Anda di halaman 1dari 12

Pedoman O&P Bendungan

Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin


[Document title] | User

BAB II
PERENCANAAN OPERASI DAN
PEMELIHARAAN BENDUNGAN
2.1 Ikhtisar
Tujuan utama dari perumusan rencana pengoperasian, pemeliharaan, dan penginspeksian bendungan adalah
untuk menyediakan jaminan keamanan dan kontinuitas pengoperasian bendungan sebesar mungkin yang
bisa dicapai.
Perencanaan OP yang efektif itu meliputi kumpulan informasi dan instruksi yang diperlukan agar para
petugas yang masih belum memiliki pengalaman pun dapat melaksanakan tugas pengoperasian seandainya
kondisi darurat terjadi.
Tugas tugas yang harus dilaksanakan dalam OP bendungan antara lain adalah:
 Pengoperasian pintu outlet dan pelimpah;
 Penjadwalan inspeksi;
 Memonitor kinerja bendungan;
 Mencatat dan menganalisis hasil monitoring dan inspeksi;
 Menyiapkan rencana tanggap darurat (Dam Emergency Plan) dan kinerja seluruh system
pemeliharaan yang dibutuhkan.
Manfaat yang diharapkan dengan adanya system pengoperasian, pemeliharaan, dan inspeksi tersebut
adalah:
 Keamanan dan keberlanjutan pengoperasian lebih terjamin;
 Pengoperasian pemanfaatan air akan lebih baik;
 Kebutuhan biaya pemeliharaan dapat ditekan;
 Memperpanjang usia manfaat dari bendungan.
Uraian detil tentang perencanaan pengoperasian dan pemeliharaan bendungan akan diuraikan pada sub
paragraph berikutnya.

2.2 Konsep Sistem Pengoperasian dan Faktor Pembatas


Pendekatan yang dijadikan dasar pembuatan peraturan operasi waduk adalah sebagai berikut :

II - 1
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

 Air yang ada di waduk dimaksudkan untuk penyediaan pemberian air irigasi seluas ± 5.472 Ha,
dengan perincian 3.055 Ha daerah irigasi teknis dan 2.417 Ha daerah irigasi yang belum
dikembangkan.
 Pembangkit Listrik (Power Station) dengan debit pembangkitan ditentukan yaitu sebesar 8,89
m3/dt.
 Kelebihan air waduk akan melimpah melalui pelimpah agar elevasi muka air tetap pada elevasi
permukaan air yang diperlukan.
 Waduk dioperasikan pada kisaran Elevasi Muka Air Minimum (LWL) pada El. + 116.00 m sampai
dengan Elevasi Muka Air Normal (NWL) pada El. + 145.50 m.
Pola operasi waduk ini dalam pelaksanaanya perlu disesuaikan dengan kondisi pada waktu beroperasi
sehingga bisa didapatkan keuntungan yang maksimal.
Volume air waduk harus selalu dievaluasi setiap kali sebelum mulai direlease, sehingga dapat
diproyeksikan kebutuhan pemberian air yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.

2.3 Pola Operasi Bendungan Tapin


Pola pengoperasian waduk didefinisikan sebagai kumpulan kriteria, pedoman, dan spesifikasi yang
diaplikasikan dalam pengaturan fungsi tampungan dan pelepasan suatu waduk. Ini juga biasa disebut aturan
pengoperasian, diagram pengelolaan banjir atau jadwal pengaturan air (Federal Guidelines for Dam Safety, Glossary
of Terms, April 1, 2014).
Keseimbanganair yang melandasi pola pengoperasiansecara sederhana ditulis dalam bentukrumus berikut ini:
ΔS = I – O (Sriharto, 1981)
Di mana:
ΔS = perubahan volume tampungan waduk
I = volume air yang masuk tampungan waduk
O = volume air yang keluar tampungan waduk
Persamaan tersebut bisa memberikan gambaran dalam menetapkan kapasitas waduk, dimensi pelimpah dan
pola pengoperasian waduk (rule curves).
Analisis pola pengoperasian waduk Tapin menggunakan series data curah hujan bulanan (1978 - 2012).
Data ini merujuk kepada DAS bendungan Tapin. Luas daerah tangkapan air (DTA) di hulu bendungan
Tapin adalah 141 km persegi. Curah hujan tahunan di DTA Tapin adalah sebesar 1.806 mm, dengan rerata
bulanan di lokasi bendungan sebesar 158 mm. rerata besarnya limpasan bulanan berkisar dari …m3/d
sampai …m3/det, dalam waktu yang panjang sebesar …m3/det.

