(34,95%), Jasa-jasa (28,25%), Pertanian (12,35%) dan. transportasi dan komunikasi (10,65%).

Peningkatan jumlah angkatan kerja ini menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup
signifikan. Permasalahan yang timbul akibat peningkatan jumlah tenaga kerja ini diantaranya
masih tingginya angka pengangguran. Meningkatnya jumlah pengangguran pada tahun 2008
sebanyak 3.803 orang (9,59%) dibanding pada tahun 2007 sebanyak 5.380 orang (13,69%)
dan pada tahun 2009 berkurang menjadi 5.205 orang (13,06%) berpotensi dalam menimbulkan
berbagai permasalahan sosial.

Peningkatan jumlah pengangguran disebabkan oleh meningkatnya jumlah angkatan kerja yang
tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja. Disamping itu tingkat pendidikan dan
keterampilan angkatan kerja yang rendah, tidak sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga
belum mampu bersaing dalam memperoleh kesempatan kerja.

Tabel 2.30. Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009

Penduduk
No Tingkat Pendidikan Perempua
Laki-laki Total
n
1. Tidak Tamat SD - - -
2. Sekolah Dasar 2 - 2
3. SLTP 4 - 44
4. SLTA 1.934 1.829 3.763
5. Akademi 374 208 582
6. Sarjana (S.1) 547 305 852
7. S.2 2 - 2
8. S.3 - - -
Jumlah 2009 2.863 2.342 5.205
Jumlah 2008 1.529 2.274 3.803
Sumber : Buku Kota Solok Dalam Angka, 2010

II.8. VISI DAN MISI KOTA

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 25


Visi Kota Solok sesuai dengan RPJP Kota Solok Tahun 2005-2025 adalah “ Solok menjadi
Kota Sentra Perdagangan dan Jasa di Sumatera Bagian Tengah Tahun 2025 ”. Visi ini
disusun karena perkembangan Kota Solok terutama perkembangan ekonomi didominasi oleh
kegiatan perdagangan, transportasi dan jasa, sehingga untuk jangka panjang diharapkan Kota
Solok dapat menjadi pusat perdagangan dan jasa di Sumatera Bagian Tengah.

Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan upaya-upaya yang dituangkan dalam misi
pembangunan sebagai berikut :
1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
2. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik
3. Mewujudkan kehidupan beragama dan berbudaya
4. Mewujudkan perdagangan dan jasa berdaya saing global
5. Mewujudkan prasarana dan sarana kota berkualitas
6. Mewujudkan tata ruang dan lingkungan yang sehat

Sedangkan Visi kepala daerah terpilih tahun 2010 – 2014 adalah Terwujudnya Masyarakat
Yang Beriman, Bertaqwa, Sehat, Edukatif, Dan Sejahtera Dengan Pemerintahan Yang
Baik Dan Bersih Menuju Kota Perdagangan Dan Jasa Yang Maju Dan Modern.
Misi yang ditetapkan untuk mencapai visi tersebut :
1. Meningkatkan kualitas tatanan kehidupan masyarakat yang beriman dan bertaqwa.
2. Menyelenggarakan tata pemerintahan daerah yang baik dan bersih (Good Local
Governance and Clean Government)
3. Mengembangkan nilai-nilai adat dan budaya ditengah masyarakat berlandaskan adat
basandi syara’, syara’ basandi kitabullah.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan.
5. Meningkatkan pelayanan kesejahteraan sosial dan penanggulangan kemiskinan.
6. Meningkatkan pembinaan kepemudaan dan olah raga
7. Meningkatkan aktivitas perdagangan, jasa, agrobisnis dan pariwisata
8. Meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana fasilitas pelayanan umum.
9. Meningkatkan pemberdayaan dan pendapatan masyarakat.
10. Menegakkan peraturan daerah yang berkeadilan.

2.9. Institusi dan Organisasi Pemda

Organisasi perangkat daerah disusun dalam rangka membantu kepala daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerah. Organisasi perangkat daerah terdiri dari unsur staf
yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi diwadahi dalam bentuk sekretariat,
unsur pengawas diwadahi dalam bentuk inspektorat, unsur perencana diwadahi dalam bentuk
badan, unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam bentuk lembaga teknis daerah dan unsur
pelaksana urusan daerah diwadahi dalam bentuk dinas daerah. Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Pemerintah Daerah Kota Solok diatur dalam 5 (lima) Perda, yaitu :
1. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD.
2. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Daerah.
3. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah.

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 26


4. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Satuan Polisi Pamong Praja.
5. Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Kecamatan dan Kelurahan.

