Anda di halaman 1dari 86

DRAFT LAPORAN ANTARA

DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

BAB III.
SURVEY INVESTIGASI

3.1 UMUM

Untuk mengetahui gambaran umum daerah studi baik kondisi fisik sungai maupun
kondisi topografi, geologi dan hidrometri di sekitar lokasi pekerjaan, diperlukan
survey investigasi lapangan meliputi survey topografi, investigasi geologi teknik,
survey kegeeempppaan dan tes laboratorium serta survey hidrometri. Hasil
survey tersebut akan menjadi salah satu dasar dalam pelaksaan pekerjaan
perencanaan pembangunan bendungan

3.2 SURVEY HIDROMETRI

Survey Hidrometri adalah pengumpulan data variabel-variabel sungai melalui


pengukuran langsung ke lapangan. Lokasi survey berada di rencana AS
bendungan Bolango Hulu , kegiatan yang dilakukan meliputi :

1. Pengukuran penampang melintang sungai


2. Pengukuran kecepatan arus dan perhitungan debit sungai
3. Pengukuran sedimen melayang
4. Pengambilan sampel dasar sungai

3.2.1 Pengukuran Penampang Sungai

Pengukuran penampang sungai dilakukan dengan menggunakan total station


yang diikatkan pada BM yang telah di ukur, hasil penampang sungai dapat dilihat
pada gambar 3.1 .

3.2.2 Pengukuran Kecepatan Arus Sungai dan Perhitungan Debit Sungai

Tujuan pengukuran debit ini adalah untuk mengetahui debit sesaat pada saat
pengambilan sample sedimen, sehingga nantinya didapat hubungan kandungan
sedimen dan debit.

Pengukuran debit pada dasarnya adalah pengukuran kecepatan arus pada


penampang yang ditentukan. Pengukuran kecepatan arus dilaksanakan dengan
alat ukur arus tipe baling- baling (OTT), untuk debit kecil, sedang sampai banjir.

Bab II- 1
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Data pengukuran debit yang didapat dari lapangan harus diperiksa lebih teliti, dan
kemudian didaftar sesuai dengan nomor urut pengukuran. dari daftar tersebut
selanjutnya diplot pada grafik untuk dibuat lengkung debit (rating curve).

Pengukuran dilakukan dengan membagi kedalaman sungai menjadi beberapa


bagian dengan leber permukaan yang berbeda.Kecepatan aliran sungai pada
setiap bagian diukur sesuai dengan kedalaman, pada studi ini dilakukan
pengukuran dengan metode merawas sesuai dengan yang disyaratkan pada SNI.

Gambar 3. 1 Pengukuran Kecepatan Arus Sungai Mongiilo

Pengukuran debit dilakukan sebanyak 12 kali mulai dari Bulan Januari sampai
bulan Juni, rekapitulasi hasil pengukuran debit dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. 1 Rekapitulasi Tinggi Muka Air dan Debit Sungai Mongiilo

TMA Debit
No Tanggal Pengukuran (H) (Q)
m m3/dt
1 13 Januari 0.70 16.28
2 21 Januari 0.80 18.66
3 28 Januari 0.60 11.25
4 2 februari 0.65 14.53
5 11 Februari 0.80 19.86
6 21 Februari 0.75 17.23
7 16 April 0.55 10.04
8 21 April 0.65 12.67
9 29 Mei 0.90 29.25
10 30 Mei 0.95 30.65
11 31 Mei 1.00 32.22
12 1 Juni 1.00 33.47
13 2 Juni 1.00 33.36
14 3 Juni 0.90 28.08
15 4 Juni 1.00 32.72

Bab II- 2
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Selanjutnya dari data pengukuran di atas di cari persamaan hubungan antara


tinggi muka air dan debit untuk mendapatkan persamaan liku debit, perhitungan
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak spreadsheet dan dicari
persamaan yang mempunyai nilai R2 (coeficient of determination) paling
mendekati 1, hasil perhitungan masing masing persamaan dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 3. 2 Hubungan TMA dan Debit Menggunakan Persamaan Power

Gambar 3. 3 Hubungan TMA dan Debit Menggunakan Persamaan Exponensial

Bab II- 3
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 4 Hubungan TMA dan Debit Menggunakan Persamaan Linear

Dari grafik diatas kemudian dipilih persamaan power karena mempunyai nilai R 2
yang paling besar sehingga selanjutanya liku debit sungai Mogiilo dibuat
berdasarkan persamaan :

Y = 0.1909 X 0.4718 atau bisa di tulis menjadi persamaan :

X (Q) = 33.447 Y (H) 2.120

Dimana

X (Q) = debit (m3/dt)

Y (H) = tinggi muka air (m)

Dengan memasukan nilai H didapatkan liku debit seperti pada gambar berikut :

Bab II- 4
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 5 Liku Debit Sungai Mongiilo

3.2.3 Pengambilan Sampel Sedimen

3.2.3.1 Pengambilan Sampel Sedimen Muatan Melayang (Suspended Load)

Pengambilan Sampel Sedimen muatan melayang (suspended load) merupakan


sedimen yang melayang di dalam aliran sungai yang terutama terdiri dari butiran-
butiran pasir halus yang senantiasa didukung oleh air dan hanya sedikit sekali
interaksinya dengan dasar sungai, karena selalu didorong ke atas oleh turbulensi
aliran.

Umumnya aliran sungai merupakan aliran turbulen, oleh karena itu tenaga
gravitasi partikel-partikel sedimen dapat ditahan oleh gerakan turbulensi aliran,
putaran arus (eddies) membawa gerakan partikel sedimen kembali ke atas dan
tidak mengendap.

Pengambilan sampel sedimen dilakukan sebanyak 12 kali dengan jumlah sedimen


pada saat muka air tinggi sebanyak 8 buah. Pada saat kejadian banjir
pengambilan sampel sedimen hanya dilakukan di sisi sebelah kiri dan kanan
sungai karena masalah keselamatan dan juga pengambilan kecepatan sungai
tidak bisa dilakukan dengan menggunakan alat current meter karena alasan
keselamatan, untuk itu debit air pada saat banjir di dekati dengan persamaan liku
debit yang dihasilkan pada sub bab sebelumnya .

Bab II- 5
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 6 Pengambilan Sampel Sedimen

Gambar 3. 7 Pengamatan Tinggi Muka Air dengan Peilscale pada saat banjir

Pengambilan sampel sedimen sebaiknya dilakukan secara bersamaan dengan


kegiatan pengukuran debit dan setiap sampel sedimen harus dikirim ke
laboratorium untuk di analisa.Data lapangan yang diperoleh adalah data debit
sebagai hasil pengukuran langsung dan data konsentrasi sedimen diperoleh dari
berdasarkan hasil analisa sedimen dilaboratorium.

Nilai kandungan sedimen diperoleh berdasarkan hasil perkalian konsentrasi


sedimen dengan debit, dan dapat dirumuskan sbb:

Qs = k Cs Qw

dimana :

Bab II- 6
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Qs = Debit sedimen (ton/hari)

Cs = Konsentrasi sedimen (mg/l)

Qw = Debit (m3/dt)

k = Faktor konversi yaitu 0.0864

Konsentrasi sedimen suspensi (Cs) umumnya ditulis dalam mg/l atau dalam
satuan part per million (ppm).Rekapitulasi hasil pengambilan sedimen dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 3. 2 Perhitungan Suspended Load Sungai Mongiilo


Debit Konsetrasi Qs
No Tanggal Pengambilan Total Kanan Tengah Kiri Rerata ton/hr ton/ha/tahun
(m3/dt) (mg/l)

1 2 Februari 2018 17.54 5.86 5.96 5.72 262.22 397.39 5.96


2 11 Februari 2018 21.74 6.84 8.72 6.18 548.02 1,029.37 15.45
3 21 Februari 2018 19.32 5.84 8.16 5.32 427.10 712.94 10.70
4 1 Maret 2018 48.63 1,180.00 4,958.09 74.42
5 4 Maret 2018 44.41 1,096.67 4,207.55 63.15
6 27 Maret 2018 40.38 1,166.67 4,070.70 61.10
7 12 April 2018 195.46 2,736.67 46,216.30 693.65
8 13 April 2018 130.37 2,426.33 27,331.05 410.21

Berdasarkan data lapangan hasil pengukuran sedimen yaitu data debit dan
kandungan sedimen suspensi total maka dibuat garis hubungan antara debit dan
kandungan sedimen total.Pembuatan garis hubungan antara debit dan kandungan
sedimen dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti membuat garis lengung
debit/aliran, grafik lengkung sedimen dapat dilihat pada gambar berikut :

Bab II- 7
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Lengkung Sedimen S. Mongiilo


800.00
f(x) = 0.04 x^1.89
R² = 0.98
700.00

600.00

500.00
Qs (ton/ha/thn)

400.00

300.00

200.00

100.00

-
- 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00
Q (m3/dt)

Gambar 3. 8 Lengkung Sedimen Sungai Mongiilo

Dari grafik di atas didapatkan hubungan antara debit sedimen dan debit air
sebagai berikut :
Qs = 0.04 Q19006
Dimana
Qs = sedimen (ton/ha/tahun)
Q = debit air (m3/dt)

3.2.3.2 Pengambilan Sampel Sedimen Muatan Dasar (Bed Load)

Muatan dasar (bed load), adalah partikel yang bergerak pada dasar sungai
dengan cara berguling, meluncur,dan meloncat. (Priyantoro, Dwi:1987). Muatan
dasar keadaannya selalu bergerak, oleh sebab itu pada sepanjang aliran dasar
sungai selalu terjadi proses degradasi dan agradasi yang disebut sebagai “Alterasi
Dasar Sungai “.

Pengukuran bed load ini agak sulit karena alat yang dimasukkan sering
mengganggu lapisan dasar sehingga bed load yang diukur kurang mendekati
keadaan yang sebenarnya. Biasanya hasilnya perlu dikombinasikan dengan
perhitungan bed load secara teoristik. Tipe yang umum adalah tipe “Basket” atau
tipe keranjang. Lokasi pengambilan sample sedimen dasar sama halnya dengan
lokasi sedimen layang yaitu pada penampang sungai ruas bawah (sekitar muara)
sebanyak 3 (tiga) sample. Peralatan yang digunakan bisa dengan scoop-type
simple atau Dragbucket type sample, dengan jumlah sample pertitik sekurang-
kurangnya 2 (dua) kg.

Bab II- 8
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.3 SURVEY TOPOGRAFI

Survey topografi merupakan persyaratan penting dan utama dalam pelaksanaan


pengembangan dan pengelolaan bangunan pengairan untuk mengantisipasi
adanya banjir. Maksud dan tujuan kegiatan survey topografi adalah untuk
mendapatkan gambaran topografi yang lengkap, jelas, dan memenuhi syarat-
syarat. Hasil survey tersebut akan menjadi salah satu dasar dalam pelaksaan
pekerjaan perencanaan pembangunan bendung gerak. Hasil akhir dari pekerjaan
ini adalah menghasilkan data ukur dan gambar-gambar yang meliputi gambar peta
situasi. Survey topografi dilaksanakan di Kecamatan Bolango Ulu, Kabupaten
Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.

3.3.1 Lingkup Kegiatan Survey Topografi

Lingkup kegiatan survey topografi pekerjaan Bendungan Bolango Hulu di Sungai


Mongiilo, antara lain sebagai berikut:
1. Pekerjaan awal yaitu pekerjaan persiapan yang meliputi sebagai berikut:

a. Mobilisasi Personil, Peralatan dan Bahan


b. Survey Pendahuluan untuk mengetahui batas-batas wilayah pengukuran
c. Membuat kesepakatan tentang wilayah pengukuran dan batasannya

2. Pekerjaan Pengukuran yang meliputi


a. Pembuatan peta situasi sungai sepanjang Sungai Mongiilo & pertemuan
anak sungai
b. Pengukuran cross section dan long section
c. Penggambaran cross section
d. Menetapkan lokasi akhir
e. Memasang Patok BM dan CP.
3. Analisis data topografi.

3.3.2 Bahan dan Peralatan Survey Topografi

Peralatan utama yang digunakan untuk melakukan pekerjaan ini antara lain terdiri
dari :
Tabel 3. 3 Daftar Peralatan dan Bahan Yang Digunakan Untuk Pekerjaan
Survey Topografi

No Nama Peralatan Kegunaan


2 (dua) unit Total Station Topcon GTS
Untuk Pengukur Kerangka Kontrol
1
235N lengkap dengan accesoris Survey dan Pemetaan Topografi
Untuk Survey leverling, jaringan titik
2 1 (satu) unit Level Topcon AT – G6
tinggi / elevasi
Untuk pengukuran kerangka titik
3 1 (satu) unit Topcon Hyper II
Base
1 (satu) unit Handheld GPS Garmin Untuk Orientasi Lapangan
4
86s
5 6 (enam) buah Radio Komunikasi Komukasi di Lapangan

Bab II- 9
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

No Nama Peralatan Kegunaan


(HT)
6 2 Kamera Pocket Untuk Dokumentasi Pekerjaan

3.3.3 Penetapan Titik Referensi Pengukuran

Titik Referensi Koordinat yang di gunakan dalam pekerjaan ini mengacu ke titik
referensi N.4002 yang terletak di kampung Tulanggdenggi kota Gorontalo,
koordinat serta elevasi titik referensi tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 3. 9 Titik Referensi BM Base N.4002

Bab II- 10
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 10 Pilar Geodetik N.4002

Gambar 3. 11 Pengukuran Titik Kontrol Geodesi

3.3.4 Pembuatan dan Pemasangan Bench Mark (BM) dan Control Point (CP).

Maksud pembuatan dan pemasangan CP dan BM adalah untuk menentukan titik


kontrol tetap dilapangan (Ground Control Point) yang digunakan sebagai acuan
baik untuk posisi horisontal maupun vertikal. Kegiatan ini meliputi:

1. Pemasangan BM dan CP
 Menambah Bench Mark (BM) baru jika jarak BM yang ada lebih besar dari
2,000 m pada satu jalur saluran. Pada Rencana Lokasi Bangunan Utama
baru dipasang BM paling sedikit sebanyak 2 buah di kedua sisi As
Bangunan, dipasang marmer dan diberi notasi.
 Pada bangunan lama yang penting pada setiap dekzerk dipasang baut
kuningan dan diukur posisi (x, y, z). Pada rencana bangunan baru
dipasang patok CP (Control Point) sesuai gambar standar dari Direksi
Pekerjaan.

