Anda di halaman 1dari 77

Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam

USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

BAGIAN E
URAIAN PENDEKATAN,
METODOLOGI
DAN PROGRAM KERJA

E.1. PENDEKATAN
E.1.1 Latar Belakang
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta memiliki luas kurang lebih 661,52 km2.
Permasalahan Jakarta pada saat musim penghujan adalah banjir di beberapa tempat
pada daerah aliran sungai Ciliwung. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikembangkan
rekayasa sumber daya air di Wilayah Sungai Ciliwung melalui optimasi pengendalian
banjir antara lain dengan pembuatan tampungan berupa bendungan dengan luas
genangan sesuai scenario yang direncanakan.
Bendungan Ciawi (Cipayung) yang bermanfaat sebagai pengendalian banjir
terletak di bagian hulu sungai Ciliwung di Kecamatan Megamendung mencakup Desa
Cipayung, Desa Gadog, Desa Sukakarya, dan Kecamatan Cisarua mencakup Desa
Kopo, secara administratif berada di Wilayah Kab. Bogor Kabupaten Bogor, ± 1,4 km
dari jalan raya Puncak Pass dan terletak 106º52’20” Bujur Timur, 06º39’28” Lintang
Selatan. Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Ciawi (Cipayung) selesai pada tahun
2022.
Sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No. 27/PRT/M/2015tentang Bendungan
yaitu pada masa transisi dari tahap konstruksi ke tahap Operasi dan Pemeliharaan
bendungan diperllukan adanya kegiatan Persiapan Operasi dan Pemeliharaan (POP)
sebelum serah terima dari pihak pembangun ke pihak pengelola operasi dan
pemeliharaan bendungan.

E.1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pekerjaan ini adalah melaksanakan tugas Persiapan Operasi dan
Pemeliharaan Bendungan Ciawi (Cipayung).

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-1


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Tujuan pekerjaan ini adalah untuk mempersiapkan persyaratan dan dokumen


yang harus disiapkan untuk keperluan sertifikasi operasi dan pemeliharaan bendungan
Ciawi (Cipayung).

E.1.3 Sasaran
Melakukan kegiatan untuk mengumpulkan ataupun membuat dokumen –
dokumen yang harus disiapkan untuk keperluan sertifikasi operasi dan pemeliharaan
bendungan yaitu :
1. Izin Penggunaan SDA
2. Persetujuan Prinsip Pembangunan Bendungan
3. Persetujuan Desain Bendungan
4. Dokumen Studi Pengadaan Tanah dan Studi Pemukiman Kembali
5. Izin Pelaksanaan Konstruksi Bendungan
6. Rencana Pengelolaan Bendungan
7. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Beserta Waduknya
8. Pola Operasi Waduk
9. Rencana Tindak Darurat
10. Izin Pengisian Awal Waduk
11. As Built Drawing
12. Dokumen Laporan Hasil Akhir Pelaksanaan Konstruksi
13. Izin Operasi
14. Penetapan Status Penggunaan (PSP)

E.1.4 Referensi Hukum


Referensi Hukum yang digunakan pada studi ini adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber
Daya Air;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-2


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021 tentang


Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2020 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Sumber Daya Air;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor. 27/PRT/M/2015.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
01/PRT/M/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air
dan Penggunaan Sumber Daya Air;
8. Keputusan Dirjen SDA No. 199/KPTS/D/2003, Maret 2003 tentang Pedoman
Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan,
Standar teknis dan pedoman yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan,
antara lain:
1. Standar Nasional Indonesia (SNI)
2. Petunjuk Teknis Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tentang Operai da
Pemeliharaa Bendungan.
3. Modul Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan
4. Manual Inspeksi Visual Bendungan urugan, Ditjen SDA 2004
5. Standar lainnya yang terkait.

E.1.5 Lingkup Pekerjaan


Metode pelaksanaan diuraikan sebagai dasar tata cara pelaksanaan, sehingga
dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dan seluruh kegiatan dapat dikoordinir
dan dipantau dengan mudah. Untuk memudahkan pembahasan metode pelaksanaan
pekerjaan “Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam Bendungan Ciawi
(Cipayung)”, maka lingkup pekerjaan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
kegiatan sebagai berikut:
 Lingkup Kegiatan Persiapan Operasi dan Pemelihraan Dry Dam Bendungan
Ciawi (Cipayung) meliputi:
a. Mengumpulkan dan mempelajari data hidrologi sampai dengan tahun terakhir,
dokumen desain, pelaksanaan konstruksi dan riwayat OP termasuk data

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-3


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

pemantauan, laporan inspeksi sebelumnya, sistem OP, Rencana Tindak


Darurat (RTD).
b. Melakukan pemeriksaan tubuh bendungan, bangunan pelengkap, bukit
tumpuan, dan lain-lainnya.
c. Melakukan pemeriksaan dan uji operasi peralatan hidromekanikal, listrik, dan
sistem peringatan dini.
d. Pemeriksaan peralatan pemantau keamanan bendungan/instrumentasi dan
evaluasi terhadap data hasil pemantauannya.
e. Analisis banjir desain berdasar data hidrologi terbaru.
f. Evaluasi keamanan bendungan yang mencakup aspek struktur, hidrolik,
rembesan, dan sistem operasi berdasar hasil kegiatan.
g. Melaksanakan konsultasi dengan Balai Bendungan dan Komisi Keamanan
Bendungan (KKB) mengenai hasil pemeriksaan/analisis instrumentasi
keamanan bendungan sampai dengan terbitnya Sertifikasi Operasi dan
Pemeliharaan.
h. Membuat laporan termasuk kesimpulan tentang perilaku bendungan dan saran
tindak lanjut yang diperlukan.
Kegiatan tersebut diatas perlu ditunjang dan dilengkapi dengan kegiatan
lainnya seperti :
a) Pekerjaan Persiapan
 Menyusun Program Mutu dan Jadwal Pekerjaan
 Penyusunan Prosedur Pelaksanaan;
 Penyusunan Organisasi Tim;
 Usulan dan persetujuan mobilisasi personil/tenaga ahli dan
peralatan.
b) Pekerjaan Pengumpulan Data yang telah ada
Sebelum pelaksanaan inspeksi, konsultan harus mengumpulkan data-
data dan selanjutnya dievaluasi, yang mencakup antara lain:
 Pengumpulan data, yang mencakup antara lain: data hidrologi
terbaru, dokumen desain, dokumen pelaksanaan konstruksi,
dokumen OP termasuk data pemantauan, laporan inspeksi
sebelumnya, Pola Operasi Waduk, Pedoman OP, RTD, dan lain-lain.
Dokumen atau data desain dan konstruksi yang ada di proyek
kemungkinan sangat terbatas, dalam kondisi demikian konsultan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-4


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

harus mengumpulkan data dari berbagai sumber lain yang dapat


dipercaya.
 Kajian data: setiap inspeksi harus didahului dengan mempelajari
data yang ada, laporan-laporan inspeksi/kajian sebelumnya. Bila
belum pernah dilakukan inspeksi, pelajari dokumen desain,
konstruksi dan riwayat OP.
 Daftar simak inspeksi: harus disiapkan secara rinci sesuai
bendungan yang diinspeksi dan dipahami setiap anggota tim.
 Perlengkapan inspeksi yang harus dibawa saat inspeksi antara lain:
ringkasan data bendungan, ringkasan laporan inspeksi sebelumnya,
gambar-gambar, daftar simak, kamera, alat bantu inspeksi seperti:
pita ukur, teropong, lampu senter, waterpass kecil, palu geologi,
kompas, alat baca instrumen, dan lain- lain.
c) Inventarisasi dan Pemeriksaan terhadap Bendungan dan Bangunan
Pelengkapnya
 Pemeriksaan Visual Bendungan, mencakup :
Pemeriksaan yang harus dilakukan oleh konsultan dalam pekerjaan
ini adalah pemeriksaan menyeluruh terhadap komponen bendungan
dan bangunan pelengkapnya dan pemeriksaan secara khusus
terhadap komponen bendungan yang mengalami perubahan dan
atau gejala kerusakan.Pemeriksaan visual pada obyek inspeksi yang
berada diataspermukaan tanah dan air, seperti :Pemeriksaan
permukaan tubuh bendungan, bangunan pelengkap,tebing
tumpuan, peralatan hidromekanik, conduit, dan lain-lain.Permukaan
lereng hulu bendungan: periksa kemungkinan adanyalubang,
longsoran, kemerosotan mutu lapis lindung lereng dan
lainlain.Kolam peredam energi dan kolam loncat air;
periksakemungkinan adanya erosi dan gerusan.Muka hulu
bendungan; periksa kemungkinan adanya: retakan,kemerosotan
mutu, bukaan sambungan yang berakibatpeningkatan rembesan/
bocoran, dan lain-lain.
 Pemeriksaan Khusus
Melaksanakan pemeriksaan detail (investigasi) terhadap komponen
bendungan batu lapis lindung lereng hilir (Dam Rip–Rap) yang

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-5


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

menunjukkan adanya perubahan geometric lereng dan atau gejala


kerusakan.Melaksanakan pemeriksaan detail (investigasi) di tubuh
bendungan (terjadi sliding di bagian hilir tengah bendungan).
Melaksanakan pemeriksaan detail (investigasi) terhadap adanya
apompanisasi di tubuh bendungan (pompanisasi di hulu
bendungan).
d) Identifikasi dan Pencatatan Masalah.
Semua kegiatan yang terkait dengan masalah yang timbul harusdicatat
dikumpulkan dan dipelajari yang selanjutnya dilaporkan kepada Direksi
Pekerjaan. Informasi, laporan dan catatan tersebut diatas antara lain
meliputi :
 Unjuk kerja/performance yang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
 Terjadinya kerusakan konstruksi.
 Penyimpangan yang terkait dengan deformasi, tekanan pori,
rembesan.
 Timbulnya bahaya dari kondisi geologi.
 Tidak berfungsinya peralatan mutu, melemahnya bangunan danatau
fondasi.
 Penyimpangan terhadap NSPM (norma, standar, pedoman, dan
manual).
Dan lain sebagainya yang dampaknya berpotensi mengganggu
fungsi dan keamanan bendungan.
Apabila konsultan menemui permasalahan tersebut diatas wajib
menganalisis dan memberi alternatif solusi yang dituangkan dalam
laporan Pemeriksaan Visual Bendungan.
e) Instrumentasi
Pemeriksaan kondisi dan fungsi instrumentasi dengan melakukan
pembacaan secara langsung dan/atau lakukan kajian/evaluasi terhadap
seri data pemantauan yang ada.Pemeriksaan dan pastikan alat – alat
hidrologi, serta peralatan komunikasinya semua berfungsi baik,
dokumentasi dan evaluasi data hasil pemantauannya. Dilakukan
kalibrasi untuk semua instrumentasi yang terpasang.
f) Hidrologi dan Banjir Desain.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-6


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Kaji laporan analisis hujan dan banjir desain yang ada dan kriteria
desain yang digunakan, lakukan analisis hujan dan banjir desain dan
penelusuran banjir berdasar data mutahir, periksa kecukupan
pelimpah, tinggi jagaan, pola operasi waduk, potensi bencana di
daerah hilir bila terjadi keruntuhan bendungan, dan lain-lain.
g) Pedoman OP dan RTD
Pedoman OP mencakup :
 Manual OP (tata cara pengoperasian fasilitas bendungan)
 SDM (Kualitas dan Kuantitas)
 Peralatan Hidromekanikal
 Sarana kerja (Kendaraan Roda empat/ dua, alat komunikasi, alat
keselamatan kerja, perahu motor)
 Pemeliharaan bendungan beserta waduk
 Kecukupan biaya OP
RTD dan kesiapannya mencakup :
 Sosialisasi dan simulasi RTD.
 Memeriksa keandalan, sistem komunikasi peringatan dini, prosedur
operasi, tenaga listrik cadangan, sistem gawar banjir, pemahaman
RTD oleh petugas, dan lain-lain.
h) Evaluasi perilaku bendungan
a. Evaluasi tahap pertama :
o Mengkaji semua data yang ada dari pencatatan instrumentasi,
OP bendungan dan bangunan pelengkapnya, sehingga benar-
benar memahami perilaku bendungan dan riwayat operasi serta
pemeliharaannya.
o Melakukan Identifikasi semua potensi masalah yang dampaknya
merugikan terhadap keamanan hulu dan hilir bendungan serta
periksa kecukupan bendungan dan bangunan pelengkapnya
untuk memenuhi fungsinya, dengan didukung: data yang
relevan, pertimbangan dan analisis teknis diantaranya dengan
membandingkan perilaku bendungan dengan perilaku yang
direncanakan dalam desain.
b. Evaluasi tahap kedua ;

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-7


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Melakukan analisis teknik untuk menilai status/ tingkat keamanan


bendungan ditinjau dari:
 Aspek struktur; stabilitas tubuh bendungan termasuk stabilitas
terhadap gempa pada kondisi normal dan luar biasa, minimal
pada potongan: bagian tertinggi, bagian yang perilakunya
menyimpang dan bagian yang geometrinya berubah cukup besar
dan bagian kritis.
 Aspek hidrolik (kecukupan pelimpah, tinggi jagaan, erosi
eksternal, dan lain-lain).
 Aspek rembesan (erosi internal, piping, boiling, uplift, pelarutan
materil bendungan dan pondasi, dan lain – lain).
 Sistem operasi bendungan.
c. Evaluasi tahap ketiga;
Catatan kejadian khusus seperti: Gempa bumi, banjir besar dan
kekeringan.
i) Pengukuran/ Topografi
Untuk mendukung pekerjaan ini maka dilakukan survey pengambilan
data primer/lapangan melalui kegiatan survey topografi. Survey
topografi yang dilakukan yaitu, pemetaan situasi daerah genangan
waduk dan sekitarnya, daerah yang dipetakan meliputi:
 Daerah genangan waduk
 Daerah sekeliling genangan waduk sampai sejauh 100 m
diukur
dari elevasi puncak mercu pelimpah
 Tubuh bendungan dan bangunan pelengkap serta
sekitarnya.
j) Kegiatan Geologi
 Menginterpretasikan hasil pengukuran dan pembacaan alat
instrumentasi di lapangan,
 Analisis data hasil pengukuran dan pembacaan alat
instrument.

