Anda di halaman 1dari 26

Pengertian Bangunan Pengatur Sungai

Bangunan pengaturan sungai adalah suatu bangunan air yang dibangun pada sungai dan
berfungsi Mengatur aliran air agar tetap stabil dan sebagai pengendalian banjir.

Jenis-jenis Bangunan Pengaturan Sungai Secara Umum ada Beberapa jenis Bangunan
Pengatur Sungai, Yaitu :

1. Perkuatan lereng
2. Arus (krib) atau pelindung tebing tidak langsung
3. Tanggul
4. Dam penahan sedimen (check dam)
5. Ground sill

MORFOLOGI SUNGAI

1. Umum

Morfologi sungai merupakan hal yang menyangkut tentang geometri, jenis, sifat, dan perilaku
sungai dengan segala aspek perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu, dengan demikian
menyangkut sifat dinamik sungai dan lingkunagannya yang saling berkaitan.

2. Perilaku Sungai

Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi disamping
fungsinya sebagai saluran drainase, dan dengan adanya air yang mengalir didalamnya, sungai
menggerus tanah dasarnya secara terus menerus sepanjang masa eksistensinya dan terbentuk
lembah sungai. Volume sedimen yang sangat besar yang dihasilkan dari keruntuhan tebing.
Tebing sungai di daerah pegunungan kemiringan sungainya curam, gaya tarik aliran airnya
cukup besar. Tetapi setelah aliran sungai mencapai dataran, maka gaya tariknya sangat
menurun. Dengan demikian bebanyang terdapat dalam arns sungai berangsur-angsur
diendapkan. Karena itu ukuran butir sedimen yang mengendap di bagian hulu, sungai itu
lebih besar dari pada di bagian hilir.

Dengan terjadinya perubahan kemiringan yang mendadak pada saat alur sungai keluar dari
daerah pegungan yang curam dan memasuki dataran yang lebih landai, pada lokasi ini terjadi
pengendapan yang sangat intensif yang menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai dan
terbentuk apa yang disebut kipas pengendapan. Pada lokasi tersebut sungai bertambah lebar
dan dangkal, erosi dasar sungai tidak lagi terjadi, bahkan sebaliknya terjadi pengendapan
yang sangat intensif. Dasar sungai secara terus menerus naik, dan sedimen yang hanyut
terbawa arus banjir tersebut dan mengendap secara luas membentuk dataran aluvasi.

Pada daerah dataran yang rata alur sungai erosi pada tebing bagian luar belokan yang
berlangsung sangat intensif, sehingga terbentuk meander. Dalam keadaan tersebut apabila
terjadi debit banjir yang besar dapat

menimbulkan luapan dan tergerusnya dinding bagian luar belokan sungai. Untuk mengatasi
hal tersebut dapat dibuat sudetan yaitu saluran baru yang bertujuan untuk melangsungkan

1
aliran debit banjir dari titik awal (hulu) ketitik akhir (hilir) meander. Sudetan dapat juga
dibuat untuk mengalihkan sebagian debit banjir ke sungai yang lain yang berdekatan.

PERKUATAN LERENG

1. Umum

Perkuatan lereng (revetments) adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu
lereng guna melindungi suatu tebing aIur sungai atau permukaan lereng tanggul dan secara
keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang
dilindunginya. Telah terjadi pengembangan yang sangat lanjut terhadap konstruksi, salah satu
bangunan persungaian yang sangat vital ini dan pada saat ini telah dimungkinkan memilih
salah satu konstruksi, bahan dan cara pelaksanaan yang paling cocok disesuaikan dengan
berbagai kondisi setempat. Walaupun demikian konstruksi perkuatn lereng secara terus
menerus dikembangkan dan disempurnakan.

2. Klasifikasi dan Konstruksi Perkuatan Lereng

Klasifikasi perkuatan lereng berdasarkan lokasi, perkuatan lereng terdiri atas 3 jenis yaitu :
perkuatan lereng tanggul (levee revetment), perkuatan tebing sungai (low water
revetment) dan perkuatan lereng menerus (high water revetment).

A. PERKUATAN LERENG TANGGUL

2
Dibangun pada permukaan lereng tanggul guna melindungi terhadap gerusan arus sungai dan
konstruksi yang kuat perlu dibuat pada tanggul-tanggul yang sangat dekat dengan tebing alur
sungai atau apabila diperkirakan terjadi pukulan air (water hammer).

B. PERKUATAN TEBING SUNGAI

Perkuatan semaeam ini diadakan pada tebing alur sungai, guna melindungi tebing tersebut
terhadap gerusan arus sungai dan meneegah proses meander pada alur sungai. Selain itu harus
diadakan

pengamanan-pengamanan terhadap kemungkinan kerusakan terhadap bangunan semaeam ini,


karena disaat terjadinya banjir bangunan tersebut akan tenggelam seluruhnya.

C. PERKUATAN LERENG MENERUS

Perkuatan lereng menerus dibangun pada lereng tanggul dan tebing sungai seeara menerus
(pada bagian sungai yang tidak ada bantarannya).

Konstruksi perkuatan lereng dapat dikombinasi dengan : pelindung lereng, pondasi dan
pelindung kaki, sambungan,konsolidasi, pelindung mercu.

