RINGKASAN
Bencana banjir umumnya terjadi di daerah aliran sungai yang sebagian wilayahnya
terletak di wilayah perkotaan. Pertumbuhan ekonomi tinggi dari kota tersebut menyebabkan
kepadatan penduduknya meningkat terus. Tutupan lahan yang kedap air akan meningkat
akibat bertambahnya wilayah pemukiman dan bisnis, hal ini menyebabkan turunnya fungsi
retensi lahan dan meningkatnya besarnya puncak banjir. Perbaikan sungai dan pembangunan
prasarana pengendali banjir merupakan masalah yang berat untuk pengendalian sungai
perkotaan akibat sulitnya pembebasan lahan di daerah perkotaan guna pembangunan, serta
sulit untuk menata tataruang daerah aliran sungai yang optimal.
Dalam pengkajian menyeluruh dan komprehensip, penggunaan software-software
terkait akan sangat membantu pengkajian secara komprehensip dan terpadu dalam
perencanaan dan perancangan sistim drainase ini. Software yang di gunakan sebagai alat
bantu didalam penelitian ini adalah HECHMS dan HECRAS, yang merupakan publik
software. Dengan demikian penggunaan model ini legal secara hukum. HECHMS adalah
model hidrologi sedang HECRAS adalah model hidrolika satu dimensi.
Dari hasil kajian penelitian ini menunjukan pengendalian banjir terpadu adalah
konsep yang paling cocok untuk pengendalian banjir sungai perkotaan seperti Ciliwung.
Konsep pengendalian banjir terpadu mengenal beberapa cara yaitu pengendalian banjir secara
fisik seperti konsep pengendalian banjir yang umum dilakukan. Cara pengendalian banjir
non-fisik yang sangat diperlukan untuk mengatasi banjir sungai perkotaan, dan keseimbangan
hulu-hilir, dimana sistim distribusi banjir (Flood Distribution) merupakan bagiannya.
Penahanan air hujan di lokasi sub-das perlu di atur dalam peraturan pemerintah pusat sangat
diperlukan agar konsep ini dapat berjalan.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................I
I.
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
I.1
I.1.1
Umum..............................................................................................................................3
I.1.2
I.1.3
I.1.4
I.2
LOKASI KEGIATAN............................................................................................................6
I.3
II.
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................8
II.1
II.2
III.
IV.
IV.1
PENDEKATAN TEKNIS.....................................................................................................22
IV.1.1
IV.1.2
IV.1.3
Sumur resapan...............................................................................................................26
IV.1.4
Bioretensi.......................................................................................................................28
IV.1.5
IV.1.6
IV.2
PENDEKATAN OPERASI...................................................................................................32
i
IV.2.1
Koordinasi......................................................................................................................33
IV.2.2
Program Kerja................................................................................................................33
V.
V.1.1
V.1.2
V.1.3
V.1.4
V.1.5
V.1.6
V.1.7
V.1.8
V.2
V.2.1
V.2.2
V.2.3
V.3
V.3.1
V.3.2
V.3.3
V.3.4
V.3.5
V.3.6
VI.
KESIMPULAN............................................................................................................142
ii
I. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini, kerusakan didaerah aliran sungai perkotaan di Negara Indonesia terus bertambah
akibat terlambatnya perbaikan sungai dan embumg/waduk pengendali banjir atau tidak adanya
lahan untuk pembangunan akibat perkembangan urbanisasi dan bertambahnya intensitas hujan
akibat pengaruh pemanasan global. Untuk menanggulangi permasalahan ini, diperlukan suatu
aturan yang terkait dengan upaya penanggulangan banjir di wilayah/daerah aliran sungai
perkotaan. Studi ini akan mereview upaya pengendalian banjir yang telah direncanakan dan di
laksanakan. Isi dari peraturan sungai perkotaan itu menentukan klasifikasi/katagori sungai
tertentu sebagai sungai perkotaan studi kasus, menentukan aturan pemanenan air hujan sebagai
upaya menahan air dihulu atau masing-masing sub-DAS. Untuk studi kasus penelitian ini
digunakan sungai Ciliwung, sebagai sungai yang sudah jelas merupakan sungai perkotaan yang
menimbulkan banjir hampir tiap tahun,
I.1
I.1.1
Setiap musim hujan di periode lima tahun terakhir selalu terjadi banjir di sebagian besar wilayah
tanah air Indonesia terutama di wilayah perkotaan, hal ini diperkirakan akibat adanya pemanasan
global sehingga naiknya intesintas hujan serta naiknya elevasi muka air laut. Selain pengaruh
pemanasan global, banjir atau genangan ini di sebabkan oleh rusaknya penggunaan lahan daerah
aliran sungai, akibat alih fungsi lahan dan penggundulan hutan. Daerah Aliran Sungai Ciliwung
telah mengalami banyak perubahan penggunaan lahan baik pada daerah hilir yang merupakan
dataran rendah, daerah tengah hingga pada daerah hulu. Perubahan penggunaan lahan tersebut
meliputi pergeseran lahan dari ruang terbuka hijau menjadi kawasan terbangun serta
berkurangnya jumlah dan luasan situ-situ yang memiliki fungsi sebagai penyimpan air, masalah
semakin kompleks seiring dengan meningkatnya urbanisasi di DAS Ciliwung. Akibat dari
perubahan tersebut tentunya meyebabkan peningkatan frekwensi dan debit banjir di kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Bencana banjir di kawasan Jabodetabek saat ini terlihat sudah seperti rutinitas karena terjadi dari
tahun ke tahun. Untuk menangani masalah banjir, pemerintah Indonesia telah menyusun
masterplan drainage dan flood control (tahun 1973 dan 1997). Namun tampaknya laju kenaikan
3
air larian terus meningkat sehingga melebihi kapasitas prasarana pengendali banjir. Banjir yang
terjadi di bulan Pebruari 2007, sebagian besar wilayah DKI Jakarta tidak terbebaskan oleh upaya
pengendalian banjir structural dan non-struktural. Sebagai contoh bencana banjir lain yang
mengorbankan banyak jiwa akibat pecahnya bendungan Situ Cigintung di bulan Maret 2009.
Untuk itu penanganan masalah banjir perlu didekati dengan pengelolaan banjir terpadu dimana
air larian dikelola per sub-DAS. Pemanenan air hujan sebagai pengelolaan air larian tersebut
dapat dengan penambahan kolam-kolam retensi, pembuatan sumur resapan air hujan di kawasan
permukiman, serta melakukan pengelolaan genangan pada bangunan dengan membuat
tampungan baik di bagian atas maupun di bawah gedung. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka diperlukan suatu arahan dalam penanggulangan banjir yang didasarkan pada
teknologi dan kondisi yang berkembang saat ini serta melibatkan berbagai pihak sesuai dengan
peran dan kewenangan yang dimiliki, oleh karena itu perlu disusun konsep Flood Distribution
Management DAS Ciliwung yang dapat dijadikan dasar pengelolaan banjir di DAS Ciliwung.
I.1.2
Sebagai sungai perkotaan berbagai permasalahan yang ada di Daerah Aliran Sungai Ciliwung
adalah bencana banjir dan penurunan kualitas air di Daerah Aliran Air wilayah hilir akibat
menurunya kemampuan meresapkan air di DAS sebelah hulu. Selain itu banjir tersebut juga
akibat mendangkalnya alur sungai yang disebabkan sampah dan sedimentasi hasil erosi DAS
bagian hulu. Penurunan kualitas air sungai Ciliwung di akibatkan oleh kurang disiplinnya
masyarakat yang membuang limbah padat dan cair langsung ke sungai.
I.1.3
Sungai Ciliwung adalah salah satu sungai yang sangat penting, yang mengalir mulai dari mata air
Situ Telaga Saat di Desa Tugu Selatan, Cisarua melewati berbagai kabupaten dan bermuara ke
Teluk Jakarta di Laut jawa. Kondisinya saat ini sangat memprihatinkan, dikarenakan perubahan
tata guna lahan, perkembangan penduduk, industri dan pariwisata, mengakibatkan kualitas air
menurun, dasar sungai semakin dangkal akibat sedimentasi, sehingga mengakibatkan banjir di
sepanjang hilir Sungai Ciliwung terjadi setiap tahun.
Presiden Republik Indonesia sudah mencanangkan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan
Air (GN-KPA), pada tanggal 28 April 2005, yang bertujuan mengembalikan keseimbangan siklus
4
hidrologi pada DAS sehingga keandalan sumber-sumber air baik kuantitas maupun kualitas
airnya dapat terkendali, melalui pemberdayaan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, serta
penegakan hukum.
Salah satu kegiatan GN-KPA adalah rehabilitasi hutan dan lahan, serta konservasi sumber daya
air. Berkaitan hal ini, Departemen PU telah melakukan kegiatan tersebut terutama pada DAS
Ciliwung seperti rehabilitasi dan perawatan situ, Sampai dengan tahun 2008, 70 buah situ dari
202 buah yang ada di DAS Ciliuwung sudah direhabilitasi
Pemanenan hujan seperti pembuatan dam parit di hulu Ciliwung, Biopori yaitu pada orde 3 dari
anak-anak Sungai Ciliwung, untuk menurunkan debit banjir, mengurangi sedimen, konservasi air
tanah, dan sebagai tampungan air baku untuk masyarakat setempat. Tercatat 109 dam parit
sudah terbagun sampai dengan tahun 2008 lalu. Dilakukan juga penanaman pohon pada daerahdaerah yang sudah kritis sepanjang sungai dan di sekitar situ sebanyak 45.000 pohon.
Berkaitan dengan upaya melestarikan DAS Ciliwung, Departemen PU meminta peran serta aktif
masyarakat dan stakeholder untuk menjaga lingkungan secara berkelanjutan dengan keterpaduan
program antar instansi pemerintah. Pemerintah daerah memiliki peran paling besar dalam
menjaga lingkungan hidup daerahnya. Pemerintah Pusat bersedia menjadi inisiator program
dengan keterlibatan pemerintah daerah sebagai koordinatornya.
Untuk melaksanakan
pengelolaan yang terpadu mulai dari hulu ini, akan sangat diperlukan teknik pengelolaan
distribusi air hujan (Flood Distribution Management) dan peraturan yang mengatur sungai
Ciliwung sebagai suatu sungai perkotaan (an urban river).
I.1.4
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah di dalam menanggulangi
kerusakan akibat banjir di wilayah Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wilayah
perkotaan lainnya. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi penyusunan peraturan
menteri Departemen Pekerjaan Umum yang mengatur pengelolaan dan pengendalian banjir.
Dengan adanya Otonomi Daerah, maka peraturan Mentri Pekerjaan Umum ini dapat dipakai
sebagai acuan penyusunan peraturan daerah. Tanpa adanya peraturan pengelolaan distribusi air
hujan sebagai dasar hukum pengelolaan dan pemeliharaan akan sulit untuk melakukan
pengelolaan banjir terpadu yang berbasis masyarakat.
I.2
Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan penelitian/studi ini adalah wiyah daerah aliran sungai Ciliwung tang meliputi
wilayah administrasi DKI Jakarta, Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Gambar 1.1 berikut
menunjukan lokasi daerah aliran sungai Ciliwung.
I.3
Untuk memudahkan pemahaman terhadap laporan hasil penelitian sesuai dengan ruang lingkup
dan persyaratan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang di telah tetapkan, maka sistematika dari
penyajian dokumen usulan teknis ini disusun sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Menguraikan mengenai dasar pemelitian/studi, latar belakang kegiatan, lokasi kegiatan serta
sistematika dokumen pelaporan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan pengertian tentang permasalaham yang ada serta kegiatan yang harus dilaksanakan
beserta persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi termasuk saran-saran yang bertujuan untuk
dapat memperoleh hasil studi sesuai yang diharapkan berdasar pustaka yang ada.
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Menguraikan tujuan dan manfaat penelitian dalam kaitan menjawab permasalahan yang ada.
BAB IV. PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN
Pendekatan teknis, dan metode pelaksanaan menguraikan cara-cara dan strategi yang diambil
oleh peneliti dalam menangani pekerjaan penelitian tersebut diatas yang meliputi uraian teknis,
metode pelaksanaan kerja untuk penyelesaian pekerjaan tersebut.
BAB V. PELAPORAN DAN PEMBAHASAN HASIL
Menguraikan laporan-laporan yang berisi pembahasan hasil penelitian dan pengamatan yang di
lakukan, agar dapat di fahami pihak lain.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Menguraikan kesimpulan hasil pekerjaan penelitian ini benar-benar optimal dalam kualitas dan
waktu.
Saran tuntuk tindak lanjut pemanfaatan hasil penelitian dan usulan penelitian
selanjutnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pertambahan penduduk (termasuk Urbanisasi) dan perkembangan suatu kota secara dramatik
akan meningkatkan aktivitas manusia di sungai perkotaan (Hashemi, et. all, 2003). Awalnya,
sungai-sungai dikelola sebagai sumber daya air untuk kepentingan manusia seperti sumber air
baku, pengendali banjir, dan tempat buangan air kotor (Walsh 2000; Paul and Meyer 2001;
Morley and Karr 2002). Hal ini menyebabkan degradasi fungsi ekologi dari sungai, awalnya
permasalahan ini diabaikan (Paul and Meyer 2001). Saat ini banyak program maupun aturan
penyelamatan yang dilakukan dan didanai oleh institusi regional, nasional dan bahkan
internasional.
Salah satu ciri sungai perkotaan dengan urbanisasi dan pembangunan yang sangat intensif
adalah air larian dari hujan mengalir ke sungai dalam waktu yang pendek (Morley and Karr
2002). Real Time prediksi banjir merupakan salah satu upaya pengurangan kerugian akibat
bencana banjir yang dapat dilakukan di sungai perkotaan (Kojiri, 2001). Pemanenan air hujan
dengan berbagai cara adalah upaya penurunan debit banjir seperti sumur resapan, bioretention
dan biopori yang merupakan cara-cara meningkatkan infiltrasi air hujan (Nakanishi, 2002;
Jencks R., 2005).
Salah satu upaya pengendalian banjir hulu dengan konsep Flood Distribution Management
adalah dengan menata penggunaan lahan di DAS. Kegunaan dari perencanaan tata guna lahan
yang utama adalah untuk menentukan penataan yang paling efektip untuk memelihara dan
meningkatkan kondisi lingkungan hidup dalam upaya peningkatkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat di wilayah yang padat penduduknya seperti wilayah kota (William H.K. Lam and
Sun Yanfeng, 2006).
pemahaman bidang teknologi, hukum dan politik, peraturan pemerintah sangat diperlukan untuk
menangani masyalah politis yang selalu ada (Lamb dan Lovrich, 1987). Pengelolaan distribusi
banjir akan sangat dipengaruhi oleh tataguna lahan tiap sub-DAS yang perlu memanfaatkan
teknologi GIS (Dodge et al. 1997; Dodge et al. 1998; Batty et al. 1999; Howard dan Gaborit,
2007).
Selain permasalahan banjir, air sungai perkotaan juga bermasalah dengan kualitas airnya seperti
airnya keruh karena mengandung polutan dan sedimen tinggi, basalah tersebut berdampak
negative terhadap kelestarian lingkungan, ekonomi dan rekreasi (Deason, 2003). Teknologi
Wetland cocok untuk menurunkan kekeruhan dan debit banjir tetapi akan memerlukan
ruang/lahan yang relatif cukup luas bagi suatu Daerah Aliran Sungai perkotaan (Ye et al., 2008;
USEPA, 2000).
memerlukan biaya pembangunan yang tinggi, enersi operasi rendah, biaya operasi dan
pemeliharaan rendah dan indah sebagai tampungan air dan pemurnian yang alamiah (Liu et al.,
2003; Han et al., 2004; Liu et al., 2006; Liu et al., 2006, Braskerud et al., 2005; Zhao et al., 2007;
Yang et al., 2008).
II.2
Berikut ini adalah rekomendasi utama hasil studi-studi yang relevan pada mitigasi banjir di
wilayah Jakarta Raya di awali pada tahun 1973.
A. Master Plan of Drainage and Flood Control of Jakarta (NEDECO, 1973).
Rencana Induk ini disusun 25 tahun lalu, yang masih sebagai dasar pengelolaan drainasi
perkotaan dan pengendalian banjir di DKI Jakarta. Rencana disusun untu memenuhi kebutuhan
untuk perbaikan dan pengembangan sistim drainasi DKI dan dua banjir kanal, yaitu banjir kanal
barat (Dibangun pada jaman penjajahan Belanda) dan rencana banjir kanal timur yang
pembangunannya sudah 25 tahun belum selesai sampai saat ini. Hanya sebagian rencana yang
ada di Rencana Induk dapat di implementasikan, sehingga kebutuhan yang ada belum dapat
dipenuhi. Karena lemahnya O&P maka kapasitas sistim menurun, selain itu menurunnya luas
daerah retensi dan zona hijau akibat pembangunan yang tidak terprogram baik. Rekomendasi
kunci;
Merehabilitasi saluran terbuka yang telah ada;
Melaksanakan suatu improvisasi sistim drainasi dari Jakarta Pusat dan Jakarta Barat
yang terletak di hilir Saluran Banjir Barat.
Membangun saluran drainasi Sunter Barat dan Timur untuk mitigasi banjir di Jakarta
Timur.
9
Tujuan dari studi ini adalah menyusun rekomendasi upaya jangka pendek yang
hasilnya langsung mengurangi kerusakan akibat banjir, untuk dilaksanakan selama tahun 2002
sampai tahun 2005. Jumlah biaya untuk mengimplementasikannya sekitar USD 60 juta satau
USD 90 juta jika pekerjaan pengerukan dimasukan.
Tabel II-1. Program Upaya Pengendalian Banjir Dki Jaya Yang Mendesak
INSTITUSI
No.
URAIAN KEGIATAN
PENANGGUNG
SUMBER DANA
JAWAB
A
PP Sungai
PU (SDA)
APBN
PU (SDA)
APBN
10
KEPMEN PU tampungan
PU (SDA)
APBN
PP Drainasi
PU (SDA)
APBN
DPUDKI
APBD
INSTITUSI
No.
URAIAN KEGIATAN
PENANGGUNG
SUMBER DANA
JAWAB
B
Perkuatan institusi
PU (SDA)
APBN
PU / PEMDA
APBN/APBD
PEMDA
APBD
INSTITUSI
No.
URAIAN KEGIATAN
PENANGGUNG
SUMBER DANA
JAWAB
PU (SDA)
APBN
PU / PEMDA
APBN/APBD
PEMDA
APBD
Floodway, S. Sunter,
INSTITUSI
No.
URAIAN KEGIATAN
PENANGGUNG
SUMBER DANA
JAWAB
D
11
PU / PEMDA
APBN/APBD
PU / PEMDA
APBN/APBD
PU/PEMDA
APBN/APBD
Bogor Raya
PU/PEMDA
APBN/APBD
INSTITUSI
No.
URAIAN KEGIATAN
PENANGGUNG
SUMBER DANA
JAWAB
E2
Pengendalian Banjir
PU
APBN
PU
APBN
PEMDA
APBD
PU
APBN
Rekomendasi kunci:
Membangun beberapa bangunan untuk mengurangi resiko banjir;
melakukan upaya non-structural mengurangi resiko akibat banjir; dan
Menyiapkan kearangka dasar dari institusi yang harus melaksanakan upaya-upaya
diatas.
Cisadane, dan bergeser ketimur termasuk wilayah aliran Banjir Kanal Timur. Akan tetapi
rekomendasi untuk pelaksanaan terbatas hanya untuk wilayah DKI Jakarta. Penanggulangan
banjir dibagi menjadi beberapa paket kegiatan (pengerukan, pelebarab, perbaikan tebing, dan
lainnya.) perlu dilakukan dalam jangka pendek untuk menurunkan tinggi banjir di daerah
genangan. Sebagai tambahan, wilayah tersebut merupakan wilayah yang air tanahnya disedot
secara berlebihan.
Kongklusi dari studi ini adalah perbaikan kondisi sistim drainasi merupakan upaya jangka
pendek dengan meningkatan kapasitas pengaliran sungai serta saluran drainasi yang mengalir ke
laut Jawa. Perbaikan dilakukan dari arah muara sungai terus bergerak kearah ke hulu. Pada
waktu yang bersamaan sistim drainasi di wilayah bawah perlu di perbaiki dengan membangun
polder-polder penampungan dan pemasangan pompa-pompa.