Sistematika rencana kerja tersebut di atas secara rinci masing – masing telah
diberi bobot dengan jadwal pelaksanaan yang cukup terinci seperti yang ditunjukkan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-8


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

oleh Tabel Jadwal Kegiatan Bagian F (Kurva – S). Sedangkan pola pikir pelaksanaan
kegiatan “Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam Bendungan Ciawi
(Cipayung)”, dapat dilihat pada bagan alir berikut di bawah ini.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-9


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-10


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Gambar E. 1 Pola Pikir Alur Kegiatan Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
Bendungan Ciawi (Cipayung)

E.2. METODOLOGI & RENCANA KERJA


Dalam kegiatan ini terbagi menjadi 7 kegiatan antara lain:
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Pengumpulan Data
c. Pekerjaan Survei dan Investigasi Lapangan
d. Pekerjaan Analisis Data dan Identifikasi
e. Pekerjaan Evaluasi Perilaku Bendungan
f. Pekerjaan Pelaporan
g. Pekerjaan Presentasi dan Diskusi
D.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan langkah awal dari semua kegiatan yang
dijadwalkan. Sebelum memulai kegiatan pekerjaan di lapangan, Konsultan
melakukan koordinasi dengan instansi pemberi tugas dalam hal ini BBWS
Cimanuk Cisanggarung, untuk menyamakan persepsi tentang maksud, tujuan
dan sasaran pakerjaan. Apabila telah terjadi persamaan persepsi maka

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-11


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

pelaksanaan kegiatan di lapangan dapat terlaksana sesuai sasaran. Selain


dengan pemberi kerja, koordinasi dilakukan dengan instansi terkait. Koordinasi
dengan instansi terkait bertujuan agar terjadi tukar pendapat dalam
pelaksanaan kegiatan.
Yang dimaksud kegiatan Persiapan Administratif ialah kegiatan persiapan yang
berhubungan dengan penyiapan surat – surat tugas, penyiapan dan mobilisasi
personil, penyiapan dan mobilisasi peralatan serta kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan keperluan pelaksanaan pekerjaan pokok.
- Pengurusan Surat Menyurat Administrasi
Setelah ditandatanganinya kontrak kerjasama, konsultan menyelesaikan
syarat-syarat administrasi antara lain :
Surat jaminan penerbitan Uang Muka dari lembaga keuangan yang
diakui pemerintah (OJK/BI).
Surat tugas personil dan peralatan.
Dalam persiapan pekerjaan ini secara garis besar ada 3 kelompok kegiatan
yang harus dilaksanakan sebagai penunjang kelancaraan pelaksanaan
pekerjaan pokok yaitu:
I. Mobilisasi Personil, Peralatan dan Bahan
II. Penyusunan Program Mutu dan Jadwal Pekerjaan
III. Penyusunan Prosedur Pelaksanaan

I. Mobilisasi Personil, Peralatan dan Bahan


Personil ahli, personil sub-ahli dan personil pendukung akan dimobilisasi
sesuai dengan runutan kegiatan yang diperlukan. Ketua Tim dan TA.
Hidrologi merupakan personil yang akan dimobilisasi lebih dahulu bersama
dengan para tenaga pendukung, guna melakukan kegiatan-kegiatan di
bawah ini.
1. Melakukan kegiatan administratif, seperti pemrosesan surat menyurat
yang terkait dengan mobilisasi personil, penyiapan kantor
lapangan,pemrosesan surat ijin survey, ijin lingkungan dan lain-lain.
2. Mobilisasi peralatan dan bahan disesuaikan dengan kebutuhan dan jadwal
yang sudah disusun.
1. Penyiapan Personil dan Peralatan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-12


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Pembuatan jadwal keterlibatan personil sesuai dengan fungsi dan


tanggung jawabnya. Dengan jumlah dan jadwal personil tersebut
mampu menyelesaikan tiap tahapan pekerjaan dengan baik dan tepat
waktu.
Penyusunan jadwal penggunaan peralatan sesuai dengan fungsi dan
ketelitiannya. Dengan jumlah dan jadwal peralatan tersebut akan
menunjang kepada terselesaikannya pekerjaan dengan baik dan
tepat waktu.
2. Penyiapan Kantor Lapangan
Dalam penyelesaian pekerjaan ini, kegiatan lapangan memerlukan
waktu yang cukup lama, untuk itu ditempatkan kantor proyek di
lapangan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Kantor lapangan ditempatkan pada daerah yang strategis.
Jika memungkinkan letak kantor lapangan dekat dengan jalan raya
yang dilewati kendaraan umum.
Tersedianya sarana komunikasi yang baik, khususunya dari sisi
kualitas transmisi, agar baik hubungan telepon, fax maupun surat
elektronik dapat berjalan dengan lancar.
Tersedianya penerangan yang baik.
Tersedianya sarana air bersih dan MCK yang baik.
Dapat menampung seluruh personil yang ditugaskan di proyek.
Berada pada lingkungan yang aman dan nyaman.
II. Penyusunan Program Mutu dan Jadwal Pekerjaan
Program Mutu disusun dan didiskusikan dengan BBWS Cimanuk
Cisanggarung, selanjutnya untuk revisi program mutu disesuaikan lagi dan
diasistensikan sampai finalisasi Laporan Program Mutu.
Untuk Jadwal Pekerjaan dibuatkan Kurva – S disesuaikan dengan lingkup
pekerjaan sebagai acuan jadwal masing – masing pekerjaan dan
didiskusikan dengan BBWS Cimanuk Cisanggarung.
III. Penyusunan Prosedur Pelaksanaan
Prosedur Pelaksanaan disusun oleh konsultan untuk mengetahui runtutan
pelaksanaan pekerjaan “Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
Bendungan Ciawi (Cipayung)”. Prosedur Pelaksanaan berupa flow chart

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-13


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

atau alur berfikir konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan “Persiapan


Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam Bendungan Ciawi (Cipayung)”.

D.2 Pengumpulan Data


Untuk kebutuhan kegiatan “Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry
Dam Bendungan Ciawi (Cipayung)”, dibutuhkan data sekunder sebagai
penunjang. Data yang harus dikumpulkan tersebut antara lain meliputi:
1. Gambar pasca konstruksi (as built drawing)
2. Data hidrologi
3. Dokumen desain
4. Pelaksanaan konstruksi dan riwayat OP
5. Data Pemantauan
6. Laporan Inspeksi sebelumnya
7. Sistem OP
8. Rencana Tindak Darurat (RTD)
9. Laporan-laporan studi terdahulu
Setelah terkumpul data tersebut dikaji dan dievaluasi serta dianalisis sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Data sekunder yang telah diperoleh tidak semuanya akan bisa memberikan
informasi yang baik bagi kegiatan “Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry
Dam Bendungan Ciawi (Cipayung)” , ini, untuk itu perlu dievaluasi terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai bahan studi atau analisis. Untuk mengevaluasi data
sekunder akan dilakukan dengan beberapa metode statistik yang sudah lazim dipakai
dalam kegiatan studi, maupun melakukan uji validitas berdasarkan kondisi empiris
maupun acuan dari para Pakar.
Adapun data yang penting untuk dikumpulkan antara lain, daftar simak inspeksi
yang terdiri dari:
a) Izin Penggunaan SDA
Dalam rangka pembangunan bendungan diperlukan izin penggunaan
sumber daya air.
Izin penggunaan sumber daya air diberikan oleh:

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-14


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

a. Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional;
b. Gibernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/ kota; dan
c. Bupati/ walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai
dalam satu kabupaten/ kota.
Izin penggunaan sumberdaya air diberikan berdasarkan permohonan dari
pembangun bendungan. Permohonan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan Administratif
Persyaratan administrative meliputi dokumen:
 Permohonan izin penggunaan sumber daya air;
 Identitas Pembangunan bendungan; dan
 Izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-perundangan.
b. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis berupa rekomendasi teknis dari unit pelaksana teknis
yang membidangi sumber daya air pada wilayah sungai yang
bersangkutan.
Berdasarkan permohonan izin penggunaan sumber daya air yang memenuhi
kelengkapan persyaratan, dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan
diterima, Menteri, Gubernur, atau Bupati/ Walikota sesuai dengan kewenangannya
dalam pengelolaan sumber daya air harus mengeluarkan keputusan untuk memberikan
izin atau menolak ermohonan izin. Menteri, Gubernur, atau Bupati/ Walikota harus
menyampaikan alasan penolakan secara tertulis jika keputusan yang diberikan adalah
ditolak.
Izin paling sedikit memuat:
a. Identitas Pembangun bendungan;
b. Lokasi penggunaan sumber daya air;
c. Maksud dan tujuan pembangunan dan pengelolaan bendungan;
d. Jenis dan tipe bendungan yang akan dibangun;
e. Volume air dan/ atau jumlah daya air;
f. Rencana penggunaan sumber daya air;
g. Ketentuan hak dan kewajiban; dan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-15


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

h. Jangka waktu berlakunya izin.


Jangka waktu dipertimbangkan berdasarkan rencana keuangan investasi
pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta
waduknya.
Jangka waktu izin penggunaan sumber daya air dapat diperpanjang dengan
mengajukan permohonan secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum jangka
waktu izin berakhir. Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun setelah mendapat
izin penggunaan sumber daya air, pembangun bendungan harus mengajukan
permohonan persetujuan prinsip pembangunan bendungan.
Tabel E. 1 Contoh Form Surat Permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-16


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-17


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-18


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-19


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

b) Persetujuan Prinsip Pembangunan Bendungan


Berdasarkan Permen No. 10 tentang Bendungan:
Persetujuan Prinsip Pembangunan Pasal 14
(1) Permohonan persetujuan prinsip pembangunan bendungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), diajukan oleh
Pembangun bendungan kepada:
a. Menteri untuk pembangunan bendungan pada wilayah sungai
lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai
strategis nasional;
b. gubernur untuk pembangunan bendungan pada wilayah sungai
lintas kabupaten/ kota; dan
c. bupati/walikota untuk pembangunan bendungan pada wilayah
sungai dalam satu kabupaten/kota.
(2) Persetujuan prinsip pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),diberikan setelah Pembangun bendungan memperoleh izin
penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1).
Pasal 15 (1)
(1) Permohonan persetujuan prinsip pembangunan bendungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi dokumen:
a. permohonan persetujuan prinsip pembangunan;
b. identitas Pembangun bendungan; dan
c. izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. rekomendasi teknis dari unit pelaksana teknis yang membidangi
sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan;
b. dokumen studi kelayakan; dan c. dokumen pengelolaan lingkungan
hidup. - 11 –
(4) Dalam hal bendungan ditujukan untuk penampungan limbah
tambang, persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-20


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

ditambah dengan rekomendasi teknis dari instansi yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup
dan di bidang pertambangan.
Pasal 16
(1) Berdasarkan permohonan persetujuan prinsip pembangunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), yang memenuhi
kelengkapan persyaratan, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
permohonan diterima, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya mengeluarkan keputusan untuk memberikan
persetujuan atau menolak permohonan persetujuan.
(2) Penolakan permohonan persetujuan prinsip pembangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan secara tertulis
disertai dengan alasan penolakan.
(3) Dalam hal setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) bulan, Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya tidak
mengeluarkan keputusan, permohonan dinyatakan ditolak.
(4) Permohonan persetujuan prinsip pembangunan yang ditolak
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak menghilangkan kewajiban
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
untuk memberikan alasan tertulis.
Pasal 17
(1) Persetujuan prinsip pembangunan bendungan paling sedikit
memuat:
a. identitas Pembangun bendungan;
b. lokasi bendungan yang akan dibangun;
c. maksud dan tujuan pembangunan bendungan;
d. jenis dan tipe bendungan yang akan dibangun;
e. ketentuan hak dan kewajiban; dan
f. jangka waktu berlakunya izin.
(2) Persetujuan prinsip pembangunan bendungan diberikan untuk
jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 1
(satu) kali untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. - 12 –
(3) Perpanjangan persetujuan prinsip pembangunan bendungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan berdasarkan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-21


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

rekomendasi teknis yang dikeluarkan oleh unit pelaksana teknis yang


membidangi sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan.
(4) Dalam hal pembangunan bendungan dilakukan untuk penampungan
limbah tambang, perpanjangan persetujuan prinsip pembangunan
diberikan selain berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), ditambah dengan rekomendasi teknis dari instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup
dan di bidang pertambangan.
Pasal 18
Tata cara pemberian persetujuan prinsip pembangunan bendungan
dilakukan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
c) Persetujuan Desain bendungan
Berdasarkan Permen PUPR Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan Pasal
19 ayat (1) menyatakan, Perencanaan pembangunan bendungan meliputi:
a. Studi kelayakan
b. Penyusunan desain
c. Studi pengadaan tanah
Penyusunan desain dilakukan melalui kegiatan survei dan investigasi.
Kegiatan survei dan investigasi dilakukan oleh Pembangun bendungan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Desain paling sedikit
memuat:
a. Gambar teknis rencana bedungan beserta bangunan pelengkapnya dan
fasilitas yang berkaitan dengan pembangunan bendungan dan peta
genangan;
b. Nota desain yang meliputi kriteria yang dipergunakan dalam menyusun
desain dan perhitungan gambar teknis;
c. Spesifikasi teknis yang meliputi ukuran yang harus dipenuhi untuk
mencapai kualitas pekerjaan yang disyaratkan dan peralatan yang
dipergunakan dalam pelaksanaan konstruksi;
d. Metode pelaksanaan yang paling sedikit meliputi cara pengelakan aliran
sungai, penimbunan tubuh bendungan, dan pemasangan peralatan
hidromekanikal; dan
e. Rencana anggaran biaya pelaksanaan konstruksi bendungan yang
meliputi perhitungan volume pekerjaan dan biaya.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-22