3. Perencanaan perkuatan lereng

Pada tahapan pereneanaan (planing) untuk perkuatan lereng haruslah dipelajari seeara
seksama pengaruh-pengaruh :

 Proses perubahan alur sungai


 Gejala meander
 Hidrolika pada belokan-belokan sungai

3
 Rencana trase perkuatan lereng

Dalam merencanakan trase pekuatan lereng hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

 Penentuan trase perkuatan lereng harns dicocokkan dengan kondisi lapangan sehingga
dapat ditetapkan metode pelaksanaan yang cocok dengan kondisi setempat.
b. Kurva trase perkuatan lereng diusahakan sebesar mungkin supaya arah trase
rencana sesuai dengan arah aliran saat terjadi banjir besar.
 Trase perkuatan lereng ditempatkan sedemikian rupa dihindarkan sehingga dapat
dihindarkan pusaran-pusaran yang tidak teratur.
 Trase perkuatan tebing alur sungai ditempatkan lebih kebelakang.
 Pemilihan lokasi perkuatan lereng harus dibatasi pada bagian-bagian sungai yang
mudah tergerus saja .
 Panjang perkuatn lereng ditetapkan secara empiris yang didasarkan atas karakteristik
sungai, kondisi setempat, kemiringan sungai dan debit sungai.
 Tinggi perkuatan lereng bias any a disamakan dengan elevasi permukaan banjir
rencana.

4. Pemilihan tipe perkuatan lereng.

Pemilihan tipe perkuatan lereng yang cocok untuk suatu sungai haruslah dipilih dari beberapa
tipe yang ada dengan memperbandingkan satu dengan lainnya serta dengan memperhatikan
sulit tidaknya keadaan lapangan ditinjau dari pelaksanaan. Tipe perkuatan lereng yagn pernah
dibangun dengan hasil yang cukup baik adalah :

 Tipe pondasi rendah


 Tipe pondasi tinggi
 Tipe turap pancang baja
 Tipe turap papan
 Tipe turap beton
 Tipe turap pancang beton

5. Perkuatan lereng darurat atau sementara

Untuk melindungi lereng tanggul yang kritis akibat gogosan atau lereng tanggul yang baru
setelah dilakukan penutupan bobolan, biasanya perkuatan lerengnya dilakukan dengan
menggunakan bronjong kawat silinder, hamparan bronjong kawat, atau bobolan ditutup
dengan tanah.

6. Pelindung lereng

4
Beberapa jenis pelindung lereng diantaranya adalah gebalan rumput, hamparan nyaman berisi
batu, bronjong kawat silinder, blok beton, pasangan batu, pasangan blok beton, perkerasan
dengan beton. Pemilihan type pelindung lereng berdasarkan kekuatan konstruksi, kondisi
sungai (kecepatan dan besarnya ombak), kemiringan lereng, umur bangunan yang
direncanakan dan keadaan iklim yang dikaitkan dengan jangka waktu pelaksanaan. Tipe
pelindung lereng biasanya dibuat dengan permukaan rata atau bertangga.

Krib ( Bangunan Pengatur Sungai )

Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai kearah tengah, guna mengatur
arus sungai dan tujuan utamanya adalah :

 Mengatur arah arus sungai,


 Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai,
 Mempercepat sedimentasi,
 Menjamin keamanan tanggul atau tebing terhadap gerusan,
 Mempetahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai,
 Mengonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan.

5
dinding krib

Krib adalah bangunan air yang secara aktif mengatur arah arus sungai dan mempunyai efek
positif yang besar jika dibangun secara benar. Sebaliknya, apabila krib dibangun secara
kurang semestinya, maka tebing di seberangnya dan bagian sungai sebelah hilir akan
mengalami kerusakan. Karenanya, haruslah dilakukan penelaahan dan penelitian yang sangat
seksama sebelum penetapan type suatu krib yang akan di bangun.

Penggunaan krib

Tujuan dari pengaturan alur sungai antara lain adalah sebagai berikut :

 Mengatur aliran sungai sedemikian rupa sehingga pada waktu banjir air dapat
mengalir dengan cepat dan aman,
 Mengatur kecepatan aliran sungai yang memungkinkan adanya pengendapan dan
pengangkutan sedimen dengan baik,
 Mengarahkan aliran ke tengah alur sungai agar tebing sungai tidak terkikis,
 Mengarahkan aliran sungai sehingga dapat dipergunakan untuk pelayaran.

6
Krib untuk melindungi tebing sungai terhadap longsor

KLASIFIKASI KRIB

A. Krib Permeable

Pada tipe permeable, air dapat mengalir melalui krib. Bangunan ini akan melindungi tebing
terhadap gerusan arus sungai dengan cara meredam energy yang terkandung dalam aliran
sepanjang tebing sungai dan bersamaan dengai itu mengndapkan sendimen yang terkandung
dalam aliran. Krib permeable terbagi dalam beberapa jenis, antara lain jenis tiang pancang,
rangka pyramid, dan jenis rangka kotak. Krib permeable disebut juga dengan krib lolos air.
Krib lolos air adalah krib yang diantara bagian-bagian konstruksinya dapat dilewati aliran,
sehingga kecepatannya akan berkurang karena terjadinya gesekan dengan bagian konstruksi
krib tersebut dan memungkinkan adanya endapan angkutan muatan di tempat ini.

permeable krib

B. Krib Impermeable

Krib dengan konstruksi tipe impermeable disebut juga krib padat atau krib tidak lolos air,
sebab air sungai tidak dapat mengalir melalui tubuh krib. Bangunan ini digunakan untuk
membelokkan arah arus sungai dan karenanya sering terjadi gerusan yang cukup dalam di
depan ujung krib atau bagian sungai di sebelah hilirnya. Untuk mencegah gerusan, di
pertimbangkan penempatan pelindung dengan konstruksi fleksibel seperti matras atau
hamparan pelindung batu sebagai pelengkap dari krib padat. Dari segi konstruksi, terdapat
beberapa jenis krib impermeable misalnya brojong kawat, matras dan pasangan batu.