Rekomendasi kunci:
execute the improvement works in flood-prone areas in North Jakarta by implementing
efficient drainage, improving pumping stations and increasing carrying capacities of the
rivers and main drains through dredging;
establish an appropriate legal and administrative framework to integrally execute flood
control improvement and new works;
allocate required funds for the implementation of high priority projects within a
taskforce to be set up between MoPW and DPU-DKI;
prioritize land acquisition required to construct the remaining works of the years 20032004, projects scheduled for the period 2005-2007 and as of 2008; and
assist with the preparation of contract documents for the proposed works.
13
Rencana Strategis atau Renstra dari DKI di identifikasi 78 wilayah yang sangat menderita akibat
banjir tahun 2002. Lima belas dari 78 wilayah dipilih sebagai prioritas utama untuk mengurangi
resiko kebanjiran. Rekomendasi konci untuk 15 wilayah:
merehabilitasi stasiun pompa;
penggalian sediment dan pelebaran saluran drainasi utama; dan
rehabilitasi tebing sungai.
14
full or partial fiscal sustainability for O&M (including pumping costs) and
rehabilitation.
introduce a flood insurance scheme for private enterprises in the potentially affected
areas;
ensure appropriate involvement of civil society and NGOs in the institutional and
implementation arrangements;
consider setting up a JABOTABEK/regional flood and drainage authority, board or
commission made up of the agencies and governments who would have management
authority over planning, operation, implementation O&M and financing;
establish a national inter-ministerial body to manage policy and resource mobilization
and allocation for a program lasting 10 years for civil works and, possibly 20 years for
watershed stabilization.
Key recommendations on technical/structural aspects:
support a long-term and sustainable Watershed Stabilization Program based on a zerogrowth policy in the Puncak area coupled with an intensive structural and nonstructural soil conservation program in the upland areas (with special attention to
erosion along steep roads);
support a Program to improve the many small ponds that are in the lower catchment
area to act as detention basins for sediment and flood flows including a viable
arrangement to prevent their encroachment;
decide on a economically viable infrastructure solution to divert the four eastern river
flows either through an open or covered floodway (to reduce land-use conflicts) and, by
diversion of part of the Ciliwung River flow to the Cisadane River;
restore the capacity of the Western and Cengkareng Floodways by desilting;
demarcate the floodway for rivers and drains and gradually remove human and physical
encroachments (as was done for the Ciliwung downstream);
undertake a sustainable program of dredging the major rivers on a periodic basis.
15
improve the functioning of internal macro and minor drains through a sustainable O&M
program and pumped or gravity outfalls that will operate reliably under extreme flood
flow conditions in the recipient major drains and rivers;
improve the maintenance and operation of flood retention ponds, gates and pumping
plants inclusive of sustainable O&M funding;
develop a polder approach for high value real estate in low-lying areas with pumped
outfalls whose O&M costs are borne by beneficiaries;
provide for civil works that alleviate flooding of main highways (such as the airport toll
road).
G. DKI 3-8 and DKI 3-9: Drainage Management for Jakarta Priority Assistance (Louis
Berger et. al., 2004); Engineering Designs for Priority Drains (NEDECO et al., 2005).
The first study (DKI 3-8) focused on urban drainage management issues within DKI Jakarta, in
particular small drainage system in areas inundated during the 2002 flood. It defined a General
Improvement Plan consisting of four elements:
improvement of drain capacities by providing sufficient O&M
structural improvement of drains and appurtenant structures;
non-structural measures; and
institutional strengthening.
The report also contains a list of rivers, drains and retentions basin prioritized for urgent
maintenance dredging.
Key recommendations:
The strategy for O&M of the drainage system should concentrate on the following elements:
a. Policy
emphasize O&M management with the motto of project-oriented O&M.
16
strengthen the organization, i.e. public works services should revise their manpower
requirement,
ensure sufficient annual budgets for personnel, maintenance and equipment;
implement short and long term planning and budgeting;
implement O&M works through Suku Dinas or tender to local contractors.
b. Technical Elements
describe tasks, duties and rights of each department involved in O&M of the drainage
system, including management of river waste;
prepare an inventory of drainage networks prior to new O&M works;
execute proper procedures for O&M;
improve supervision and monitoring;
provide management training at central level;
provide training for professional staff at local level;
prepare O&M studies and pilot projects; and
prepare an O&M manual.
H. The second study (DKI 3-9) covers preliminary and detailed engineering design of
priority drains proposed under DKI 3-8.
Pusat 3-10: Outline Plan for Major Drainage and Small Lakes Management in JabodetabekBopunjur Area (Nippon Koei and Kwarsa Hexagon, 2005). This report defines an urgent,
medium-term and long-term plan for flood mitigation in Greater Jakarta. The list of programs
proposed in this Project Concept Note is largely derived from the urgent program.
17
Dengan prakarsa pemerintah pusat telah dilakukan ekstensif studi analitik untuk banjir sebelum
dan sesudah kejadian banjir tahun 2002. Suatu kebijakan dari hasil Flood Management in
Jakarta: Causes and Mitigation.
rekomendasi kunci terhadap usaha pengendalian banjir jangka pendek, menengah dan jangka
panjang.
Upaya mendesak (0-1 Tahun).
Berikut ini adalah upaya mendesak yang diperlukan untuk pengendalian banjir;
Perluasan/peningkatan penanggulangan bencana agar memperringan korban bencana
Banjir
Memperbaiki fasilitas infrastrukture yang rusak
Mengembangkan dan meningkatkan fungsi dari tim koordinasi pengendali banjir.
Meningkatan partisipasi publik
Menguatkan fungsi dari institusi penaggulangan bencana Banjir(Bakornas/Satkorlak).
Upaya Jangka Pendek (13 tahun).
Berikut ini adalah upaya jangka pendek yang diperlukan untuk pengendalian banjir;
Memperkuat sistim pengumpulan data hujan, hydrometry dan pemetaan lokasi banjir.
Memperbaiki Operasi dan Pemeliharaan dengan penguatan institusi dan pendanaan.
Meningkatkan kemampuan Design Unit DKI dibidang drainasi dan pengelolaan
banjir.
Memnyusun peta daerah risiko banjir akibat adanya penurunan tanah.
Menyusun dan mengimplementasikan program pengelolaan sampah yang baik.
Memperbaiki sistim pelayanan air bersih untuk mengurangi penggunaan air tanah yang
berlebihan.
Pembenahan daerah bantaran sungai.
18
Membangun perum atau institusi pengelola banjir JABODETABEK, yang berada di bawah
dewan sumber daya air didalam kegiatan pengelolaannya.
20
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan pada pemerintah di dalam menyusunan
peraturan pengendalian banjir terpadu untuk sungai perkotaan Indonesia, jadi sangat diharapkan
dapat terlaksananya penelitian ini.
21
kapasitas pengaliran dari sungain yang ada, sedang pemodelan hidrologi untuk
menganalisis berapa air yang dapat di tahan oleh situ atau embung serta berapa bagian air
hujan yang harus ditahan di lokasi turunnya oleh sarana detensi dan retensi yang perlu
dibangun untuk setiap sub-DASnya.
IV.1
Pendekatan Teknis
Pola pikir dan konsep pemecahan masalah di dalam meriview merencana dan merancang
sistim drainase dan pengendalian banjir perlu mengacu pada Undang-undang No. 7/2004
tentang sumber daya air, yang cakupannya meliputi aspek konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, pemberdayaan masyarakat,
dan sistem informasi sumber daya air. Perencanaan dan perancangan sistim drainase dan
pengendalian banjir, merupakan salah satu aspek yang ada di dalam UU No. 7 Tahun 2004
yaitu pengendalian daya rusak air, mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan
pemulihan daya rusak air. Aspek pengendalian daya rusak air adalah pengendalian banjir,
pencegahan erosi dan sedimentasi, tanah longsor, dan intrusi air laut. Jadi rencana induk
drainase dan pengendalian banjir perlu mengkaji dan disusun secara terpadu dan
menyeluruh. Di dalam undang-undang No. 7 Tahun 2004, diuraikan bahwa pengendalian
daya rusak air merupakan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dengan
melibatkan peran serta masyarakat. Masyarakat mempunyai kesempatan untuk berperan di
dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap upaya pencegahan,
penanggulangan dan pemulihan daya rusak air. Berikut ini adalah beberapa hal yang
dirancang sebagai kebijakan dari pemeritah di dalam mengendalikan daya rusak air:
Meningkatkan kesiapan pemilik kepentingan dalam menghadapi daya rusak air,
dengan mencegah perubahan fungsi daerah manfaat sungai serta melaksanakan
kebersihan lingkungan untuk kelancaran aliran air.
Melindungi kawasan budidaya dari banjir, prioritas daerah pemukiman, daerah
produksi dan prasarana umum.
22
23
bangunan pengaman sungai yang sangat terbatas, maka terdapat kondisi umum yaitu
degradasi kualitas infrastruktur bangunan air yang ada. Kondisi demikian akan
menyebabkan manfaat bangunan air tersebut menjadi tidak optimal. Beberapa
permasalahan akibat terbatasnya perhatian dan beaya untuk operasi dan pemeliharaan
bangunan keairan adalah kondisi bangunan makin rusak, tidak dapat berfungsi optimal,
kemanfaatan berkurang, bisa membahayakan, dan sangat merugikan. Akan tetapi,
mengingat bahwa air lebih merupakan sebagai barang sosial, maka upaya untuk
meningkatkan recovery dari pengusahaan air akan sangat sulit. Hal demikian
memerlukan pendekatan sosial dan budaya supaya keterlibatan masyarakat dapat
diharapkan. Dari karakteristik seperti tersebut di atas, maka salah satu kunci pokok dari
keberhasilan pengelolaan sumberdaya air adalah keterpaduan (integrasi) pengelolaan dan
keterlibatan semua parapihak. Sebagai ilustrasi dari peranan berbagai pihak (stakeholders)
disajikan di atas.
Ketika pengelolaan Sumber Daya Air (termasuk sarana-prasarananya) telah kehilangan
integritas dan keterpaduannya, maka ke-tidak-seimbangan antara sumber daya alam,
tindakan manusia (stakeholders), serta budaya masyarakat setempat dapat mengakibatkan
permasalahan banjir, kekurangan air, penurunan kualitas air, dan degradasi bangunanbangunan drainase, serta lainnya yang semakin kompleks. Pengelolaan Sumberdaya Air
merupakan sesuatu yang kompleks.
Pengelolaan banjir merupakan hal yang rumit karena melibatkan banyak parapihak, nilai
air masih lebih sebagai barang sosial daripada barang ekonomi (padahal tingkat
kepentingan dan ketergantungan kita pada air sangat vital), serta tidak mengenal batas
administrasi.
IV.1.1
24
Peningkatan debit banjir akibat alih fungsi lahan dari lahan hijau menjadi lahan terbangun
bisa berkali lipat, sementara peningkatan kapasitas sistem hampir tidak mungkin mengejar
peningkatan debit. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk mengatasi permasalahan
banjir di perkotaan kecuali dengan jalan membatasi beban / debit banjir yang masuk ke
sistem drainase.
Cara yang sudah banyak dikembangkan dan dipraktekkan adalah pengelolaan atau
pemanenan air hujan (rainwater harvesting = RWH). Konsep dasar dari metode tersebut
adalah bagaimana mengelola air hujan supaya limpasan minimal, dan/atau limpasan yang
masuk ke sistem saluran dapat diatur, dengan jalan meningkatkan resapan dan/atau
penampungan sementara.
IV.1.2
Upaya pendistribusian banjir atau air hujan perlu menerapkan teknologi pemanenan air
hujan yang tepat memungkinkan mengubah air hujan sebagai sumber bencana menjadi
barang bernilai. Sebenarnya fasilitas pemenenan air hujan sudah diterapkan oleh nenek
moyang bangsa Indonesia ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Hal ini terlihat pada tata
permukiman tempo dulu, di mana di halaman kanan, kiri, dan belakang rumah selalu ada
parit atau kolam (bhs Jawa belumbang) sebagai panampung air hujan. Juga adanya
larangan mengurug sumur-sumur tua yang sudah tidak difungsikan. Konsep pemanenan air
hujan adalah penerapan konsep detensi dan retensi, yaitu menahan atau menampung air
hujan yang selanjutnya di serapkan ke dalam tanah.
Detensi dan retensi adalah dua upaya dalam menurunkan puncak banjir sehingga
berkurangnya kerusakan yang di akibatkannya. Penggunaaan dua istilah ini seringkali
tertukar artinya satu dengan yang lain, meskipun keduanya mempunyai arti yang berbeda.
Kolam detensi adalah suatu kolam yang dimanfaatkan untuk menampung kelebihan air
banjir yang kemudian secara perlahan dialirkan sesuai dengan penurunan aliran yang ada
di saluran drainasi atau sungai.
penampungan sementara aliran banjir, yang merupakan upaya konservasi dari cara
pengendalian banjir terpadu. Kolam retensi adalah satu upaya penampungan permanen air
hujan, karena air hujan yang ditampung sebagian diresapkan, sebagian diuapkan tetapi
masih diperlukan limpasan langsung sebagai pengamanan sistim. Tujuan pemanfaatan
25
kolam retensi dan kolam retensi adalah untuk menurunkan puncak banjir dan memperbaiki
kandungan air tanah suatu wilayah.
Tujuan pengembangan dan penerapan fasilitas pemanenan air hujan diantaranya adalah
sebagai berikut :
Meningkatkan keberlanjutan ketersediaan air permukaan dan air tanah
Konservasi air dengan menampung kelebihan air yang akan masuk sungai dan
mengurangi air yang terbuang percuma ke laut selama musim penghujan
Mengamankan kawasan perkotaan maupun perdesaan dari banjir dengan menahan
air di daerah tangkapannya
Menurunkan laju erosi
Memperbaiki lingkungan perkotaan maupun perdesaan
Memperbaiki kualitas air.
Komponen di dalam sistim pemanenan air hujan, adalah seperti berikut.
Secara garis besar fasilitas pemanenan air hujan dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan,
yaitu fasilitas penampungan, dan fasilitas peresapan, gambar IV.2 berikut.
IV.1.3
Sumur resapan
Sumur resapan sering disebut sebagai bagian dari sistim drainase berwawasan lingkungan.
Perbedaan sistim drainase konvensional yang sampai saat ini masih dipakai, adalah pada
sistim konvensional air hujan diupayakan secepat-cepatnya disalurkan keluar dari daerah
tangkapan masuk ke sungai terus ke laut. Akibatnya saluran atau sungai bagian hilir sering
tidak mampu menampung aliran banjir yang masuk maka saluran atau sungai akan meluap
dan akan menimbulkan genangan di kanan kirinya.
26
Sumur resapan berfungsi tidak hanya menahan air hujan sebelum masuk kedalam saluran
drainase menjadi aliran permukaan tetapi juga meresapkan air hujan kedalam tanah
menjadi aliran air bawah tanah. Sumur resapan berfungsi retensi (menyimpan) dan disebut
sebagai sumur retensi.
Tipe
Detensi
(Detension
Storage
Types)
Penyimpanan
di luar lokasi
(Off-site
storage)
Kolam regulasi
(Regulation pond)
Taman
Halaman sekolah
Penyimpan
Fasilitas penahan
an di dalam
Lahan parkir
lokasi (on-
harvesting
site
facilities)
storage)
Parit resapan (Infiltration Tranch)
Tipe Retensi
(Infiltration
Types)
27
IV.1.4
Bioretensi
IV.1.5
GPS (global positioning system) merupakan suatu peralatan yang canggih dan handy untuk
menentukan lokasi-lokasi di bumi. Dengan memanfaatkan peredaran satelit-satelit yang
ada, maka koordinat suatu titik dapat ditetapkan. Pada kegiatan Survai-Survai awal dan
reconaisance pekerjaan ini maka pemakaian GPS ini sangat penting dan bermanfaat dalam
menentukan titik-titik yang memerlukan perhatian, sehingga dapat diplot ke dalam peta
dengan benar. Dengan ketelitian yang masih memadai, maka peneliti juga akan
28
menggunakan alat GPS ini dalam kegiatan Survai-Survai awal lapangan. Hal demikian,
titik-titik yang perlu mendapatkan perhatian dalam Survai pengukuran lebih detail dapat
disampaikan kepada asisten ahli geodesi dan Surveyor secara lebih tepat. Selain itu, hal ini
juga sangat membantu dalam melakukan identifikasi di lapangan yang dapat diacu secara
bersama-sama secara tepat.
GIS (geographycal information system) atau SIG merupakan suatu framework sistem
informasi geografis yang memungkinkan informasi-informasi dapat disaling hubungkan
secara fungsional dan secara spatial. Dalam SIG ini, peranan dari ketepatan dan
kekomplitan database dari informasi sangat vital. Setelah itu, pemanfaatan dari SIG
menjadi sangat membantu dalam pengkajian, analisa-analisa spatial, dan pengambilan
keputusan. Dalam skala pekerjaan ini, maka peneliti akan semaksimal mungkin
menggunakan framework SIG guna mempermudah pengkajian dan analisa. Selain itu,
setiap perkembangan data dan informasi dimasa yang akan datang akan dengan mudah
diakomodasi.
IV.1.6
29
I. HEC-HMS
30
31
HEC-HMS adalah model hidrologi yang dipergunakan untuk menganalisa debit banjir dan
analisis penelusuran banjir (flood routing). HEC-HMS merupakan rainfall-runoff model
untuk suatu daerah aliran sungai yang modelnya berdasarkan data fisik. Unit hidrograf
model adalah konsep dasar dari model ini dan mempunyai berbagai teknik penelusuran
banjir. Model ini dilengkapi pula dengan kemampuan untuk mengkalibrasi analisisnya
dengan data hasil pengukuran atau pengamatan. Embung pengendali aliran merupakan
salah satu elemen yang tersedia di dalam model dengan inflow dapat lebih dari satu yang
datangnya dari elemen basin. Assumsi yang dipakai pada analisis penelusuran banjirnya
adalah metoda pool. Dengan salah satu alternatip tipe pelimpah yang dapat digunakan
adalah Oge spillway. Jika diinginkan puncak dari embung pengendali banjir dapat pula
di analisis sebagai Emergency spillway. Panjang dan elevasi puncak embung harus
dimasukan sebagai salah satu input dari model, dengan koefisien debitnya berkisar antara
2.6 sampai 4. Model ini dapat pula menganalisis pompa yang memompa air yang keluar
dari embung, meskipun kemampuan ini jarang diperlukan pada kolam tando pengendali
banjir. Karena biasanya kolam tando yang menggunakan pompa terletak didataran rendah
maka tipe pompa yang tersedia adalah pompa dengan aliran yang besar tetapi tinggi
pemompaannya rendah.
IV.2
Pendekatan Operasi
Konsep utama penyusunan sistim Flood Distribution Management dan Urban River,
sungai Ciliwung di wilayah Jawabarat dan DKI Jakarta adalah mengalirkan air hujan atau
banjir dari daerah atas/hulu melalui Flood Way. Flood Way merupakan sistim sungai
yang bertanggul untuk mengalirkan air dari hulu langsung kelaut, oleh karena itu air dari
kanan kiri sungai tidak dapat masuk dengan cara gravitasi. Untuk mengalirkan banjir
akibat hujan di wilayah bawah menggunakan sistim jaringan drainasi sendiri dan dipompa
kelaut setelah ditampung di polder. Pengendalian pengaruh rob perlu digunakan tanggul
laut dan pitu-pintu kelep atau bendung karet.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya
kompleks dan saling terkait, maka dengan melakukan tahapan kegiatan secara baik dan
tepat waktu diharapkan pekerjaan penelitian ini dapat dikerjakan dengan lancar. Untuk itu
kesinambungan setiap kegiatan mutlak diperlukan dan harus dilaksanakan dengan disiplin
yang ketat, sehingga jadwal yang sudah ditentukan akan dipenuhi dengan tepat.
32
IV.2.1
Koordinasi
Dalam pelaksanaan penanganan penelitian ini, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar
instansi yang berkepentingan dan terkait dengan pekerjaan ini. Instansi yang terkait
didalam penanganan pekerjaan penelitian ini, yaitu pemerintah propinsi DKI Jakarta, juga
instansi lain yang terdapat di daerah, antara lain Badan Meteorologi dan Geofisika, Balai
Besar Wilauah Sungai Ciliwung Cisadane, Bappeda setempat, Departemen Pertanian dan
lain-lain. Koordinasi disini mutlak diperlukan agar didapat hasil akhir yang maksimum.
IV.2.2
Program Kerja
Dalam suatu perencanaan dan perancangan sistim drainase, terlebih dahulu harus
dilakukan survai atau identifikasi permasalahan dari daerah atau lokasi yang bersangkutan
guna memperoleh data yang berhubungan dengan perencanaan yang lengkap dan teliti.