Kelima Peraturan Daerah di atas merupakan pengganti Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun
2006 tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah yang disusun karena adanya perubahan
peraturan di atasnya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang
Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

Berdasarkan kelima Peraturan Daerah tersebut, maka secara keseluruhan struktur organisasi
perangkat daerah Kota Solok terdiri dari :
a. Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD, sebagai unsur staf.
- Sekretariat Daerah terdiri dari 2 Asisten dan 8 Bagian.
- Sekretariat DPRD terdiri dari 3 Bagian.
b. Inspektorat, sebagai unsur pengawas.
c. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai unsur perencana.
d. Lembaga Teknis Daerah, terdiri dari 3 badan dan 4 kantor, yaitu :
- Badan Kepegawaian Daerah
- Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan
- Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
- Kantor Arsip, Dokumentasi dan Perpustakaan
- Kantor Pelayanan dan Perizinan
- Kantor Lingkungan Hidup
- Kantor Ketahanan Pangan
- Kantor Pengelolaan Pasar
e. Dinas Daerah, terdiri dari 10 dinas, yaitu :
- Dinas Pendidikan
- Dinas Kesehatan
- Dinas Kebersihan dan Tata Ruang
- Dinas Pekerjaan Umum
- Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata
- Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
- Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil, Sosial dan Tenaga Kerja
- Dinas Pertanian
- Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
- Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset
f. Satuan Polisi Pamong Praja
g. Kecamatan dan Kelurahan, sebagai pelaksana teknis kewilayahan.

Tidak ada kelembagaan yang secara khusus menangani sanitasi namun penanganan sanitasi
menjadi tanggung jawab beberapa lembaga/instansi yang terkait. Secara garis besar terdapat
dua lapisan institusi yang terkait dengan sanitasi. Lapisan pertama adalah institusi yang
mengemban tugas di bidang sanitasi secara langsung dan lapisan kedua adalah institusi yang
bersinggungan dan berkait dengan bidang sanitasi, namun lebih bersifat mendukung
kebijakan. SKPD yang memiliki tugas dan fungsi (tupoksi) yang terkait dengan bidang sanitasi
adalah sebagai berikut :

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 27


1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
Bidang yang terkait dengan program sanitasi adalah Bidang Prasarana dan Sarana
Wilayah dan Bidang Sosial Budaya.

Bidang Prasarana dan Sarana Wilayah terdiri dari 2 (dua) sub bidang yaitu :
a. Sub Bidang Penataan Ruang
Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang Prasarana dan Sarana Wilayah khususnya
pengkoordinasian dan perencanaan pembangunan di bidang lingkungan hidup
penataan ruang dan pertanahan.
Fungsi :
Penyelenggaraan persiapan dan pengolahan bahan penyusunan rencana program
pembangunan lingkungan hidup, tata ruang dan pertanahan.

b. Sub Bidang Prasarana.


Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang Prasarana dan Sarana Wilayah khususnya
pengkoordinasian dan perencanaan pembangunan di bidang prasarana perumahan
dan fasilitas umum.
Fungsi :
Mengkoordinasikan serta mempersiapkan dan mengolah bahan penyusunan rencana
program pembangunan dibidang perumahan/keciptakaryaan, fasilitas umum,
prasarana jalan/kebinamargaan, penerangan jalan, pos dan telekomunikasi serta
sumber daya air.

Bidang Sosial Budaya terdiri dari 2 (dua) sub bidang yaitu :


a. Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Budaya
Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang Sosial Budaya khususnya
pengkoordinasian, perencanaan, pengumpulan, pengolahan data, monitoring dan
evaluasi serta pelaporan kegiatan pembangunan pengembangan sumber daya
manusia dan budaya.
Fungsi :
Mengkoordinasikan serta mempersiapkan dan mengolah bahan penyusunan rencana
program pembangunan sosial, agama, kependudukan, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan perempuan, keluarga berencana dan pemerintahan.

b. Sub Bidang Sosial dan Pemerintahan.

2. Dinas Kebersihan dan Tata Runag.


Bidang yang terkait dengan program sanitasi adalah Bidang Kebersihan dan Pertamanan
yang terdiri dari :
a. Seksi Pengelolaan Persampahan
Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang Kebersihan dan Pertamanan khususnya
dalam pengelolaan persampahan.
Fungsi :

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 28


Penyusunan rencana teknis, pelaksaanaan dan pengendalian kebersihan dan
persampahan.

b. Seksi Pertamanan dan Pemakaman.

c. Seksi Pengelolaan Kebersihan Jalan, Drainase dan Air Limbah.


Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang kebersihan dan pertamanan khususnya
dalam Pengelolaan Kebersihan Jalan, Drainase dan Air Limbah
Fungsi :
Penyusunan rencana teknis, pelaksanaan dan pengendalian kebersihan jalan,
drainase dan air limbah.

3. Dinas Pekerjaan Umum


Bidang yang terkait dengan program sanitasi adalah Bidang Bina Marga dan Bidang Cipta
Karya.
Bidang Bina Marga terdiri dari :
a. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan

b. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan


Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang bina marga dalam pemeliharaan jalan dan
jembatan.
Fungsi :
Pendataan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan pemeliharaan rutin jalan dan
jembatan, riol dan pemeliharaan periodik jalan dalam kota.

c. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Penerangan Jalan Umum


(PJU).

Bidang Cipta Karya terdiri dari :


a. Seksi Pembangunan Gedung

b. Seksi Permukiman
Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang cipta karya dalam pengembangan dan
pembangunan pemukiman.
Fungsi :
Pendataan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengendalian, penyuluhan
pembangunan pemukiman

c. Seksi Pemeliharaan gedung dan permukiman.


Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang cipta karya dalam pemeliharaan gedung
dan permukiman.
Fungsi :
Pendataan perencanaan, pelaksanaan pemeliharaan gedung dan permukiman.

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 29


4. Kantor Lingkungan Hidup
a. Seksi Analisis Dampak Lingkungan
Tugas Pokok :
Menyelenggarakan Analisis Dampak Lingkungan dan standar mutu lingkungan.
Fungsi :
Perencanaan, pembinaan dan pelaksanaan analisis dampak lingkungan dan standar
mutu lingkungan.

b. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan


Tugas pokok menyelenggarakan teknis pengawasan dan pengendalian lingkungan.
Fungsi :
Perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian lingkungan.

c. Seksi Pemulihan Lingkungan


Tugas pokok :
Menyelenggarakan Pemulihan lingkungan atas kerusakan dan pencemaran
lingkungan.
Fungsi :
Perencanaan dan pelaksanaan pemulihan lingkungan terhadap terjadinya kerusakan
dan pencemaran lingkungan serta pencegahan terhadap kemungkinan meluasnya
kerusakan dan pencemaran lingkungan.

5. Dinas Kesehatan
Bidang yang terkait dengan program sanitasi adalah Bidang Pengendalian Pencegahan
Penyakit Penyehatan Lingkungan yang terdiri dari :
a. Seksi Pengendalian penyakit, imunisasi, survelience dan penanggulangan
KLB/Bencana

b. Seksi Penyehatan Lingkungan dan Penyehatan Matra.


Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang Pengendalian Pencegahan Penyakit
Penyehatan Lingkungan khususnya penyehatan lingkungan dan penyehatan matra.
Fungsi :
Penyelenggaraan pengawasan, peningkatan kesehatan lingkungan, kesehatan matra,
sarana air minum dan jamban keluarga, kesehatan tempat-tempat umum, pengawasan
tempat makanan minuman, dampak lingkungan permukiman dan pestisida serta
penyelenggaraan program pengendalian dan pencegahan pencemaran lingkungan
hidup.

6. Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan


Bidang yang terkait dengan program sanitasi adalah Bidang Pemberdayaan Perempuan
yang terdiri dari :
a. Sub Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak
Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang Pemberdayaan Perempuan khususnya
dalam perlindungan perempuan dan anak.
Fungsi :
Perencanaan, pengumpulan dan pengolahan data, pelaksanaan program
pengarusutamaan gender, kebijakan kualitas hidup perempuan, perlindungan
perempuan, kesejahteraan dan perlindungan anak.

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 30


b. Sub Bidang Pemberdayaan dan Pembinaan Organisasi Perempuan.

2.10. Tata Ruang Wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Solok ditetapkan dengan Peraturan Daerah
No. 1 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solok.

