Anda di halaman 1dari 146

PENELITIAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Tahun Anggaran 2009

KONSEP FLOOD DISTRIBUTION MANAGEMENT

Ketua Peneliti: Suseno Darsono

FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO


Oktober, 2009

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

RINGKASAN
Bencana banjir umumnya terjadi di daerah aliran sungai yang sebagian wilayahnya
terletak di wilayah perkotaan. Pertumbuhan ekonomi tinggi dari kota tersebut menyebabkan
kepadatan penduduknya meningkat terus. Tutupan lahan yang kedap air akan meningkat
akibat bertambahnya wilayah pemukiman dan bisnis, hal ini menyebabkan turunnya fungsi
retensi lahan dan meningkatnya besarnya puncak banjir. Perbaikan sungai dan pembangunan
prasarana pengendali banjir merupakan masalah yang berat untuk pengendalian sungai
perkotaan akibat sulitnya pembebasan lahan di daerah perkotaan guna pembangunan, serta
sulit untuk menata tataruang daerah aliran sungai yang optimal.
Dalam pengkajian menyeluruh dan komprehensip, penggunaan software-software
terkait akan sangat membantu pengkajian secara komprehensip dan terpadu dalam
perencanaan dan perancangan sistim drainase ini. Software yang di gunakan sebagai alat
bantu didalam penelitian ini adalah HECHMS dan HECRAS, yang merupakan publik
software. Dengan demikian penggunaan model ini legal secara hukum. HECHMS adalah
model hidrologi sedang HECRAS adalah model hidrolika satu dimensi.
Dari hasil kajian penelitian ini menunjukan pengendalian banjir terpadu adalah
konsep yang paling cocok untuk pengendalian banjir sungai perkotaan seperti Ciliwung.
Konsep pengendalian banjir terpadu mengenal beberapa cara yaitu pengendalian banjir secara
fisik seperti konsep pengendalian banjir yang umum dilakukan. Cara pengendalian banjir
non-fisik yang sangat diperlukan untuk mengatasi banjir sungai perkotaan, dan keseimbangan
hulu-hilir, dimana sistim distribusi banjir (Flood Distribution) merupakan bagiannya.
Penahanan air hujan di lokasi sub-das perlu di atur dalam peraturan pemerintah pusat sangat
diperlukan agar konsep ini dapat berjalan.

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................I
I.

PENDAHULUAN...................................................................................................................3
I.1

LATAR BELAKANG KEGIATAN..........................................................................................3

I.1.1

Umum..............................................................................................................................3

I.1.2

Permasalahan yang ada....................................................................................................4

I.1.3

Pertimbangan Perlunya Penelitian...................................................................................4

I.1.4

Hasil Penelitian yang diharapkan....................................................................................5

I.2

LOKASI KEGIATAN............................................................................................................6

I.3

SISTIMATIKA LAPORAN PENELITIAN................................................................................7

II.

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................8
II.1

REVIEW STUDI PUSTAKA..................................................................................................8

II.2

REVIEW STUDI TERDAHULU.............................................................................................9

III.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN..................................................................21

IV.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN.........................................22

IV.1

PENDEKATAN TEKNIS.....................................................................................................22

IV.1.1

Pengembangan Sistem Pengendalian Banjir Terpadu...................................................24

IV.1.2

Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting = RWH)................................................25

IV.1.3

Sumur resapan...............................................................................................................26

IV.1.4

Bioretensi.......................................................................................................................28

IV.1.5

GPS dan GIS..................................................................................................................28

IV.1.6

Software-Software Yang Digunakan Pada Analisis.......................................................29

IV.2

PENDEKATAN OPERASI...................................................................................................32
i

IV.2.1

Koordinasi......................................................................................................................33

IV.2.2

Program Kerja................................................................................................................33

V.

PELAPORAN DAN PEMBAHASAN HASIL ANALISA...................................................37


V.1

ANALISA HIDROLOGI HECHMS....................................................................................37

V.1.1

Analisa data hujan..........................................................................................................38

V.1.2

Analisa debit aliran sungai.............................................................................................38

V.1.3

Basin Model (Model Daerah Tangkapan Air)................................................................38

V.1.4

Proses Kehilangan Air pada Sub-Das............................................................................39

V.1.5

Hidrograf satuan sintetik SCS.......................................................................................40

V.1.6

Meteorologic Model (Model Data Curah Hujan)..........................................................76

V.1.7

Run Configuration (Konfigurasi Eksekusi Data)..........................................................88

V.1.8

HASIL ANALISA HEC-HMS.......................................................................................88

V.2

ANALISA HIDROLIKA HECRAS.....................................................................................96

V.2.1

Profil Muka Air Pada Aliran Steady..............................................................................96

V.2.2

Profil Muka Air Pada Aliran Unsteady..........................................................................96

V.2.3

Konsep Penghitungan Profil muka air dalam HEC-RAS..............................................97

V.3

ANALISA PENATAAN RUANG........................................................................................133

V.3.1

Analisa Rencana Tata Ruang Wilayah Bopunjur dan Jabodetabek............................134

V.3.2

Usulan Optimasi Tata ruang........................................................................................137

V.3.3

Kebijaksanaan pengembangan transportasi Jabodetabek meliputi :............................140

V.3.4

Kebijaksanaan Pengembangan Air Baku dan Prasarana Air Bersih............................140

V.3.5

Kebijaksanaan dan Strategi Pengembangan Prasarana Pengendalian Banjir..............140

V.3.6

Rumusan Struktur Tata Ruang Kawasan Tertentu Jabodetabek..................................141

VI.

KESIMPULAN............................................................................................................142
ii

I. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini, kerusakan didaerah aliran sungai perkotaan di Negara Indonesia terus bertambah
akibat terlambatnya perbaikan sungai dan embumg/waduk pengendali banjir atau tidak adanya
lahan untuk pembangunan akibat perkembangan urbanisasi dan bertambahnya intensitas hujan
akibat pengaruh pemanasan global. Untuk menanggulangi permasalahan ini, diperlukan suatu
aturan yang terkait dengan upaya penanggulangan banjir di wilayah/daerah aliran sungai
perkotaan. Studi ini akan mereview upaya pengendalian banjir yang telah direncanakan dan di
laksanakan. Isi dari peraturan sungai perkotaan itu menentukan klasifikasi/katagori sungai
tertentu sebagai sungai perkotaan studi kasus, menentukan aturan pemanenan air hujan sebagai
upaya menahan air dihulu atau masing-masing sub-DAS. Untuk studi kasus penelitian ini
digunakan sungai Ciliwung, sebagai sungai yang sudah jelas merupakan sungai perkotaan yang
menimbulkan banjir hampir tiap tahun,
I.1
I.1.1

Latar Belakang Kegiatan


Umum

Setiap musim hujan di periode lima tahun terakhir selalu terjadi banjir di sebagian besar wilayah
tanah air Indonesia terutama di wilayah perkotaan, hal ini diperkirakan akibat adanya pemanasan
global sehingga naiknya intesintas hujan serta naiknya elevasi muka air laut. Selain pengaruh
pemanasan global, banjir atau genangan ini di sebabkan oleh rusaknya penggunaan lahan daerah
aliran sungai, akibat alih fungsi lahan dan penggundulan hutan. Daerah Aliran Sungai Ciliwung
telah mengalami banyak perubahan penggunaan lahan baik pada daerah hilir yang merupakan
dataran rendah, daerah tengah hingga pada daerah hulu. Perubahan penggunaan lahan tersebut
meliputi pergeseran lahan dari ruang terbuka hijau menjadi kawasan terbangun serta
berkurangnya jumlah dan luasan situ-situ yang memiliki fungsi sebagai penyimpan air, masalah
semakin kompleks seiring dengan meningkatnya urbanisasi di DAS Ciliwung. Akibat dari
perubahan tersebut tentunya meyebabkan peningkatan frekwensi dan debit banjir di kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Bencana banjir di kawasan Jabodetabek saat ini terlihat sudah seperti rutinitas karena terjadi dari
tahun ke tahun. Untuk menangani masalah banjir, pemerintah Indonesia telah menyusun
masterplan drainage dan flood control (tahun 1973 dan 1997). Namun tampaknya laju kenaikan
3

air larian terus meningkat sehingga melebihi kapasitas prasarana pengendali banjir. Banjir yang
terjadi di bulan Pebruari 2007, sebagian besar wilayah DKI Jakarta tidak terbebaskan oleh upaya
pengendalian banjir structural dan non-struktural. Sebagai contoh bencana banjir lain yang
mengorbankan banyak jiwa akibat pecahnya bendungan Situ Cigintung di bulan Maret 2009.
Untuk itu penanganan masalah banjir perlu didekati dengan pengelolaan banjir terpadu dimana
air larian dikelola per sub-DAS. Pemanenan air hujan sebagai pengelolaan air larian tersebut
dapat dengan penambahan kolam-kolam retensi, pembuatan sumur resapan air hujan di kawasan
permukiman, serta melakukan pengelolaan genangan pada bangunan dengan membuat
tampungan baik di bagian atas maupun di bawah gedung. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka diperlukan suatu arahan dalam penanggulangan banjir yang didasarkan pada
teknologi dan kondisi yang berkembang saat ini serta melibatkan berbagai pihak sesuai dengan
peran dan kewenangan yang dimiliki, oleh karena itu perlu disusun konsep Flood Distribution
Management DAS Ciliwung yang dapat dijadikan dasar pengelolaan banjir di DAS Ciliwung.
I.1.2

Permasalahan yang ada

Sebagai sungai perkotaan berbagai permasalahan yang ada di Daerah Aliran Sungai Ciliwung
adalah bencana banjir dan penurunan kualitas air di Daerah Aliran Air wilayah hilir akibat
menurunya kemampuan meresapkan air di DAS sebelah hulu. Selain itu banjir tersebut juga
akibat mendangkalnya alur sungai yang disebabkan sampah dan sedimentasi hasil erosi DAS
bagian hulu. Penurunan kualitas air sungai Ciliwung di akibatkan oleh kurang disiplinnya
masyarakat yang membuang limbah padat dan cair langsung ke sungai.
I.1.3

Pertimbangan Perlunya Penelitian

Sungai Ciliwung adalah salah satu sungai yang sangat penting, yang mengalir mulai dari mata air
Situ Telaga Saat di Desa Tugu Selatan, Cisarua melewati berbagai kabupaten dan bermuara ke
Teluk Jakarta di Laut jawa. Kondisinya saat ini sangat memprihatinkan, dikarenakan perubahan
tata guna lahan, perkembangan penduduk, industri dan pariwisata, mengakibatkan kualitas air
menurun, dasar sungai semakin dangkal akibat sedimentasi, sehingga mengakibatkan banjir di
sepanjang hilir Sungai Ciliwung terjadi setiap tahun.
Presiden Republik Indonesia sudah mencanangkan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan
Air (GN-KPA), pada tanggal 28 April 2005, yang bertujuan mengembalikan keseimbangan siklus
4

hidrologi pada DAS sehingga keandalan sumber-sumber air baik kuantitas maupun kualitas
airnya dapat terkendali, melalui pemberdayaan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, serta
penegakan hukum.
Salah satu kegiatan GN-KPA adalah rehabilitasi hutan dan lahan, serta konservasi sumber daya
air. Berkaitan hal ini, Departemen PU telah melakukan kegiatan tersebut terutama pada DAS
Ciliwung seperti rehabilitasi dan perawatan situ, Sampai dengan tahun 2008, 70 buah situ dari
202 buah yang ada di DAS Ciliuwung sudah direhabilitasi
Pemanenan hujan seperti pembuatan dam parit di hulu Ciliwung, Biopori yaitu pada orde 3 dari
anak-anak Sungai Ciliwung, untuk menurunkan debit banjir, mengurangi sedimen, konservasi air
tanah, dan sebagai tampungan air baku untuk masyarakat setempat. Tercatat 109 dam parit
sudah terbagun sampai dengan tahun 2008 lalu. Dilakukan juga penanaman pohon pada daerahdaerah yang sudah kritis sepanjang sungai dan di sekitar situ sebanyak 45.000 pohon.
Berkaitan dengan upaya melestarikan DAS Ciliwung, Departemen PU meminta peran serta aktif
masyarakat dan stakeholder untuk menjaga lingkungan secara berkelanjutan dengan keterpaduan
program antar instansi pemerintah. Pemerintah daerah memiliki peran paling besar dalam
menjaga lingkungan hidup daerahnya. Pemerintah Pusat bersedia menjadi inisiator program
dengan keterlibatan pemerintah daerah sebagai koordinatornya.

Untuk melaksanakan

pengelolaan yang terpadu mulai dari hulu ini, akan sangat diperlukan teknik pengelolaan
distribusi air hujan (Flood Distribution Management) dan peraturan yang mengatur sungai
Ciliwung sebagai suatu sungai perkotaan (an urban river).

I.1.4

Hasil Penelitian yang diharapkan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah di dalam menanggulangi
kerusakan akibat banjir di wilayah Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wilayah
perkotaan lainnya. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi penyusunan peraturan
menteri Departemen Pekerjaan Umum yang mengatur pengelolaan dan pengendalian banjir.
Dengan adanya Otonomi Daerah, maka peraturan Mentri Pekerjaan Umum ini dapat dipakai
sebagai acuan penyusunan peraturan daerah. Tanpa adanya peraturan pengelolaan distribusi air

hujan sebagai dasar hukum pengelolaan dan pemeliharaan akan sulit untuk melakukan
pengelolaan banjir terpadu yang berbasis masyarakat.
I.2

Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan penelitian/studi ini adalah wiyah daerah aliran sungai Ciliwung tang meliputi
wilayah administrasi DKI Jakarta, Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Gambar 1.1 berikut
menunjukan lokasi daerah aliran sungai Ciliwung.

Gambar I-1. Daerah Aliran Sungai Ciliwung.

I.3

Sistimatika Laporan Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman terhadap laporan hasil penelitian sesuai dengan ruang lingkup
dan persyaratan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang di telah tetapkan, maka sistematika dari
penyajian dokumen usulan teknis ini disusun sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Menguraikan mengenai dasar pemelitian/studi, latar belakang kegiatan, lokasi kegiatan serta
sistematika dokumen pelaporan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan pengertian tentang permasalaham yang ada serta kegiatan yang harus dilaksanakan
beserta persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi termasuk saran-saran yang bertujuan untuk
dapat memperoleh hasil studi sesuai yang diharapkan berdasar pustaka yang ada.
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Menguraikan tujuan dan manfaat penelitian dalam kaitan menjawab permasalahan yang ada.
BAB IV. PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN
Pendekatan teknis, dan metode pelaksanaan menguraikan cara-cara dan strategi yang diambil
oleh peneliti dalam menangani pekerjaan penelitian tersebut diatas yang meliputi uraian teknis,
metode pelaksanaan kerja untuk penyelesaian pekerjaan tersebut.
BAB V. PELAPORAN DAN PEMBAHASAN HASIL
Menguraikan laporan-laporan yang berisi pembahasan hasil penelitian dan pengamatan yang di
lakukan, agar dapat di fahami pihak lain.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Menguraikan kesimpulan hasil pekerjaan penelitian ini benar-benar optimal dalam kualitas dan
waktu.

Saran tuntuk tindak lanjut pemanfaatan hasil penelitian dan usulan penelitian

selanjutnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1

Review Studi Pustaka

Pertambahan penduduk (termasuk Urbanisasi) dan perkembangan suatu kota secara dramatik
akan meningkatkan aktivitas manusia di sungai perkotaan (Hashemi, et. all, 2003). Awalnya,
sungai-sungai dikelola sebagai sumber daya air untuk kepentingan manusia seperti sumber air
baku, pengendali banjir, dan tempat buangan air kotor (Walsh 2000; Paul and Meyer 2001;
Morley and Karr 2002). Hal ini menyebabkan degradasi fungsi ekologi dari sungai, awalnya
permasalahan ini diabaikan (Paul and Meyer 2001). Saat ini banyak program maupun aturan
penyelamatan yang dilakukan dan didanai oleh institusi regional, nasional dan bahkan
internasional.
Salah satu ciri sungai perkotaan dengan urbanisasi dan pembangunan yang sangat intensif
adalah air larian dari hujan mengalir ke sungai dalam waktu yang pendek (Morley and Karr
2002). Real Time prediksi banjir merupakan salah satu upaya pengurangan kerugian akibat
bencana banjir yang dapat dilakukan di sungai perkotaan (Kojiri, 2001). Pemanenan air hujan
dengan berbagai cara adalah upaya penurunan debit banjir seperti sumur resapan, bioretention
dan biopori yang merupakan cara-cara meningkatkan infiltrasi air hujan (Nakanishi, 2002;
Jencks R., 2005).
Salah satu upaya pengendalian banjir hulu dengan konsep Flood Distribution Management
adalah dengan menata penggunaan lahan di DAS. Kegunaan dari perencanaan tata guna lahan
yang utama adalah untuk menentukan penataan yang paling efektip untuk memelihara dan
meningkatkan kondisi lingkungan hidup dalam upaya peningkatkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat di wilayah yang padat penduduknya seperti wilayah kota (William H.K. Lam and
Sun Yanfeng, 2006).

Di dalam menata distribusi banjir pada setiap sub-DAS diperlukan

pemahaman bidang teknologi, hukum dan politik, peraturan pemerintah sangat diperlukan untuk
menangani masyalah politis yang selalu ada (Lamb dan Lovrich, 1987). Pengelolaan distribusi
banjir akan sangat dipengaruhi oleh tataguna lahan tiap sub-DAS yang perlu memanfaatkan
teknologi GIS (Dodge et al. 1997; Dodge et al. 1998; Batty et al. 1999; Howard dan Gaborit,
2007).

Selain permasalahan banjir, air sungai perkotaan juga bermasalah dengan kualitas airnya seperti
airnya keruh karena mengandung polutan dan sedimen tinggi, basalah tersebut berdampak
negative terhadap kelestarian lingkungan, ekonomi dan rekreasi (Deason, 2003). Teknologi
Wetland cocok untuk menurunkan kekeruhan dan debit banjir tetapi akan memerlukan
ruang/lahan yang relatif cukup luas bagi suatu Daerah Aliran Sungai perkotaan (Ye et al., 2008;
USEPA, 2000).

Meskipun demikian pemanfaatan teknologi lahan basah (Wetland) tidak

memerlukan biaya pembangunan yang tinggi, enersi operasi rendah, biaya operasi dan
pemeliharaan rendah dan indah sebagai tampungan air dan pemurnian yang alamiah (Liu et al.,
2003; Han et al., 2004; Liu et al., 2006; Liu et al., 2006, Braskerud et al., 2005; Zhao et al., 2007;
Yang et al., 2008).
II.2

Review Studi Terdahulu

Berikut ini adalah rekomendasi utama hasil studi-studi yang relevan pada mitigasi banjir di
wilayah Jakarta Raya di awali pada tahun 1973.
A. Master Plan of Drainage and Flood Control of Jakarta (NEDECO, 1973).
Rencana Induk ini disusun 25 tahun lalu, yang masih sebagai dasar pengelolaan drainasi
perkotaan dan pengendalian banjir di DKI Jakarta. Rencana disusun untu memenuhi kebutuhan
untuk perbaikan dan pengembangan sistim drainasi DKI dan dua banjir kanal, yaitu banjir kanal
barat (Dibangun pada jaman penjajahan Belanda) dan rencana banjir kanal timur yang
pembangunannya sudah 25 tahun belum selesai sampai saat ini. Hanya sebagian rencana yang
ada di Rencana Induk dapat di implementasikan, sehingga kebutuhan yang ada belum dapat
dipenuhi. Karena lemahnya O&P maka kapasitas sistim menurun, selain itu menurunnya luas
daerah retensi dan zona hijau akibat pembangunan yang tidak terprogram baik. Rekomendasi
kunci;
Merehabilitasi saluran terbuka yang telah ada;
Melaksanakan suatu improvisasi sistim drainasi dari Jakarta Pusat dan Jakarta Barat
yang terletak di hilir Saluran Banjir Barat.
Membangun saluran drainasi Sunter Barat dan Timur untuk mitigasi banjir di Jakarta
Timur.
9

Membangun pompa pembuang dari polder di Jakarta Barat dan Timur.


Mengisolasi tempat buangan sampah.
Memelihara saluran-saluran drainasi dengan melakukan pembilasan.
B. Study on Urban Drainage and Waste Water Disposal in DKI Jakarta (1991).
Tujuan dari studi ini adalah: (i) memformulasikan suatu masterplan drainasi, sanitasi, dengan
tahun target tahun 2010. dan (ii) assess the feasibility study for drainage and sewerage
development for priority areas selected by the master plan. Rekomendasi kunci:
Menyiapkan studi penurunan tanah dan pengisian kembali air tanah.
Memperbaiki jejaring stasiun hidrologi dengan menambah stasiun hujan otomatis.
penguatan O&P, Dengan penekanan pada pengerukan berkala, pembuangan sampah dan
rehabilitasi dan perbaikan operasi fasilitas pengendalian banjir.
Peningkatan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi.
C. Quick Reconnaissance Study Flood JABODETABEK (Rijkswaterstaat, 2002).
Studi ini merupakan respon dari kejadian banjir tahun 2002. Wilayah studi terdiri dari 13 sungai
penting di wilayah Jakarta, dengan jumlah luas sekitar 1,100 km2 (almost twice the size of DKI
Jakarta).

Tujuan dari studi ini adalah menyusun rekomendasi upaya jangka pendek yang

hasilnya langsung mengurangi kerusakan akibat banjir, untuk dilaksanakan selama tahun 2002
sampai tahun 2005. Jumlah biaya untuk mengimplementasikannya sekitar USD 60 juta satau
USD 90 juta jika pekerjaan pengerukan dimasukan.
Tabel II-1. Program Upaya Pengendalian Banjir Dki Jaya Yang Mendesak
INSTITUSI
No.

URAIAN KEGIATAN

PENANGGUNG

SUMBER DANA

JAWAB
A

Kebijakan dan kerangka aturan

PP Sungai

PU (SDA)

APBN

KEPMEN PU pengelolaan Sungai

PU (SDA)

APBN

10

KEPMEN PU tampungan

PU (SDA)

APBN

PP Drainasi

PU (SDA)

APBN

PERDA Rencana Induk

DPUDKI

APBD

INSTITUSI
No.