Dalam perencanaan drainase ini kami membuat metodologi penyusunan sebagaimana
disajikan dalam
lahan
Evaluasi dan analisa data kependudukan dan sosek
Studi pengendalian banjir DKI Jakarta yang ada dan program mendatang.
Review RTRW dan penggunaan lahan yang ada.
Evaluasi hasil studi alternatif pengendalian banjir dan drainase
33
Hasil dari kegiatan Kegiatan A ini dituangkan dalam bentuk deatail tahpan atau jadwal dan
metodologi pelaksanaan pekerjaan.
Hasil dari kegiatan Kegiatan B ini dituangkan dalam bentuk Laporan Interim yang berisi :
Hasil penyusunan prinsip flood distribution management dan kriteria River
Urban
Persiapan dalam analisis rekomendasi dan penyusunan konsep hasil studi
Hasil perhitungan pemanenan air hujan.
Kegiatan C : Penyusunan Draft Laporan Akhir
Berdasarkan Kegiatan C dilakukan penyusunan draft laporan akhir. Tahap ini meliputi
kegiatan-kegiatan antara lain:
34
Laporan Akhir
Publikasi ilmiah
Tugas akhir S1
Laporan-laporan Pendukung.
35
KEGIATAN C
PENYUSUNAN DRAFT
LAPORAN AKHIR
KEGIATAN B
ANALISIS DAN EVALUASI
KEGIATAN A
SURVEY&
IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
KEGIATAN D
PENYUSUNAN
LAPORAN AKHIR
MULAI
PERSIAPAN, SURVEY
PENDAHULUAN DAN
ANALISA DATA
PENYUSUNAN DRAFT
LAPORAN AKHIR
HASIL TENGAHAN
Hasil penyusunan prinsip flood
distribution management
Persiapan dalam analisis
rekomendasi dan penyusunan
konsep hasil studi
Hasil perhitungan pemanenan air
hujan
DISKUSI
DRAFT LAPORAN
AKHIR
SELESAI
Ya
DISKUSI
Metodologi dan hasil penelitian awal
LAPORAN AKHIR
HASIL PENELITIAN
Laporan Akhir
Publikasi Ilmiah
Laporan Tugas Akhir S1
Laporan Pendukung
Data muka air laut, curah
hujan dan data
hidrometri
Prinsip perhitungan
model hidrologi dan
model hidrolika
Perhitungan detail
terhadap pemanenan
air hujan dan usulan
penanganan
Rekomendasi penyusunan
kriteria sungai urban
Rencana peraturan
operasional dan
Pemeliharaan sungai
urban
PERLU
PERBAIKA
N?
Ya
PERLU
PERBAIKA
N?
Tidak
Tidak
Ya
PERLU
PERBAIKA
N?
Tidak
36
37
V.1
Simulasi hujan menjadi aliran permukaan merupakam simulasi yang rumit karena proses
yang sebenarnya terjadi di bumi adalah suatu proses yang sangat rumit, oleh karena itu
perlu dilakukan penyederhanaan dan asumsi-asumsi dari seluruh kejadiannya ke dalam
sebuah model. Model analisis hujan-aliran yang sederhana dan penggunaannya mudah,
adalah model Rasional. Model ini menganalisa hubungan hujan-limpasan permukaan
dengan keluaran berupa debit puncak. Penerapan model ini hanya dibatasi pada DAS kecil
(Sobriyah, 2005; Iman Subarkah, 1978 dan Ponce, 1989).
Modifikasi model Rasional untuk DAS ukuran sedang, dilakukan dengan membagi DAS
menjadi sub DAS sub DAS dengan garis isochrone yang melintang sungai ada;ah model
time area. Untuk model rasional, waktu konsentrasi sub DAS samadengan interval waktu
hujannya (Viessman, 1977, Ponce, 1989, Wanieliesta, 1990). Besarnya nilai koefisien
limpasan C di tentukan berdasarkan tataguna lahannya dan menggunakan sistim grid
(Sobriyah dan Sudjarwadi, 1998).
Permasalahan menarik yang kemudian muncul yaitu bagaimana memperkirakan debit
banjir DAS besar. Daerah aliran sungai ciliwung dapat dikatagorikan DAS besar, oleh
karena itu pemodelannya dilakukan dengan menggunakan model hidrograf satuan sintetik
SCS yang dikembangkan oleh U.S. Soil Concervation Service (sekarang Natural
Resources Conservation Service, NRCS). Parameter dari model ini berupa harga CN dan
persen tutupan lahan dari suatu sub-das. Parameter ini ditentukan denan menggunakan
peta topografi (Rupa Bumi), Peta satelit, peta jenis tanah dan data DEM.
Analisa hidrologi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
hidrologi HEC-HMS. Pemodelan hidrologi menggunakan teknik hidrograf sintetik SCS
untuk 13 daerah aliran sungai yang termasuk didalam wilayah sungai Ciliwung dan dibagi
dalam 450 sub-das. Analisan aliran dari ketiga belas sungai tersebut di lakukan secara
bersamaan dalam suatu jejaring dengan menggunakan teknik steady non-uniform flow.
V.1.1
V.1.2
Basin model pada perangkat lumak HEC-HMS disusun atas gambaran fisik daerah
tangkapan air dan sungai. Elemen-elemen hidrologi yang saling berhubungan merupakan
jaringan yang mensimulasikan proses terjadinya limpasan permukaan (run off).
Permodelan hidrograf satuan pada luas area yang besar perlu dilakukan pemisahan atau
pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi beberapa sub-DAS berdasakan
percabangan sungai, dan perlu diperhatikan batas-batas topografi daerah yang berpengaruh
pada DAS tersebut.
Pada basin model ini dibutuhkan peta background yang dapat diimport dari CAD
(Computer Aided Design) maupun GIS (Geografic Information System). Elemen-elemen
yang digunakan untuk mensimulasikan limpasan adalah subbasin, reach, dan junction.
Berikut ini adalah gambaran Sub DAS pada daerah studi. Langkah langkah dalam
perhitungan debit banjir rencana dengan HEC-HMS :
Membuat basin model, untuk menggambarkan DAS dan elemen-elemennya.
Membuat meteorologic model sebagai input data bagi basin model.
Membuat control spesification yang digunakan sebagai control terhadap data pada
meteorologic model.
Menjalankan program dengan run manager untuk mendapatkan hasil simulasi.
V.1.3
Pada basin model tersusun atas gambaran fisik daerah tangkapan air dan sungai. Elemenelemen hidrologi berhubungan dengan jaringan yang mensimulasikan proses limpasan
permukaan (run off). Permodelan hidrograf satuan sintetik memiliki kelemahan pada luas
area yang besar, maka perlu dilakukan pemisahan area basin menjadi beberapa sub basin
berdasakan percabangan sungai, dan perlu diperhatikan batas-batas luas daerah yang
berpengaruh pada DAS tersebut.
Pada basin model ini dibutuhkan peta background yang dapat diimport dari CAD
(Computer Aided Design) maupun GIS (Geografic Information System). Elemen-elemen
yang digunakan untuk mensimulasikan limpasan adalah subbasin, reach, dan junction.
Berikut ini adalah gambaran Sub DAS pada daerah studi.
V.1.4
Model untuk perhitungan kehilangan air hujan pada sub-das adalah pemodelan untuk
menghitung kehilangan air yang terjadi karena proses intersepsi dan pengurangan
tampungan. Metode yang digunakan pemodelan ini adalah SCS Curve Number. Limpasan
permukaan dalam model HEC-HMS merupakan hujan efektif yang didapat dari curah
hujan dikurangi dengan intersepsi, infiltrasi, tampungan detensi, evaporasi dan transpirasi.
Soil Conservation Service (SCS) Curve Number (CN) model adalah salah satu model
infiltrasi yang merupakan fungsi komulatif dari curah hujan, tutupan tanah, dan kandungan
air sebelumnya yang dihitung dengan rumus berikut.
Dimana;
Pe
Ia
Kehilangan awal,
pada waktu t,
Limpasan permukaan atau larian akan terjadi bila curah hujan telah melebihi kehilangan
awal. Dari analisis dan penelitian yang ada, SCS mengembangkan suatu formula empiris
hubungan Ia dan S.
Jadi rumusan hujan efektif dapat di rubah menjadi rumusan seperti berikut;
Nilai maksimum retensi S dan sifat dari daerah aliran sungai dapat di perkirakan dengan
parameter Curve Number (CN) yang harganya dapat ditentukan atau di estimasi
berdasarkan penggunaan lahan, jenis tanah dan kandungan air tanah awal.
25400 254CN
CN
Nilai CN berkisar dari 100 (untuk badan air) dan nilai CN sekitar 30 untuk tanah yang
lolos air. Tabel pedoman harga CN untuk setiap kondisi tanah dan penggunaan lahan dapat
dilihat pada lampiran. Nilai CN composit pada suatu daerah aliran sungai dapat dihitung
dengan rumus berikut;
CN composit
Dimana:
CNcomposite =
i
A CN
A
i
V.1.5
CNi
Ai
Air hujan yang tidak terinfiltrasi atau jatuh secara langsung ke permukaan tanah akan
menjadi limpasan permukaan. Limpasan permukaan yang terjadi akan mengalir ke palung
sungai suatu DAS, limpasan permukaan tersebut (direct runoff) mengalir sesuai dengan
gradien kemiringan tanah kea rah sungai. Transform method (metode transformasi)
digunakan untuk menghitung aliran langsung dari limpasan air hujan. Dalam studi ini
teknik transformasi yang digunakan adalah teknik hidrograf satuan sintetik SCS.
Pada pemodelan ini parameter yang dibutuhkan adalah Lag, yaitu tenggang waktu (time
lag) antara titik berat hujan efektif dengan titik berat hidrograf. Parameter ini didasarkan
dan diturunkan pada data dari beberapa daerah tangkapan air wilayah pertanian. Parameter
tersebut dibutuhkan untuk menghitung puncak dan waktu hidrograf, secara otomatis model
HEC-HMS akan membentuk ordinat-ordinat hidrograf dan fungsi waktu.
Lag (Tp) dapat dicari dengan rumus :
Tp = 0,6 x tc
tc =
0,87 * L2
1000 * S
0,385
Dimana :
L
S
tc
670000
680000
690000
700000
710000
720000
730000
9320000
9320000
JAKARTA UTARA
JAKARTA BARAT
JAKARTA PUSAT
9310000
9310000
KOTA TANGERANG
JAKARTA TIMUR
KAB. TANGERANG
JAKARTA SELATAN
9300000
9300000
KOTA BEKASI
9290000
9290000
KOTA DEPOK
9270000
9270000
9280000
9280000
KAB. BOGOR
KOTA BOGOR
9260000
9260000
LOKASI
#
9250000
9250000
KAB. BOGOR
670000
680000
GAMBAR :
690000
700000
710000
KETERANGAN :
W
Sungai / Drainase
730000
Batas Wilayah
720000
S
0
10 Kilometers
Sub DAS
670000
680000
690000
700000
710000
720000
730000
9320000
9320000
JAKARTA UTARA
JAKARTA BARAT
JAKARTA PUSAT
9310000
9310000
K al i Ul uj ami
K al i Sepak
KOTA TANGERANG
JAKARTA TIMUR
KAB. TANGERANG
JAKARTA SELATAN
9300000
9300000
KOTA BEKASI
9290000
9290000
KOTA DEPOK
9270000
9270000
9280000
9280000
KAB. BOGOR
KOTA BOGOR
9260000
9260000
LOKASI
#
9250000
9250000
KAB. BOGOR
670000
GAMBAR :
680000
690000
KETERANGAN :
Sungai / Drainase
Batas Wilayah
Tata Guna Lahan :
Air Laut
PETA LANDUSE
Air Tawar
Belukar_Semak
Empang
Gedung Perkantoran
& Permukiman
700000
710000
720000
730000
N
Hutan
Kebun
Pasir Darat
Rawa
Rumput
10 Kilometers
Sawah Irigasi
Sawah Tadah Hujan
Tanah Berbatu
Tanah Ladang_Tegalan
670000
680000
690000
700000
710000
720000
730000
9320000
9320000
JAKARTA UTARA
JAKARTA BARAT
JAKARTA PUSAT
9310000
9310000
KOTA TANGERANG
JAKARTA TIMUR
KAB. TANGERANG
JAKARTA SELATAN
9300000
9300000
KOTA BEKASI
9290000
9290000
KOTA DEPOK
9270000
9270000
9280000
9280000
KAB. BOGOR
KOTA BOGOR
9260000
9260000
LOKASI
#
9250000
9250000
KAB. BOGOR
670000
GAMBAR :
680000
690000
KETERANGAN :
Sungai / Drainase
Batas Wilayah
Jenis Tanah :
Aluvial Coklat Kekelabuan
Aluvial Hidromorf
Latosol Coklat
Latosol Coklat Tua Kemerahan
Aluvial Kelabu Tua
Asosiasi Aluvial Kelabu
dan Aluvial Coklat Kekelabuan
700000
710000
720000
730000
N
W
E
S
10
12 Kilometers
670000
680000
690000
700000
710000
720000
730000
9320000
9320000
JAKARTA UTARA
JAKARTA BARAT
JAKARTA PUSAT
9310000
9310000
K al i Ul uj ami
K al i Sepak
KOTA TANGERANG
JAKARTA TIMUR
KAB. TANGERANG
JAKARTA SELATAN
9300000
9300000
KOTA BEKASI
9290000
9290000
KOTA DEPOK
9270000
9270000
9280000
9280000
KAB. BOGOR
KOTA BOGOR
9260000
9260000
LOKASI
#
9250000
9250000
KAB. BOGOR
670000
GAMBAR :
680000
690000
700000
710000
720000
730000
KETERANGAN :
Sungai / Drainase
Batas Wilayah
Nilai CN :
PETA NILAI CN
51.85 - 71.72
10 Kilometers
71.72 - 87.11
87.11 - 90.91
90.91 - 93.12
93.12 - 95
Tabel V-2. Hasil Perhitungan Lag Time, CN dan Impervious tiap Subdas (Subbasin)
No
NAMA DAS
Lag (mnt)
CN
Impervious (%)
Agung Perkasa
63.12
93.55
61.60
144.70
93.86
63.99
Ahmad Yani
140.77
92.80
53.69
228.86
67.17
5.93
179.26
74.87
5.66
117.22
56.70
5.88
203.35
82.89
6.25
182.89
83.22
5.91
206.39
83.02
5.11
10
287.31
53.01
5.00
11
370.13
54.61
5.00
12
448.73
75.38
7.76
13
319.98
83.38
10.26
14
483.69
69.51
8.94
15
245.40
63.17
17.20
16
331.10
60.73
5.32
17
171.82
68.36
5.00
18
282.94
61.80
5.00
19
Anak Caringin
519.57
89.45
23.66
20
Anak Ciesek 1
243.60
85.38
9.34
21
Anak Ciesek 2
277.89
85.98
17.68
22
Anak Ciesek 3
282.93
84.14
9.28
No
23
NAMA DAS
Anak Ciesek 4
Lag (mnt)
405.12
CN
84.60
Impervious (%)
6.46
24
Anak Cilember 1
166.03
86.42
9.06
25
Anak Cilember 2
283.14
84.69
6.35
26
Anak Ciliwung 1
64.83
91.05
39.98
27
Anak Ciliwung 10
316.39
59.52
13.45
28
Anak Ciliwung 11
340.36
54.24
10.95
29
Anak Ciliwung 12
257.00
71.72
26.35
30
Anak Ciliwung 13
167.69
55.68
9.24
31
Anak Ciliwung 15
167.32
58.82
8.02
32
Anak Ciliwung 16
179.50
51.85
9.30
33
Anak Ciliwung 17
156.97
67.83
18.02
34
Anak Ciliwung 18
170.90
77.66
23.38
35
Anak Ciliwung 19
238.36
85.55
7.39
36
Anak Ciliwung 2
192.21
87.05
10.61
37
Anak Ciliwung 3
127.19
90.91
32.26
38
Anak Ciliwung 4
188.71
92.70
49.20
39
Anak Ciliwung 5
478.75
87.25
11.82
40
Anak Ciliwung 6
176.17
87.98
10.74
41
Anak Ciliwung 7
245.53
85.65
5.58
42
Anak Ciliwung 8
583.07
80.02
20.85
43
Anak Ciliwung 9
340.36
80.94
36.03
44
Anak Ciluar
256.69
90.97
31.27
45
Anak Ciluar 1
217.61
89.45
22.18
46
Anak Jelangkeng
219.18
93.43
57.10
47
Anak Krukut
232.11
91.42
30.50
No
48
NAMA DAS
Anak Pesanggrahan 7
Lag (mnt)
294.85
CN
88.86
Impervious (%)
22.49
49
Anak Seuseupan 1
219.83
88.85
20.68
50
Anak Seuseupan 2
426.76
88.68
14.27
51
Anak Seuseupan 3
226.68
89.62
23.80
52
Ananta Raya
180.51
50.00
5.00
53
Angkasa Raya
139.91
94.06
64.55
54
Angke 1
349.43
90.32
33.56
55
Angke 2
1170.58
92.39
38.99
56
Angke 3
1036.48
91.09
25.92
57
Angke 4
4363.20
91.17
27.85
58
Angke 5
661.62
91.67
31.72
59
Asem Raya
9.20
94.47
59.72
60
Babakan 6
408.31
92.65
49.24
61
Bangka
10.15
94.21
58.25
62
Bangka 11 C
10.55
94.62
62.87
63
1399.96
88.29
44.77
64
166.23
94.03
59.41
65
Basoka
38.41
91.09
43.21
66
Batu Raja
7.50
90.84
36.20
67
Bebek Abri
142.42
86.65
11.16
68
Bekasi Barat
46.94
92.47
39.69
69
Biduri
52.39
94.00
65.00
70
Bima Sakti
37.37
93.12
59.74
71
BKKBN
9.55
93.22
47.26
72
Blencong Lower
159.08
90.27
32.74
No
73
NAMA DAS
Blencong Upper
Lag (mnt)
590.86
CN
90.27
Impervious (%)
32.74
74
Bogor Raya
109.94
89.62
16.76
75
Bojong Indah 1
39.80
94.90
64.04
76
Bojong Indah 2
26.85
95.00
65.00
77
85.17
93.23
50.01
78
173.15
93.23
50.01
79
Bojongsari 1
533.92
89.53
24.60
80
Bren
41.07
93.73
63.00
81
284.00
92.83
10.00
82
626.51
92.83
10.00
83
Buaran lower
19.06
93.73
54.85
84
Buaran upper
245.58
93.73
54.85
85
Budi Harapan
86.41
94.11
57.90
86
Budi Mulia
124.97
93.11
59.23
87
798.01
50.00
5.00
88
436.96
50.00
5.00
89
659.45
50.00
5.00
90
676.39
50.00
5.00
91
152.05
92.84
50.15
92
149.16
93.06
53.81
93
Cakung FW - Cakung
487.90
55.00
7.00
94
Cakung FW - Cakung 1
952.60
55.00
7.00
95
Cakung FW - Cakung 2
754.15
55.00
7.00
96
1096.44
50.00
5.00
97
Cantiga
666.77
92.87
45.61
No
98
NAMA DAS
Caringin
Lag (mnt)
465.27
CN
89.11
Impervious (%)
21.47
99
Cawang Baru
50.53
94.33
58.32
100
Ceger
47.37
91.57
37.25
101
40.72
93.48
60.58
102
53.64
94.00
64.98
103
Cempaka Putih
120.33
94.74
62.37
104
176.32
94.20
58.31
105
151.12
89.38
29.65
106
43.41
90.53
38.55
107
50.81
94.24
64.92
108
53.63
94.00
65.00
109
114.24
94.09
63.70
110
Cengkareng
59.52
86.01
25.33
111
Cengkareng Drain
35.50
92.98
60.06
112
Ciater
670.96
90.39
26.65
113
Cibenda
288.67
90.85
34.16
114
Cibuluh
292.80
91.81
40.20
115
Cideng
319.08
93.05
46.25
116
Cideng 1
75.62
93.16
53.96
117
Cideng 2
109.48
93.30
69.89
118
Ciesek
363.29
88.92
23.65
119
Cijantung
152.77
93.05
49.19
120
Cikaret
660.58
89.31
26.23
121
Cikeuneuh
338.74
91.11
37.26
122
Cikini
45.63
94.18
59.81
No
123
NAMA DAS
Cikumpa
Lag (mnt)
1313.68
CN
88.74
Impervious (%)
24.25
124
Cilangkap
380.89
91.17
35.79
125
Cileduk 3
531.13
91.28
36.45
126
15.82
95.00
65.00
127
15.85
95.00
65.00
128
32.38
93.72
52.17
129
17.12
95.00
64.99
130
32.45
93.81
56.86
131
17.12
93.35
56.73
132
Cilember
123.00
89.54
14.67
133
Cilincing
92.41
93.56
66.33
134
Cilincing Bakti
69.34
92.88
67.57
135
Cilincing Raya
72.81
93.10
63.88
136
Ciliwung 1
144.74
91.29
44.68
137
Ciliwung 10
323.71
91.39
31.76
138
Ciliwung 11
212.01
91.05
27.88
139
Ciliwung 12
478.94
92.38
42.75
140
Ciliwung 13
238.00
89.92