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Desain diajukan oleh Pembangun bendungan kepada Menteri untuk


memperoleh Persetujuan desain. Persetujuan desain diberikan Menteri
setelah mendapat rekomendasi dari Komisi Keamanan Bendungan.
Persetujuan desain diberikan Menteri setelah mendapat rekomendasi dari
Komisi Keamanan Bendungan.
Pengajuan persetujuan desain harus memenuhi persyaratan berikut ini:
a. Persyaratan Administratif
Persyaratan administratif meliputi dokumen:
 Permohonan Persetujuan Desain;
 Identitas Pembangunan Bendungan; dan
 Izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
b. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis meliputi dokumen:
 Gambar teknis rencana bendungan beserta bangunan pelengkapnya
dan fasilitas yang berkaitan dengan pembangunan bendungan serta
peta genangan;
 Nota desain yang meliputi kriteria yang dipergunakan dalam
penyusunan desain dan perhitungan gambar teknis;
 Spesifikasi teknis yang meliputi ukuran yang harus dipenuhi untuk
mencapai kualitas pekerjaan yang disyaratkan dan peralatan yang
dipergunakan dalam pelaksanaan konstruksi;
 Metode pelaksanaan yang paling sedikit meliputi cara pengelakan
aliran sungai, penimbunan tubuh bendungan, dan pemasangan
peralatan hidromekanikal; dan
 Rencana anggaran biaya pelaksanaan konstruksi bendungan yang
meliputi perhitungan volume pekerjaan dan biaya.
Dalam surat permohonan persetujuan harus dijelaskan maksud dan
tujuan pembangunan bendungan.
Studi pengadaan tanah dituangkan dalam dokumen pengadaan tanah
yang paling sedikit memuat:
 Lokasi tanah yang diperlukan;
 Peta dan luasan tanah;
 Status dan kondisi tanah;

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-23


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

 Rencana pembiayaan.
Dalam hal pembangunan bendungan memerlukan lahan pada Kawasan
permukiman, perencanaan pembangunan bendungan perlu dilengkapi
dengan studi pemukiman kembali penduduk. Studi pemukiman kembali
penduduk paling sedikit memuat:
 Data jumlah penduduk yang akan dimukimkan kembali;
 Kondisi social, ekonomi, dan budaya penduduk yang akan dimukimkan
kembali;
 Kondisi lokasi rencana pemukiman kembali penduduk;
 Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk sekitar lokasi rencana
pemukiman kembali;
 Rencana tindak;
 Rencana pembiayaan; dan
 Pemberian ganti rugi berupa uang dan/ atau tanah pengganti.
Dalam hal perencanaan pembangunan bendungan berada dalam
kawasan hutan, ketentuan mengenai studi kelayakan, penyusunan
desain, dan studi pengadaan tanah dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan bidang kehutanan.
d) Dokumen Studi Pengadaan Tanah dan Studi Permukiman Kembali
Dokumen perencanaan pengadaan tanah mencakup administratif,
ketentuan teknis, dan tahapan penyusunan dokumen perencanaan
pengadaan tanah yang diperuntukkan bagi tim yang ditunjuk/dibentuk oleh
instansi yang memerlukan tanah untuk keperluan infrastruktur PUPR.
Persyaratan dokumen perencana pengadaan tanah memuat:
a. Maksud dan tujuan rencana pembangunan
Dimaksudkan untuk menguraikan gambaran secara umum yang ingin
dicapai dari rencana pembangunan untuk kepentingan umum, dan
memiliki tujuan untuk menguraikan hal-hal spesifik yang akan dicapai
untuk dapat mewujudkan maksud rencana pembangunan untuk
kepentingan umum.
Manfaatnya ialah dapat menguraikan kegunaan yang akan diperoleh
masyarakat umum dari rencana pembangunan untuk kepentingan
umum, dan memiliki dasar uraian maksud, tujuan, dan manfaat yang
berdasarkan pada analis; rencana pembangunan jangka mengengah

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-24


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; rencana strategis kementerian


pekerjaan umum dan perumahan rakyat; dan rencana kerja kementerian
pekerjaan umum da perumahan rakyat.
b. Kesesuaian dengan RTRW dan rencana pembangunan nasional atau
daerah
Lokasi rencana pembangunan yang berdasarkan pada rencana tata
ruang wilayah nasional, provinsi, dan/atau kabupaten/kota, dan prioritas
pembangunan (RPJM, rencana kerja kementerian PUPR, dan rencana
strategis kementerian PUPR).
Kesesuian lokasi rencana pembangunan dengan RT RW dan prioritas
pembangunan dapat diperoleh dari koordinasi dengan pemerintah
daerah dan instansi terkait lainnya. Untuk rencana pembangunan yang
belum ditetapkan dalam RTRW dan/atau prioritas pembangunan, maka
Kementerian PUPR segera berkoordinasi lebih lanjut dengan pemerintah
daerah dan instansi terkait lainnya untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut. Dan dokumen perencanaan pengadaan tanah yang dialmpiri
dengan peraturan RTRW dan prioritas lokal rencana pembangunan yang
telah ditetapkan lengkap dengan peta.
c. Letak tanah
Menggunakan wilayah administrasi Negara pengadaan tanah berada
(provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa atau kelurahan);
dituangkan dalam peta rencana lokasi pembangunan dengan
menggunakan skala 1:50.000. dan peta rencana lokasi merupakan peta
rupa bumi yang memuat batas wilayah administrasi dari provinsi,
kabupaten/kota, dan desa/kelurahan.
d. Luas tanah yang dibutuhkan
Perkiraan luas tanah yang dibutuhkan dalam pengadaan tanah dalam
satuan meter persegi (m 2). Perkiraan luas tanah diuraikan berdasarkan
perkiraa luas tanah yang dibutuhkan per wilayah administrasi rencana
pengadaan tanah berada yang terdiri dari desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota, dan provinsi.
e. Gambar umum status tanah
Menguraikan data awal mengenai penguasaan dan pemilikan atas
tanah, data pemilik yang berhak (bidang tanah, nama pemiliki, status

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-25


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

kepemilikan, peruntukan tanah, dan objek pengadaan lahan lainnya).


Pengumpulan data dilaksanakan melalui survey lapangan dan
wawancara langsung dengan masyarakat yang terindikasi terkena
pengadaan tanah. Data pemiliki yang berhak dituangkan dalam bentuk
tabel dan peta data awal yang memuat informasi bidang tanah, nama
pemilik, dan objek pengadaan tanah lainnya.
f. Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah
 Jangka waktu tahap persiapan: sejak pembuatan dokumen perencanaan
pengadaan tanah sampai penetapan dokumen perencanaan.
 Jangka waktu tahap perencanaan menguraikan jangka waktu
pelaksanaan: sejak diterimanya dokumen perencanaan pengadaan
tanah oleh gubernur sampai pengumuman penetapan lokasi.
 Jangka waktu tahap pelaksanaan menguraikan perkiraan jangka waktu
pelaksanaan kegiatan sejak diterimanya permohonan pelaksanaan
pengadaan tanah oleh kepala kanwil BPN sampai penyerahan dokumen
pengadaan tanah ke Kementerian PUPR.
 Jangka waktu tahap penyerahan hasil menguraikan perkiraan angka
waktu pelaksanaan kegiatan: sejak pengajuan persertifikatan oleh
Kementerian PUPR sampai dikeluarkannya sertfikat.
g. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan
Menguraikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
pembangunan. Waktu pelaksanaan adalah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap tahapan pekerjaan pembangunan.
h. Rencana penganggaran
 Biaya operasional dan biaya pendukung ialah biaya yang diperlukan
untuk penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.
 Besaran satuan biaya yang digunakan untuk biaya operasional dan
biaya pendukung dalam rangka kegiatan pada tahapan perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan penyerahan hasil.
 Menguraikan besaran dana, sumber dana, dan rincian alokasi dana
untuk perencanaan, persiapan, pelaksanaan, penyerahan hasil,
administrasi dan pengelolaan, serta sosialisasi.
i. Perkiraan nilai tanah

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-26


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Menguraikan perkiraan nilai ganti kerugian obyek pengadaan meliputi


tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda
yang berkaitan dengan tanah, dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai.
Dihitung berdasarkan standar penilaian nilai ganti kerugian pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum atau standar
penilaian tanah lainnya. Penilaian dapat melibatkan penilai public,
instansi terkait, atau lembaga lainnya yang berkompeten dalam
penilaian tanah.

e) Izin Pelaksanaan Konstruksi Bendungan


Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun setelah mendapat
persetujuan desain, pembangunan bendungan harus mengajukan
permohonan izin pelaksanaan konstruksi bendungan. Pembangunan
bendungan meliputi tahapan:
a. Persiapan pembangunan;
b. Perencanaan pembangunan;
c. Pelaksanaan Konstruksi; dan Pengisian awal waduk.
Pelaksanaan konstruksi bendungan wajib dilakukan berdasarkan izin
pelaksanaan konstruksi yang diberikan oleh Menteri. Izin pelaksanaan
konstruksi bendungan diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan
oleh Pembangun bendungan. Pengajuan permohonan izin pelaksanaan
konstruksi bendungan oleh pembangun bendungan silakukan paling lama 5
(lima) tahun sejak diberikan persetujuan desain oleh Menteri. Permohonan
harus memenuhi:
a. Persyaratan Administratif
Persyaratan administratif meliputi dokumen:
 Permohonan izin pelaksanaan konstruksi;
 Pernyataan dari pembangun bendungan mengenai tersedianya lahan
untuk lokasi bendungan, sumber material, dan jalan akses menuju
lokasi bendungan; dan
 Izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Persyaratan Teknis
Persyaratan administratif meliputi dokumen:

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-27


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

 Desain bendunga yang telah mendapat persetujuan;


 Studi pengadaan tanah; dan
 Pengelolaan lingkungan hidup.
Berdasarkan permohonan izin pelaksanaan konstruksi, yang memenuhi
kelengkapan persyaratan, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak permohonan diterima, Menteri memberi izin atau menolak permohonan
izin. Penolakan permohonan izin pelaksanaan konstruksi harus disampaikan
secara tertulis disertai dengan alasan penolakan. Izin pelaksanaan konstruksi
paling sedikit memuat:
a. Identitas Pembangun Bendungan;
b. Lokasi bendungan yang akan dibangun;
c. Maksud dan tujuan pembangunan bendungan;
d. Jenis dan tipe bendungan yang akan dibangun;
e. Gambar dan spesifikasi teknis;
f. Jadwal pelaksanaan konstruksi;
g. Metode pelaksanaan konstruksi;
h. Ketentuan hak dan kewajiban; dan
i. Jangka waktu berlakunya izin.
Dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya izin pelaksanaan
konstruksi, Pembangun bendungan wajib melakukan pelaksanaan konstruksi
sesuai dengan jadwal pelaksanaan konstruksi. Dalam hal terjadi keadaan
tertentu yang mengakibatkan penyelesaian konstruksi tidak dapat dipenuhi
sesuai dengan jadwal pelaksanaan knstruksi, pemberi izin dapat memberikan
perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi. Tata cara pemberian izin
pelaksanaan konstruksi bendungan dilakukan sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri.
Berdasarkan izin pelaksanaan konstruksi dilakukan pelaksanaan konstruksi.
f) Rencana Pengelolaan Bendungan
Kegiatan pengelolaan bendungan dibagi menjadi operasi, pemeliharaan,
serta pemantauan dan pemeriksaan. Operasi yang dilakukan pengelola
bendungan meliputi pengoperasian peralatan sipil, elektris, dan
hidromekanis yang terpasang pada bendungan. Pemeliharaan yang
dilakukan secara rutin dibagi menjadi pemeliharaan hidromekanikal,
pemeliharaan tubuh bendungan dan pelimpah, serta pemeliharaan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-28


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

instrumentasi. Sedangkan pemantauan dan pemeriksaan dilakukan untuk


pengukuran dan pembacaan terkait aspek perilaku bendungan.
g) Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Beserta Waduknya
Selama pelaksanaan konstruksi, Pembangun bendungan harus menyiapkan
dokumen:
a. Rencana pengisian awal waduk;
b. Rencana pengelolaan bendungan;
c. Rencana pembentukan unit pengelola bendungan;
d. Rencana tindak darurat.
Rencana pengelolaan bendungan ditujukan sebagai acuan dalam
pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya.
Rencana pengelolaan bendungan memuat pedoman operasi dan
pemeliharaan bendungan beserta waduknya. Pedoman operasi dan
pemeliharaan bendungan beserta waduknya paling sedikit memuat tata cara
pengoperasian fasilitas bendungan dan pemeliharaan bendungan beserta
waduknya. Pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan beserta
waduknya dapat ditinjau dan dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam
waktu 5 (lima) tahun. Hasil peninjauan dan evaluasi menjadi dasar
penyempurnaan pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan beserta
waduknya. Penyusunan pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan
beserta waduknya dilakukan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri.
Dalam rencana pengelolaan bendungan diperuntukkan bagi bendungan
pengelolaan sumber daya air, rencana pengelolaan bendungan dilengkapi
dengan pola operasi waduk.
Operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya terdiri atas:
a. Operasi dan pemeliharaan bendungan;
Operasi bendungan dilakukan dengan mengatur keluaran air waduk guna
pemenuha kebutuhan air di hilir, pengendalian banjir, dan pengamanan
bendungan pada keadaan darurat atau luar biasa. Operasi bendungan
meliputi:
 Operasi normal, untuk memenuhi kebutuhan air dihilir;
 Operasi banjir, untuk pengendalian muka air banjir di waduk dan
pengendalian banjir di hilir; dan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-29


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

 Operasi darurat, untuk penurunan muka air waduk secara cepat pada
kondisi darurat.
Dalam hal terjadi keadaan darurat atau situasi luar biasa, operasi
bendungan beserta waduknya diutamakan untuk tujuan keamanan
bendungan dan keselamatan lingkungan hidup.
Pemeliharaan meliputi:
 Pemeliharaan pencegahan, ditujukan untuk mencegah terjadinya
kerusakan dan kemunduran mutu bendungan dan bangunan
pelengkapnya, serta memperpanjang umur manfaat. Pemeliharaan
pencegahan dilakukan:
 Secara rutin (pemeliharaan rutin); dan
 Secara berkala atau terjadwal (pemeliharaan berkala).
 Pemeliharaan luar biasa, dilakukan berdasarkan kebutuhan diluar
jadwal pemeliharaan yang telah ditetapkan, ditujukan untuk perbaikan
kerusakan yang disebabkan oleh kemunduran mutu, banjir, gempa
bumi, kemacetan peralatan, kegagalan (structural, hidrolis, rembesan,
operasi, dll), vandalism, dan lain sebagainya. Pemeliharaan luar biasa
meliputi:
 Pemeliharaan perbaikan (repair, remedial work);
 Pekerjaan perkuatan; dan
 Rehabilitasi.
b. Pemeliharaan waduk; dan
Pemeliharaan waduk dimaksudkan untuk:
 Mempertahankan fungsi waduk sesuai dengan umur layan;
 Menjaga kuantitas dan kualitas air waduk; dan
 Menjaga keamanan bendungan.
c. Pemantauan bendungan;
Pemantauan bendungan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gejala permasalahan pada bendungan secara dini guna pengambilan
tindakan oleh pengelola bendungan secara cepat dan tepat.
Dokumen laporan akhir pelaksanaan konstruksi yang dibuat oleh
pembangun bendungan dipergunakan sebagai salah satu acuan dalam
pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bendungan. Izin operasi