URAIAN KEGIATAN

PENANGGUNG

SUMBER DANA

JAWAB
B

Perkuatan institusi

Perkuatan organisasi BBWS CILCIS

PU (SDA)

APBN

Perkuatan SDM (PU/DPU/Tatakota)

PU / PEMDA

APBN/APBD

Implementasi PERDA rencana induk

PEMDA

APBD

INSTITUSI
No.

URAIAN KEGIATAN

PENANGGUNG

SUMBER DANA

JAWAB

Pemeliharaan dan pengerukan


Pengerukan Sungai-sungai seperti
Cakung dan Cengkareng

PU (SDA)

APBN

Pemeliharaan khusus drainasi utama

PU / PEMDA

APBN/APBD

Pemeliharaan Embung dan waduk kecil

PEMDA

APBD

Floodway, S. Sunter,

INSTITUSI
No.

URAIAN KEGIATAN

PENANGGUNG

SUMBER DANA

JAWAB
D

Pengelolaan dan pengembangan situ

11

Preservasi, proteksi dan restorasi

PU / PEMDA

APBN/APBD

Perbaikan 60 situ di JABODETABEK

PU / PEMDA

APBN/APBD

Perbaikan tujuh muara

PU/PEMDA

APBN/APBD

Bogor Raya

PU/PEMDA

APBN/APBD

INSTITUSI
No.

URAIAN KEGIATAN

PENANGGUNG

SUMBER DANA

JAWAB
E2

Pengendalian Banjir

Pembangunan banjir kanal timur

PU

APBN

Perbaikan tebing Kali Ciliwung

PU

APBN

Pemasangan pompa polder-polder

PEMDA

APBD

Perbaikan banjir kanal barat

PU

APBN

Rekomendasi kunci:
Membangun beberapa bangunan untuk mengurangi resiko banjir;
melakukan upaya non-structural mengurangi resiko akibat banjir; dan
Menyiapkan kearangka dasar dari institusi yang harus melaksanakan upaya-upaya
diatas.

D. Flood Management Study for DKI Jakarta Report (Rijkswaterstaat, 2003)


Studi ini merupakan bagian dari Perencanaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang dilakukan
oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Rijkswaterstaat (the water resources management
authority of the Netherlands).

Wilayah studi ini merupakan wilayah sungai Ciliwung dan


12

Cisadane, dan bergeser ketimur termasuk wilayah aliran Banjir Kanal Timur. Akan tetapi
rekomendasi untuk pelaksanaan terbatas hanya untuk wilayah DKI Jakarta. Penanggulangan
banjir dibagi menjadi beberapa paket kegiatan (pengerukan, pelebarab, perbaikan tebing, dan
lainnya.) perlu dilakukan dalam jangka pendek untuk menurunkan tinggi banjir di daerah
genangan. Sebagai tambahan, wilayah tersebut merupakan wilayah yang air tanahnya disedot
secara berlebihan.
Kongklusi dari studi ini adalah perbaikan kondisi sistim drainasi merupakan upaya jangka
pendek dengan meningkatan kapasitas pengaliran sungai serta saluran drainasi yang mengalir ke
laut Jawa. Perbaikan dilakukan dari arah muara sungai terus bergerak kearah ke hulu. Pada
waktu yang bersamaan sistim drainasi di wilayah bawah perlu di perbaiki dengan membangun
polder-polder penampungan dan pemasangan pompa-pompa.
Rekomendasi kunci:
execute the improvement works in flood-prone areas in North Jakarta by implementing
efficient drainage, improving pumping stations and increasing carrying capacities of the
rivers and main drains through dredging;
establish an appropriate legal and administrative framework to integrally execute flood
control improvement and new works;
allocate required funds for the implementation of high priority projects within a
taskforce to be set up between MoPW and DPU-DKI;
prioritize land acquisition required to construct the remaining works of the years 20032004, projects scheduled for the period 2005-2007 and as of 2008; and
assist with the preparation of contract documents for the proposed works.

E. Strategic Plan DKI Jakarta 2003-2007 (DKI, 2002).

13

Rencana Strategis atau Renstra dari DKI di identifikasi 78 wilayah yang sangat menderita akibat
banjir tahun 2002. Lima belas dari 78 wilayah dipilih sebagai prioritas utama untuk mengurangi
resiko kebanjiran. Rekomendasi konci untuk 15 wilayah:
merehabilitasi stasiun pompa;
penggalian sediment dan pelebaran saluran drainasi utama; dan
rehabilitasi tebing sungai.

F. Evaluation of flood control options for Ciliwung-Jakarta (MoPW, 2003).


Dasar dari studi ini, Based on this study, Bank menyiapkan suatu konsep yang terdiri dari
rekomendasi detail pada teknikal dan institusional aspek. Rekomendasi kunci pada institusional
and non-structural aspek:
Menyiapkan rencana wilayah kota untuk daerah kumuh dan relokasi penduduk keluar
dari daerah floodway;
menyiapkan dan mengimplementasikan suatu program non-struktural pengendalian
banjir (floodplain zoning, insurance and proofing, warning and flood relief) dengan
institusi yang kuat;
Menyusun institusional dan peraturan yang bernaung dibawah aturan daerah Bogor
(Propinsi Jawa Barat) yang tidak terkena dampak dari bencana banjir;
Peraturan yang mengatur pengelolaan air tanah termasuk penguatan sistim air bersih
PDAM;
Memperbaiki sistim pengumpulan dan pengelolaan genangan dan kerusakan banjir;
Mengembangkan sistim penanggulangan bencana yang berkelanjutan untuk mengurangi
dampak bencana, termasuk membangun sistim peringatan dini;
institute a GOI policy on beneficiary cost recovery (possibly based on an earmarking a
small portion of property taxes and an inflation-related national subsidy) which ensures

14

full or partial fiscal sustainability for O&M (including pumping costs) and
rehabilitation.
introduce a flood insurance scheme for private enterprises in the potentially affected
areas;
ensure appropriate involvement of civil society and NGOs in the institutional and
implementation arrangements;
consider setting up a JABOTABEK/regional flood and drainage authority, board or
commission made up of the agencies and governments who would have management
authority over planning, operation, implementation O&M and financing;
establish a national inter-ministerial body to manage policy and resource mobilization
and allocation for a program lasting 10 years for civil works and, possibly 20 years for
watershed stabilization.
Key recommendations on technical/structural aspects:
support a long-term and sustainable Watershed Stabilization Program based on a zerogrowth policy in the Puncak area coupled with an intensive structural and nonstructural soil conservation program in the upland areas (with special attention to
erosion along steep roads);
support a Program to improve the many small ponds that are in the lower catchment
area to act as detention basins for sediment and flood flows including a viable
arrangement to prevent their encroachment;
decide on a economically viable infrastructure solution to divert the four eastern river
flows either through an open or covered floodway (to reduce land-use conflicts) and, by
diversion of part of the Ciliwung River flow to the Cisadane River;
restore the capacity of the Western and Cengkareng Floodways by desilting;
demarcate the floodway for rivers and drains and gradually remove human and physical
encroachments (as was done for the Ciliwung downstream);
undertake a sustainable program of dredging the major rivers on a periodic basis.
15

improve the functioning of internal macro and minor drains through a sustainable O&M
program and pumped or gravity outfalls that will operate reliably under extreme flood
flow conditions in the recipient major drains and rivers;
improve the maintenance and operation of flood retention ponds, gates and pumping
plants inclusive of sustainable O&M funding;
develop a polder approach for high value real estate in low-lying areas with pumped
outfalls whose O&M costs are borne by beneficiaries;
provide for civil works that alleviate flooding of main highways (such as the airport toll
road).

G. DKI 3-8 and DKI 3-9: Drainage Management for Jakarta Priority Assistance (Louis
Berger et. al., 2004); Engineering Designs for Priority Drains (NEDECO et al., 2005).
The first study (DKI 3-8) focused on urban drainage management issues within DKI Jakarta, in
particular small drainage system in areas inundated during the 2002 flood. It defined a General
Improvement Plan consisting of four elements:
improvement of drain capacities by providing sufficient O&M
structural improvement of drains and appurtenant structures;
non-structural measures; and
institutional strengthening.
The report also contains a list of rivers, drains and retentions basin prioritized for urgent
maintenance dredging.
Key recommendations:
The strategy for O&M of the drainage system should concentrate on the following elements:
a. Policy
emphasize O&M management with the motto of project-oriented O&M.
16

strengthen the organization, i.e. public works services should revise their manpower
requirement,
ensure sufficient annual budgets for personnel, maintenance and equipment;
implement short and long term planning and budgeting;
implement O&M works through Suku Dinas or tender to local contractors.
b. Technical Elements
describe tasks, duties and rights of each department involved in O&M of the drainage
system, including management of river waste;
prepare an inventory of drainage networks prior to new O&M works;
execute proper procedures for O&M;
improve supervision and monitoring;
provide management training at central level;
provide training for professional staff at local level;
prepare O&M studies and pilot projects; and
prepare an O&M manual.
H. The second study (DKI 3-9) covers preliminary and detailed engineering design of
priority drains proposed under DKI 3-8.
Pusat 3-10: Outline Plan for Major Drainage and Small Lakes Management in JabodetabekBopunjur Area (Nippon Koei and Kwarsa Hexagon, 2005). This report defines an urgent,
medium-term and long-term plan for flood mitigation in Greater Jakarta. The list of programs
proposed in this Project Concept Note is largely derived from the urgent program.

Ringkasan rekomendasi Pengendalian Banjir Wilayah Jakarta Raya.

17

Dengan prakarsa pemerintah pusat telah dilakukan ekstensif studi analitik untuk banjir sebelum
dan sesudah kejadian banjir tahun 2002. Suatu kebijakan dari hasil Flood Management in
Jakarta: Causes and Mitigation.

World Bank, February 2007, menghasilkan beberapa

rekomendasi kunci terhadap usaha pengendalian banjir jangka pendek, menengah dan jangka
panjang.
Upaya mendesak (0-1 Tahun).
Berikut ini adalah upaya mendesak yang diperlukan untuk pengendalian banjir;
Perluasan/peningkatan penanggulangan bencana agar memperringan korban bencana
Banjir
Memperbaiki fasilitas infrastrukture yang rusak
Mengembangkan dan meningkatkan fungsi dari tim koordinasi pengendali banjir.
Meningkatan partisipasi publik
Menguatkan fungsi dari institusi penaggulangan bencana Banjir(Bakornas/Satkorlak).
Upaya Jangka Pendek (13 tahun).
Berikut ini adalah upaya jangka pendek yang diperlukan untuk pengendalian banjir;
Memperkuat sistim pengumpulan data hujan, hydrometry dan pemetaan lokasi banjir.
Memperbaiki Operasi dan Pemeliharaan dengan penguatan institusi dan pendanaan.
Meningkatkan kemampuan Design Unit DKI dibidang drainasi dan pengelolaan
banjir.
Memnyusun peta daerah risiko banjir akibat adanya penurunan tanah.
Menyusun dan mengimplementasikan program pengelolaan sampah yang baik.
Memperbaiki sistim pelayanan air bersih untuk mengurangi penggunaan air tanah yang
berlebihan.
Pembenahan daerah bantaran sungai.

18

Mengembangkan dan mengimplementasikan program (floodplain zoning, insurance and


flood-proofing, warning and flood relief).
Memperbaiki manajemen banjir daerah aliran sungai disekeliling DKI, termasuk
penyusunan peraturan menteri wilayah sungai urban.
Penyusunan rencana wilayah sungai Ciliwung-Cisadane.
Memperbaiki semua sistim pintu-pintu dan pompa pengendali banjir.
Jangka panjang (3 -7 tahun).
Program jangka panjang adalah menata sumua daerah aliran sungai bagian hulu seperti sungai
Ciliwung, Pesangerahan, Angke, Cipinang/ Kali Baru dan Sunter. Berikut ini adalah program
jangka panjang;
Program untuk memperbaiki dan mengembangkan embung-embung di bagian hilir yang
berfungsi sebagai penampung banjir dan sedimen.
Membangun infrastruktur untuk membelokan aliran banjir dari arah timur melalui satu
banjir kanal.
Menentukan program pengerukan sungai yang paling cocok untuk pemeliharaan yang
periodik.
Perbaikan fungsi internal macro dan minor saluran drainasi melelui program O&P yang
berkelanjutan.
Untuk lokasi pembangunan perumahan perlu selalu dibuat detention pond untuk
memenuhi konsep Zero Delta Policy.
Penguatan peraturan air permukaan dan air tanah agar mengurangi pengambilan yang
berlebihan.
Penguatan institusi yang terkait dengan sistim drainasi serta pengendalian banjir.
Mengenalkan konsep asuransi banjir.
Mengajak peran serta masyarakat dan LSM dalam pengelolaan banjir.
19

Membangun perum atau institusi pengelola banjir JABODETABEK, yang berada di bawah
dewan sumber daya air didalam kegiatan pengelolaannya.

20

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Perkembangan atau pertumbuhan penduduk di wilayah JABODETABEK sangat cepat, akibatnya
terjadi alih fungsi lahan sehingga rencana tatarung wilayah tidak dapat dipenuhi. Perubahan
prnggunaan lahan yang tidak terkendali menyebabkan meningkatnya frekuensi dan besarnya
banjir karena aliran banjir melebihi kapasitas alirnya. Salah satu upaya penanggulangan yang
biasa dilakukan adalah perbasikan sungai termasuk sarana dan prasarananya, akan tetapi upaya
ini akan sulit dilaksanakan pada sungai-sungai kota. Pengurangan besarnya puncak banjir dengan
menahan air hujan di lokasi turunnya dengan teknik detensi dan retensi yang dapat disebut
dengan pendistribusian air hujan atau banjir perlu diatur dengan peraturan pemerintah atau
peraturan daerah. Efisiennsi dari konsep pendistribusian banjir ini perlu dikaji terlebih dahulu
pada penelitian ini.
Jadi maksud dari kegiatan ini adalah menyusun konsep Flood Distribution Management di
DAS perkotaan (Urban Rivers) sehingga nantinya dapat dijadikan acuan dalam rangka
memecahkan permasalahan sungai perkotaan seperti penurunan kuantitas dan kualitas air, banjir
dan genangan yang terjadi pada daerah aliran sungainya. Daerah Aliran Sungai Ciliwung akan
dijadikan sebagai lokasi uji coba atau studi kasus penyusunan konsep Flood Distribution
Management.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun konsep Flood Distribution Management Daerah
Aliran Sungai perkotaan sebagai dasar untuk berbagai keperluan pengelolaan banjir di Daerah
Aliran Sungai perkotaan baik ditingkat pengambilan keputusan maupun ditingkat pelaksanaan di
lapangan.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan pada pemerintah di dalam menyusunan
peraturan pengendalian banjir terpadu untuk sungai perkotaan Indonesia, jadi sangat diharapkan
dapat terlaksananya penelitian ini.

21

IV. PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN


Analisa pendistribusian bamjir akibat hujan ini perlu dibantu dengan pemodelan hidrologi
dan pemodelan hidrolika.

Pemodelan hidrolika digunakan untuk menganalisis berapa

kapasitas pengaliran dari sungain yang ada, sedang pemodelan hidrologi untuk
menganalisis berapa air yang dapat di tahan oleh situ atau embung serta berapa bagian air
hujan yang harus ditahan di lokasi turunnya oleh sarana detensi dan retensi yang perlu
dibangun untuk setiap sub-DASnya.
IV.1

Pendekatan Teknis

Pola pikir dan konsep pemecahan masalah di dalam meriview merencana dan merancang
sistim drainase dan pengendalian banjir perlu mengacu pada Undang-undang No. 7/2004
tentang sumber daya air, yang cakupannya meliputi aspek konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, pemberdayaan masyarakat,
dan sistem informasi sumber daya air. Perencanaan dan perancangan sistim drainase dan
pengendalian banjir, merupakan salah satu aspek yang ada di dalam UU No. 7 Tahun 2004
yaitu pengendalian daya rusak air, mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan
pemulihan daya rusak air. Aspek pengendalian daya rusak air adalah pengendalian banjir,
pencegahan erosi dan sedimentasi, tanah longsor, dan intrusi air laut. Jadi rencana induk
drainase dan pengendalian banjir perlu mengkaji dan disusun secara terpadu dan
menyeluruh. Di dalam undang-undang No. 7 Tahun 2004, diuraikan bahwa pengendalian
daya rusak air merupakan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dengan
melibatkan peran serta masyarakat. Masyarakat mempunyai kesempatan untuk berperan di
dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap upaya pencegahan,
penanggulangan dan pemulihan daya rusak air. Berikut ini adalah beberapa hal yang
dirancang sebagai kebijakan dari pemeritah di dalam mengendalikan daya rusak air:
Meningkatkan kesiapan pemilik kepentingan dalam menghadapi daya rusak air,
dengan mencegah perubahan fungsi daerah manfaat sungai serta melaksanakan
kebersihan lingkungan untuk kelancaran aliran air.
Melindungi kawasan budidaya dari banjir, prioritas daerah pemukiman, daerah
produksi dan prasarana umum.

Keterkaitan kebijakan ini terhadap lokasi

pekerjaan adalah melakukan perlindungan daerah pemukiman, prasarana umum


dan daerah produksi non pertanian terhadap banjir.

22

Mengintegrasikan pengelolaan drainase perkotaan dan pengendalian banjir.


Pengalokasian ruang di dalam rencana tata ruang perlu memperhatikan banjir.
Melakukan pemisahan pembuangan air limbah dengan air hujan terutama pada
daerah pemukiman baru.
Menghambat peningkatan besaran debit banjir dengan menerapkan zero delta Q policy,
yaitu memasukkan norma tersebut kedalam standar, pedoman dan manual perencanaan
dan pengembangan kawasan serta melakukan upaya pengendalian erosi dan sedimentasi
pada daerah yang dikembangkan.

Gambar IV-2. Pengelolaan Sumber Daya Air adalah Kompleks


Dilihat dari sisi keseimbangan siklus hidrologi, maka dewasa ini telah terjadi degradasi
sumberdaya air sedemikian tak terkendali dan dalam skala yang cukup luas, sehingga
menyebabkan ke-tidak-seimbangan alam dari proses daur hidrologi seperti diindikasikan
dengan meningkatnya debit banjir yang terjadi di sebagian besar DAS di Indonesia,
terjadinya periode kekeringan (yang lebih lama, lebih meluas), serta menurunnya
ketersediaan air permukaan serta air tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai air baku.
Disisi lain, karena keterbatasan dalam pemeliharaan sarana-prasarana bangunan air seperti

23

bangunan pengaman sungai yang sangat terbatas, maka terdapat kondisi umum yaitu
degradasi kualitas infrastruktur bangunan air yang ada. Kondisi demikian akan
menyebabkan manfaat bangunan air tersebut menjadi tidak optimal. Beberapa
permasalahan akibat terbatasnya perhatian dan beaya untuk operasi dan pemeliharaan
bangunan keairan adalah kondisi bangunan makin rusak, tidak dapat berfungsi optimal,
kemanfaatan berkurang, bisa membahayakan, dan sangat merugikan. Akan tetapi,
mengingat bahwa air lebih merupakan sebagai barang sosial, maka upaya untuk
meningkatkan recovery dari pengusahaan air akan sangat sulit. Hal demikian
memerlukan pendekatan sosial dan budaya supaya keterlibatan masyarakat dapat
diharapkan. Dari karakteristik seperti tersebut di atas, maka salah satu kunci pokok dari
keberhasilan pengelolaan sumberdaya air adalah keterpaduan (integrasi) pengelolaan dan
keterlibatan semua parapihak. Sebagai ilustrasi dari peranan berbagai pihak (stakeholders)
disajikan di atas.
Ketika pengelolaan Sumber Daya Air (termasuk sarana-prasarananya) telah kehilangan
integritas dan keterpaduannya, maka ke-tidak-seimbangan antara sumber daya alam,
tindakan manusia (stakeholders), serta budaya masyarakat setempat dapat mengakibatkan
permasalahan banjir, kekurangan air, penurunan kualitas air, dan degradasi bangunanbangunan drainase, serta lainnya yang semakin kompleks. Pengelolaan Sumberdaya Air
merupakan sesuatu yang kompleks.
Pengelolaan banjir merupakan hal yang rumit karena melibatkan banyak parapihak, nilai
air masih lebih sebagai barang sosial daripada barang ekonomi (padahal tingkat
kepentingan dan ketergantungan kita pada air sangat vital), serta tidak mengenal batas
administrasi.

IV.1.1

Pengembangan Sistem Pengendalian Banjir Terpadu

Permasalahan mendasar yang dihadapi pada sistem drainase perkotaan adalah


meningkatnya beban sistem (debit) akibat terjadinya alih fungsi lahan, yang diperberat
dengan tingginya laju sedimentasi akibat meningkatnya erosi lahan maupun sistem
persampahan yang belum baik. Di lain pihak, penyelesaian masalah banjir perkotaan
dengan jalan meningkatkan kapasitas sistem, sangat sulit dilakukan karena keterbatasan
lahan.

24

Peningkatan debit banjir akibat alih fungsi lahan dari lahan hijau menjadi lahan terbangun
bisa berkali lipat, sementara peningkatan kapasitas sistem hampir tidak mungkin mengejar
peningkatan debit. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk mengatasi permasalahan
banjir di perkotaan kecuali dengan jalan membatasi beban / debit banjir yang masuk ke
sistem drainase.
Cara yang sudah banyak dikembangkan dan dipraktekkan adalah pengelolaan atau
pemanenan air hujan (rainwater harvesting = RWH). Konsep dasar dari metode tersebut
adalah bagaimana mengelola air hujan supaya limpasan minimal, dan/atau limpasan yang
masuk ke sistem saluran dapat diatur, dengan jalan meningkatkan resapan dan/atau
penampungan sementara.

