Anda di halaman 1dari 17

REKAYASA AIR LIMPASAN UNTUK PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN
OLEH KALMAH
11/15/23 Sample Footer Text 1
Penstabilan Alur Sungai
A. Penstabilan Dasar Sungai (Groundsill dan Check Dam)

Groundsill merupakan salah satu struktur ambang melintang sungai


sehingga dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi
kecepatan aliran sungai pada bagian hulu strukturnya. Selain daripada
itu, groundsill juga mungkin dapat meningkatkan laju pengendapan
sedimen di bagian hulu strukturnya dikarenakan struktur groundsill
dapat menjadi penghalang pergerakan sedimen kebagian hilir
sehingga sedimen yang terhalang dapat mengendap dibagian hulu
struktur groundsill tersebut.
Penstabilan Alur Sungai
Pada umumnya, groundsill dibuat di bagian hilir suatu bangunan sungai yang
rusak atau terancam rusak disebabkan oleh gerusan seperti pada struktur pondasi
bangunan jembatan, tebing sungai runtuh dan longsor akibat erosi di alur sungai
dan kombinasi peristiwa erosi dasar sungai dan tebing sungai. Keberadaan
groundsill diharapkan dapat mengurangi masalah gerusan yang terjadi di dasar
sungai sehingga dapat melindungi bangunan-bangunan yang ada pada aliran
sungai.
Penstabilan Alur Sungai
Check dam stones atau tanggul penghambat adalah bangunan kecil yang
memiliki konstruksi sederhana yang dibuat pada alur jurang atau aliran sungai
kecil. Check dam stones berfungsi sebagai pengendali sedimen dan aliran air
yang berasal dari hulu sungai. Check dam stones memiliki dimensi (tinggi x
panjang) maksimal kurang lebih 10 m yang tergantung pada kondisi lapangan
pada penggunaan check dam stones.
1.Pemilihan dari lokasi bangunan check dam stones harus pada lokasi yang tepat
dapat menguntungkan dari berbagai aspek seperti perencanaan, pengoperasian,
dampak bangunan, dan lain sebagainya. Pemilihan lokasi check dam stones ada
beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
2.Kondisi topografi di lokasi check dam stones yang sebaiknya ditempatkan di
daerah yang relatif datar dan luas agar volume tampungan sedimen menjadi lebih
besar. Memiliki keuntungan menghindari pendangkalan sungai yang ada di hilir,
mengendalikan aliran air permukaan di daerah hilir, dan meningkatkan muka air
tanah sekitar.
Penstabilan Alur Sungai
3. Kondisi aliran sungai yang meliputi seperti aliran sungai, dengan kecepatan
aliran sungai pada saat keadaan banjir, besar, sedang, kecil, kedalaman dan lebar
permukaan aliran air pada saat banjir, dan ketinggian permukaan air pada waktu
debit banjir.
4. Kondisi tanah untuk pondasi yang sebaiknya pemasangan check dam stones di
tempatkan pada lokasi tanah yang cukup kuat untuk menahan pondasi check dam
stones agar kokoh dan stabil.
5. Biaya pelaksanaan pembangunan check dam stones harus sangat
mempertimbangkan besarnya biaya untuk pembangunan bangunan tersebut, teknis
pengerjaan check dam stones dan tenaga yang harus dibutuhkan untuk
membangun check dam stones.
6. Faktor-faktor lain yang harus juga dipertimbangkan untuk pemabangunan check
dam stones penggunaan lahan di sekitar bangunan, perkembangan di sekitar
bangunan check dam stones serta perubahan morfologi aliran sungai.
