Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut
tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat
penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar
pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst. Pemakaian air tanah harus
mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air.
Salah satu cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan menerapkan sumur resapan.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan adalah :
Dapat menambah jumlah air tanah.
Mengurangi jumlah limpasan.
Infiltrasi diperlukan untuk menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dengan demikian
maka fluktuasi muka air tanah pada waktu musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam. Adanya
sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan yang
semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke selokan atau halaman rumah
tetapi dialirkan melalui seng terus di tampung kedalam sumur resapan. Akibat yang bisa
dirasakan adalah air hujan tidak menyebar ke halanman atau selokan sehingga akan mengurangi
terjadinya limpasan permukaan. Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model
tunggal dan komunal. Maksud sumur resapan model tunggal adalah satu sumur resapan
digunakan untuk satu rumah, sedangkan yang komunal satu sumur resapan digunakan secara
bersama-sama untuk lebih dari satu rumah.
LATAR BELAKANG
Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut
tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat
penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar
pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst.
Akuifer ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer semi tertekan dan akuifer
tertekan. Akuifer dataran pantai pada umumnya berkembang sebagai daerah pemukiman yang
padat (misal Jakarta) hal ini disebabkan karena akuifer daerah ini merupakan sumber air tanah
yang sangat penting bagi daerah kota daerah tersebut. Air tanah di daerah tersebut disamping
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kota juga digunakan untuk pertanian.
Pengelolaan sumberdaya air tanah memerlukan suatu pengetahuan dinamika fisik aliran air
dalam tanah terhadap fenomena intrusi air asin. Untuk alasan ini, maka diperlukan suatu usaha
meresapkan air hujan ke dalam tanah baik secara alami maupun artifisial (buatan). Masuknya air
hujan kedalam tanah secara alami terjadi pada daerah-daerah yang porus misalnya sawah, tanah
lapangan, permukaan tanah yang terbuka, Hutan, halaman rumah yang tidak tertutup dll. Air
hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada awalnya akan membasahi tanah, bangunan, tumbuh-
tumbuhan dan batuan. Ketika air hujan tersebut jatuh pada daerah yang berpori maka akan
meresap kedalam tanah sebagai air infiltrasi, air tersebut semakin lama akan meresap lebih
dalam lagi sampai memasuki daerah akuifer dan akirnya menjadi air tanah.
Teknologi sumur resapan dapat dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat pasif dan aktif. Pada
teknologi sumur resapan pasif air hujan dibiarkan meresap secara alami melalui sumur buatan,
sedangkan pada sumur resapan yang bersifat aktif air dipompa (diinjeksikan) kedalam lapisan
akuifer menggunakan pompa tekanan tinggi
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan diterapkannya teknologi sumur resapan adalah :
Pelestarian sumber daya air tanah, perbaikan kualitas lingkungan dan membudayakan
kesadaran lingkungan.
Membantu menanggulangi kekurangan air bersih.
Menjaga kesetimbangan air di dalam tanah dalam sistem akuifer pantai.
Mengurangi limpasan permukaan (runoff) dan erosi tanah.
BAHAN
Bahan utama yang diperlukan untuk membuat sumur resapan adalah : seng/plastik, paralon,
beton/bata. Seng/Plastik digunakan untuk menampung air hujan yang berasal dari genting,
selanjutnya air tersebut dialirkan melalui paralon menuju ke sumur resapan. Paralon digunakan
untuk mengalirkan air hujan dari talang ke sumur resapan. Beton (bis beton) atau dari batu bata
digunakan sebagai dinding sumur resapan.
Bahan Bis Beton Yang Digunakan Untuk Sumur Resapan
Dengan Sistem Dinding Tidak Porus dan Porus
METODOLOGI
Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan maka diperlukan tahap sebagai
berikut:
1. Melakukan analisis curah hujan. Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk
menghitung intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu. Dengan
mengetahui intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur resapan akan
dapat dihitung.
2. Menghitung luas tangkapan hujan. Bersama-sama dengan intensitas curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu akan dapat dihitung besarnya debit aliran.