2. Koordinat dan elevasi BM lama/baru diukur kembali.

Bab II- 11
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3. Pemasangan patok BM baru sesuai dengan spesifikasi Standar Perencanaan


Bendungan, tanda-tanda nomenklatur dipasang dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan. Konsultan bertanggung jawab atas pemasangan BM baru.

4. Membuat Deskripsi BM baru yang menunjukkan posisi letak (x, y) dan


ketinggian (z) serta sketsa peta lokasinya. Deskripsi BM dilengkapi dengan
lokasi, elevasi, referensi sipat datar BM bersangkutan. Posisi BM diplot pada
peta topografi skala 1:10,000 .

Pemasangan patok BM dan CP pada pekerjaan ini sebanyak 11 buah BM. Adapun
lokasi setiap BM tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. 4 Daftar dan Lokasi Bench Mark (BM) di Bendungan Bolango


Hulu

No. Northing (Y) Easting (X) Elevasi Deskripsi


1 72786,526 510550,030 +122.101 m BM 01
2 73071,027 510856,140 +108.752 m BM 02
3 72997,331 510723,439 +55.584 m BM 03
4 72866,538 510646,481 +51.000 m BM 04
5 72706,765 510372,621 +110.044 m BM 05
6 72846,858 510586,797 +69.816 m BM 06
7 73139,215 510404,896 +49.094 m BM 07
8 72884,770 510150,119 +67.793 m BM 08
9 72784,634 511182,448 +122.172 m BM 10
10 74187,701 515835,615 +118.604 m BM 14
11 72971,237 514879,718 +90.810 m BM 15

Tabel 3. 5 Titik Koordinat CPSungai Mongiilo

No. Northing (Y) Easting (X) Elevasi Deskripsi


1 72764,705 510568,812 +130.612 m CP 01
2 72988,548 510884,119 +82.601 m CP 02
3 73095,185 510450,527 +49.214 m CP 03
4 72928,388 510675,396 +49.933 m CP 04
5 72848,085 510433,199 +68.186 m CP 05
6 72631,076 510388,274 +139.421 m CP 06
7 72170,045 510832,826 +242.513 m CP 07
8 72950,797 511945,065 +124.744 m CP 08
9 72824,628 511185,572 +104.990 m CP 12
10 72965,725 514866,37 +90.770 m CP 13
11 74242,922 515860,731 +117.193 m CP 14

Bab II- 12
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 12 BM Bendungan Bolango Hulu

Gambar 3. 13 CP Bendungan Bolango Hulu


3.3.5 Pengolahan Data dan Penggambaran

A. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setiap hari di base camp. Data-data lapangan
seperti hasil pengukuran kerangka kontrol pengukuran dan pengukuran detail
diproses dengan menggunakan perangkat lunak yang sudah baku.

Checking data awal dilakukan pada setiap rekaman data harian, dan checking
data akhir dilakukan pada data yang telah membentuk jaringan mengikat
tertutup atau loop.Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas data hasil
ukuran terhadap batas toleransi standard atau batas toleransi yang telah
ditetapkan.
Pengukuran ulang / checking ukuran (bilamana diperlukan) dilakukan pada
saat sebelum pindah ke titik pengukuran berikutnya.Pengolahan data
dilakukan mengikuti tahapan, sebagai berikut :

 Pengolahan data jaringan kontrol horisontal dan vertikal,


 Pengolahan data detail topografi,
 Plotting draft peta, Review dan Analisa draft peta
 Plotting Final drawing

Bab II- 13
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan perangkat lunak


yang telah teruji kelayakannya.

1) Perhitungan Koordinat :
a) Perhitungan koordinat poligon, dilakukan mengikuti bentuk poligon
yang digunakan. Koreksi sudut diberikan atas dasar nilai rata-rata,
dan perhitungan ini dilakukan di lokasi pekerjaan.
b) Hasil perhitungan mengacu syarat ketelitian yang telah ditentukan.
c) Perhitungan menggunakan traverse computation software.

2) Perhitungan Elevasi :
a) Perhitungan beda tinggi / elevasi dilakukan hingga 3 desimal
(ketelitian mm), dan dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar
perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya, dan memberikan
koreksi yang diperlukan.
b) Perhitungan menggunakan leveling computation software.

3) Perhitungan Ketinggian (Detail Topografi) :


a) Ketinggian dan koordinat detail dihitung berdasarkan elevasi dan
koordinat patok berdirinya alat dan dihitung secara trigonometris atau
tachimetris.
b) Perhitungan dilakukan dengan menggunakan topographic
computation software.
B. Penggambaran
Peta Topografi dan Pemetaan hasil survey ini disajikan berupa peta digital
dengan basis skala 1 : 1,000 dengan interval garis kontur setiap 1.0 meter.
Skala gambar dan interval kontur diset pada software pada saat proses
plotting.
Final peta garis dikonversi kedalam format AutoCAD, berbasis 3D map dibuat
dengan format A1 dan untuk laporan dicetak dalam kertas ukuran A3.

Ketentuan umum mengenai penggambaran hasil survey lapangan seperti;


perhitungan dan validasi data ukur, serta kaidah-kaidah baku dalam
penggambaran secara kartografis mengikuti ketentuan yang berlaku umum
pada peta.

Secara garis besar hasil pengukuran topografi pada kegitan ini adalah
tersedianya peta situasi lokasi bendungan dan grafik hubungan antara
elevasi, luas dan volume dari waduk. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat
pada tabel dan gambar berikut :

Bab II- 14
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Tabel 3. 6 Lengkung Kapasitas Bendungan Bolango Hulu


Tinggi Tinggi
Elevasi Area Volume
No dari Dasar Bendungan
(mdpl) m m m2 Ha m3 juta m3
1 48 0 18 4,072.02 0.41 - -
2 50 2 20 15,260.31 1.53 15,709.80 0.02
3 55 7 25 166,073.44 16.61 460,190.19 0.46
4 60 12 30 497,562.12 49.76 2,158,722.62 2.16
5 65 17 35 847,941.45 84.79 5,161,218.15 5.16
6 70 22 40 1,313,000.64 131.30 10,626,983.36 10.63
7 75 27 45 1,842,532.38 184.25 18,411,430.01 18.41
8 80 32 50 2,497,781.20 249.78 29,205,820.56 29.21
9 85 37 55 3,236,229.51 323.62 43,535,483.70 43.54
10 90 42 60 4,081,131.58 408.11 61,760,252.68 61.76
11 95 47 65 4,830,496.96 483.05 84,101,833.81 84.10
12 100 52 70 5,555,003.81 555.50 110,062,955.22 110.06
13 105 57 75 6,330,378.80 633.04 139,611,062.10 139.61
14 110 62 80 7,124,977.36 712.50 173,266,903.43 173.27
15 115 67 85 7,920,076.67 792.01 210,830,193.70 210.83

Gambar 3. 14 Lengkung Kapasitas Bendungan Bolango Hulu

Bab II- 15
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 15 Peta Situasi Hasil Pengukuran Topografi Bendungan Bolango Hulu

Bab II- 16
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.4 SURVEY KEGEMPAAN

Dalam proses pembangunan rencana Bendungan harus dipastikan bebas dari


resiko bencana alam seperti gempa bumi, terlebih jika gempa bumi tersebut
berasal dari sesar aktif yang berada di sekitar area bendungan.

Sesar adalah retakan atau sistem retakan yang mengalami pergeseran.


Sekumpulan sesar yang saling berhubungan disebut zona sesar. Sesar aktif
berdasarkan klasifikasi tingkatan aktivitas sesar (California State Mining and
Geology Board Classification, 1973; dalam Keller dan Pinter, 2002) yaitu sesar
yang pernah bergerak dalam kurun waktu 10.000 tahun yang lalu. Sementara itu
menurut IBC (2003) dan FEMA-USA, sesar aktif merupakan sesar yang memiliki
sejarah rata-rata geser /slip rate 1 mm/tahun atau lebih dengan diikuti indikasi
proses geologi berikut aktivitas kegempaan dalam kurun waktu Holosen.

Untuk menentukan potensi aktifnya suatu sesarbergantung pada tiga kriteria, yaitu
historis, geologi, dan seimologi. Namun keberadaan data yang dicantumkan pada
ketiga kriteria tersebut seringkali tidak hadir secara bersamaan. Oleh karena itu
perlu dilakukan survey kegempaan untuk mengetahui:
a. Lokasi tepat dari jejak sesar.
b. Interval perulangan gempa bumi.
c. Besaran gempabumi yang diperkirakan di masa depan.
d. Jenis deformasi permukaan dihubungkan dengan pensesaran permukaan.
e. Episenter yang diperkirakan pada gempa bumi yang akan datang.

3.4.1 Lingkup Kegiatan Survey Kegempaan

Lingkup kegiatan survey kegempaan pekerjaan Bendungan Bolango Hulu, antara


lain sebagai berikut:

1. Pekerjaan persiapan yang meliputi mobilisasi personil, peralatan dan bahan

2. Analisa seismotektonik regional

3. Analisa sesar aktif

4. Pekerjaan Survey yang terdiri dari


a. Survey Ground Penetrating Radar (GPR)
b. Survey Microearthquake

5. Pengolahan Data dan Interpretasi

3.4.2 Bahan dan Peralatan Survey Kegempaan

1. Survey Microearthquake

Peralatan yang digunakan selama proses monitoring adalah Seismometer tipe


Guralp 6TD. Alat ini sudah terdiri dari sensor seismometer triaxial dan juga
termasuk dengan digitisernya. Guralp 6TD ini dibekali dengan flash memory

Bab II- 17
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

hingga 32 GB. Velocity output dari Guralp mulai dari 30 s (0.03 Hz) sampai
100Hz. Seismometer yang ditanam tersebar di beberapa titik tertentu dan
kemudian akan merekam seluruh pergerakan yang terjadi, dan akan
diterjemahkan dalam bentuk seismogram.

2. Survey Ground Penetrating Radar (GPR)

Peralatan yang digunakan pada survey ini adalah

a. GSSI 3200 Multiple Low Frequency Unshielded Antenna

Antena ini didesain untuk mendapatkan penetrasi radar sedalam


mungkin. Desain antenna terdiri atas komponen yang dapat dibongkar-
pasang; dengan mengubah panjang dari antena, pengguna dapat
mengubah juga frekuensi yang digunakan. Antena ini dapat digunakan
dalam mode pengukuran diskrit (stacking) atau mode pengambilan data
secara kontinu (continous profile data collection). Untuk survey ini, kami
menggunakan frekuensi 60 MHz.

Pabrikan: Geophysical Survey Systems, Inc.

Model: 3200 MLF

Frekuensi: 16-80 MHz (dapat disesuaikan)

Rentang Kedalaman: 0-50 m

Berat: 15-23 kg

Dimensi: 120-600 cm (dapat disesuaikan)

b. GSSI SIR 3000 Control Unit

SIR 3000 Control Unit merupkan sistem berukuran kecil dan ringan yang
dirancang untuk penggunaan single-user. Produk ini menyediakan fitur-
fitur esensial dan fleksibilitas yang dibutuhkan oleh pengguna GPR
berpengalaman dan juga menyediakan tatap muka yang sederhana bagi
pengguna GPR pemula.

SIR 3000 dapat digunakan dengan sebagian besar antena GSSI,


sehingga dipandang sebagai control unit yang fleksibel dan terjangkau
bagi pengguna yang melakukan survey GPR dalam berbagai
pengaplikasian.

Pabrikan: Geophysical Survey Systems, Inc.

Antena: Kompatibel dgn banyak antena GSSI

Jumlah Channel: 1 (satu)

Format Data: RADAN® (.dzt)

Contoh Kecepatan Pindai:

Bab II- 18
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

220 scans/sec pada 256 samples/scan, 16 bit

120 scans/sec pada 512 samples

Selang Waktu Pindai: Dapat disesuaikan user

Jumlah Sampel per Pindai: 256, 512, 1024, 2048, 4096, 8192

Mode Operasi: Free run, roda survey, point mode

Rentang Waktu: 0-8,000 nanoseconds full scale, dapat disesuaikan user

Gain: Manual atau otomatis, 1-5 gain points (-20 to +80 dB)

Filter Vertikal: IIR dan FIR low pass dan high pass

Filter Horizontal: Stacking, Background Removal

Berat: 4.1 kg termasuk baterai

Dimensi: 31.5 x 22 x 10.5 cm

c. Peralatan lain yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Baterai, Tali
ukur, Kamera, dan GPS Handheld.

GSSI 3200 Multiple Low Frequency Unshielded


Seismometer Guralp 6TD
Antenna

GSSI SIR 3000 Control Unit Kamera Digital


Gambar 3. 16 Peralatan yang Digunakan Untuk Survey Kegempaan

Bab II- 19
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.4.3 Hasil Survey Kegempaan

3.4.3.1 Analisa Seismotektonik Regional

Busur Kepulauan Indonesia terletak pada wilayah batas pertemuan empat


lempeng tektonik bumi yang sangat aktif (Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik,
Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Filipina), karena itu merupakan wilayah
sangat rawan terhadap bencana gempa-gempa tektonik. Kejadian gempa bumi
besar dan merusak umumnya terjadi pada wilayah batas tiga lempeng besar dan
jalur-jalur sesar aktif utama yang terbentuk di bagian interior lempeng kepulauan
Indonesia seperti terlihat pada Gambar 3.17.