II - 2
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

2.3.1 Kapasitas Waduk


Kapasitas tampungan Waduk Tapin dihitung berdasarkan peta hasil pengukuran (Laporan Penunjang
Hidrologi, PT. Dehas, 2015). Rencana lokasi Waduk Tapin pada elevasi + 89.00, elevasi kontur tertinggi
pada elevasi + 151.00. Hubungan antara Elevasi dengan Kapasitas Waduk dan Luas Tampungan dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kurva Simulasi Elevasi-Luas genangan-Volume tampungan


Tampungan Efektif
Kapasitas tampungan efektif dihitung dengan menggunakan kurva lengkung massa yang didasarkan pada
besarnya debit inflow, kebutuhan air serta kehilangan air. Prinsip dasar dalam analisis kapasitas tampungan
efektif bendungan adalah untuk mengoptimalkan ketersediaan air. Debit inflow pada analisa kapasitas
tampungan efektif menggunakan debit andalan Sedangkan debit outflow adalah debit untuk keperluan
irigasi dan besarnya evaporasi pada waduk. Persamaan umum untuk kapasitas tampungan efektif sebagai
berikut :
St = S(t-1) + It – Ot – Et - Lt
0 ≤ St-1 ≤ C
di mana,
C = kapasitas tampungan efektif

II - 3
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

St = kapasitas tampungan pada periode waktu t


S(t-1) = kapasitas tampungan pada periode waktu t-1
It = debit masuk (inflow) pada waktu ke t
Ot = debit kebutuhan pada periode waktu ke t
Et = penguapan yang terjadi pada tampungan pada periode waktu ke t
Lt = kehilangan air pada periode waktu ke t

Tabel 2.1 Hasil Simulasi Elevasi-Luas genangan-Volume tampungan

2.3.2 Simulasi Tampungan


Simulasi operasi waduk Tapin dicoba untuk beberapa kombinasi Pola Tanam, dimana untuk kebutuhan air
minum konstan 500 lt/dt. Kombinasi Pola Tata Tanam dilakukan bertujuan untuk memperoleh intensitas
tanam yang tinggi. Penjelasan mengenai alternatif Pola Tata Tanam yang dikaji pada Review Desain
Bendungan Tapin adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Alternatif Pola Tanam
Rencana Pola Pola Tanam Awal Tanam
Tanam
Rencana I Padi – Padi - Palawija 1 Januari

II - 4
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

Rencana Pola Pola Tanam Awal Tanam


Tanam
Rencana II Padi – Padi - Palawija 21 Desember
Rencana III Padi – Padi - Palawija 11 Desember
Rencana IV Padi – Padi - Palawija 1 Desember
Rencana V Padi – Padi - Palawija 21 November
Rencana VI Padi – Padi - Palawija 11 November
Rencana VII Padi – Padi - Palawija 1 November