3. Menganalisis lapisan tanah/batuan. Lapisan tanah terdiri dari berbagai macam lapisan
mulai dari tanah belempung, pasir berlempung dan gravel atau kombinasi dari lapisan
tersebut. Sumur resapan akan sangat efisien jika di buat sampai pada daerah dengan
lapisan batuan yang terdiri dari pasir atau gravel.
4. Pemasangan sumur. Sumur resapan dapat dibangun dengan menggunakan bis beton
dengan lapisan porus atau susunan batu bata yang disusun secara teratur. Untuk
membangun sumur resapan agar dapat memberikan kontribusi yang optimum
diperlukan metoda perhitungan sebagai berikut (Sunjoto,1992) : Menghitung debit
masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap bangunan dengan formula rasional (Q=CIA,
Q=debit masuk, C=koefisien aliran (jenis atap rumah), I=intensitas hujan, A=luas atap
Menghitung kedalaman sumur optimum diformulakan sebagai berikut :
H = Q/FK
[1-exp(-(FKT/πR²)]
H = Kedalaman air (m)
Q = Debit masuk (m³/dt)
F = Faktor geometrik (m)
K = Permeabilitas tanah (m/dt)
R = Radius sumur
T = Durasi aliran (dt)
Evaluasi jenis fungsi dan pola letak sumur pada jarak saling pengaruh guna menentukan
kedalaman terkoreksi dengan menggunakan multi well system. Sebagai gambaran bagi kita
jika akan membangun suatu sumur resapan akan tetapi tidak ingin direpotkan oleh
perhitungan yang cukup merepotkan maka Tabel 1 dapat digunakan sebagai bahan acuan.
PERALATAN
Alat yang digunakan untuk membuat :
1. Peralatan pertukangan seperti tukang batu dan tukang kayu.
2. Alat ukur ( meteran)
3. Kayu/bambu
CARA PEMBUATAN
Tahap-tahap pembuatan :
Persiapan awal berupa penyiapan lahan dan bahan.
Penggalian baik untuk sumur (sumur gali) sendiri maupun jaringan yang berasal dari
atap rumah.
Pemasangan meliputi pemasangan bis beton atau batu bata dan pemasangan jaringan
dari rumah ke rumah.
Pemasangan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal. Maksud sumur resapan model
tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah, sedangkan yang komunal satu
sumur resapan digunakan secara bersama-sama untuk lebih dari satu rumah. Letak sumur
resapan untuk yang model tunggal biasanya di halaman rumah sedang yang model komunal
dapat dipasang di bahu jalan.
Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur Resapan
Konsrvasi Air
Usaha tani konservasi (Conservation farming) pada lahan kering merupakan penerapan beberapa
paket teknologi yang ditujukan untuk melestarikan lingkungan sekaligus berfungsi meningkatkan
produksi. Teknologi konservasi air dan tanah merupakan komponen teknologi yang tidak dapat
ditinggalkan, sebab lahan sebagai fungsi produksi harus dipertahankan kelestarian kesuburannya
agar produksi tidak menurun dari waktu ke waktu. Dalam upaya mempertahankan dan
meningkatkan produktivitas lahan, faktor kelangkaan air (water scarcity) menjadi faktor
pembatas yang perlu ditanggulangi untuk menunjang keberlanjutan sistem usahatani. Oleh
karena itu, konservasi dan pemanfaatan air merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan
lahan kering untuk peningkatan produktivitas pertanian. Peningkatan produktivitas lahan melalui
konservasi dan pengelolaan air perlu diintegrasikan dengan pengelolaan hara dan bahan organik
tanah.
Pemanfaatan rorak, merupakan alternatif untuk memanen air dan meningkatkan
kelengasan tanah. Rorak yang dikombinasikan dengan mulsa vertikal (slot mulch) mampu
mengurangi erosi sampai 94% (Noeralam, 2002). Efektivitas strip rumput dalam pencegahan
erosi juga sudah banyak dibuktikan (Abujamin, 1983, Garity dan Agus, 1999, Dariah et al., 1993,
1999, dan Erfandy et al., 1997).