7
krib impermeable

C. Krib Semi Permeable

Krib semi permeable ini berfungsi ganda yaitu sebagai krib permeable dan krib padat.
Biasanya bagian yang padat terletak disebelah bawah dan berfungsi pula sebagai pondasi.
Sedangkan bagian atasnya merupakan konstruksi yang permeable disesuaikan dengan fungsi
dan kondisi setempat. Krib semi permeable disebut juga dengan Krib semi lulus air adalah
krib yang dibentuk oleh susunan pasangan batu kosong sehingga rembesan air masih dapat
terjadi antara batu-batu kosong.

D. Krib Silang dan Memanjang

Krib yang formasinya tegak lurus atau hamper tegak lrus sungai dapat merintangi arus dan
dinamakan krib melintang. Sedangkan krib yang formasinya hamper sejajar arah arus sungai
di sebut krib memanjang.

PERENCANAAN KRIB

Dalam mempersiapkan perencanaan krib, diperlukan survey mengenai topografi, debit dan
kecepatan aliran sungai dan transportasi sedimen yang ada disungai. Tipe dan cara
pembuatan krib ditetapkan secara empiris dengan memperhatikan pengalaman masalalu
dalam pembuatan krib yang hamper sejenis.

Secara umum, hal-hal yang perlu di perhatikan dalam perencanaan krib adalah sebagai
berikut :

Karena cara pembuatan krib sangat tergantung pada resim sungai, perlu diperoleh data
mengenai pengalaman pembuatan krib pada sungai yang sama atau hampir sama, kemudahan
pelaksanaanya dan besarnya pembiyayaan.

Untuk mengurangi turbulensi aliran pada sungai yang terlalu lebar, maka permukaan air
sungai normal harus dinaikan dengan krib yang panjang, dengan memperhatikan biaya
pelaksanaan dan pemeliharaannya.

Jika krib yang akan dibangun dimaksud pula untuk melindungi tebing sungai terhadap
pukulan air, panjang krib harus diperhitungkan pula terhadap timbulnya pukulan air pada
tebing sungai di seberangnya.

8
Krib tidak berfungsi baik pada sungai keeil dan sempit alurnya.

Apabila pembuatan krib dimaksudkan untuk menaikan permukaan normal air sungai, perlu
dipertimbangkan kapasitasnya disaat terjadinya debit yang lebih besar atau debit banjir.

Terdapat 3 macam formasi krib yaitu :

 Krib Tegak lurus : krib yang arahnya tegak lurus aliran.


 Krib condong kearah hulu disebut juga sebagai krib tajam : krib yang arahnya
menyerong ke hulu
 Krib condong kearah hilir.

Penetapan tinggi krib pada umumnya akan lebih menguntungkan apabila evaluasi mercu krib
dapat dibuat serendah mungkin ditinjau dari stabilitas bangunan terhadap gaya yang
mempengaruhinya, sebaiknya elevasi mercu dibuat 0,50-1,00 meter diatas elevasi rata-rata
permukaan air rendah. Dari hasil pengamatan terhadap tinggi berbagai jenis krib yang telah
dibangun dan berfungsi dengan baik, diperoleh angka perbandingan antara tinggi krib dan
kedalaman air banjir (hg/h) sebesar 0,20 – 0,30.

Arah aliran dan sudut sumbu krib

Panjang dan jarak antara krib ditetapkan secara empiris yang didasarkan pada pengamatan
data sungai yang bersangakutan antara lain situasi sungai, lebar sungai, kemiringan sungai,
debit banjir, kedalaman air, debit normal, transportasi sedimen dan kondisi sekeliling sungai.
Krib memanjang adalah krib yang ditempatkan hampir sejajar dengan arah arus sungai dan
biasanya digunakan untuk melindungai tebing alur sungai dan mengatur arah arus sungai agar
alur sungai tidak mudah berpindah-pindah.

9
KONSTRUKSI KRIB

Krib tiang pancang : adalah contoh krib permeabel dan dapat digunakan baik untuk krib
memanjang maupun krib melintang. Konstruksinya sangat sederhana dan dapat
meningkatkan proses pengendapan serta sangat cocok untuk bagian sungai yang tidak deras
arusnya.

Krib tiang pancang

Krib rangka : adalah krib yang cocok untuk sungai-sungai yang dasarnya terdiri dari lapisan
batu atau krikil yang sulit dipancang dan krib rangka ini mempunyai kemampuan bertahan
yang lebih besar terhadap arus sungai dibandingkan dengan krib tiang pancang.

KRIB RANGKA

Krib blok beton : krib blok beton mempunyai kekuatan yang baik dan awet serta sangat
fleksibel dan umumnya dibangun pada bagian sungai yang arusnya deras. Bentuk dan denah
krib serta berat masing-masing blok beton sangat bervariasi tergantung dari kondisi setempat
antara lain dimensi serta kemiringan sungai dan penetapannya didasarkan pada contoh-contoh
yang sudah ada atau pengalaman-pengalaman pada krib-krib sejenis yang pemah dibangun.

Krib blok beton : krib blok beton mempunyai kekuatan yang baik dan awet serta sangat
fleksibel dan umumnya dibangun pada bagian sungai yang arusnya deras. Bentuk dan denah
krib serta berat masing-masing blok beton sangat bervariasi tergantung dari kondisi setempat
antara lain dimensi serta kemiringan sungai dan penetapannya didasarkan pada contoh-contoh
yang sudah ada atau pengalaman-pengalaman pada krib-krib sejenis yang pemah dibangun.