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-30


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

bendungan diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh


Pengelola bendungan.
Operasi dan pemeliharaan bendungan dimaksudkan untuk:
a. Mengoptimalkan pendayagunaan air dan daya air; dan
b. Menjaga keamanan bendungan.
h) Pola Operasi Waduk
Untuk bendungan kering (dry dam) merupakan bendungan yang
memiliki fungsi tunggal yaitu pengendalian banjir. Dry Dam umumnya
tidak memiliki pintu ataupun turbin yang berfungsi sebagai layanan
irigasi/air baku maupun PLTA. Jika ada pintu umumnya merupakan
pintu emergency spillway ataupun pintu untuk keperluan OP.
Sebagaimana di Bendungan Ciawi yang berfungsi sebagai pengendali
banjir, air akan keluar secara terkontrol melalui conduit saat musim
penghujan. Sebaliknya bendungan akan kering (tidak ada tamping) saat
musim kemarau.
Dari jenis operasinya, operasi waduk dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Operasi Normal. Pada Bendungan Ciawi tidak terdapat fungsi
alokasi air. Sehingga operasi normal tidak ada.
2. Operasi Banjir. Pengaturan air melalui pintu pelimpah pada saat
tertentu (musim penghujan) untuk mengendalikan kapasitas sungai
di hilir bendungan. Bendungan Ciawi tidak memiliki pintu pengatur,
sehingga operasi banjir hanya bersifat informasi mengenai
hubungan banjir di bendungan dengan Bendung Katulampa.
3. Operasi Darurat. Pada bendungan Ciawi pengaturan air dalam
kondisi darurat melalui conduit atau pelimpah secara cepat untuk
mengurangi ancaman bahaya keruntuhan bendungan. Pembahasan
operasi darurat mengacu pada dokumen Rencana Tindak Darurat.

Pola Operasi Waduk


Sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa Bendungan Ciawi hanya
berfungsi sebagai pengendali banjir tidak ada untuk layanan alokasi air.
Maka pada Bendungan Ciawi tidak ada rule curve. Oleh karena itu
pada bagian ini dijelaskan mengenai singkat mengenai konsep
pengendalian banjir.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-31


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Bendungan Ciawi direncanakan sebagai pengendali banjir Sungai


Ciliwung. Kendala utama dalam pengendalian banjir adalah volume
tampungan yang relatif kecil. Reduksi banjir dengan memanfaatkan
tampungan di atas pelimpah seperti bendungan pada umumnya tidak
mungkin dilakukan, karena reduksi banjir yang dihasilkan akan sangat
kecil.
Dengan alasan di atas maka dilakukan rekayasa konstruksi bendungan.
Pada Bendungan Ciawi terdapat conduit yang berfungsi mengalirkan air
dengan pengaliran bebas saat muka air masih dibawah elevasi puncak
conduit. Saat musim penghujan conduit tersebut berfungsi untuk
memotong puncak banjir. Mengingat kebutuhan untuk reduksi banjir,
maka konsep pengendalian pada Bendungan Ciawi sebagai berikut :

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-32


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

1) Merubah pola aliran sungai yang dalam kondisi existing mengalir


melalui alur sungai alam dengan lebar rata-rata dasar sungai 13-
15 m, menjadi aliran yang terkontrol dengan membuat bendungan
dimana air dialirkan melalui conduit.
2) Akibat dari sistem tersebut, maka kapasitas pengeluaran yang
melalui conduit akan lebih kecil dibanding dengan sungai alam,
sehingga air yang mengalir ke hilir sampai Bendungan Katulampa
juga lebih kecil.
3) Fungsi bendungan dalam kondisi di atas adalah menahan elevasi
muka air yang naik akibat debit out flow melalui conduit lebih kecil
dibanding debit inflow
4) Bendungan dilengkapi dengan pelimpah, sehingga apabila debit
banjir yang terjadi cukup besar, maka muka air waduk naik dan air
mengalir melalui pelimpah. Debit yang keluar ke hilir bendungan
adalah debit total yang mengalir melalui conduit dan melalui
pelimpah.
5) Untuk keamanan bendungan, maka tinggi bendungan ditentukan
berdasarkan penelusuran banjir debit periode ulang 1000 tahun dan
debit dikontrol dengan debit PMF.
Kondisi Aliran Sungai :
1) Kondisi 1 :
Untuk debit aliran rendah dengan debit aliran sungai lebih kecil dari
kapasitas conduit, maka tinggi air di muka conduit lebih rendah atau
sampai sama dengan tinggi conduit. Air akan mengalir dengan
kondisi bebas di dalam conduit.
2) Kondisi 2
Terjadi debit banjir yang melampui kapasitas conduit, air akan naik
tetapi masih di bawah elevasi mercu pelimpah. Air seluruhnya
mengalir melalui conduit dengan kondisi tekan.
3) Kondisi 3
Terjadi debit banjir yang melampui kapasitas conduit, air akan naik
dan melampaui elevasi mercu pelimpah. Air mengalir melalui conduit
dengan kondisi tekan dan melimpas melalui mercu pelimpah.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-33


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Kondui

Konduit Pengendali

Gambar E. 2 Konsep Pengendalian Banjir Bendungan Ciawi


Sumber : Sertifikasi Desain Sukamahi Ciawi, 2016
i) Rencana Tindak Darurat
Konsepsi keamanan bendungan terdiri dari 3 (tiga) pilar yaitu:
a. Keamanan struktur berupa aman terhadap kegagalan struktur,
aman terhadap kegagalan hidraulis, dan aman terhadap kegagalan
rembesan;
b. Operasi, pemeliharaan dan pemantauan; dan
c. Kesiapsiagaan tindak darurat.
Kesiapsiagaan tindak darurat ditujukan agar pengelola bendungan selalu
siap menghadapi kondisi terburuk dari bendungan yang dikelolanya.
Untuk memenuhi kesiapsiagaan tindak darurat, pengelola bendungan
melakukan:
a. Penyusunan rencana tindak darurat;
b. Penyiapan peralatan dan material untuk tindak darurat;
c. Pemutakhiran rencana tindak darurat sesuai kondisi terkini;
d. Penyiapan personal untuk pelaksanaan tindak darurat;
e. Sosialisasi terhadap unsur masyarakat yang terpengaruh potensi

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-34


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

kegagalan bendungan; dan


f. Sosialisasi terhadap pemerintah daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/ kota yang wilayahnya terpengaruh potensi
kegagalan bendungan.
Dalam menyusun rancangan rencana tindak darurat, pembangun
bendungan memperoleh masukan teknis dari pengelola sumber daya air
pada wilayah sungai dan masukan dari unsur masyarakat yang
terpengaruh terhadap potensi kegagalan bendungan. Rancangan
rencana tindak darurat disampaikan kepada unit pelaksana teknis
bendungan untuk memperoleh saran teknis. Rancangan rencana tindak
darurat paling sedikit memuat Tindakan:
a. Pengamanan bendungan; dan
b. Penyelamatan masyarakat serta lingkungan.
Rancangan rencana tindak darurat harus dilengkapi dengan analisis
keruntuhan bendungan. Rencana tindak darurat yang telah disusun
dikonsultasikan kepada bupati/ walikota dan gubernur yang wilayahnya
terpengaruh potensi kegagalan bendungan untuk memperoleh
persetujuan rencana penyelamatan masyarakat. Dalam hal pengaruh
potensi kegagalan bendungan, meliputi wilayah sungai lintas negara,
rencana tindak darurat dikonsultasikan kepada bupati/ walikota dan
gubernur yang wilayahnya terpengaruh potensi kegagalan bendungan
serta Menteri. Rencana tindak darurat hasil konsultasi, diajukan oleh
Pembangun bendungan kepada Pemilik bendungan untuk ditetapkan.
Rencana tindak darurat ditetpakan untuk setiap bendungan.
Dalam hal pada satu daerah aliran sungai terdapat lebih dari satu
bendungan, rencana tindak darurat untuk setiap bendungan harus
merupakan satu kesatuan rencana tindak darurat. Apabila suatu
bendungan dibangun pada daerah aliran sungai yang sudah terdapat
bendungan, penyusunan rencana tindak darurat untuk bendungan yang
dibangun, selain mengikutsertakan instansi teknis dan unsur masyarakat,
harus mengikutsertakan Pengelola bendungan yang sudah ada. Rencana
tindak darurat untuk bendungan yang sudah ada, harus disesuaikan agar
menjadi satu kesatuan dengan rencana tindak darurat bendungan
lainnya.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-35


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Apabila pada satu daerah aliran sungai dibangun lebih dari satu
bendungan dalam waktu bersamaan, penyusunan rencana tindak darurat
dilakukan secara terkoordnasi antarpara Pembangun bendungan
sehingga rencana tindak darurat setiap bendungan menjadi satu
kesatuan rencana tindak darurat.
Tindakan pengamanan bendungan dilakukan dengan cara:
a. Memberitahukan kepada pihak terkait dengan bendungan;
b. Mengoperasikan peralatan hidro-elektro mekanikan bendungan; dan
c. Melakukan upaya mencegahan keruntuhan bendungan.
Tindakan pengamanan bendungan dilakukan oleh Pengelola bendungan.
Tindakan penyelamatan masyarakat dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan. Rencana tindak darurat yang telah ditetapkan
harus disosialisasikan oleh Pembangun bendungan kepada unsur
masyarakat yang terpengaruh potensi kegagalan bendungan serta
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/ kota
yang wilayahnya terpengaruh potensi kegagalan bendungan.
Pengelola bendungan harus meninjau kembali rencana tindak darurat
apabila terjadi perkembangan kondisi sumber daya air, lingkungan, dan
perkembangan keadaan social di hilir bendungan. Berdasarkan hasil
peninjauan kembali rencana tindak darurat diajukan oleh Pengelola
bendungan kepada Pemilik bendungan untuk ditetapkan. Tata cara
penyusunan rencana tindak darurat dilakukan sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri.
j) Izin Pengisian Awal Waduk
Dalam pengajuan izin pengisian awal waduk, pemohon harus melengkapi
dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis seperti:
a. Dokumen administratif
1) Permohonan izin pengisian awal waduk
2) Identitas pemilik/pembangun bendungan
3) Rencana pembentukan unit pengelola bendungan
4) Izin lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5) Kesanggupan untuk penyediaan dana amanah dan rencana realisasi
penyedianya, bagi bendungan yang dibangun atau dimiliki oelh badan
usaha.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-36


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

b. Dokumen teknis
Dokumen teknis yang disiapkan meliputi:
1) Laporan akhir pelaksanaan konstruksi beserta evaluasinya
2) Laporan pelaksanaan penyiapan daerah genangan waduk
3) Rencana pengisian awal waduk, meliputi: rencana pelaksanaan
pengisian awal, rencana pemantauan selama pengisian awal, rencana
pengawasan dan pengendalian, serta kesiapan sumber daya manusia
dalam melaksanakan pengisian awal dan pemantauan bendungan.
4) Rencana pengelolaan bendungan
5) Rencana tindak darurat
k) As Built Drawing
As built drawing meruakan gambar yang sesuai dengan kondisi lapangan
yang telah selesai pengerjaannya. Proses pekerjaannya biasanya
Pembangun laksanakan pada akhir proyek konstruksi. Dalam
pelaksanaannya, ada kondisi bangunan yang harus berubah dan berbeda
dari gambar untuk menyesuaikan kondisi lapangan saat itu. Hal ini menjadi
salah satu alas an mengapa As built drawing perlu. As built drawing dapat
digunakan untuk operasi dan pemeliharaan dikemudian hari, sehingga
pihak yang melaksanakannya bisa mengetahui kondisi nyata bangunan dari
As built drawing. Dengan demikian, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan
dapat dilaksanakan dengan lebih cepat dan tepat.
l) Dokumen Laporan Hasil Akhir Pelaksanaan Konstruksi
Laporan akhir pelaksanaan konstruksi bendungan setidaknya memuat:
 Uraian mengenai maksud dan tujuan pembangunan bendungan.
 Lembar Informasi Bendungan (LIB) yang memuat informasi tentang
data pokok bendungan beserta waduknya.
 Pelaksanaan perbaikan pondasi dan evaluasinya.
 Pemasangan instrumentasi bendungan dan evaluasi data instrumentasi.
 Hasil uji mutu konstruksi dan evaluasinya.
 Evaluasi keamanan bendungan berdasar kondisi terbangun.
 Metode pelaksanaan yang paling sedikit meliputi cara pengelakan aliran
sungai dan penimbunan tubuh bendungan.
 Pelaksanaan pemasangan peralatan hidromekanikal dan elektrikal,
beserta laporan dan berita acara/sertifikat ujinya.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-37


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

 Pemasangan peringatan bahaya dini dan telemetri beserta ujinya.