IV.1.2

Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting = RWH)

Upaya pendistribusian banjir atau air hujan perlu menerapkan teknologi pemanenan air
hujan yang tepat memungkinkan mengubah air hujan sebagai sumber bencana menjadi
barang bernilai. Sebenarnya fasilitas pemenenan air hujan sudah diterapkan oleh nenek
moyang bangsa Indonesia ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Hal ini terlihat pada tata
permukiman tempo dulu, di mana di halaman kanan, kiri, dan belakang rumah selalu ada
parit atau kolam (bhs Jawa belumbang) sebagai panampung air hujan. Juga adanya
larangan mengurug sumur-sumur tua yang sudah tidak difungsikan. Konsep pemanenan air
hujan adalah penerapan konsep detensi dan retensi, yaitu menahan atau menampung air
hujan yang selanjutnya di serapkan ke dalam tanah.
Detensi dan retensi adalah dua upaya dalam menurunkan puncak banjir sehingga
berkurangnya kerusakan yang di akibatkannya. Penggunaaan dua istilah ini seringkali
tertukar artinya satu dengan yang lain, meskipun keduanya mempunyai arti yang berbeda.
Kolam detensi adalah suatu kolam yang dimanfaatkan untuk menampung kelebihan air
banjir yang kemudian secara perlahan dialirkan sesuai dengan penurunan aliran yang ada
di saluran drainasi atau sungai.

Sehingga arti dari kolam detensi adalah kolam

penampungan sementara aliran banjir, yang merupakan upaya konservasi dari cara
pengendalian banjir terpadu. Kolam retensi adalah satu upaya penampungan permanen air
hujan, karena air hujan yang ditampung sebagian diresapkan, sebagian diuapkan tetapi
masih diperlukan limpasan langsung sebagai pengamanan sistim. Tujuan pemanfaatan

25

kolam retensi dan kolam retensi adalah untuk menurunkan puncak banjir dan memperbaiki
kandungan air tanah suatu wilayah.
Tujuan pengembangan dan penerapan fasilitas pemanenan air hujan diantaranya adalah
sebagai berikut :
Meningkatkan keberlanjutan ketersediaan air permukaan dan air tanah
Konservasi air dengan menampung kelebihan air yang akan masuk sungai dan
mengurangi air yang terbuang percuma ke laut selama musim penghujan
Mengamankan kawasan perkotaan maupun perdesaan dari banjir dengan menahan
air di daerah tangkapannya
Menurunkan laju erosi
Memperbaiki lingkungan perkotaan maupun perdesaan
Memperbaiki kualitas air.
Komponen di dalam sistim pemanenan air hujan, adalah seperti berikut.

Hujan : hujan merupakan sumber air yang dipanen


Daerah tangkapan: areal di mana hujan terjadi
Sistem pembawa : fasilitas yang membawa air dari daerah tangkapan ke peresapan
atau penampungan
Fasilitas penyimpanan : di permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, atau
akifer.

Secara garis besar fasilitas pemanenan air hujan dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan,
yaitu fasilitas penampungan, dan fasilitas peresapan, gambar IV.2 berikut.

IV.1.3

Sumur resapan

Sumur resapan sering disebut sebagai bagian dari sistim drainase berwawasan lingkungan.
Perbedaan sistim drainase konvensional yang sampai saat ini masih dipakai, adalah pada
sistim konvensional air hujan diupayakan secepat-cepatnya disalurkan keluar dari daerah
tangkapan masuk ke sungai terus ke laut. Akibatnya saluran atau sungai bagian hilir sering
tidak mampu menampung aliran banjir yang masuk maka saluran atau sungai akan meluap
dan akan menimbulkan genangan di kanan kirinya.

26

Sumur resapan berfungsi tidak hanya menahan air hujan sebelum masuk kedalam saluran
drainase menjadi aliran permukaan tetapi juga meresapkan air hujan kedalam tanah
menjadi aliran air bawah tanah. Sumur resapan berfungsi retensi (menyimpan) dan disebut
sebagai sumur retensi.

Tipe
Detensi
(Detension
Storage
Types)

Penyimpanan
di luar lokasi
(Off-site
storage)

Kolam regulasi
(Regulation pond)
Taman
Halaman sekolah

Penyimpan

Lahan terbuka (Open space)

Fasilitas penahan

an di dalam

Lahan parkir

air hujan (Rainfall

lokasi (on-

Lahan antra blok rumah

harvesting

site

Ruang terbuka lainnya

facilities)

storage)
Parit resapan (Infiltration Tranch)

Tipe Retensi
(Infiltration
Types)

Sumur resapan (Infiltration well)


Kolam resapan (Infiltration pond)
Perkerasan resapan (Infiltration pavement)

Gambar IV-3. Fasilitas Pemanenen Air Hujan (RWH)


Pada daerah yang tanahnya kedap air sebaiknya dibuat sumur detensi (menahan). Pada
sumur detensi air hujan ditahan sebentar dalam sumur sebelum di alirkan kesaluran
drainase menjadi aliran air permukaan. Sumur detensi dapat dapat diganti dengan bak atau
drum atau tong air. Gambar berikut memperlihatkan perbedaan antara prinsip sumur
retensi, sumur detensi dan bak / tong air detensi

27

Gambar IV-4. Sumur retensi dan Sumur / bak detensi

IV.1.4

Bioretensi

Bioretensi adalah penyesuaian penataan lansekap (landscaping features) untuk mengolah


limpasan permukaan air hujan. Bioretensi sering diterapkan pada lahan parkir, dan tamantaman kota, namun dapat juga diterpkan pada taman kecil pada permukiman. Selain ditutup
tanaman, bioretention dibuat lebih rendah dari sekitarnya untuk menampung dan
menyaring hujan awal yang jatuh pada permukaan perkerasan (Gambar 5-4). Bioretensi
didisain sedemikian rupa sehingga limpasan permukaan dapat diarahkan ke lahan yang
tertutup tanaman. Tanaman menyerap air hujan dan menyaring polutan dari limpasan.
ering, air yang tersaring dialirkan melalui pipa porus di bagian bawah struktur bioretensi,
dan dikembalikan ke sistem drainase. Bioretention cocok dipakai untuk pengelolaan air
hujan di sistem drainase kecil, seperti pada lahan parkir, permukiman individual. Namun
demikian, bioretention dapat diterapkan di hampir semua kondisi tanah.

Gambar IV-5. Struktur Bioretensi

IV.1.5

Gambar IV-6. Bioretensi di Kawasan Pemukiman

GPS dan GIS

GPS (global positioning system) merupakan suatu peralatan yang canggih dan handy untuk
menentukan lokasi-lokasi di bumi. Dengan memanfaatkan peredaran satelit-satelit yang
ada, maka koordinat suatu titik dapat ditetapkan. Pada kegiatan Survai-Survai awal dan
reconaisance pekerjaan ini maka pemakaian GPS ini sangat penting dan bermanfaat dalam
menentukan titik-titik yang memerlukan perhatian, sehingga dapat diplot ke dalam peta
dengan benar. Dengan ketelitian yang masih memadai, maka peneliti juga akan

28

menggunakan alat GPS ini dalam kegiatan Survai-Survai awal lapangan. Hal demikian,
titik-titik yang perlu mendapatkan perhatian dalam Survai pengukuran lebih detail dapat
disampaikan kepada asisten ahli geodesi dan Surveyor secara lebih tepat. Selain itu, hal ini
juga sangat membantu dalam melakukan identifikasi di lapangan yang dapat diacu secara
bersama-sama secara tepat.
GIS (geographycal information system) atau SIG merupakan suatu framework sistem
informasi geografis yang memungkinkan informasi-informasi dapat disaling hubungkan
secara fungsional dan secara spatial. Dalam SIG ini, peranan dari ketepatan dan
kekomplitan database dari informasi sangat vital. Setelah itu, pemanfaatan dari SIG
menjadi sangat membantu dalam pengkajian, analisa-analisa spatial, dan pengambilan
keputusan. Dalam skala pekerjaan ini, maka peneliti akan semaksimal mungkin
menggunakan framework SIG guna mempermudah pengkajian dan analisa. Selain itu,
setiap perkembangan data dan informasi dimasa yang akan datang akan dengan mudah
diakomodasi.
IV.1.6

Software-Software Yang Digunakan Pada Analisis

Dalam pengkajian menyeluruh dan komprehensip perencanaan dan perancangan sistim


drainase ini, maka penggunaan software-software terkait akan sangat membantu
pengkajian secara komprehensip dan terpadu. Software yang akan di gunakan sebagai alat
bantu didalam pekerjaan perencanaan (detail desain) ini adalah HECHMS dan HECRAS,
yang merupakan publik software. Dengan demikian penggunaan model ini legal secara
hukum. HECHMS adalah model hidrologi sedang HECRAS adalah model hidrolika satu
dimensi.

29

I. HEC-HMS

Gambar IV-7. Basin model pada HEC-HMS

30

Gambar IV-8 Contoh struktur dari sumur resapan.

31

HEC-HMS adalah model hidrologi yang dipergunakan untuk menganalisa debit banjir dan
analisis penelusuran banjir (flood routing). HEC-HMS merupakan rainfall-runoff model
untuk suatu daerah aliran sungai yang modelnya berdasarkan data fisik. Unit hidrograf
model adalah konsep dasar dari model ini dan mempunyai berbagai teknik penelusuran
banjir. Model ini dilengkapi pula dengan kemampuan untuk mengkalibrasi analisisnya
dengan data hasil pengukuran atau pengamatan. Embung pengendali aliran merupakan
salah satu elemen yang tersedia di dalam model dengan inflow dapat lebih dari satu yang
datangnya dari elemen basin. Assumsi yang dipakai pada analisis penelusuran banjirnya
adalah metoda pool. Dengan salah satu alternatip tipe pelimpah yang dapat digunakan
adalah Oge spillway. Jika diinginkan puncak dari embung pengendali banjir dapat pula
di analisis sebagai Emergency spillway. Panjang dan elevasi puncak embung harus
dimasukan sebagai salah satu input dari model, dengan koefisien debitnya berkisar antara
2.6 sampai 4. Model ini dapat pula menganalisis pompa yang memompa air yang keluar
dari embung, meskipun kemampuan ini jarang diperlukan pada kolam tando pengendali
banjir. Karena biasanya kolam tando yang menggunakan pompa terletak didataran rendah
maka tipe pompa yang tersedia adalah pompa dengan aliran yang besar tetapi tinggi
pemompaannya rendah.

IV.2

Pendekatan Operasi

Konsep utama penyusunan sistim Flood Distribution Management dan Urban River,
sungai Ciliwung di wilayah Jawabarat dan DKI Jakarta adalah mengalirkan air hujan atau
banjir dari daerah atas/hulu melalui Flood Way. Flood Way merupakan sistim sungai
yang bertanggul untuk mengalirkan air dari hulu langsung kelaut, oleh karena itu air dari
kanan kiri sungai tidak dapat masuk dengan cara gravitasi. Untuk mengalirkan banjir
akibat hujan di wilayah bawah menggunakan sistim jaringan drainasi sendiri dan dipompa
kelaut setelah ditampung di polder. Pengendalian pengaruh rob perlu digunakan tanggul
laut dan pitu-pintu kelep atau bendung karet.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya

bahwa kegiatan pekerjaan ini cukup

kompleks dan saling terkait, maka dengan melakukan tahapan kegiatan secara baik dan
tepat waktu diharapkan pekerjaan penelitian ini dapat dikerjakan dengan lancar. Untuk itu
kesinambungan setiap kegiatan mutlak diperlukan dan harus dilaksanakan dengan disiplin
yang ketat, sehingga jadwal yang sudah ditentukan akan dipenuhi dengan tepat.

32

IV.2.1

Koordinasi

Dalam pelaksanaan penanganan penelitian ini, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar
instansi yang berkepentingan dan terkait dengan pekerjaan ini. Instansi yang terkait
didalam penanganan pekerjaan penelitian ini, yaitu pemerintah propinsi DKI Jakarta, juga
instansi lain yang terdapat di daerah, antara lain Badan Meteorologi dan Geofisika, Balai
Besar Wilauah Sungai Ciliwung Cisadane, Bappeda setempat, Departemen Pertanian dan
lain-lain. Koordinasi disini mutlak diperlukan agar didapat hasil akhir yang maksimum.
IV.2.2

Program Kerja

Dalam suatu perencanaan dan perancangan sistim drainase, terlebih dahulu harus
dilakukan survai atau identifikasi permasalahan dari daerah atau lokasi yang bersangkutan
guna memperoleh data yang berhubungan dengan perencanaan yang lengkap dan teliti.
Dalam perencanaan drainase ini kami membuat metodologi penyusunan sebagaimana
disajikan dalam

bagan alir pelaksanaan penelitian. Secara umum seluruh kegiatan

perencanaan sistim drainase dapat dikelompokan ke dalam 5 (lima) tahap, yaitu:

Survey dan Inventarisasi Permasalahan sebagai data awal.


Analisis dan Evaluasi
Penyusunan Draft Laporan Akhir
Penyusunan Laporan Akhir

Kegiatan A : Survey dan Inventarisasi Permasalahan sebagai data awal.


Kegiatan survey dan inventarisasi permasalahan dimaksudkan untuk mengumpulkan data
awal dalam rangka untuk menyusun Laporan Pendahuluan. Dalam tahap ini meliputi
beberapa kegiatan, yaitu:

Mobilisasi personel, bahan dan alat


Tinjauan lapangan dan identifikasi masalah
Review terhadap hasil studi sebelumnya
Studi pustaka
Inventarisasi studi menjadi konsep pengendalian banjir dan drainase
Studi kondisi fisik sarana dan prasarana pengendalian banjir
Evaluasi dan analisa data meteorologi/hidrologi, daerah tangkapan dan tata guna

lahan
Evaluasi dan analisa data kependudukan dan sosek
Studi pengendalian banjir DKI Jakarta yang ada dan program mendatang.
Review RTRW dan penggunaan lahan yang ada.
Evaluasi hasil studi alternatif pengendalian banjir dan drainase

33

Hasil dari kegiatan Kegiatan A ini dituangkan dalam bentuk deatail tahpan atau jadwal dan
metodologi pelaksanaan pekerjaan.

Jadwal pelaksanaan pekerjaan


Metodologi dan bagan alir rencana kerja detail
Hasil identifikasi permasalahan
Hasil evaluasi data sekunder
Foto-foto lapangan

Kegiatan B : Analisis dan Evaluasi


Tahap berikutnya adalah Analisis pada pekerjaan penelitian ini terdiri dari:

Analisis batas catchment area


Menghitung hujan rencana
Evaluasi dampak akibat Global Warming
Evaluasi tata ruang dan penggunaan lahan yang optimal.
Analisis pengaruh pasang air laut
Analisis hidrologi
Penyusunan criteria sungai urban
Analisis pemanenan air hujan
Analisis hidraulik dan daerah genangan

Hasil dari kegiatan Kegiatan B ini dituangkan dalam bentuk Laporan Interim yang berisi :
Hasil penyusunan prinsip flood distribution management dan kriteria River
Urban
Persiapan dalam analisis rekomendasi dan penyusunan konsep hasil studi
Hasil perhitungan pemanenan air hujan.
Kegiatan C : Penyusunan Draft Laporan Akhir
Berdasarkan Kegiatan C dilakukan penyusunan draft laporan akhir. Tahap ini meliputi
kegiatan-kegiatan antara lain:

Analisa sensitivitas tataguna lahan


Analisa sensitivitas parameter model hidrologi.
Analisa sensitivitas parameter model hidrolika
Penyusunan Laporan
Penulisan publikasi
Penulisan Tugas Akhir S1

Kegiatan D : Penyusunan Laporan Akhir


Langkah terakhir dari pekerjaan ini adalah menyusun dan/ atau memperbaiki laporan
berdasarkan saran dan masukan yang diperoleh dari hasil diskusi Draft Laporan Akhir.

34

Laporan Akhir Pekerjaan Penelitian ini meliputi :

Laporan Akhir
Publikasi ilmiah
Tugas akhir S1
Laporan-laporan Pendukung.

35

KEGIATAN C
PENYUSUNAN DRAFT
LAPORAN AKHIR

KEGIATAN B
ANALISIS DAN EVALUASI

KEGIATAN A
SURVEY&
IDENTIFIKASI

PERMASALAHAN

KEGIATAN D
PENYUSUNAN
LAPORAN AKHIR

MULAI

PERSIAPAN, SURVEY
PENDAHULUAN DAN
ANALISA DATA

ANALISIS DAN EVALUASI

Mobilisasi personel, bahan dan


alat
Tinjauan lapangan dan identifikasi
masalah
Review terhadap hasil studi
sebelumnya
Inventarisasi studi menjadi konsep
pengendalian banjir dan
drainase
Studi kondisi fisik sarana dan
prasarana pengendalian banjir
Evaluasi dan analisa data
meteorologi/hidrologi, daerah
tangkapan dan tata guna lahan
Evaluasi dan analisa data
kependudukan dan sosek
Studi pengendalian banjir DKI
Jakarta yang ada dan program
mendatang.
Review RTRW dan penggunaan
lahan yang ada.
Evaluasi hasil studi alternatif
pengendalian banjir dan
drainase

Analisis batas catchment area


Menghitung hujan rencana
Evaluasi dampak akibat Global
Warming
Evaluasi tata ruang dan
penggunaan lahan yang optimal.
Analisis pengaruh pasang air laut
Analisis hidrologi
Penyusunan criteria sungai urban
Analisis pemanenan air hujan
Analisis hidraulik dan daerah
genangan

PENYUSUNAN DRAFT
LAPORAN AKHIR

Analisa sensitivitas tataguna


lahan
Analisa sensitivitas parameter
model hidrologi.
Analisa sensitivitas parameter
model hidrolika
Penyusunan Laporan
Penulisan publikasi
Penulisan tesis S2
Penulisan Tugas Akhir S1

HASIL TENGAHAN
Hasil penyusunan prinsip flood
distribution management
Persiapan dalam analisis
rekomendasi dan penyusunan
konsep hasil studi
Hasil perhitungan pemanenan air
hujan

DRAFT LAPORAN AKHIR

DISKUSI
DRAFT LAPORAN
AKHIR

HASIL PENELITIAN AWAL


DISKUSI
Hasil penelitian tengahan

Jadwal pelaksanaan pekerjaan


Metodologi dan bagan alir rencana
kerja detail
Hasil identifikasi permasalahan
Hasil evaluasi data sekunder
Foto-foto lapangan

SELESAI
Ya

DISKUSI
Metodologi dan hasil penelitian awal

LAPORAN AKHIR
HASIL PENELITIAN
Laporan Akhir
Publikasi Ilmiah
Laporan Tugas Akhir S1
Laporan Pendukung
Data muka air laut, curah
hujan dan data
hidrometri
Prinsip perhitungan
model hidrologi dan
model hidrolika
Perhitungan detail
terhadap pemanenan
air hujan dan usulan
penanganan
Rekomendasi penyusunan
kriteria sungai urban
Rencana peraturan
operasional dan
Pemeliharaan sungai
urban

PERLU
PERBAIKA
N?

Ya

PERLU
PERBAIKA
N?

Tidak

Tidak

Ya

PERLU
PERBAIKA
N?
Tidak

36

Gambar IV-9 Penelitian Konsep Flood Distribution Management sungai perkotaan.

37

V. PELAPORAN DAN PEMBAHASAN HASIL ANALISA


SeSitu memainkan peranan penting dalam pengendalian banjir dengan menahan hidrograp
aliran masuk dan mengurangi debit puncak aliran keluar hingga dapat mengurangi
kapasitas saluran yang diperlukan di bagian hilir. Situ-situ berlaku sebagai tampungan
detensi dan harus di lestarikan dan dikembangkan untuk mengurangi debit banjir sebagai
fungsi utamanya. Keefektifan situ untuk pengendalian banjir sangat tergantung pada
bangunan keluarannya.(outlet structure). Banyak situ mempunyai bangunan pelimpah tetap
dan pintu pengatur. Bangunan outlet telah dioptimasi oleh Peneliti untuk seluruh situ di
daerah tengah (Central Region) dari Jabodetabek.

V.1

Analisa Hidrologi HECHMS

Simulasi hujan menjadi aliran permukaan merupakam simulasi yang rumit karena proses
yang sebenarnya terjadi di bumi adalah suatu proses yang sangat rumit, oleh karena itu
perlu dilakukan penyederhanaan dan asumsi-asumsi dari seluruh kejadiannya ke dalam
sebuah model. Model analisis hujan-aliran yang sederhana dan penggunaannya mudah,
adalah model Rasional. Model ini menganalisa hubungan hujan-limpasan permukaan
dengan keluaran berupa debit puncak. Penerapan model ini hanya dibatasi pada DAS kecil
(Sobriyah, 2005; Iman Subarkah, 1978 dan Ponce, 1989).
Modifikasi model Rasional untuk DAS ukuran sedang, dilakukan dengan membagi DAS
menjadi sub DAS sub DAS dengan garis isochrone yang melintang sungai ada;ah model
time area. Untuk model rasional, waktu konsentrasi sub DAS samadengan interval waktu
hujannya (Viessman, 1977, Ponce, 1989, Wanieliesta, 1990). Besarnya nilai koefisien
limpasan C di tentukan berdasarkan tataguna lahannya dan menggunakan sistim grid
(Sobriyah dan Sudjarwadi, 1998).
Permasalahan menarik yang kemudian muncul yaitu bagaimana memperkirakan debit
banjir DAS besar. Daerah aliran sungai ciliwung dapat dikatagorikan DAS besar, oleh
karena itu pemodelannya dilakukan dengan menggunakan model hidrograf satuan sintetik
SCS yang dikembangkan oleh U.S. Soil Concervation Service (sekarang Natural
Resources Conservation Service, NRCS). Parameter dari model ini berupa harga CN dan
persen tutupan lahan dari suatu sub-das. Parameter ini ditentukan denan menggunakan
peta topografi (Rupa Bumi), Peta satelit, peta jenis tanah dan data DEM.