10
krib blok beton

krib blok beton

PEMILIHAN TIPE KRIB

Tipe krib yang cocok untuk suatu lokasi haruslah ditentukan berdasarkan resim sungai pada
lokasi tersebut dengan memperhatikan tujuan pembuatannya, tingkat kesulitan dan jangka
waktu pelaksapannya. Jadi hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipelajari adalah bentuk
denah, kemiringan memanjang dan bentuk penampung lintang krib, elevasi muka air, debit,
keeepatan arus baban dasar dan arab pergeseran pada sungai. Selanjutnya tipe krib ditetapkan
berdasarkan fungsi hidrolika dari krib, pengalaman-pengalaman yang pemah ada dan contoh-
contoh bangunan krib-krib yang dibuat di waktu-waktu yang lalu.

Dalam proses penentuaqn tipe kirb diperlukan perhatian khusus pada hal-hal sebagai berikut :

Krib permeabel yang rendab dengan konsolidasi pondasi biasanya cukup memadai untuk
melindungi tebing sungai.

Krib tidak cocok untuk sungai-sungai yang sempit alumya atau untuk sungai-sungai kecil.

11
TANGGUL

1. Perencanaan tanggul (levee planning)

Tanggul disepanjang sungai adalah salah satu bangunan yang paling utama dan paling
penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat terhadap genangan-
genangan yang disebabkan oleh banjir dan badai (gelombang pasang). Tanggul dibangun
terutama dengan konstruksi urugan tanah, karena tanggul merupakan bangunan menerus yang
sangat panjang serta membutuhkan bahan urugan yang volumenya sangat besar karena tanah
merupakan bahan urugan yang volumenya sangat besar karena tanah merupakan bahan yang
sangat mudah penggarapannya dan setelah menjadi tanggul sangat mudah pula menyesuaikan
diri dengan lapisan tanah pondasi yang mendukungnya serta mudah pula menyesuaikan
dengan kemungkinan penurunan yang tidak rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh
penurunan tersebut mudah dikerjakan.

2. Jenis-jenis tanggul.

Berdasarkan fungsi dan dimensi tempat serta bahan yang dipakai


dan kondisi topografi setempat tanggul dapat dibedakan sebagai
berikut :

 Tanggul utama
 Tanggul skunder
 Tanggul terbuka
 Tanggul pemisah
 Tanggul melingkar
 Tanggul sirip
 Tanggul pengarah
 Tanggul keliling dan tanggul sekat
 Penyadap banjir
 Tanggul tepi dananu dan tanggul pasang

12
Trase tempat kedudukan tanggul.

Garis bahu depan suatu tanggul disebut pula sebagai trase tempat kedudukan tanggul atau
disingkat dengan istilah trase tanggul. Halhal yang perlu diperhatikan dalam penetapan trase
tanggul adalah :

a. Pemilihan lokasi tanggul

Dipilih pada lokasi yang kedap air

b. Arah trase tanggul

Dalam menentukan arah trase tanggul agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

 Dipilih suatu penampang basah sungai yang paling efektif dengan kapasitas
pengaliran maksimum
 Agar trase searah dengan arah arus sungai dan dihindarkan tejadinya belokan yang
tajam.
 Diusahakan agar arah trase tanggul kiri dan tanggul kanan separalel mungkin dengan
alur sungai.
 Pada sungai-sungai yang arusnya tidak besar, diusahakan agar kurva alirannya stabil.

c. Jarak antara trase tanggul sungai

 Jarak antara trase tanggul dianggap sebagaijarak antara kedua tanggul yang membujur
dikanan kiri sungai yang ditetapkan berdasarkan debit banjir rencana untuk sungai
tersebut kemiringannya, tinggi muka air pada sungai dan jika mungkin tambahan
persediaan lebar seperlunya.
 Guna menentukan debit sungai umumnya dipergunakan formula chezy, sebagai
berikut :

Q = C x B x H^1.5 x 1^0.5

dimana :
Q : Debit (m3/dt)

13
C : Koefisien Chezy

B : Lebar sungai (m)

H : Kedalaman rata-rata (m)

Kemiringan permukaan sungai

Dalam perhitungan luas penampang lintang sungai dengan menggunkan formula tersebut,
untuk beberapa arus sungai kadang-kadang sangat sukar merubah nilai I dan C. Jadi lebar
sungai dan kedalaman air sungai disesuaikan dengan memperhatikan kecepatan aliran air
sungai yang diperkenankan (sekitar 1.5-2.0 m3/dt), sehingga dapat dihindari. Pada sungai-
sungaiyang sangat lebar dan dalam alirannya memperlihatkan adanya taurbulensi, maka
lebarnya dapat dibatasi atau dikurangi dengan pembuatan tanggul-tanggul sirip pada
bantarannya. Andaikan pada suatu ruas sungai tidak dapat dihindarkan terjadinya pukulan air,
lebar sungai pada ruas ini perlu ditambah secukupnya. Sebagai suatu persyaratan, tanggul di
kedua belah sungai sedapat mungkin dibuat sejajar. Walaupun demikian, apabila terdapat
ruas yang sempit karena karena suatu kondisi yang tidak terrhindarkan, maka dihilir ruas
tersebut supaya sedapat mungkin ksegera diperlebar menyesuaikan dengan lebar normalnya.

d. Trase tanggul pada muara-muara sungai.