 Gambar terbangun (as built drawing) dan peta genangan waduk,
termasuk daerah sempadan dan daerah sabuk hijau.
 Gambar peta geologi dan geologi teknik berdasar hasil observasi
terhadap galian pondasi.
 Laporan investigasi tambahan.
 Uraian revisi desain selama pelaksanaan konstruksi.
 Nota revisi desain yang terdiri dari kriteria desain, nota desain, dan nota
perhitungan desain yang dipergunakan dalam penyusunan revisi.
 Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
 Kejadian khusus (incident dan accident).
 Pembebasan lahan dan pengamanan terhadap lahan yang telah
dibebaskan.
 Pelaksanaan pengisian awal waduk, termasuk plugging dan pekerjaan
hidromekanik dan elektrik pada saluran pengelak, pemantauan dan
evaluasi pengisian awal.
m)Izin Operasi
Pelaksanaan operasi bendungan wajib dilakukan berdasarkan izin operasi
bendungan yang dikeluarkan oleh Menteri. Izin operasi bendungan
diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pengelola
bendungan. Permohonan yang diajukan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
 Persyaratan Administratif
Persyaratan administrative meliputi dokumen:
 Permohonan izin operasi bendungan;
 Identitas Pengelola bendungan;
 Keputusan pembentukan unit pengelola bendungan; dan
 Izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis berupa:
 Data teknis bendungan;
 Laporan pengisian waduk;
 Laporan analisis perilaku bendungan;

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-38


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

 Pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya;


dan
 Laporan kejadian khusus selama pengisian awal waduk.
Kemudian Menteri melakukan penilaian terhadap substansi persayaratan
teknis menunjuk Komisi Keamanan Bendungan untuk melakukan
penilaian dan memberikan rekomendasi. Penilaian dilaksanakan dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan. Dalam hal berdasarkan hasil
penilaian, persyaratan teknis pengoperasian bendungan belum dipenuhi,
Pengelola bendungan harus memperbaiki persyaratan teknis
pengoperasian dan menyampaikan kembali perbaikan persyaratan
teknis kepada Menteri dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan
sejak permohonan izin dikembalikan kepada Pengelola bendungan.
Izin operasi bendungan paling sedikit memuat:
a. Identitas Pengelola bendungan;
b. Lokasi bendungan yang dibangun;
c. Maksud dan tujuan pembangunan bendungan;
d. Jenis dan tipe bendungan yang dibangun;
e. Rencana operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya;
dan
f. Ketentuan hak dan kewajiban.
Tata cara pemberian izin operasi bendungan serta pelaksanaan operasi
dan pemeliharaan bendunga beserta waduknya dilakukan sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
n) Penetapan Status Penggunaan (PSP)
Penetapan status penggunaan merupakan pernyataan pembuktian
kewenangan penggunaan dan kewajiban pengelolaan BMN yang
merupakan pembuktian legalitas BMN itu sendiri.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-39


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

D.3 Survei dan Inventarisasi


a. Pemeriksaan Visual Bendungan.
Pemeriksaan visual bendungan adalah pemeriksaan yang harus dilakukan
oleh konsultan dalam pekerjaan ini adalah pemeriksaan menyeluruh
terhadap komponen bendungan dan bangunan pelengkapnya dan
pemeriksaan secara khusus terhadap komponen bendungan yang mengalami
perubahan dan atau gejala kerusakan.
Pemeriksaan yang dilakukan secara visual pada bendungan, yang
merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dalam rangka kegiatan
pemantauan (monitoring) terhadap keselamatan bendungan. Kegiatan ini
mengacu pada PP No. 37 Tahun 2010, Permen PY No. 72/PRT/1997 tentang
Kemananan Bendungan, pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan
Bendungan (Maret, 2003) serta Pedoman Operasional Monitoring Bendungan
pasal 11.3 tentang Pemeriksaan Lapangan Secara Visual.
Pemeriksaan visual pada obyek inspeksi yang berada di atas permukaan
tanah dan air seperti:
- Pemeriksaan permukaan tubuh bendungan, bangunan pelengkap,
tebing tumpuan, peralatan hidromekanik, conduit dan lain- lain.
- Permukaan lereng hulu bendungan: periksa kemungkinan adanya
lubang, longsoran, kemerosotan mutu lapis lindung lereng dan lain –
lain.
- Kolam peredam energi dan kolam loncat air: periksa kemungkinan
adanya erosi dan gerusan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-40


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

- Muka hulu bendungan: periksa kemungkinan adanya retakan,


kemerosotan mutu, bukaan sambungan yang berakibat peningkatan
rembesan/bocoran, dan lain – lain.
Inspeksi Visual dilakukan secara periodik dan berkesinambungan guna
mendapatkan data visual tentang kondisi terkini di lapangan mengenai
Bendungan Ciawi dilihat dari aspek keselamatan dan segi kelaikannya.
Pemeriksaan visual penting dilakukan, karena tidak semua perubahan
kondisi dan perilaku bendungan dapat diperkirakan dari hasil pengukuran
atau pembacaan instrumen. Pekerjaan ini menghasilkan data dan informasi
bagi pihak yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan
sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya masing-masing.
Maksud pekerjaan inspeksi visual adalah untuk mengetahui sedini mungkin
tentang kondisi terkini di lapangan mengenai bendungan, bangunan
pelengkap dan fasilitasnya dengan tujuan apabila ditemui hal-hal yang
abnormal (anomali) dan gejala-gejala lain yang dapat mengancam
keselamatan bendungan maka dapat segera mungkin diambil tindakan
pencegahan dan pengurangan resiko yang dapat mengancam keamanan dan
keselamatan bendungan.
Dalam rangka mendapatkan informasi yang berkesinambungan,
pengambilan foto dilakukan pada titik dan arah yang sama. Dengan
demikian perkembangan ataupun perubahan yang terjadi di suatu tempat
dapat dipantau secara berurutan tiap enam bulan. Namun demikian
pengambilan foto juga dilakukan pada lokasi-lokasi lainnya yang dianggap
penting atau adanya kejadian khusus.
Langkah-langkah yang dilakukan terhadap suatu temuan di lapangan pada
saat inspeksi visual adalah SIMPLE yaitu :
a) Sketch : Menggambar / Sket yang menerangkan suatu temuan di
lapangan.
b) Investigate : Menyelidiki lebih lanjut terhadap suatu temuan di
lapangan.
c) Measure : Mengukur dimensi terhadap suatu temuan di lapangan
seperti retakan, longsoran, debit bocoran dan sebagainya.
d) Photograph : Mengambil gambar/foto suatu temuan di lapangan.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-41


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

e) Locate : Menandai lokasi/tempat suatu temuan di lapangan dikaitkan


dengan obyek-obyek yang mudah dikenali seperti patok geser,
piezometer, Observation Well dan sebagainya.
f) Engage : Mengikusertakan ahli atau engineer yang berpengalaman
dalam inspeksi visual untuk dijadikan nara sumber dalam konsultasi
setiap permasalahan yang ada. Dalam hal ini adalah tenaga senior
yang ada di PJT II.
Berikut ini contoh arah pemotretan baku (namun tidak terbatas pada arah ini
saja) yang dilakukan di Bendungan Utama Ir.H.Djuanda.
 

Gambar E. 3 Contoh Arah Pemotretan Baku pada saat Inspeksi Visual


Sumber: Google Earth
Alat-alat serta bahan yang biasa digunakan dalam inspeksi visual meliputi :
a) Kendaraan roda empat
b) Kamera
c) Handy Cam
d) Meteran 50 m dan 5 m
e) Alat Tulis
f) Kaos Tangan
g) Handheld GPS (Alat Penentu Posisi Global)
Tabel E. 2 Contoh Form Inspeksi Visual

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-42


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

LAMPIRAN 3. FORMAT ISIAN PEMERIKSAAN / INSPEKSI VISUAL


(FORMAT CATATAN PEMERIKSAAN BENDUNGAN)

Bendungan : No. Registrasi : Tanggal :


Pemilik / Pengelola Bendungan Elevasi Muka Air :
Kondisi Cuaca :
Bendungan (embankment / urugan)
Tinggi : Panjang :
Jalan masuk ke bendungan :
Lebar ? Kondisi perkerasan ?
Penerangan ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Puncak :

Kondisi jalan puncak (retak, alur / bekas lindasan,


genangan air) ?
Kondisi jalan masuk ke puncak ?
Pelurusan tepi hulu ?
Pelurusan tepi hilir ?
Batu pinggir ? Perkerasan ?
Pembatas tepi ?
Parapet ? Tanda jarak ? Penerangan ?
Kondisi pagar pengaman (Guard Rail)
Ada tanda penurunan. Y/T Dimana ?
Tanda-tanda pergeseran
(displacement). Y/T Di hulu atau hilir ?
Kondisi drainasi ? Lubang benam ?
Vegetasi ? Liang hewan ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Lereng Hulu (Upstream Face) :


Permukaan Tanah
Tanda-tanda gerakan ?
Tonjolan ? Lubang perosokan (sink holes) ?
Retakan ? Longsor ?
Erosi ? Penurunan ?
Dimana ? Kedalaman, lebar dan panjang
retakan
Pelurusan garis air ?
Kontak dengan tebing kanan ?
Kontak dengan tebing kiri ?
Tangga, Trap ?
Jalan ke waduk ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-43


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Bendungan : No. Registrasi : Tanggal :


Batu lapis Lindung (Rip-Rap)
Tanda-tanda gerakan ?
Pelapukan ? Erosi ?
Longsor di bawah muka air Tinggi ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Lereng Hilir
Permukaan Tanah :

Tanda-tanda gerakan ?
Tonjolan ? Lubang benam (sinkholes) ?
Retakan ? Erosi ? Penurunan ?
Terkelupas dimana ? Kedalaman, lerbar
dan panjang retakan ?
Longsor di bawah muka air buri ?
Slump ? Liang hewan ?
Alur lintasan binatang ternak ?
Tangga, Trap ?
Kontak dengan tebing kanan ?
Kontak dengan tebing kiri ?
Drainase sirip ? Parit drainase ?
Berm ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Tanda-Tanda Rembesan ?
Dimana ? Kuantitas ?
Warna ? Butiran dalam ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Kondisi Tumbuh-tumbuhan ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-44


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Bendungan : No. Registrasi : Tanggal :


Permukaan Tanah

Perkuatan batu kosong


Dinding saluran ? Lantai saluran ?
Pipa drainase ?
Kontak antar bagian ?
Hubungan dengan V-notch ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Instrumentasi
Piezometers
Dimana ?
Jumlah ?
Jenis ?
Kondisi ?
Alat Ukur Penurunan
Dimana ?
Jumlah ?
Jenis ?
Kondisi
Pengukuran Rembesan / Kebocoran
Dimana ?
Jumlah ?
Jenis ?
Kondisi ?
Inklinometer
Dimana ?
Jumlah ?
Jenis ?
Kondisi ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-45


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Bendungan : No. Registrasi : Tanggal :


Daerah Hilir Bendungan
Tanda-tanda rembesan ?
Dimana ?
Kuantitas ? Dan Warna ?
Butiran dalam ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Pada Kaki Bendungan


Tanda-tanda Erosi ?
Gelembung Luap (Boiling)
Daerah basah ?
Dimana ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Saluran Pengeluaran
Ada endapan ? Ada penggerusan ?
Kondisi lereng ? Elevasi muka air ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Tebing Tumpuan Waduk


Lantai Hulu
Terlihat lubang benam atau penurunan ?
Ada longsoran ?
Terlihat tanda-tanda bobol ?
Ada retak ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Lereng
Terlihat lubang benam atau penurunan ?
Ada longsoran ?
Terlihat tanda-tanda bobol ?
Ada retakan ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Bangunan Pelimpah
Saluran Penghantar
Kondisi ?
Lantai dasar ?
Lereng / Tebing ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-46


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Bendungan : No. Registrasi : Tanggal :


Bendung Pelimpah
Kondisi ?
Pengelupasan ? Erosi ? Kavitasi ?
Dimana ?
Sampah, puing ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Dinding
Kondisi ?
Pengelupasan ? Erosi ? Kavitasi
Daerah basah ? Dimana ?
Kondisi sambungan ?
Kondisi saluran drainase ? Terhalang ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Saluran Luncur (Chute)


Kondisi ?
Pengelupasan ? Erosi ? Kavitasi ?
Retakan ? Daerah basah ? Dimana ?
Dinding ? Sambungan dinding ?
Lantai beton ?
Sambungan lantai beton ?
Sistem drainase ?
Dinding pengarah ?
Lereng di atas saluran ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Kolam Olak
Jenis ? Kondisi ?
Pengelupasan ? Erosi ?
Kavitasi ? Retakan ?
Daerah basah ? Dimana ?
Dinding ?
Sambungan dinding ?
Pelat lantai ?
Sambungan pelat lantai ?
Peredam enersi ?
Lereng di atas kolam ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-47


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Bendungan : No. Registrasi : Tanggal :


Bangunan Hidromekanikal
Kisi Sampah
Pintu ? Katup ? Jenis ?
Metode operasi ?
Manual ? Tenaga listrik ?
Operasi darurat bagaimana ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Kondisi ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Pengeluaran
Lokasi ?
Jenis ?
Akses / Jalan Masuk ?
Kondisi ?
Pengelupasan ? Erosi ? Kavitasi ?
Daerah Basah ? Dimana ?
Kondisi sambungan ?
Kondisi drainase ? Terhalang ?
Endapan ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

Konduit (Culvert)
Ukuran ? Kondisi ?
Pengelupasan ? Erosi ? Kavitasi ?
Lapisan basah ? Dimana ?
Kondisi sambungan ?
Kondisi drainase ? Terhalang ?
Endapan ?