Analisa hidrologi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
hidrologi HEC-HMS. Pemodelan hidrologi menggunakan teknik hidrograf sintetik SCS
untuk 13 daerah aliran sungai yang termasuk didalam wilayah sungai Ciliwung dan dibagi
dalam 450 sub-das. Analisan aliran dari ketiga belas sungai tersebut di lakukan secara
bersamaan dalam suatu jejaring dengan menggunakan teknik steady non-uniform flow.
V.1.1

Analisa data hujan

V.1.2

Analisa debit aliran sungai

Basin model pada perangkat lumak HEC-HMS disusun atas gambaran fisik daerah
tangkapan air dan sungai. Elemen-elemen hidrologi yang saling berhubungan merupakan
jaringan yang mensimulasikan proses terjadinya limpasan permukaan (run off).
Permodelan hidrograf satuan pada luas area yang besar perlu dilakukan pemisahan atau
pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi beberapa sub-DAS berdasakan
percabangan sungai, dan perlu diperhatikan batas-batas topografi daerah yang berpengaruh
pada DAS tersebut.
Pada basin model ini dibutuhkan peta background yang dapat diimport dari CAD
(Computer Aided Design) maupun GIS (Geografic Information System). Elemen-elemen
yang digunakan untuk mensimulasikan limpasan adalah subbasin, reach, dan junction.
Berikut ini adalah gambaran Sub DAS pada daerah studi. Langkah langkah dalam
perhitungan debit banjir rencana dengan HEC-HMS :
Membuat basin model, untuk menggambarkan DAS dan elemen-elemennya.
Membuat meteorologic model sebagai input data bagi basin model.
Membuat control spesification yang digunakan sebagai control terhadap data pada
meteorologic model.
Menjalankan program dengan run manager untuk mendapatkan hasil simulasi.
V.1.3

Basin Model (Model Daerah Tangkapan Air)

Pada basin model tersusun atas gambaran fisik daerah tangkapan air dan sungai. Elemenelemen hidrologi berhubungan dengan jaringan yang mensimulasikan proses limpasan
permukaan (run off). Permodelan hidrograf satuan sintetik memiliki kelemahan pada luas
area yang besar, maka perlu dilakukan pemisahan area basin menjadi beberapa sub basin
berdasakan percabangan sungai, dan perlu diperhatikan batas-batas luas daerah yang
berpengaruh pada DAS tersebut.

Pada basin model ini dibutuhkan peta background yang dapat diimport dari CAD
(Computer Aided Design) maupun GIS (Geografic Information System). Elemen-elemen
yang digunakan untuk mensimulasikan limpasan adalah subbasin, reach, dan junction.
Berikut ini adalah gambaran Sub DAS pada daerah studi.
V.1.4

Proses Kehilangan Air pada Sub-Das

Model untuk perhitungan kehilangan air hujan pada sub-das adalah pemodelan untuk
menghitung kehilangan air yang terjadi karena proses intersepsi dan pengurangan
tampungan. Metode yang digunakan pemodelan ini adalah SCS Curve Number. Limpasan
permukaan dalam model HEC-HMS merupakan hujan efektif yang didapat dari curah
hujan dikurangi dengan intersepsi, infiltrasi, tampungan detensi, evaporasi dan transpirasi.
Soil Conservation Service (SCS) Curve Number (CN) model adalah salah satu model
infiltrasi yang merupakan fungsi komulatif dari curah hujan, tutupan tanah, dan kandungan
air sebelumnya yang dihitung dengan rumus berikut.

Dimana;

Pe

Akumulasi tinggi hujan efektif pada waktu t,

Akumulasi tinggi hujan

Ia

Kehilangan awal,

Potensi maximum retensi

pada waktu t,

Limpasan permukaan atau larian akan terjadi bila curah hujan telah melebihi kehilangan
awal. Dari analisis dan penelitian yang ada, SCS mengembangkan suatu formula empiris
hubungan Ia dan S.

Jadi rumusan hujan efektif dapat di rubah menjadi rumusan seperti berikut;

Nilai maksimum retensi S dan sifat dari daerah aliran sungai dapat di perkirakan dengan
parameter Curve Number (CN) yang harganya dapat ditentukan atau di estimasi
berdasarkan penggunaan lahan, jenis tanah dan kandungan air tanah awal.

25400 254CN
CN

Nilai CN berkisar dari 100 (untuk badan air) dan nilai CN sekitar 30 untuk tanah yang
lolos air. Tabel pedoman harga CN untuk setiap kondisi tanah dan penggunaan lahan dapat
dilihat pada lampiran. Nilai CN composit pada suatu daerah aliran sungai dapat dihitung
dengan rumus berikut;

CN composit
Dimana:

CNcomposite =
i

A CN
A
i

nilai CN yang digunakan dalam model HECHMS

indek dari sub-divisi daerah aliran sungai yang penggunaan


lahan dan jenis tanahnya sama atau seragam.

V.1.5

CNi

Nilai CN untuk sub-divisi i.

Ai

luas daerah aliran sungai sub-divisi i.

Hidrograf satuan sintetik SCS

Air hujan yang tidak terinfiltrasi atau jatuh secara langsung ke permukaan tanah akan
menjadi limpasan permukaan. Limpasan permukaan yang terjadi akan mengalir ke palung
sungai suatu DAS, limpasan permukaan tersebut (direct runoff) mengalir sesuai dengan
gradien kemiringan tanah kea rah sungai. Transform method (metode transformasi)
digunakan untuk menghitung aliran langsung dari limpasan air hujan. Dalam studi ini
teknik transformasi yang digunakan adalah teknik hidrograf satuan sintetik SCS.
Pada pemodelan ini parameter yang dibutuhkan adalah Lag, yaitu tenggang waktu (time
lag) antara titik berat hujan efektif dengan titik berat hidrograf. Parameter ini didasarkan
dan diturunkan pada data dari beberapa daerah tangkapan air wilayah pertanian. Parameter
tersebut dibutuhkan untuk menghitung puncak dan waktu hidrograf, secara otomatis model
HEC-HMS akan membentuk ordinat-ordinat hidrograf dan fungsi waktu.
Lag (Tp) dapat dicari dengan rumus :
Tp = 0,6 x tc
tc =

0,87 * L2

1000 * S

0,385

Dimana :
L
S
tc

= Panjang lintasan maksimum


= Kemiringan rata-rata
= Waktu konsentrasi

670000

680000

690000

700000

710000

720000

730000

9320000

9320000

JAKARTA UTARA
JAKARTA BARAT
JAKARTA PUSAT

9310000

9310000

KOTA TANGERANG

JAKARTA TIMUR
KAB. TANGERANG

JAKARTA SELATAN

9300000

9300000

KOTA BEKASI

9290000

9290000

KOTA DEPOK

9270000

9270000

9280000

9280000

KAB. BOGOR

KOTA BOGOR

9260000

9260000

LOKASI
#

9250000

9250000

KAB. BOGOR

670000

680000

GAMBAR :

690000

700000

710000

KETERANGAN :
W

Sungai / Drainase

Batas Sub DAS

730000

Batas Wilayah

PETA SUB DAS

720000

S
0

10 Kilometers

Sub DAS

DINAS PEKERJAAN UMUM


PROVINSI DKI JAKARTA

Gambar V-10. Peta Sub DAS

Gambar V-11. Basin Model Pada Lokasi Pekerjaan

670000

680000

690000

700000

710000

720000

730000

9320000

9320000

JAKARTA UTARA
JAKARTA BARAT
JAKARTA PUSAT

9310000

9310000

K al i Ul uj ami

K al i Sepak

KOTA TANGERANG

JAKARTA TIMUR
KAB. TANGERANG

JAKARTA SELATAN

9300000

9300000

KOTA BEKASI

9290000

9290000

KOTA DEPOK

9270000

9270000

9280000

9280000

KAB. BOGOR

KOTA BOGOR

9260000

9260000

LOKASI
#

9250000

9250000

KAB. BOGOR

670000

GAMBAR :

680000

690000

KETERANGAN :
Sungai / Drainase
Batas Wilayah
Tata Guna Lahan :
Air Laut

PETA LANDUSE

Air Tawar
Belukar_Semak
Empang
Gedung Perkantoran
& Permukiman

700000

710000

720000

730000

N
Hutan
Kebun

Pasir Darat

Rawa
Rumput

10 Kilometers

Sawah Irigasi
Sawah Tadah Hujan
Tanah Berbatu
Tanah Ladang_Tegalan

Gambar V-12. Peta Tata Guna Lahan

DINAS PEKERJAAN UMUM


PROVINSI DKI JAKARTA

670000

680000

690000

700000

710000

720000

730000

9320000

9320000

JAKARTA UTARA
JAKARTA BARAT
JAKARTA PUSAT

9310000

9310000

KOTA TANGERANG

JAKARTA TIMUR
KAB. TANGERANG

JAKARTA SELATAN

9300000

9300000

KOTA BEKASI

9290000

9290000

KOTA DEPOK

9270000

9270000

9280000

9280000

KAB. BOGOR

KOTA BOGOR

9260000

9260000

LOKASI
#

9250000

9250000

KAB. BOGOR

670000

GAMBAR :

680000

690000

KETERANGAN :
Sungai / Drainase
Batas Wilayah
Jenis Tanah :
Aluvial Coklat Kekelabuan

PETA JENIS TANAH

Aluvial Hidromorf
Latosol Coklat
Latosol Coklat Tua Kemerahan
Aluvial Kelabu Tua
Asosiasi Aluvial Kelabu
dan Aluvial Coklat Kekelabuan

Gambar V-13. Peta Jenis Tanah

700000

710000

Asosiasi Latosol Merah,


Latosol Coklat Kemerahan
dan Laterit Air Tanah
Asosiasi Latosol Coklat
Kemerahan dan Latosol Coklat
Kompleks R egosol Kelabu
dan Litosol
0
Asosiasi Andosol Coklat
dan Regosol C oklat
Asosiasi Glei Humus Rendah
dan Aluvial Kelabu

720000

730000

N
W

E
S

10

12 Kilometers

DINAS PEKERJAAN UMUM


PROVINSI DKI JAKARTA

670000

680000

690000

700000

710000

720000

730000

9320000

9320000

JAKARTA UTARA
JAKARTA BARAT
JAKARTA PUSAT

9310000

9310000

K al i Ul uj ami

K al i Sepak

KOTA TANGERANG

JAKARTA TIMUR
KAB. TANGERANG

JAKARTA SELATAN

9300000

9300000

KOTA BEKASI

9290000

9290000

KOTA DEPOK

9270000

9270000

9280000

9280000

KAB. BOGOR

KOTA BOGOR

9260000

9260000

LOKASI
#

9250000

9250000

KAB. BOGOR

670000

GAMBAR :

680000

690000

700000

710000

720000

730000

KETERANGAN :
Sungai / Drainase

Batas Wilayah

Nilai CN :

PETA NILAI CN

51.85 - 71.72

10 Kilometers

71.72 - 87.11
87.11 - 90.91
90.91 - 93.12
93.12 - 95

Gambar V-14. Peta Nilai CN

DINAS PEKERJAAN UMUM


PROVINSI DKI JAKARTA

Tabel V-2. Hasil Perhitungan Lag Time, CN dan Impervious tiap Subdas (Subbasin)

No

NAMA DAS

Lag (mnt)

CN

Impervious (%)