17.23
141
Ciliwung 14
107.24
90.49
22.64
142
Ciliwung 15
203.22
90.57
24.11
143
Ciliwung 16
182.42
91.25
30.75
144
Ciliwung 17
131.85
90.36
21.54
145
Ciliwung 18
154.46
90.54
20.96
146
Ciliwung 19
159.64
89.73
27.68
147
Ciliwung 2
234.66
91.60
41.19
No
148
NAMA DAS
Ciliwung 20
Lag (mnt)
265.72
CN
85.06
Impervious (%)
10.56
149
Ciliwung 3
112.25
93.84
58.34
150
Ciliwung 4
100.58
94.97
64.73
151
Ciliwung 5
300.11
94.07
60.35
152
Ciliwung 6
318.70
93.57
53.84
153
Ciliwung 7
252.94
92.90
48.45
154
Ciliwung 8
208.83
93.54
53.62
155
Ciliwung 9
173.63
92.73
46.02
156
Ciliwung II
134.87
91.14
48.85
157
Ciliwung III
131.12
88.81
17.40
158
Ciluar
137.40
87.85
19.02
159
Cimanggis
561.58
90.36
33.75
160
Ciparigi
316.26
91.93
41.94
161
Cipinang - Cibubur 1
341.70
92.45
39.55
162
Cipinang - Cibubur 2
809.81
93.05
46.24
163
Cipinang - Cibubur 3
1063.34
93.05
46.24
164
Cipinang Indah
77.26
95.00
64.99
165
63.07
94.64
61.37
166
34.81
94.64
61.37
167
Cipinang Melayu
42.54
89.03
13.82
168
Cipinang Muara 1
72.65
94.87
64.35
169
Cipinang Muara 2
29.67
93.77
58.86
170
Ciputat
1019.91
91.66
37.37
171
CIRACAS
141.01
93.44
52.72
172
Cireundeu 1
20.30
93.84
54.37
No
173
NAMA DAS
Cireundeu 2
Lag (mnt)
22.56
CN
95.00
Impervious (%)
65.00
174
Cireundeu 3
36.89
94.17
56.69
175
Cireundeu 4
19.07
94.34
59.32
176
Cireundeu 5
21.71
95.00
65.00
177
Cireundeu 6
11.03
95.00
65.00
178
Cireundeu 7
38.63
93.32
50.61
179
Colector Swadaya
52.50
89.75
76.90
180
Comodor Halim
14.40
94.99
64.87
181
Condet
115.82
94.15
58.21
182
Curug 2
149.54
90.57
27.77
183
Daan Mogot
63.05
89.78
78.14
184
30.76
92.21
51.54
185
81.19
90.05
38.81
186
Darma Jaya
48.68
94.60
62.52
187
Dayung
63.49
92.17
53.35
188
Depag Barat
30.47
92.20
51.52
189
Depag Timur
28.84
90.91
41.83
190
DI Panjaitan Selatan
26.17
94.88
63.84
191
Dongkelan
32.37
92.57
45.76
192
20.80
90.15
38.53
193
13.01
88.67
25.06
194
25.36
93.47
62.28
195
23.28
88.37
22.78
196
27.50
87.11
13.31
197
Drain Jl Dahlia
26.63
93.84
57.59
No
198
NAMA DAS
Drain Jl Dempo
Lag (mnt)
36.24
CN
94.46
Impervious (%)
67.69
199
10.60
91.84
48.80
200
9.85
91.82
48.67
201
Drain Jl Kamboja
27.82
95.00
65.00
202
Drain Jl Lada
38.73
89.14
28.54
203
8.29
86.23
6.69
204
Drain Peternakan IV
28.80
93.05
57.85
205
Duri Kosambi
142.85
91.58
46.51
206
Duri Kosambi 1
25.24
92.82
60.89
207
Dwi Warna
17.26
94.00
65.00
208
Fahrudin Barat
11.90
93.29
47.88
209
Fahrudin Timur
91.39
90.71
25.94
210
Gading Raya
492.56
55.00
7.00
211
Gang Mulia
40.21
94.00
65.00
212
Gendang Hilir
130.95
94.84
63.40
213
Gendang Hulu
78.60
95.00
30.01
214
Gintung
240.77
92.15
44.30
215
Gondangdia
39.59
94.20
59.13
216
Green Garden 1
91.50
90.86
47.92
217
Green garden 10
40.32
90.10
41.99
218
Green Garden 2
69.05
92.97
57.26
219
Green Garden 3
23.75
93.40
60.48
220
Green Garden 4
45.01
91.25
44.90
221
Green Garden 5
34.62
92.54
54.68
222
Green Garden 6
40.81
93.68
62.62
No
223
NAMA DAS
Green Garden 7
Lag (mnt)
44.86
CN
93.68
Impervious (%)
62.97
224
Green Garden 8
26.35
88.96
34.73
225
Green Garden 9
46.43
92.88
62.05
226
57.64
90.19
39.52
227
Grogol 1
28.20
89.42
13.86
228
Grogol 2
88.76
93.50
51.76
229
Grogol-Petamburan
14.92
92.33
62.75
230
Grogol - Sekretaris
1362.67
93.44
52.30
231
Gutama
13.17
94.67
61.75
232
Halim PK
38.25
91.30
46.48
233
H.Baping
49.97
93.43
53.33
234
31.32
86.98
99.15
235
14.04
85.03
81.26
236
26.00
86.43
93.35
237
IKPN Bintaro
50.63
93.21
48.93
238
Jatijajar 7
192.92
89.81
30.92
239
Jati Pinggir 1
38.77
89.74
12.41
240
Jati Pinggir 2
18.89
93.39
52.21
241
Jati Pinggir 3
13.35
94.30
58.03
242
Jati Pinggir 4
18.51
94.81
63.06
243
Jati Pulo
19.35
94.74
62.80
244
18.59
94.34
60.20
245
Jatiranggon 3
540.65
89.14
21.04
246
Jatiranggon 4
219.78
89.75
30.68
247
Jatiwaringin
123.86
94.68
61.79
No
248
NAMA DAS
Jayakarta Barat Kanan
Lag (mnt)
49.19
CN
90.88
Impervious (%)
41.63
249
50.38
92.46
53.42
250
Jayakarta Kanan
61.37
94.00
65.00
251
Jayakarta Kiri
62.55
93.79
63.40
252
73.69
92.04
51.57
253
74.68
90.66
44.28
254
Jelambar Barat 1
30.31
90.35
81.39
255
Jelambar Barat 2
19.38
90.50
82.50
256
Jelambar Baru
34.98
90.07
79.85
257
Jelambar Selatan
36.94
90.20
80.42
258
Jelambar Utara 1
25.91
90.20
80.36
259
Jelambar Utara 2
57.77
90.50
82.50
260
Jembatan Merah
44.57
91.09
50.65
261
Jl.Panjang
24.87
94.07
62.94
262
Kali Ancol
279.92
87.51
27.92
263
Kali Apuran
82.24
92.59
54.60
264
Kali Apuran 2
8.48
89.72
35.58
265
Kali Baru
261.11
94.06
57.41
266
Kali Baru 1
106.88
93.15
65.81
267
Kali Baru 2
129.45
93.65
63.87
268
Kali Baru 3
81.16
92.43
63.41
269
716.20
94.23
58.37
270
1058.81
92.35
44.58
271
Kali Bata
156.47
92.59
48.07
272
Kali Buntu
118.47
93.57
67.13
No
273
NAMA DAS
Kali Jelangkeng
Lag (mnt)
352.97
CN
93.27
Impervious (%)
59.95
274
Kali Kamal
106.31
85.94
41.15
275
116.65
90.65
40.68
276
Kali Mati
111.65
92.42
53.16
277
423.22
92.52
57.38
278
Kali Opak
137.30
90.51
43.57
279
Kali Pasir
60.85
94.44
67.75
280
Kali Pedongkalan
88.34
88.66
25.31
281
Kali Pisang
42.03
91.71
50.71
282
Kaliputih
673.98
90.30
27.98
283
Kamal
251.03
89.48
33.56
284
Kanal Baru 1
127.93
93.15
65.81
285
Kanal Baru 2
187.01
94.11
58.67
286
34.55
80.66
31.52
287
80.96
88.06
25.54
288
Kapuk Muara 3
64.20
90.09
36.93
289
Kapuk Muara 3B
25.06
86.40
9.99
290
Kapuk Muara 4
67.46
89.30
30.25
291
95.57
92.49
53.65
292
32.26
91.77
61.78
293
80.54
90.04
35.27
294
70.92
93.23
59.46
295
Karang Anyar
55.64
92.73
55.50
296
Karet Karya
51.80
91.81
33.13
297
456.98
91.63
37.97
No
298
NAMA DAS
Kayu Besar
Lag (mnt)
74.91
CN
90.80
Impervious (%)
57.82
299
48.55
94.89
63.87
300
191.55
94.34
58.42
301
209.79
93.01
50.97
302
Kayu Tinggi
265.31
86.81
11.06
303
Kayu Tinggi 2
226.30
91.66
47.58
304
Kebalen
19.96
92.36
38.63
305
Kebantenan
35.14
93.88
64.12
306
Kebantenan 2
37.76
92.61
54.60
307
Kebantenan 3
89.04
93.90
65.49
308
Kebantenan 4
86.37
92.70
71.47
309
226.47
93.34
60.09
310
Kebon Kacang
30.93
92.79
46.56
311
15.56
91.22
27.21
312
52.55
93.69
24.52
313
50.12
93.69
24.52
314
Kebon Sirih
53.87
91.51
30.09
315
Kebon Sirih 2
109.60
92.28
38.32
316
Kebon Sirih IV
12.69
94.96
64.62
317
Kedaung
223.01
92.78
49.70
318
Kemanggisan
47.19
94.97
64.74
319
Kemang Utara
5.27
95.00
65.00
320
Kemayoran
160.48
86.18
16.44
321
Kenari
54.94
95.00
65.01
322
Kober
38.22
94.33
58.32
No
323
NAMA DAS
Kodam Timur
Lag (mnt)
59.71
CN
94.00
Impervious (%)
64.99
324
Komando Raya
47.95
93.44
49.36
325
Konengan
23.30
93.49
62.56
326
KP. Gusti
34.36
90.29
81.82
327
Kramat Kwitang
64.44
94.82
63.21
328
Krukut 1
259.78
92.22
37.89
329
Krukut 2
726.12
93.53
50.75
330
Krukut 3
491.26
91.81
33.21
331
Ksatrian
27.73
94.99
64.87
332
Kwitang
60.75
94.80
63.05
333
Kwitang 4
44.11
94.94
64.45
334
Kwitang 5
44.22
94.78
62.84
335
Lagoa Selatan
118.41
94.00
65.00
336
97.67
94.00
65.00
337
100.94
93.26
66.43
338
Lagoa Utara
92.78
93.99
65.01
339
Lautze
34.35
93.23
64.97
340
Lower Krukut
170.93
93.82
55.21
341
Mampang - Kalibata 1
158.11
94.69
61.89
342
Mampang - Kalibata 2
367.89
92.70
49.05
343
Mampang Prapatan
6.92
95.00
65.00
344
Mangga Besar
85.13
93.29
59.75
345
Mangga Besar 2
34.83
90.55
39.13
346
16.80
93.99
64.93
347
11.02
93.69
62.71
No
348
NAMA DAS
Mangga Dua
Lag (mnt)
49.28
CN
93.95
Impervious (%)
64.65
349
101.29
88.81
31.84
350
91.44
87.09
15.25
351
Mangga raya
47.00
93.97
62.15
352
Matraman Dalam
40.62
94.01
65.68
353
Matraman Dalam 1
46.27
93.74
71.32
354
Matraman Dalam 6
32.55
94.15
69.23
355
Matraman Dalam 8
34.43
93.64
71.79
356
Matraman Masjid
36.18
94.85
65.73
357
Matraman Raya
76.25
95.00
64.98
358
Merdeka Selatan
129.77
90.73
24.04
359
Meruya Track I
128.32
91.81
35.68
360
Meruya Track II
149.73
92.27
38.93
361
105.33
92.25
37.47
362
130.90
91.82
34.96
363
64.92
91.96
38.56
364
Meruya Track V
191.63
93.11
47.24
365
Mookervart
960.71
91.56
18.83
366
Muara Karang
42.35
89.84
33.79
367
Mulia Utara
56.53
87.92
37.87
368
Muwardi
65.42
92.53
55.05
369
Naggerang
184.66
89.89
25.61
370
Nurdin
12.88
92.61
55.45
371
Old Cakung 2
2662.53
50.00
5.00
372
Old Cakung 3
1870.70
50.00
5.00
No
373
NAMA DAS
Pademangan 5
Lag (mnt)
141.29
CN
93.49
Impervious (%)
63.22
374
Pademangan Barat
219.14
89.22
30.39
375
Pademangan Timur I
89.12
91.61
54.06
376
Pademangan Timur II
56.98
89.91
39.69
377
Palem
84.43
94.26
57.95
378
Pamagersari
584.26
89.87
24.30
379
Pamulang 2
836.36
91.71
37.68
380
Panjaitan
50.23
93.12
46.21
381
Papanggo 1
129.07
91.16
46.34
382
Papanggo 1 Utara
25.45
86.01
6.09
383
Papanggo 2 Selatan
106.67
91.16
58.57
384
Papanggo 3
91.46
90.96
42.18
385
52.87
94.48
60.48
386
26.70
93.56
51.68
387
22.66
94.98
64.82
388
Pecenongan Kanan
26.60
93.38
63.10
389
Pecenongan Kiri
30.06
93.08
59.45
390
58.74
94.00
65.00
391
62.14
89.35
46.36
392
126.42
93.24
59.29
II
87.46
93.43
61.59
394
124.35
93.52
61.42
395
87.26
91.27
48.04
396
Pemda
117.82
88.74
24.25
No
397
NAMA DAS
Pengadegan Timur
Lag (mnt)
9.26
CN
93.92
Impervious (%)
59.60
398
Pengadegan Utara
160.50
94.05
55.87
399
Perdana
21.78
89.78
78.06
400
Pergudangan 1
20.57
90.69
40.16
401
Pergudangan 2
37.67
92.91
56.89
402
Pesanggrahan 1
585.15
93.08
47.83
403
Pesanggrahan 2
647.15
93.20
47.51
404
Pesanggrahan 3
852.39
91.70
32.04
405
Pesanggrahan 4
1091.65
91.08
25.94
406
Petamburan 1 Selatan
12.69
92.45
39.46
407
Petamburan 1 Utara
11.37
89.00
5.00
408
Petamburan 2
16.32
95.00
65.00
409
Petamburan 2 Hulu
13.86
89.00
5.00
410
Petamburan 3
17.11
95.00
65.00
411
Petamburan 4
18.77
95.00
65.00
412
Petogogan
87.75
95.00
65.00
413
Petogogan 1
48.09
94.82
63.21
414
Petogogan 2
46.81
95.00
65.00
415
Petogogan 3
19.60
95.00
65.00
416
13.27
93.05
45.54
417
Phb Anyer
100.60
94.44
63.88
418
46.00
92.74
55.53
419
Phb Baru
43.21
90.56
51.49
420
Phb Cemara
130.90
93.10
58.85
421
44.82
94.68
61.78
No
422
NAMA DAS
Phb Empang Bahagia
Lag (mnt)
31.15
CN
90.24
Impervious (%)
81.24
423
27.38
90.81
23.14
424
23.06
94.85
63.46
425
Phb Jatibarang
27.97
95.00
65.01
426
37.86
93.21
47.10
427
38.61
93.01
45.08
428
49.56
92.92
44.16
429
14.24
94.34
58.44
430
41.21
95.00
65.00
431
49.32
95.00
64.99
432
36.81
95.00
64.98
433
36.53
95.00
65.00
434
Phb Jl Mushola
61.98
95.00
64.99
435
71.87
95.00
65.00
436
Phb Jl Tumpi
21.74
94.19
56.91
437
Phb Kecil
43.92
92.38
52.84
438
42.91
95.00
64.99
439
28.75
95.00
65.00
440
28.75
95.00
64.99
441
Phb Kemanangan
14.06
93.17
65.11
442
Phb Kramat
361.85
91.84
48.28
443
Phb Mawar
87.53
93.89
64.19
444
38.23
94.00
65.00
445
29.59
91.02
45.03
446
40.59
90.33
47.94
No
447
NAMA DAS
Phb Rawa Badak
Lag (mnt)
89.12
CN
92.79
Impervious (%)
65.12
448
97.36
90.62
29.86
449
32.87
90.27
80.98
450
Phb SMU 48
116.34
91.35
34.67
451
Phb Taruna
70.67
94.94
64.40
452
Phb Wesel
34.84
89.21
73.31
453
57.76
90.24
81.15
454
Pinang
77.74
93.88
64.43
455
Pinangsia Timur
21.54
86.92
11.92
456
Pintu Besi
96.87
93.68
64.82
457
Pluit
258.90
90.2
56.11
458
48.52
91.10
43.23
459
75.23
92.81
59.28
460
56.11
92.22
53.28
461
Probolinggo
65.48
94.52
62.45
462
122.48
92.38
54.31
463
67.95
93.22
62.25
464
67.88
93.72
59.47
465
Pulo Nangka
128.87
91.54
42.29
466
Pulo Raya A
17.76
93.34
48.39
467
27.94
93.34
48.39
468
7.28
94.02
55.16
Waduk
33.77
94.35
58.50
470
5.58
95.00
64.99
No
471
NAMA DAS
Raden Saleh
Lag (mnt)
42.55
CN
94.94
Impervious (%)
64.39
472
Ragunan 3
378.84
91.68
43.45
473
Rajawali
8.55
94.06
55.60
474
22.01
91.07
66.94
475
70.48
91.63
49.46
476
59.95
91.90
53.51
477
34.59
89.02
31.97
478
128.54
89.77
33.35
479
53.41
90.63
39.74
480
8.37
92.72
57.87
481
91.49
91.61
49.62
482
Rawa Bunga
72.40
94.56
60.62
483
Rawa Cipondoh
200.92
91.56
35.72
484
Rawajati Barat
16.29
94.84
63.40
485
Rawajati Timur
8.04
94.05
55.52
486
Rawa Kepa
33.57
94.63
63.26
487
Rorotan
193.31
89.78
34.67
488
Rosliana
37.79
94.51
60.10
489
Sal. Kapuran
79.09
91.65
48.05
490
47.68
93.14
46.81
491
1185.63
50.00
5.00
492
Sal Jl Maluku
20.36
93.97
54.69
493
Sal Jl Pemuda
133.17
93.79
52.94
494
18.82
95.00
65.00
495
8.37
94.79
62.88
No
496
NAMA DAS
Sarua
Lag (mnt)
521.60
CN
93.74
Impervious (%)
56.33
497
Sarua 1
323.90
91.76
38.45
498
Sarua 2
343.28
91.50
38.72
499
Sawo Kecil
206.95
94.62
61.24
500
Sediatmo Timur 1
48.12
86.86
86.49
501
Sediatmo Timur 2
39.38
87.00
100.00
502
Sediyatmo Selatan 1
27.77
87.53
19.78
503
Sediyatmo Selatan 2
16.90
85.77
5.00
504
Sediyatmo Selatan 3
39.37
88.74
29.29
505
Sediyatmo Utara
48.34
86.20
23.53
506
Sekretaris 1
362.01
94.43
59.60
507
Sekretaris 2
75.27
94.68
61.94
508
Semanan 1
154.58
90.47
28.59
509
Semanan 2
163.88
89.83
33.08
510
Semanan 3
90.02
89.06
28.42
511
Sepak - Meruya
735.39
93.08
48.79
512
Serdang
82.56
93.90
64.26
513
Serdang Baru
128.37
93.92
63.99
514
Setiabudi Barat
39.62
92.33
42.14
515
Seuseupan
176.70
90.67
28.98
516
116.26
94.77
62.80
517
76.40
93.68
51.82
518
132.20
94.68
62.09
519
106.52
94.34
60.70
520
Sidomukti
444.23
90.76
35.66
No
521
NAMA DAS
Sogo
Lag (mnt)
8.47
CN
94.79
Impervious (%)
62.98
522
SP Gunung Sahari
91.82
93.37
60.91
523
SP Industri
71.98
91.70
47.96
524
SP Kr Tengah
15.49
91.89
41.31
525
Sugutamu
302.76
93.53
54.79
526
Sugutamu 1
185.68
93.44
55.11
527
Sukabumi Utara
24.93
94.54
60.44
528
Sukahati
272.23
88.63
22.56
529
Sumur Batu
64.81
93.56
61.70
530
40.54
93.72
62.90
531
Sungai Bambu
221.07
89.91
35.73
532
Sungai koja
225.08
93.22
62.00
533
Sunter
676.66
90.29
44.16
534
Sunter 1
401.42
90.47
16.21
535
Sunter 2
263.93
90.71
15.31
536
Sunter 3 lower
165.24
91.40
37.01
537
Sunter 3 upper
643.02
91.40
37.01
538
Sunter Agung
87.47
93.41
60.56
539
Sunter Jaya I
95.85
90.57
48.05
540
Sunter Jaya II
110.39
92.24
52.68
541
112.83
92.29
66.31
542
98.00
93.74
63.06
543
77.69
92.07
54.71
544
66.02
86.58
12.00
545
146.66
88.80
28.49
No
546
NAMA DAS
Taman Kartini
Lag (mnt)
9.69
CN
93.46
Impervious (%)
63.24
547
Taman ratu
22.91
93.15
58.02
548
Taman Sari
71.54
93.76
63.22
549
Tambun
140.80
90.34
37.55
550
27.34
90.67
30.97
551
19.91
94.02
59.99
552
24.36
94.64
63.75
553
28.63
94.85
64.78
554
29.01
91.33
54.54
555
Tanjung Duren 8
30.83
94.83
64.43
556
Taruna Jaya
72.49
93.94
64.54
557
Tegal Amba
94.77
94.97
64.65
558
Tegal Parang I
14.09
94.84
63.52
559
Tegal Parang II
39.35
93.77
53.26
560
51.96
95.00
65.00
561
Tegal Parang IV
11.82
94.26
59.62
562
T.Gong 2
36.63
90.18
81.37
563
T.Gong 3
6.31
89.60
78.30
564
T.Gong 4
13.28
90.14
79.84
565
T.Gong 5a
92.21
90.05
84.77
566
T.Gong 5b
14.07
90.50
82.50
567
T.Gong 6
19.60
90.41
82.95
568
Tomang
19.77
94.11
62.95
569
32.03
92.09
51.21
570
Tonjong
240.77
90.34
42.09
No
571
NAMA DAS
Tugu Utara
Lag (mnt)
101.66
CN
94.00
Impervious (%)
65.00
572
UI
97.97
90.80
36.93
573
Ulujami
401.45
93.23
48.18
574
Upper Grogol
922.74
92.01
40.83
575
Utan Panjang
77.08
94.33
65.00
576
Wahid Hasim
90.53
93.67
56.42
577
Warakas
103.70
90.36
40.38
578
Wetan - Serua
647.54
91.83
38.52
579
Wr. Jengkol
1348.86
50.00
5.00
580
713.34
50.00
5.00
581
Yos Sudarso
163.25
89.99
36.90
582
Zamrud
38.17
93.79
63.42
V.1.6
Meteorologic Model merupakan data curah hujan (presipitation) efektif dapat berupa 5
menitan atau jam-jaman. Perlu diperhatikan bahwa curah hujan kawasan diperoleh dari
hujan rerata metode Thiessen dengan memperhatikan pengaruh stasiun curah hujan pada
kawasan tersebut. Bila satu kawasan mendapat pengaruh dua dari tiga stasiun hujan yang
digunakan, maka hujan rerata kawasan tersebut dihitung dari hujan rencana dua stasiun
hujan tersebut. Data hujan yang dipakai merupakan data dari hasil studi FHM-2. Pada studi
tersebut menggunakan data dari beberapa stasiun hujan yang tergambar pada peta Gambar
1.6. Sedangkan sebagai acuan digunakan data dari stasiun AWLR yang ada. Dalam studi
ini diusulkan juga pembangunan beberapa sta AWLR baru yang digambarkan dalam
Gambar 1.7.