Gambar 3. 17 Peta tektonik aktif Indonesia dan gempabumi yang terjadi sejak tahun
1973 (data NEIC-S=USGS)

A. Evaluasi Seismotektonik Daerah Pekerjaan

Data yang digunakan dipilih berdasarkan lokasi yaitu yang terletak dalam
koordinat 119.75° BT – 125.25° BT dan 2.5° LU – 1.25° LS.

1. Seismisitas – BMKG (2008 – 2018)


Berdasarkan katalog gempa BMKG terdapat total 8.696 kejadian gempa
yang tercatat mulai dari tanggal 27 November 2008 hingga 4 Juni 2018.
Gempa yang tercatat memiliki kedalaman 3 – 740 km dengan magnitudo
1,1– 6,6. Katalog BMKG ini berbeda dengan sumber katalog kegempaan lain
yang digunakan dalam studi kali ini karena katalog BMKG juga merekam
gempa-gempa mikro dengan magnitudo paling kecil yang bisa tercatat yaitu
1,0. Dari plot gempa dangkal (kedalaman <30 km) dapat diambil kesimpulan
bahwa sebagian besar gempa terjadi di sebelah utara dari Pulau Sulawesi
yang diakibatkan oleh subduksi yang terjadi di sepanjang North Sulawesi
Megathrust. Dari Gambar 3.17 juga kita bisa melihat adanya gempa dangkal

Bab II- 20
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

yang terjadi di daratan dekat dengan rencana lokasi Bendungan Bolango Ulu
dan dekat dengan Sesar Gorontalo.

2. Seismisitas – USGS (1923 – 2018)


Berdasarkan katalog gempa USGS terdapat total 4.870 kejadian gempa
yang tercatat mulai dari tanggal 23 Februari 1923 hingga 5 Juni 2018.
Gempa yang tercatat memiliki kedalaman 3,3 – 675,1 km dengan magnitudo
3,2–8,1. Perlu dicatat bahwa katalog USGS ini hanya mencatat gempa
dengan magnitudo lebih besar dari 2,5. Dari data mekanisme fokus yang
tersedia dalam database USGS pada Gambar 5.27, dapat dilihat bahwa
gempa-gempa dangkal yang terletak dekat dengan segmen utara Sesar
Gorontalo kebanyakan disebabkan oleh subduksi berarah utara-selatan yang
terjadi di North Sulawesi Megathrust. Dari gambar yang sama kita bisa
melihat satu kejadian gempa yang disebabkan oleh sesar strike-slip tetapi
lokasinya berjarak 50 km barat laut dari Sesar Gorontalo segmen utara.

3. Seismisitas –ISC-EHB Bulletin (1960 – 2014)


ISC-EHB Bulletin merupakan versi terpelihara dari International
Seismological Centre (ISC) Bulletin. Event gempa yang terkendala baik
secara teleseismik dipilih dari ISC Bulletin dan kemudian direlokasi
menggunakan algoritma EHB (Engdahl – van der Hilst – Buland) untuk
meminimalisasi error dalam lokasi gempa (terutama kedalaman) akibat
asumsi struktur 3D dari Bumi. Terdapat total 2.316 kejadian gempa yang
tercatat mulai dari tanggal 9 Januari 1960 hingga 29 Desember 2014.
Gempa yang tercatat memiliki kedalaman 1,1 – 672 km dengan magnitudo
3,5 – 6,9. Terdapat beberapa gempa dangkal yang terjadi di dekat dengan
Sesar Gorontalo, terutama pada segmen utara. Namun, karena lokasi
gempa-gempa tersebut berdekatan juga dengan North Sulawesi Megathrust,
tidak bisa dipastikan sumber gempa tersebut apakah dari Sesar Gorontalo
atau karena subduksi North Sulawesi Megathrust. Dari penampang plot
hiposenter gempa berarah baratlaut-tenggara yang memanjang dari Laut
Sulawesi hingga Kep. Banggai-Sula kita bisa melihat adanya indikasi double
subduction yang terjadi akibat subduksi lempeng Laut Sulawesi dari arah
utara dan subduksi lempeng Laut Maluku dari arah selatan.

4. Sejarah Gempa Besar – Gempa Sulawesi 2008


Salah satu gempa besar yang pernah terjadi di sekitar daerah penelitian
adalah gempa dengan magnitudo 7,4 yang terjadi pada tanggal 16
November 2008. Episenter gempa ini terletak kurang lebih 25 km di sebelah
utara dari Pulau Sulawesi atau tepatnya pada 1,271 LU dan 122,091 BT
pada kedalaman 30 km. Gempa ini mengakibatkan korban jiwa sebanyak 4
orang meninggal dunia dan hampir 60 luka-luka. Lebih dari 700 rumah
mengalami kerusakan berat dan beberapa bangunan runtuh. Gempa
dirasakan cukup besar pada Kota Gorontalo dan dicatat sebagai skala V

Bab II- 21
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

MMI oleh USGS. Dari analisis mekanisme fokus, diketahui bahwa gempa ini
diakibatkan oleh subduksi lempeng Laut Sulawesi yang terjadi di North
Sulawesi Megathrust.

Gambar 3. 18 Plot episenter gempa dangkal (kedalaman <30 km) yang terekam
dalam katalog BMKG dari tahun 2008 hingga 2018

Gambar 3. 19 Mekanisme fokus beberapa gempa dangkal (kedalaman <30 km) dekat
Sesar Gorontalo terekam dalam katalog USGS (tahun 1923-2018)

Bab II- 22
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.4.3.2 Analisa Sesar Aktif

A. Sesar Gorontalo

Sesar Gorontalo merupakan sesar geser menganan (right lateral fault) yang
terletak di lengan utara dari Pulau Sulawesi, tepatnya di Provinsi Gorontalo.
Sebagai produk dari subduksi Minahasa, Sesar Gorontalo menyambungkan
antara Minahasa Trench di bagian utara sesar dengan Teluk Tomini di bagian
selatan sesar. PUSGEN (2017) membagi Sesar Gorontalo menjadi dua
segmen, yaitu segmen North dan segmen South. Segmen Gorontalo North
memiliki panjang 74 kilometer dan memanjang dari Minahasa Trench di sebelah
utara Pulau Sulawesi dan berhenti di pantai utara dari Provinsi Gorontalo.
Sementara segmen Gorontalo South memiliki panjang 70 kilometer dan
memanjang dari pantai utara Pulau Sulawesi hingga Teluk Tomini di selatan
dari lengan utara Pulau Sulawesi. Letak dari sesar ini berdasarkan PUSGEN
(2017) dapat dilihat pada Gambar 3.20. Sedangkan data dan parameter sesar
gi\orontalo dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3. 7 Data dan parameter Sesar Gorontalo (PUSGEN, 2017)


Nama Struktur Slip-rate Mekanisme L
No Dip Top Bottom Mmax
Utama Segmen (mm/th) Pergeseran (km)
1 Gorontalo North 1 Strike-slip 90 3 18 74 6.9
2 Gorontalo South 1 Strike-slip 90 3 18 70 6.8

Bab II- 23
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 20 Letak dari Sesar Gorontalo menurut PUSGEN (2017).

B. Analisa Data Digital

Analisis data digital merupakan salah satu langkah yang pertama kali dilakukan
dalam sebuah studi pengamatan sesar aktif. Analisis data digital ini bertujuan
untuk mencari morfologi penanda sesar seperti gawir sesar (fault scarp), bukit
sesar (shutter ridge), dan pergeseran sungai (river offset) terutama yang
berlokasi pada satuan batuan berumur Kuarter.

Data-data digital yang digunakan dalam studi kali ini terdiri dari data digital
elevation model (DEM), data citra satelit, kontur topografi, peta ge4ologi lembar
kotamobagu dan Tilamuta Sulawesi. Salah satu data yang paling banyak
digunakan adalah data DEM SRTM30. Menggunakan metoda-metoda seperti
pewarnaan elevasi, hillshading, dan overlay dengan layer data digital lainnya
dengan perangkat lunak berbasis GIS yang bersifat freeware seperti QGIS versi
3.0.1 dan Google Earth versi 7.1.8. Konsultan melakukan analisis penarikan
kelurusan yang dicurigai merupakan kelurusan struktur geologi. Penarikan
kelurusan ini diutamakan pada kelurusan yang terletak atau melalui satuan
batuan yang berumur Kuarter.

C. Analisa Sesar Aktif di Daerah Pekerjaan

Survey lapangan pengamatan sesar aktif dalam pekerjaan kali ini dilakukan
setelah selesainya analisis data-data digital dilakukan. Target dari survey
lapangan adalah untuk mencari bukti-bukti sesar aktif langsung di lapangan
dengan panduan data-data sekunder dan hasil analisis data-data digital seperti
peta kelurusan SRTM30. Dalam survey lapangan kali ini, konsultan melakukan
pengamatan pada 134 titik stasiun pengamatan yang tersebar di Provinsi
Gorontalo. Peta persebaran dari titik-titik stasiun pengamatan tersebut bisa
dilihat pada Gambar 3.21.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, kami menemukan beberapa


bukti geologi dari aktivitas Sesar Gorontalo pada zaman Kuarter. Pada stasiun
pengamatan G1.1 ditemukan dua buah sesar naik dengan displacement
sebesar 1,5 meter yang memotong batuan berumur plistosen akhir – holosen
(gambar 3.22). Selanjutnya pada stasiun pengamatan G5.3, kami menemukan
bukti lainnya yaitu berupa dua buah sesar normal yang memotong batuan
berumur Plistosen Akhir – Holosen (Gambar 3.23). Kemudian pada stasiun
pengamatan G5.5 kami menemukan sesar normal yang dilengkapi dengan
kehadiran cermin sesar yang memotong batuan berumur Plistosen Akhir –
Holosen (Gambar 3.24). Pada stasiun pengamatan G3.10. Pada stasiun ini
kami menemukan dua buah sesar normal yang diduga memotong batuan
berumur Pliosen – Plistosen hingga tanah hasil pelapukan di permukaan
(Gambar 3.25).

Bab II- 24
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 21 Peta Hasil Penarikan Kelurusan dari DEM SRTM30 dan Lokasi 134
Stasiun Pengamatan Sesar Aktif Dalam Pekerjaan Ini

Gambar 3. 22 Dua Buah Sesar Naik Pada Gambar 3. 23 Dua Buah Sesar Normal Pada
Stasiun Pengamatan G1.1 Stasiun Pengamatan G5.3

Bab II- 25
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 24 Sesar Normal Pada Stasiun Gambar 3. 25 Dua Buah Sesar Normal Pada
Pengamatan G5.5 Stasiun Pengamatan G3.10

Gambar 3. 26 Foto dan Lokasi Beberapa Stasiun Pengamatan Sesar Aktif

3.4.3.3 Survey Ground Penetrating Radar (GPR)

A. Akuisisi Data

Terdapat total sebelas lintasan survey GPR yang datanya telah diakuisisi dan
dilakukan processing data. Akusisi data dari seluruh lintasan GPR tersebut
dilakukan dengan frekuensi 16 MHz. Total panjang lintasan keseluruhan adalah

Bab II- 26
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

hampir 2,8 km. Penentuan letak lintasan survey GPR ini didasarkan atas
penarikan garis kelurusan DEM SRTM30 di sekitar lokasi rencana Bendungan
Bolango Ulu dan hasil penyelidikan lapangan sesar aktif.

Sebelas lintasan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu


 Tujuh lintasan (line 5 sampai line 11) di sekitar area rencana as bendungan
ditujukan untuk mencari sesar dan disejajarkan dengan desain struktur
bendungan seperti as bendungan dan spillway.
 Empat lintasan (line 1 sampai line 4) di luar area rencana as bendungan
ditujukan khusus untuk mencari bukti keberadaan struktur-struktur geologi
seperti Sesar Gorontalo atau sesar-sesar lainnya.

Kegiatan lapangan survey GPR ini dilakukan pada tanggal 23 – 26 April 2018 di
lokasi pekerjaan yaitu di Provinsi Gorontalo, spesifiknya di area sekitar rencana
as Bendungan Bolango Ulu dan pada titik-titik yang diduga dilalui oleh sesar
aktif di Provinsi Gorontalo.

Gambar 3. 27 Sebelum Dilakukan Kegiatan Gambar 3. 28 Perangkat Real-Time


Akusisi, Terlebih Dahulu Dilakukan Sterilisasi Kinematic (RTK) Receiver untuk Menentukan
Lintasan Posisi Akurat Lintasan

Gambar 3. 29 Kegiatan Akusisi Data Survey Ground Penetrating Radar (GPR) di Lapangan
B. Pengolahan Data

Bab II- 27
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Setelah dilakukan akusisi data diperoleh data mentah (raw data) yang
kemudian dilakukan pengolahan data (data processing) dengan menggunakan
software reflexw. Pada tahap pengolahan data, dilakukan beberapa proses,
diantaranya: penyaringan frekuensi agar diperoleh data yang sesuai dengan
target frekuensi; penghilangan noise dilakukan untuk membersihkan data dari
sinyal-sinyal yang tidak diharapkan; dan dilakukan penguatan sinyal untuk
memperjelas sinyal agar mudah dibaca dan diinterpretasi. Pengolahan data
hasil dari survey GPR dilakukan untuk menghasilkan citra georadar yang
memiliki resolusi tinggi.