Agung Perkasa

63.12

93.55

61.60

Agung Perkasa Raya

144.70

93.86

63.99

Ahmad Yani

140.77

92.80

53.69

Anak Anak Ciliwung 16 1

228.86

67.17

5.93

Anak Anak Ciliwung 16 2

179.26

74.87

5.66

Anak Anak Ciliwung 16 3

117.22

56.70

5.88

Anak Anak Ciliwung 18 1

203.35

82.89

6.25

Anak Anak Ciliwung 18 2

182.89

83.22

5.91

Anak Anak Ciliwung 18 3

206.39

83.02

5.11

10

Anak Anak Ciliwung 5 1

287.31

53.01

5.00

11

Anak Anak Ciliwung 5 2

370.13

54.61

5.00

12

Anak Anak Ciliwung 7 1

448.73

75.38

7.76

13

Anak Anak Ciliwung 7 2

319.98

83.38

10.26

14

Anak Anak Ciliwung 7 3

483.69

69.51

8.94

15

Anak Anak Ciliwung 8 1

245.40

63.17

17.20

16

Anak Anak Ciliwung 8 2

331.10

60.73

5.32

17

Anak Anak Ciliwung 8 3

171.82

68.36

5.00

18

Anak Anak Ciliwung 8 4

282.94

61.80

5.00

19

Anak Caringin

519.57

89.45

23.66

20

Anak Ciesek 1

243.60

85.38

9.34

21

Anak Ciesek 2

277.89

85.98

17.68

22

Anak Ciesek 3

282.93

84.14

9.28

No
23

NAMA DAS
Anak Ciesek 4

Lag (mnt)
405.12

CN
84.60

Impervious (%)
6.46

24

Anak Cilember 1

166.03

86.42

9.06

25

Anak Cilember 2

283.14

84.69

6.35

26

Anak Ciliwung 1

64.83

91.05

39.98

27

Anak Ciliwung 10

316.39

59.52

13.45

28

Anak Ciliwung 11

340.36

54.24

10.95

29

Anak Ciliwung 12

257.00

71.72

26.35

30

Anak Ciliwung 13

167.69

55.68

9.24

31

Anak Ciliwung 15

167.32

58.82

8.02

32

Anak Ciliwung 16

179.50

51.85

9.30

33

Anak Ciliwung 17

156.97

67.83

18.02

34

Anak Ciliwung 18

170.90

77.66

23.38

35

Anak Ciliwung 19

238.36

85.55

7.39

36

Anak Ciliwung 2

192.21

87.05

10.61

37

Anak Ciliwung 3

127.19

90.91

32.26

38

Anak Ciliwung 4

188.71

92.70

49.20

39

Anak Ciliwung 5

478.75

87.25

11.82

40

Anak Ciliwung 6

176.17

87.98

10.74

41

Anak Ciliwung 7

245.53

85.65

5.58

42

Anak Ciliwung 8

583.07

80.02

20.85

43

Anak Ciliwung 9

340.36

80.94

36.03

44

Anak Ciluar

256.69

90.97

31.27

45

Anak Ciluar 1

217.61

89.45

22.18

46

Anak Jelangkeng

219.18

93.43

57.10

47

Anak Krukut

232.11

91.42

30.50

No
48

NAMA DAS
Anak Pesanggrahan 7

Lag (mnt)
294.85

CN
88.86

Impervious (%)
22.49

49

Anak Seuseupan 1

219.83

88.85

20.68

50

Anak Seuseupan 2

426.76

88.68

14.27

51

Anak Seuseupan 3

226.68

89.62

23.80

52

Ananta Raya

180.51

50.00

5.00

53

Angkasa Raya

139.91

94.06

64.55

54

Angke 1

349.43

90.32

33.56

55

Angke 2

1170.58

92.39

38.99

56

Angke 3

1036.48

91.09

25.92

57

Angke 4

4363.20

91.17

27.85

58

Angke 5

661.62

91.67

31.72

59

Asem Raya

9.20

94.47

59.72

60

Babakan 6

408.31

92.65

49.24

61

Bangka

10.15

94.21

58.25

62

Bangka 11 C

10.55

94.62

62.87

63

Banjir Kanal Barat

1399.96

88.29

44.77

64

Banjir Kanal Barat Hulu

166.23

94.03

59.41

65

Basoka

38.41

91.09

43.21

66

Batu Raja

7.50

90.84

36.20

67

Bebek Abri

142.42

86.65

11.16

68

Bekasi Barat

46.94

92.47

39.69

69

Biduri

52.39

94.00

65.00

70

Bima Sakti

37.37

93.12

59.74

71

BKKBN

9.55

93.22

47.26

72

Blencong Lower

159.08

90.27

32.74

No
73

NAMA DAS
Blencong Upper

Lag (mnt)
590.86

CN
90.27

Impervious (%)
32.74

74

Bogor Raya

109.94

89.62

16.76

75

Bojong Indah 1

39.80

94.90

64.04

76

Bojong Indah 2

26.85

95.00

65.00

77

Bojong Rangkong lower

85.17

93.23

50.01

78

Bojong Rangkong upper

173.15

93.23

50.01

79

Bojongsari 1

533.92

89.53

24.60

80

Bren

41.07

93.73

63.00

81

Buaran - Jatikramat lower

284.00

92.83

10.00

82

Buaran - Jatikramat upper

626.51

92.83

10.00

83

Buaran lower

19.06

93.73

54.85

84

Buaran upper

245.58

93.73

54.85

85

Budi Harapan

86.41

94.11

57.90

86

Budi Mulia

124.97

93.11

59.23

87

Buluh Perindu Track 2

798.01

50.00

5.00

88

Buluh Perindu Track 3 lower

436.96

50.00

5.00

89

Buluh Perindu Track 3 upper

659.45

50.00

5.00

90

Bulu Perindu Track 4

676.39

50.00

5.00

91

Bungur Besar Barat

152.05

92.84

50.15

92

Bungur Besar Timur

149.16

93.06

53.81

93

Cakung FW - Cakung

487.90

55.00

7.00

94

Cakung FW - Cakung 1

952.60

55.00

7.00

95

Cakung FW - Cakung 2

754.15

55.00

7.00

96

Cakung Lama Selatan

1096.44

50.00

5.00

97

Cantiga

666.77

92.87

45.61

No
98

NAMA DAS
Caringin

Lag (mnt)
465.27

CN
89.11

Impervious (%)
21.47

99

Cawang Baru

50.53

94.33

58.32

100

Ceger

47.37

91.57

37.25

101

Cempaka Pth Ry sal Utr 1

40.72

93.48

60.58

102

Cempaka Pth Ry sal Utr 2

53.64

94.00

64.98

103

Cempaka Putih

120.33

94.74

62.37

104

Cempaka Putih Barat 1

176.32

94.20

58.31

105

Cempaka Putih Barat 2

151.12

89.38

29.65

106

Cempaka Putih Ry sal Sel 1

43.41

90.53

38.55

107

Cempaka Putih Ry sal Sel 2

50.81

94.24

64.92

108

Cempaka Putih Tengah 1

53.63

94.00

65.00

109

Cempaka Putih Tengah 2

114.24

94.09

63.70

110

Cengkareng

59.52

86.01

25.33

111

Cengkareng Drain

35.50

92.98

60.06

112

Ciater

670.96

90.39

26.65

113

Cibenda

288.67

90.85

34.16

114

Cibuluh

292.80

91.81

40.20

115

Cideng

319.08

93.05

46.25

116

Cideng 1

75.62

93.16

53.96

117

Cideng 2

109.48

93.30

69.89

118

Ciesek

363.29

88.92

23.65

119

Cijantung

152.77

93.05

49.19

120

Cikaret

660.58

89.31

26.23

121

Cikeuneuh

338.74

91.11

37.26

122

Cikini

45.63

94.18

59.81

No
123

NAMA DAS
Cikumpa

Lag (mnt)
1313.68

CN
88.74

Impervious (%)
24.25

124

Cilangkap

380.89

91.17

35.79

125

Cileduk 3

531.13

91.28

36.45

126

Cileduk Barat Kanan

15.82

95.00

65.00

127

Cileduk Barat Kiri

15.85

95.00

65.00

128

Cileduk Timur Kanan

32.38

93.72

52.17

129

Cileduk Timur Kanan 1

17.12

95.00

64.99

130

Cileduk Timur Kiri

32.45

93.81

56.86

131

Cileduk Timur Kiri 1

17.12

93.35

56.73

132

Cilember

123.00

89.54

14.67

133

Cilincing

92.41

93.56

66.33

134

Cilincing Bakti

69.34

92.88

67.57

135

Cilincing Raya

72.81

93.10

63.88

136

Ciliwung 1

144.74

91.29

44.68

137

Ciliwung 10

323.71

91.39

31.76

138

Ciliwung 11

212.01

91.05

27.88

139

Ciliwung 12

478.94

92.38

42.75

140

Ciliwung 13

238.00

89.92

17.23

141

Ciliwung 14

107.24

90.49

22.64

142

Ciliwung 15

203.22

90.57

24.11

143

Ciliwung 16

182.42

91.25

30.75

144

Ciliwung 17

131.85

90.36

21.54

145

Ciliwung 18

154.46

90.54

20.96

146

Ciliwung 19

159.64

89.73

27.68

147

Ciliwung 2

234.66

91.60

41.19

No
148

NAMA DAS
Ciliwung 20

Lag (mnt)
265.72

CN
85.06

Impervious (%)
10.56

149

Ciliwung 3

112.25

93.84

58.34

150

Ciliwung 4

100.58

94.97

64.73

151

Ciliwung 5

300.11

94.07

60.35

152

Ciliwung 6

318.70

93.57

53.84

153

Ciliwung 7

252.94

92.90

48.45

154

Ciliwung 8

208.83

93.54

53.62

155

Ciliwung 9

173.63

92.73

46.02

156

Ciliwung II

134.87

91.14

48.85

157

Ciliwung III

131.12

88.81

17.40

158

Ciluar

137.40

87.85

19.02

159

Cimanggis

561.58

90.36

33.75

160

Ciparigi

316.26

91.93

41.94

161

Cipinang - Cibubur 1

341.70

92.45

39.55

162

Cipinang - Cibubur 2

809.81

93.05

46.24

163

Cipinang - Cibubur 3

1063.34

93.05

46.24

164

Cipinang Indah

77.26

95.00

64.99

165

Cipinang Jaya lower

63.07

94.64

61.37

166

Cipinang Jaya upper

34.81

94.64

61.37

167

Cipinang Melayu

42.54

89.03

13.82

168

Cipinang Muara 1

72.65

94.87

64.35

169

Cipinang Muara 2

29.67

93.77

58.86

170

Ciputat

1019.91

91.66

37.37

171

CIRACAS

141.01

93.44

52.72

172

Cireundeu 1

20.30

93.84

54.37

No
173

NAMA DAS
Cireundeu 2

Lag (mnt)
22.56

CN
95.00

Impervious (%)
65.00

174

Cireundeu 3

36.89

94.17

56.69

175

Cireundeu 4

19.07

94.34

59.32

176

Cireundeu 5

21.71

95.00

65.00

177

Cireundeu 6

11.03

95.00

65.00

178

Cireundeu 7

38.63

93.32

50.61

179

Colector Swadaya

52.50

89.75

76.90

180

Comodor Halim

14.40

94.99

64.87

181

Condet

115.82

94.15

58.21

182

Curug 2

149.54

90.57

27.77

183

Daan Mogot

63.05

89.78

78.14

184

Daan Mogot Estate

30.76

92.21

51.54

185

Danau Sunter Selatan

81.19

90.05

38.81

186

Darma Jaya

48.68

94.60

62.52

187

Dayung

63.49

92.17

53.35

188

Depag Barat

30.47

92.20

51.52

189

Depag Timur

28.84

90.91

41.83

190

DI Panjaitan Selatan

26.17

94.88

63.84

191

Dongkelan

32.37

92.57

45.76

192

Drain Asem Kanan Selatan

20.80

90.15

38.53

193

Drain Asem Kanan Utara

13.01

88.67

25.06

194

Drain Gajah Mada Selatan

25.36

93.47

62.28

195

Drain Hayam Wuruk

23.28

88.37

22.78

196

Drain Jembatan Batu

27.50

87.11

13.31

197

Drain Jl Dahlia

26.63

93.84

57.59

No
198

NAMA DAS
Drain Jl Dempo

Lag (mnt)
36.24

CN
94.46

Impervious (%)
67.69

199

Drain Jl Kali Besar 1

10.60

91.84

48.80

200

Drain Jl Kali Besar 2

9.85

91.82

48.67

201

Drain Jl Kamboja

27.82

95.00

65.00

202

Drain Jl Lada

38.73

89.14

28.54

203

Drain Jl P Besar Timur

8.29

86.23

6.69

204

Drain Peternakan IV

28.80

93.05

57.85

205

Duri Kosambi

142.85

91.58

46.51

206

Duri Kosambi 1

25.24

92.82

60.89

207

Dwi Warna

17.26

94.00

65.00

208

Fahrudin Barat

11.90

93.29

47.88

209

Fahrudin Timur

91.39

90.71

25.94

210

Gading Raya

492.56

55.00

7.00

211

Gang Mulia

40.21

94.00

65.00

212

Gendang Hilir

130.95

94.84

63.40

213

Gendang Hulu

78.60

95.00

30.01

214

Gintung

240.77

92.15

44.30

215

Gondangdia

39.59

94.20

59.13

216

Green Garden 1

91.50

90.86

47.92

217

Green garden 10

40.32

90.10

41.99

218

Green Garden 2

69.05

92.97

57.26

219

Green Garden 3

23.75

93.40

60.48

220

Green Garden 4

45.01

91.25

44.90

221

Green Garden 5

34.62

92.54

54.68

222

Green Garden 6

40.81

93.68

62.62

No
223

NAMA DAS
Green Garden 7

Lag (mnt)
44.86

CN
93.68

Impervious (%)
62.97

224

Green Garden 8

26.35

88.96

34.73

225

Green Garden 9

46.43

92.88

62.05

226

Green Garden River II

57.64

90.19

39.52

227

Grogol 1

28.20

89.42

13.86

228

Grogol 2

88.76

93.50

51.76

229

Grogol-Petamburan

14.92

92.33

62.75

230

Grogol - Sekretaris

1362.67

93.44

52.30

231

Gutama

13.17

94.67

61.75

232

Halim PK

38.25

91.30

46.48

233

H.Baping

49.97

93.43

53.33

234

Hutan Wisata Barat 1

31.32

86.98

99.15

235

Hutan Wisata Barat 2

14.04

85.03

81.26

236

Hutan Wisata Timur

26.00

86.43

93.35

237

IKPN Bintaro

50.63

93.21

48.93

238

Jatijajar 7

192.92

89.81

30.92

239

Jati Pinggir 1

38.77

89.74

12.41

240

Jati Pinggir 2

18.89

93.39

52.21

241

Jati Pinggir 3

13.35

94.30

58.03

242

Jati Pinggir 4

18.51

94.81

63.06

243

Jati Pulo

19.35

94.74

62.80

244

Jati Pulo Culvert

18.59

94.34

60.20

245

Jatiranggon 3

540.65

89.14

21.04

246

Jatiranggon 4

219.78

89.75

30.68

247

Jatiwaringin

123.86

94.68

61.79

No
248

NAMA DAS
Jayakarta Barat Kanan

Lag (mnt)
49.19

CN
90.88

Impervious (%)
41.63

249

Jayakarta Barat Kiri

50.38

92.46

53.42

250

Jayakarta Kanan

61.37

94.00

65.00

251

Jayakarta Kiri

62.55

93.79

63.40

252

Jayakarta Timur Kanan

73.69

92.04

51.57

253

Jayakarta Timur Kiri

74.68

90.66

44.28

254

Jelambar Barat 1

30.31

90.35

81.39

255

Jelambar Barat 2

19.38

90.50

82.50

256

Jelambar Baru

34.98

90.07

79.85

257

Jelambar Selatan

36.94

90.20

80.42

258

Jelambar Utara 1

25.91

90.20

80.36

259

Jelambar Utara 2

57.77

90.50

82.50

260

Jembatan Merah

44.57

91.09

50.65

261

Jl.Panjang

24.87

94.07

62.94

262

Kali Ancol

279.92

87.51

27.92

263

Kali Apuran

82.24

92.59

54.60

264

Kali Apuran 2

8.48

89.72

35.58

265

Kali Baru

261.11

94.06

57.41

266

Kali Baru 1

106.88

93.15

65.81

267

Kali Baru 2

129.45

93.65

63.87

268

Kali Baru 3

81.16

92.43

63.41

269

Kali Baru Barat

716.20

94.23

58.37

270

Kali Baru Timur

1058.81

92.35

44.58

271

Kali Bata

156.47

92.59

48.07

272

Kali Buntu

118.47

93.57

67.13

No
273

NAMA DAS
Kali Jelangkeng

Lag (mnt)
352.97

CN
93.27

Impervious (%)
59.95

274

Kali Kamal

106.31

85.94

41.15

275

Kali Kamal (Tegal Alur)

116.65

90.65

40.68

276

Kali Mati

111.65

92.42

53.16

277

Kali Muara Karang

423.22

92.52

57.38

278

Kali Opak

137.30

90.51

43.57

279

Kali Pasir

60.85

94.44

67.75

280

Kali Pedongkalan

88.34

88.66

25.31

281

Kali Pisang

42.03

91.71

50.71

282

Kaliputih

673.98

90.30

27.98

283

Kamal

251.03

89.48

33.56

284

Kanal Baru 1

127.93

93.15

65.81

285

Kanal Baru 2

187.01

94.11

58.67

286

Kapuk Kamal Muara

34.55

80.66

31.52

287

Kapuk Muara 1&2

80.96

88.06

25.54

288

Kapuk Muara 3

64.20

90.09

36.93

289

Kapuk Muara 3B

25.06

86.40

9.99

290

Kapuk Muara 4

67.46

89.30

30.25

291

Kapuk Muara Hilir 5

95.57

92.49

53.65

292

Kapuk Muara Hilir 5a

32.26

91.77

61.78

293

Kapuk Muara Hulu 5

80.54

90.04

35.27

294

Kapuk Raya Kiri

70.92

93.23

59.46

295

Karang Anyar

55.64

92.73

55.50

296

Karet Karya

51.80

91.81

33.13

297

Kayang - Cigede Kulon

456.98

91.63

37.97

No
298

NAMA DAS
Kayu Besar

Lag (mnt)
74.91

CN
90.80

Impervious (%)
57.82

299

Kayu Mas Selatan

48.55

94.89

63.87

300

Kayu Putih Selatan

191.55

94.34

58.42

301

Kayu Putih Tengah

209.79

93.01

50.97

302

Kayu Tinggi

265.31

86.81

11.06

303

Kayu Tinggi 2

226.30

91.66

47.58

304

Kebalen

19.96

92.36

38.63

305

Kebantenan

35.14

93.88

64.12

306

Kebantenan 2

37.76

92.61

54.60

307

Kebantenan 3

89.04

93.90

65.49

308

Kebantenan 4

86.37

92.70

71.47

309

Kebon Bawang Selatan 1

226.47

93.34

60.09

310

Kebon Kacang

30.93

92.79

46.56

311

Kebon Nanas Raya

15.56

91.22

27.21

312

Kebon Nanas Timur lower

52.55

93.69

24.52

313

Kebon Nanas Timur upper

50.12

93.69

24.52

314

Kebon Sirih

53.87

91.51

30.09

315

Kebon Sirih 2

109.60

92.28

38.32

316

Kebon Sirih IV

12.69

94.96

64.62

317

Kedaung

223.01

92.78

49.70

318

Kemanggisan

47.19

94.97

64.74

319

Kemang Utara

5.27

95.00

65.00

320

Kemayoran

160.48

86.18

16.44

321

Kenari

54.94

95.00

65.01

322

Kober

38.22

94.33

58.32

No
323

NAMA DAS
Kodam Timur

Lag (mnt)
59.71

CN
94.00

Impervious (%)
64.99

324

Komando Raya

47.95

93.44

49.36

325

Konengan

23.30

93.49

62.56

326

KP. Gusti

34.36

90.29

81.82

327

Kramat Kwitang

64.44

94.82

63.21

328

Krukut 1

259.78

92.22

37.89

329

Krukut 2

726.12

93.53

50.75

330

Krukut 3

491.26

91.81

33.21

331

Ksatrian

27.73

94.99

64.87

332

Kwitang

60.75

94.80

63.05

333

Kwitang 4

44.11

94.94

64.45

334

Kwitang 5

44.22

94.78

62.84

335

Lagoa Selatan

118.41

94.00

65.00

336

Lagoa Tengah Selatan

97.67

94.00

65.00

337

Lagoa Tengah Utara

100.94

93.26

66.43

338

Lagoa Utara

92.78

93.99

65.01

339

Lautze

34.35

93.23

64.97

340

Lower Krukut

170.93

93.82

55.21

341

Mampang - Kalibata 1

158.11

94.69

61.89

342

Mampang - Kalibata 2

367.89

92.70

49.05

343

Mampang Prapatan

6.92

95.00

65.00

344

Mangga Besar

85.13

93.29

59.75

345

Mangga Besar 2

34.83

90.55

39.13

346

Mangga Besar Barat

16.80

93.99

64.93

347

Mangga Besar Timur

11.02

93.69

62.71

No
348

NAMA DAS
Mangga Dua

Lag (mnt)
49.28

CN
93.95

Impervious (%)
64.65

349

Mangga Dua Abdad

101.29

88.81

31.84

350

Mangga Dua SST

91.44

87.09

15.25

351

Mangga raya

47.00

93.97

62.15

352

Matraman Dalam

40.62

94.01

65.68

353

Matraman Dalam 1

46.27

93.74

71.32

354

Matraman Dalam 6

32.55

94.15

69.23

355

Matraman Dalam 8

34.43

93.64

71.79

356

Matraman Masjid

36.18

94.85

65.73

357

Matraman Raya

76.25

95.00

64.98

358

Merdeka Selatan

129.77

90.73

24.04

359

Meruya Track I

128.32

91.81

35.68

360

Meruya Track II

149.73

92.27

38.93

361

Meruya Track III

105.33

92.25

37.47

362

Meruya Track IV Selatan

130.90

91.82

34.96

363

Meruya Track IV Utara

64.92

91.96

38.56

364

Meruya Track V

191.63

93.11

47.24

365

Mookervart

960.71

91.56

18.83

366

Muara Karang

42.35

89.84

33.79

367

Mulia Utara

56.53

87.92

37.87

368

Muwardi

65.42

92.53

55.05

369

Naggerang

184.66

89.89

25.61

370

Nurdin

12.88

92.61

55.45

371

Old Cakung 2

2662.53

50.00

5.00

372

Old Cakung 3

1870.70

50.00

5.00

No
373

NAMA DAS
Pademangan 5

Lag (mnt)
141.29

CN
93.49

Impervious (%)
63.22

374

Pademangan Barat

219.14

89.22

30.39

375

Pademangan Timur I

89.12

91.61

54.06

376

Pademangan Timur II

56.98

89.91

39.69

377

Palem

84.43

94.26

57.95

378

Pamagersari

584.26

89.87

24.30

379

Pamulang 2

836.36

91.71

37.68

380

Panjaitan

50.23

93.12

46.21

381

Papanggo 1

129.07

91.16

46.34

382

Papanggo 1 Utara

25.45

86.01

6.09

383

Papanggo 2 Selatan

106.67

91.16

58.57

384

Papanggo 3

91.46

90.96

42.18

385

Pasar Jum'at Barat

52.87

94.48

60.48

386

Pasar Jum'at Timur

26.70

93.56

51.68

387

Pd. Karya-Kali Bangka

22.66

94.98

64.82

388

Pecenongan Kanan

26.60

93.38

63.10

389

Pecenongan Kiri

30.06

93.08

59.45

390

Pelumpang Raya Kanan

58.74

94.00

65.00

391

Pelumpang Raya Kiri

62.14

89.35

46.36

392

Pelumpang Semper Selatan I

126.42

93.24

59.29

Pelumpang Semper Selatan


393

II

87.46

93.43

61.59

394

Pelumpang Semper Utara I

124.35

93.52

61.42

395

Pelumpang Semper Utara II

87.26

91.27

48.04

396

Pemda

117.82

88.74

24.25

No
397

NAMA DAS
Pengadegan Timur

Lag (mnt)
9.26

CN
93.92

Impervious (%)
59.60

398

Pengadegan Utara

160.50

94.05

55.87

399

Perdana

21.78

89.78

78.06

400

Pergudangan 1

20.57

90.69

40.16

401

Pergudangan 2

37.67

92.91

56.89

402

Pesanggrahan 1

585.15

93.08

47.83

403

Pesanggrahan 2

647.15

93.20

47.51

404

Pesanggrahan 3

852.39

91.70

32.04

405

Pesanggrahan 4

1091.65

91.08

25.94

406

Petamburan 1 Selatan

12.69

92.45

39.46

407

Petamburan 1 Utara

11.37

89.00

5.00

408

Petamburan 2

16.32

95.00

65.00

409

Petamburan 2 Hulu

13.86

89.00

5.00

410

Petamburan 3

17.11

95.00

65.00

411

Petamburan 4

18.77

95.00

65.00

412

Petogogan

87.75

95.00

65.00

413

Petogogan 1

48.09

94.82

63.21

414

Petogogan 2

46.81

95.00

65.00

415

Petogogan 3

19.60

95.00

65.00

416

Phb Akademi Sekr

13.27

93.05

45.54

417

Phb Anyer

100.60

94.44

63.88

418

Phb Bangun Nusa

46.00

92.74

55.53

419

Phb Baru

43.21

90.56

51.49

420

Phb Cemara

130.90

93.10

58.85

421

Phb Cipinang Cempedak

44.82

94.68

61.78

No
422

NAMA DAS
Phb Empang Bahagia

Lag (mnt)
31.15

CN
90.24

Impervious (%)
81.24

423

Phb Gd. Lingk. Hidup

27.38

90.81

23.14

424

Phb Gudang Penggadaian

23.06

94.85

63.46

425

Phb Jatibarang

27.97

95.00

65.01

426

Phb Jl. Janur

37.86

93.21

47.10

427

Phb Jl. Kelapa Hijau 1

38.61

93.01

45.08

428

Phb Jl. Kelapa Hijau 2

49.56

92.92

44.16

429

Phb Jl Kelapa Permai

14.24

94.34

58.44

430

Phb Jl Lembah Nyiur

41.21

95.00

65.00

431

Phb Jl Lembah Nyiur 5

49.32

95.00

64.99

432

Phb Jl Lembah Palem

36.81

95.00

64.98

433

Phb Jl Lembah Palem Raya

36.53

95.00

65.00

434

Phb Jl Mushola

61.98

95.00

64.99

435

Phb Jl Taman Malaka

71.87

95.00

65.00

436

Phb Jl Tumpi

21.74

94.19

56.91

437

Phb Kecil

43.92

92.38

52.84

438

Phb Kelapa Barat 3

42.91

95.00

64.99

439

Phb Kelapa Barat 4

28.75

95.00

65.00

440

Phb Kelapa Barat 5

28.75

95.00

64.99

441

Phb Kemanangan

14.06

93.17

65.11

442

Phb Kramat

361.85

91.84

48.28

443

Phb Mawar

87.53

93.89

64.19

444

Phb Mawar Dayung

38.23

94.00

65.00

445

Phb Muara Raya

29.59

91.02

45.03

446

Phb Pluit Sakti

40.59

90.33

47.94

No
447

NAMA DAS
Phb Rawa Badak

Lag (mnt)
89.12

CN
92.79

Impervious (%)
65.12

448

Phb RS Haji Pondok Gede

97.36

90.62

29.86

449

Phb Sejajar Rel

32.87

90.27

80.98

450

Phb SMU 48

116.34

91.35

34.67

451

Phb Taruna

70.67

94.94

64.40

452

Phb Wesel

34.84

89.21

73.31

453

Phn Wijaya Kusuma

57.76

90.24

81.15

454

Pinang

77.74

93.88

64.43

455

Pinangsia Timur

21.54

86.92

11.92

456

Pintu Besi

96.87

93.68

64.82

457

Pluit

258.90

90.2

56.11

458

Pluit Selatan Raya

48.52

91.10

43.23

459

Pool PPD Kanan

75.23

92.81

59.28

460

Pool PPD Kiri

56.11

92.22

53.28

461

Probolinggo

65.48

94.52

62.45

462

Pulo Mas Barat

122.48

92.38

54.31

463

Pulo Mas Raya Kanan

67.95

93.22

62.25

464

Pulo Mas Raya Kiri

67.88

93.72

59.47

465

Pulo Nangka

128.87

91.54

42.29

466

Pulo Raya A

17.76

93.34

48.39

467

Pulo Raya A Hilir

27.94

93.34

48.39

468

Pulo Raya A Hulu

7.28

94.02

55.16

Pulo Raya A Hulu Inflow


469

Waduk

33.77

94.35

58.50

470

Pulo Raya B Inflow Waduk

5.58

95.00

64.99

No
471

NAMA DAS
Raden Saleh

Lag (mnt)
42.55

CN
94.94

Impervious (%)
64.39

472

Ragunan 3

378.84

91.68

43.45

473

Rajawali

8.55

94.06

55.60

474

Rawa Badak Utara

22.01

91.07

66.94

475

Rawa Buaya Sect. 1

70.48

91.63

49.46

476

Rawa Buaya Sect. 2

59.95

91.90

53.51

477

Rawa Buaya Sect. 3

34.59

89.02

31.97

478

Rawa Buaya Sect. 4

128.54

89.77

33.35

479

Rawa Buaya Sect. 5

53.41

90.63

39.74

480

Rawa Buaya Sect. 6

8.37

92.72

57.87

481

Rawa Buaya Sect. 7

91.49

91.61

49.62

482

Rawa Bunga

72.40

94.56

60.62

483

Rawa Cipondoh

200.92

91.56

35.72

484

Rawajati Barat

16.29

94.84

63.40

485

Rawajati Timur

8.04

94.05

55.52

486

Rawa Kepa

33.57

94.63

63.26

487

Rorotan

193.31

89.78

34.67

488

Rosliana

37.79

94.51

60.10

489

Sal. Kapuran

79.09

91.65

48.05

490

Sal. Pos Bangkong

47.68

93.14

46.81

491

Sal Biru Laut

1185.63

50.00

5.00

492

Sal Jl Maluku

20.36

93.97

54.69

493

Sal Jl Pemuda

133.17

93.79

52.94

494

Sal Makam Penghulu

18.82

95.00

65.00

495

Sal Swadaya Raya

8.37

94.79

62.88

No
496

NAMA DAS
Sarua

Lag (mnt)
521.60

CN
93.74

Impervious (%)
56.33

497

Sarua 1

323.90

91.76

38.45

498

Sarua 2

343.28

91.50

38.72

499

Sawo Kecil

206.95

94.62

61.24

500

Sediatmo Timur 1

48.12

86.86

86.49

501

Sediatmo Timur 2

39.38

87.00

100.00

502

Sediyatmo Selatan 1

27.77

87.53

19.78

503

Sediyatmo Selatan 2

16.90

85.77

5.00

504

Sediyatmo Selatan 3

39.37

88.74

29.29

505

Sediyatmo Utara

48.34

86.20

23.53

506

Sekretaris 1

362.01

94.43

59.60

507

Sekretaris 2

75.27

94.68

61.94

508

Semanan 1

154.58

90.47

28.59

509

Semanan 2

163.88

89.83

33.08

510

Semanan 3

90.02

89.06

28.42

511

Sepak - Meruya

735.39

93.08

48.79

512

Serdang

82.56

93.90

64.26

513

Serdang Baru

128.37

93.92

63.99

514

Setiabudi Barat

39.62

92.33

42.14

515

Seuseupan

176.70

90.67

28.98

516

Side Drain Bona indah

116.26

94.77

62.80

517

Side Drain Kanan Kr Tegah

76.40

93.68

51.82

518

Side Drain Kiri Kr Tengah

132.20

94.68

62.09

519

Side Drain Lebak Bulus

106.52

94.34

60.70

520

Sidomukti

444.23

90.76

35.66

No
521

NAMA DAS
Sogo

Lag (mnt)
8.47

CN
94.79

Impervious (%)
62.98

522

SP Gunung Sahari

91.82

93.37

60.91

523

SP Industri

71.98

91.70

47.96

524

SP Kr Tengah

15.49

91.89

41.31

525

Sugutamu

302.76

93.53

54.79

526

Sugutamu 1

185.68

93.44

55.11

527

Sukabumi Utara

24.93

94.54

60.44

528

Sukahati

272.23

88.63

22.56

529

Sumur Batu

64.81

93.56

61.70

530

Sumur Batu Utara

40.54

93.72

62.90

531

Sungai Bambu

221.07

89.91

35.73

532

Sungai koja

225.08

93.22

62.00

533

Sunter

676.66

90.29

44.16

534

Sunter 1

401.42

90.47

16.21

535

Sunter 2

263.93

90.71

15.31

536

Sunter 3 lower

165.24

91.40

37.01

537

Sunter 3 upper

643.02

91.40

37.01

538

Sunter Agung

87.47

93.41

60.56

539

Sunter Jaya I

95.85

90.57

48.05

540

Sunter Jaya II

110.39

92.24

52.68

541

Sunter Jaya III

112.83

92.29

66.31

542

Sunter Permai Raya

98.00

93.74

63.06

543

Sunter Timur Track 1

77.69

92.07

54.71

544

Sunter Timur Track 2

66.02

86.58

12.00

545

Sunter Timur Track 3

146.66

88.80

28.49

No
546

NAMA DAS
Taman Kartini

Lag (mnt)
9.69

CN
93.46

Impervious (%)
63.24

547

Taman ratu

22.91

93.15

58.02

548

Taman Sari

71.54

93.76

63.22

549

Tambun

140.80

90.34

37.55

550

Tanjung Duren Barat I

27.34

90.67

30.97

551

Tanjung Duren Barat IV

19.91

94.02

59.99

552

Tanjung Duren Barat V

24.36

94.64

63.75

553

Tanjung Duren Barat VI

28.63

94.85

64.78

554

Tanjung Duren Utara

29.01

91.33

54.54

555

Tanjung Duren 8

30.83

94.83

64.43

556

Taruna Jaya

72.49

93.94

64.54

557

Tegal Amba

94.77

94.97

64.65

558

Tegal Parang I

14.09

94.84

63.52

559

Tegal Parang II

39.35

93.77

53.26

560

Tegal Parang III

51.96

95.00

65.00

561

Tegal Parang IV

11.82

94.26

59.62

562

T.Gong 2

36.63

90.18

81.37

563

T.Gong 3

6.31

89.60

78.30

564

T.Gong 4

13.28

90.14

79.84

565

T.Gong 5a

92.21

90.05

84.77

566

T.Gong 5b

14.07

90.50

82.50

567

T.Gong 6

19.60

90.41

82.95

568

Tomang

19.77

94.11

62.95

569

Tomang Kali Grogol

32.03

92.09

51.21

570

Tonjong

240.77

90.34

42.09

No
571

NAMA DAS
Tugu Utara

Lag (mnt)
101.66

CN
94.00

Impervious (%)
65.00

572

UI

97.97

90.80

36.93

573

Ulujami

401.45

93.23

48.18

574

Upper Grogol

922.74

92.01

40.83

575

Utan Panjang

77.08

94.33

65.00

576

Wahid Hasim

90.53

93.67

56.42

577

Warakas

103.70

90.36

40.38

578

Wetan - Serua

647.54

91.83

38.52

579

Wr. Jengkol

1348.86

50.00

5.00

580

Yon Ang Mor

713.34

50.00

5.00

581

Yos Sudarso

163.25

89.99

36.90

582

Zamrud

38.17

93.79

63.42

Sumber : Olahan Hec-HMS

Reach merupakan simbol pada pemodelan yang menggambarkan saluran/sungai guna


analisa metode penelusuran banjir (flood routing).

