Anda di halaman 1dari 5

Perencanaan Teknis Persungaian

BAB II
PERBAIKAN DAN PENGATURAN SUNGAI

2.1. Umum
Fungsi sungai adalah manfaat keberadaan sungai bagi kehidupan rnanusia dan
alam, terdiri atas :
1. Fungsi yang tampak, berupa manfaat keberadaan sungai sebagai penyedia air
dan wadah air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, perkotaan, industri,
pertanian, perikanan, pariwisata, pertahanan, pertambangan, ketenagaan,
perhubungan, olahraga, dll.
2. Fungsi yang tersembunyi, berupa manfaat keberadaan sungai sebagai pemulih
kualitas air, penyalur banjir dan pembangkit utama ekosistem flora dan fauna.

Dengan fungsi sungai untuk menampung dan mengalirkan air tersebut, alur sungai
akan berubah dan menyesuaikan dengan kondisi dinamika alam yang
mempengaruhinya.

Ada beberapa faktor yang saling mempengaruhi kondisi sungai, yaitu : kecepatan,
kedalaman, kemiringan dasar, kerapatan air, beban sedimen dan karakteristik
material dasar dan tebing sungai. Dengan berjalannya waktu, faktor-faktor
pengaruh tersebut tidak selalu tetap, dan akan berubah menyesuaikan dengan
kondisi dominan dinamika alam yang mempengaruhinya.

Alur sungai alluvial memiliki 9 (sembilan) parameter perubah yaitu : average


bankfull width (W), depth (d), maximum depth (dm), height and wave length of
bedforms, slope (S), velocity (V), sinuosity (p), meander length (Z). Ke 9 variabel ini
dapat berubah dengan adanya perubahan debit air dan debit sedimen).

Erosi tebing sungai merupakan salah satu kasus dimana alur sungai tersebut tidak
selalu tetap. Ada tiga kasus terjadinya erosi tebing sungai, yaitu: lepasnya butir-
butir tanah, runtuhnya tanah tebing sungai berbentuk bongkahan kecil-kecil, dan
runtuhnya tanah tebing sungai berbentuk bongkahan yang cukup besar.

Ir. Dwi Priyantoro, MS II-1


Perencanaan Teknis Persungaian

Para insinyur dari “United States army Corporation”, membuat daftar kondis-kondisi
yang mempengaruhi stabilitas tebing, yaitu :
a. Di Permukaan
1) Konfigurasi tebing yang tidak stabil, hal ini disebabkan oleh
a) erosi oleh aliran di kaki tebing.
b) erosi di permukaan air akibat adanya gelombang.
c) erosi sepanjang tebing sebagai akibat limpasan aliran.
2) Retakan aknaat pengeringan pada tanah berkohesi.
3) Adanya beban lebih di atas teblng sungai.
b. Kandungan air tebing, hal ini disebabkan oleh :
1) Kemiringan tebing pada tanah lepas melebihi sudut geser dalam.
2) Erosi buluh (piping).
3) Liquifaction sebagai akibat "rapid draw down".
4) Perbedaan tinggi muka air tanah dan sungai cukup besar.
5) Kembang susut tanah yang cukup besar.
6) Tegangan geser tanah lempung sangat tergantung dari tekanan air pori dan
derajat kejenuhan.
c. Kondisi lainnya
1) Pada jenis tanah-tanah yang lepas, lapisan tanahnya dapat mudah lepas
sebagai akibat erosi buluh (piping).
2) Apabila dijumpai lapisan tanah lempung yang cukup tebal, dapat
menyababkan rusaknya lapisan tanah atasnya.
3) Pelumasan oleh air dan tekanan hidrostatis sepanjang bidang kontak air
dapat memperlemah kestabilan tebing.
4) Pengaruh-pengaruh spesifik di tempat yang dapat mengakibatkan
kerusakan.

Dengan mempertimbangkan banyaknya kendala yang dapat rnenyebabkan


terganggunya tebing tersebut, banyak hal perlu dilakukan berupa adanya
pengarnanan sehingga kestabilan dapat terjamin.

Kestabilan alur sungai tersebut tidak terbatas akibat runtuhnya atau berubahnya
tebing sungai saja, tetapi pada kasus lain banyak dijumpai pula kestabilan dasar
sungai yang berubah sehingga pola alur sungai menjadi tidak menentu.

Ir. Dwi Priyantoro, MS II-2


Perencanaan Teknis Persungaian

Banyak hal yang sering dijumpai terhadap perubahan dasar sungai adalan proses
gerusan lokal, degradasi dan agradasi. Namun begitu khusus untuk agradasi tidak
dibicarakan dalam buku ini, karena konsep penanganannya berbeda dengan konsep
pengamanan tebing dan dasar sungai.