Dalam menetapkanjarak antara tanggul-tanggul pada muara lebih dari dua sungai yang
berdekatan, perlu ditetapakan sedemikian rupa, supaya aliran sungai-sungai tersebut tidak
saling mengganggu.

Bentuk penampang lintang tanggul dan bahan tanah tanggul.

a. Bagian tanggul

Bentuk standar dan nama bagian tanggul adalah lereng depan, lereng belakang, tinggi jagaan,
bahu depan, bahu belakang, mercu, berm depan, berm belakang, kaki depan, kaki belakang,
dataran dan dasar tanggul.

14
b. Tinggi jagaan

Tinggi jagaan merupakan tambahan tinggi pada tanggul untuk menampung loncatan air dari
permukaan air sungai yang sedang mengalir, yang diakibatkan oleh adanya ombak
gelombang dan loncatan hidrolis pada saat banjir. Tinggi jagaan berkisar antara 0,6 – 2,0 m.

Tinggi jagaan standard tanggul

Debit banjir rencana (cm2/dt) : angka untuk ditambahkan di atas elevasi muka air banjir
rencana (m)

< 200 : 0,6 ; 200-500 : 0,8 ; 500-2000:1,0 ; 2000-5000 : 1,2 ; 5000-10000 : 1,5 ; >1000 ; 2,0

c. Lebar mercu tanggul

Pada daerah yang padat, dimana perolehan areal tanah untuk tempat kedudukan tanggul
sangat sukar daan mahal, pembangunan tanggul dengan mereu yang tidak lebar dan dengan
lerengnya yang agak curam cukup memadai. Akan tetapi mereu yang cukup lebar (3-7 m) ,
biasanya diperlukan untuk jalan inspeksi lebar standar mercu tanggu, Lebar standar mercu
tanggul.

Debit banjir rencana (m3/dt) : Lebar mercu (m)

< 500 : 3 , >500 tetapi <2000 : 4 , >2000 tetapi <5000 : 5 , >5000 tetapi <10000 : 6 , >10000 :
7

d. Kemiringan lereng tanggul

Penentuan kemiringan lereng tanggul merupakan tahapan yang paling penting dalam
perencanaan tanggul dan sangat erat kaitannya dengan infiltrasi air dalam tubuh tanggul
tersebut. Dalam keadaan biasa tanpa perkuatan lereng tanggul direneanakan dengan
kemiringan 1 : 2 atau lebih kecil. Bahan yang sangat cocok untuk pembangunan tanggul
adalah tanah dengan karakteristik sebagai berikut :

 Dalam keadaan jenuh air mampu bertahan terhadap gejala gelincir dan longsor.
 Pada waktu banjir yang lama tidak rembes atau bocor.
 Penggalian, transportasi dan pemadatannya mudah.
 Tidak terjadi retak-retak yang membayakan kesetabilan tubuh tanggul

15
 Bebas dari bahan-bahan organis. seperti akar-akaran, pohonpohonan dan rumput-
rumputan.

Akan tetapi amatlah sukar untuk memperoleh bahan tanah dengan kualitas yang baik untuk
tanggul yang sangat panjang dari lokasi yang berlainan yang berdekatan dengan trass tanggul
yang akan dibangun. Sedangkan pengambilannya dari lokasi yang sama, tetapi jaraknya jauh
akan meningkatkan biaya transportasinya. Jadi tidaklah dapat dihindarkan pengambilan
bahan tanah dari lokasi di sekitar tanggul. Walaupun dengan resiko kualitasnya kurang
memenuhi persyaratan. Dalam keadaan untuk urugan bagian dalam tubuh tanggul, sedangkan
untuk bagian luamya dipergunakan untuk urugan bagian dalam tubuhnya.

3. Stabilitas tanggul

a. Berbagai penyebab kerusakan tubuh tanggul

 Pada umumnya penyebab kerusakan tubuh tanggul adalah sebagai berikut :


Terbentuknya bidang gelincir yang menerus akibat kemiringan lereng tanggul terlalu
curam.
 Terjadinya keruntuhan lereng tanggul akibat kejenuhan air dalam tubuh tanggul yang
disebabkan oleh rembesan air pada saat banjir atau pada saat terjadinya hujan yang
terus menerus.
 Terjadinya kebocoran-kebocoran pada pondasi tanggul.
 Tergerusnya lereng depan tanggul oleh arus sungai.
 Terjadinya limpasan pada mercu tanggul.
 Terjadinya pergeseran pondasi akibat gempa

.b. Stabilitas lereng tanggul

Kekuatan geser dan kohesi bekerja diantara partikel-partikel, karena adanya gaya gravitasi.
Makastabilitas lereng tanggul dapat dihitung berdasarkan konsep bidang gelincir lingkaran.
Untuk memperoleh tegangan geser S dapat dihitung dengan :

S = t tan O + C

16
Dimana :

t =kekuatan kompresi vertikal

O = kekuatan geser dalam

C = kohesi

Dalarn kondisi tersebut besamya sudut geser dalarn terletak antara bidang lereng tanah yang
stabil alamiah. Niali 0 suatu bahan senatiasa berubah-ubah tergantung besamya kandungan
air, jadi tidaklah sarna dengan sudut lereng alarniahnya,jika nilai C hanipir mendekati angka
nol seperti halnya pada pasar, maka rumus

tegangan geser dalam berubah menjadi : S = t tan O

Selanjutnya untuk lempungan atau tanah berlumpur dengan nilai 0 mendekati angka nol,
maka S dapat diperoleh dengan rumus : S = C

c. Garis rembesan

jika pada saat terjadinya banjir, permukaan air pada bantaran naik cukup tinggi, maka akan
terjadi rembesan air ke dalam tubuh tanggul pada bagian yang terletak dibawah kurva AB,
dan kemiringan dari kurva AB

diatas disebut gradien hidrolis. Jika garis rembesan AB memotong lereng belakang tanggul
dan air rembesan muncul pada permukaan lereng tersebut , maka akan dapat terjadi
kebocoran tanggul pada bagian permukaan lereng yang terletak disebelah bawah titik B dan
dapat membahayakan stabilitas tubuh tanggul pada lokasi tersebut. Oleh sebab itu dalam
merencanakan penampang lintang tubuh tanggul pada lokasi harus diperhatikan agar dapat
menutup seluruh panjang garis rembesan.