V.1.6

Meteorologic Model (Model Data Curah Hujan)

Meteorologic Model merupakan data curah hujan (presipitation) efektif dapat berupa 5
menitan atau jam-jaman. Perlu diperhatikan bahwa curah hujan kawasan diperoleh dari
hujan rerata metode Thiessen dengan memperhatikan pengaruh stasiun curah hujan pada
kawasan tersebut. Bila satu kawasan mendapat pengaruh dua dari tiga stasiun hujan yang
digunakan, maka hujan rerata kawasan tersebut dihitung dari hujan rencana dua stasiun
hujan tersebut. Data hujan yang dipakai merupakan data dari hasil studi FHM-2. Pada studi
tersebut menggunakan data dari beberapa stasiun hujan yang tergambar pada peta Gambar
1.6. Sedangkan sebagai acuan digunakan data dari stasiun AWLR yang ada. Dalam studi

ini diusulkan juga pembangunan beberapa sta AWLR baru yang digambarkan dalam
Gambar 1.7.
690000

700000

710000

720000

730000
9330000

9330000

680000

9320000

B1. Pasar Baru

W.P. Tomang Barat

KOTA TANGERANG

Rumah Pompa Pulomas

D9. Melati Dam

Manggarai

Cikunir

KAB. TANGERANG

JAKARTA TIMUR

B16. Balai Besar HQ

Pondok Betung

JAKARTA SELATAN

9310000

9310000

Pintu Air Kelapa Gading

JAKARTA PUSAT

D1. Ciledug Indah

Pondok Gede

Bekasi

KOTA BEKASI

9300000

9300000

9320000

JAKARTA UTARA

Kemayoran

JAKARTA BARAT

Permata Pamulang

Kaoling Pemadam Ciganjur

KOTA DEPOK
Depok

D2. Sawangan
9290000

9290000

B19. Cibinong

KAB. BOGOR
Bojonggede

9280000

9280000

Bogor Dramaga
9270000

9270000

KOTA BOGOR

B9. Katu Lampa

B6. Cilember

9260000

9260000

LOKASI
Citeko

9250000

9250000

KAB. BOGOR

680000

GAMBAR :

690000

700000

710000

720000

730000

KETERANGAN :
Sungai / Drainase

Batas Wilayah
Batas sub DAS

PETA STASIUN HUJAN

Stasiun Hujan

S
0

10

12 Kilometers

DINAS PEKERJAAN UMUM


PROVINSI DKI JAKARTA

Gambar V-15. Peta Stasiun Hujan Existing

670000

680000

690000

700000

710000

9320000

JAKARTA BARAT

JAKARTA UTARA

JAKARTA PUSAT

#
#

KOTA TANGERANG
#

B15. Karet Barrage


TIMUR
$ D7. Manggarai JAKARTA
Hulu
#

# $ B13. Manggarai Hulu

B14. Manggarai Hilir

D1. Ciledug Indah

B12. MT Haryono

Cikunir

B3. Tanah Kusir

JAKARTA SELATAN
B17. Pondok Gede

KAB. TANGERANG

9310000

9310000

730000

9320000

$ D8. Pasar Ikan

720000

KOTA BEKASI

9300000

9300000

Marga Satwa (Krukut)


Permata Pamulang

KOTA DEPOK
D6. Panus Depok
$ B10. Panus Depok

D2. Sawangan
9290000

9290000

9270000

9270000

9280000

9280000

KAB. BOGOR

KOTA BOGOR
B9. Katu Lampa

$$

9260000

9260000

LOKASI
#

9250000

9250000

KAB. BOGOR

670000

680000

GAMBAR :

690000

700000

710000

720000

730000

KETERANGAN :
Sungai / Drainase

Batas Wilayah
Batas sub DAS

PETA STASIUN AWLR

Stasiun AWLR Existing

Stasiun AWLR Usulan

S
0

Gambar V-16. Peta Stasiun AWLR Existing dan Usulan

10

12 Kilometers

DINAS PEKERJAAN UMUM


PROVINSI DKI JAKARTA

Tabel V-3. Data Hujan yang tersedia

No

Nama

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

B1. Pasar Baru

D1. Ciledug Indah

Panus Depok

W.P. Tomang Barat

Kemayoran

Rumah Pompa Pulomas

1996

1997

19

No

Nama

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

Pintu Air Kelapa Gading

Manggarai

D9. Melati Dam

10

Pondok Betung

11

B16. Balai Besar HQ

12

Bekasi

13

Kaoling
Ciganjur

Pemadam

1996

1997

19

No

Nama

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

14

D2. Sawangan

15

B19. Cibinong

16

Bogor Dramaga

17

B9. Katu Lampa

18

Permata Pamulang

19

B6. Cilember

20

Citeko

1996

1997

19

No

Nama

21

Bojonggede

22

Cikunir

23

Pondok Gede

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

19

Tabel V-4. Data debit yang tersedia


N
o
1

198

199

199

199

199

199

199

199

199

199

199

200

200

200

200

200

200

200

200

200

D1. Ciledug -

Nama

Indah
2

D5.

Katu -

Lampa
3

B9.

Katu

Lampa
4

D6.

Panus -

Depok
5

B10.

Panus

Depok
6

B17. Pondok Gede

D2.
Sawangan

Permata

Pamulang
9

Cikunir

10

B3.

Tanah -

MT -

Karet -

Kusir
11

B12.
Haryono

12

B13.
Manggarai
Hulu

13

B14.
Manggarai
Hilir

14

D7.
Manggarai
Hulu

15

B15.

Barrage
16

D8.

Pasar -

Ikan
17

Marga Satwa -

(Krukut)

Tabel V-5. Data muka air yang tersedia


No Nama
D1.

1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 20
Ciledug

Indah

D5. Katu Lampa

B9. Katu Lampa

D6. Panus Depok

B10.
5

Panus

Depok
B17.

Pondok

Gede

D2. Sawangan

Permata

Pamulang
9

Cikunir

10

B3. Tanah Kusir

B12.
11

Haryono
B13.

12

Manggarai

Hilir
D7.

14

Manggarai

Hulu
B14.

13

MT

Manggarai

Hulu
B15.

Karet

15

Barrage

16

D8. Pasar Ikan

(Krukut)

Ket : V : Harian

X: Jam-jaman

Marga
17

Satwa

V.1.7

Run Configuration (Konfigurasi Eksekusi Data)

Setelah semua variabel masukan di atas dimasukkan, untuk mengeksekusi pemodelan agar
dapat berjalan, maka basin model dan meteorologic model harus disatukan.
Pemodelan dengan menggunakan HEC-HMS dapat dilakukan kalibrasi dengan
menggunakan data observasi sehingga dapat disimulasikan debit banjir yang mendekati
sebenarnya.

Gambar V-17. Bagan Alir HEC-HMS

V.1.8

HASIL ANALISA HEC-HMS

Dari analisa HEC-HMS didapatkan debit banjir 2 tahun, 5 tahun, 50 tahun dan 100 tahun
dari sungai-sungai utama yang ada di wilayah DKI yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel V-6. Debit Banjir Rencana Hasil Analisis
Sungai

Debit (m/s)
Q2

Q 25

Q 50

Q 100

466.90

537.70

563.60

593.30

Mookervart

79.10

129.20

143.50

157.20

Angke

192.00

239.50

259.50

281.60

Pesanggrahan

152.10

198.90

217.30

237.10

Sepak Meruya

45.00

66.30

72.10

77.90

Grogol

23.50

30.00

32.50

35.30

Cengkareng Drain

Sungai

Debit (m/s)
Q2

Q 25

Q 50

Q 100

Sekretaris

29.70

56.20

65.50

76.20

Banjir Kanal Barat

503.30

623.20

661.40

699.80

Krukut

103.50

163.40

180.00

196.60

Ciliwung (Pintu Manggarai)

397.00

478.10

512.10

557.00

Kali Baru Timur

45.50

72.80

80.20

88.10

Inlet BKT (Cipinang)

56.00

79.30

86.20

93.20

Inlet BKT (Sunter)

0.00

0.00

0.00

0.00

Inlet BKT (Buaran)

30.00

52.10

59.30

66.80

Inlet BKT (Jatikramat)

26.00

43.80

49.80

55.90

Inlet BKT (Cakung)

37.40

64.40

72.30

80.00

BKT (Muara)

355.30

505.60

548.70

591.20

Sunter

81.10

159.40

187.50

219.80

Cakung

78.40

129.70

144.40

159.50

Cakung Lama

16.80

22.10

23.60

25.20

Sumber : Olahan Hec-HMS

Gambar V-18. Hidrograf Banjir Sungai Cengkareng Drain

Gambar V-19. Hidrograf Banjir Saluran Mookervart

Gambar V-20. Hidrograf Banjir Sungai Angke

Gambar V-21. Hidrograf Banjir Sungai Sepak

Gambar V-22.Hidrograf Banjir Sungai Pesanggrahan

Gambar V-23.. Hidrograf Banjir Sungai Krukut

Gambar V-24.Hidrograf Banjir Sungai Sekretaris

Gambar V-25.Hidrograf Banjir Sungai Grogol

Gambar V-26.Hidrograf Banjir Sungai Ciliwung

Gambar V-27. Hidrograf Banjir Banjir Kanal Barat

Gambar V-28.Hidrograf Banjir Sungai Sunter

Gambar V-29. Hidrograf Banjir Sungai Banjir Kanal Timur

Gambar V-30. Hidrograf Banjir Sungai Cakung

V.2

Analisa Hidrolika HECRAS

Dalam perencanaan kapasitas saluran digunakan program HEC-RAS (Hydrologic


Engineering System-River Analysis System). HEC-RAS adalah sebuah sistem yang, didesain
untuk penggunaan yang interaktif dalam lingkungan yang bermacam-macam. Ruang lingkup
HEC-RAS adalah menghitung profil muka air dengan pemodelan aliran steady dan unsteady,
serta penghitungan pengangkutan sedimen. Elemen yang paling penting dalam HEC-RAS
adalah tersedianya geometri saluran, baik memanjang maupun melintang.

V.2.1

Profil Muka Air Pada Aliran Steady

Dalam bagian ini HEC-RAS memodelkan suatu saluran dengan aliran steady berubah lambat
laun. Sistem ini dapat mensimulasikan aliran pada seluruh jaringan saluran ataupun pada
saluran tunggal tanpa percabangan, baik itu aliran kritis, subkritis, superkritis ataupun
campuran sehingga didapat profil muka air yang diinginkan.
Konsep dasar dari perhitungan adalah menggunakan persamaan energi dan persamaan
momentum. Kehilangan energi juga di perhitungkan dalam simulasi ini dengan menggunakan
prinsip gesekan pada saluran, belokan serta perubahan penampang, baik akibat adanya
jembatan, gorong-gorong ataupun bendung pada saluran atau sungai yang ditinjau.

V.2.2

Profil Muka Air Pada Aliran Unsteady

Pada sistem pemodelan ini, HEC-RAS mensimulasikan aliran unsteady pada jaringan saluran
terbuka. Konsep dasarnya adalah persamaan aliran unsteady yang dikembangkan oleh Dr.
Robert L. Barkaus UNET model (Barkau, 1992 dan HEC, 1999).
Pada awalnya aliran unsteady hanya di disain untuk memodelkan aliran subkritis, tetapi versi
tebaru dari HEC-RAS yaitu versi 3.1 dapat juga untuk memodelkan aliran superkritis, kritis,
subkritis ataupun campuran serta loncatan hidrolik. Selain itu penghitungan kehilangan energi
pada gesekan saluran, belokan serta perubahan penampang juga diperhitungkan.

V.2.3

Konsep Penghitungan Profil muka air dalam HEC-RAS

Dalam HEC-RAS dimensi panampang sungai atau saluran ditentukan terlebih dahulu,
kemudian profil muka air disaluran untuk suatu debit aliran ditentukan dengan metoda steady
non-uniform flow.
Untuk mendukung fungsi saluran sebagai penghantar aliran maka penampang saluran di bagi
atas beberapa bagian. Pendekatan yang dilakukan HEC-RAS adalah membagi area
penampang berdasarkan dari nilai n (koefisien kekasaran manning) sebagai dasar bagi
pembagian penampang. setiap aliran yang terjadi pada bagian dihitung dengan menggunakan
persamaan Manning :

Q KS

1
2
f

dan

2
1,486
AR 3
n

Dimana :
K

= nilai pengantar aliran pada unit

= koefisien kekasaran manning

= luas bagian penampang

= jari-jari hidrolik

Perhitungan nilai K dapat dihitung berdasarkan kekasaran manning yang dimiliki oleh
bagian penampang tersebut seperti terlihat pada gambar 4-16.

Gambar V-31. Contoh penampang saluran dalam HEC-RAS


Setelah penampang ditentukan maka HEC-RAS akan menghitung profil muka air.
Konsep dasar penghitungan profil permukaan air berdasarkan persamaan energi yaitu:
Y2 Z 2

2 V22
V2
Y1 Z 1 1 1 h e
2g
2g

Dimana :
Z

= fungsi titik diatas garis referensi

= fungsi tekanan di suatu titik

= kecepatan aliran

= koefisien kecepatan

he

= energi head loss

Gambar V-32. Penggambaran persamaan energi pada saluran terbuka


Nilai he didapat dengan persamaan :
h e LS f C

2 V22 1 V12

2g
2g

Dimana :
L

= jarak antara dua penampang

Sf

= kemiringan aliran

= koefisien kehilangan energi (penyempitan, pelebaran atau belokan)

Langkah berikutnya dalam perhitungan HEC-RAS adalah dengan mengasumsikan nilai muka
air (water surface) pada penampang awal saluran (dalam hal ini penampang di hilir).
Kemudian dengan menggunakan persamaan energi diatas maka profil muka air untuk semua
penampang di saluran dapat di ketahui.

HASIL ANALISA HEC-RAS


Analisis dilakukan pada sungai dengan penampang sesuai kondisi existing. Sesudah itu
dilakukan analisa sesuai dengan konsep/usulan penanganan banjir pada masing-masing
sungai. Berikut ini adalah hasil analisa yang telah dilakukan.

Kondisi Existing
Berikut ini adalah gambaran kondisi existing pada masing2 sungai yang ditunjukkan dengan
potongan memanjang disertai dengan beberapa cross section sungai
Sungai Angke (Q25 : 239.5 m3/dt)
Angke 07 1

50

Legend
WS Q

40

Elevation (m)

Ground

30

Melimpas

20

LOB
ROB
Left Levee

10

Right Levee
24
48
69
90
110
133
141
148
155
162
169
175
183
192
199
206
214
222
232
240
250
257
265
275
284
293
300
307
312
318
325
332
341
349
358
367
376
383
391
398
407
417
427
434
442
449
457
464
473
480
490
500
511
518
527
537
547
555
562
571
580
586
592
600
606
612
619
626
631

0
-10

10000

20000

30000

40000

Main Channel Distance (m)

River = Angke 07 Reach = 1

RS = 140

River = Angke 07 Reach = 1

68-75

Legend

WS Q

Legend
WS Q

23

Ground

Levee

Bank Sta

22

Elevation (m)

Elevation (m)

KA 620

Ground

Levee
Bank Sta

21
20

19

2
1

RS = 439

24

10

20

30

40

18

50

10

20

Station (m)

30

40

50

60

Station (m)

Lower Angke (Q25 : 134.8 m3/dt


Melimpas Angke Low er Angke 2

Angke Low er Angke 3

M
B

M
B

Angke Low er Angke 1


Legend
WS Q
Ground

LOB

-1

ROB

-2
-3

-6

1000

2000

3000

4000

Main Channel Distance (m)

5000

36
40
41

25
27
29
30
33

14
15
19

2
3
4
6
10
13

35
37

33

32

30
31

28
29

23
24
25
26

21

20

19

18

12
14
15
16

10

-5

8
9

-4

2
3
4
5
6
7

Elevation (m)

6000

7000

River = Angke Reach = Lower Angke 3

RS = 1

River = Angke Reach = Lower Angke 1

AB1

Le gend

WS Q

AG2
Legend
WS Q

Ground

Bank Sta

0
-1

Elevation (m)

Ground

1
Elevation (m)

RS = 41

-2

Bank Sta

0
-1
-2

-3
-4
-40

-30

-20

-10

-3
-20

10

-15

-10

-5

Station (m)

10

Station (m)

Saluran Mookervart (Q25 : 129.2 m3/dt)


Mookervart 09 1

Elevation (m)

Legend

WS Q

Ground
LOB

ROB

Right Levee

-4

4
7
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
45
48
51
54
57
60
63
66
69
72
75
78
81
84
87
90
93
96
99
102
104
107
110
113
115
118
121
124
127
130
133
136
139
142
145
148
151
154
157
160
163
166
169
172
175
178
181
184
187
190
193

-2

2000

4000

6000

8000

10000

Main Channel Distance (m)

River = Mookervart 09 Reach = 1

RS = 1

P280

River = Mookervart 09 Reach = 1

P.88

6.5

WS Q

6.0

WS Q

Ground

5.5

Ground

Levee

Bank Sta

Elevation (m)

Legend

3
Elevation (m)

RS = 193

Levee

5.0

Bank Sta

4.5
4.0
3.5

-1
-2

Legend

3.0
0

10

20

30

40

50

2.5

60

10

20

30

Station (m)

40

50

60

Station (m)

Cengkareng Drain (Q100 : 593.3 m3/dt)


C
Melimpas
e

0
-2

-8

17
18
19
20
23
26
29
32
36
39
42
45
48
51
55
59
62
66
68
70
72
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15

-6
1000

2000

3000

4000

Legend

WS Q

Ground
Levee

Bank Sta

-1
-2

C
G
6000 K

Legend
WS Q
Ground
LOB
ROB
Right Levee

C
G
K7000
4

RS = 73.5

AK1

Legend

WS Q
Ground

Bank Sta

1
0
-1

-3

-2

-4
-5

D
r
a
i
n

River = Cengkareng Drain Reach = CGK 4

MUARA

Elevation (m)

Elevation (m)

RS = 1

D
r
a
i
n

C
G
K

5000

Main Channel Distance (m)

River = Cengkareng Drain Reach = CGK 1

D
r
a
i
n

86
87
88
89
90
92
60.5

-4

C
e
n
g
k
a
r
e
n
g

73

Elevation (m)

C
e
n
g
k
a
r
e
n
g

70
71

Melimpas

n
g
k
a
r
e
n
g

62
63
64
65
66
67
68

Cengkareng Drain CGK 1

20

40

60

Station (m)

Sungai Sepak (Q25 : 66.3 m3/dt)

80

-3

10

20

30
Station (m)

40

50

60

70

Sepak Sepak

Legend

Melimpas

WS Q
Ground

Elevation (m)

LOB

ROB

1
0

-2

500

1000

1500

2000

32

31

30

29

28

27

26

25

24

23

22

21

20

19

18

17

15
16

12
13
14

11

10

2
3

-1
2500

3000

3500

Main Channel Distance (m)

River = Sepak Reach = Sepak

RS = 1

River = Sepak Reach = Sepak

SP1

Legend

WS Q

Legend
WS Q
Ground
Bank Sta

Elevation (m)

Elevation (m)

Bank Sta

HULU

Ground

RS = 32

0
1

-1
-2
-50

-40

-30

-20

-10

0
-10

-5

Station (m)

10

15

20

25

Station (m)

Sungai Pesanggrahan (Q25 : 198.9 m3/dt)


Pesanggrahan Pesanggrahan

80

Legend
WS Q

Elevation (m)

60

Ground

Melimpas

40

LOB
ROB

20

-20

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

116

115

114

113

112

111

110

109

102
103
105
107
108

100

98

96
97

94
95

90
91
92

88
89

83
84
85

82

76
77
78
79
80

72
74

71

69

9
20
33
48
58

50000

Main Channel Distance (m)

River = Pesanggrahan Reach = Pesanggrahan

RS = 1

CFW76

River = Pesanggrahan Reach = Pesanggrahan

Legend

38

WS Q

37

Ground
Bank Sta

2
1

33
32

10

20

30

40

WS Q
Ground

31

50

Bank Sta

34

-1

Legend

35

-2
-10

KPU1

36
Elevation (m)

Elevation (m)

RS = 109

20

40

Station (m)

60

80

100

Station (m)

Sungai Sekretaris (Q25 : 56.2 m3/dt)


Sekretaris Sekretaris

Sekretaris Sekretaris 2
Legend

WS Q
Ground

LOB

ROB

-1

-4

500

1000

1500

2000
Main Channel Distance (m)

2500

3000

19

16
17
18

14
15

13

12

11

10

2
3

17

16

15

14

13

12

11

3
4

-3

10

-2

Elevation (m)