Hujan merupakan sumber utama air untuk tanaman yang jumlahnya melimpah ruah pada
sebagian besar wilayah Indonesia. Hanya sekitar 1% dari 193 juta lahan Indonesia mempunyai
curah hujan setahun kurang dari 1.000 mm (Badan Meterologi dan Geofisika, 1994). Jumlah
1.000 mm ini bila dimanfaatkan secara efisien akan dapat menunjang proses produksi tanaman
pangan semusim untuk dua musim tanam (Agus, dkk. 2002), dengan asumsi bahwa kebutuhan
air untuk tanaman pangan lahan kering adalah 120 mm per bulan (Oldeman, 1980).
Oleh karena itu pembuatan kedung atau embung diharapkan mampu menampung air hujan
selama musim penghujan, untuk digunakan pada saat musim kemarau. Agus (2002)
mengemukakan bahwa berbagai penelitian di Indonesia telah mencoba sistem pembuatan
embung atau kedung, namun tidak dijumpai hasil penelitian yang komprehensif yang
memberikan analisis kemampuan embung dalam menyediakan air pada musim kemarau
(proporsi yang ideal antara dimensi embung dengan luas lahan yang akan diairi). Namun
demikian pembuatan embung atau kedung merupakan salah satu teknologi alternatif dalam
memanen hujan di lahan kering.
Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur Resapan
Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah
tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah
yang sangat penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung,
lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst (daerah batuan kapur yang
berpori sehingga air dapat merembes dan menghilang ke dalam tanah).
Akuifer (Lapisan Kulit Bumi berpori yang dapt menahan air dan terletak di antara dua lapisan
yang kedap air) ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer semi tertekan
dan akuifer tertekan. Akuifer dataran pantai pada umumnya berkembang sebagai daerah
pemukiman yang padat hal ini disebabkan karena akuifer daerah ini merupakan sumber air tanah
yang sangat penting bagi daerah kota daerah tersebut. Air tanah di daerah tersebut disamping
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kota juga digunakan untuk pertanian.
Pada Gambar 1 digambarkan mengenai hidrogeologi suatu sistem akuifer pantai yang terdiri dari
tak tertekan dengan lapisan dasar impermeable, akuifer tak tertekan dengan dasar bebas dan
akuifer tertekan. Secara lebih umum susunan hidrogeologi (lapisan air dalam tanah) dalam
lingkungan pantai adalah suatu jajaran lapisan dengan berbagai kondisi terdiri dari kombinasi
lapisan akuifer tertekan dan tak tertekan.
Kondisi lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal dalam teori yaitu yang hanya
terdiri dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi amatlah kompleks. Lapisan akuifer yang paling atas
dapat sebagai lapisan akuifer tertekan atau dapat juga sebagai lapisan tak tertekan. Tebal tipis
lapisan akuifer di berbagai tempat tidak sama (seragam).
Untuk menggambarkan kondisi pantai, suatu penampang hidrogeologi ideal ditunjukkan sebagai
suatu sistem akuifer pantai berlapis yang lepas pantainya diperluas hingga ke dasar tebing seperti
Gambar 2. Dalam keadaan alami, kondisi yang tidak terganggu, terdapat suatu garis kemiringan
hidrolik seimbang yang mengarah kelaut, dalam setiap akuifer dengan air tawar yang mengalir
kelaut (Gambar 2.a). Di lapisan paling atas pada akuifer tak tertekan air tawar mengalir bebas
kelaut. Di bawahnya pada akuifer tertekan air tawar mengalir ke laut melalui bocoran terus ke
lapisan atas dan atau mengalir bebas ketebing.
Di bawah kondisi "steady-state" suatu "interface" yang tidak berubah dipertahankan bentuk dan
posisinya ditentukan oleh potensi air tawar dan garis kemiringan. Pada suatu kasus sistem satu
lapisan, air laut pada dasarnya akan statis pada kondisi "steady-state". Pada sustu sistem lapisan,
jika ada kebocoran vertikal air tawar kedalam suatu daerah air asin, pada daerah ini air yang
bercampur akan menjadi tidak statis.
Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan aliran dalam daerah air tawar,
menyebabkan perubahan "interface". Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut
menyebabkan "interface" bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam
akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar mendorong "interface" ke arah laut. Laju
gerakan "interface" dan respon tekanan akuifer tergantung kondisi batas dan sifat akuifer pada
kedua sisi "interface".