Berikut ini adalah hasil dari simulasi operasi Waduk Tapin untuk berbagai alternative Pola Tata tanam :
Tabel 2.3 Hasil Simulasi untuk Berbagai Variasi Pola Tanam
Pola Tanam Awal Musim Luas Tanam (ha) Intensitas Tanam (%) Total
Tanam MT I MT II MT III MT I MT II MT III (%)
Padi-Padi-Palawija 1 Januari 5472 4864 4809 100,00 88,89 87,88 276,77
Padi-Padi-Palawija 21 Desember 5472 5191 4630 100,00 94,87 84,62 279,49
Padi-Padi-Palawija 11 Desember 5472 5051 4630 100,00 92,31 84,62 276,92
Padi-Padi-Palawija 1 Desember 5472 4951 4712 100,00 90,48 86,11 276,59
Padi-Padi-Palawija 21 November 5472 5211 5168 100,00 95,24 94,44 289,68
Padi-Padi-Palawija 11 November 5472 4864 4809 100,00 88,89 87,88 276,77
Padi-Padi-Palawija 1 November 5472 4951 4712 100,00 90,48 86,11 276,59

Dari hasil Simulasi operasi Waduk tapin seperti diatas dapat diketahui bahwa :
 Rencana Pola Tata Tanam yang ideal adalah Alternatif-5 (Pd-Pd-Pl) dengan awal tanam 21 Nopember.
 Kurva massa waduk menunjukkan pola hubungan antara kumulatif volume inflow dan kumulatif
outflow dalam periode (tahun) operasi waduk.
 Kurva ini merupakan kurva standar yang menunjukkan elevasi muka air minimum yang harus dipenuhi.
Apabila elevasi MAW lebih rendah dari kurva standar, maka pada awal musim tanam luasan irigasi
yang akan diairi harus dikurangi.

2.3.3 Rule Curves


Untuk dapat memanfaatkan tampungan waduk sebaik mungkin diperlukan adanya aturan operasi waduk
yang optimal yang dapat memenuhi kebutuhan yang direncanakan (Prijanto, 2014). Aturan ini disebur Rule
Curves, sebagai pedoman dalam pemanfaatan tampungan waduk.
Rule Curves pengoperasian waduk menunjukkan hubungan antara elevasi muka air waduk, debit outflow
dengan waktu (mingguan, dalam satu tahun). Secara umum aturan yang harus diikuti sebagai dasar
pengoperasian waduk adalah Rule Curves di Zona Normal (zona di atas elevasi muka air minimum dan di
bawah muka air maksimum). Jika kondisi elevasi muka air waduk berada di bawah atau di atas elevasi
muka air Zona Normal, maka harus diupayakan pengaturan menuju ke elevasi muka air waduk pada Zona
Normal tersebut. Dengan demikian, jika elevasi muka air waduk berada di bawah elevasi Zona Normal,
maka rencana outflow harus diperkecil dengan nilai tertentu sampai diperoleh elevasi muka air waduk

II - 5
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

actual sama dengan elevasi pada Zona Normal. Sedangkan jika elevasi muka air waduk berada di atas Zona
Normal, maka rencana outflow boleh diperbesar dengan nilai tertentu sampai diperoleh elevasi muka air
waduk actual sama dengan elevasi muka air pada Zona Normal.

2.4 Penjadwalan
Penjadwalan O&P bendungan didefinisikan sebagai serangkaian langkah demi langkah penyiapan rencana,
pelaksanaan, dan evaluasi program O&P bendungan disusun secara sistematik dengan tujuan agar proses
O&P terlaksana sebaikbaiknya.
Sebagai ancar ancar pedoman pembuatan rencana penjadwalan petugas operasional bendungan adalah
seperti diuraikan berikut di bawah ini. Tergantung dari kebutuhan spesifik, ukuran dan pentingnya
bendungan, frekuensi penugasan dapat saja disesuaikan. Semua aktivitas harus dicatat secara tertib dalam
buku catatan (logbook).