3500

River = Sekretaris Reach = Sekretaris

RS = 3

AB42

River = Sekretaris Reach = Sekretaris 2

Legend

WS Q

Bank Sta

Legend
WS Q

0
-1

Ground
Bank Sta

Elevation (m)

Elevation (m)

SK22

Ground
1

RS = 18

-1

-2
-3
-40

-30

-20

-10

-2
-25

-20

-15

-10

Station (m)

-5

10

Station (m)

Sungai Grogol (Lower) (Q25 : 129.5 m3/dt)


Grogol Grogol 2

25

Legend

Elevation (m)

20

WS Q
Ground

15

LOB
10

ROB

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

11000

12000

13000

River = Grogol Reach = Grogol 2

RS = 22

54

53

52

51

50

49

47
48

46

45

44

43

42

41

40

39

38

37

36

35

34

25
28
30
33

3
6
9
11
14
18
22

0
-5

14000

Main Channel Distance (m)

River = Grogol Reach = Grogol 2

RS = 1

AB58

Legend

WS Q

G15

Legend
WS Q

Ground

Bank Sta

0
-1

Elevation (m)

Elevation (m)

Ground

Bank Sta

1
0

-2

-1

-3
-60

-50

-40

-30

-20

-2
-10

-10

10

Station (m)

20

30

40

Station (m)

Sungai Krukut (Q25 : 163.4 m3/dt)


Krukut Krukut

35

Legend

Melimpas

30

Elevation (m)

25

WS Q
Ground

20

LOB

15

ROB

10

2000

4000

6000

8000

10000

12000

29

28

27

26

25

24

23

22

21

20

19

18

17

16

15

14

13

12

11

4
5

0
-5

10

14000

16000

18000

Main Channel Distance (m)

RS = 1

KK2

River = Krukut Reach = Krukut

Elevation (m)

RS = 29

HULU

Legend

32

WS Q

31

WS Q

Ground

30

Ground

Bank Sta
6

Elevation (m)

River = Krukut Reach = Krukut


10

Legend

Bank Sta

29
28
27
26

25

0
35

40

45

50

55

60

65

70

Station (m)

Banjir Kanal Barat (Q25 : 699.8 m3/dt)

24
45

50

55

60
Station (m)

65

70

WBC WBC 1

15

WBC WBC 2

W WBC WBC 4
B
C

Legend
WS Q

W
B
C

10

Elevation (m)

WBC WBC 5

Ground
LOB

ROB
0

Right Levee

-10

2000

4000

6000

8000

312
322
332
342
352
361
370
380
390
400
410
8
10
18
29
38
47
55
64
3
12
22
31
41
51
61
71
80
90

5
11
15
18
24
31
33
3
13
21
31
41
50
60
70
79
89
99
109
120
129
139
149
159
169
178
188
198
207
217
227
237
247
257
265
275
285
294
304

-5

10000

12000

14000

16000

18000

Main Channel Distance (m)

River = WBC Reach = WBC 5

RS = 96.5

IS

River = WBC Reach = WBC 2

Manggarai

14

Legend

12

WS Q

IS

Karet Gate
Legend
WS Q

Ground

Levee

Bank Sta

Elevation (m)

Ground

10
Elevation (m)

RS = 409.5

10

Levee
Bank Sta

4
2

2
0

10

20

30

-2

40

10

20

30

40

50

60

70

80

Station (m)

Station (m)

Sungai Ciliwung (PA Manggarai) (Q50 : 512 m3/dt)


Ciliw ung Ciliw ung 8

400

Legend

350

WS Q

300

Ground

Elevation (m)

250

LOB

200

Melimpas

150
100

ROB

50

-100

20000

40000

60000

245
246
250

243
244

241
242

234
235
236
237
238
239
240

231
232
233

230

227
228
229

226

225

223

222

219
221

215
217

211
213

209

199
201
203

205
207

0
-50

80000

100000

Main Channel Distance (m)

Melimpas
Ciliw ung Ciliw ung 8
40

Legend
WS Q
Ground

20

LOB

10

ROB

5000

10000

15000
Main Channel Distance (m)

20000

222

221

220

219

218

217

216

215

214

213

212

211

210

209

208

207

206

205

204

203

202

201

200

199

-20

198

-10

197

Elevation (m)

30

25000

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

RS = 197

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

CCL1

14

Legend

12

WS Q

Bank Sta

Elevation (m)

Elevation (m)

CU1
Legend

25

Ground

10

RS = 222

26

8
6
4

WS Q

24

Ground

23

Bank Sta

22
21
20
19

18

0
85

90

95

100

105

110

115

17
35

120

40

45

50

55

60

Station (m)

Station (m)

Sungai Cipinang Inlet BKT (Q25 : 79.3 m3/dt)


Cipinang Inlet BKT

24

Legend

22

WS Q

Elevation (m)

20

Ground

18

LOB

16

ROB

14

Right Levee

1000

2000

3000

4000

5000

87
88
89
91

77
79
81
83
85

75

72

70

40
42
45
48
51
53
55
59
61
63
65
67

10

6
11
14
17
20
24
27
31
33
36
39

12

6000

7000

Main Channel Distance (m)

River = Cipinang Reach = Inlet BKT

RS = 1

River = Cipinang Reach = Inlet BKT

CP8

16

Le gend

15

WS Q

Elevation (m)

Elevation (m)

Levee
Bank Sta

13

B1
Legend

23

Ground

WS Q

Ground
14

RS = 91

24

12

Levee
Bank Sta

22

21
11
10

10

15

20

25

20

30

10

15

20

25

Station (m)

Station (m)

Sungai Sunter
Inlet BKT (Q25 : 131.5 m3/dt)
Sunter Inlet BKT

Elevation (m)

35

Legend

30

WS Q

25

Ground
LOB

20

ROB

15

Right Levee

2000

4000

6000

8000

240
245
250
256
261
265
270
276
281
285
289
302
307
311
315
320
325
329
336
341
346
352
358
364

5
13
23
31
35
40
47
55
62
69
76
83
90
97
103
109
116
123
129
135
141
148
155
163
169
174
178
183
188
192
196
200
204
208
213
217
221
225
230
237

10

10000

12000

14000

16000

Main Channel Distance (m)

River = Sunter Reach = Inlet BKT

RS = 1

River = Sunter Reach = Inlet BKT

SH112

13

WS Q

Legend
WS Q
Ground

Ground
Levee

11

Bank Sta

10

PG1

32

Elevation (m)

Elevation (m)

12

RS = 367

33

Le gend

Levee

31

Bank Sta
30
29
28

10

15
Station (m)

20

25

30

27

10

15
Station (m)

20

25

Outlet (Q25 : 159.4 m3/dt)


Sunter Sunter 1

20

Sunter Sunter 2

Sunter Sunter 3
Legend
WS Q
Ground

10

LOB

ROB
Right Levee

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

31
35

4
8
11
14
17
20
23
26
29
32
35
38
41
45
48
51
53
57
60
64
67
70
73
76
79
82
4
7
10
13
16
19
22

-5
-10

4
9
12
17
23
27

25
28
31
35
38
42
45
48
54
59
64
67
72
76
82
85
88
94
98
102
106
111

Elevation (m)

15

16000

18000

Main Channel Distance (m)

River = Sunter Reach = Sunter 1

RS = 1

ID: dki310_65

River = Sunter Reach = Sunter 1

Legend

WS Q

-1

Legend
WS Q
Ground
Bank Sta

Elevation (m)

Elevation (m)

Bank Sta

SD_77

Ground

RS = 72

-2
-1

-3
-4
-60

-50

-40

-30

-20

-10

-2

10

15

Station (m)

20

25

30

35

Station (m)

Sungai Buaran Inlet BKT (Q25 : 52.1 m3/dt)


Buaran Inlet BKT

Elevation (m)

18

Legend

16

WS Q

14

Ground
LOB

12

ROB

10

Left Levee
Right Levee

500

1000

1500

2000

107
109
111
113
115
117
120
122
124
126
128
130
132
134

103
105

3
5
8
10
12
14
16
18
20
23
25
27
29
31
33
35
37
39
41
43
45
47
49
51
53
55
57
59
61
63
65
67
69
71
73
75
77
79
81
83
86
88
91
94
97
100

2500

3000

3500

Main Channel Distance (m)

River = Buaran Reach = Inlet BKT

RS = 126

P39

River = Buaran Reach = Inlet BKT

16.0

Le gend

16.0

15.5

WS Q

15.5

Ground
Levee

14.5

Bank Sta

14.0

13.5
13.0

10

12

14

WS Q
Ground
Levee
Bank Sta

14.0

13.0

Legend

14.5

13.5

12.5

P40

15.0
Elevation (m)

Elevation (m)

15.0

RS = 127

12.5

Station (m)

Sungai Jatikramat Inlet BKT (Q25 : 43.8 m3/dt)

6
Station (m)

10

12

Jatikramat Inlet BKT

18

Legend

Melimpas

16

Melimpas

Elevation (m)

14

Melimpas

WS Q
Ground
LOB
ROB

12

Left Levee
Right Levee

10
8

250

500

750

1000

1250

1500

1750

2000

2250

110

104
106
108

98
100
102

94
96

88
90
92

84
86

78
80
82

66
68
70
72
74
76

62
64

60

58

54
56

48
50
52

44
46

38
40
42

32
34
36

30

24
26
28

18
20
22

16

14

8
10
12

2500

2750

Main Channel Distance (m)

River = Jatikramat Reach = Inlet BKT

RS = 23

River = Jatikramat Reach = Inlet BKT

p88/22

11.5

Elevation (m)

10.5

Legend

11.5

WS Q

Ground

11.0

Ground

10.0

Levee

9.5

Bank Sta

9.0
8.5

Levee

10.5

Bank Sta

10.0
9.5
9.0

8.0

8.5

7.5
7.0

10

15

20

25

8.0

30

10

Station (m)

15

20

25

30

35

Station (m)

River = Jatikramat Reach = Inlet BKT

RS = 109

P2/108

16

Legend
WS Q

15
Elevation (m)

P73/37

WS Q

Elevation (m)

11.0

RS = 39

12.0

Legend

Ground
Levee

14

Bank Sta

13

12

11

10

15

20

25

30

35

Station (m)

Sungai Cakung
Inlet BKT (Q25 : 64.6 m3/dt)
Sungai Cakung Inlet BKT

14

Legend

Melimpas

WS Q
Ground

10

LOB

ROB
Right Levee

500

1000

1500

2000

143
145
147

139
140

37
39
41
43
45

125
127
129
131
133
135
137

48
50
52
54
55
57
59
61
63
65
67
69
71
73
75
77
79
81
83
85
87
89
91
93
95
97
99
101
103
105
107
109
111
113
115
117
119
121
123

Elevation (m)

12

2500

3000

Main Channel Distance (m)

River = Sungai Cakung Reach = Inlet BKT

RS = 78

P.49

River = Sungai Cakung Reach = Inlet BKT

8.5

Legend

8.0

WS Q

Legend
WS Q
Ground

Levee

7.0

Bank Sta

6.5
6.0
5.5

Elevation (m)

Elevation (m)

P.66

Ground

7.5

RS = 95

10

Levee
8

Bank Sta

5.0
4.5

8
Station (m)

10

12

14

10

15
Station (m)

20

25

30

35

Old Cakung (Q25 : 22.1 m3/dt)


Sungai Cakung Cakung Lama

Legend

Melimpas

WS Q

Ground

Elevation (m)

LOB

ROB

1
0

-3

2000

4000

6000

139

134
136

126
128
130
132

110
112
116
119
122
124

90
92
94
97
99
102
104
106

82
84
86
88

79

76

72
73

66
67
70

57
61
64

53

47

38
42
45

35

29
30
31

27

20
22
23
25

17

-2

5
8
10

-1

8000

10000

Main Channel Distance (m)

River = Sungai Cakung Reach = Cakung Lama

RS = 0

River = Sungai Cakung Reach = Cakung Lama

CL 1

2.5

WS Q

2.0

0.5

Legend
WS Q
Ground

5.0
Elevation (m)

Elevation (m)

Bank Sta

1.0

CL140

5.5

Ground
1.5

RS = 140

6.0

Legend

Bank Sta

4.5
4.0
3.5

0.0

3.0

-0.5
-10

10

20

30

40

50

2.5
-15

60

-10

-5

Station (m)

10

15

20

25

Station (m)

Cakung Drain (Q100 : 159.5 m3/dt)


S
u
n
g
a
i

8
6

WS Q
Ground

C
a
k
u
n
g

-2

C
a
k
u
n
g

Right Levee

2000

4000

6000

River = Sungai Cakung Reach = Cakung 2

RS = 9

10000

River = Sungai Cakung Reach = Cakung 2

CD10

Ground

Legend
WS Q
Ground

Elevation (m)

Levee
Bank Sta

CD 105

WS Q

RS = 100

Le gend

Elevation (m)

8000

Main Channel Distance (m)

Levee

Bank Sta

3
2

-1
-2
-30

97

LOB
ROB

58

-4

Legend

Elevation (m)

Sungai Cakung Cakung 2

-20

-10

10

20

30

Station (m)

Banjir Kanal Timur (Q100 : 591.2 m3/dt)

0
-30

-20

-10

0
Station (m)

10

20

30

BKTimur BKT1

20

BKTimur BKT2

B
K
T
i
m
u
r

Elevation (m)

15
10

BKTimur BKT4

B
K
T
3

5
0

B
K
T
i
m
u
r

B
K
T
i
m
u
r

B
K
T
5

B
K
T
6

Legend
WS Q
Ground
LOB
ROB
Left Levee
Right Levee

07
11
16
20
24
28
32
35
39
43
47
51
55
59
63
66
70
74
78
82
86
90
93
97
101
105
109
113
117
121
125
129
135
140
145
152
159
167
178
186
195
205
215
220
226
234
241
248
256
263
269
277
285
294
301
308
315
324
333
342
349
356
363

-5
-10

5000

10000

15000

20000

25000

Main Channel Distance (m)

River = BKTimur Reach = BKT1

RS = 01

River = BKTimur Reach = BKT1

BKT. 01

Legend

Levee
Bank Sta

-2

Legend
WS Q
Ground

4
Elevation (m)

Elevation (m)

Ground

BKT. 92

WS Q

RS = 92

Levee

Bank Sta

2
1

-4

-6
-50

50

100

150

-1
-40

200

-20

20

40

60

80

100

120

140

Station (m)

Station (m)

Konsep Pengendalian Banjir Wilayah Barat


Normalisasi Cengkareng Drain, Sungai Angke dan Sungai Pesanggrahan
Normalisasi Cengkareng Drain dilakukan dari muara sampai dengan pintu air
Cengkareng Drain CGK 1

Elevation (m)

Legend

WS Q

Ground

LOB

ROB

-1

Lef t Lev ee

-2

Right Lev ee

-5

1000

2000

3000

4000

12
13
51

11*

10*

9*

8*

7*

6*

5*

4*

2*

-4

3*

-3

5000

Main Channel Distance (m)

Penampang Normalisasi Cengkareng Drain

Kondisi Existing (Muara km 0)

Kondisi Setelah

6000

RS = 1

MUARA

River = Cengkareng Drain Reach = CGK 1


Legend

WS Q

Ground
Levee

Bank Sta

-1
-2

Legend
WS Q
Ground
Levee

Bank Sta

-1

-3

-4
0

20

40

60

-4

80

10

20

30

40

50

60

70

RS = 12

CFW61

Station (m)

Station (m)

Kondisi Existing (hilir pintu air)


River = Cengkareng Drain Reach = CGK 1

RS = 90

Kondisi Setelah

CFW61

River = Cengkareng Drain Reach = CGK 1

Legend

WS Q

.02
Legend
WS Q

Ground

Levee

Bank Sta

-2

-2

20

40

60

80

-3

100

Bank Sta

0
-1

Levee

-1

-3
-20

Ground

2
Elevation (m)

Elevation (m)

MUARA

-2

-3

-5

RS = 1

.02

1
Elevation (m)

Elevation (m)

River = Cengkareng Drain Reach = CGK 1


3

10

20

30

40

50

60

70

Station (m)

Station (m)

Normalisasi Sungai Angke dilakukan dari km 3.32 dari pertemuan dengan Sungai
Pesanggrahan sampai dengan km 23.9
Angke 07 1

50

Legend
WS Q

40
30

LOB
ROB

20

Lef t Lev ee
Right Lev ee

10000

434
442
449
457
464
473
480
490
500
509
517
525
532
545
553
560
569
578
584
589
597
603
609
615
622
628
635

420.*

406.*

392.*

378.*

364.*

350.*

336.*

322.*

308.*

294.*

280.*

266.*

252.*

238.*

224.*

210.*

196.*

182.*

168.*

0
-10

154.*

10

24
48
68
89
110
132

Elevation (m)

Ground

20000

30000

40000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing (km 3.32)


River = Angke 07 Reach = 1

RS = 140

Kondisi Setelah
68-75

River = Angke 07 Reach = 1

8
7

WS Q

68-75
Legend
WS Q

Elevation (m)

Bank Sta

3
2

20

30
Station (m)

Kondisi Existing (km 23.9)

40

50

Bank Sta

10

Levee

Ground

Levee

RS = 140

.025

Ground

Elevation (m)

Legend

10

15

20

Station (m)

Kondisi Setelah

25

30

35

River = Angke 07 Reach = 1

RS = 434

BM

River = Angke 07 Reach = 1

22

WS Q

21

RS = 434

BM

.025

22

Legend

Legend
WS Q

21

Levee
Bank Sta

19
18

Ground
20

Elevation (m)

Elevation (m)

Ground
20

18
17

17
16

Levee
Bank Sta

19

10

20

30

40

50

16

60

10

15

20

25

30

35

Station (m)

Station (m)

Normalisasi Sungai Pesanggrahan dilakukan dari km 0 dari pertemuan dengan Sungai


Angke sampai dengan km 28, sedangkan untuk km 28 ke arah hulu perlu dibuat
tanggul setempat sesuai dengan kondisi sungai.
Pesanggrahan Pesanggrahan

80

Legend
WS Q

Elevation (m)

60

Ground
LOB

40

ROB
Lef t Lev ee

20

Right Lev ee

-20

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

116

115

114

113

112

111

110

109

102
103
105
107
108

100

98

69*
70*
71*
72*
73*
74*
75*
76*
77*
78*
79*
80*
81*
82*
83*
84*
85*
86*
87*
88*
89*
90*
91*
92*
93*
94*
95*
96*
97

50000

55000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing (km 0)

Kondisi Setelah

River = Pesanggrahan Reach = Pesanggrahan

RS = 1

CFW76

River = Pesanggrahan Reach = Pesanggrahan

Le gend

WS Q

Elevation (m)

Elevation (m)

Legend
WS Q
Ground

Bank Sta

Levee
Bank Sta

1
0
-1

-1
-2
-10

10

20

30

40

-2

50

10

Kondisi Existing (km 28)


River = Pesanggrahan Reach = Pesanggrahan

30

40

Kondisi Setelah
RS = 97

River = Pesanggrahan Reach = Pesanggrahan

KP30

24

Legend

23

23

WS Q

22

22

Ground
Bank Sta

21
20
19

RS = 97

KP30

.025
Legend
WS Q
Ground

21
Elevation (m)

Elevation (m)

20
Station (m)

Station (m)

Levee

20

Bank Sta

19
18

18

17

17
16

CFW76

Ground

RS = 68

.025

10

20

30

40

50

60

70

80

16

Station (m)

10

15

20

Station (m)

Pembangunan Cengkareng Drain II Alternatif 1


Pada Alternatif ini Kali Angke di sudet pada km 5 dari pertemuan dengan
Pesanggrahan.

682500

685000

687500

690000

692500

695000

LAUT JAWA

KABUPATEN TANGERANG

DINAS PEKERJAAN UMUM


PROVINSI DKI JAKARTA
9325000

9325000

KETERANGAN :
Sungai / Drainase
Rencana Cengkareng Drain II

JAKARTA BARAT

KOTA TANGERANG

9320000

9320000

9322500

9322500

JAKARTA UTARA

LOKASI

Sepak

9317500

9317500

PETA RENCANA
CENGKARENG DRAIN II
ALTERNATIF 2

9315000

9315000

GAMBAR :

682500

685000

687500

Penampang Mookervart ke Kamal

Penampang Angke ke Mookervart

Skema pembagian Debit

690000

692500

695000

8 Kilometers

243.

189.

Sudetan Kamal 1

M
o
o
k
e
r
v
a
r
t

Elevation (m)

Cengkareng II 1
Legend
WS Q100
Ground
LOB
ROB

0
9

Left Levee
Right Levee

13000

14000

15000

16000

25*

22*
23*

12000

20*

11000

18*

10000

16*

9000

13*
14*

8000

11*

7000

9*

6000

7*

9.*

5000

4*
5*

8.*

4000

13
2*

7.*

3000

12.*

6.*

2000

11.*

5.*

1000

10.*

4.*

3.*

-4

2.*

-2

17000

18000

19000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Cengkareng Drain II di muara


River = Sudetan Kamal Reach = 1

RS = 1

River = Cengkareng II Reach = 1

.03

3
2

Legend

WS Q100

Legend
WS Q100

Bank Sta

-1

Ground

Elevation (m)

Levee

-2

Levee
Bank Sta

4
3
2

-3
-4

RS = 26

.03

Ground

1
Elevation (m)

Kondisi di hilir pertemuan Kali Angke

10

15

20

25

30

35

Station (m)

Kondisi Sungai Angke setelah pembangunan

10

20
Station (m)

30

40

Angke 07 1

50

Angke 07 2
Legend
WS Q100

40

Ground
LOB

Elevation (m)

30

ROB
Left Levee

20

Right Levee
10

24
48
69
90
111
134
141
148
155
163
170
176
184
193
200
207
215
224
233
241
251
259
267
277
287
296
303
309
315
322
327
336
345
354
363
372
380
388
395
404
414
424
431
440
447
454
462
470
477
486
496
505
515
522
531
544
552
560
568
577
583
588
596
602
608
614
621
628
636

-10

10000

20000

30000

40000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing di km 3.7


River = Angke 07 Reach = 1

Kondisi Setelah

RS = 140

68-75

River = Angke 07 Reach = 1

Legend

+7.5

68-75

.025

.
0
1
3

WS Q

Bank Sta

Elevation (m)

Levee

Legend
WS Q100

+4.7

Ground

6
Elevation (m)

RS = 140

.013

Ground
Levee

Bank Sta

3
2

2
1

10

20

30

40

50

10

20

Station (m)

Kondisi Existing di 5
River = Angke 07 Reach = 1

RS = 157

STA 101

River = Angke 07 Reach = 2


Legend

+7.8

RS = 157

STA 101

.025

.013
Legend

Ground
Levee

Bank Sta

WS Q100

+6.4

Elevation (m)

Elevation (m)

.013

Ground
Levee
Bank Sta

4
3

10

15

20

25

30

35

40

10

15

Station (m)

20

25

30

35

40

Station (m)

Kondisi Existing di 11.6


River = Angke 07 Reach = 1

Kondisi Setelah

RS = 255

River = Angke 07 Reach = 2

278

11

WS Q

+10.