Pada sisi dengan air asin dapat bergerak kedalam atau keluar, pada sistem akuifer efek dari
gerakan interface mempengaruhi perubahan debit air tawar di lepas pantai. Dalam suatu sistem
akifer berlapis, air asin dapat masuk akuifer oleh aliran melalui akuifer tersingkap atau bocoran
yang melewati lapisan pembatas atau lantai laut (Gambar 2 b).
Pengelolaan sumberdaya air tanah memerlukan suatu pengetahuan dinamika fisik aliran air
dalam tanah terhadap fenomena intrusi air asin. Untuk alasan ini, maka diperlukan suatu usaha
meresapkan air hujan ke dalam tanah baik secara alami maupun artifisial (buatan).
Masuknya air hujan kedalam tanah secara alami terjadi pada daerah-daerah yang porus misalnya
sawah, tanah lapangan, permukaan tanah yang terbuka, Hutan, halaman rumah yang tidak
tertutup dll. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada awalnya akan membasahi tanah,
bangunan, tumbuh-tumbuhan dan batuan. Ketika air hujan tersebut jatuh pada daerah yang
berpori maka akan meresap kedalam tanah sebagai air infiltrasi (perembesan), air tersebut
semakin lama akan meresap lebih dalam lagi sampai memasuki daerah akuifer dan akirnya
menjadi air tanah.
Teknologi sumur resapan dapat dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat pasif dan aktif. Pada
teknologi sumur resapan pasif air hujan dibiarkan meresap secara alami melalui sumur buatan,
sedangkan pada sumur resapan yang bersifat aktif air dipompa (diinjeksikan) kedalam lapisan
akuifer menggunakan pompa tekanan tinggi.
Manfaat
Sumur resapan merupakan salah satu cara konsevasi air tanah. Caranya dengan membuat
bangunan berupa sumur yang berfungsi untuk memasukkan air hujan kedalam tanah.
1. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk menambah jumlah air yang masuk ke dalam
tanah.
2. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah sehingga dapat
menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air laut.
3. Mereduksi dimensi jaringan drainase dapat sampai nol jika diperlukan.
4. Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah.
5. Mempertahankan tinggi muka air tanah.
6. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk mengurangi limpasan permukaan sehingga
dapat mencegah banjir.
7. Mencegah terjadinya penurunan tanah.
8. Melestarikan teknologi tradisionil.
9. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dan mengisi pori-
pori tanah hal ini akan mencegah terjadinya penurunan tanah.
Potensi
Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan adalah: 1. Menambah
jumlah air tanah. 2. Mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan untuk menambah jumlah
air yang masuk kedalam tanah dengan demikian maka fluktuasi muka air tanah pada waktu
musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam. Adanya sumur resapan akan memberikan dampak
berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan yang semula jatuh keatas permukaan genteng
tidak langsung mengalir ke selokan atau halaman rumah tetapi dialirkan melalui seng terus
ditampung kedalam sumur resapan. Akibat yang bisa dirasakan adalah air hujan tidak menyebar
ke halanman atau selokan sehingga akan mengurangi terjadinya limpasan permukaan.
BAHAN
Bahan Utama
Bahan utama yang diperlukan untuk membuat sumur resapan adalah :
1. Seng/Plastik.
2. Paralon.
3. Beton/Bata.
Seng/Plastik digunakan untuk menampung air hujan yang berasal dari genting, selanjutnya air
tersebut dialirkan melalui paralon menuju ke sumur resapan. Paralon digunakan untuk
mengalirkan air hujan dari talang ke sumur resapan. Beton (bis beton) atau dari batu bata
digunakan sebagai dinding sumur resapan.
Gambar 4. Bahan Bis Beton yang digunakan untuk Sumur Resapan dengan Sistem
Dinding Tidak Porus dan Porus
Metode
Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan maka diperlukan tahap sebagai
berikut:
1. Melakukan analisis curah hujan. Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk
menghitung intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu. Dengan
mengetahui intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur resapan akan dapat
dihitung.
2. Menghitung luas tangkapan hujan. Bersama-sama dengan intensitas curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu akan dapat dihitung besarnya debit aliran.