Penstabilan Alur Sungai
B. Penstabilan Tebing Sungai
Jenis perkuatan tebing terbagi atas perkuatan tebing sungai aliran rendah (low
water revetment) dan perkuatan tebing sungai aliran tinggi (high water revetment).
Perkuatan tebing sungai aliran rendah merupakan bangunan pada permukaan
tebing sungai aliran rendah guna melindungi tebing sungai dari gerusan arus
sungai dan mencegah proses meander pada alur sungai. Sedangkan perkuatan
tebing sungai aliran tinggi merupakan bangunan pada lereng tangul dan tebing
sungai secara menerus pada ruas sungai yang tidak ada bantaran dan berfungsi
untuk melindungi lereng/tebing
1. Pelindung Tebing Sungai Aliran Rendah
a. Batu Curah sebagai Pelindung Tebing
1.Salah satu kerusakan yang terjadi pada
sungai adalah keruntuhan pada
2.tebing sungai. Kerusakan ini disebabkan oleh
kerusakan kecil yang
3.semakin lama semakin membesar dan
mengancam stabilitas tebing;
4.Kondisi ini harus segera diatasi agar tidak
membahayakan prasarana
5.yang ada di tepi sungai;
6.Untuk menanggulanginya maka perlu adanya
struktur pengaman tebing
7.yang salah satunya adalah pelindung tebing
sungai dengan batu curah.
b. Pengertian Batu Curah
1.Batu curah (dump-stone) merupakan salah satu tipe pelindung
sungai terhadap ancaman gerusan (erosi) oleh aliran air sungai;
2.Bangunan ini berupa timbunan batu-batu berukuran relatif besar
yang dapat di curahkan dari atas tebing dan disusun dari arah dasar
sungai akan dilindungi;
3.Batu curah berfungsi untuk meningkatkan stabilitas tebing sungai.
Batu curah dapat bertindak sebagai lapisan pelindung (armo urug
layer);
4.Terjadi endapan yang merupakan ikatan antara batu curah.
c. Struktur batu curah pada elevasi muka air
1.Karea longsoran tebing sudah cukup parah sehingga mengancam
bangunan yang berada diatasnya;
2.Kaki tebing sungai bertambah stabil.
1. Pelindung Tebing Sungai Aliran Rendah
1.Revetment suatu tebing atau tanggul dengan
pintu atau saluran melintas harus di berikan
pada bagian penutup berturut-turut 10 m pada
pias teratas dan pias terbawah dari pintu.
Namun hal yang sama tidak akan dipergunakan
pada saluran kecil yang tidak lebih besar dari
0,5 m luas potongannya, saat ketidak- harusan
tersebut dikenal karena kondisi topografi dan
sebagainya;
2.Revetment yang berkaitan dengan
pembangunan suatu jembatan harus diletakkan
pada bagian arah ke pias teratas dan pias
terbawah dari ujung hulu dan hilir jembatan
berturut-turut dengan besarnya hubungan lebih
besar dari pada setengah panjang jarak
jembatan (30 m jika panjang jarak lebih besar
Pada umumnya tinggi revetment tanggul dibuat dengan menggunakan prinsip
harus setinggi muka air banjir rencana. Namun juga harus dibuat setinggi puncak
tanggul jika diperlukan, pada suatu kolam penampungan, suatu tempat dengan
lebar sungai yang cukup lebar, sebuah tempat dengan lebar sama dengan lebar
sungai, sebuah tempat yang mempunyai angin dan gelombang di sekitar muara
sungai dan sebagainya dan pada sungai dengan aliran yang deras. Revetment
untuk aliran lambat harus dibuat setinggi elevasi yang diperlukan, disesuaikan
dengan keadaan alur air.
4.Krib