690000
700000
710000
720000
730000
9330000
9330000
680000
9320000
KOTA TANGERANG
Manggarai
Cikunir
KAB. TANGERANG
JAKARTA TIMUR
Pondok Betung
JAKARTA SELATAN
9310000
9310000
JAKARTA PUSAT
Pondok Gede
Bekasi
KOTA BEKASI
9300000
9300000
9320000
JAKARTA UTARA
Kemayoran
JAKARTA BARAT
Permata Pamulang
KOTA DEPOK
Depok
D2. Sawangan
9290000
9290000
B19. Cibinong
KAB. BOGOR
Bojonggede
9280000
9280000
Bogor Dramaga
9270000
9270000
KOTA BOGOR
B6. Cilember
9260000
9260000
LOKASI
Citeko
9250000
9250000
KAB. BOGOR
680000
GAMBAR :
690000
700000
710000
720000
730000
KETERANGAN :
Sungai / Drainase
Batas Wilayah
Batas sub DAS
Stasiun Hujan
S
0
10
12 Kilometers
670000
680000
690000
700000
710000
9320000
JAKARTA BARAT
JAKARTA UTARA
JAKARTA PUSAT
#
#
KOTA TANGERANG
#
B12. MT Haryono
Cikunir
JAKARTA SELATAN
B17. Pondok Gede
KAB. TANGERANG
9310000
9310000
730000
9320000
720000
KOTA BEKASI
9300000
9300000
KOTA DEPOK
D6. Panus Depok
$ B10. Panus Depok
D2. Sawangan
9290000
9290000
9270000
9270000
9280000
9280000
KAB. BOGOR
KOTA BOGOR
B9. Katu Lampa
$$
9260000
9260000
LOKASI
#
9250000
9250000
KAB. BOGOR
670000
680000
GAMBAR :
690000
700000
710000
720000
730000
KETERANGAN :
Sungai / Drainase
Batas Wilayah
Batas sub DAS
S
0
10
12 Kilometers
No
Nama
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
Panus Depok
Kemayoran
1996
1997
19
No
Nama
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
Manggarai
10
Pondok Betung
11
12
Bekasi
13
Kaoling
Ciganjur
Pemadam
1996
1997
19
No
Nama
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
14
D2. Sawangan
15
B19. Cibinong
16
Bogor Dramaga
17
18
Permata Pamulang
19
B6. Cilember
20
Citeko
1996
1997
19
No
Nama
21
Bojonggede
22
Cikunir
23
Pondok Gede
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
19
198
199
199
199
199
199
199
199
199
199
199
200
200
200
200
200
200
200
200
200
D1. Ciledug -
Nama
Indah
2
D5.
Katu -
Lampa
3
B9.
Katu
Lampa
4
D6.
Panus -
Depok
5
B10.
Panus
Depok
6
D2.
Sawangan
Permata
Pamulang
9
Cikunir
10
B3.
Tanah -
MT -
Karet -
Kusir
11
B12.
Haryono
12
B13.
Manggarai
Hulu
13
B14.
Manggarai
Hilir
14
D7.
Manggarai
Hulu
15
B15.
Barrage
16
D8.
Pasar -
Ikan
17
Marga Satwa -
(Krukut)
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 20
Ciledug
Indah
B10.
5
Panus
Depok
B17.
Pondok
Gede
D2. Sawangan
Permata
Pamulang
9
Cikunir
10
B12.
11
Haryono
B13.
12
Manggarai
Hilir
D7.
14
Manggarai
Hulu
B14.
13
MT
Manggarai
Hulu
B15.
Karet
15
Barrage
16
(Krukut)
Ket : V : Harian
X: Jam-jaman
Marga
17
Satwa
V.1.7
Setelah semua variabel masukan di atas dimasukkan, untuk mengeksekusi pemodelan agar
dapat berjalan, maka basin model dan meteorologic model harus disatukan.
Pemodelan dengan menggunakan HEC-HMS dapat dilakukan kalibrasi dengan
menggunakan data observasi sehingga dapat disimulasikan debit banjir yang mendekati
sebenarnya.
V.1.8
Dari analisa HEC-HMS didapatkan debit banjir 2 tahun, 5 tahun, 50 tahun dan 100 tahun
dari sungai-sungai utama yang ada di wilayah DKI yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel V-6. Debit Banjir Rencana Hasil Analisis
Sungai
Debit (m/s)
Q2
Q 25
Q 50
Q 100
466.90
537.70
563.60
593.30
Mookervart
79.10
129.20
143.50
157.20
Angke
192.00
239.50
259.50
281.60
Pesanggrahan
152.10
198.90
217.30
237.10
Sepak Meruya
45.00
66.30
72.10
77.90
Grogol
23.50
30.00
32.50
35.30
Cengkareng Drain
Sungai
Debit (m/s)
Q2
Q 25
Q 50
Q 100
Sekretaris
29.70
56.20
65.50
76.20
503.30
623.20
661.40
699.80
Krukut
103.50
163.40
180.00
196.60
397.00
478.10
512.10
557.00
45.50
72.80
80.20
88.10
56.00
79.30
86.20
93.20
0.00
0.00
0.00
0.00
30.00
52.10
59.30
66.80
26.00
43.80
49.80
55.90
37.40
64.40
72.30
80.00
BKT (Muara)
355.30
505.60
548.70
591.20
Sunter
81.10
159.40
187.50
219.80
Cakung
78.40
129.70
144.40
159.50
Cakung Lama
16.80
22.10
23.60
25.20
V.2
V.2.1
Dalam bagian ini HEC-RAS memodelkan suatu saluran dengan aliran steady berubah lambat
laun. Sistem ini dapat mensimulasikan aliran pada seluruh jaringan saluran ataupun pada
saluran tunggal tanpa percabangan, baik itu aliran kritis, subkritis, superkritis ataupun
campuran sehingga didapat profil muka air yang diinginkan.
Konsep dasar dari perhitungan adalah menggunakan persamaan energi dan persamaan
momentum. Kehilangan energi juga di perhitungkan dalam simulasi ini dengan menggunakan
prinsip gesekan pada saluran, belokan serta perubahan penampang, baik akibat adanya
jembatan, gorong-gorong ataupun bendung pada saluran atau sungai yang ditinjau.
V.2.2
Pada sistem pemodelan ini, HEC-RAS mensimulasikan aliran unsteady pada jaringan saluran
terbuka. Konsep dasarnya adalah persamaan aliran unsteady yang dikembangkan oleh Dr.
Robert L. Barkaus UNET model (Barkau, 1992 dan HEC, 1999).
Pada awalnya aliran unsteady hanya di disain untuk memodelkan aliran subkritis, tetapi versi
tebaru dari HEC-RAS yaitu versi 3.1 dapat juga untuk memodelkan aliran superkritis, kritis,
subkritis ataupun campuran serta loncatan hidrolik. Selain itu penghitungan kehilangan energi
pada gesekan saluran, belokan serta perubahan penampang juga diperhitungkan.
V.2.3
Dalam HEC-RAS dimensi panampang sungai atau saluran ditentukan terlebih dahulu,
kemudian profil muka air disaluran untuk suatu debit aliran ditentukan dengan metoda steady
non-uniform flow.
Untuk mendukung fungsi saluran sebagai penghantar aliran maka penampang saluran di bagi
atas beberapa bagian. Pendekatan yang dilakukan HEC-RAS adalah membagi area
penampang berdasarkan dari nilai n (koefisien kekasaran manning) sebagai dasar bagi
pembagian penampang. setiap aliran yang terjadi pada bagian dihitung dengan menggunakan
persamaan Manning :
Q KS
1
2
f
dan
2
1,486
AR 3
n
Dimana :
K
= jari-jari hidrolik
Perhitungan nilai K dapat dihitung berdasarkan kekasaran manning yang dimiliki oleh
bagian penampang tersebut seperti terlihat pada gambar 4-16.
2 V22
V2
Y1 Z 1 1 1 h e
2g
2g
Dimana :
Z
= kecepatan aliran
= koefisien kecepatan
he
2 V22 1 V12
2g
2g
Dimana :
L
Sf
= kemiringan aliran
Langkah berikutnya dalam perhitungan HEC-RAS adalah dengan mengasumsikan nilai muka
air (water surface) pada penampang awal saluran (dalam hal ini penampang di hilir).
Kemudian dengan menggunakan persamaan energi diatas maka profil muka air untuk semua
penampang di saluran dapat di ketahui.
Kondisi Existing
Berikut ini adalah gambaran kondisi existing pada masing2 sungai yang ditunjukkan dengan
potongan memanjang disertai dengan beberapa cross section sungai
Sungai Angke (Q25 : 239.5 m3/dt)
Angke 07 1
50
Legend
WS Q
40
Elevation (m)
Ground
30
Melimpas
20
LOB
ROB
Left Levee
10
Right Levee
24
48
69
90
110
133
141
148
155
162
169
175
183
192
199
206
214
222
232
240
250
257
265
275
284
293
300
307
312
318
325
332
341
349
358
367
376
383
391
398
407
417
427
434
442
449
457
464
473
480
490
500
511
518
527
537
547
555
562
571
580
586
592
600
606
612
619
626
631
0
-10
10000
20000
30000
40000
RS = 140
68-75
Legend
WS Q
Legend
WS Q
23
Ground
Levee
Bank Sta
22
Elevation (m)
Elevation (m)
KA 620
Ground
Levee
Bank Sta
21
20
19
2
1
RS = 439
24
10
20
30
40
18
50
10
20
Station (m)
30
40
50
60
Station (m)
M
B
M
B
LOB
-1
ROB
-2
-3
-6
1000
2000
3000
4000
5000
36
40
41
25
27
29
30
33
14
15
19
2
3
4
6
10
13
35
37
33
32
30
31
28
29
23
24
25
26
21
20
19
18
12
14
15
16
10
-5
8
9
-4
2
3
4
5
6
7
Elevation (m)
6000
7000
RS = 1
AB1
Le gend
WS Q
AG2
Legend
WS Q
Ground
Bank Sta
0
-1
Elevation (m)
Ground
1
Elevation (m)
RS = 41
-2
Bank Sta
0
-1
-2
-3
-4
-40
-30
-20
-10
-3
-20
10
-15
-10
-5
Station (m)
10
Station (m)
Elevation (m)
Legend
WS Q
Ground
LOB
ROB
Right Levee
-4
4
7
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
45
48
51
54
57
60
63
66
69
72
75
78
81
84
87
90
93
96
99
102
104
107
110
113
115
118
121
124
127
130
133
136
139
142
145
148
151
154
157
160
163
166
169
172
175
178
181
184
187
190
193
-2
2000
4000
6000
8000
10000
RS = 1
P280
P.88
6.5
WS Q
6.0
WS Q
Ground
5.5
Ground
Levee
Bank Sta
Elevation (m)
Legend
3
Elevation (m)
RS = 193
Levee
5.0
Bank Sta
4.5
4.0
3.5
-1
-2
Legend
3.0
0
10
20
30
40
50
2.5
60
10
20
30
Station (m)
40
50
60
Station (m)
0
-2
-8
17
18
19
20
23
26
29
32
36
39
42
45
48
51
55
59
62
66
68
70
72
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
-6
1000
2000
3000
4000
Legend
WS Q
Ground
Levee
Bank Sta
-1
-2
C
G
6000 K
Legend
WS Q
Ground
LOB
ROB
Right Levee
C
G
K7000
4
RS = 73.5
AK1
Legend
WS Q
Ground
Bank Sta
1
0
-1
-3
-2
-4
-5
D
r
a
i
n
MUARA
Elevation (m)
Elevation (m)
RS = 1
D
r
a
i
n
C
G
K
5000
D
r
a
i
n
86
87
88
89
90
92
60.5
-4
C
e
n
g
k
a
r
e
n
g
73
Elevation (m)
C
e
n
g
k
a
r
e
n
g
70
71
Melimpas
n
g
k
a
r
e
n
g
62
63
64
65
66
67
68
20
40
60
Station (m)
80
-3
10
20
30
Station (m)
40
50
60
70
Sepak Sepak
Legend
Melimpas
WS Q
Ground
Elevation (m)
LOB
ROB
1
0
-2
500
1000
1500
2000
32
31
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
19
18
17
15
16
12
13
14
11
10
2
3
-1
2500
3000
3500
RS = 1
SP1
Legend
WS Q
Legend
WS Q
Ground
Bank Sta
Elevation (m)
Elevation (m)
Bank Sta
HULU
Ground
RS = 32
0
1
-1
-2
-50
-40
-30
-20
-10
0
-10
-5
Station (m)
10
15
20
25
Station (m)
80
Legend
WS Q
Elevation (m)
60
Ground
Melimpas
40
LOB
ROB
20
-20
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
116
115
114
113
112
111
110
109
102
103
105
107
108
100
98
96
97
94
95
90
91
92
88
89
83
84
85
82
76
77
78
79
80
72
74
71
69
9
20
33
48
58
50000
RS = 1
CFW76
Legend
38
WS Q
37
Ground
Bank Sta
2
1
33
32
10
20
30
40
WS Q
Ground
31
50
Bank Sta
34
-1
Legend
35
-2
-10
KPU1
36
Elevation (m)
Elevation (m)
RS = 109
20
40
Station (m)
60
80
100
Station (m)
Sekretaris Sekretaris 2
Legend
WS Q
Ground
LOB
ROB
-1
-4
500
1000
1500
2000
Main Channel Distance (m)
2500
3000
19
16
17
18
14
15
13
12
11
10
2
3
17
16
15
14
13
12
11
3
4
-3
10
-2
Elevation (m)
3500
RS = 3
AB42
Legend
WS Q
Bank Sta
Legend
WS Q
0
-1
Ground
Bank Sta
Elevation (m)
Elevation (m)
SK22
Ground
1
RS = 18
-1
-2
-3
-40
-30
-20
-10
-2
-25
-20
-15
-10
Station (m)
-5
10
Station (m)
25
Legend
Elevation (m)
20
WS Q
Ground
15
LOB
10
ROB
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
13000
RS = 22
54
53
52
51
50
49
47
48
46
45
44
43
42
41
40
39
38
37
36
35
34
25
28
30
33
3
6
9
11
14
18
22
0
-5
14000
RS = 1
AB58
Legend
WS Q
G15
Legend
WS Q
Ground
Bank Sta
0
-1
Elevation (m)
Elevation (m)
Ground
Bank Sta
1
0
-2
-1
-3
-60
-50
-40
-30
-20
-2
-10
-10
10
Station (m)
20
30
40
Station (m)
35
Legend
Melimpas
30
Elevation (m)
25
WS Q
Ground
20
LOB
15
ROB
10
2000
4000
6000
8000
10000
12000
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
4
5
0
-5
10
14000
16000
18000
RS = 1
KK2
Elevation (m)
RS = 29
HULU
Legend
32
WS Q
31
WS Q
Ground
30
Ground
Bank Sta
6
Elevation (m)
Legend
Bank Sta
29
28
27
26
25
0
35
40
45
50
55
60
65
70
Station (m)
24
45
50
55
60
Station (m)
65
70
WBC WBC 1
15
WBC WBC 2
W WBC WBC 4
B
C
Legend
WS Q
W
B
C
10
Elevation (m)
WBC WBC 5
Ground
LOB
ROB
0
Right Levee
-10
2000
4000
6000
8000
312
322
332
342
352
361
370
380
390
400
410
8
10
18
29
38
47
55
64
3
12
22
31
41
51
61
71
80
90
5
11
15
18
24
31
33
3
13
21
31
41
50
60
70
79
89
99
109
120
129
139
149
159
169
178
188
198
207
217
227
237
247
257
265
275
285
294
304
-5
10000
12000
14000
16000
18000
RS = 96.5
IS
Manggarai
14
Legend
12
WS Q
IS
Karet Gate
Legend
WS Q
Ground
Levee
Bank Sta
Elevation (m)
Ground
10
Elevation (m)
RS = 409.5
10
Levee
Bank Sta
4
2
2
0
10
20
30
-2
40
10
20
30
40
50
60
70
80
Station (m)
Station (m)
400
Legend
350
WS Q
300
Ground
Elevation (m)
250
LOB
200
Melimpas
150
100
ROB
50
-100
20000
40000
60000
245
246
250
243
244
241
242
234
235
236
237
238
239
240
231
232
233
230
227
228
229
226
225
223
222
219
221
215
217
211
213
209
199
201
203
205
207
0
-50
80000
100000
Melimpas
Ciliw ung Ciliw ung 8
40
Legend
WS Q
Ground
20
LOB
10
ROB
5000
10000
15000
Main Channel Distance (m)
20000
222
221
220
219
218
217
216
215
214
213
212
211
210
209
208
207
206
205
204
203
202
201
200
199
-20
198
-10
197
Elevation (m)
30
25000
RS = 197
CCL1
14
Legend
12
WS Q
Bank Sta
Elevation (m)
Elevation (m)
CU1
Legend
25
Ground
10
RS = 222
26
8
6
4
WS Q
24
Ground
23
Bank Sta
22
21
20
19
18
0
85
90
95
100
105
110
115
17
35
120
40
45
50
55
60