C. Hasil Akhir dan Interpretasi

Hasil data georadar yang telah diproses dengan resolusi tinggi menghasilkan
citra georadar yang terlihat dengan baik dan dapat digunakan pada tahap akhir,
yakni tahapan interpretasi. Interpretasi dilakukan berdasarkan fenomena dan
anomali yang tampak pada data.

Interpretasi citra georadar pada pekerjaan kali ini kami lakukan dengan
memanfaatkan data log bor teknik yang kami jadikan panduan dalam
interpretasi. Garis hitam pada gambar menunjukkan batas lapisan dari lapisan
di bawah permukaan. Sementara untuk garis merah menunjukkan sesar.
Pergerakkan dari sesar itu sendiri dinotasikan pada masing-masing gambar.

Hasil uraian interpretasi tiap lintasan pada pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

Tabel 3. 8 Hasil Interpretasi Citra Georadar

Panjang Kedalaman Hasil Interpretasi Citra Georadar


Nama Lokasi
No Lintasan Penetrasi
Lintasan Lintasan Kedalaman
(m) (m) Jenis Tanah Keterangan
(m)
1 Line 1 400 52 0-20 Soil dari pelapukan batu  
Batugamping Terumbu/
        21-52
Batugamping Koral (Ql)  
2 Line 2 400 50 0-21 Soil dari pelapukan batu  
di Luar Area
Rencana Batugamping Terumbu/
        22-50
As Batugamping Koral (Ql)  
3 Line 3 Bendungan 400 50 0-8 Soil dari pelapukan batu  
        9-50 Batugamping Klastik (TQl)  
Batuan Endapan Danau
4 Line 4 450 50  
(Qpl)  
             
di Area Soil dari pelapukan batu / Adanya
5 Line 5 218.5 46 0-20
Rencana aluvial dari sedimentasi sesar turun

Bab II- 28
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Panjang Kedalaman Hasil Interpretasi Citra Georadar


Nama Lokasi
No Lintasan Penetrasi
Lintasan Lintasan Kedalaman
(m) (m) Jenis Tanah Keterangan
(m)
sungai
Batuan Granodiorit dari
        21-46  
Formasi diorit bone (Tmb)
Soil dari pelapukan batu /
6 Line 6 65 34 0-16 aluvial dari sedimentasi
sungai  
Batuan Granodiorit dari
        17-34
Formasi diorit bone (Tmb)  
Soil dari pelapukan batu /
Adanya
7 Line 7 163 38 0-22 aluvial dari sedimentasi
sesar turun
sungai
Batuan Granodiorit dari
        23-38
Formasi diorit bone (Tmb)  
Soil dari pelapukan batu /
Adanya
8 Line 8 174 38 0-20 aluvial dari sedimentasi
sesar turun
sungai
As
Batuan Granodiorit dari
    Bendungan     21-38
Formasi diorit bone (Tmb)  
Soil dari pelapukan batu /
Adanya
9 Line 9 187.5 38 0-23 aluvial dari sedimentasi
sesar turun
sungai
Batuan Granodiorit dari
        24-38
Formasi diorit bone (Tmb)  
Soil dari pelapukan batu /
10 Line 10 210.5 38 0-25 aluvial dari sedimentasi
sungai  
Batuan Granodiorit dari
        26-38
Formasi diorit bone (Tmb)  
Soil dari pelapukan batu /
Adanya
11 Line 11 128 38 0-19 aluvial dari sedimentasi
sesar turun
sungai
Batuan Granodiorit dari
        20-38
Formasi diorit bone (Tmb)  
Keterangan :
 Lokasi Line 1 di Desa Pongongaila, Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo
 Lokasi Line 2 di Desa Pangadaa, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo
 Lokasi Line 3 di Desa Tenilo, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo
 Lokasi Line 4 di Kelurahan Donggala, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo

Bab II- 29
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 30 Citra Georadar dan


Interpretasinya Untuk Lintasan
Line 1

Soil

Batugamping

Gambar 3. 31 Citra Georadar dan


Interpretasinya Untuk Lintasan
Line 4

Bab II- 30
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 32 Citra Georadar dan


Interpretasinya Untuk Lintasan
Line 5

Soil / aluvial

Granodiorit

Gambar 3. 33 Citra Georadar dan


Line 8
Interpretasinya Untuk Lintasan
Line 8

Soil / aluvial

Granodiorit

Bab II- 31
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.4.3.4 Survey Microearthquake

Survey Microearthquake/Mikroseismik ini bertujuan untuk mempelajari sesar aktif


yang ada di sekitar area rencana bendungan dengan mengetahui distribusi event
gempa bumi secara horizontal (episenter) dan juga secara vertikal (hiposenter),
magnitudo dan juga mekanisme fokus dari gempabumi yang terjadi. Pengambilan
data dilakukan selama 69 hari dimulai pada tanggal 6 Maret 2018 hingga 13 Mei
2018, di tiga wilayah yang tersebar di Dunggala, Dulamayo, dan Mongiilo.

A. Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi seismometer yang tepat merupakan hal yang sangat penting
sebagai langkah awal dalam metode seismik pasif. Berdasarkan hasil survey
pendahuluan, direncanakan penempatan tiga unit seismometer pada tiga
wilayah geometri daerah pekerjaan.. Jarak antara seismometer terhadap lokasi
rencana bendungan sekitar 4-6 km, dan jarak antar seismometer sekitar 10 km.
Seismometer diletakan dalam sebuah bunker berukuran 1,1 x 1,1 x 1,1 meter
kedalam tanah, dengan dinding batu bata dan semen, serta diberi sebuah
kerangka besi didalamnya untuk menghindari pencurian. Bunker ditutup dengan
penutup alumunium agar terhindar dari hujan dan binatang yang masuk.

Gambar 3. 34 Peta Lokasi Penempatan Seismometer

Bab II- 32
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Bunker Seismometer 2 Bunker Seismometer 1

Bunker Seismometer 3
Gambar 3. 35 Dokumentasi Bunker Dari Setiap Stasiun.

B. Hasil Picking

Hasil rekaman seismometer terdiri dari potongan data per 1 jam selama 69 hari,
dari 3 stasiun. Data tersebut kemudian dianalisis satu persatu untuk dilihat
adanya kandungan sinyal event atau tidak secara manual. Dalam hal ini, event
yang diambil hanya yang disinyalir merupakan event gempa lokal, sehingga
event yang dikategorikan merupakan gempa jauh tidak diambil karena tidak
mencakup wilayah penelitian.

Tim telah mengidentifikasi 588 eventmikro dan ada 5 event gempa dengan
magnitudo yang cukup signifikan yang terekam pada seismometer. Semua
event yang terdeteksi kemudian dilakukan penentuan waktu tiba gelombang P
dan gelombang S. Nilai selisih waktu tiba gelombang P dan gelombang S dari
Setelah itu, untuk memastikan gelombang tersebut merupakan event
mikroseismik, dilakukan analisis spektral dan spektogram untuk melihat
gelombang dalam domain frekuensinya. Hal ini dikarenakan gempa memiliki
identitas yang tetap yakni frekuensi. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan
transformasi Fourier untuk mengubah gelombang gempa domain waktu
menjadi gelombang berdomain frekuensi.

Bab II- 33
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 36 Penentuan Waktu Tiba Gelombang P dan S

Gambar 3. 37 Analisis Spektrum Frekuensi dan Spektogram

C. Hasil Penentuan Lokasi Episenter dan Hiposenter

Penentuan lokasi sumber gempa dilakukan dengan memanfaatkan persamaan


Geiger. Persamaan tersebut sering digunakan untuk menentukan posisi sumber
gempa mikro gunung api. Pada persamaan ini, digunakan model kecepatan
IASPEI91. Hal ini dilakukan karena model kecepatan tersebut dapat digunakan
di seluruh bumi, karena sifatnya yang global. Di sekitar Sesar Gorontalo North

Bab II- 34
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

dan Sesar Gorontalo South dikelilingi oleh episenter gempa dengan kedalaman
dangkal atau <20 km. Episenter berkumpul atau membentuk cluster dengan
pola memanjang di sebelah barat dan timur dari kedua sesar tersebut. Cluster
episenter ini berarah barat laut-tenggara, sehingga berkorelasi positif dengan
Sesar Gorontalo North dan Sesar Gorontalo South yang juga berarah sama.
Pena menunjukkan bahwa hiposenter mengelompok di kedalaman 0-40 km.
Sesar Gorontalo North dan Sesar Gorontalo South merupakan salah satu
sumber aktivitas tektonik yang terjadi di daerah penelitian.

Gambar 3. 38 Penampang Persebaran Hiposenter (Utara-Selatan) dari Gempa Lokal


yang Terekam Selama Penelitian

Gambar 3. 39 Penampang Persebaran Hiposenter (Barat-Timur) dari Gempa Lokal


yang Terekam Selama Penelitian.

D. Hasil Perhitungan Nilai Magnitudo

Bab II- 35
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Magnitudo merupakan suatu nilai yang menunjukkan kekuatan dari suatu


gempa. Perhitungan nilai manitudo merupakan hal yang penting untuk
mengetahui Energi yang terlepaskan untuk mengestimasi potensi kerusakan
yang terjadi oleh suatu gempa, Ukuran fisik dari gempa dan Perkiraan
pergerakan tanah (ground motion) dan seismic hazard.

Gambar 3. 40 Frekuensi gempa bumi yang tercatat pada magnitudo tertentu

Gambar diatas menunjukkan histogram antara frekuensi gempa dengan


magnitudo yang tercatat. Dapat dilihat bahwa gempa dengan magnitudo 1,5 - 2
terlihat paling banyak dengan jumlah 224, kemudian gempa dengan rentang
magnitudo 2 - 2,5 dengan jumlah 168. Pada gambar 3.41 terlihat bahwa
episenter dengan magnitudo kecil banyak ditemukan di sekitar sesar dan
daerah rencana bendungan,sedangkan untuk episenter dengan magnitudo
lebih besar dari 3 cenderung terjadi di laut contohnya beberapa episenter
gempa dengan magnitudo besar yang ada di wilayah perairan utara Sulawesi.

E. Hasil Perhitungan Focal Mechanism

Mekanisme fokus (focal mechanism) adalah parameter yang dapat


menunjukkan orientasi dari bidang sesar serta arah pergerakaannya yang
mengacu pada sistem koordinat geografis. Mekanisme fokus ini dapat diperoleh
dengan beberapa cara yaitu menggunakan polaritas yang dapat diketahui
melalui gerakan pertama gelombang P pada data analog, melalui amplitudo
atau rasio amplitudo bersamaan dengan polaritas dari data gelombang P dan
gelombang S, atau dengan cara menggunakan complete waveform, baik
forward modeling maupun inverse modeling. FOCMEC adalah suatu perangkat
lunak yang dapat digunakan dalam menentukan mekanisme fokus. Data yang
diperlukan sebagai input adalah polaritas (P, SV, dan SH) dan atau rasio
amplitudo (SV/P, SH/P, SV/SH).

Bab II- 36
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Dalam melakukan identifikasi focal mechanism yang perlu diutamakan adalah


kuantitas dan kualitas data. Semakin banyak seismometer yang dipasang,
maka data akan semakin mendekati nilai yang sebenarnya. Dibutuhkan
setidaknya 3 seismometer mengelilingi geometri suatu event yang akan
dilakukan identifikasi focal mechanism. Oleh karena itu, dalam studi ini hanya
dilakukan identifikasi pada tujuh gempa yang dianggap memiliki kriteria cukup
untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut. Pada Gambar 3.41 dapat dilihat bahwa
mekanisme fokus di sekitar daerah penelitian terdiri oleh sesar-sesar strike-slip,
sesar oblique normal, dan juga sesar oblique naik. Mekanisme fokus tersebut
diperkirakan disebabkan oleh aktivitas dari Sesar Gorontalo yang tergolong
sebagai sesar geser menganan dan sesar-sesar penyertayang berada di
sekitar daerah penelitian.

Gambar 3. 41 Gabungan Keseluruhan Hasil Pemrosesan Data MEQ Berupa


Penentuan Hiposenter, Nilai Magnitudo Moment, dan Focal Mechanism-Nya

3.5 INVESTIGASI GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

3.5.1 Maksud, Tujuan, Sasaran Investigasi Geologi dan Mekanika Tanah

Maksud dari kegiatan ini antara lain adalah melengkapi/recheck dan menambah
data geologi dan material konstruksi agar memenuhi tahap sertifikasi desain,
sehingga dapat memenuhi persyaratan keamanan. Sedangkan Tujuan dari
kegiatan ini yaitu agar data geologi Bendungan Bolango Hulu lebih mantap,
akurat, dan menjadi data yang dapat melengkapi data sebelumnya.

Bab II- 37
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah tersusunnya dokmen teknis
perencanaan yang lengkap dan akurat (terkait penyelidikan geologi/geoteknik dan
mekanika tanah) dengan mengacu kepada syarat teknis, ekonomis, sosial, dan
lingkungan untuk terselenggaranya pembangunan bendungan.