3. Menganalisis lapisan tanah/batuan. Lapisan tanah terdiri dari berbagai macam lapisan
mulai dari tanah belempung, pasir berlempung dan gravel atau kombinasi dari lapisan
tersebut. Sumur resapan akan sangat efisien jika dibuat sampai pada daerah dengan
lapisan batuan yang terdiri dari pasir atau gravel.
4. Pemasangan sumur. Sumur resapan dapat dibangun dengan menggunakan bis beton
dengan lapisan porus atau susunan batu bata yang disusun secara teratur.
Untuk membangun sumur resapan agar dapat memberikan kontribusi yang optimum diperlukan
metoda perhitungan sebagai berikut (Sunjoto,1992):
1. Menghitung debit masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap, metode rasional;
Q = C.I.A,
Q=debit masuk,
C=koefisien aliran (jenis atap rumah),
I=intensitas hujan,
A=luas atap)
2. Menghitung kedalaman sumur optimum diformulakan sebagai berikut:
H = Q/FK
[1-exp(-(F.K.T/πR2)]
H = Kedalaman air (m)
Q = Debit masuk (m3/dt)
F = Faktor geometrik (m)
K = Permeabilitas tanah (m/dt)
R = Radius sumur.
T = Durasi aliran (dt).
3. Evaluasi jenis fungsi dan pola letak sumur pada jarak saling pengaruh guna menentukan
kedalaman terkoreksi dengan menggunakan multi well system.
Sebagai gambaran bagi kita jika akan membangun suatu sumur resapan akan tetapi tidak ingin
direpotkan oleh perhitungan yang cukuo merepotkan maka Tabel 1 dapat digunakan sebagai
bahan acuan.
Tabel 1. Volume Sumur Resapan Pada Kondisi Tanah Permeabilitas Rendah
No. Luas Kavling (M2) Volume Resapan Ada Saluran Drainase
Sebagai Pelimpahan=V (M3)
1 50 1,3-2,1 2,1-4
2 100 2,6-4,1 4,1-7,9
3 150 3,9-6,2 6,2-11,9
4 200 5,2-8,2 8,2-15,8
5 300 7,8-12,3 12,3-23,4
6 400 10,4-16,4 16,4-31,6
7 500 13-20,5 20,5-39,6
8 600 15,6-24,6 24,6-47,4
9 700 18,2-28,7 28,7-55,3
10 800 20,8-32,8 32,8-63,2
11 900 23,4-36,8 36,8-71,1
12 1000 26-41 41-79
Peralatan
Alat yang digunakan untuk membuat sumur resapan adalah:
1 Peralatan pertukangan seperti tukang batu dan tukang kayu.
2 Alat ukur (meteran)
3 Kayu/bambu
Cara Pembuatan
Tahap-tahap pembuatan sumur resapan adalah :
1. Persiapan awal berupa penyiapan lahan dan bahan.
2. Penggalian baik untuk sumur itu sendiri maupun jaringan yang baerasal dari atap rumah.
3. Pemasangan meliputi pemasangan bis beton atau batu bata dan pemasangan jaringan
dari rumah ke rumah.
Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal. Maksud
sumur resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah,
sedangkan yang komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama untuk lebih dari
satu rumah.
Letak sumur resapan untuk yang model tunggal biasanya di halaman rumah sedang yang model
komunal dapat dipasang di bahu jalan.
Gambar 5a. Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan (Tampak Depan)
Gambar 5b. Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan (Tampak Atas)
DAFTAR ISI:
1. Pengertian Sumur Resapan
2. Manfaat Sumur Resapan
3. Cara Kerja Sumur Resapan
4. Sumur Resapan di Pekarangan Rumah
5. Perencanaan Pembuatan Sumur Resapan
6. Jenis Konstruksi Sumur Resapan
7. Faktor yang Memengaruhi Penerapan Sumur Resapan
1. Pengertian Sumur Resapan
Sumur resapan adalah suatu teknik konservasi tanah dan air yang memiliki prinsip utama
untuk memperluas bidang penyerapan sehingga aliran permukaan berkurang dengan
optimal. Sumur resapan menurut Dwi et al. (2008) merupakan sumur atau lubang pada
permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke
dalam tanah.