Bangunan krib dipasang untuk mencegah gerusan yang disebabkan oleh


penahanan kecepatan pada revetment atau bagian sisi depan dari tanggul, untuk
membuang aliran sungai untuk membuat arus tengah menjauh dari revetment
atau tebing, untuk menetapkan saluran normal dan untuk mengarahkan aliran
sungai, dll. dan harus di rencanakan menurut rezim sungai, dengan menitik
beratkan pada hubungan dengan rencana saluran dan rencana revetment yang
saling berkaitan erat, dengan mempertimbangkan pengaruh terhadap bagian hulu
dan hilir serta sisi lain dari sungai.
Tipe bangunan krib harus dipilih sesuai dengan tujuan masing-masing, memeriksa
rejim sungai seperti tampak datar (denah), bentuk potongan memanjang dan
potongan melintang sungai, debit, elevasi muka air, material dasar dan variasi
dasar sungai, dll.
Secara garis besar terdapat 3 (tiga) tipe konstruksi krib, yaitu:
1.Krib Permeabel
2.Pada krib permeabel air dapat mengalir melalui krib (permeable spur). Krib
permeabel tersebut melindungi tebing terhadap gerusan atus sungai dengan cara
meredam energi yang terkandung dalam aliran sepanjang tebing sungai dan
bersamaan dengan itu mengendapkan sedimen yang terkandung dalam aliran.
3.Krib Impermeabel
Krib dengan konstruksi tipe impermeabel ini disebut krib padat, karena air tidak
dapat mengalir melalui krib. Krib ini dipergunakan untuk membelokkan arah arus
sungai dan kareanya sering terjadi gerusan cukup dalam di depan ujung krib
tersebut atau bagian sungai dihilir nya.
4.Krib Semi Permeabel
Krib semi permeabel ini berfungsi ganda, yaitu sebagai krib permeabel dan krib
padat.
Arah bangunan krib biasanya diatur dengan arah ke hulu atau pada sudut yang
tepat terhadap arah aliran sungai.

Panjang, tinggi dan interval penempatan bangunan krib harus ditentukan,


dengan mempertimbangkan rezim sungai, tujuan pemasangan krib, pengaruh
terhadap alur bagian hulu dan hilir serta sisi lain dari sungai dan untuk keamanan
struktur bangunan krib itu sendiri.
serendah mungkin, ditinjau dari segi keamanan terhadap gaya-gaya yang berat dari
arus sungai. Elevasi mercu ujung krib sebaiknya sekitar 0,5 - 1,0 m di atas elevasi
rata-rata permukaan air rendah. Adapun kemiringan puncak krib biasanya dibuat 1/20
- 1/100 kearah ujung.
Penstabilan muara sungai yang bisa dilakukan adalah pembangunan jetty. Jetty adalah suatu bangunan tegak
lurus pantai yang diletakkan pada kedua sisi muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur
oleh sedimen pantai. Sungai-sungai yang bermuara pada pantai yang berpasir engan gelombang yang cukup
besar sering mengalami penyumbatan muara oleh endapan pasir. Karena pengaruh gelombang dan angin,
endapan pasir terbentuk di muara. Transport akan terdorong oleh gelombang masuk kemuara dan kemudian
diendapkan. endapan yang sangat besar dapat menyebabkan tersumbatnya muara sungai. penutupan muara
sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir didaerah sebelah hulu muara. Pada musim penghujan air banjir
dapat mengerosi endapan sehingga sedikit demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses
penutupan dan pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara sungai dalam arah
yang sama dengan arah transport sedimen sepanjang pantai.
D. Pengendalian Galian Komoditas Tambang (Galian C)
Bahan galian diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) macam golongan, antara lain bahan
galian golongan A, B dan C (sesuai dengan UU No.11 Tahun 1967. Bahan galian
golongan C merupakan usaha penambangan yang berupa tambang tanah, pasir,
kerikil, marmer, kaolin, granit dan masih ada beberapa jenis lainnya. Dari
beberapa jenis bahan galian golongan C yang paling banyak penambangannya
dilakukan adalah pasir, kerikil, batu kali, dan tanah urug.
Latihan
1.Jelaskan 3 (tiga) tipe konstruksi krib.
2.Apa yang dimaksudn dengan check dam stones?
3.Berapa seharusnya elevasi mercu ujung krib?

Anda mungkin juga menyukai