Tabel 2.4 Jadwal Pengoperasian Bendungan


Tengahtahunan
Triwulanan

Tahunan

Kegiatan Blangko yang Digunakan


Sesekali
Harian

Kunjungan ke Bendungan √ Buku Catatan Harian


Aktivitas Mengisi blangko/format √
Saat/kondisi banjir √
Pengoperasian Peilschaal √ Belangko monitoring peilschaal
instrumen Pengecekan deformasi √ Belangko monitoring deformasi

II - 6
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

Tabel 2.5 Jadwal Inspeksi Bendungan

Tengahtahunan
Triwulanan

Tahunan
Kegiatan Blangko yang Digunakan

Sesekali
Harian
Kondisi visual bendungan,
elevasi muka air waduk,
√ Buku Catatan Harian
inflow, outflow, rembesan,
Inspeksi
kondisi meteorologi
Inspeksi tahunan √ Belangko inspeksi keamanan
bendungan
Inspeksi khusus √ Belangko inspeksi keamanan
Kondisi darurat bendungan
Tanggap darurat √ Buku Catatan Harian

Tabel 2.6 Jadwal Pemeliharaan Bendungan


Tengahtahunan
Triwulanan

Tahunan

Kegiatan Sesekali Blangko yang Digunakan


Harian

Pembersihan rumput √
Pemeliharaan klep, pintu, Menurut rekomendasi dan
Pemeliharaan dan peralatan monitoring petunjuk fabrikan
Pengendalian vegetasi √
Pemeliharaan berkala √

2.5 Pengoperasian Pada Kondisi Banjir


2.5.1 Tinjauan Kapasitas Pelimpah

Untuk mengetahui kapasitas pelimpah dan tinggi tubuh bendungan diperlukan analisis penelusuran banjir
melalui waduk atau Reservoir Flood Routing Analysis. Bangunan pelimpah direncanakan dapat
menurunkan puncak debit banjir maksimum rencana, karena sebagian air banjir untuk sementara akan
tertahan di dalam waduk. Untuk mengetahui besarnya penurunan puncak banjir yang terjadi, pada
hakekatnya didasarkan pada persamaan :
A-B=C
di mana,

II - 7
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

A = Aliran air yang masuk ke dalam waduk


B = Volume air yang tertahan di dalam waduk
C = Air yang melewati mercu pelimpah
Atau secara matematis dirumuskan dengan :
ds
 I O
dt
di mana,
S = volume tampungan (m3)
I = aliran air masuk (m3/detik)
O = aliran air keluar (m3/detik)
t = periode penelusuran (detik)
ds
= perubahan tampungan terhadap waktu
dt
Berdasarkan grafik lengkung kapasitas waduk (Gambar 1.2), untuk tampungan sebesar 55,38 juta m3
didapatkan elevasi mercu pelimpah yang dibutuhkan + 145.50 m dpl.
Selengkapnya hasil analisis pelimpah disajikan dengan parameter sebagai berikut ini:
- Tipe Pelimpah : Pelimpah Samping Tanpa Pintu
- Debit Banjir Rencana:
Debit Banjir Rencana (Q PMF) : 1.491 m3/dt
Debit Banjir Rencana (Q 1000 thn) : 502 m3/dt
Debit Banjir Rencana (Q 100 thn) : 341 m3/dt
Debit Banjir Outflow (Q 1000 thn) : 174 m3/dt
- Lebar Pelimpah : 52,0 m
- Tinggi ambang pelimpah: 5,50 m
- Elevasi Mercu : EL. +145,50 m
- Elevasi Banjir (Q PMF) : EL. + 149,14 m
- Tinggi Air Banjir : EL. + 3,64
Selanjutnya hasil tinjauan terhadap kedua kondisi banjir tersebut (penelusuran banjir melewati pelimpah)
adalah sebagai berikut :
Elevasi top bendungan: +151,00
Parameter QPMF Q1000
Debit banjir rencana (m3/det) 720,38 174,23
Elevasi banjir maksimum (m) 149,14 146.89

II - 8
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa debit banjir maksimum berada pada elevasi EL.
149,14 m, atau lebih rendah dari elevasi puncak bendungan EL.151.00 m (≥ 0,75, Aman).