Station (m)
Station (m)
24
Legend
22
WS Q
Elevation (m)
20
Ground
18
LOB
16
ROB
14
Right Levee
1000
2000
3000
4000
5000
87
88
89
91
77
79
81
83
85
75
72
70
40
42
45
48
51
53
55
59
61
63
65
67
10
6
11
14
17
20
24
27
31
33
36
39
12
6000
7000
RS = 1
CP8
16
Le gend
15
WS Q
Elevation (m)
Elevation (m)
Levee
Bank Sta
13
B1
Legend
23
Ground
WS Q
Ground
14
RS = 91
24
12
Levee
Bank Sta
22
21
11
10
10
15
20
25
20
30
10
15
20
25
Station (m)
Station (m)
Sungai Sunter
Inlet BKT (Q25 : 131.5 m3/dt)
Sunter Inlet BKT
Elevation (m)
35
Legend
30
WS Q
25
Ground
LOB
20
ROB
15
Right Levee
2000
4000
6000
8000
240
245
250
256
261
265
270
276
281
285
289
302
307
311
315
320
325
329
336
341
346
352
358
364
5
13
23
31
35
40
47
55
62
69
76
83
90
97
103
109
116
123
129
135
141
148
155
163
169
174
178
183
188
192
196
200
204
208
213
217
221
225
230
237
10
10000
12000
14000
16000
RS = 1
SH112
13
WS Q
Legend
WS Q
Ground
Ground
Levee
11
Bank Sta
10
PG1
32
Elevation (m)
Elevation (m)
12
RS = 367
33
Le gend
Levee
31
Bank Sta
30
29
28
10
15
Station (m)
20
25
30
27
10
15
Station (m)
20
25
20
Sunter Sunter 2
Sunter Sunter 3
Legend
WS Q
Ground
10
LOB
ROB
Right Levee
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
31
35
4
8
11
14
17
20
23
26
29
32
35
38
41
45
48
51
53
57
60
64
67
70
73
76
79
82
4
7
10
13
16
19
22
-5
-10
4
9
12
17
23
27
25
28
31
35
38
42
45
48
54
59
64
67
72
76
82
85
88
94
98
102
106
111
Elevation (m)
15
16000
18000
RS = 1
ID: dki310_65
Legend
WS Q
-1
Legend
WS Q
Ground
Bank Sta
Elevation (m)
Elevation (m)
Bank Sta
SD_77
Ground
RS = 72
-2
-1
-3
-4
-60
-50
-40
-30
-20
-10
-2
10
15
Station (m)
20
25
30
35
Station (m)
Elevation (m)
18
Legend
16
WS Q
14
Ground
LOB
12
ROB
10
Left Levee
Right Levee
500
1000
1500
2000
107
109
111
113
115
117
120
122
124
126
128
130
132
134
103
105
3
5
8
10
12
14
16
18
20
23
25
27
29
31
33
35
37
39
41
43
45
47
49
51
53
55
57
59
61
63
65
67
69
71
73
75
77
79
81
83
86
88
91
94
97
100
2500
3000
3500
RS = 126
P39
16.0
Le gend
16.0
15.5
WS Q
15.5
Ground
Levee
14.5
Bank Sta
14.0
13.5
13.0
10
12
14
WS Q
Ground
Levee
Bank Sta
14.0
13.0
Legend
14.5
13.5
12.5
P40
15.0
Elevation (m)
Elevation (m)
15.0
RS = 127
12.5
Station (m)
6
Station (m)
10
12
18
Legend
Melimpas
16
Melimpas
Elevation (m)
14
Melimpas
WS Q
Ground
LOB
ROB
12
Left Levee
Right Levee
10
8
250
500
750
1000
1250
1500
1750
2000
2250
110
104
106
108
98
100
102
94
96
88
90
92
84
86
78
80
82
66
68
70
72
74
76
62
64
60
58
54
56
48
50
52
44
46
38
40
42
32
34
36
30
24
26
28
18
20
22
16
14
8
10
12
2500
2750
RS = 23
p88/22
11.5
Elevation (m)
10.5
Legend
11.5
WS Q
Ground
11.0
Ground
10.0
Levee
9.5
Bank Sta
9.0
8.5
Levee
10.5
Bank Sta
10.0
9.5
9.0
8.0
8.5
7.5
7.0
10
15
20
25
8.0
30
10
Station (m)
15
20
25
30
35
Station (m)
RS = 109
P2/108
16
Legend
WS Q
15
Elevation (m)
P73/37
WS Q
Elevation (m)
11.0
RS = 39
12.0
Legend
Ground
Levee
14
Bank Sta
13
12
11
10
15
20
25
30
35
Station (m)
Sungai Cakung
Inlet BKT (Q25 : 64.6 m3/dt)
Sungai Cakung Inlet BKT
14
Legend
Melimpas
WS Q
Ground
10
LOB
ROB
Right Levee
500
1000
1500
2000
143
145
147
139
140
37
39
41
43
45
125
127
129
131
133
135
137
48
50
52
54
55
57
59
61
63
65
67
69
71
73
75
77
79
81
83
85
87
89
91
93
95
97
99
101
103
105
107
109
111
113
115
117
119
121
123
Elevation (m)
12
2500
3000
RS = 78
P.49
8.5
Legend
8.0
WS Q
Legend
WS Q
Ground
Levee
7.0
Bank Sta
6.5
6.0
5.5
Elevation (m)
Elevation (m)
P.66
Ground
7.5
RS = 95
10
Levee
8
Bank Sta
5.0
4.5
8
Station (m)
10
12
14
10
15
Station (m)
20
25
30
35
Legend
Melimpas
WS Q
Ground
Elevation (m)
LOB
ROB
1
0
-3
2000
4000
6000
139
134
136
126
128
130
132
110
112
116
119
122
124
90
92
94
97
99
102
104
106
82
84
86
88
79
76
72
73
66
67
70
57
61
64
53
47
38
42
45
35
29
30
31
27
20
22
23
25
17
-2
5
8
10
-1
8000
10000
RS = 0
CL 1
2.5
WS Q
2.0
0.5
Legend
WS Q
Ground
5.0
Elevation (m)
Elevation (m)
Bank Sta
1.0
CL140
5.5
Ground
1.5
RS = 140
6.0
Legend
Bank Sta
4.5
4.0
3.5
0.0
3.0
-0.5
-10
10
20
30
40
50
2.5
-15
60
-10
-5
Station (m)
10
15
20
25
Station (m)
8
6
WS Q
Ground
C
a
k
u
n
g
-2
C
a
k
u
n
g
Right Levee
2000
4000
6000
RS = 9
10000
CD10
Ground
Legend
WS Q
Ground
Elevation (m)
Levee
Bank Sta
CD 105
WS Q
RS = 100
Le gend
Elevation (m)
8000
Levee
Bank Sta
3
2
-1
-2
-30
97
LOB
ROB
58
-4
Legend
Elevation (m)
-20
-10
10
20
30
Station (m)
0
-30
-20
-10
0
Station (m)
10
20
30
BKTimur BKT1
20
BKTimur BKT2
B
K
T
i
m
u
r
Elevation (m)
15
10
BKTimur BKT4
B
K
T
3
5
0
B
K
T
i
m
u
r
B
K
T
i
m
u
r
B
K
T
5
B
K
T
6
Legend
WS Q
Ground
LOB
ROB
Left Levee
Right Levee
07
11
16
20
24
28
32
35
39
43
47
51
55
59
63
66
70
74
78
82
86
90
93
97
101
105
109
113
117
121
125
129
135
140
145
152
159
167
178
186
195
205
215
220
226
234
241
248
256
263
269
277
285
294
301
308
315
324
333
342
349
356
363
-5
-10
5000
10000
15000
20000
25000
RS = 01
BKT. 01
Legend
Levee
Bank Sta
-2
Legend
WS Q
Ground
4
Elevation (m)
Elevation (m)
Ground
BKT. 92
WS Q
RS = 92
Levee
Bank Sta
2
1
-4
-6
-50
50
100
150
-1
-40
200
-20
20
40
60
80
100
120
140
Station (m)
Station (m)
Elevation (m)
Legend
WS Q
Ground
LOB
ROB
-1
Lef t Lev ee
-2
Right Lev ee
-5
1000
2000
3000
4000
12
13
51
11*
10*
9*
8*
7*
6*
5*
4*
2*
-4
3*
-3
5000
Kondisi Setelah
6000
RS = 1
MUARA
WS Q
Ground
Levee
Bank Sta
-1
-2
Legend
WS Q
Ground
Levee
Bank Sta
-1
-3
-4
0
20
40
60
-4
80
10
20
30
40
50
60
70
RS = 12
CFW61
Station (m)
Station (m)
RS = 90
Kondisi Setelah
CFW61
Legend
WS Q
.02
Legend
WS Q
Ground
Levee
Bank Sta
-2
-2
20
40
60
80
-3
100
Bank Sta
0
-1
Levee
-1
-3
-20
Ground
2
Elevation (m)
Elevation (m)
MUARA
-2
-3
-5
RS = 1
.02
1
Elevation (m)
Elevation (m)
10
20
30
40
50
60
70
Station (m)
Station (m)
Normalisasi Sungai Angke dilakukan dari km 3.32 dari pertemuan dengan Sungai
Pesanggrahan sampai dengan km 23.9
Angke 07 1
50
Legend
WS Q
40
30
LOB
ROB
20
Lef t Lev ee
Right Lev ee
10000
434
442
449
457
464
473
480
490
500
509
517
525
532
545
553
560
569
578
584
589
597
603
609
615
622
628
635
420.*
406.*
392.*
378.*
364.*
350.*
336.*
322.*
308.*
294.*
280.*
266.*
252.*
238.*
224.*
210.*
196.*
182.*
168.*
0
-10
154.*
10
24
48
68
89
110
132
Elevation (m)
Ground
20000
30000
40000
RS = 140
Kondisi Setelah
68-75
8
7
WS Q
68-75
Legend
WS Q
Elevation (m)
Bank Sta
3
2
20
30
Station (m)
40
50
Bank Sta
10
Levee
Ground
Levee
RS = 140
.025
Ground
Elevation (m)
Legend
10
15
20
Station (m)
Kondisi Setelah
25
30
35
RS = 434
BM
22
WS Q
21
RS = 434
BM
.025
22
Legend
Legend
WS Q
21
Levee
Bank Sta
19
18
Ground
20
Elevation (m)
Elevation (m)
Ground
20
18
17
17
16
Levee
Bank Sta
19
10
20
30
40
50
16
60
10
15
20
25
30
35
Station (m)
Station (m)
80
Legend
WS Q
Elevation (m)
60
Ground
LOB
40
ROB
Lef t Lev ee
20
Right Lev ee
-20
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
116
115
114
113
112
111
110
109
102
103
105
107
108
100
98
69*
70*
71*
72*
73*
74*
75*
76*
77*
78*
79*
80*
81*
82*
83*
84*
85*
86*
87*
88*
89*
90*
91*
92*
93*
94*
95*
96*
97
50000
55000
Kondisi Setelah
RS = 1
CFW76
Le gend
WS Q
Elevation (m)
Elevation (m)
Legend
WS Q
Ground
Bank Sta
Levee
Bank Sta
1
0
-1
-1
-2
-10
10
20
30
40
-2
50
10
30
40
Kondisi Setelah
RS = 97
KP30
24
Legend
23
23
WS Q
22
22
Ground
Bank Sta
21
20
19
RS = 97
KP30
.025
Legend
WS Q
Ground
21
Elevation (m)
Elevation (m)
20
Station (m)
Station (m)
Levee
20
Bank Sta
19
18
18
17
17
16
CFW76
Ground
RS = 68
.025
10
20
30
40
50
60
70
80
16
Station (m)
10
15
20
Station (m)
682500
685000
687500
690000
692500
695000
LAUT JAWA
KABUPATEN TANGERANG
9325000
KETERANGAN :
Sungai / Drainase
Rencana Cengkareng Drain II
JAKARTA BARAT
KOTA TANGERANG
9320000
9320000
9322500
9322500
JAKARTA UTARA
LOKASI
Sepak
9317500
9317500
PETA RENCANA
CENGKARENG DRAIN II
ALTERNATIF 2
9315000
9315000
GAMBAR :
682500
685000
687500
690000
692500
695000
8 Kilometers
243.
189.
Sudetan Kamal 1
M
o
o
k
e
r
v
a
r
t
Elevation (m)
Cengkareng II 1
Legend
WS Q100
Ground
LOB
ROB
0
9
Left Levee
Right Levee
13000
14000
15000
16000
25*
22*
23*
12000
20*
11000
18*
10000
16*
9000
13*
14*
8000
11*
7000
9*
6000
7*
9.*
5000
4*
5*
8.*
4000
13
2*
7.*
3000
12.*
6.*
2000
11.*
5.*
1000
10.*
4.*
3.*
-4
2.*
-2
17000
18000
19000
RS = 1
.03
3
2
Legend
WS Q100
Legend
WS Q100
Bank Sta
-1
Ground
Elevation (m)
Levee
-2
Levee
Bank Sta
4
3
2
-3
-4
RS = 26
.03
Ground
1
Elevation (m)
10
15
20
25
30
35
Station (m)
10
20
Station (m)
30
40
Angke 07 1
50
Angke 07 2
Legend
WS Q100
40
Ground
LOB
Elevation (m)
30
ROB
Left Levee
20
Right Levee
10
24
48
69
90
111
134
141
148
155
163
170
176
184
193
200
207
215
224
233
241
251
259
267
277
287
296
303
309
315
322
327
336
345
354
363
372
380
388
395
404
414
424
431
440
447
454
462
470
477
486
496
505
515
522
531
544
552
560
568
577
583
588
596
602
608
614
621
628
636
-10
10000
20000
30000
40000
Kondisi Setelah
RS = 140
68-75
Legend
+7.5
68-75
.025
.
0
1
3
WS Q
Bank Sta
Elevation (m)
Levee
Legend
WS Q100
+4.7
Ground
6
Elevation (m)
RS = 140
.013
Ground
Levee
Bank Sta
3
2
2
1
10
20
30
40
50
10
20
Station (m)
Kondisi Existing di 5
River = Angke 07 Reach = 1
RS = 157
STA 101
+7.8
RS = 157
STA 101
.025
.013
Legend
Ground
Levee
Bank Sta
WS Q100
+6.4
Elevation (m)
Elevation (m)
.013
Ground
Levee
Bank Sta
4
3
10
15
20
25
30
35
40
10
15
Station (m)
20
25
30
35
40
Station (m)
Kondisi Setelah
RS = 255
278
11
WS Q
+10.
Bank Sta
8
7
Elevation (m)
Levee
RS = 255
278
.025
.013
Legend
+9.9
Ground
.013
10
Legend
10
Elevation (m)
50
WS Q
WS Q100
Ground
Levee
Bank Sta
6
5
40
Kondisi Setelah
30
Station (m)
10
20
30
40
50
10
Station (m)
20
30
Station (m)
40
50
Mookervart 09 3
Legend
WS Q100
Ground
Elevation (m)
LOB
ROB
Left Levee
Right Levee
3
2
136
1...
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
1
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
RS = 179
.025
P.102
.013
WS Q100
Elevation (m)
7
6
P.88
.013
Legend
WS Q100
Ground
6.0
Levee
5.5
Levee
5.0
Bank Sta
Bank Sta
RS = 193
.025
6.5
Elevation (m)
.013
7.0
Legend
Ground
4.5
4.0
3.5
3
2
3.0
0
10
20
30
40
50
60
2.5
Station (m)
10
20
30
40
50
60
Station (m)
680000
682500
685000
687500
690000
692500
695000
697500
9327500
LAUT JAWA
9327500
N
E
KABUPATEN TANGERANG
9325000
9325000
Sungai / Drainase
JAKARTA UTARA
9320000
9320000
9322500
9322500
KOTA TANGERANG
9317500
9317500
9315000
JAKARTA BARAT
9315000
LOKASI
#
PETA RENCANA
CENGKARENG DRAIN II
ALTERNATIF 3
9312500
9312500
GAMBAR :
680000
682500
685000
687500
690000
692500
695000
697500
8 Kilometers
218.
164.
239.
Sudetan Kamal 1
M
o
o
k
e
r
v
a
r
t
Elevation (m)
Cengkareng II 1
Legend
WS Q100
Ground
LOB
ROB
0
9
Left Levee
Right Levee
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
17*
18
12*
13*
14*
15*
8*
9*
10*
3*
4*
5*
6*
13
1.5*
12.*
11.*
10.*
9.*
8.*
7.*
6.*
5.*
4.*
2.*
-4
3.*
-2
16000
18000
RS = 1
.03
WS Q100
Legend
WS Q100
Ground
Levee
Bank Sta
-1
-2
Elevation (m)
Ground
1
Elevation (m)
RS = 18
.03
Legend
Levee
Bank Sta
4
3
2
-3
-4
10
15
Station (m)
20
25
30
35
10
20
Station (m)
30
40
50
Angke 07 2
Legend
WS Q100
40
Ground
LOB
Elevation (m)
30
ROB
Left Levee
20
Right Levee
10
24
48
69
90
111
134
141
148
155
163
170
176
184
193
200
207
215
224
233
241
251
259
267
277
287
296
303
309
315
322
327
336
345
354
363
372
380
388
395
404
414
424
431
440
447
454
462
470
477
486
496
505
515
522
531
544
552
560
568
577
583
588
596
602
608
614
621
628
636
-10
10000
20000
30000
40000
RS = 140
Kondisi Setelah
68-75
Legend
+7.5
68-75
.025
.
0
1
3
WS Q
Elevation (m)
Levee
Bank Sta
Legend
WS Q100
+5.2
Ground
6
Elevation (m)
RS = 140
.013
Ground
Levee
Bank Sta
3
2
2
1
10
20
30
40
50
10
20
Station (m)
40
50
Kondisi Setelah
RS = 207
181
+8.6
WS Q
Levee
Bank Sta
Elevation (m)
Ground
.013
7.5
Legend
Elevation (m)
30
Station (m)
RS = 207
181
.025
.013
Legend
7.0
WS Q100
6.5
Ground
6.0
Levee
+5.9
5.5
Bank Sta
5.0
4.5
4
3
4.0
0
10
20
30
40
3.5
50
10
20
RS = 255
278
WS Q
+10.
Bank Sta
8
7
Elevation (m)
Levee
RS = 255
50
278
.025
.013
Legend
+9.9
Ground
.013
10
Legend
10
Elevation (m)
40
Kondisi Setelah
11
WS Q100
Ground
Levee
Bank Sta
6
5
30
Station (m)
Station (m)
10
20
30
40
50
10
Station (m)
20
30
Station (m)
40
50
Mookervart 09 3
Legend
WS Q100
Ground
Elevation (m)
LOB
ROB
Left Levee
Right Levee
3
2
136
1...