3.5.2 Lingkup Kegiatan Investigasi Geologi dan Mekanika Tanah

Lingkup Kegiatan dari Investigasi Geologi dan Mekanika Tanah Bendungan


Bolango Hulu di Kabupaten Bone Bolango antara lain

a) Persiapan meliputi mobilisasi peralatan bor, personil dan lain-lain.


b) Pengumpulan data, gambar, peta dan laporan hasil kegiatan terdahulu yang
terkait.
c) Kajian peta topografi dan peta geologi regional derta laporan geologi yang
pernah dilakukan.
d) Melakukan pemboran inti lengkap insitu test (permeabilitas dan daya dukung)
dengan total kedalaman 527 m dan 12 titik di lokasi as bendungan, pengelak,
pelimpah, cofferdam hilir maupun hulu.
e) Melakukan Pemetaan Struktur Geologi secara rinci pada sekitar rencana as
bendungan dan area genangan.
f) Melakukan pengujian laboratorium sampel tanah dan batuan pondasi.
g) Melakuan uji petrografi batuan.
h) Melakukan uji grouting 1 lokasi yaitu pada dasar sungai sebelah kanan
i) Pemetaan geologi permukaan lokasi bendungan dan waduk terdiri dari:
 Peta geologi, berisi deleniasi keanekaragaman jenis batuan dan tanah
berdasarkan kesamaan sifat fisik dan mekanis.
 Peta geoteknik, berisi keragaman tanah penutup yang digambarkan sesuai
dengan genesanya (alluvial, koluvial, residual, soil, talus, scree) disertai
data-data teknis, seperti sudut geser, kohesi, berat isi, dll.
 Peta geohidrologi, seperti rembesan, mata air, dan konfigurasi muka air
tanah.
 Peta geodinamik, berupa kestabilan lereng, longsoran, rayapan, rock fall, dll.
j) Melakukan analisis geologi dan geoteknik lokasi bendungan dan waduk terdiri
dari rencana batas galian pondasi, rencana perbaikan pondasi, rencana
penggalian pengelak, analisis kestabilan lereng waduk dan potensi longsor di
waduk, analisis potensi rembesan waduk dan upaya perbaikannya

Bab II- 38
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.3 Investigasi Geologi

3.5.3.1 Pemetaan Geologi

Pemetaan geologi teknik akan mengacu pada SNI 03-2849-1992. Pekerjaan ini
akan mempergunakan peralatan seperti kompas geologi, palu geologi, kaca
pembesar, pita ukur, altimeter, HCL 0,1 N dan peta topografi dasar dengan skala 1
: 25.000. Pengamatan geologi (pemetaan geologi) meliputi :

1. Morfologi yaitu bentuk lembah, bentuk bukit, pola aliran sungai, gradien
sungai dan lain-lain.
2. Stratigrafi Lokal yaitu susunan dan jenis batuan yang ada pada disekitar lokasi
bendungan.
3. Struktur Geologi seperti kekar, sesar dan bidang perlapisan.
4. Stadia Erosi dan Tingkat Pelapukan Batuan.
5. Perkiraan Daya Dukung dan Tingkat Permeabilitas Batuan Pondasi.
6. Pengukuran jurus dan kemiringan bidang perlapisan batuan dilakukan pada
singkapan batuan yang mempunyai kemiringan jelas.
7. Pengukuran jurus dan kemiringan kekar termasuk jenis dan isian kekar.
8. Deskripsi singkapan batuan pada setiap lokasi pengamatan.
9. Pengukuran dan pencatatan adanya rembesan / sumber air tanah (sping).
10. Pengukuran kedalaman sumur gali (kalau ada)

Hasil akhir dari pemetaan geologi permukaan ini akan disajikan dalam bentuk peta
geologi teknik dan profil geologinya, baik lokasi tapak bendungan, saluran
pengelak dan pelimpah

3.5.3.2 Pengeboran Inti

Pekerjaan pemboran dilaksanakan dengan mesin bor putar sampai dengan


kedalaman yang ditentukan, sesuai dengan SNI 03-3423-1994 Pd T-03-2005-A
atau ASTM D 2113-70.

Pahat bor yang digunakan berdiameter 66 mm dan 76 mm terbuat dari baja, dan
pada formasi batuan sangat keras menggunakan pahat bor dari intan. Segala cara
untuk mendapatkan persentase contoh inti yang terambil mencapai 100 %.

Contoh inti yang terambil ditempatkan pada kotak terbuat dari kayu dengan bagian
paling atas dari contoh terletak pada sudut kiri atas dari kotak. Masing-masing
kotak terdiri dari 5 (lima) lajur dengan panjang 1 (satu) meter. Pengamatan muka
airtanah dilakukan setiap pagi sebelum pemboran pada hari tersebut dimulai.

Pemboran inti lengkap dengan uji lapangan (permeabilitas dan SPT) dilaksanakan
pada as bendungan (2 lubang bor), bangunan pengelak (2 lubang bor), bangunan
pelimpah (3 lubang bor), hilir bendungan termasuk cofferdam (4 lubang bor) dan
hulu bendungan (1 lubang bor) dengan total kedalaman 527 m. Rekapitulasi hasil
pengeboran inti pada pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel 3.10 di bawah ini.

Bab II- 39
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Tabel 3. 9 Lokasi, Kedalaman dan Koordinat Lubang Bor

Kedalaman Koordinat
No Titik Bor Keterangan
(m)
X Y Z
1 BH-01 17 510640 71677 53.48 As Bendungan
2 BH-02 50 510579 71708 54.62 Cofferdam Hilir
3 BH-03 50 510672 71842 53.68 Cofferdam Hilir
4 BH-04 40 510580 71851 49.12 Cofferdam Hilir
5 BH-05 50 510730 71923 73.44 Cofferdam Hilir
7 BH-06 40 510822 72907 53.22 Cofferdam Hulu
6 BH-07 60 510509 72792 98.68 Pengelak
8 BH-08 50 510665 72760 100.59 Pengelak
9 BH-09 50 510893 73180 122.39 Pelimpah
10 BH-10 70 510682 73161 108.63 Pelimpah
11 BH-11 12 510524 73147 57.18 Pelimpah
12 BH-12 45 510713 72955 50.16 As Bendungan

BH-01 BH-02 BH-03 BH-04

BH-05 BH-06 BH-07

BH-08
BH-11 BH-12

Gambar 3. 42 Foto Kegiatan Pemboran Inti Investigasi

Bab II- 40
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 43 Persiapan Lapangan dan Mobilisasi Peralatan Pengeboran Inti


Tabel 3. 10 Hasil Pengeboran Inti

Titik Kedalaman
Tipe Tanah Deskripsi Tanah
Bor (m)
BH-01 0.00 – 2.50 Pasiran Pasiran lempungan dan sedikit kerikil, berwarna
lempungan dan coklat sampai keabuan, lunak (basah) dan gembur
sedikit kerikil (kering), hasil pelapukan diorit, plastisitas sedang,
(endapan sungai) pada bagian atas ditemukan akar tanaman
2.50 – 14.50 Pasir sampai Pasir sampai Bongkahan, berwarna coklat
bongkahan keabuan, lepas-lepas, lolos air, terdiri dari pecahan
(endapan sungai) batuan beku (granit, diorit dan granodiorit) dan
mineral kuarsa
14.50 – 17.00 Batuan beku Batuan beku diorit, berwarna berwarna putih
diorit keabuan bintik bintik hitam, lapik sedang, berkekar,
lunak / agak gembur (CL)
BH-02 0.00 – 2.50 Lempung Lempung lanauan, berwarna coklat gelap-hitam,
lanauan lunak dan licin kalau basah, hasil pelapukan,
plastisitas tinggi, licin kalau kena air, pada bagian
atas ditemukan akar tanaman
2.50 – 14.00 Diorit lapuk kuat Diorit lapuk kuat, berwarna abu-abu kecoklatan,
gembur, tingkat kekerasan lunak (basah) dan
gembur (kering)
14.00 – 23.00 Diorit lapuk Diorit lapuk sedang, berwarna abu-abu, agak
sedang kompak, tingkat kekerasan lunak (basah) dan agak
gembur (kering) (CL), mudah hancur (pecah)
23.00 – 50.00 Batuan beku Batuan beku diorit segar, berwarna putih
diorit segar keabuan bintik bintik hitam, keras (CM-CH),
dibeberapa tempat terpotong kekar (tertutup dan
sebagian terbuka), sulit pecah
BH-03 0.00 – 2.50 Lempung Lempung lanauan, pasiran dan sedikit kerikilan,
lanauan, pasiran berwarna coklat sampai keabuan, lunak (basah)
dan sedikit dan gembur (kering), hasil pelapukan diorit,
kerikilan plastisitas sedang, pada bagian atas ditemukan
akar tanaman
2.50 – 7.70 Diorit lapuk kuat Diorit lapuk kuat, berwarna abu-abu kecoklatan,

Bab II- 41
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Titik Kedalaman
Tipe Tanah Deskripsi Tanah
Bor (m)
gembur, tingkat kekerasan lunak (basah) dan
gembur (kering)
7.70 – 22.50 Diorit lapuk Diorit lapuk sedang, berwarna abu-abu, agak
sedang kompak, tingkat kekerasan lunak (basah) dan agak
gembur (kering) (CL), mudah hancur (pecah)
22.50 – 28.00 Batuan beku Batuan beku granodiorit segar, berwarna putih
granodiorit keabuan bintik bintik hitam, keras (CL-CM),
segar dibeberapa tempat terpotong kekar (permukaan
coklat)
28.00 – 50.00 Batuan beku Batuan beku diorit segar, berwarna putih
diorit segar keabuan bintik bintik hitam, keras (CM-CH),
dibeberapa tempat terpotong kekar (tertutup dan
sebagian terbuka), sulit pecah

BH-04 0.00 – 2.70 Pasiran dan Pasiran dan sedikit kerikil, berwarna coklat
sedikit kerikil sampai keabuan, lunak (basah) dan gembur
(endapan sungai) (kering), hasil pelapukan diorit, plastisitas sedang,
pada bagian atas ditemukan akar tanaman
2.70 – 9.50 Pasir sampai Pasir sampai bongkah, berwarna coklat keabuan,
bongkah lepas-lepas, terdiri dari pecahan batuan beku
(endapan sungai) (granit, diorit dan granodiorit) dan mineral kuarsa
9.50 – 10.00 Diorit lapuk Diorit lapuk sedang, berwarna abu-abu, agak
sedang kompak, tingkat kekerasan (CL)
10.00 – 22.00 Batuan beku Batuan beku diorit segar, berwarna putih
diorit segar keabuan bintik bintik hitam, berkekar, keras (CL-
CM)
22.00 – 50.00 Batuan beku Batuan beku diorit segar, berwarna putih
diorit segar keabuan bintik bintik hitam, keras (CM-CH),
dibeberapa tempat terpotong kekar (tertutup dan
sebagian terbuka), sulit pecah

BH-05 0.00 – 2.00 Lempung Lempung lanauan, pasiran dan sedikit kerikil,
lanauan, pasiran berwarna coklat sampai keabuan, lunak (basah)
dan sedikit kerikil dan gembur (kering), hasil pelapukan diorit,
plastisitas sedang, pada bagian atas ditemukan
akar tanaman
2.00 – 15.00 Granodiorit Granodiorit lapuk kuat, berwarna abu-abu
lapuk kuat kecoklatan, gembur, tingkat kekerasan lunak
(basah) dan gembur (kering) (D)
15.00 – 29.00 Batuan beku Batuan beku granodiorit lapuk sedang,
granodiorit lapuk berwarna abu-abu dan sebagian kecoklatan,
sedang hancur karena putaran mesin bor, agak lunak (CL)
29.00 – 38.00 Batuan beku Batuan beku granodiorit segar, berwarna putih
granodiorit keabuan bintik bintik hitam, keras (CL-CM),
segar dibeberapa tempat terpotong kekar (tertutup dan

Bab II- 42
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Titik Kedalaman
Tipe Tanah Deskripsi Tanah
Bor (m)
sebagian terbuka)
38.00 – 40.00 Batuan Batuan granodiorit segar, berwarna putih
granodiorit keabuan bintik bintik hitam, keras (CL-CM)
segar
BH-06 0.00 – 4.00 Pasiran dan Pasiran dan sedikit kerikil, berwarna coklat
sedikit kerikil sampai keabuan, lunak (basah) dan gembur
(endapan sungai) (kering), hasil pelapukan diorit, plastisitas sedang,
pada bagian atas ditemukan akar tanaman
4.00 – 8.50 Pasir sampai Pasir sampai bongkah, berwarna coklat keabuan,
bongkah lepas-lepas, terdiri dari pecahan batuan beku
(endapan sungai) (granit, diorit dan granodiorit) dan mineral kuarsa
8.50 – 16.00 Granodiorit Granodiorit lapuk sedang, butiran (kristal kwarsa)
lapuk sedang mudah lepas tingkat kekerasan (CL))
16.00 – 22.00 Granodiorit Granodiorit lapuk sedang sampai segar,
lapuk sedang sebagian hancur karena putaran mesin bor (butiran
sampai segar mudah lepas), tingkat kekerasan (CL-CM)
22.00 – 25.00 Granodiorit Batuan granodiorit segar, berwarna putih
segar keabuan bintik bintik hitam, berkekar, keras (CM-
CH)
25.00 – 30.00 Batuan beku Batuan granodiorit segar, berwarna putih
diorit segar keabuan bintik bintik hitam, berkekar, keras (CM-
CH)
BH-07 0.00 – 2.00 Lempung Lempung Lanauan, pasiran dan sedikit kerikil,
Lanauan, pasiran berwarna coklat-keabuan, lunak (basah) dan
dan sedikit kerikil gembur (kering), hasil pelapukan diorit, plastisitas
sedang, bagian atas ditemukan akar tanaman
2.00 – 7.70 Granodiorit Granodiorit lapuk kuat, berwarna abu-abu
lapuk kuat kecoklatan, gembur, tingkat kekerasan lunak
(basah) dan gembur (kering) (D)
7.70 – 31.50 Granodiorit Granodiorit lapuk sedang, berwarna abu-abu,
lapuk sedang agak kompak, tingkat kekerasan lunak (basah) dan
agak gembur (kering) (CL), mudah hancur (pecah)
31.50 – 44.00 Batuan beku Batuan beku granodiorit segar, berwarna putih
granodiorit keabuan bintik bintik hitam, keras (CL-CM),
segar dibeberapa tempat terpotong kekar (permukaan
coklat)
44.00 – 60.00 Batuan beku Batuan beku granit segar, berwarna putih
granit segar keabuan bintik bintik hitam, keras (CM-CH),
dibeberapa tempat terpotong kekar (tertutup dan
sebagian terbuka), sulit pecah
BH-08 0.00 – 5.00 Lempung Lempung Lanauan, pasiran dan sedikit kerikil,
Lanauan, pasiran berwarna coklat sampai keabuan, lunak (basah)
dan sedikit kerikil dan gembur (kering), hasil pelapukan diorit,
plastisitas sedang, pada bagian atas ditemukan
akar tanaman