2.5.2 Penentuan Kondisi Banjir

Elevasi banjir ditentukan berdasarkan debit outflow yang melimpah lewat ambang pelimpah sebagai
berikut:
- Debit Banjir Periode Ulang 1000 tahun
 Elevasi Banjir: + 146.89 m
 Debit outflow: 174,23 m3/detik
- Debit Banjir PMF
 Elevasi Banjir: + 149. 14 m
 Debit outflow: 720,38 m3/detik
Kondisi ''banjir'' ditentukan apabila elevasi permukaan air waduk melebihi elevasi El. 149.14 mMP
(berdasarkan debit banjir maksimum pada sungai). Dan apabila permukaan air lebih kecil atau sama dengan
El. 149.14 mMP ditetapkan sebagai kondisi ''Normal''. Hubungan antara elevasi air waduk dan debit banjir
yang melewati ambang pelimpah dapat dilihat pada Kurve Kapasitas Pelimpah.

2.5.3 Pengoperasian Kondisi Banjir

Apabila elevasi air waduk  El. 149,14 m, pengeluaran air tetap sesuai dengan pola pengaturan waduk.
Apabila elevasi air waduk  El. 149.14 m, maka perlu dilakukan penanganan kondisi darurat.
Untuk menurunkan elevasi muka air waduk menjadi lebih kecil atau sama dengan El. 149.14 m, maka
katup emergency outlet pada pelimpah perlu dibuka, dan jika kondisi ini tidak dapat menurunkan elevasi
muka air waduk  El. 149.14 m maka semua pitu pengambilan harus dioperasikan.
Untuk pemberitahuan kondisi darurat bendungan maka perlu adanya alat sirene yang diletakkan di lokasi
kantor O&P bendungan.
Pengamatan pada kondisi banjir ditentukan sebagai berikut :
a) Waktu.pencatatan data setiap 15 menit.
b) Kondisi waduk yang harus diamati adalah :
- Tinggi permukaan air waduk
- Jumlah debit yang melimpah lewat pelimpah
- Jumlah keseluruhan debit yang keluar dari waduk
- Jumlah debit yang masuk ke waduk

II - 9
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

2.6 Pengoperasian Pada Kondisi Debit Rendah


2.6.1 Alasan dan Pertimbangan
Ketika memasuki musim kemarau, ketersediaan air di Waduk akan berkurang dan waduk bisa tidak
berfungsi sebagaimana mestinya walaupun direncanakan berfungsi sebagai tampungan dan mencegah
kekurangan air pada musim kemarau. Fungsi waduk tidak akan berjalan baik ketika tidak ada keseimbangan
antara kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya air (Linsey, 1996). Untuk mendapatkan system pengelolaan
yang optimal perlu dilakukan evaluasi risiko kekeringan.

2.6.2 Analisis Risiko Kekeringan


Kekeringan (kemarau) dapat diklasifikasikan menjadi 5 katogori utama (Mishra & Singh 2010) yakni:
 Kekeringan meteorologis yang disebabkan oleh berkurangnya curah hujan,
 Kekeringan hidrologis karena menyusutnya debit aliran (inflow),
 Kekeringan akibat kekurangan lengas tanah,
 Kekeringan ekologis yaitu kekurangan air yang berkepanjangan dan meluas disebabkan
perubahan ekosistem dan pengelolaan hidrologi, dan
 Kekeringan sosioekonomis yang ditimbulkan oleh ketidak-seimbangan tingkat persediaan dan
permintaan air sebagai benda social.
Skema pengoperasian musim kemarau:
 Memanfaatkan semaksimal mungkin kapasitas tampung.
 Optimalisasi potensi air
 Manajemen pengaturan dan pemenuhan kebutuhan
Namun menghadapi kenyataan pengoperasian di lapangan rule curves hanyalah pedoman saja bukan
petunjuk yang pasti yang bisa menjamin ketepatan pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya air. Secara
praktis kita bisa menggunakan 5 skala mumerik untuk mengkuantifikasikan urutan kondisi kekeringan
(D) dan laju deficit air (S) yang sedang berlangsung di dalam waduk seperti terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.7 Hubungan Intensitas Kekeringan dengan Laju Defisit Air
Intensitas Kekeringan Laju Defisit air (%)
Skala Keterangan Irigasi Air baku
1 Normal 0 0
2 Siaga 0 - 30 0 - 10
3 Waspada 30 - 40 10 - 20
4 Awas 40 - 50 20 - 30
5 Darurat > 50 > 30