Tabel 2.31. Pembagian BWK Menurut RTRW Tahun 2004 – 2013 Kota Solok

No BWK Cakupan Fungsi/peruntukan


1 BWK I Kel. Koto Panjang Kawasan pusat bisnis (CBD),
341 Ha sebagian besar Kel. PPA perdagangan (regional dan lokal),
(5,92%) sebagian besar Kel. Aro IV Korong transportasi lokal, jasa, perkantoran,
sebagian kecil Kel. Sinapa Piliang permukiman terbatas, pertanian dan
sebagian kecil Kel. IX Korong kesehatan
sebagian kecil Kel. KTK
sebagian kecil Kel. Simp. Rumbio
sebagian kecil Kel. VI Suku
sebagian kecil Kel. Kp. Jawa
2 BWK II sebagian besar Kel. KTK Perdagangan (regional dan lokal),
350 Ha sebagian besar Kel. Simp Rumbio transportasi (regional dan lokal),
(6.07%) sebagian kecil Kel. Aro IV Korong kesehatan, permukiman, pertanian
sebagian kecil Kel. PPA dan industri kecil
3 BWK III Kel. Tanah Garam Konservasi, hutan lindung,
2.725 Ha sebagian kecil Kel. VI Suku pertanian, pemerintahan kota,
(47,28%) sebagian besar Kel. Sinapa Piliang pemerintahan skala lingkungan,
sebagian besar Kel. IX Korong permukiman terbatas dan
sebagian kecil Kel. KTK perdagangan
4 BWK IV Kel. Laing Konservasi, hutan lindung,
2.348 Ha Kel. Nan Balimo pemerintahan skala kota, pendidikan
(40,74%) Kel. Tanjung Paku tinggi, pariwisata, pertanian, industri
sebagian besar Kel. Kp. Jawa (kecil & menengah), jasa perhotelan,
sebagian besar Kel. VI Suku perdagangan, transportasi (regional
& lokal), olahraga, kesehatan,
pemukiman dan fasilitas
pemakaman umum
Sumber : RTRW Kota Solok

2.10.1 Rencana Tata Guna Tanah, Air, Udara dan Sumberdaya Lainnya

a. Penataan Tanah
Permasalahan pertanahan Kota Solok, hasil evaluasi RTRW menunjukkan adanya
konversi penggunaan lahan seperti :
 Lahan pertanian menjadi lahan permukiman

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 31


 Lahan perkebunan menjadi semak belukar
 Hutan menjadi lahan perkebunan

Kawasan yang dikendalikan perkembangannya :


 Kawasan sempadan sungai
 Kawasan sempadan mata air
 Kawasan lindung
Kawasan yang didorong perkembangannya
 Kawasan yang merupakan pusat pertumbuhan BWK II sebagai kawasan Agroindustri
 Kawasan BWK IV sebagai kawasan permukiman

b. Air
Tujuan penatagunaan air adalah untuk menjamin ketersediaan air baik dari segi kualitas
dan kontinuitas. Tindakan yang dilakukan :
 Pengelolaan sumberdaya air baik air tanah maupun air permukaan
 Rehabilitasi DAS
 Mencegah pencemaran sumberdaya air
 Penertiban bangunan di bantaran sungai
 Pemantauan kualitas air, terutama air permukaan secara berkala.

c. Udara
Tujuan penataan udara adalah untuk menjaga kualitas udara kota agar sesuai dengan
peruntukannya. Tindakan yang dilakukan :
 Pengendalian kualitas udara, baik udara ambien maupun udara emisi agar sesuai
dengan peruntukannya.
 Menjamin keamanan pemanfaatan udara untuk kegiatan penerbangan, telekomunikasi
penginderaan jauh, transportasi.
 Pemantauan kualitas udara ambien.

2.10.2 Arahan Garis Sempadan

Rencana pengaturan garis sempadan pada prinsipnya ditujukan :


 Untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak
kualitas air sungai
 Untuk melindungi kondisi fisik pinggir sungai, dasar sungai, dan
 Untuk mengamankan aliran sungai.

Beberapa hal yang ingin dicapai dari pengembangan dan pengaturan sempadan sungai antara
lain :
a. Pengendalian terhadap kualitas air, kondisi fisik kawasan sekitarnya dan daerah tangkapan
air kawasan yang bersangkutan.
b. Mencegah terjadinya erosi, dan menjaga fungsi hidrologis lahan di kawasan sempadan
sungai sehingga ketersediaan tanah dan air permukaan selalu dapat terjamin.
c. Tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya yang tidak menunjang fungsi kawasan
sungai.
d. Dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata dengan syarat tidak mengganggu fungsi
lindung kawasan sempadan sungai.
e. Pengendalian terhadap kemungkinan pemanfaatan kawasan yang menyalahi prinsip-
prinsip lingkungan.
f. Pelarangan penebangan pohon pada jarak tertentu dari sungai.

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 32


g. Bangunan yang diperkenankan hanya bangunan yang berfungsi menunjang fungsi
kawasan sempadan sungai.

Tabel 2.32. Rencana Sempadan Sungai Di Kota Solok

Sempadan Sungai (Meter)


No Nama Sungai
Kiri Dan Kanan Sungai
1 Sungai Bt Lembang 15
2 Sungai Bt Binguang 10
3 Sungai Bt Gawan 10
4 Saluran Irigasi 1–3
Sumber : RTRW Kota Solok 2004-2013

Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 33

Anda mungkin juga menyukai