Gerusan lokal merupakan suatu proses pembesaran tampang lintang aliran, sebagai
akibat pindahnya material dasar oleh aksi gerak aliran debit tunggal. Hasil aksi
gerusan dapat atau tidak terjadi setelah datangnya banjir.

Gerusan lokal banyak terjadi di hilir bangunan air (bendung, bendungan, dam
pengendali dan lain-lain), di tempat penyempitan alur, ambal alam dan lain-lain).
Degradasi merupakan suatu proses turunnya elevasi dasar dan bantaran dalam
proses waktu yang lama sebagai akibat pindahnya material dari dasarnya oleh aliran
air.

Degradasi dapat terjadi sebagai akibat adanya pembendungan volume, dan adanya
penurunan beban sedimen sungai. Sebagai contoh degradasi di hilir bendungan,
bendung, pengelolaan daerah alaran sungai yang berhasil.

2.2. Perbaikan dan Pengaturan Sungai


a. Umum
Perbaikan dan pengaturan sungai merupakan suatu proses yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, operasi & pemeliharaan dan monitoring bangunan
melintang atau memanjang alur sungai untuk memperoleh maksud seperti yang
direncanakan
Bangunan-bangunan tersebut dapat berupa tanggul yang dibangun sepanjang
sungai, pengamanan tebing dan dasar sungai, sudeta dan lain-lain yang
dibangun untuk maksud memperbaiki kondisi aliran atau mengarahkan aliran.

Sebagai tambahan untuk tujuan navigasi sungai dapat diperbaiki dengan


pengerukan atau penyempitan alurnya, atau apabila dimaksudkan untuk
menurunkan elevasi muka air banjir dapat dilakukan dengan pembuatan sudetan,
mengalihkan sebagian debit ke sungai lainnya, termasuk juga bangunan
pengamanan tebing yang berupa krib dan membran atau bronjong matras.

Ir. Dwi Priyantoro, MS II-3


Perencanaan Teknis Persungaian

b. Sasaran perbaikan dan pengaturan sungai


1. Pengamanan dan Pengendalian Banjir
Sudah menjadi fenomena, bahwa sungai alluvial mempunyai kecenderungan
menjadi meander dan selalu terjadi perubanan alur,
Bantaran sungai yang merupakan suatu dataran rendah, biasanya merupakan
daerah yang sangat subur dan padat penduduknya, sehingga daerah tersebut
memerlukan pengamanan dari bahaya banjir. Bangunan pengendai banjir
tersebut jarang dilakukan untuk maksud pengendalian seluruh kondisi banjir,
dan hanya dilakukan untuk maksud pengendallan banjir pada kondisi banjir
tertentu.

Secara prinsip, metode pengendalian banjir ada beberapa hal yaitu:


a) Pembuatan tanggul yang dimaksudkan untuk membatasi banjir agar tetap
mengalir melewati sungai.
b) Menambah kapasitas debit dengar kegiatan pelurusan, pelebaran atau
pendalaman. Perlu pertimbangan khusus, sebagai dasar pertirnbangan
hitungan adalah debit dominan.
c) Mengurangi debit banjir dengan mengalirkan ke sungai lain atau ke
tempat-tempat tertentu yang telah direncanakan.
d) Menampung sementara debit dengan membangun bendungan dan
nantinya dialirkan kembali dengan debit yang telah diatur.

2. Navigasi
Transport air biasanya dilakukan karena biayanya relatif lebih murah dan
dengan dampak lingkungan yang lebih kecil. Sebagai contoh negara-negara
Eropa telah memanfaatkan sungai-sungai Danube, Rhine dan Volga untuk
keperluan navigasi. Apabila sungai-sungai tersebut direncanakan untuk
keperluan navigasi, hal yang perlu diperhatikan adalah sungai tersebut harus
mempunyai lebar dan kedalaman tertentu.

2.3. Pengaruh Bangunan


Apabila dalam suatu sistem sungai atau saluran ada suatu bangunan baik yang
melintang maupun memanjang arah sungai atau saluran, maka hal yang akan
terjadi adalah terganggunya pola aliran; aliran sungai akan menjadi lebih cepat atau

Ir. Dwi Priyantoro, MS II-4


Perencanaan Teknis Persungaian

lambat dan banyak terjadi pusaran-pusaran air yang akan mengganggu kestabilan
dasar dan tebingnya. Bangunan tersebut dapat berupa jembatan, bendung, krib dan
bangunan lainnya. Dengan terganggunya kestabilan dasar dan tebing akibat
bangunan-bangunan tersebut, maka perlu dipertimbangkan untuk direncanakan
pengamanan dasar dan tebing sungai atau saluran.

Ir. Dwi Priyantoro, MS II-5

Anda mungkin juga menyukai