Bab II- 43
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Titik Kedalaman
Tipe Tanah Deskripsi Tanah
Bor (m)
5.00 – 11.00 Granodiorit Granodiorit lapuk kuat, berwarna abu-abu
lapuk kuat kecoklatan, gembur, tingkat kekerasan lunak
(basah) dan gembur (kering) (D)
11.00 – 32.50 Granodiorit Granodiorit lapuk sedang, berwarna abu-abu,
lapuk sedang agak kompak, tingkat kekerasan lunak (basah) dan
agak gembur (kering) (CL), mudah hancur (pecah)
32.50 – 50.00 Batuan beku Batuan beku granodiorit segar, berwarna putih
granodiorit keabuan bintik bintik hitam, keras (CL-CM),
segar dibeberapa tempat terpotong kekar (permukaan
coklat)

BH-09 0.00 – 0.70 Lempung Lempung Lanauan, pasiran dan sedikit kerikil,
Lanauan, pasiran berwarna coklat sampai keabuan, lunak (basah)
dan sedikit kerikil dan gembur (kering), hasil pelapukan diorit,
plastisitas sedang, pada bagian atas ditemukan
akar tanaman
0.70 – 7.00 Granodiorit / Granodiorit / granit lapuk kuat, berwarna putih
granit lapuk kuat kekuningan, gembur, tingkat kekerasan lunak
(basah) dan gembur (kering) (D)
7.00 – 30.00 Granodiorit Granodiorit lapuk kuat - sedang, berwarna abu-
lapuk kuat - abu putih, gembur, tingkat kekerasan lunak (basah)
sedang dan gembur (kering) (D-CL)
30.00 – 50.00 Granodiorit Granodiorit lapuk sedang, berwarna abu-abu
lapuk sedang putih, gembur, tingkat kekerasan lunak (basah) dan
gembur (kering) (CL)

BH-10 0.00 – 0.70 Lempung Lempung Lanauan, berwarna coklat gelap-hitam,


Lanauan lunak dan licin (basah), hasil pelapukan, plastisitas
tinggi, licin kalau kena air, pada bagian atas
ditemukan akar tanaman
0.70 – 10.00 Granodiorit Granodiorit lapuk kuat, berwarna abu-abu
lapuk kuat kecoklatan, gembur, tingkat kekerasan lunak
(basah) dan gembur (kering) (D)

10.00 – 24.00 Granodiorit Granodiorit lapuk sedang, berwarna abu-abu


lapuk sedang agak kompak, tingkat kekerasan lunak (basah)
dan agak gembur (kering) (CL), mudah hancur
(pecah)
24.00 – 27.00 Batuan beku Granodiorit lapuk sedang, berwarna putih
granodiorit keabuan bintik bintik hitam, keras (CL-CM),
segar terpotong potong kekar (permukaan coklat)
27.00 – 30.00 Granodiorit Granodiorit segar, berwarna putih keabuan bintik
segar bintik hitam, keras (CM-CH), dibeberapa tempat
terpotong kekar
BH-11 0.00 – 1.00 Lempung Lempung Lanauan, berwarna coklat gelap-hitam,

Bab II- 44
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Titik Kedalaman
Tipe Tanah Deskripsi Tanah
Bor (m)
Lanauan lunak dan licin (basah), hasil pelapukan, plastisitas
tinggi, licin kalau kena air, pada bagian atas
ditemukan akar tanaman
1.00 – 9.00 Granodiorit Granodiorit lapuk kuat, berwarna abu-abu
lapuk kuat kecoklatan, gembur, tingkat kekerasan lunak
(basah) dan gembur (kering) (D)

9.00 – 25.00 Granodiorit Granodiorit lapuk sedang, berwarna abu-abu


lapuk sedang agak kompak, tingkat kekerasan lunak (basah)
dan agak gembur (kering) (CL), mudah hancur
(pecah)
BH-12 0.00 – 10.50 Pasiran Pasiran Lempungan dan sedikit kerikil,
Lempungan dan berwarna , coklat sampai keabuan, lunak (basah)
sedikit kerikil dan gembur (kering), hasil pelapukan diorit,
(endapan sungai) plastisitas sedang, pada bagian atas ditemukan
akar tanaman

Bab II- 45
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 44 Peta Lokasi Titik Bor Investigasi

Bab II- 46
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.3.3 Pemboran Tangan (Auger Bore)

Pemboran tangan dilakukan untuk mengetahui lapisan dan struktur tanah yang
ada di lokasi bendungan, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Metode pelaksanaan mengacu pada standar ASTM D 1452-2.


 Peralatan pemboran berupa hand-operator auger yang mampu mengambil
contoh tanah terganggu dari bawah permukaan tanah.
 Pemboran dilaksanakan sampai kedalaman 5 (lima) meter dari permukaan
tanah setempat.
 Jika sebelum kedalaman spesifikasi sudah ditemukan tanah keras, pemboran
dapat dihentikan.

HB-01 HB-02 HB-03 HB-04

HB-07 HB-10
HB-06

HB-12 HB-14

Gambar 3. 45 Foto Kegiatan Pemboran Tangan

3.5.3.4 Pengujian Permeabilitas

Uji Permeabilitas (Permeability Test) dilaksanakan untuk mengetahui


permeabilitas batuan dalam kondisi sesungguhnya di lokasi perencanaan. Hasil uji

Bab II- 47
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

ini nantinya digunakan untuk menghitung rembesan air melalui pondasi dan bukit
tumpuan bendungan. Hasil perhitungan rembesan akan menentukan treatment
yang diperlukan agar desain bendungan nantinya aman terhadap bahaya
rembesan dan piping.

Pada formasi batuan keras pengujian dilaksanakan dengan metoda water


pressure test (Lugeon test), sedangkan pada formasi lunak atau formasi yang
tidak terkonsolidasi dimana tidak memungkinkan untuk pemasangan packer, maka
pengujian dilaksanakan dengan metoda open-end constant head test. Pengujian
permeabilitas dilakukan setiap 3 meter kedalaman atau maksimum 5 meter.
Pengujian permeabilitas akan mengacu pada SNI 03-2411-1991.

3.5.3.5 Standard Penetration Test (SPT)

Standard Penetration Test (SPT), pengujian yang digunakan untuk menentukan


kepadatan dan konsistensi tanah/batuan secara dinamis di tempat (insitu) atau
untuk mendapatkan gambaran keadaan kekuatan geser jenis tanah langsung di
lapangan.

Standard Penetra.0ion test dilakukan terhadap semua lubang bor yang menembus
tanah pada kedalaman 2, 4, 6, 8 dan 10 meter. Uji tersedbut dilakukan dengan
menggunakan Raymond (Split Spoon) Sampler dan ditumbuk menggunakan
beban seberat 63.50 kg yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 75 cm.
Setiap pengujian dilakukan sebanyak 3 kali bacaan N, yaitu N1, N2 dan N3 adalah
banyaknya pukulan yang diperlukan untuk membenamkan Raymond Sampler
sedalam 15 cm dan 2 bacaan terakhir yang dihitung sebagai bacaan N. Pengujian
dihentikan jika pukulan sudah mencapai 50 kali (N=50). Sampel yang teramnil
disimpan dalam kantong plastik tersendiri yang kemudian diletakkan pada core
box sesuai urutan pengambilan. Uji standar penetrasi (SPT) akan mengacu pada
SNI 03-4153-1996.

3.5.3.6 Sumur Uji (Test Pit)

Pekerjaan sumur uji atau test pit ini gunanya untuk mengetahui jenis dan
ketebalan lapisan dibawah top soil dengan lebih jelas. Selain itu pekerjaan ini
untuk menentukan jenis-jenis bahan timbunan tubuh bendung. Dengan demikian
dapat lebih positif dalam menguraikan jenis lapisan dan ketebalannya. Pada saat
pelaksanaan tersebut juga perlu dicatat uraian-uraian jenis dan warna tanah
disertai photo dari atas dan photo dari samping juga harus dicatat elevasi
ketinggian dari lokasi tersebut. Ukuran sumuran uji tersebut 1 – 1,5 meter persegi
dengan maximum kedalaman galian 5 m disesuaikan dengan keadaan lapisan
tanahnya.

Dalam rangka pengamanan perlu dipasang penahan secukupnya sesuai dengan


kondisi geologinya. Untuk sumuran yang dalam dibutuhkan ventilasi, disamping

Bab II- 48
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

sarana pengaman seperti pagar dll, agar manusia dan hewan tidak terperosok ke
dalam sumuran uji, baik selama penggalian maupun sesudahnya.

TP-01

TP-03 TP-05 TP-07

TP-08 TP-10 TP-12 TP-13

TP-15
TP-16 TP-24
TP-20

TP-31 TP-34
TP-26 TP-29

Gambar 3. 46 Foto Kegiatan Sumuran Uji (Test Pit)

3.5.3.7 Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan contoh tanah tak terganggu (UDS), diambil dari pekerjaan Pemboran
inti melalui tabung contoh tanah dengan cara menekan sampai contoh tanah

Bab II- 49
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

dalam tabung terisi penuh, kemudian dibagian atas dan bawah tabung ditutup
dengan paraffin/ lilin cair agar kondisi tanah tidak terganggu oleh udara luar
sehingga keasliannya tetap terjamin. Sampel yang terambil disimpan dalam
kantong plastik tersendiri yang kemudian diletakkan pada core box sesuai urutan
pengambilan.

Kotak contoh batuan (core box) pada prinsipnya bertujuan untuk penyimpanan
contoh batuan/ tanah agar tidak terganggu, rusak dan hancur hingga sewaktu-
waktu diadakan penelitian ulang contoh batuan/tanah tersebut masih bisa
didiskripsi dan dipergunakan semestinya.

3.5.3.8 Uji Petrografi

Uji petrogtafi bertujuan untuk mengetahui deskripsi tekstur, komposisi dan kondisi
pembentukan suatu batuan. Petrografi memanfaatkan bidang klasik mineralogi,
petrografi mikroskopis, dan analisis kimia untuk menggambarkan komposisi dan
tekstur batuan. Terdapat tiga tipe batuan yaitu beku (seperti granit atau
basalt), metamorf (seperti batupasir atau batugamping), dan sedimen (seperti batu
sabak atau batu marmer). Pada pekerjaan ini uji petrografi dilakukan pada 3
lubang pengeboran inti yaitu BH-03, BH-04, dan BH-07. Hasil dari uji petrografi
tersebut adalah

1. Lubang Bor BH-03 (kedalaman 27.50 m)

Batuan banyak dijumpai tekstur Granofirik, tekstur tumbuh antara kuarsa dan
alkali feldspar, mulai dijumpai tekstur mirmekitik, setempat dijumpai tekstur
pertit, disusun kuarsa (50%), alkali feldspar (45%), biotit (3%) dan mineral opak
(2%).

2. Lubang Bor BH-04 (kedalaman 27.50 m)

Dilakukan uji petrografi : Batuan Terubah, secara megaskopis, batuan


berwarna abu-abu kehijauan, mengalami ubahan intensif, dijumpai tekstur
pertit, disusun oleh plagioklas (15%), mineral ubahan yang dijumpai mineral
opak (7%), biotit sekunder (10%), epidot (3%), karbonat (5%), aktinolit (5%) dan
kuarsa sekunder (55%)

3. Lubang Bor BH-07 (kedalaman 55.00 m)

Dilakukan uji petrografi : Granit, batuan disusun oleh plagioklas (20%), alkali
feldspar (40%), kuarsa (30%), biotit (7%) dan mineral opak (3%)

Bab II- 50
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.3.9 Pengujian Laboratorium

Pada contoh-contoh tanah dan batuan yang terambil, baik contoh terganggu
maupun tak terganggu akan dilakukan beberapa macam percobaan laboratorium,
sehingga data parameter dan sifat-sifat tanah serta batuan dapat diketahui.

Jenis dan macam-macam percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pekerjaan pengujian laboratorium bahan tanah

 Index Properties terdiri dari Natural Water Content Test, Specific Gravity
Test, Unit weight, Atterberg Limits Test, dan Particle Size Analysis.

 Engineering Properties terdiri dari Direction Shear Test, Unconfined


Compr. Test, UU Triaxial Test, One-dimentional, dan Consolidation Test

b. Pengujian Laboratorium material batu dari “disturebed” (rock core material)

 Index Properties terdiri dari Water Content Test, Specific Gravity Test,
Density Test, Porosit, dan Absorption of Saturation

 Engineering Properties terdiri dari Uniaxial Compression Test

3.5.3.10 Pemetaan Struktur Geologi

Pada studi ini juga dilakukan pemetaan struktur geologi yaitu pengamatan dan
pengukuran kekar-kekar maupun kemungkinan terdapatnya struktur patahan
(sesar). Selain terdapatnya banyak retakan pada batuan segar yang tersingkap
dari hasil studi peta topografi, pemetaan struktur geologi permukaan, uji georadar
dan dari studi terdahulu, didapatkan 4 struktur sesar yaitu F1 sampai F4 yang
arahnya relative N – NW serta beberapa lokasi longsor. Sesar F-1 dan F-4
kemungkinan sesar geser (kekiri) sedangkan sesar F-2 dan F-3 merupakan sesar
turun. Batuan yang tersingkap dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. 47 Foto Singkapan Struktur Geologi

Bab II- 51
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.4 Geologi Regional

Sebagai acuan penyelidikan geologi dan geoteknik Bendungan Bolango Hulu


adalah Peta Geologi Lembar Kotamobagu, Sulawesi Utara, oleh oleh T. Apandi
dan S. Bachri, 1997, sekala 1 : 250.000, yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.

