KONSEPSI PENGATURAN
PENYUSUNAN
RANCANGAN
PEDOMAN
PENILAIAN
KINERJA
BENDUNGAN
BAB I
PENDAHULUAN
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa air tidak ada kehidupan. UUD
1945, pasal 33, mengaanatkan bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam
yang dikuasai oleh Negara, dan karenanya air dan sumber daya air, dikembangkan
dan didayagunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pengembangan,
pendayagunaan dan pemanfaatan air dan sumber daya air diselenggarakan melalui
pembangunan dan pengelolaan prasarana sumber daya air, sebagaimana pula telah
diamanatkan oleh peraturan perundangan bidang sumber daya air.
Salah satu bentuk infrastruktur sumber daya air adalah bendungan. Bendungan
(beserta waduknya) mempunyai fungsi dan manfaat untuk memenuhi berbagai
kebutuhan bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Sebagaimana tercantum
dalam Permen PU no 27 tahun 2015 tentang bendungan, suatu bendungan dibangun
dan dikelola untuk tujuan meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya air,
pengawetan air serta pengendalian daya rusak air.
Disamping menfaat yang demikian besar, prlu pula disaradi bahwa bendungan juga
mengandung potensi resiko terjadinya bencana apabila terjadi kegagalan atau
keruntuhan bendungan. Oleh karena itu, dalam pembangunan dan pengelolaan
bendungan, jaminan terhadap aspek keberlanjutan fungsi dan manfaat serta aspek
keamanan bendungan menjadi hal yang sangat penting. Aspek-aspek tersebut harus
menjadi perhatian dan pertimbangan utama dalam setiap proses pembangunan dan
pengelolaan bendungan.
Dengan semakin banyaknya bendungan yang telah dibangun dengan dana yang tidak
sedikit, maka telah pula terjai pergeseran paradigm prioritas tidak hanya berorientasi
kepada pembangunan saja tetapi juga optimalisasi pengelolaan melalui upaya
peningkatan Operasi dan Pemeliharaan.
Aspek penilaian kinerja suatu bendungan merupakan kegiatan yang sangat penting
dalam menjaga keberlangsungan fungsi dan manfaat sebuah bangunan, meliputi
penilaian aspek :
Adanya SOP (prosedur operasi standar) serta kepastian langkah penilaian kinerja
bendungan merupakan prasyarat bagi terselenggaranya pengelolaan bendungan
secara efektif dan karenanya perlu diatur dalam suatu bentuk peraturan.
Untuk itu, perlu disiapkan pedoman “ Tata cara penilaian kinerja Bendungan”
sebagai acuan dan referensi bagi para pengelola bendungan, yang diatur didalam
suatu peraturan petunjuk pelaksanaan yang mengikat.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka perlu kiranya disusun suatu konsepsi
pengaturan untuk produk hukum berupa Surat peraturan tentang pedoman penilaian
kinerja bendungan..
Sesuai dengan Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Sumber Daya Air nomor 1/SE/DA/
2013 perihal “Pedoman Operasi Standar tentang Tata Cara Mempersiapkan Produk
Hukum di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air”, maka setiap rancangan
peraturan perundang-undangan meliputi rancangan peraturan perundangan,
rancangan Keputusan, atau rancangan Surat Edaran (SE), di lingkungan Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air wajib menyertakan konsepsi pengaturan.
Konsepsi pengaturan rancangan peraturan adalah naskah hasil penelitian atau kajian
hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu substansi tertentu meliputi aspek
teknis, aspek hukum, ataupun untuk memenuhi kebutuhan mendesak yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagai pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi atau pengaturan materi muatan sesuai dengan kewenangan
Menteri atau Direktur Jenderal Sumber Daya Air ( lampiran II SE Dirjen SDA
01/SE/DA/2013).
4) Sejauh mana arah, jangkauan dan ruang lingkup pengaturan dari rancangan
pengaturan mengenai “pedoman analisa penilaian kinerja bendungan”
Adapun isu pokok terkait dengan perlunya pengaturan tentang pedoman penilaian
kinerja bendungan adalah sebagai berikut :
4. Merumuskan sejauh mana arah, jangkauan dan ruang lingkup pengaturan dari
rancangan SE mengenai “pedoman penilaian kinerja bendungan”
Sementara, tujuan dari pengaturan dalam wujud peraturan pedoman adalah untuk
menjamin tertib pelaksanaan dalam penilaian kinerja bednungan sebagai bagian dari
kegiatan OP dan pengelolaan bendungan.
BAB II
Bab ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoritis, praktek
perkembangan pemikiran serta implikasi sosial, politik, ekonomi dan atau keuangan
Negara.
g. Keterbukaan.
a. Pengayoman;
b. Kemanusiaan;
c. Kebangsaan;
d. Kekeluargaan;
e. Kenusantaraan;
f. Bhineka tunggal ika;
g. Keadilan;
h. Kesamaan kedudukan dalam hokum dan pemerintahan;
i. Ketertiban dan kepastian hokum; dan/atau
j. Keseimbangan; keserasian, dan keselarasan.