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
1
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
RS = 179
.025
P.102
.013
WS Q100
Elevation (m)
7
6
P.88
.013
Legend
WS Q100
Ground
6.0
Levee
5.5
Levee
5.0
Bank Sta
Bank Sta
RS = 193
.025
6.5
Elevation (m)
.013
7.0
Legend
Ground
4.5
4.0
3.5
3
2
3.0
0
10
20
30
40
50
60
2.5
10
Station (m)
20
30
40
50
60
Station (m)
50
Legend
WS Q100
Ground
40
LOB
ROB
Left Levee
Right Levee
20
10
-10
18
37
53
69
86
101
116
134
140
145
150
157
162
167
172
176
183
190
195
201
206
213
220
228
235
242
250
256
261
268
276
283
289
296
301
307
311
317
323
327
334
340
347
354
361
367
374
380
386
392
398
405
412
419
427
431
438
444
449
455
462
467
473
479
486
493
500
507
514
520
527
532
542
548
555
560
567
574
580
584
588
594
600
605
610
615
621
627
630
636
Elevation (m)
30
10000
20000
Main Channel Distance (m)
30000
40000
RS = 170
STA 119
RS = 195
159
Legend
Legend
WS Q100
WS Q100
Ground
Levee
Bank Sta
Elevation (m)
Elevation (m)
Ground
5
4
3
2
1
Levee
Bank Sta
10
15
20
25
30
10
20
Station (m)
30
40
50
Station (m)
M
B
3
2
M
B
WS Q
Ground
LOB
ROB
Elevation (m)
1
0
-1
-2
-3
-5
1000
2000
3000
4000
5000
7.5
7*
6*
5*
4*
3*
2*
9
2
3
8*
7*
6*
5*
3*
2*
10
9*
8*
7*
6*
5*
4*
3*
2*
-4
6000
7000
Kondisi Existing di km 0
River = Angke Reach = Lower Angke 3
Kondisi Setelah
RS = 1
AB1
Le gend
WS Q
Ground
Bank Sta
0
-1
Legend
WS Q
Ground
Bank Sta
0
-1
-2
-2
-3
-3
-4
-40
-30
-20
-10
-4
10
10
20
Station (m)
40
Kondisi Setelah
RS = 1
AB1
Legend
WS Q
RS = 1
AG45
Legend
WS Q
Ground
Bank Sta
0
-1
-2
Ground
Elevation (m)
1
Elevation (m)
30
Station (m)
Bank Sta
0
-1
-2
-3
-4
-40
AB1
1
Elevation (m)
Elevation (m)
RS = 1
-30
-20
-10
Station (m)
10
-3
10
Station (m)
12
14
16
18
Legend
WS Q
Ground
LOB
Elevation (m)
ROB
4
-2
500
1000
1500
2000
2500
12
11*
10*
9*
8*
7*
6*
5*
4*
3*
2*
3000
3500
Kondisi Existing di km 0
River = Sepak Reach = Sepak
Kondisi Setelah
RS = 1
SP1
Legend
WS Q
Ground
Bank Sta
2
1
0
-1
-30
-20
-10
WS Q
Ground
-2
Bank Sta
-1
-40
Legend
-2
-50
Station (m)
15
20
RS = 32
Kondisi Setelah
River = Sepak Reach = Sepak
HULU
RS = 12
HULU
Legend
Legend
WS Q
Ground
Bank Sta
WS Q
Ground
5
Elevation (m)
Elevation (m)
10
Station (m)
SP1
3
Elevation (m)
Elevation (m)
RS = 1
Bank Sta
4
3
2
0
-10
-5
10
15
20
25
Station (m)
10
15
20
Station (m)
Kondisi Setelah
RS = 96.5
IS
Manggarai
Legend
+12.
12
WS Q
Elevation (m)
Levee
Bank Sta
6
4
Legend
WS Q
Ground
Levee
Bank Sta
6
4
10
20
30
40
10
20
Station (m)
30
40
Station (m)
12
WS Q
+12.
10
Kondisi Setelah
CCL1
14
RS = 197
Legend
10
Bank Sta
6
4
WS Q
+10.
Ground
CCL1
12
Elevation (m)
Elevation (m)
Manggarai
Ground
Bank Sta
6
4
2
2
0
85
90
95
100
105
110
115
0
85
120
90
95
100
RS = 220
+22.
21
WS Q
22
Ground
21
Bank Sta
20
19
18
Elevation (m)
22
16
130
135
140
145
CCL24
Legend
+22.
Bank Sta
15
105
150
WS Q
Ground
18
17
125
RS = 220
19
16
120
120
20
17
115
115
23
Legend
110
110
Kondisi Setelah
CCL24
23
15
105
105
Station (m)
Station (m)
Elevation (m)
IS
+10.
10
Ground
10
RS = 96.5
12
Elevation (m)
110
115
120
125
Station (m)
130
135
140
145
150
Station (m)
RS = 409.5
Kondisi Setelah
IS
Karet Gate
10
Legend
+9.0
WS Q
Levee
Bank Sta
4
2
2
0
-2
20
30
40
50
60
70
80
Station (m)
Levee
Bank Sta
10
WS Q
Ground
-2
Karet Gate
+8.4
Ground
IS
Legend
Elevation (m)
Elevation (m)
RS = 409.5
10
10
20
30
40
50
60
Station (m)
Kondisi Setelah
70
80
RS = 1
KK2
10
+9.1
WS Q
Bank Sta
6
Ground
Bank Sta
40
45
50
55
60
65
0
35
70
40
45
50
Station (m)
55
60
65
70
Station (m)
RS = 9
Kondisi Setelah
KK10
11
WS Q
Elevation (m)
Bank Sta
KK10
Legend
WS Q
+10.
10
Ground
RS = 9
11
Legend
+10.
10
Elevation (m)
WS Q
+8.6
0
35
Ground
Bank Sta
KK2
Legend
Ground
Elevation (m)
Elevation (m)
RS = 1
10
Legend
10
20
30
40
50
60
70
10
20
30
Station (m)
40
50
60
70
Station (m)
Pengalihan muara Sungai Krukut ke hilir PA Karet disertai dengan penambahan pintu
air Karet sejumlah 2 buah
Krukut Krukut
Elevation (m)
35
Legend
30
WS Q
25
Ground
20
LOB
15
ROB
Left Levee
10
Right Levee
2000
4000
6000
8000
10000
12000
17
16
15*
14*
13*
12*
11*
10*
9*
8*
7*
6*
5*
4*
2*
0
-5
3*
14000
16000
18000
KK2
10
8
Elevation (m)
Legend
+9.1
WS Q
Bank Sta
WS Q
Ground
+6.8
Levee
Bank Sta
0
35
Legend
Ground
RS = 0
10
Elevation (m)
Kondisi Setelah
40
45
50
55
60
65
70
Station (m)
4
Station (m)
Kondisi Setelah
RS = 6
KK7
Legend
+9.8
WS Q
Bank Sta
7
6
WS Q
Ground
Levee
Elevation (m)
Elevation (m)
Legend
+8.6
Ground
RS = 3*
Bank Sta
5
5
4
3
55
60
65
70
75
80
85
90
10
Station (m)
RS = 28
KK29
20
30
25
+29.
WS Q
Legend
WS Q
29
Ground
28
RS = 16
30
Legend
29
Bank Sta
Elevation (m)
Elevation (m)
15
Station (m)
27
26
+28.
Ground
Levee
28
Bank Sta
27
26
25
24
45
50
55
60
65
25
70
10
Station (m)
15
20
25
Station (m)
Cross di km 25.42
RS = 197
CCL1
14
Elevation (m)
Ground
Bank Sta
8
6
100
105
110
115
120
Station (m)
Levee
Bank Sta
6
4
95
Ground
90
WS Q
+12.
10
0
85
Legend
12
WS Q
Elevation (m)
+12.
10
RS = 197
14
Le gend
12
Kondisi Setelah
10
15
20
25
30
Station (m)
Kondisi Setelah
35
40
RS = 222
CU1
24
Elevation (m)
Le gend
+25.
25
Ground
Bank Sta
22
21
20
Legend
+23.
23
WS Q
23
RS = 222
24
WS Q
Ground
22
Elevation (m)
Levee
21
Bank Sta
20
19
19
18
18
17
35
40
45
50
55
17
60
10
15
20
25
30
35
40
Station (m)
Station (m)
-100
8
1
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
246
250
245
244
243
241
242
239
240
237
238
234
235
236
231
232
233
230
229
227
228
226
225
223
199
0
-50
222
50
219
221
100
LOB
ROB
215
217
C
i
l
i
w
u
n
g
150
210
211
213
200
WS Q
Ground
208
250
Legend
201
Elevation (m)
300
206
350
204
400
80000
90000
40
WS Q
30
Elevation (m)
Ground
20
LOB
10
ROB
5000
10000
15000
222
221
220
219
218
217
216
215
214
213
212
211
210
209
208
207
206
205
204
202
201
200
199
198
-20
197
-10
20000
25000
CCL1
14
+12.
12
12
WS Q
10
Bank Sta
8
6
4
CCL1
+10.
WS Q
Ground
Bank Sta
6
4
2
2
0
85
RS = 197
Legend
Ground
10
Elevation (m)
Le gend
Elevation (m)
Kondisi Setelah
90
95
100
105
110
115
120
Station (m)
0
85
90
95
100
105
110
Station (m)
Kondisi Setelah
115
120
RS = 222
CU1
+25.
25
Elevation (m)
24
23
Le gend
25
WS Q
24
Ground
23
Bank Sta
22
21
20
Elevation (m)
CU1
Legend
+24.
WS Q
Ground
Bank Sta
22
21
20
19
19
18
18
17
35
40
45
50
55
17
35
60
40
45
Station (m)
BKTimur BKT2
B
K
T
i
m
u
r
15
10
-10
55
BKTimur BKT4
60
B
K
T
i
m
u
r
B
K
T
3
Legend
WS Q
Ground
LOB
B
K
T
5
ROB
Left Levee
Right Levee
07
11
16
20
24
28
32
35
39
43
47
51
55
59
63
66
70
74
78
82
86
90
93
97
101
105
109
113
117
121
125
129
135
140
145
152
159
167
178
186
195
205
215
220
226
234
241
248
256
263
269
277
285
294
301
308
315
324
333
342
349
356
363
-5
50
Station (m)
BKTimur BKT1
20
Elevation (m)
RS = 222
5000
10000
15000
20000
25000
Kondisi Limpasan di km 8
River = BKTimur Reach = BKT1
RS = 86
Legend
WS Q
Ground
Levee
Bank Sta
Legend
WS Q
Ground
Levee
Bank Sta
0
-1
-40
BKT. 92
4
Elevation (m)
Elevation (m)
RS = 92
-20
20
40
60
80
100
120
140
-1
-40
Station (m)
-20
20
40
60
80
100
120
140
Station (m)
C
i
p
i
n
a
n
g
24
22
18
WS Q
Ground
LOB
I
n
l
e
t
16
14
12
ROB
Left Levee
Right Levee
1000
2000
3000
4000
5000
87
88
89
91
77
79
81
83
85
75
72
6
11
14
17
20
24
27
31
33
36
39
2
70
B
K
T
10
8
Legend
40
42
45
48
51
53
55
59
61
63
65
67
Elevation (m)
20
6000
7000
RS = 13
Kondisi Setelah
CP19
16
Legend
15
WS Q
Bank Sta
+12.
12
Elevation (m)
Elevation (m)
Levee
13
11
10
14
Ground
Levee
Bank Sta
13
12
11
10
15
20
25
10
30
10
15
RS = 40
18
WS Q
Levee
+15.
Bank Sta
13
40
50
+17.
Levee
Bank Sta
15
14
30
WS Q
Ground
16
13
20
A37
Legend
17
14
10
RS = 40
18
Elevation (m)
17
30
19
Ground
15
25
Kondisi Setelah
A37
19
16
20
Station (m)
Elevation (m)
WS Q
+14.
Station (m)
12
CP19
Legend
15
Ground
14
RS = 13
16
12
10
Station (m)
20
30
Station (m)
40
50
685000
690000
695000
700000
705000
710000
715000
720000
N
W
E
9325000
9325000
LAUT JAWA
9320000
9320000
JAKARTA UTARA
JAKARTA BARAT
Jalan
9315000
9315000
JAKARTA PUSAT
9310000
9310000
JAKARTA TIMUR
LOKASI
9305000
9305000
U pper Gr ogol
9300000
9300000
L : 10.2 KM
GAMBAR :
9295000
9295000
PETA RENCANA
DEEP TUNNEL
685000
690000
695000
700000
705000
710000
715000
8 Kilometers
720000
Dengan D : 8 m jumlah 2 bh
Muka Air di Terowong alih
Terow ongan 1
Legend
30
WS Q100
25
Ground
LOB
20
ROB
15
10
5
0
2.5
Elevation (m)
35
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
RS = 2.5
Culv
35
Le gend
WS Q100
25
20
Legend
WS Q100
Ground
Bank Sta
15
10
Culv
Ground
Bank Sta
Elevation (m)
Elevation (m)
30
RS = 2.5
10
10
15
20
10
15
20
Station (m)
Station (m)
Setelah dibangun terowong alih, sungai Ciliwung masih melimpas sebagai akibat dari
penampang yang sudah tidak mampu menampung debit. Untuk itu pembangunan terowong
alih perlu disertai dengan perbaikan sungai Ciliwung dengan memperbaiki penampang dan
membuat tanggul tanpa perlu melebarkannya. Perbaikan sungai dilakukan dari hulu PA
manggarai sampai dengan 7.9 km ke arah hulu. Selain itu dilakukan pembangunan tanggul di
sebelah hulu terowong alih yaitu dari km 19.8 sampai dengan km 25.7.
Muka Air Sungai Ciliwung setelah pembangunan terowong alih dan perbaikan sungai
Ciliw ung Ciliw ung 8-1
400
350
WS Q100
Elevation (m)
300
Ground
250
LOB
200
ROB
150
Lef t Lev ee
100
Right Lev ee
50
-100
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
246
245
244
243
241
242
237
238
239
240
234
235
236
231
232
233
230
229
227
228
226
225
223
222
219
221
215
217
211
213
209
207
205
203
201
199
0
-50
90000
30
WS Q100
LOB
ROB
10
Perbaikan
Lef t Lev ee
Right Lev ee
5000
10000
15000
Main Channel Distance (m)
20000
222
221
220
219
218
217
216
215
214
213
212
211
210
209
208
207
206
205
204
203
202
201
200
-10
199
198
Elevation (m)
Ground
Pembuata
20
25000
CCL1
14
+12.
12
Elevation (m)
10
Le gend
12
WS Q
10
8
6
CCL1
Le gend
WS Q100
+9.9
Ground
Bank Sta
6
4
2
0
85
90
95
100
105
110
115
0
85
120
90
95
100
Station (m)
105
110
Station (m)
Kondisi Setelah
River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8-1
RS = 205 CCL9
18
12
10
Elevation (m)
Bank Sta
+12.
12
Ground
14
CCL9
Legend
13
WS Q
RS = 205
.025
14
Legend
+17.
16
Elevation (m)
RS = 197
.025
Ground
Bank Sta
Elevation (m)
Kondisi Setelah
WS Q100
Ground
Bank Sta
11
10
9
8
6
130
135
140
145
150
6
125
155
130
135
Station (m)
140
145
150
Station (m)
20
Sunter Sunter 2
Sunter Sunter 3
Legend
WS Q
15
10
LOB
ROB
Lef t Lev ee
Right Lev ee
-10
2000
4000
22*
23*
24*
25*
26*
27*
28
31
34
37
4
7
10
13
16
18
22
15
17*
18*
19*
20*
10*
11*
12*
13*
5*
6*
7*
8*
2*
3*
-5
6000
8000
10000
12000
14000
16000
Kondisi Setelah
31
36
25
28
31
35
38
42
45
48
54
59
64
67
72
76
82
85
88
94
98
102
106
112
4
9
13
18
25
28
Elevation (m)
Ground
18000
RS = 1
ID: dki310_65
Legend
WS Q
Elevation (m)
Elevation (m)
Legend
WS Q
0
-1
-2
-3
-30
-20
-10
-4
Bank Sta
-1
-3
-40
Levee
-2
-50
Ground
Bank Sta
-4
-60
10
20
30
40
50
Station (m)
Station (m)
RS = 72
Kondisi Setelah
River = Sunter Reach = Sunter 1
SD_77
WS Q
RS = 28
.02
Legend
Legend
WS Q
Ground
Ground
Bank Sta
Elevation (m)
Elevation (m)
ID: dki310_65
Ground
-1
-2
RS = 1
.02
Levee
Bank Sta
1
0
-1
10
15
20
25
30
-2
35
10
15
20
25
30
Station (m)
Station (m)
Legend
WS Q
Elevation (m)
Ground
LOB
ROB
Lef t Lev ee
Right Lev ee
2000
4000
6000
8000
Kondisi Setelah
21
20*
19*
18*
17*
16*
15*
14*
13*
12*
10
9*
8*
7*
6*
5*
4*
3*
2*
0
-1
11*
10000
RS = 1
CL 1
2.5
WS Q
Ground
Bank Sta
1.5
Levee
Elevation (m)
Elevation (m)
Legend
Ground
1.0
0.5
Bank Sta
0.0
-0.5
-10
10
20
30
40
50
-1
60
Station (m)
10
12
14
16
Station (m)
RS = 67
CL67
Kondisi Setelah
River = Sungai Cakung Reach = Cakung Lama
3.5
Legend
RS = 10
CL67
.03
4.0
WS Q
3.0
Legend
WS Q
3.5
Ground
Ground
Bank Sta
3.0
Elevation (m)
Elevation (m)
CL 1
WS Q
2.0
2.5
2.0
Levee
Bank Sta
2.5
2.0
1.5
1.5
1.0
-12
-10
-8
-6
-4
-2
1.0
Station (m)
RS = 140
Legend
6.0
5.5
WS Q
5.5
Ground
5.0
Elevation (m)
Bank Sta
4.0
3.5
3.0
10
15
20
Kondisi Setelah
RS = 21
.03
Legend
WS Q
Ground
2.5
25
Levee
Bank Sta
4.0
3.0
14
4.5
3.5
-5
12
5.0
4.5
-10
10
CL140
6.0
2.5
-15
8
Station (m)
Elevation (m)
RS = 1
.03
Legend
Station (m)
Station (m)
Elevation (m)
18
Legend
16
WS Q
14
Ground
12
LOB
10
ROB
Lef t Lev ee
Right Lev ee
500
1000
60
62
64
66
68
70
72
74
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58
6
8
10
12
14
16
1500
2000
Kondisi Setelah
2500
RS = 31
P80/30
WS Q
11.0
WS Q
10.5
Ground
10.5
Ground
Levee
10.0
Bank Sta
9.5
9.0
Bank Sta
9.5
9.0
8.5
8.0
8.0
5
10
15
20
7.5
25
Levee
10.0
8.5
Legend
10
Station (m)
RS = 44
P68/42
25
RS = 44
P68/42
13
Le gend
Le gend
WS Q
12
WS Q
12
Ground
Elevation (m)
Levee
11
Bank Sta
10
Ground
Levee
11
Bank Sta
10
10
15
20
25
30
10
Station (m)
15
20
25
30
Station (m)
Kondisi Setelah
RS = 109
P2/108
16
WS Q
Elevation (m)
Levee
Bank Sta
13
P2/108
Legend
WS Q
15
Ground
14
RS = 109
16
Legend
15
Ground
Levee
14
Bank Sta
13
12
12
11
20
Kondisi Setelah
13
15
Station (m)
Elevation (m)
P80/30
11.0
7.5
Elevation (m)
RS = 31
11.5
Le gend
Elevation (m)
Elevation (m)
10
15
20
25
30
11
35
10
15
20
25
30
35
Station (m)
Station (m)
16
Legend
WS Q
14
Ground
LOB
10
ROB
Lef t Lev ee
Right Lev ee
500
1000
1500
Main Channel Distance (m)
2000
2500
143
145
147
139
140
125
127
129
131
133
135
137
51
53
48
55
57
59
61
63
65
67
69
71
73
75
77
79
81
83
85
87
89
91
93
95
97
99
101
103
105
107
109
111
113
115
117
119
121
123
37
39
41
43
45
Elevation (m)
12
3000
RS = 76
Kondisi Setelah
River = Sungai Cakung Reach = Inlet BKT
P.47
8.5
Legend
8.0
WS Q
Bank Sta
6.5
6.0
Elevation (m)
Elevation (m)
Levee
7.0
P.47
Legend
WS Q
Ground
7.5
RS = 76
5.5
Ground
Levee
Bank Sta
5.0
4.5
10
12
14
RS = 96
P.67
WS Q
14
Ground
Levee
Bank Sta
RS = 96
P.67
Legend
WS Q
9
Elevation (m)
Elevation (m)
12
10
Legend
Ground
Levee
Bank Sta
10
15
20
25
30
Station (m)
V.3
10
Kondisi Setelah
10
8
Station (m)
Station (m)
35
10
15
20
25
30
35
Station (m)
Dalam melakukan evaluasi terhadap penataan ruang Jabodetabek dan pengaturan air WS
Ciliwung-Cisadane perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mempercepat pengesahan Rakeppres Jabodetabek 2015 menjadi Keppres, dengan
melakukan pengujian validitas materi konsep melalui upaya sosialisasi terhadap
masyarakat dan aparat pelaksana penataan ruang di kawasan ini.