A. Fisiografi

Fisiografi umum daerah penelitian adalah bergunung-gunung yang banyak


mengontrol aliran sungai. Daerah datar biasanya dijumpai hanya di sekitar
pantai dan daerah depresi yang lokal di antara tinggian perbukitan. Bentang
alam perbukitan memisahkan dataran punggungan berlereng terjal, dimana
daerah penelitian pada bagian utara dan timur dibatasi Gunung Kabila (1.921
m) dan Gunung Gambuta (1.954 m), dibagian selatan oleh pengunungan
Telongkap dengan puncak tertinggi 1.500 m, bagian barat dibatasi oleh
perbukitan yang lebih rendah dengan ketinggian maksimum 1.005 m. Aliran
sungai daerah penelitian mengalir ke barat dengan pola aliran rektangular.

B. Kerangka Tektonik

Batuan utama yang menyusun daerah penelitian dan sekitarnya adalah batuan
terobosan yang masuk kedalan Satuan Batuan Diorit Bone. Batuan ini telah
mengalami proses deformasi sekunder berupa retakan dan pensesaran.

Daerah penelitian yang terletak di lengan utara Sulawesi merupakan busur


gunungapi yang terbentuk karena adanya tunjaman ganda, yaitu Lajur
Tunjaman Sulawesi Utara di sebelah utara lengan utara Sulawesi dan Lajur
Tunjaman Sangihe Timur di sebelah timur dan selatan lengan utara Sulawesi
(Simandjuntak, 1986). Berdasarkan asosiasi litologi dan perkembangan
tektoniknya, Sulawesi dapat dibagi menjadi lima provinsi tektonik (Hall &
Wilson, 2000) yaitu :

1 Busur Volkanik Tersier Sulawesi Bagian Barat


2 Busur Volkanik Kuarter Minahasa–Sangihe
3 Busur Metamorfik Kapur – Paleogen Sulawesi Tengah
4 Busur Ofiolit Kapur Sulawesi Timur

5 Mikrokontinen Paleozoikum Banggai Sula

C. Stratigrafi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Apandi & Bachri, 1997), stratigrafi
daerah penelitian dan sekitarnya dari yang muda ke tua dapat disusun sebagai
berikut:

1. Aluvium (Qa)
Satuan ini terdiri dari pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal.

Bab II- 52
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

2. Endapan Danau (Qpl)


Satuan satuan ini dikuasai oleh batulempung kelabu, setempat mengandung
sisa tumbuhan dan lignit, batupasir berbutir kasar serta kerikil dijumpai
dibeberapa tempat.

3. Diorit Bone (Tmb)


Satuan batuan ini terdiri dari diorite kuarsa, diorite, granodiorit dan granit.
Diorit kuarsa banyak dijumpai di daerah S. Taludaa, dengan keragaman
diorit, granodiorit dan granit. Sedang granit utamanya dijumpai di S. Bone.
Umur satuan ini sekitar Miosen Akhir.

4. Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv)


Satuan ini terdiri dari breksi, tuf dan lava berkomposisi andesit, dasit dan
riolit. Zeolit dan kalsit sering dijumpai pada kepingan batuan penyusun
breksi. Tuf umumnya bersifat dasitan, agak kompak, dan berlapis buruk di
beberapa tempat.

5. Angota Batugamping Formasi Tapadaka (Tmtl)


Satuan ini tersusun atas batugamping kelabu terang, pejal, mengandung
pecahan batuan gunungapi hijau. Batugamping ini sebagian membentuk
lensa-lensa di dalam Formasi Tapadaka dan sebagian terlihat berganti fasies
ke arah samping menjadi batupasir.

D. Struktur Geologi dan Tektonika

Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian antara lain berupa sesar.
Sesar mendatar utama adalah Sesar Gorontalo yang berdasarkan analisis
kekar penyertanya menunjukkan arah pergeseran menganan. Beberapa zona
sesar naik memiliki sudut sekitar 30° dapat diamati di beberapa tempat,
khususnya pada Batuan Gunungapi Bilungala. Sesar normal arahnya tidak
beraturan, namun di bagian barat cenderung berarah relatif barat – timur. Di
sekitar daerah penelitian terdapat struktur normal dan sesar mendatar berarah
barat daya timur laut dengan miring ke arah tenggara; sesar normal Marambak,
sesar Onggak Mongondow membatasi lokasi penelitian pada bagian Barat dan
Timur.

Struktur geologi yang utama didaerah sekitar lokasI proyek adalah sesar,
berupa sesar normal dan sesar jurus mendatar. Sesar normal terdapat selatan
dan utara menunjukkan pola memancar, sedang sesar jurus mendatar
umumnya bersifat menganan.

Bab II- 53
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Bab II- 54
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

LEGENDA :
ALUVIUM : endapan sungai terdiri dari kerikil, pasir, lempung, lanau, sisa tumbuhan dan bongkah
Qa
batuan
ENDAPAN DANAU : satuan ini dikuasai oleh batulempung kelabu, setempat mengandung sisa
Qpl
tumbuhan dan lignit, batupasir berbutir kasar serta kerikil dijumpai dibeberapa tempat.
Tmb DIORIT BONE : diorite kuarsa, diorite, granodiorit dan granit

Tmbv BATUAN GUNUNGAPI BILINGALA : breksi, tuf dan lava bersusunan andesit, dasit dan riolit

Tmtl ANGGOTA BATUGAMPING F. TAPADAKA : batugamping kelabu terang, pejal, mengandung pecahan
batuan gunungapi hijau

Diambil dari Peta Geologi Regional Lembar Kotamobagu, Sulawesi, oleh T. Apandi dan S. Bachri, P3G, Bandung, skala 1 :
250.000, tahun 1997

Gambar 3. 48 Peta Geologi Regional Bendungan Bolango Hulu

Bab II- 55
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.5 Geologi Lokasi Studi

Bangunan rencana tapak bendungan Bolango Hulu dan daerah genangannya


pada dasarnya akan bertumpu pada Satuan Batuan Beku yang masuk kedalam
Diorit Bone (Tmb). Satuan Diorit Bone (Tmb) adalah merupakan batuan
terobosan (intrisi) yang berumur Oligosen sampai Miosen Akhir, terdiri dari diorite
kuarsa, diorite, granodiorit dan granit.

Berdasarkan hasil pemboran investigasi, pemetaan geologi permukaan dan studi


laporan geologi pernah dilaksanakan, maka litologi Bendungan Bolango Hulu
tersusun dari 3 (tiga) satuan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3. 11 Stratigrafi Lokasi Bendungan


Umur Jenis
Formasi Simbol Pemerian
Geologi Batuan/Tanah
Holosen Koluvial Endapan Kol Campuran lempung sampai bongkah (granit,
longsoran granodiorit dan diorit), kerakal-bongkah
menyudut, bongkah 10%, kerikil-kerakal 60%
dan lempung 30%, lumpur 10%
Holosen Aluvial Endapan Al Campuran lempung sampai bongkah (granit,
sungai granodiorit dan diorit), kerakal-bongkah
menyudut, bongkah 20%, kerikil-kerakal 40%
dan lempung dan lumpur 40%.
Miosen Diorit Batuan Beku Tmb Diorite kuarsa, diorite, granodiorit dan granit.
Awal-Akhir Bone Terobosan

Gambar 3. 49 Foto Endapan Longsoran

Bab II- 56
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 50 Foto Endapan Sungai

Gambar 3. 51 Foto Singkapan Batuan Granit

Gambar 3. 52 Foto Singkapan Batuan Granodiorit

Bab II- 57
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 53 Foto Singkapan Batuan Diorit

3.5.6 Geologi Teknik Bendungan Bone Bolango

3.5.6.1 Geoteknik Rencana Tapak Bendungan

Dari hasil pemetaan geologi permukaan dan pemboran inti pada bukit tumpuan kiri
BB-1 (70 m) dan BB-2 (40 m, dasar sungai BH-1 (17 m), BB-3 (75 m), BB-13 (70
m), BH-17 45 m) dan BB-4 (40 m) serta tumpuan kanan BB-5 (35 m). Secara lebih
rinci parameter geologi yang dapat diaplikasi dalam desain adalah:

a. Dasar Pondasi
Batuan yang akan dijadikan sebagai dasar pondasi as bendungan berupa
batuan beku granit, granodiorit dan diorit (Diorit Bone). Satuan batuan
tersebut berada dalam kondisi lapuk sedang sampai segar dan terkekarkan
kuat. Kondisi batuan cukup keras dengan tingkat kekerasan sedang-keras
(CM) untuk yang lapuk sedang atau nilai kuat tekan uniaksial berkisar yang
segar antara 10-80 kg/cm2, sedangkan batuan segar mempunyai nilai kuat
takan antara 80-1.300 kg/cm2 (CM-CH).

Karena endapan sungai cukup dalam (kurang lebih 17-18 m), maka galian
pondasi untuk mencapai batuan dasar memerlukan penggalian sedalam 18 m.
Pada dasar sungai nilai permeabilitas batuan pondasi sudah cukup kedap
sampai semi lolos air dengan harga (k) antara 1E-05 - 1E-04 atau antara 1-15
Lugeon.

b. Tumpuan Kanan dan Kiri


Tumpuan kiri dan kanan as bendungan tertutup oleh tanah pelapukan yang
cukup dalam berkisar antara 10.00 -15.00 m. Jadi galian pondasi memerlukan
kedalaman berkisar antara 10.00-15.00 m.

Pada tumpuan kiri bagian bawah (pada kedalaman dibawah 20 m) nilai


permeabilitas batuan pondasi sudah cukup kedap sampai semi lolos air
dengan harga (k) antara 1E-05 - 1E-04 atau antara 1-15 Lugeon. Sedangkan
sebagian besar tumpuan kanan dan tumpuan kiri bagian atas, nilai

Bab II- 58
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

permeabilitas batuan pondasi sudah cukup kedap sampai semi lolos air
dengan harga (k) antara 6E-05 - 6E-04 atau antara 15-50 Lugeon, hanya
dibeberapa tempat nilai lugeon cukup besar, yaitu pada endapan sungai (k
diatas 6E-04).

Dari hasil kajian peta topografi, studi terdahulu (geolistrik dan pemboran tahun
2015, DH-1) serta uji georadar, kemungkinan besar as bendungan dilewati sesar
yang berarah N-W dan S-E, yang terletak disebelah lubang bor BB-15.

Peta Geologi Teknik Tapak Bendungan dapat dilihat pada Gambar 3.55,
sedangkan Profil Geologi, Batuan dan Lugeon As Bendungan dapat dilihat pada
Gambar 3.56 sampai 3.58.

Bab II- 59
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 54 Peta Geologi Lokasi Bendungan Bolango Hulu

Bab II- 60
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 55 Peta Geologi Teknik Lokasi Bendungan Bolango Hulu

Bab II- 61
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 56 Profil Geologi As Bendungan

Bab II- 62
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 57 Profil Batuan As Bendungan

Bab II- 63
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 58 Profil Lugeon As Bendungan

Bab II- 64
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.6.2 Geoteknik Rencana Bangunan Pengelak

Dari hasil pengamatan lapangan dan pemboran inti BB-8 (45 m), D-2 (15 m), BH-8
(45 m), BB-1 (70 m), BB-7 (60 m) dan BB-9 (30 m), batuan yang akan dijadikan
sebagai dasar pondasi bangunan pengelak (tunnel) adalah batuan beku granit,
granodiorit dan diorite. Batuan pondasi mempunyai tingkat pelapukan sedang
sampai segar dengan tingkat kekerasan yang cukup, yang dalam kondisi segar
relatif keras (CM-CH) atau nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara 80-1300
kg/cm2 sebagai daya dukung pondasi, sedangkan yang lapuk dengan tingkat
kekerasan lunak (CL) atau 10-80 kg/cm2.Hasil pemetaan geologi dan pemboran
intimenunjukkan bahwa jalur tunnel tidak terpotong oleh sesar, hanya sebelum
inlet dan setelah outlet tunnel kemungkinan terpotong sesar.

Profil geologi, batuan dan permeabilitas / Lugeon dapat dilihat pada Gambar 3.59
sampai 3.61

Bab II- 65
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 59 Profil Geologi Pengelak

Bab II- 66
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 60 Profil Batuan Pengelak

Bab II- 67
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 61 Profil Lugeon Pengelak

Bab II- 68
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.6.3 Geoteknik Rencana Bangunan Pelimpah

Dari hasil pengamatan lapangan dan pemboran inti BB-9 (50 m), BB-10 (70 m),
dan BB-11 (25 m) batuan yang akan dijadikan sebagai dasar pondasi bangunan
pelimpah berupa batuan beku granit, granodiorit dan diorit yang tertutup oleh
tanah pelapukan berkisar antara 10.00-15.00 m.. Satuan batuan tersebut berada
dalam kondisi lapuk sedang sampai segar dan terkekarkan kuat dengan tingkat
kekerasan lunak sampai sedang (CL) pada bagian inlet dan outlet (qu antara 10-
80 kg/cm2, sedangkan bagian tengah cukup segar keras dengan tingkat kekerasan
CM-CH atau qu antara 80-1300 kg/cm2, (Lampiran Analisa Logging).