d. Pengecekan stabilitas tanggul secara menyeluruh

Sebagaimana diuraikan dimuka, bahwa kerusakan tanggul akibat longsor dapat terjadi pada
lereng belakang tanggul, apabila garis rembesan memotong lereng belakang dan air rembesan
muncul pada permukaan lereng tersebut. Permukaan lereng tanggul dapat pula longsor karena
tertimpa hujan deras secarqa terus menerus dan berlangsung lama.Selanjutnya keadaan akan
lebih sulit dan kompleks, apabila tubuh tanggul sedang dalam keadaan jenuh dan bersamaan
dengan itu terjadi banjir yang menyebabkan tejadinya naiknya permukaan air sungai. Dalam

17
keadaan demikian longsor merupakan permulaan proses sewaktu- waktu dapat terjadi. Pada
hakekatnya terjadinya longsor merupakan permulaan proses kerusakan tubuh tanggul yang
selanjutnya dapat menyebabkan bobolnya tanggul tersebut. Mengingat hal-hal diatas, maka
pemadatan pada seluruh bagian tubuh tanggul secara baik dan sempurna, adalah salah satu
persyaratan yang paling utama dalam pembangunan tanggul guna meningkatkan stabilitasnya
dan hams pula diingat pada pembuatan tanggultanggul dari bahan pasiran yang koefisien
filtrasinya cukup tinggi, agar sebelumnya dilakukan pengujian yang seksama pada stabilitas
tubuh tanggul terhadap pengaruh air rembesan. Selanjutnya pengujian yang seksama
diperlukan pula pada tanggul-tanggul yang akan dibangun diatas lapisan pondasi yang lolos
air. Sebagai tambahan pengujian yang lebih seksama hams dilakukan terhadap kemungkinan
kebocoran pada tanggul yang sudah dibangun ditas pondasi yang lulus air dan terhadap
kemungkinan terjadinya kerusakan-kerusakan akibat longsor pada tanggul-tanggul yang di
bangun diatas pondasi yang lunak serta diatas pondasi lapisan tanah kohesif yang tebal.

Gambar kegagalan Perencanaan Tanggul Yang membuat tanggul jebol

18
Bendung Penahan (check dam)

Bendung-bendung penahan dibangun di sebelah hulu yang berfungsi memperlambat gerakan


dan berangsur-angsur mengurangi volume banjir lahar. Untuk menghadapi gaya-gaya yang
terdapat pada banjir lahar maka diperlukan bendung penahan yang cukup kuat. Selain itu
untuk menampung benturan batu-batu besar, maka mercu dan sayap bendung harus dibuat
dari beton atau pasangan yang cukup tebal dan dianjurkan sama dengan diameter maksimum
batu-batu yang diperkirakan akan melintasi. Sangat sering runtuhnya bendung penahan
disebabkan adanya kelemahan pada sambungan konstruksinya, oleh sebab ini sambungan-
sambungan harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

Walaupun terdapat sedikit perbedaan perilaku gerakan sedimen, tetapi metode pembuatan
desain untuk pengendaliannya hampir sama, kecuali perbedaan pada konstruksi sayap mercu
serta ukuran pelimpah dan bahan tubuh bendung. Untuk bendung pengendali gerakan
sedimen secara fluvial yang bahannya berbutir halus, mercunya dapat dibuat lebih tipis.
Bahan untuk tubuh beton selain beton dan pasangan batu dapat juga dari kayu, bronjong
kawat, atau tumpukan batu. Sedangkan untuk bendung penahan gerakan massa biasanya
digunakan beton dan pasangan batu. Tipe bendung yang dipakai adalah tipe gravitasi yang
lebih rendah dari 15 m.

Gambar 2.3 Bangunan check dam

19
2. Bendung Pengatur (sabo dam)

Di samping dapat pula menahan sebagian gerakan sedimen, fungsi utama bendung pengatur
adalah untuk mengatur jumlah sedimen yang bergerak secara fluvial dalam kepekatan yang
tinggi, sehingga jumlah sedimen yang meluap ke hilir tidak berlebihan. Dengan demikian
besarnya sedimen yang masuk akan seimbang dengan kemampuan daya angkut aliran air
sungainya, sehingga sedimentasi pada daerah kipas pengendapan dapat dihindarkan.

Pada sungai-sungai yang diperkirakan tidak akan terjadi banjir lahar, tetapi banyak
menghanyutkan sedimen dalam bentuk gerakan fluvial, maka bendung-bendung pengatur
dibangun berderet-deret di sebelah hulu daerah kipas pengendapan. Untuk sungai-sungai
yang berpotensi banjir lahar, maka bendung-bendung ini dibangun di antara lokasi sistem
pengendalian lahar dan daerah kipas pengendapan.