2. Hal tersebut diatas sejalan pula sebagaimana amanah UUD 1945 pasal 33., tentang
kewajiban pemerintah untuk menguasai sumber daya air dan mengusahakannya
untuk kepentingan sebesar-besar kemakmuran rakyat; serta UU 11 tahun 1974 yang
memberi arah terhadap upaya pengembangan sumber daya air, perlindungan dan
pengendalian daya rusak air :
5. Namun demikian, bendungan yang telah dibangun dan berfungsi manfaat yang
demikian besar tersebut bagi masyarakat, bukannya tidak menghadapi
permasalahan. Pengalaman serta data-data lapangan menunjukkan bahwa kondisi
dan fungsi bendungan-bendungan tersebut telah banyak yang mengalami degradasi
dan penurunan fungsi dan manfaat, sehingga dikhawatirkan tidak lagi dapat
dioperasikan secara optimal, yang antara lain disebabkan oleh berbagai faktor :
8. Kinerja bendungan merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin efektivitas
pengelolaan bendungan dan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang mampu
memberikan jaminan terhadap keberlanjutan fungsi, manfaat dan keamanan
bendungan. Karenanya, pedoman penilaian kinerja bendungan, perlu disiapkan
Artinya,
BAB III
3. Pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan (yang lebih dikenal dengan OP, terdiri atas
kegiatan eksploitasi (operasi dalam arti positif terkendali untuk kemanfaatan dan
pendayagunaan) serta kegiatan pemeliharaan . Pelaksanaan OP meliputi pengaturan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi untuk menjamin kelestarian fungsi dan manfaat
sumber daya air, termasuk prasarana bendungan dan waduknya.
7. Peraturan Menteri PUPERA tersebut telah pula memuat detail arahan dan amanat terkait
dengan aspek pengelolaan bendungan, serta mengingatkan sangat pentingnya indikator
kinerja bendungan dalam nedukung kegiatan operasi dan pemeliharaan.
9. Agar kinerja pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan khususnya kegiatan pengelolaan dan
OP bendungan tersebut dapat memberikan hasil optimal, kiranya peraturan dan
petunjuk detail pelaksanaan, termasuk pedoman penilaian kinerja bendungan perlu
disiapkan sebagai referensi dan acuan serta pegangan bagi para pengelola bendungan di
lapangan.
10. Dari pasal-pasal yang terkandung dalam PermenPUPERA no 27 tahun 2015 tersebut
diatas, telah diuraikan secara jelas mengenai :
BAB IV
Maksud dan tujuan penyusunan Pedoman Penilaian Kinerja Bendungan meliputi aspek
teknis dan non teknis yang antara antara lain sebagai berikut :
BAB V
5.1 PENGERTIAN-PENGERTIAN
Guna keseragaman dalam pola pikir dalam Pedoman Penilaian Kinerja Bendungan,
maka perlu adanya kesamaan persepsi tentang pengertian-pengertian sebagai berikut :
1. Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, beton,
dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air,
dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing),
atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
8. Instrumentasi Bendungan adalah segala jenis peralatan yang dipasang pada tubuh
bendungan, pondasi dan daerah sekitar bendungan yang digunakan untuk
pemantauan perilaku bendungan.
10. Angka Kebutuhan Nyata Pengelolaan Bendungan adalah besaran biaya yang
dihitung berdasarkan keutuhan aktual pembiayaan operasi, pemeliharaan,
pemeriksaan dan pemantauan serta rehabilitasi bendungan untuk
mempertahankan kondisi dan fungsi bendungan.
1. Bernardian, John H. & Joyje E.A Russel, 1993, menyatakan bahwa kinerja
didefinisikan sebagai catatan mengenai outcome yang dihasilkan dari suatu aktivitas
tertentu, selama kurun waktu tertentu pula. Sehingga, kinerja memiliki kaitan yang
erat dengan prestasi dan hasil kerja suatu komponen yang dinilai.
2. Dalam hal kinerja bendungan, dapat dirumuskan definisi kinerja bendungan sebagai
tingkat keberhasilan suatu bendungan diukur dari tingkat pelayanan setiap
komponen bendungan selama pelaksanaan operasi bendungan tersebut.
3. Kinerja suatu bendungan sesuai dengan konsep pengelolaan pada PP 37 tahun 2010
tentang bendungan adalah merupakan kinerja pengelolaan bendungan, sehingga
untuk penilaian kinerja didasarkan pada konsep pengelolaan bendungan.
4. Pencermatan : “Kinerja fungsi dan pemanfaatan terlihat cukup baik, tetapi di lain sisi
Keamanan Bendungan cukup rawan, karena terjadi ancaman faktor alam yang tidak
dapat dideteksi oleh manusia, sehingga kelihatan kinerja fungsi baik, tetapi disisi lain
terancam terjadi kegagalan bendungan”
JANGKAUAN PENGATURAN
PENILAIAN KINERJA
BENDUNGAN
BAB VI
PENUTUP
3. Kinerja bendungan terdiri atas kinerja fisik bendungan, kinerja peralatan dan
instrumentasi, kinerja keamanan bendungan, kinerja fungsi operasi, kinerja layanan
bendungan, kinerja kelembagaan dan kinerja lingkungan dan kelestarian waduk.
5. Pedoman penilaian kinerja bendungan diperlukan sebagai acuan bagi para petugas
OP bendungan dalam melakukan kegiatan penilaian kinerja bendungan.