Profil geologi, geologi teknik dan permeabilitas / Lugeon dapat dilihat pada
Gambar 3.62 sampai 3.64.

Bab II- 69
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 62 Profil Geologi Pelimpah

Bab II- 70
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 63 Profil Batuan Pelimpah

Bab II- 71
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 64 Profil Lugeon Pelimpah

Bab II- 72
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.6.4 Geoteknik Rencana Daerah Genangan

Dari hasil pemetaan geologi permukaan, daerah genangan semuanya bertumpu


pada batuan beku granit, granodiorit dan diorityang dipermukaannya sudah
mengalami pelapukan menjadi lempung (relative tipis).

Dengan adanya lapisan lempung hasil pelapukan batuan dasar yang mana
berfungsi sebagai selimut kedap air, maka sangat kecil akan terjadinya rembesan
(bocoran), melalui perbukitan disekeliling waduk (pada daerah yang tidak
terpotong sesar).

Pada daerah genangan yang terpotong sesar normal, yang mana berpotensi
sebagai jalan air (bocoran), untuk mengatasi terjadinya bocoran keluar kolam
waduk, pada lokasi tebing genangan yang terpotong sesar supaya dipasang
(dibuatkan) blanket lempung (clay blanket).

Peta geologi daerah genangan dapat dilihat pada Gambar 4.26, sedangkan
geologi teknik pada Gambar 4.27.

Bab II- 73
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 65 Peta Geologi Daerah Genangan

Bab II- 74
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 66 Peta Geologi Teknik Daerah Genangan

Bab II- 75
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.7 Material Konstruksi

Hasil Laporan Studi Terdahulu (“Pekerjaan “Penyelidikan Geologi Bendungan


Bolango Hulu”, Kabupaten Bone Bolango, Provisi Gorontalo, tahun 2016, oleh PT
Bhawana Prasasta), ditentukan bahwa tipe bendungan yang direncanakan adalah
”Urugan Batu Tipe Zonal dengan Inti Tegak”.

Berdasarkan pertimbangan material timbunan yang tersedia di sekitar lokasi


bendungan, serta memanfaatkan material hasil galian pondasi yang umumnya
berupa material granit, granodiorit dan diorite lapuk sedang yang mana dapat
dijadikan sebagai material timbunan (hasil galian pondasi selektif).

Dengan pertimbangan kondisi tersebut diatas, material timbunan yang akan


digunakan adalah sebagai berikut :

1. Material Inti (Clay) )  sebagian besar pada perbukitan bergelombang daerah


genangan yang merupakan pelapukan batuan beku (granit, granodiorit dan
diorite) serta pelapukan endapan longsoran.
2. Material Filter Halus (Fine Sand)  pasir alami dari endapan sungai daerah
genangan.
3. Material Filter Kasar (Sand Gravel)  pasir kerikil alami dari endapan sungai
daerah genangan..
4. Material Drain (Sand Gravel)  pasir kerikil kerakalan daei endapan sungai
daerah genangan.
5. Material Random Hasil Galian Pondasi (campuran antara pasir, kerikil, kerakal
dan bongkah)  hasil galian pondasi yang berupa campuran pecahan batuan
beku granit, granodiorit dan diorite..
6. Material Timbunan Batu (campuran antara kerikil sampai bongkah)  galian
pondasi (selektif) dan quarry batu daerah genangan (batuan beku granit,
granodiorit dan diorit).
7. Material Rip-rap (material batu selektif)  bongkah batu selektif dari quarry
batu daerah genangan (batuan beku granit, granodiorit dan diorit).
8. Material Beton  endapan sungai daerah genangan dan quarry batuan beku
perbukitan daerah genangan.

3.5.7.1 Material Inti Kedap Air (Impervious Core Material)

Cadangan material lempung (core material) semuanya terletak pada daerah


genangan (Borrow Area A sampai H) yang berjarak maksimum 4.50 km dari as
bendungan. Material lempung ini diambil dari hasil pelapukan batuan beku granit,
granodiorit dan diorite pada perbukitan bergelombang daerah genangan.
Pengambilan material ini dengan jalan akses disertai pemadatan maksimum 4.50
km diatas lokasi bendungan.

Bab II- 76
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Untuk mengetahui kedalaman tanah lempung yang akan digunakan sebagai


material inti bendungan, pada tahap ini juga dilakukan pemboran tangan (hand
boring). Kedalaman material lempung yang dapat diambil pada borrow area
secara umum berkisar antara 2,00 sampai 2,50 m yang terdiri dari lempung,
berwarna coklat sampai coklat kehitaman sampai kemerahan, liat sampai sangat
liat, sebagian mengandung gravel dengan ukuran maksimum 20 cm, plastisatas
sedang sampai tinggi. Pengupasan lapisan penutup sekitar 0,20 sampai 0,50 m,
sehingga penggalian material lempung dapat dilakukan maksimum 2.50 m tanpa
gangguan air tanah (kalau kondisi masih memungkinkan pengambilan lempung
dapat diperdalam).

Uji laboratorium material timbunan inti (tanah) pada waktu sertifikasi desain ini
diambilkan dari sumur uji (test pit) TP-1 (18) sampai TP-34 (18) berlokasi pada
daerah genangan, yang merupakan daerah persawahan dan tegalan. Secara garis
besar, hasil uji laboratorium material lempung adalah sebagai berikut :

Dari data tersebut diatas bahwa material lempung pada borrow pada TP-7, TP-8,
TP-17 dan TP-25 kandungan material halus (clay dan silt) kurang dari 30% (terlalu
kasar). Dan material dari TP-5, TP-7, TP-9, TP-20, TP-25 serta TP-33
mempunyau indeks plastisitas (PI) kurang dari 15 %. Sesuai dengan persyaratan
diatas, material dari lokasi sumur uji tersebut tidah bisa digunakan secara
langsung sebagai material timbunan inti bendungan dan harus dicampur dengan
yang lebih halus.

Gambar 3. 67. Foto Kondisi Borrow Area Daerah Genangan

Bab II- 77
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 68. Foto Lokasi Pengambilan Material Lempung

3.5.7.2 Material Random Batu

Bahan material random batu adalah batu hasil galian pondasi selektif bendungan
dan bangunan struktur yang berupa granit, granodiorit dan diorit dalam kondisi
lapuk sedang sampai segar.

Material galian pondasi yang berupa campuran pasir, kerikil, kerakal serta
bongkah yang bukan merupakan batu semua, akan digunakan sebagai material
timbunan galian pondasi. Perkiraan jumlah cadangan material random hasil galian
pondasi akan disesuaikan dengan jumlah material yang digali, sisanya akan
dibuang dan ditempatkan pada spoil bank.

Untuk mendapatkan parameter kuat geser, uji geser dengan skala besar, material
random galian pondasi diambil pada 1 (satu) lokasi sebanyak 1.00 m3.

3.5.7.3 Material Timbunan Batu

Material konstruksi baik sebagai material timbunan dan bahan beton semuanya
diambil dari daerah genangan berupa batuan beku granit, granodiorit dan diorit.
Untuk timbunan batu diambil dari quarry perbukitan dan material bahan beton dari
endapan sungai sepanjang daerah genangan

Untuk mengetahui penyebaran dan kedalaman batuan yang dapat diambil sebagai
material konstruksi, pada lokasi rencana quarry dilakukan pemetaan geologi detail
singkapan batuan beku ditepi sungai dan punggungan bukit baik pada daerah
genangan.

Bab II- 78
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Berdasarkan hasil pemetaan geologi permukaan lokasi quarry batu, dapat


disimpulkan bahwa batuan pada perbukitan daerah genangan semuanya
merupakan batuan beku granit, granodiorit dan diorit yang cukup keras (CM-CH)
dan dapat digunakan sebagai material konstruksi baik timbunan batu maupun
bahan beton.

Material timbunan batu dilakukan uji geser langsung skala besar untuk mengetahu
parameter sudut geser timbunan batuan. Jadi parameter sudut geser (φ) yang
digunakan untuk menghitung stabilitas akan diambil 80% dari hasil uji
laboratorium.

a. Untuk batuan lapuk sedang (hasil galian pondasi), parameter sudut geser (φ)
yang digunakan adalah 40.00o, material hasil galian pondasi bendungan,
pelimpah dan pengelak berupa granit, granodiorit dan diorite lapuk sedang
sampai segar (material zona 4).

b. Material timbunan zona 5 akan diambil dari quarry perbukitan daerah genangan
(batuan beku terobosan) dan dari hasil galian pondasi selektif berupa batuan
beku segar granodiorit dan diorit dengan sudut geser (φ) adalah 43.50 o,
sedangkan batuan beku yang lapuk kuat akan dibuang (tidak digunakan
sebagai bahan timbun zona 5).

Gambar 3. 69. Foto Lokasi Quarry Material Batu

Bab II- 79
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.7.4 Material Batu Untuk Rip-Rap

Material timbunan batu (riprap) diambil dari quarry batu perbukitan daerah
genangan dengan jarak maksimum 4.00 km dari lokasi bendungan. Batuan yang
akan digunakan sebagai timbunan riprap harus cukup kuat dan keras, yang mana
pemilihan harus selektif dari batuan beku granit, granodiorit ataupun diorit dengan
ukuran antara 0.50 sampai 1.00 m.

3.5.7.5 Material Pasir Dan Gravel

Filter dalam bendungan tipe urugan direncanakan untuk mengendalikan proses


piping yang dapat terjadi akibat dari proses seepage dan wetting (pembasahan)
atau sebagai zona transisi diantara dua jenis bahan timbunan. Sebagai bahan
filter, disamping kualitasnya yang memadai seperti halnya untuk bahan beton, juga
harus memenuhi persyaratan kriteria filter yang disyaratkan.

Material pasir untuk filter (kasar maupun halus) diperoleh dari quarry endapan
sungai hulu bendungan (QS) yang berjarak maksimum 6.00 km dari as
bendungan. Endapan sungai pada daerah genangan dan hilir bendungan terdiri
dari 30 % pasir, 50 % kerikil-kerakal dan sisanya 20 % berupa bongkah dengan
ukuran 10 cm sampai lebih dari 0.30m. Material untuk agregat beton juga akan
diambil dari quarry endapan sungai dihulu bendungan yang berjarak maksimum
6.00 km dari as bendungan. Material batu (agregat kasar) untuk bahan beton
dapat diambil (diperoleh) dari hasil crushed stone material batu quarry berbukitan
dan dapat juga material quarry endapan sungai QS yang berupa batuan beku.

Gambar 3. 70. Foto Lokasi Material Pasir Sampai Bongkahan

Bab II- 80
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 71. Peta Lokasi Borrow Area A sampai H

Bab II- 81
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 72. Peta Lokasi Quarry Batu dan Pasir

Bab II- 82
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

3.5.7.6 Parameter Desain Material Konstruksi

Parameter desain untuk perhitungan stabilitas bendungan dan tingkat settlement


diambil dengan berbagai pendekatan baik melalui uji laboratorium maupun secara
empiris dari nilai-nilai tipe material secara konserfatif.

Dari hasil penyelidikan material timbunan di laboratorium didapatkan masing-


masing parameter material timbunan yang akan digunakan didalam analisis dapat
dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3. 12 Parameter Material Timbunan

Catatan :
1. Parameter material inti, pasir, random dan batu diambil dari hasil uji laboratorium (2018).

3.5.7.7 Evaluasi Material Beton

Agregat Kasar

Hasil pengujian laboratorium material batu dari lokasi quarry adalah sebagai
berikut :

- Specific gravity (apparent) > 2.800


- Soundness < 11 %.
- Absorption < 3 %.
- Abrasion  segar < 30 %.
 lapuk 50-60 %

Dari hasil uji laboratorium, bahwa material batuan segar tersebut dapat digunakan
sebagai bahan beton.

Agregat Halus

Pasir (agregat halus) beton menggunakan hasil crushing batuan quarry perbukitan
atau endapan sungai daerah genangan.

Bab II- 83
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Untuk agregat halus beton sebaiknya diambilkan dari hasil crushing material
kerakal dan kerikil endapan sungai dan kalau masih kurang dapat menggunakan
batuan quarry perbukitan.

3.5.7.8 Ketersediaan Dan Kebutuhan Material Konstruksi

Jumlah cadangan material konstruksi serta jumlah material yang dibutuhkan dapat
dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3. 13 Ketersediaan dan Kebutuhan Material Konstruksi

Material Perkiraan
No. Kebutuhan Lokasi Keterangan
Timbunan Cadangan

(m)3 (m)3  
Daerah Perbukitan
1 Lempung 1.212.000,00
genangan bergelombang
Endapan
2 Filter Halus 210.000,00 Pasir alami
sungai
Endapan
3 Filter Kasar 250.000,00 Kerikil alami
sungai
Galian pondasi
Hasil galian bendungan,
4 Random Batu
pondasi pengelak dan
pelimpah
Perbukitan Granit,
Timbunan
5 5.250.000,00 daerah granodiorit dan
Batu
genangan diorit
Perbukitan
Batuan quarry
6 Riprap 150.000,00 daerah
selektif
genangan

3.5.7.9 Lokasi Stock Pile Dan Spoil Bank

Daerah (tempat) buangan sisa material yang tidak digunakan untuk konstruksi baik
material timbunan maupun bahan beton, serta cadangan material sebelum
digunakan dapat dilihat pada Peta Lokasi Stock Pile dan Spoil Bank, Gambar 2.8.

Bab II- 84
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Gambar 3. 73. Peta Lokasi Stock Pile dan Spoil Bank

Bab II- 85
DRAFT LAPORAN ANTARA
DD DAN SERTIFIKASI DESAIN BENDUNGAN BOLANGO HULU (MYC)

Bab II- 86

Anda mungkin juga menyukai