Tindak lanjut : Pemantauan normal Peningkatan pemantauan Perlu Enjiner

b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan yang dilakukan secara khusus terhadap masalah yang timbul
pada suatu bendungan, seperti adanya longsoran, bocoran, penurunan yang
berlebihan retakan – retakan besar dan lain sebagainya.
Melaksanakan Pemeriksaan detail (investigasi) terhadap komponen
bendungan batu lapis lindung lereng hilir (Dam Rip – Rap) yang menunjukka
adanya perubahan geometric lereng dan atau gejala kerusakan.
Melaksanakan pemeriksaan detail (investigasi) di tubuh bendungan terjadi
sliding di bagian hilir tengah bendungan).
Melaksanakan pemeriksaan detail (investigasi) terhadap adanya pompanisasi
di tubuh bendungan (pompanisasi di hulu bendungan).
c. Survei Topografi
Untuk mendukung pekerjaan ini maka dilakukan survei pengambilan data
primer/lapangan melalui kegiatan survei topografi. Survei topografi yang

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-48


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

dilakukan yaitu, pemetaan situasi daerah genangan waduk dan sekitarnya,


daerah yang dipetakan meliputi:
- Daerah genangan waduk
- Daerah sekeliling genangan waduk sampai sejauh 100 m diukur dari
elevasi puncak mercu pelimpah
- Tubuh bendungan dan bangunan pelengkap serta sekitarnya.
1. Pemasangan Bench Mark
a. Benchmark diberi nomor dan ukuran sesuai ketentuan.
b. Benchmark tersebut harus dipasang sesuai dengan kriteria berikut:
- Titik-titik BM ditempatkan pada tanah keras, hindarkan di daerah
rawa, sawah, tegangan tinggi yang akan mempengaruhi
gelombang/sinyal GPS.
- Titik-titik Bm harus berada pada lokasi terbuka yang bebas
pandangan ke segala arah, sehingga alat penerima GPS dapat
menerima satelit kira-kira pada radius 15 derajat di atas horizon.
- Titik-titik BM harus ditempatkan di seluruh bagian embung
- Benchmark tidak harus saling kelihatan.
c. Semua BM harus dijelaskan selengkap mungkin, antara lain
mencakup:
- Sketsa ukuran penampang melintang BM yang dibuat.
- Lima foto BM dari arah utara, barat, selatan, timur, dan atas.
- Sketsa lokasi dengan jarak-jarak titik detail yang ada di sekitar BM.
- Sketsa gambaran umum lokasi lengkap dengan deskripsi
sekitarnya.
- Koordinat-koordinat titik BM akan ditambahkan pada deskripsi
apabila perhitungannya sudah selesai.
d. Titik-titik koordinat lainnya dibuat dari patok kayu yang kuat dengan
ukuran panjang sekurang-kurangnya 30 cm dengan penampang
melintang 5 x 5 cm. Ditempatkan hamper rata dengan permukaan
tanah, ujungnya diberi paku sehingga mudah ditemukan, untuk tanah
yang lebih lunak dibutuhkan ukuran panjang yang lebih dari 30 cm,
patok kayu tersebut harus tahan selama pengukuran berlangsung.
2. Pengamatan GPS
a. Alat ukur yang digunakan minimal 3 buah GPS geodetic model digital
yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1 ppm(H) dan 10 mm + 2 ppm(V).

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-49


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

b. Pengamanan receiver GPS geodetic dilakukan dengan cara Double


Difference berdasarkan data fase dengan metode static atau rapid
static dengan alat receiver GPS single frekuensi (L1) atau dual
frekuensi (L1 + L2).
c. Ketentuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut:
- Satelit yang diamati minimum 4 buah dalam kondisi tersebar.
- Besaran GDOP (Geometrical Dilution of Presicion) lebih kecil dari
8.
- Pengamatan dilakukan siang atau malam hari.
- Level aktivitas atmosfer dan ionosfer relatif sedang.
- Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline.
d. Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model
penentuan posisi relatif untuk menentukan komponan baseline antara
dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan
terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan
data dengan kecepatan dan epoh sama.
e. Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin
dari minimum 4 buah satelit dengan kecepatan minimum 4 epoh
dalam waktu 1 menit, masing-masing 15 detik.
f. Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS
yang berbeda dalam satu session.
g. Terdapat minimal 1 titik sekutu yang menghubungkan 2 session.
h. Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi di bawah 15
derajat.
i. Setelah session pengamatan seluruh data harus didownload dan
disimpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.
3. Pengukuran Poligon Utama
a. Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-
jaring tertutup dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1
Bakonsurtanal, kaki-kaki poligon harus sepanjang mungkin dan
sistem statip tetap (fixed tripod) untuk mendapatkan ketelitian yang
diisyaratkan.
b. Apabila mungkin titik-titik yang ada digunakan sebagai azimuth awal
dan azimuth akhir, titik-titik triangulasi yang digunakan harus saling
berhubungan dengan titik triangulasi yang lain.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-50


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

c. Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimuth


matahari. Jika titik-titik triangulasi yang sudah ada tidak terlihat lagi
dan/atau pada interval 25 titik di sepanjang masing-masing poligon.
d. Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh
hasil pengamatan sudut hoeizontal dan jarak yang teliti, poligon yang
melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk
menghindari lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada
pematang yang todak stabil.
e. Semua theodolite harus dalam keadaan baik dan setelannya akan
diperiksa terus selama pengamatan berlangsung. Kolimasi akan
diperiksa apabila melebihi 1’ (satu menit). Pelaksana pekerjaan harus
menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan
dan penyesuaian peralatan yang dilakukan.
f. Theodolite harus mampu mengukur sampai 1” (satu detik) dan
dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.
g. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat
melakukan sentring, maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah
kiap. Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap tersebut harus
tetap berada di satu titik, hanya target dan theodolite saja yang
berpindah atau berubah.
h. Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari
berikutnya mulai, sentering harus dilakukan dengan hati-hati. Hal
yang sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang di
tempat yang sama.
i. Kedudukan nivo kotak dan penguntuing optik harus sering diperiksa
dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-
penyesuaian dilakukan bilaman perlu.
j. Sebelum pengamatan dilakukan theodolite harus disetel sebaik-
baiknya. Pengukuran sudut horizontal dan jarak dilakukan minimum 2
kali pengamatan. Untuk satu kali pengamatan dilakukan sejumlah
pembacaan dengan urutan sebagai berikut:
- Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang
- Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan
- Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan
- Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-51


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Dua kali pengamatan diambil dari titik nol secara terpisah.


k. Ketelitian pengukuran poligon:
- Semua hasil pengamatan di reduksi di lapangan jika perbedaan
anatara keempat harga sudut yang diperoleh melebihi 5”, maka
harus dilakukan pengukuran ulang.
- Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimuth matahari harus
10” √n, dimana n adalah jumlah sudut. Jika kesalahan penutupnya
masih berada dalam toleransi, maka sudut itu akan disesuaikan
dengan azimuth matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui,
maka azimuth dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang dan
dicek.
- Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar
dari 1:10.000 dari panjang totalnya. Poligon akan dijaga agar tetap
pendek untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-
jaring atau bagian tidak lebih dari satu meter.

4. Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat ukur level automatic atau
level automatic digital dengan ketentuan berikut:
a. Sistem patok bench mark (BM) sudah terpasang sebelum dilakukan
pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke BM yang dibuat
setelah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.
b. Pengukuran digunakan alat rambu ukur metric dan tatakan rambu
yang terbuat dari metal. Untuk jaring sipat datar utama digunakan alat
sipat datar digital atau non digital.
c. Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari
dengan menggunakan 2 patok uji (peg test), mid-base, atau cara-
cara sejenis sampai dengan jarak 100 meter. Metode mid-base dicari
perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran di saat alat
ditempatkan di tengah harusdibandingkan dengan hasil ukuran di
saat alat ditempatkan di dekat salah satu titik.
Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan kolimasinya lebih
dari 0,05 mm/m. Nivo kotak dan kompensator otomatis juga harus
dicek secara teratur.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-52


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

d. Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap


pengukuran (kecuali pada BM). Juru ukur harus menginstruksikan
kepada pemegang rambu, agar rambu ukur selalu tepat vertikal
dengan menggunakan stafflevel atau carpenters level.
e. Metode stan ganda (double stand) pada pengukuran sifat datar tidak
boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50
meter. Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka,
untuk menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan
pembidikan silang (intermediate sight).
f. Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas
bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.
g. Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian
dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu
pengukuran sipat datar utama, antara lain: gorong-gorong, tangga
rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik
tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.
h. Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan
rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,
bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi harus dijumlahkan.
Perbedaan antara hasil bacaan belakang dan muka harus sama
dengan hasil beda tinggi (Δh). Hanya merupakan pengecekan
aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak terlihat karena
data yang tidak benar.
i. Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian
pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus
ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.
j. Ketelitian sipat datar sebagai berikut: jalur utama yang pada
umumnya merupakan jarring tertutup, harus diukur dua kali yaitu
pergi dan pulang, Perbedaan antara kedua harga untuk masing-
masing seksi harus kurang dari 7 √k mm, dimana k adalah jarak
dalam km antar BM tersebut.
Jalur sekunder yang umumnya terikat dengan titik-titik jaringan utama
untuk control foto dan titik-titik ikat pengukuran rincikan cukup satu
kali dengan ketelitian 20 √k mm.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-53


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

d. Survei Geologi
Dalam menjajagi kemungkinan pelaksanaan, investigasi geologi dilakukan
melalui survei geologi permukaan dan bawah permukaan.
1. survei geologi permukaan
data yang diperoleh dari survei geologi permukaan memberikan informasi
tentang stratigrafi, jenis, dan sifat-sifat batuan, struktur geologi, hidrologi,
orientasi bidang-bidang diskontinyuitas seperti struktur sesar, struktur
kekar, daerah longsoran, serta lokasi-lokasi sumber material atau bahan
konstruksi.
2. Survey geologi bawah permukaan
Tahap ini dimaksudkan untuk mengklasifikasikan batuan pondasi
berdasarkan sifat-sifat teknisnya, antara lain kondisi geologi yang
mencakup jenis dan sifat-sifat batuan, baik fisik maupun mekanik, serta
sifat hidraulik dan data yang lengkap guna menentukan jenis bendungan
serta perbaikan pondasinya. Survei geologi bawah permukaan dapat
dilakukan dengan pemboran inti, seismik, dan pembuatan terowong uji.
e. Pemeriksaan Instrumentasi
Jadwal pemeriksaan dan pembacaan instrumen bendungan adalah seperti
tabel berikut:
Tabel E. 3. Jadwal Pemantauan Instrumentasi dan Inspeksi
Jenis Tahap
Instrumen
Pengu- Konstruks Pengisian Tahun-i Operasi
(Pengukuran)
kuran i Awal Operasi Selanjutnya
Harian
selama
pengisian
1x 1x
Pendulum atau 1x perbulan
seminggu perbulan
Defleksi / Deformasi

elevasi-
elevasi
tertentu
2x setahun
1x 1x 1x
Patok geser saat waduk
seminggu seminggu perbulan
penuh
1x 1x 1x 1x per 3
Deformasi
seminggu seminggu perbulan bulan
Ekstensometer 1x 1x 1x 1x per 3
(multi titik) seminggu seminggu perbulan bulan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-54


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Jenis Tahap
Instrumen
Pengu- Pengisian Tahun-i Operasi
(Pengukuran) Konstruksi
kuran Awal Operasi Selanjutnya
1x 1x 1x 1x per 3
Regangan / Suhu
Stressmeter
Tegangan / seminggu seminggu perbulan bulan
1x 1x 1x 1x per 3
Strainmeter
seminggu seminggu perbulan bulan
1x 1x 1x 1x per 3
Termometer
seminggu seminggu perbulan bulan
1x 1x
Gaya angkat 1x perhari 2x perbulan
seminggu seminggu
Rembesan /
Pisometrik

1x 1x
Rembesan 1x perhari 2x perbulan
seminggu seminggu
1x 1x
Pisometer 1x perhari 2x perbulan
seminggu seminggu
Inspeksi

1x 1x 1 - 2x
Visual 1x perhari
perbulan seminggu perbulan

Modul sumber: Pemeliharaan dan Pemantauan Bendungan, 2021


D.4 Analisis Data dan Identifikasi
Analisis Data dan Identifikasi terdiri dari 3 kegiatan antara lain:
a. Analisis Hidrologi
- Hujan Rancangan
Hujan rancangan yaitu hujan dengan kemungkinan kejadian pada
periode ulang tertentu, merupakan data masukan untuk analisis debit
banjir rancangan, yaitu debit banjir untuk merencanakan kapasitas
bangunan pelimpah, tinggi bendungan dan kapasitas bangunan
pengelakan sungai.
a. Data hujan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-55


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Data hujan yang digunakan dalam analisis hujan rancangan adalah


data hujan harian maksimum tahunan dari stasiun yang mewakili
Daerah Pengaliran Sungai yang ditinjau.
b. Uji Konsistensi Data
Sebelum data hujan ini dipakai terlebih dahulu harus melewati
pengujian untuk kekonsistenan data tersebut. Metode yang
digunakan adalah metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
(Buishand,1982). Pengujian konsistensi dengan menggunakan data
dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif
penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif
rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi
bisa dilihat pada rumus dibawah:

S0  0
k
S k =∑ ( Y i−Y )
¿

i=1 dg k = 1,2,3,...,n
¿
Sk
S **
k =
Dy
n
∑ ( Y i −Y )2
i=1
D 2y =
n
nilai statistik Q dan R
**
Q= maks 
Sk 
0 k  n
**
R=
S
maks k - min
S **
k

0kn 0kn
Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/√n dan
R/√n. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/√n syarat dan
R/√n syarat, jika lebih kecil maka data masih dalam batasan
konsisten.
c. Hujan Rerata Daerah

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-56


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Apabila suatu DPS terwakili oleh beberapa stasiun hujan, maka akan
dicari hujan rerata daerah. Hujan rerata daerah akan dihitung dengan
beberpa metode yang ada yaitu : metode polygon thiessen, rerata
aritmatik atau dengan metode isyhiet. Apabila hanya diwakili oleh
satu stasiun maka harus diadakan koreksi dengan factor reduksi
daerah.
d. Analisis Frekuensi
Kala ulang (return period) didefinisikan sebagai waktu hipotetik di
mana hujan atau debit dengan suatu besaran tertentu akan disamai
atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Analisis
frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data yang tersedia
untuk memperoleh probabilitas besaran hujan (debit) di masa
yang akan datang.