Jika tanah pondasi terdiri dari batuan yang lunak, maka gerusan tersebut dapat dicegah
dengan pembuatan bendung anakan (sub dam). Kadang-kadang sebuah bendung memerlukan
beberapa buah sub-dam, sehingga dapat dicapai kelandaian yang stabil pada dasar alur sungai
di hilirnya. Stabilitas dasar alur sungai tersebut dapat diketahui dari ukuran butiran sedimen,
debit sungai dan daya angkut sedimen, kemudian barulah jumlah sub-dam dapat ditetapkan.
Selanjutnya harus pula diketahui kedalaman gerusan di saat terjadi banjir besar dan
menetapkan jumlah sub-dam yang diperlukan, agar dapat dihindarkan terjadinya keruntuhan
bendung-bendung secara beruntun.

Penentuan tempat kedudukan bendung, biasanya didasarkan pada tujuan pembangunannya


sebagaimana tertera di bawah ini:

a. Untuk tujuan pencegahan terjadinya sedimentasi yang mendadak dengan jurnlah yang
sangat besar yang dapat timbul akibat terjadinya tanah longsor, sedimen luruh, banjir lahar
dan lain-lain maka tempat kedudukan bendung haruslah diusahakan pada lokasi di sebelah
hilir dari daerah sumber sedimen yang labil tersebut, yaitu pada alur sungai yang dalam, agar
dasar sungai naik dengan adanya bendung tersebut

b. Untuk tujuan pencegahan terjadinya penurunan dasar sungai, tempat kedudukan


bendung haruslah sebelah hilir dari diusahakan penempatannya di ruas sungai tersebut.
Apabila ruas sungai tersebut cukup panjang, maka diperlukan beberapa buah bendung yang
dibangun secara berurutan membentuk terap-terap sedemikian, sehingga pondasi bendung

20
yang lebih hulu dapat tertimbun oleh tumpukan sedimen yang tertahan oleh bendung di
hilirnya.

c. Untuk tujuan memperoleh kapasitas tampung yang besar, maka tempat kedudukan
bendung supaya diusahakan pada lokasi di sebelah hilir ruas sungai yang lebar sehingga
dapat terbentuk semacam kantong. Kadang-kadang bendung ditempatkan pada sungai utama
di sebelah hilir muara anak-anak sungai yang biasanya berupa sungai arus deras (torrent)
dapat berfungsi sebagai bendung untuk penahan sedimen baik dari sungai utama maupun dari
anak-anak sungainya.

Gambar 2.4 Bangunan Sabo dam

21
GROUND SILL

Gerusan adalah perubahan dari suatu aliran yang disertai pemindahan material melalui aksi
gerakan fluida. Gerusan lokal (local scouring) terjadi pada suatu kecepatan aliran dimana
sedimen diangkut lebih besar daripada sedimen disuplai. Angkutan sedimen bertambah
dengan meningkatnya tegangan geser sedimen, gerusan terjadi ketika perubahan kondisi
aliran menyebabkan peningkatan tegangan geser pada dasar saluran. Atau dapat dikatakan
juga bahwa gerusan adalah merupakan erosi pada dasar dan tebing saluran alluvial (Hoffmans
and Verheij, 1997).

Gerusan (scouring) merupakan suatu proses alamiah yang terjadi di sungai sebagai akibat
pengaruh morfologi sungai (dapat berupa tikungan atau bagian penyempitan aliran sungai)
atau adanya bangunan air ( hydraulic structur) seperti: jembatan, bendung, pintu air, dll.
Morfologi sungai merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses terjadinya
gerusan, hal ini disebabkan aliran saluran terbuka mempunyai permukaan bebas (free
surface). Kondisi aliran saluran terbuka berdasarkan pada kedudukan permukaan bebasnya
cenderung berubah sesuai waktu dan ruang, disamping itu ada hubungan ketergantungan
antara kedalaman aliran, debit air, kemiringan dasar saluran dan permukaan saluran bebas itu
sendiri.

Laursen (1952) dalam Hanwar (1999:4) mendefinisikan gerusan sebagai pembesaran dari
suatu aliran yang disertai pemindahan material melalui aksi gerakan fluida. Gerusan lokal
(local scouring) terjadi pada suatu kecepatan aliran di mana sedimen yang dingkut lebih
besar dari sedimen yang disuplai.

Menurut Laursen (1952) dalam Sucipto (2004:34), sifat alami gerusan mempunyai fenomena
sebagai berikut : 6

1. Besar gerusan akan sama selisihnya antara jumlah material yang diangkut keluar daerah
gerusan dengan jumlah material yang diangkut masuk ke dalam daerah gerusan.

2. Besar gerusan akan berkurang apabila penampang basah di daerah gerusan bertambah
(misal karena erosi). Untuk kondisi aliran bergerak akan terjadi suatu keadaan gerusan yang
disebut gerusan batas, besarnya akan asimtotik terhadap waktu.

22
Bresuers dan Raudviki (1991) serta Agung Wiyono (2006) mendefinisikan gerusan yang
terjadi pada suatu struktur dapat dibagi berdasarkan dua kategori yaitu :

1. Tipe dari gerusan

a. Gerusan umum (general scour) merupakan gerusan yang terjadi akibat dari proses alami
dan tidak berkaitan sama sekali dengan adanya bangunan sungai.

b. Gerusan di lokalisir (constriction scour) merupakan gerusan yang disebabkan oleh


penyempitan alur sungai sehinga aliran menjadi terpusat.

c. Gerusan lokal (local scour) merupakan gerusan akibat langsung dari struktur pada alur
sungai. Proses terjadinya gerusan lokal biasanya dipicu oleh tertahannya angkutan sedimen
yang dibawa bersama aliran oleh struktur bangunan dan peningkatan turbulensi aliran akibat
adanya gangguan dari suatu struktur.