Menurut Sunjoto (1989) upaya pembangunan sumur ini merupakan teknik konservasi air
yang pada hakikatnya adalah upaya manusia dalam mempertahankan, meningkatkan,
dan mengembangkan daya guna air sesuai dengan peruntukannya dan dapat dicapai
dengan memperbesar tampungan air tanah, memperkecil dimensi jaringan drainase,
mempertahankan elevasi muka air tanah, mencegah intrusi air laut untuk daerah pantai
dan memperkecil tingkat pencemaran tanah.
Konservasi air merupakan merupakan upaya memasukkan air ke dalam tanah baik
secara buatan maupun alami dengan tujuan meningkatkan besarnya laju infiltrasi pada
suatu daerah dalam rangka pengisian air tanah.
Sumur ini berbeda dengan sumur air minum. Dalam hal ini sumur resapan merupakan
lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum adalah
lubang yang berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Oleh sebab itu dari segi
konstruksi maupun kedalamannya pun berbeda. Sumur resapan memiliki kedalaman di
atas muka air tanah, sedangkan sumur air minum digali lebih dalam lagi (di bawah muka
air tanah) (Mulyana 1998).
Kecepatan Infiltrasi
Tekstur Tanah (mm/jam) Kriteria
Gambar di atas merupakan contoh desain bangunan sumur resapan berjenis individu
yang dapat diterapkan di pekarangan rumah. Gambar tersebut berdasarkan penelitian
dari Setiawan (2017).
Bangunan 3
Aliran sungai 30
Jalan 1.5
Pohon besar 3
Sumur resapan dapat dibuat dengan beberapa jenis, di antaranya adalah kolam resapan,
sumur resapan dalam, dan parit berorak. Sama halnya dengan tipe yang individu sumur
ini pun harus memperhatikan tata letak dalam pembuatannya. Letak sumur yang tepat
adalah pada lokasi yang terendah di suatu kawasan sehingga air dapat dengan mudah
mengalir dari semua tempat dalam suatu kawasan (Mulyana 1998).
Referensi:
Arafat Y. 2008. Reduksi beban aliran drainase permukaan menggunakan sumur
resapan. Jurnal SMARTek. 6(3): 144-153.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1995.
Dwi T, Sabariah M, M Baharudin R. 2008. A study on artificial recharge well as a part
of drainage system and water supply in UHTM. National Seminar on
Environment, Development, and Sustainability. 1:106-111.
Fox P, Kotler. 1985. The Marketing of Social Cause. The First 10 Years. In: P. Greenwald,
AG Ershow and WD Novelli (ed) Cance, Diet, and Nutrition. Chicago (US):
A Comprehension Source Book.
Kusnaedi. 1996. Sumur Resapan untuk Permukiman Perkotaan dan Pedesaan. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Kusnaedi. 2011. Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Mulyana R. 1998. Penentuan tipe konstruksi sumur resapan berdasarkan sifat-sifat fisik
atanh dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan puncak [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Niehoff, Arthur H. 1966. A Casebook of Social Change. Chicago (US): Aldine Publishing.
Setiawan RE. 2017. Analisis Perhitungan Sumur Resapan dan Kebutuhan Air di
Persemaian Permanen, Kampus IPB Dramaga [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Sinaga TR. 2017. Analisis pengaruh sumur resapan terhadap aliran permukaan di DAS
mikro Cikardipa dengan metode simulasi SWAT [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sunjoto S. 1989. Teknik Konservasi Tanah dan Air pada Kawasan Permukiman.
Yogyakarta (ID): LPM-UGM.
Suripin. 2004. Sistem Drainase yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Widodo T. 2013. Kajian ketersediaan air tanah terkait pemanfaatan lahan di kabupaten
Blitar. Jurnal Pengembangan Wilayah dan Kota. 9(2): 122-133.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa gunanya rumus-rumus diatas, apa gunanya
sumur resapan secara kongkrit?? Pada postingan saya yang berikut, akan saya
tunjukkan berapa besar nya debit air yang harus terbuang kedaerah limpasan akibat dari
pembangunan rumah, jalan dan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Tentu anda mengerti
maksud saya, jika air hujan yang berasal dari daerah resapan dengan jumlah yang besar
dibuang begitu saja tanpa di resapkan kedalam tanah, maka air tersebut akan
mengakibatkan banjir yang parah didaerah-daerah limpasan.