1) Pemilihan Distribusi
Untuk memperkirakan besarnya debit banjir dengan kala ulang
tertentu, terlebih dahulu data-data hujan didekatkan dengan
suatu sebaran distribusi, agar dalam memperkiraan besarnya
debit banjir tidak sampai jauh melenceng dari kenyataan banjir
yang terjadi .
Sebaran teoritis yang biasa dipakai meliputi Sebaran Normal, Log
Normal, Gumbell dan Log Pearson Type III.
Adapun rumus-rumus yang dipakai dalam penentuan distribusi
tersebut antara lain :

S1 =
√ (X- X )2
n−1 = Standar Deviasi
Cv =S/X = Koefisien Keragaman

= Koefisien Kepencengan

= Koefisien Kurtosis

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-57


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Tabel syarat tiap-tiap sebaran dapat dilihat pada Tabel berikut:


Tabel E. 4. Syarat Pemilihan Distribusi
No Sebaran Syarat Keterangan
1. Normal Cs  0 Jika analisis ekstrim tidak
ada yang Memenuhi
2. Log Normal Cs / Cv  3
syarat tersebut, maka
3. Gumbel Type I Cs  1.1396 Digunakan sebaran Log

Ck  5.4002 Pearson Type_III

Sumber : Harto, 1993 : 245

2) Uji Kesesuaian Pemilihan Distribusi


Untuk mengetahui apakah data tersebut benar sesuai dengan
jenis sebaran teoritis yang dipilih maka perlu dilakukan pengujian
lebih lanjut. Untuk keperluan analisis uji kesesuaian dipakai dua
metode statistik sebagai berikut:
Uji Smirnov-Kolmogorov:
Uji Smirnov-Kolmogorov diperoleh dengan memplot data dan
probabilitasnya dari data yang bersangkutan, serta hasil
perhitungan empiris dalam bentuk grafis. Dari kedua hasil
pengeplotan, dapat diketahui penyimpangan terbesar ( Δ
maksimum ). Penyimpangan tersebut kemudian
dibandingkan dengan penyimpangan kritis yang masih
diijinkan (Δ cr), pada proyek ini digunakan nilai kritis
(significant level) α = 5 %. Nilai kritis * untuk pengujian ini
tergantung pada jumlah data dan α.
Uji Chi Kuadrat (X2 ) :
Metode ini sama dengan Metode Smirnov-Kolmogorov, yaitu
untuk menguji kebenaran distribusi yang dipergunakan
pada perhitungan frekuensi analisis. Distribusi dinyatakan
benar jika nilai X2 dari hasil perhitungan lebih kecil dari X2 kritis
yang masih diizinkan. Metode chi Kuadrat diperoleh berdasarkan
rumus:

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-58


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

dengan:
X cal = nilai kritis hasil perhitungan
k = jumlah data
Ef = nilai yang diharapkan (Expected Frequency)
Of = nilai yang diamati (Observed Frequency)
Batas kritis X2 tergantung pada derajat kebebasan dan *. Untuk
kasus ini derajat kebebasan mempunyai nilai yang di dapat dari
perhitungan sebagai berikut
DK = JK - ( P + 1)
dengan
DK = Derajat Kebebasan
JK = Jumlah Kelas
P = Faktor Keterikatan (untuk pengujian chi kuadrat
mempunyai keterikatan 2)
e. Distribusi Hujan Jam-Jaman
Distribusi hujan (agihan hujan) jam-jaman ditetapkan dengan cara
pengamatan langsung terhadap data pencatatan hujan jam-jaman
pada stasiun yang paling berpengaruh pada DAS. Bila tidak ada maka
bisa menirukan perilaku hujan jam-jaman yang mirip dengan daerah
setempat pada garis lintang yang sama. Distribusi tersebut diperoleh
dengan pengelompokan tinggi hujan ke dalam range dengan tinggi
tertentu. Dari data yang telah disusun dalam range tinggi hujan
tersebut dipilih distribusi tinggi hujan rancangan dengan berdasarkan
analisis frekuensi dan frekuensi kemunculan tertinggi pada distribusi
hujan jam-jaman tertentu. Selanjutnya prosentase hujan tiap jam
terhadap tinggi hujan total pada distribusi hujan yang ditetapkan.
Hubungan tinggi-durasi hujan untuk durasi 4 hingga 24 jam dan juga
untuk durasi 1 hingga 6 jam ditabelkan pada PSA-007. Kutipan kedua
tabel ditunjukkan pada Tabel 3.6 dan 3.7 Informasi tersebut
digabungkan menjadi suatu hubungan dan disajikan pada Tabel 3.8.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-59


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Bentuk hubungan tinggi-durasi hujan yang dihasilkan adalah


intensitas hujan yang tinggi pada awal hujan dan berangsur-angsur
mengecil selama berlangsungnya hujan. Di Inggris, agihan hujannya
merupakan pola agihan yang lebih rata dan kurang ekstrem di bagian
awal hujannya. Secara normal profil hujan yang digunakan di Inggris
adalah profil yang simetris “berbentuk genta (bell shaped)”.
Tabel E.5. Distribusi Curah Hujan Durasi 24 jam
Durasi hujan
4 8 12 16 20 24
(jam)
Persentase curah
60 75 87 92 96 100
hujan (%)
Tabel E.6. Distribusi Curah Hujan Durasi 6 jam
Durasi hujan
1 2 3 4 5 6
(jam)
Persentase curah
48 65 77 87 95 100
hujan (%)

Tabel E.7. Hubungan Tinggi - Durasi Hujan


Durasi hujan
1 2 3 4 5 6 8 12 16 20 24
(jam)
Durasi hujan
4.2 8.3 12.5 16.7 20.8 25.0 33.3 50.0 66.7 83.3 100
(%)
Persentase
curah hujan 32 44 52 60 65 68 75 87 92 96 100
(%)

f. Penentuan Profil Curah Hujan


Profil curah hujan ditinjau berdasarkan metode pada PSA-007 dan
metode inggris. Diperkirakan hubungan yang ada dalam PSA-007
lebih sesuai untuk Indonesia, dimana curah hujan paling lebat terjadi
di awal hujan. Akan tetapi agihan Inggris, jika intensitas puncaknya
ditempatkan di tengah-tengah periode hujan dengan profil simetris,
akan sedikit memperbesar kenaikan muka air waduk.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-60


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

1) Agihan PSA-007 (Intensitas tertinggi di awal)


Profil curah hujan menurut PSA-007 ditunjukkan pada Tabel 3.6,
3.7 dan 3.8. Untuk memformulasikan agihan menurut PSA-007
untuk curah hujan 12 jam dengan interval waktu satu jam, maka
setiap jam akan setara dengan 8,33% durasi hujannya. Dengan
menggunakan tabel hubungan (Tabel 3.8) maka:
Setelah satu jam (8,33% durasi), jumlah curah hujan 44% dari
totalnya jadi selama jam ke 1: curah hujan 44%. Setelah dua
jam (16,67% durasi), jumlah curah hujan 60% dari totalnya jadi
pada jam ke 2 ada curah hujan 16%…..selama jam ke 2: curah
hujan 16%
Setelah tiga jam (25% durasi), jumlah curah hujan 68% dari
totalnya jadi pada jam ke 3 ada curah hujan 8%….selama jam ke
3: curah hujan 8%
Pemilihan durasi hujan kritis (Critical Storm Duration), pada
prinsipnya tergantung pada luas DPS dan pengaruh-pengaruh
lain seperti luas genangan waduk dan konfigurasi bangunan
pelimpah, sehingga untuk setiap bendungan walaupun memiliki
luas DPS yang sama belum pasti durasi hujan kritisnya sama.
Pemilihan durasi hujan dengan pola distribusinya sangat
berpengaruh pada hasil banjir desain yang diperhitungkan. Curah
hujan yang sama yang terdistribusi dengan dengan curah hujan
yang panjang akan menghasilkan puncak banjir yang lebih
rendah dibanding dengan yang terdistribusi dengan durasi yang
pendek.
Bila data hidrograf banjir dari pos duga air otomatis dan data
distribusi hujan jam-jaman dari stasiun hujan otomatis tidak
tersedia, pola distribusi hujan dapat ditetapkan dengan mengacu

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-61


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

pada Tabel berikut yang diambil dari PSA 007.

Pers entas e T inggi C urah H ujan (% )


40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Durasi (jam)

Gambar E. 4. Distribusi Hujan 12 Jam

Tabel E.8. Intensitas Hujan dalam % yang disarankan PSA 007


Kala
Durasi Hujan
Ulang
Tahun ½ jam ¾ jam 1 jam 2 jam 3 jam 6 jam 12 jam 24 jam
5 32 41 48 59 66 78 88 100
10 30 38 45 57 64 76 88 100
25 28 36 43 55 63 75 88 100
50 27 35 42 53 61 73 88 100
100 26 34 41 52 60 72 88 100
1000 25 32 39 49 57 69 88 100
CMB 20 27 34 45 52 64 88 100

Untuk mendapatkan curah hujan kritis selanjutnya sesuai dengan PSA


007, distribusi distribusi hujan disusun dalam bentuk genta, dimana
hujan tertinggi ditempatkan di tengah, tertinggi kedua di sebelah kiri,
tertinggi ketiga di sebelah kanan dan seterusnya.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-62


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

- Debit Banjir
a) Metode Nakayasu
Persamaan umum hidrograf satuan sintetik Nakayasu adalah
sebagai berikut (Soemarto, 1987) :

12∗A∗Ro
Qp=
3.68∗(0.3∗Tp+T 0.3 )
dengan:
Qp = debit puncak banjir (m3 /dt)
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai
puncak banjir (jam)
T0.3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari
debit puncak
sampai menjadi 30 %dari debit puncak
Tp = Tg + 0.8 Tr
Tg = 0.21 * L 0.7 ** L * 15 km
Tg = 0.4 + 0.058 * L ** L * 15 km
T0.3 = α X Tg
dengan :
L = panjang alur sungai (km)
Tg = waktu konsentrasi (jam)
Tr = satuan waktu hujan diambil 1 jam
α = untuk daerah pengaliran biasa diambil nilai 2
Persamaan hidrograf satuannya adalah:
1. Pada kurva naik
0*t*T Qt = ( t / Tp )2.4 x Qp
2. Pada kurva turun

- Tp < t * Tp + T0.3

( )¿
t-T p+0 .5 T 0. 3
1.5T0. 3
- Tp +T , < t * T +2,5T
Qt =¿ Q p×0 .3

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-63


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Gambar E.5. Hidrograf Satuan Nakayasu

b) Methode Snyder
Dalam permulaan tahun 1938, F.F. Snyder dari Amerika Serikat
telah membuat persamaan empiris dengan koefisien-koefisien
empiris yang menghubungkan unsur-unsur hidrograf satuan dengan
karakteristik daerah pengaliran. Hidrograf satuan tersebut
ditentukan secara cukup baik dengan hubungan ketiga unsur yang
lain yaitu Qp ( m3/dt ), Tb serta Tr ( jam ).

i tr

T t

tp
Qp

Tp t
Tb

Gambar E.6. Hidrograf Satuan Sintetik Snyder


Unsur-unsur hidrograf tersebut dihubungkan dengan :
A : luas daerah pengaliran ( km2 )
L : panjang aliran utama ( km )

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-64


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Lc : jarak antara titik berat daerah pengaliran dengan


pelepasan ( outlet ) yang diukur sepanjang aliran utama
Dengan unsur-unsur tersebut di atas Snyder membuat rumus-
rumusnya seperti berikut:
tp = Ct ( L.Lc )0.3
te = tp / 5.5 ; tr = 1 jam
Qp = 2.78 * ( cp.A / tp ), Tb = 72 + 3 tp
c) Metode Rasional
Metode Rasional dapat digunakan untuk menghitung debit puncak
sungai atau saluran, namun dengan daerah pengaliran yang
terbatas.
Rumus umum dari Metode Rasional adalah :
Q = 0,278 x C x I x A          
Keterangan:
Q = debit puncak limpasan permukaan (m3/det).
C = angka pengaliran (tanpa dimensi)
A = luas daerah pengaliran (Km2)
I = intensitas curah hujan (mm/jam).
d) Metode Melchior
Metode Melchior untuk perhitungan banjir diterbitkan pertama kali
pada tahun 1913. hubungan dasarnya adalah sebagai berikut.
- Koefisien Limpasan Air Hujan
Koefisien limpasan air hujan a diambil dengan harga tetap. Pada
mulanya dianjurkan harga–harga ini berkisar antara 0,41 sampai
0,62. Harga–harga ini ternyata sering terlalu rendah. Harga-
harga yang diajurkan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Harga–harga tersebut diambil dari metode kurve bilangan US
Soil Conservation Service yang antara lain diterbitkan dalam
USBR Design of Small Dams.
Tabel E. 9 Harga – harga Koefisien Limpasan Air Hujan

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-65


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

- Curah Hujan
Curah hujan q diambil sebagai intensitas rata-rata curah hujan
sampai waktu terjadinya debit puncak. Ini adalah periode T
(waktu konsentrasi) setelah memulainya turun hujan. Curah
hujan q ditentukan sebagai daerah hujan terpusat (point
reainfall) dan dikonversi menjadi luas daerah hujan bq.

Gambar E. 7 Luas Daerah Curah Hujan Melchior


Variasi curah hujan di tiap daerah diperkirakan bentuk bundar atau
elips. Untuk menemukan luas daerah hujan disuatu daerah aliran
sungai, sebuah elips digambar mengelilingi batas-batas daerah aliran
sungai. As yang pendek sekurang-kurangnya harus 2/3 dari panjang
as.
Garis elips tersebut mungkin memintas ujung daerah pengaliran
yang memanjang. Daerah elips F diambil untuk menentukan harga
bq untuk luas daerah aliran sungai A. Pada gambar di bawah
diberikan harga-harga bq untuk luas-luas F.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-66


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Gambar E. 8 Perhitungan Luas Daerah Hujan


- Waktu Konsentrasi
Melchior menetapkan waktu konsentrasi Tc sebagai berikut:

Dimana :
Tc = waktu konsentrasi, jam
L = panjang sungai, km
Q = debit puncak, m³/dt
I = kemiringan rata-rata sungai
Untuk penentuan kemiringan sungai, 10% bagian hulu dari
panjang sungai tidak dihitung. Beda tinggi dan panjang diambil
dari suatu titik 0,1 L dari batas hulu daerah aliran sungai.