2. Master Plan pengendalian banjir yang ada (1997) perlu disempurnakan antara lain dengan
alternatif membangun waduk penampung banjir. Sebagian debit banjir akan ditahan
dibagian hulu dengan membangun waduk-waduk antara lain Waduk Ciawi (Sungai
Ciliwung) dan Waduk Genteng (Sungai Cisadane). Selain itu, perlu dibangun atau
direhabilitasi situ-situ dibagian tengah dan hilir. Dari pembangunan waduk dan situ-situ
tersebut akan diperoleh manfaat lain yaitu bertambahnya resapan air tanah dan pasokan
air baku untuk daerah hilir.
3. DAS Ciliwung-Cisadane yang mengalir melintas batas administratif dari kota dan
kabupaten di Jabodetabek memerlukan upaya-upaya pelestarian DAS, pencegahan erosi,
sedimentasi dan pendangkalan sungai melalui mekanisme insentif dan disinsentif. Hal ini
dapat terlaksana bilamana ada koordinasi dari pemerintah pusat, provinsi, Kabupaten/kota
serta pelibatan sektor swasta dan masyarakat antara lain dengan membentuk forum
komunikasi.
V.3.1
Kawasan Jabodetabek secara nasional mempunyai nilai strategis, yaitu sebagai pusat kegiatan
penting berskala nasional, sehingga di dalam RTRW Nasional, Depok, Bekasi dan Tangerang
ditetapkan sebagai kawasan penyangga DKI Jakarta, yang diarahkan sebagai buffer cities dan
berfungsi sebagai counter magnet, sedang Bogor merupakan pusat kegiatan wilayah (PKW)
kawasan andalan Bopunjur yang merupakan kawasan tertentu di Jawa Barat yang berfungsi
sebagai kawasan konservasi air dan tanah bagi kawasan Bopunjur dan DKI Jakarta di sebelah
hilir. Sebagai wilayah resapan air atau konservasi air dan tanah maka perlu penataan dan
pemanfaatan ruang yang terpadu dengan kondisi lingkungan baik internal maupun ekternal.
Bencana banjir yang terjadi di DKI Jakarta beberapa waktu lalu diperkirakan akibat kurang
koordinasi antar lembaga pemerintahan di tingkat kabupaten/kota di Jabodetabek dan kurang
tegasnya aparat dalam menindak developer maupun individu yang melakukan pembangunan
di lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Berdasarkan laporan dilapangan terdapat
lahan kritis baik di DAS Ciliwung maupun Cisadane. Hal ini diakibatkan selain adanya
peladangan yang berpindah juga akibat alih fungsi lahan menjadi lahan untuk kegiatan
budidaya yang tidak terkendali.
8. Keppres No 79 tahun 1985 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Puncak, yang
merupakan tindak lanjut dari Keppres No. 48/1983 dan memuat penetapan kawasan
lindung, penyangga, budidaya pertanian dan non pertanian.Peraturan Daerah mengenai
RTRW masing masing daerah Kabupaten/Kota
9. Keppres No. 114 Tahun 1999 tentang penataan Ruang Kawasan Bogor Puncak Cianjur
(Bopunjur), yang menetapkan pokok-pokok kebijaksanaan penataan ruang di Kawasan
Bopunjur yang terdiri atas kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
10. RUTR Jabodetabekjur
Tujuan penetapan Kawasan Bopunjur sebagai kawasan konservasi air dan tanah adalah :
11. menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah yang merupakan fungsi utama
kawasan, dan
12. menjamin tersedianya air dan tanah, air permukaan dan penanggulangan banjir bagi
Kawasan Bopunjur dan daerah hilirnya.
Kebijaksanaan perencanaan tata ruang kawasan Bopunjur merupakan penetapan lokasi
dominan pemanfaatan ruang berdasarkan atas;
13. fungsi utama kawasan yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya,
14. fungsi kawasan dan aspek kegiatan yang meliputi kawasan perdesaan dan kawasan
perkotaan.
Dalam kebijaksanaan pemanfaatan ruang kawasan Bopunjur, ditetapkan bahwa;
15. Dalam kawasan lindung dilarang dilakukan kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi
lindung.
16. Pemerintah Daerah perlu melakukan rehabilitasi dan reboisasi kawasan lindung dengan
tutupan vegetasi tetap.
17. Diluar kawasan lindung dapat dikembangkan sebagai kegiatan budidaya dengan
ketentuan perlu menjaga konservasi air dan tanah serta tidak mengganggu kesuburan dan
keawetan tanah, menjaga fungsi hidrologis lahan, kelestarian flora dan fauna, dan
keserasian fungsi lingkungan hidup.
18. Kawasan pertanian lahan basah tidak boleh dialih fungsikan untuk kegiatan lain.
V.3.2
Kawasan Bopunjur merupakan kawasan yang terkait erat dengan kepentingan nasional,
Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor dan kepentingan dunia usaha. Karena itu, perlu
adanya strategi
21. Perubahan struktur ekonomi ke sektor industri pada lokasi zona industri dan kawasan
industri dengan akses ke kota-kota Cibinong, Citeureup dan Gunung Putri.
22. Meningkatnya kebutuhan perumahan yang mendorong pembangunan real estate skala
menengah dan besar serta pembangunan kota baru Sentul.
23. Efisiensi pemanfaatan lahan perkotaan yang dinilai dan harganya makin mahal,
menyebabkan peluang perkembangan kota di wilayah sekitarnya, baik yang terencana
maupun yang tak terkendali seperti terjadi di seluruh kawasan Bopunjur, kecuali di
kecamatan
Cisarua
dan
Megamendung
yang
dikendalikan
terbatas
dalam
pengembangannya.
Dibawah ini dapat dilihat ketentuan dan metodologi dalam proses penanganan dan
pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan Bopunjur.
Sumber: Ditjen Tata Ruang, Dep. PU, Laporan Tim Pelaksana Program Pengendalian
Banjir di Kawasan Bopunjur dan Jabodetabek Bidang Penataan Ruang, 2002, dengan
perbaikan
26. Kawasan permukiman dengan intensitas pengembangan tinggi seperti pada pusat
perkotaan dapat direncanakan secara superblock atau highrise building
27. Pengembangan kawasan permukiman pada poros utara - selatan (Jakarta - Depok Cibinong - Bogor) harus lebih diperhatikan, dalam artian pengembangan harus dilakukan
secara duster dan perbandingan KDB dan lokasi pembangunan harus memenuhi
persyaratan sebagai daerah resapan air.
28. Pengembangan kegiatan jasa dan perdagangan juga diarahkan mengikuti suatu jenjang
hirarki sistem pusat, yang terdiri atas tingkat internasional-regional, provinsi,
kaupaten/kota hingga tingkat lokal
29. Kawasan industri pada poros Jakarta - Depok - Cibinong - Bogor dibatasi hanya untuk
klasifikasi industri yang mempunyai dampak lingkungan minimum.
30. Kawasan pertanian di sepanjang pantai utara yang mempunyai irigasi teknis diarahkan
sebagai pertanian pangan lahan basah, sehingga dapat berfungsi sebagai usaha kegiatan
ekonomi dan sebagai penyangga (buffer zone) yang berfungsi dalam menjaga
keseimbangan lingkungan.
V.3.3
31. Pengembangan sistem transportasi di Kawasan Jabodetabek perlu dikaitkan dengan peran
dan fungsi pusat-pusat permukiman serta perkembangan pola kegiatan yang ada di
kawasan ini
32. Pemasyarakatan sistem angkutan massal dengan mengembangkan sistem angkutan kereta
api sebagai moda transportasi alternatif
33. Peningkatan jaringan jalan tol dan jaringan jalan alternatif dalam rangka menunjang
katerkaitan kawasan-kawasan fungsional wilayah Jabodetabek.
V.3.4
34. Meningkatkan efisiensi sistem prasarana yang ada melalui penurunan kebocoran air dan
manajemen pelayanan
35. Meningkatkan kepuasan pelanggan
36. Meningkatkan peran swasta dan masyarakat
37. Meningkatkan cakupan pelayanan hingga 80 % penduduk perkotaan
38. Memelihara kelestarian sumber-sumber air baku guna menjaga kesinambungan pasokan
air baku yang akan diolah
V.3.5
Tujuan dari pengendalian banjir adalah menciptakan lingkungan kota yang bebas banjir dan
genangan dengan menata daerah aliran sungai, melalui pengendalian sungai yang terpadu
dengan system drainase wilayah. Strategi yang ditempuh adalah :
39. Menggunakan analisis dan perhitungan banjir rencana 100 tahun pada ruas ruas sungai
tertentu
40. Mengendalikan debit air dan meningkatkan kapasitas sungai dengan cara pelebaran atau
pengurukan sungai
41. Membangun, meningkatkan dan mengembalikan fungsi situ-situ dan waduk sebagai
penampungan air.
42. Menjaga fungsi lindung dengan ketat sesuai ilengan arahan pemanfaatan yang
berhubungan dengan tata air.
43. Menjaga pemanfaatan ruang pada daerah aiiran sungai (DAS) agar fungsi kawasan tetap
terjaga.
44. Pembuatan sarana pengendali banjir, seperti pintu-pintu air untuk fungsi pengaturan
45. Kajian alternatif pembuatan sudetan sungai Ciliwung - Cisadane di Kota Bogor.
46. Pengendalian pembangunan pada bantaran sungai yang berada di kawasan Jabotabek
dengan upaya penghijauan atau membebaskan seluruh daerah bantaran sungai dari
kawasan terbangun, disesuaikan dengan garis sempadan sungai yang telah ditetapkan.
47. Meningkatkan peranserta masyarakat dalam menjaga kelestarian sungai-sungai.
V.3.6
48. Membentuk sistem pusat-pusat permukiman yang berjenjang dan memberikan tingkat
pelayanan yang lebih merata pada setiap bagian wilayah perkotaan.
49. Mengintegrasikan sistem pusat-pusat permukiman pada jaringan jalan "outer ring road"
dan mengembangkan buffer zone pada jaringan jalan tersebut
50. Menetapkan kawasan dengan prospektif ekonomi yang tinggi untuk dapat dikembangkan
secara optimal
51. Menetapkan kawasan konservasi dan lindung pada wilayah sebelah selatan yang
berfungsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air tanah
52. Meningkatkan pemanfaatan ruang dengan meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana
dasar dan kelengkapan sarana lainnya
53. Menetapkan sistem jaringan transportasi darat dan indikasi sistem angkutan massal
sehingga tercapai efisiensi interaksi kegiatan, diantaranya
54. Mengembangkan sistem jaringan kereta api Cilincing - Cakung - Nambo - Citayam Serpong
55. Pembangunan jalan Jakarta outer ring road
VI. KESIMPULAN
Dari hasil analisa hidrologi dan hidrolika maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan yang
terkait dengan pengelolaan banjir di wilayah Daerah Aliran Sungai Ciliwung yang terletak di
wilayah administrasi JABODETABEK seperti berikut;
Hasil dari analisis hidrologi dan hidrolika menunjukan perkembangan atau pertumbuhan
penduduk diwilayah JABODETABEK menyebabkan meningkatnya debit banjir akibat
perubahan tataguna lahan dan menurunnya kapasitas angkut saluran atau sungai yang
tergusur oleh pemanfaatan lahan sebagai pemukiman.
Perbaikan sungai sulit dilaksanakan karena keterbatasan lahan di daerah perkotaan, oleh
karena itu perlu diaplikasikan teknik detensi dan retensi untuk menahan air di lokasi
turunnya air hujan sebagai upaya flood distribution management.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun konsep Flood Distribution Management
Daerah Aliran Sungai perkotaan sebagai dasar untuk berbagai keperluan pengelolaan
banjir di Daerah Aliran Sungai perkotaan baik ditingkat pengambilan keputusan maupun
ditingkat pelaksanaan di lapangan.
Alokasi penahanan air hujan dilokasi tempat turunnya dapat dilakukan dengan
menampung air di danau/Situ, sumur-sumur resapan, atp rumah atau halaman dan
lapangan parkir.
Alokasi penahanan air hujan dapat dijadikan kewajiban setiap wilayah administrasi dari
sub-DASnya.
DAFTAR PUSTAKA
Batty, M., Dodge, M., and Jiang, B., 1999, GIS and urban design. Geographical Information
and Planning, F. Stillwell and H. Scholter, eds., Springer, Berlin.
Braskerud B. C., Tonderski K. S., Wedding B., et al, 2005. Can constructed wetlands reduce the
diffuse phosphorus loads to eutrophic water in cold temperate regions. J. Environ. Qual.. 34,
2145-2155.
Brinkman, J.J., 2007. Flood Hazard Mapping Overview. Dutch assistance with nonstructural
measures Jakarta Flood Management.
Brinkman, JJ, Diermanse, F., Zijl, F. 2997: Hydrology and Sea water level Dutch assistance
with non-structural measures Jakarta Flood Management.
Burnash, R.J.C., Ferral, R.L and Mc.Guire, R.A. A generalized streamflow simulation system.
Conceptial modelling for digital computers. Dept. of Water Resources, Sacramento, March
1973.
Chow, V. T. 1959. Open-Channel Hydraulics. McGraw-Hill, Inc. (the classic text)
Deason, J. P., 2003, A NEW APPROACH TO CLEANING UP CONTAMINATED URBAN
RIVER CORRIDORS IN THE UNITED STATES: THE URBAN RIVER RESTORATION
INITIATIVE, Proceedings of International Conference on Energy and the Environment ,
Shanghai, China.
DKI 3-9, 2005: Drainage management for Jakarta: strategic action program developement,
NEDECO, 2005.
DKI 3-10, 2005: Outline plan for major drainage and small lakes management in JabodetabekBopunjur area WJEMP PUSAT 3-10, Nippon Koei and Kwarsa Hexagon, June 2005
Dodge, M., Doyle, S., Smith, A., and Fleetwood, S., 1998_. Towards the virtual city, VR &
internet GIS for urban planning. Proc., Virtual Reality and Geographical Information
Systems Workshop, London, 111.
Dodge, M., Smith, A., and Doyle, A. _1997_. Visualising urban environments for planning and
design. Proc., Graphics, Visualization and the Social Sciences Workshop, AGOCG,
Loughborough, U.K.
DPU, 2007. Pedoman siaga banjir. Provinsi DKI Jakarta. Tahun 2007/2008. PU-DKI.
Gaffney, K., Mei, A., 2004, Site Design for a Neighborhood-Scale Stormwater Detention Park in
the Proposed Los Angeles River National Urban Wildlife Refuge, University of California,
Berkeley.
Han Runping, Lu Yongsen, Yang Jian, Liu Hongmin, 2004. Pilot test on multiple layer microbial
earthworm eco-filter system for sewage treatment. China: Acta scientiae circumstantiae. 24,
450-454.
Hashemi, M.R., Javan, M., and Talebbeydokhti, N., 2003, Assesment of Bed Regulation Methods
in Urban Rivers, ASCE conference on Protection and Restroration of Urban and Rural
Streams.
Howard, T.L.J. dan Gaborit, N., 2007, Using Virtual Environment Technology to Improve Public
Participation in Urban Planning Process, the Journal of Urban Planning and Development,
Vol. 133, No. 4, 233241.
Jencks, R., 2005, Landscape-based stormwater management for industrial lands Piers, University
of California, Multi-Campus Research Unit.
Kojiri, T., Sasak S.,Ito K, dan Hori T., Flood Management in Urban River Basins, World Water
Congress 2001, ASCE.
Lamb, B. L. dan Lovrich, N. P., 1987, STRATEGIC USE OF TECHNICAL INFORMATION IN
URBAN INSTREAM FLOW PLANS, Journal of Water Resources Planning and
Management, Vol. 113, No. 1, 42-52.
Liu Chaoxiang , Hu Hongying , Zhang J ian , Huang Xia , Shi Hanchang , Qian Yi, 2003. Rural
sewage treatment performance of constructed wetlands with different depths. China:
Environmental science. 24, 92-96.
Liu Jun, Xu Yatong, Chen Qiaqun, Liu Bin, Zhu Dingzhou, 2006. Experiment of ecological
restoration in water body of half-closed city river. China: Techniques and equipment for
environmental pollution control. 7, 27-30.
Liu Jun, Xu Yatong, Chen Qiaqun, Hu Heping, 2006. Study on the application of improved
vertical-flow constructed wetland on the treatment of half-closed city river. China:
Environmental science and management. 31, 54-58.
Nakanishi M. , 2002, An Evaluation Method for Stormwater Infiltration, on ASCE Seminar on
Urban Drainage ASCE.
McCarthy, G.T. 1938. The Unit Hydrograph and Flood Routing. Unpublished manuscript
presented at Conference of the North Atlantic Division, US Army Corps of Engineers
M. Hartman, 2009: HU database, FHM2 project, Jakarta, March 2009.
Ogink, H.J.M., 2009. Jakarta Flood Early Warning System - Telemetric System. Deltares report
Q4742.
Morley S A and Karr J R, 2002, Assessing and restoring the health of urban streams in the Peuget
Sound Basin Conservation Biology 16(6) 1489-1509.
ODonnel T., 1985, A Direct Three-parameter Muskingum Procedure Incorporating Lateral
Inflow, Hydrological Sciences Journal, Vol.30, No.4, hal. 479-496.
Paul M J and Meyer J L 2001 Streams in the urban Landscape Annual Review of Ecological
Systems 32 333-365.
Ponce V.M., 1989, Engineering Hydrology Principles and Practices, Prentice Hall, Englewood
Cliffs, New Jersey.
Sobriyah, 2005, MODEL PERKIRAAN BANJIR DAS BESAR DARI SINTESA BEBERAPA
PERSAMAAN TERPILIH, MEDIA TEKNIK SIPIL, hal 71-77
Sobriyah dan Sudjarwadi, 1998, Unjuk Hasil Model Hujan Aliran Berbasis Rasional dan
Sistem Grid, PIT dan Konggres HATHI, 10 12 Desember, Bandung.
Sobriyah dan Sudjarwadi, 2000, Penggabungan Metode ODonnel dan Muskingun-Cunge
untuk Penelusuran Banjir pada Jaringan Sungai, Media Teknik, Fakultas Teknik UGM, No.4 Th
XXII, Edisi November.
Sobriyah dan Sudjarwadi, 2001, Kalibrasi Model Hujan-Aliran EPPL, Studi Kasus DAS
Wuryantoro, Forum Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Vol. X/1 Januari.
Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001, Input Data Hujan dengan Sistem
Grid Menggunakan Cara Pengisian Data dan Tanpa Pengisian Data Hilang pada Sistem
Poligon Thiesen, PIT XVII HATHI 23-24 Oktober, Malang.
Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001,Pendekatan Pemilihan Stasiun
Hujan untuk Dasar Perhitungan Debit Banjir Kasus DAS Bengawan Solo, Forum Teknik,
Jurnal Teknologi, Universitas Gadjah Mada, Jilid 25, No. 2, Juli.
Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001,Penetapan Waktu Antar Hujan,
Durasi dan Distribusi Hujan Jamjaman untuk DAS Bengawan Solo, Media Komunikasi
Teknik Sipil, Vol. 9 No. 3, Edisi XXI/Oktober.
Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001, Transformasi Karakteristika
Hidrograf Grid 5x5 km2 dari Grid 0,1x0,1 km2Berdasarkan Model Rasional, PIT XVIII
HATHI, 24-25 Oktober 2002, Pekanbaru-Riau.
US Soil Conservation Service, A method for estmating total volume and rate of runoff in small
watersheds, SCS-TP149, April 1973.
Verschelling, E., Udo, J., 2007. Hydraulics report. Dutch assistance with non-structural measures
Jakarta Flood Management.
Viessman W., Knapp J.W., and Harbaugh T.E., 1977, Introduction to Hidrology, Harper &
Row Publishers, New York.
Walsh C J 2000 Urban Impacts on the Ecology of receiving waters: a framework for assessment,
conservation and restoration Hydrobiologia 431 107-114.
William H.K. Lam and Sun Yanfeng, 2006, Using Genetic Algorithm to Optimize Land Use
Development Plan in Hong Kong, ASCE Seminar on Traffic and Transportation Studies.
Wanielista, M.P., 1990, Hydrology and Water Quantity Control, John Wiley and Sons, New
York.
Yang Lijun, Yu Boping, Wang Yongxiu, Peng Lixin, 2008. Nitrogen removal in lake water
treated by vertical flow constructed wetland. China: Research of environmental sciences. 21,
131-134.
LAMPIRAN***)