2. Gerusan dalam perbedaan kondisi angkutan

a. Kondisi clear water scour dimana gerusan dengan air bersih terjadi jika material dasar
sungai di sebelah hulu gerusan dalam keadaan diam atau tidak terangkut.

b. Kondisi live bed scour dimana gerusan yang disertai dengan angkutan sedimen material
dasar saluran.

Kesetimbangan kedalaman gerusan akan tercapai jika jumlah material yang terangkut dari
lubang gerusan oleh aliran sama dengan jumlah material yang tersuplai ke dalam lubang
gerusan dari hulu.

Salah satu alternatif perlindungan terhadap gerusan adalah dengan membuat ambang.
Ambang merupakan suatu bangunan pengendali sedimen yang bertujuan untuk 7

menjaga agar dasar sungai tidak turun secara berlebih dan diharapkan dengan adanya ambang
tersebut maka gerusan lokal pada bangunan sungai dapat direduksi. Ambang dibangun pada
posisi porosnya tegak lurus arah aliran (Suyono Sosrodarsono, 1994).

23
Dalam Sigit Herlambang (2003) disebutkan tipe ambang terdiri dari 2 macam yaitu:

1. Ambang datar (bed gindle work) yaitu ambang yang hampir tidak mempunyai terjunan dan
elevasi mercunya hampir sama dengan permukaan dasar sungai dan berfungsi menjaga agar
permukaan dasar sungai tidak turun lagi.

2. Ambang pelimpah (head work) yaitu ambang yang mempunyai terjunan dimana elevasi
bagian hulu lebih besar dari elevasi hilir, untuk melandaikan kemiringan dasar saluran.

Gambar 2.1. Perlindungan dengan groundsill

(Sumber : Sigit Herlambang, 2003)

Saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada
semua titik di sepanjang saluran tekanan di permukaan air adalah sama, yang biasanya berupa
tekanan atmosfir. Pengaliran melalui suatu pipa yang tidak penuh masih ada muka air bebas
termasuk aliran melalui saluran terbuka. Oleh karena aliran melalui saluran terbuka harus
mempunyai muka air bebas, maka aliran ini biasanya berhubungan dengan zat cair dan
umumnya adalah air. 8

Menurut Chow (1992:17) dalam Mukhammad (2007), Saluran yang mengalirkan air dengan
suatu permukaan bebas disebut saluran terbuka. Menurut asalnya saluran dapat digolongkan
menjadi saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial). Saluran alam meliputi semua
alur air yang terdapat secara alamiah di bumi, mulai dari anak selokan kecil di pegunungan,
selokan kecil, sungai kecil dan sungai besar sampai ke muara sungai.

24
Saluran terbuka menurut Triatmodjo (1996:103) adalah saluran dimana air mengalir dengan
muka air bebas. Pada saluran terbuka, misalnya sungai (saluran alam), variabel aliran sangat
tidak teratur terhadap ruang dan waktu. Variabel tersebut adalah tampang lintang saluran,
kekasaran, kemiringan dasar, belokan, debit aliran dan sebagainya.

Tipe aliran saluran terbuka menurut Triatmodjo (1996:104) dalam Mukhammad (2007)
adalah turbulen, karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui
saluran terbuka akan turbulen apabila angka Reynolds Re > 1.000, dan laminer apabila Re <
500. Aliran melalui saluran terbuka dianggap seragam (uniform) apabila berbagai variabel
aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan, dan debit pada setiap tampang saluran
terbuka adalah konstan. Aliran melalui saluran terbuka disebut tidak seragam atau berubah
(non uniform flow atau varied flow), apabila variabel aliran seperti kedalaman, tampang
basah, kecepatan di sepanjang saluran tidak konstan. Apabila perubahan aliran terjadi pada
jarak yang pendek maka disebut aliran berubah cepat, sedang apabila terjadi pada jarak yang
panjang disebut aliran berubah tidak beraturan. Aliran disebut mantap apabila variabel aliran
di suatu titik seperti kedalaman dan kecepatan tidak berubah terhadap waktu, dan apabila
berubah terhadap waktu disebut aliran tidak mantap. Selain itu aliran melalui saluran terbuka
juga dapat dibedakan menjadi aliran sub kritis (mengalir) jika Fr <1, dan super kritis
(meluncur) jika Fr >1. Di antara kedua tipe tersebut aliran adalah kritis (Fr =1). 9

Analisis aliran melalui saluran terbuka adalah lebih sulit daripada aliran melalui pipa /
saluran tertutup. Di dalam pipa tampang lintang aliran adalah tetap yang tergantung pada
dimensi pipa. Demikian juga kekasaran dinding pipa adalah seragam di sepanjang pipa. Pada
saluran terbuka misalnya sungai, variabel aliran sangat tidak teratur baik terhadap ruang
maupun terhadap waktu. Variabel tersebut adalah tampang lintang saluran, kekasaran,
kemiringan dasar, belokan, debit aliran dan sebagainya. Ketidak teraturan tersebut
mengakibatkan analisis aliran sangat sulit untuk diselesaikan secara analitis. Oleh karena itu
analisis aliran melalui saluran terbuka adalah lebih empiris dibanding dengan aliran melalui
pipa.

25
Kegagalan akibat perencanaan bangunan groundsill yang tidak tepat

26

Anda mungkin juga menyukai