Tabel E. 10 Hubungan Luas Elips (f) dan Hujan Harian (r)


f r f r f r
2 3 2 2 3 2 2
km m /det/km km m /det/km km m /det/km2
3

0,14 29,60 144 4,75 720 2,30


0,72 22,45 216 4,00 1080 1,85
1,4 19,90 288 3,60 1440 1,55
7,2 14,15 360 3,30 2160 1,20
14 11,85 432 3,05 2880 1,00
29 9,00 504 2,85 4320 0,70
72 6,25 576 2,65 5760 0,54
100 5,25 648 2,45 7200 0,48

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-67


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

e) Metode Weduwen
Metode perhitungan banjir Der Weduwen diterbitkan pertama kali
pada tahun 1937. Metode tersebut sahih untuk daerah seluas 100
km2.
Rumus banjir Der Weduwen didasarkan pada rumus-rumus berikut:

Dimana:

Dimana :
Qn = debit banjir (m3/dt) dengan kemungkinan tidak
terpenuhi
n% Rn = curah hujan harian maksimum (mm/hari) dengan
kemungkinan tidak terpenuhi n%
a = Koefisien limpasan air hujan
b = Koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan
daerah aliran sungai
q = curah hujan (m3/dt.km²)
A = Luas daerah aliran (km²) sampai 100 km²
t = lamanya curah hujan (jam)
L = Panjang sungai (km)
I = gradien (Melchior) sungai atau medan
Kemiringan rata-rata sungai I ditentukan dengan cara yang
sama seperti pada metode Melchior. 10% hulu (bagian tercuram)
dari panjang sungai dan beda tinggi tidak dihitung.
Perlu diingat bahwa waktu t dalam metode Der Weduwen adalah
saat-saat kritis curah hujan yang mengacu pada terjadinya debit
puncak. Ini tidak sama dengan waktu konsentrasi dalam metode
Melchior.
Dalam persamaan qn curah hujan sehari rencana (Rn) harus diisi
untuk memperoleh harga curah hujan qn. Perlu dicatat pula
bahwa rumus-rumus Der Weduwen dibuat untuk curah hujan
sehari sebesar 240 mm.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-68


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

f) Metode Hasper
Perhitungan Banjir Hasper melalui cara sebagai berikut:
- Koefisen aliran ()

- Koefisien reduksi ()

- Waktu Konsentrasi

- Hujan Maksimum

Keterangan:
t = waktu curah hujan (jam)
q = hujan maksimum (m3/km2/detik)
R = curah hujan maksimum rata-rata (mm)
Sx = simpangan baku
U = variabel simpangan untuk kala ulang T tahun
Rt = curah hujan dengan kala ulang T tahun (mm)

- untuk t < 2 jam

- untuk 2 jam < t < 19 jam

- untuk 19 jam < t < 30 hari

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-69


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Keterangan:
t = waktu curah hujan (hari)
R3 = curah hujan dalam 24 jam (mm)
R1 = curah hujan dalam t jam (mm)

- Penelusuran Banjir
Prosedur penelusuran banjir pada prinsipnya berdasar pada perhitungan
persamaan kontinuitas massa aliran sederhana sebagai berikut :
Inflow - outflow = perubahan kapasitas
dS
I - O = dt
Bila dinyatakan dalam finite interval waktu:
1 1
S t+1 −S t = 2 (I t +I t+1 ) Δt − 2 (Ot +Ot+1 ) Δt
Atau

[ I t + I t +1
2 ][
+
St
Δt

Ot
2 ][
=
S t+1 O t +1
Δt
+
2 ]
[ I t + I t +1
2 ] +ψ =φ

Dengan :

It = Aliran masuk (inflow hidrograf) pada permulaan waktu Δt

I t+1 = Aliran masuk pada akhir waktu Δt

Ot = Aliran keluar (outflow hidrograf) pada permulaan waktu Δt

O t+1 = Aliran keluar pada akhir waktu Δt

St = Aliran masuk pada akhir waktu Δt

S t+1 = Aliran masuk pada akhir waktu Δt


ψ, Φ =Fungsi tampungan untuk penelusuran banjir
- Kurva Kapasitas
Fungsi utama tampungan embung adalah sebagai penampung air dan
sebagai stabilisator aliran air yang terjadi pada suatu daerah aliran

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-70


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

sungai. Oleh karena itu, hal yang paling penting diperhatikan dari
karakteristik fisik embung adalah berapa besar kapasitas
tampungannya.
Luas yang tertandai di peta kontur berikut ini adalah lokasi Embung .
Elevasi kontur dan area yang direncanakan di masing-masing elevasi
dapat diplot dari kurva hasil hubungan antara Kapasitas Waduk dan
Elevasi pada peta kontur, hubungan kapasitas waduk dan elevasi
disebut kurva Kapasitas Tampungan Waduk, untuk lebih jelasnya seperti
pada gambar E.7.
Volume air yang dapat tertampung di waduk dapat dihitung setelah
menentukan peningkatan tampungan diantara dua elevasi permukaan
air (∆s). Kenaikan jumlah tampungan diantara dua elevasi (∆s) biasanya
dihitung dengan mengalikan luas rata-rata pada dua elevasi dengan
beda elevasinya (∆h).

Gambar E.9. Peta kontur lokasi bendungan – waduk


Sumber: Khumar Santosh (1976:881)

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-71


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Gambar E.10. Kurva Kapasitas Tampungan Waduk


Sumber: Khumar Santosh (1976:882)

Untuk menghitung volume antar interval kontur dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut (Santosh Kumar, 2001:882):
A1 + A 2
ΔS= ( Δh )
2

Atau dengan pendekatan :


Δh
ΔS=
3
( A 1 + A2 + √ A 1 . A 2 )

Dimana
A 1 , A2 , A3 , A 4 ...... menunjukkan luasan diantara garis elevasi berurutan
yang mempunyai interval tingginya adalah h. Dari kapasitas tampungan berbagai
tinggi permukaan air yang diplot dan dianalisis, akan diperoleh kurva kapasitas
tampungan waduk.

- Simulasi Tampungan Embung


Persamaan dasar simulasi tampungan embung merupakan fungsi
dari masukan, keluaran dan tampungan embung yang dapat
disajikan dalam persamaan sebagai berikut:
∆ St =St + I t −Ot

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-72


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Keterangan:
∆ St : Perubahan tampungan atau tampungan akhir pada
periode ke t (m3)
St : Tampungan awal pada periode ke t (m3)
It : Masukkan air atau inflow pada periode ke t (m3)
Ot : Keluaran air atau outflow termasuk lepasan air untuk kebutuhan
(irigasi, air baku dan pemeliharaan air sungai) dan kehilangan air pada
periode ke t (m3).
Dalam metode ini muka air pada permukaan embung disimulasikan
dengan berbagai kondisi tipe masukan air ( inflow). Simulasi
tampungn embung berguna untuk mengetahui perilaku embung pada
tampungan efektip, jika lepasan air diberikan sesuai dengan
kebutuhannya. Simulasi tampungan embung ini digunakan sebagai
identifikasi awal untuk mengetahui potensi peningkatan pelayanan
kebutuhan (air baku) di embung.
Setelah melakukan simulasi tampungan embung, dihitung kinerja
embung dengan parameter keandalan ( α). Parameter ini didasari
dengan kondisi tampungan, jika tampungan < 0 maka terjadi
kegagalan. Keandalan minimum untuk kebutuhan air irigasi adalah 80%
dan kebutuhan air baku adalah 100%.
f
α =1−
T
Keterangan:
α : Keandalan waduk (%)
f : Jumlah periode gagal atau tampungan < 0
T : Jumlah periode
Jika keandalan tampungan embung tidak memenuhi keandalan
minimum maka dibutuhkan optimasi untuk dapat memenuhi keandalan
tampungan embung tersebut, dengan cara mengatur lepasan air untuk
pelayanan kebutuhan air di hilir embung. Metode optimasi yang
digunakan adalah program linier, dengan fungsi tujuan
memaksimumkan nilai intensitas pertanaman (IP) hingga 300% per
tahun. Dengan memaksimumkan IP, nilai ekonomis terhadap panen
dari komoditas tanaman menjadi meningkat.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-73


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

b. Analisis Geologi
- Mengintepretasikan hasil pengukuran dan pembacaan alat instrumentasi
di lapangan.
- Analisis data hasil pengukuran dan pembacaan alat instrumen.
D.5 Evaluasi Perilaku Bendungan
E.2.5.1. Evaluasi Tahap Pertama
 Mengkaji semua data yang ada dari pencatatan instrumentasi, OP
Bendungan dan bangunan pelengkapnya, sehingga benear – benar
memahami perilaku bendungan dan riwayat operasi serta
pemeliharaannya.
 Melakuakan identifikasi semua potensi masalah yang dampaknya
merugikan terhadap keamanan hulu dan hilir bendungan serta periksa
kecukupan bendungan dan bangunan pelengkapnya untuk memenuhi
fungsinya, dengan didukung data yang relevan, pertimbangan dan
analisis teknis diantaranya dengan membandingkan perilaku bendungan
dengan perilaku yang direncanakan dalam desain.
E.2.5.2. Evaluasi Tahap Kedua
Melakukan analisis teknik untuk menilai status/ tingkat keamanan bendungan
ditinjau dari:
a) Aspek Struktur: Stabilitas tubuh bendungan termasuk stabilitas terhadap gempa
pada kondisi normal dan luar biasa, minimal pada potongan : bagian tertinggi,
bagian yang perilakunya menyimpang dan bagian yang geometrinya berubah
cukup besar dan bagian kritis.
b) Aspek hidrolik (kecukupan pelimpah, tinggi jagaan, erosi eksternal dan lain –
lain).
c) Aspek rembesan (erosi internal, piping, boiling, uplift, pelarutan materil
bendungan dan pondasi, dan lain – lain).
d) Sistem operasi bendungan.
E.2.5.3. Evaluasi Tahap Ketiga
Catatan kejadian khusus seperti: gempa bumi, banjir besar dan kekeringan.

D.6 Pelaporan
Produk dari kegiatan ini berupa laporan dengan perincian sebagai berikut:

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-74


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

1) Laporan Program Mutu


Laporan Program Mutu adalah rencana mutu pelaksanaan kegiatan yang dibuat
oleh konsultan yang merupakan dokumen penjaminan mutu terhadap
pelaksanaan proses kegiatan dan hasil kegiatan.
Program muu disusun oleh konsultan setelah menerima SMPK dan Draft
program mutu harus diasistensikan kepada direksi pekerjaan maksimal pada
hari ke – 7 setelah menerima SPMK. Program mutu merupakan dokumen yang
dinamis, dapat direvisi apabila terjadi perubahan persyaratan dalam
pelaksanaan pekerjaan agar tetap memenuhi persyaratan dalam pelaksanaan
pekerjaan agar tetap memenuhi persyaratan hasil pekerjaan. Laporan program
mutu diserahkan kepada direksi pekerjaan sebanyak 5 (lima) rangkap.
2) Laporan Bulanan
Laporan Bulanan dibuat oleh konsultan setiap bulan sebanyak 5 (lima) rangkap
dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan paling lambat tanggal 5 bulan
berikutnya. Laporan Bulanan adalah laporan yang memuat tentang kemajuan
pekerjaan (Progress) maisng – masing kegiatan dan rencana kegiatan bulan
berikutnya lengkap dengan Scedule Pelaksanaan yang terdiri dari Program
kegiatan dan Realisasi Kegiatan yang ada.
3) Laporan Evaluasi dan Analisis Hidrologi
Laporan dalam ukuran kertas A4, diserahkan kepada Direksi Pekerjaan
sebanyak 5 (lima) rangkap.
4) Laporan Evaluasi dan Analisis Instrumentasi
Laporan dalam ukuran kertas A4, diserahkan kepada Direksi Pekerjaan
sebanyak 5 (lima) rangkap.
5) Laporan Pengukuran Topografi
Laporan dalam ukuran kertas A4, diserahkan kepada Direksi Pekerjaan
sebanyak 5 (lima) rangkap.
6) Laporan Evaluasi Keamanan Bendungan
Laporan dalam ukuran kertas A4, diserahkan kepada Direksi Pekerjaan
sebanyak 5 (lima) rangkap.
7) Laporan Pedoman OP dan Hidromekanikal
Laporan dalam ukuran kertas A4, diserahkan kepada Direksi Pekerjaan
sebanyak 10 (sepuluh) rangkap.
8) Laporan Analisis Geologi

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-75


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Laporan dalam ukuran kertas A4, diserahkan kepada Direksi Pekerjaan


sebanyak 5 (lima) rangkap.
9) Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan penyempurnaan dari Konsep Laporan Akhir, juga
membahas progress pekerjaan selesai pada akhir waktu pelaksanaan
pekerjaan. Laporan Akhir terdiri dari 2 (dua) laoran, yaitu: Laporan Ringkasan
Eksekutif (Executive Summary) dan Laporan Utama. Laporan ini akan
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan setelah selesai dari perbaikan – perbaikan
dan melalui tahapan asistensi dengan Direksi Pekerjaan. Diserahkan sebanyak 5
(lima) rangkap lengkap paling lambat pada tanggal berakhirnya Kontrak
Pekerjaan.
10) Album Gambar Pengukuran skala 1: 10000
Gambar dalam ukuran A1, diserahkan kepada Direksi Pekerjaan sebanyak 3
(tiga) rangkap.
11) Album Gambar Pengukuran skala 1:50000
Gambar dalam ukuran A3, diserahkan kepada Direksi Pekerjaan sebanyak 3
(tiga) rangkap
12) Buku Kontrak
Diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap lengkap paling lambat pada tanggal
berakhirnya Kontrak Pekerjaan.
13) Laporan dalam bentuk harddisk external 1 TB
Diserahkan sebanyak 1 (satu) buah lengkap paling lambat pada tanggal
berakhirnya Kontrak Pekerjaan.

D.7 Kegiatan Presentasi dan Diskusi


Adapun presentasi dan diskusi yang dilakukan pada pekerjaan ini antara lain:
1. Presentasi Laporan Program Mutu
Diskusi Program Mutu sebanyak 1 (satu) kali
2. Diskusi Bulanan
Diskusi bulanan dengan tim PPK Perencanaan Bendungan dan Direksi sebanyak
1 (satu) kali setiap bulan.
3. Sidang Teknis

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-76


Persiapan Operasi dan Pemeliharaan Dry Dam
USTEK
Bendungan Ciawi (Cipayung)

Sidang Teknis di Jakarta dengan Komisi Keamanan Bendungan (KKB) sebanyak


2 (dua) kali.
4. Presentasi Laporan Akhir
Diskusi laporan akhir sebanyak 1 (satu) kali
5. Sidang Pleno
Sidang Pleno di Jakarta dengan Komisi Keamanan Bendungan (KKB) sebanyak
1 (satu) kali.

PT. DEHAS INFRAMEDIA KARSA E-77

Anda mungkin juga menyukai