II - 10
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

Intensitas kekeringan adalah atribut meteorologis yang menunjukkan seberapa parah kekeringan yang
telah terjadi, ini berkorespondensi langdung dengan deficit air yang terjadi di dalam waduk. Sebagai
pedoman operasi standar menghadapi situasi kekeringan dipakai Indeks Kesiap-siagaan Kekeringan atau
Drought Alert Index (DAI) yang mempunyai kisaran 0 < DAI ≤ 1 (Zeleny, 1982).
Untuk menghitung DAI dipakai rumus:
DAI = f(D,S/Qi) = (D/5) x (S/5) =DS/25
DAI = Drought Alert Index
D = Skala (intensitas) kekeringan yang sedang berlangsung
S = Skala Laju deficit air
Untuk memudahkan perhitungan kita menggunakan matriks yang dinormalisir sebagai berikut ini:
Skala D
1 2 3 4 5
1 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
2 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00
Skala S

3 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00


4 4.00 8.00 12.00 16.00 20.00
5 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

Matriks yang sudah dinormalisir


Skala D
1 2 3 4 5
1 0.04 0.08 0.12 0.16 0.20
2 0.08 0.16 0.24 0.32 0.40
Skala S

3 0.12 0.24 0.36 0.48 0.60


4 0.16 0.32 0.48 0.64 0.80
5 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

Keterangan:
 Angka angka dalam sel matriks menunjukkan nilai DAI aktual
 Tanda peringatan warna hijau menunjukkan kondisi aman
 Tanda peringatan warna biru menunjukkan kondisi siaga
 Tanda peringatan warna kuning menunjukkan kondisi waspada
 Tanda peringatan warna oranye menunjukkan kondisi awas
 Tanda peringatan warna merah menunjukkan kondisi darurat

2.6.3 Penataan Tindakan

II - 11
Pedoman O&P Bendungan
Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Tapin
[Document title] | User

Seperti telah dijelaskan pada sub paragraph 2.6.2 salah satu penataan tindakan yang perlu dilakukan
dalam pengaturan pengoperasian waduk di musim kemarau adalah manajemen pengaturan dan
pemenuhan kebutuhan. Penataan dan pelaksanaan tindakan merupakan respon terhadap sinyal sinyal
peringatan yang menampakkan diri ketika melaksanakan pengoperasian waduk di lapangan. Detail
tindakan pengoperasian yang perlu dilakukan selengkapnya dipresentasikan dalam Tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.8 Persentase Reduksi Pemberian Air Musim Kemarau


Sinyal Peringatan Indeks Kekeringan (DAI) Reduksi Pemberian Air (%)
Warna Kondisi Irrigasi Air baku
Hijau Normal DAI ≤ 0,1 0 0
Biru Siaga 0,1 < DAI ≤ 0,25 0 - 30 0
Kuning Waspada 0,25 < DAI ≤ 0,40 30 - 50 0 - 10
Oranye Awas 0,40 < DAI ≤ 0,65 > 50 10 - 20
Merah Darurat 0,65 < DAI ≤ 1 100 > 20

II - 12

Anda mungkin juga menyukai