Bank Sta
8
7

Elevation (m)

Levee

RS = 255

278

.025

.013
Legend

+9.9

Ground

.013

10

Legend

10

Elevation (m)

50

WS Q

WS Q100
Ground
Levee

Bank Sta

6
5

40

Kondisi Setelah

30
Station (m)

10

20

30

40

50

10

Station (m)

Kondisi Saluran Mookervart di Hulu Cengkareng Drain II

20

30
Station (m)

40

50

Mookervart 09 3

Legend
WS Q100

Ground

Elevation (m)

LOB
ROB

Left Levee
Right Levee

3
2

136
1...
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193

1
0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Main Channel Distance (m)

Saluran Mookervart di hulu Cengkareng Drain II melimpas sebagai akibat dari


backwater
River = Mookervart 09 Reach = 3
.013

RS = 179

.025

River = Mookervart 09 Reach = 3

P.102
.013

WS Q100

Elevation (m)

7
6

P.88
.013
Legend
WS Q100

Ground

6.0

Levee

5.5

Levee

5.0

Bank Sta

Bank Sta

RS = 193

.025

6.5

Elevation (m)

.013

7.0

Legend

Ground

4.5
4.0
3.5

3
2

3.0
0

10

20

30

40

50

60

2.5

Station (m)

10

20

30

40

50

60

Station (m)

Pembangunan Cengkareng Drain II Alternatif 2


Pada Alternatif ini Kali Angke di sudet pada km 8.7 dari pertemuan dengan
Pesanggrahan.

680000

682500

685000

687500

690000

692500

695000

697500

9327500

LAUT JAWA

9327500

N
E

KABUPATEN TANGERANG

DINAS PEKERJAAN UMUM


PROVINSI DKI JAKARTA
KETERANGAN :

9325000

9325000

Sungai / Drainase

JAKARTA UTARA

9320000

9320000

9322500

9322500

Rencana Cengkareng Drain II

KOTA TANGERANG

9317500

9317500

9315000

JAKARTA BARAT

9315000

LOKASI
#

PETA RENCANA
CENGKARENG DRAIN II
ALTERNATIF 3

9312500

9312500

GAMBAR :

680000

682500

685000

687500

Penampang Mookervart ke Kamal

Penampang Angke ke Mookervart

Skema pembagian Debit

690000

692500

695000

697500

8 Kilometers

218.

164.

239.

Sudetan Kamal 1

M
o
o
k
e
r
v
a
r
t

Elevation (m)

Cengkareng II 1
Legend
WS Q100
Ground
LOB
ROB

0
9

Left Levee
Right Levee

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

17*
18

12*
13*
14*
15*

8*
9*
10*

3*
4*
5*
6*

13
1.5*

12.*

11.*

10.*

9.*

8.*

7.*

6.*

5.*

4.*

2.*

-4

3.*

-2

16000

18000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Cengkareng Drain II di muara


River = Sudetan Kamal Reach = 1

River = Cengkareng II Reach = 1

RS = 1

.03

WS Q100

Legend
WS Q100

Ground

Levee

Bank Sta

-1
-2

Elevation (m)

Ground

1
Elevation (m)

RS = 18

.03

Legend

Levee
Bank Sta

4
3
2

-3
-4

Kondisi di hilir pertemuan Kali Angke

10

15
Station (m)

20

25

30

35

10

20
Station (m)

30

40

Kondisi Sungai Angke setelah pembangunan


Angke 07 1

50

Angke 07 2
Legend
WS Q100

40

Ground
LOB

Elevation (m)

30

ROB
Left Levee

20

Right Levee
10

24
48
69
90
111
134
141
148
155
163
170
176
184
193
200
207
215
224
233
241
251
259
267
277
287
296
303
309
315
322
327
336
345
354
363
372
380
388
395
404
414
424
431
440
447
454
462
470
477
486
496
505
515
522
531
544
552
560
568
577
583
588
596
602
608
614
621
628
636

-10

10000

20000

30000

40000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing di km 3.7


River = Angke 07 Reach = 1

RS = 140

Kondisi Setelah
68-75

River = Angke 07 Reach = 1

Legend

+7.5

68-75

.025

.
0
1
3

WS Q

Elevation (m)

Levee

Bank Sta

Legend
WS Q100

+5.2

Ground

6
Elevation (m)

RS = 140

.013

Ground
Levee

Bank Sta

3
2

2
1

10

20

30

40

50

10

20

Station (m)

Kondisi Existing di 8.7

40

50

River = Angke 07 Reach = 1

Kondisi Setelah

RS = 207

River = Angke 07 Reach = 2

181

+8.6

WS Q

Levee
Bank Sta

Elevation (m)

Ground

.013

7.5

Legend

Elevation (m)

30
Station (m)

RS = 207

181

.025

.013
Legend

7.0

WS Q100

6.5

Ground

6.0

Levee

+5.9

5.5

Bank Sta

5.0
4.5

4
3

4.0
0

10

20

30

40

3.5

50

10

20

Kondisi Existing di km 11.6


River = Angke 07 Reach = 1

RS = 255

River = Angke 07 Reach = 2

278

WS Q

+10.

Bank Sta
8
7

Elevation (m)

Levee

RS = 255

50

278

.025

.013
Legend

+9.9

Ground

.013

10

Legend

10

Elevation (m)

40

Kondisi Setelah

11

WS Q100
Ground
Levee

Bank Sta

6
5

30
Station (m)

Station (m)

10

20

30

40

50

10

Station (m)

Kondisi Saluran Mookervart di Hulu Cengkareng Drain II

20

30
Station (m)

40

50

Mookervart 09 3

Legend
WS Q100

Ground

Elevation (m)

LOB
ROB

Left Levee
Right Levee

3
2

136
1...
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193

1
0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Main Channel Distance (m)

Saluran Mookervart di hulu Cengkareng Dran II melimpas sebagai akibat dari


backwater
River = Mookervart 09 Reach = 3
.013

RS = 179

.025

River = Mookervart 09 Reach = 3

P.102
.013

WS Q100

Elevation (m)

7
6

P.88
.013
Legend
WS Q100

Ground

6.0

Levee

5.5

Levee

5.0

Bank Sta

Bank Sta

RS = 193

.025

6.5

Elevation (m)

.013

7.0

Legend

Ground

4.5
4.0
3.5

3
2

3.0
0

10

20

30

40

50

60

2.5

10

Station (m)

20

30

40

50

60

Station (m)

Sudetan Angke Ke Jeletreng


Berdasarkan analisa, Sungai Angke hanya mampu menerima debit sebesar 90 m3/dt.
Sedangkan debit rencana sungai Angke untuk kala ulang 25 th adalah 239.5. Sehingga
debit yang direncanakan mengalir ke sudetan diperkirakan sebesar 149.5m3/det.

Penampang Sungai Angke setelah disudet ke Jeletreng


Angke 07 1

50

Legend
WS Q100
Ground

40

LOB
ROB
Left Levee
Right Levee
20

10

-10

18
37
53
69
86
101
116
134
140
145
150
157
162
167
172
176
183
190
195
201
206
213
220
228
235
242
250
256
261
268
276
283
289
296
301
307
311
317
323
327
334
340
347
354
361
367
374
380
386
392
398
405
412
419
427
431
438
444
449
455
462
467
473
479
486
493
500
507
514
520
527
532
542
548
555
560
567
574
580
584
588
594
600
605
610
615
621
627
630
636

Elevation (m)

30

10000

20000
Main Channel Distance (m)

30000

40000

River = Angke 07 Reach = 1


7
6

RS = 170

River = Angke 07 Reach = 1

STA 119

RS = 195

159

Legend

Legend

WS Q100

WS Q100
Ground

Levee
Bank Sta

Elevation (m)

Elevation (m)

Ground
5

4
3

2
1

Levee
Bank Sta

10

15

20

25

30

10

20

Station (m)

30

40

50

Station (m)

Normalisasi Lower Angke


Penampang Sungai Lower Angke setelah normalisasi
Angke Low er Angke 3

Angke Low er Angke 2

M
B

3
2

Angke Low er Angke 1


Legend

M
B

WS Q

Ground
LOB
ROB

Elevation (m)

1
0
-1
-2
-3

-5

1000

2000

3000

4000

5000

7.5

7*

6*

5*

4*

3*

2*

9
2
3

8*

7*

6*

5*

3*

2*

10

9*

8*

7*

6*

5*

4*

3*

2*

-4

6000

7000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing di km 0
River = Angke Reach = Lower Angke 3

Kondisi Setelah
RS = 1

River = Angke Reach = Lower Angke 3

AB1

Le gend

WS Q

Ground
Bank Sta

0
-1

Legend
WS Q
Ground
Bank Sta

0
-1
-2

-2

-3

-3
-4
-40

-30

-20

-10

-4

10

10

20

Station (m)

River = Angke Reach = Lower Angke 3

40

Kondisi Setelah

RS = 1

AB1

River = Angke Reach = Lower Angke 1

Legend

WS Q

RS = 1

AG45
Legend
WS Q

Ground
Bank Sta

0
-1
-2

Ground
Elevation (m)

1
Elevation (m)

30

Station (m)

Kondisi Existing di km 4.5

Bank Sta

0
-1
-2

-3
-4
-40

AB1

1
Elevation (m)

Elevation (m)

RS = 1

-30

-20

-10
Station (m)

10

-3

10

Station (m)

12

14

16

18

Normalisasi Sungai Sepak


Sepak Sepak

Legend
WS Q
Ground

LOB

Elevation (m)

ROB
4

-2

500

1000

1500

2000

2500

12

11*

10*

9*

8*

7*

6*

5*

4*

3*

2*

3000

3500

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing di km 0
River = Sepak Reach = Sepak

Kondisi Setelah

RS = 1

SP1

River = Sepak Reach = Sepak

Legend

WS Q

Ground
Bank Sta

2
1

0
-1

-30

-20

-10

WS Q
Ground

-2

Bank Sta

-1

-40

Legend

-2
-50

Station (m)

15

20

RS = 32

Kondisi Setelah
River = Sepak Reach = Sepak

HULU

RS = 12

HULU

Legend

Legend

WS Q

Ground
Bank Sta

WS Q
Ground

5
Elevation (m)

Elevation (m)

10
Station (m)

Kondisi Existing di km 3.15


River = Sepak Reach = Sepak

SP1

3
Elevation (m)

Elevation (m)

RS = 1

Bank Sta

4
3
2

0
-10

-5

10

15

20

25

Station (m)

10

15

20

Station (m)

Konsep Pengendalian Banjir Wilayah Tengah


Peningkatan kapasitas PA Manggarai dengan penambahan pintu air sejumlah 1
Dengan ditambahnya pintu air Manggarai dapat mengurangi muka air di PA
Manggarai dan di Sungai Ciliwung
Kondisi Existing PA Manggarai

Kondisi Setelah

RS = 96.5

IS

River = WBC Reach = WBC 4

Manggarai
Legend

+12.

12

WS Q

Elevation (m)

Levee

Bank Sta

6
4

Legend
WS Q
Ground

Levee
Bank Sta

6
4

10

20

30

40

10

20

Station (m)

30

40

Station (m)

Kondisi Existing Sungai Ciliwung(Hulu Pintu)


RS = 197

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8


Le gend

12

WS Q

+12.

10

Kondisi Setelah

CCL1

14

RS = 197

Legend

10

Bank Sta

6
4

WS Q

+10.

Ground

CCL1

12

Elevation (m)

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

Elevation (m)

Manggarai

Ground

Bank Sta

6
4
2

2
0
85

90

95

100

105

110

115

0
85

120

90

95

100

Kondisi Existing Sungai Ciliwung(km 22.9)


River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

RS = 220

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

+22.

21

WS Q

22

Ground

21

Bank Sta

20
19
18

Elevation (m)

22

16
130

135

140

145

CCL24
Legend

+22.

Bank Sta

15
105

150

WS Q
Ground

18
17

125

RS = 220

19

16
120

120

20

17

115

115

23

Legend

110

110

Kondisi Setelah

CCL24

23

15
105

105

Station (m)

Station (m)

Elevation (m)

IS

+10.

10

Ground

10

RS = 96.5

12

Elevation (m)

River = WBC Reach = WBC 5


14

110

115

120

125

Station (m)

130

135

140

145

150

Station (m)

Peningkatan kapasitas PA Karet dengan penambahan pintu air sejumlah 2 buah


Kondisi Existing PA Karet
River = WBC Reach = WBC 2

RS = 409.5

Kondisi Setelah
IS

River = WBC Reach = WBC 7

Karet Gate

10

Legend

+9.0

WS Q

Levee
Bank Sta

4
2

2
0
-2

20

30

40

50

60

70

80

Station (m)

Kondisi Existing Sungai Krukut (km 0)

Levee
Bank Sta

10

WS Q
Ground

-2

Karet Gate

+8.4

Ground

IS

Legend

Elevation (m)

Elevation (m)

RS = 409.5

10

10

20

30

40

50

60

Station (m)

Kondisi Setelah

70

80

River = Krukut Reach = Krukut

RS = 1

KK2

River = Krukut Reach = Krukut

10

+9.1

WS Q

Bank Sta
6

Ground
Bank Sta

40

45

50

55

60

65

0
35

70

40

45

50

Station (m)

55

60

65

70

Station (m)

Kondisi Existing Sungai Krukut (km 3.9)

River = Krukut Reach = Krukut

RS = 9

Kondisi Setelah

River = Krukut Reach = Krukut

KK10

11

WS Q

Elevation (m)

Bank Sta

KK10
Legend
WS Q

+10.

10

Ground

RS = 9

11

Legend

+10.

10
Elevation (m)

WS Q

+8.6

0
35

Ground
Bank Sta

KK2
Legend

Ground
Elevation (m)

Elevation (m)

RS = 1

10

Legend

10

20

30

40

50

60

70

10

20

30

Station (m)

40

50

60

70

Station (m)

Pengalihan muara Sungai Krukut ke hilir PA Karet disertai dengan penambahan pintu
air Karet sejumlah 2 buah
Krukut Krukut

Elevation (m)

35

Legend

30

WS Q

25

Ground

20

LOB

15

ROB
Left Levee

10

Right Levee

2000

4000

6000

8000

10000

12000

17

16

15*

14*

13*

12*

11*

10*

9*

8*

7*

6*

5*

4*

2*

0
-5

3*

14000

16000

18000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing Sungai Krukut (km 0)


RS = 1

River = Krukut Reach = Krukut

KK2

10

8
Elevation (m)

Legend

+9.1

WS Q

Bank Sta

WS Q
Ground

+6.8

Levee
Bank Sta

0
35

Legend

Ground

RS = 0

10

Elevation (m)

River = Krukut Reach = Krukut

Kondisi Setelah

40

45

50

55

60

65

70

Station (m)

Kondisi Existing Sungai Krukut (km 2.5)

4
Station (m)

Kondisi Setelah

River = Krukut Reach = Krukut


10

RS = 6

River = Krukut Reach = Krukut

KK7
Legend

+9.8

WS Q

Bank Sta

7
6

WS Q
Ground
Levee

Elevation (m)

Elevation (m)

Legend

+8.6

Ground

RS = 3*

Bank Sta

5
5
4
3
55

60

65

70

75

80

85

90

10

Station (m)

River = Krukut Reach = Krukut

RS = 28

KK29

20

River = Krukut Reach = Krukut

30

25

+29.

WS Q

Legend
WS Q

29

Ground

28

RS = 16

30

Legend

29

Bank Sta

Elevation (m)

Elevation (m)

15
Station (m)

27
26

+28.

Ground
Levee

28

Bank Sta

27

26

25
24
45

50

55

60

65

25

70

10

Station (m)

15

20

25

Station (m)

Normalisasi Sungai Ciliwung sejauh 25.42 km dari PA Manggarai


Cross di hulu PA Manggarai

Cross di km 25.42

Kondisi Existing Sungai Ciliwung(Hulu Pintu)


River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

RS = 197

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

CCL1

14

Elevation (m)

Ground
Bank Sta

8
6

100

105

110

115

120

Station (m)

Kondisi Existing Sungai Ciliwung(km 25.72)

Levee
Bank Sta

6
4

95

Ground

90

WS Q

+12.

10

0
85

Legend

12

WS Q

Elevation (m)

+12.

10

RS = 197

14

Le gend

12

Kondisi Setelah

10

15

20

25

30

Station (m)

Kondisi Setelah

35

40

RS = 222

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

CU1

24
Elevation (m)

Le gend

+25.

25

Ground
Bank Sta

22
21
20

Legend

+23.

23

WS Q

23

RS = 222

24

WS Q
Ground

22
Elevation (m)

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8


26

Levee

21

Bank Sta

20
19

19

18

18
17
35

40

45

50

55

17

60

10

15

20

25

30

35

40

Station (m)

Station (m)

Interkoneksi Sungai Ciliwung Ke BKT (debit yang dialihkan 100 m3/dt)


Langsung dihubungkan Ke hulu BKT
Elevasi dasar saluran di Sungai Ciliwung +5.5
Elevasi dasar saluran di hulu BKT +8.98
C
i
l
i
w
u
n
g

-100

8
1

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

246
250

245

244

243

241
242

239
240

237
238

234
235
236

231
232
233

230

229

227
228

226

225

223

199

0
-50

222

50

219
221

100

LOB
ROB

215
217

C
i
l
i
w
u
n
g

150

210
211
213

200

WS Q
Ground

208

250

Legend

201

Elevation (m)

300

Ciliw ung Ciliw ung 8

206

350

204

400

80000

90000

Main Channel Distance (m)

Ciliw ung Ciliw ung 8-1

Ciliw ung Ciliw ung 8


Legend

40

WS Q

30

Elevation (m)

Ground

20

LOB

10

ROB

5000

10000

15000

222

221

220

219

218

217

216

215

214

213

212

211

210

209

208

207

206

205

204

202

201

200

199

198

-20

197

-10

20000

25000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing Sungai Ciliwung(Hulu Pintu)


RS = 197

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8-1

CCL1

14

+12.

12

12

WS Q

10

Bank Sta

8
6
4

CCL1

+10.

WS Q
Ground

Bank Sta

6
4
2

2
0
85

RS = 197

Legend

Ground

10
Elevation (m)

Le gend

Elevation (m)

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

Kondisi Setelah

90

95

100

105

110

115

120

Station (m)

Kondisi Existing Sungai Ciliwung(km 25.72)

0
85

90

95

100

105

110

Station (m)

Kondisi Setelah

115

120

RS = 222

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

CU1

+25.

25

Elevation (m)

24
23

Le gend

25

WS Q

24

Ground

23

Bank Sta

22
21
20

Elevation (m)

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8


26

CU1
Legend

+24.

WS Q
Ground
Bank Sta

22
21
20
19

19

18

18
17
35

40

45

50

55

17
35

60

40

45

Station (m)

BKTimur BKT2

B
K
T
i
m
u
r

15
10

-10

55

BKTimur BKT4

60

B
K
T
i
m
u
r

B
K
T
3

Legend
WS Q
Ground
LOB

B
K
T
5

ROB
Left Levee
Right Levee

07
11
16
20
24
28
32
35
39
43
47
51
55
59
63
66
70
74
78
82
86
90
93
97
101
105
109
113
117
121
125
129
135
140
145
152
159
167
178
186
195
205
215
220
226
234
241
248
256
263
269
277
285
294
301
308
315
324
333
342
349
356
363

-5

50
Station (m)

BKTimur BKT1

20

Elevation (m)

RS = 222

5000

10000

15000

20000

25000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Limpasan di km 8
River = BKTimur Reach = BKT1

RS = 86

Kondisi Limpasan di km 8.5


BKT. 86

River = BKTimur Reach = BKT1

Legend

WS Q

Ground
Levee

Bank Sta

Legend
WS Q
Ground
Levee

Bank Sta

0
-1
-40

BKT. 92

4
Elevation (m)

Elevation (m)

RS = 92

-20

20

40

60

80

100

120

140

-1
-40

Station (m)

-20

20

40

60

80

100

120

140

Station (m)

Melalui Sungai Cipinang


Kondisi sungai Ciliwung pada alternatif ini sama dengan pada alternatif 1 (sebelumnya).
Yang berbeda yaitu kondisi Sungai Cipinang yang disebabkan oleh pengalihan sebagian debit
dari Sungai Ciliwung.
Elevasi dasar saluran di Sungai Ciliwung +5.5
Elevasi dasar saluran di Sungai Cipinang +12.64

C
i
p
i
n
a
n
g

24
22

18

WS Q
Ground
LOB

I
n
l
e
t

16
14
12

ROB
Left Levee
Right Levee

1000

2000

3000

4000

5000

87
88
89
91

77
79
81
83
85

75

72

6
11
14
17
20
24
27
31
33
36
39
2

70

B
K
T

10
8

Legend

40
42
45
48
51
53
55
59
61
63
65
67

Elevation (m)

20

Cipinang Inlet BKT

6000

7000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing Sungai Cipinang (km 0.2)


River = Cipinang Reach = Inlet BKT

RS = 13

Kondisi Setelah

CP19

River = Cipinang Reach = Inlet BKT 2

16

Legend

15

WS Q

Bank Sta

+12.

12

Elevation (m)

Elevation (m)

Levee

13

11
10

14

Ground
Levee
Bank Sta

13
12
11

10

15

20

25

10

30

10

15

River = Cipinang Reach = Inlet BKT

RS = 40

River = Cipinang Reach = Inlet BKT


Legend

18

WS Q

Levee

+15.

Bank Sta

13

40

50

+17.

Levee
Bank Sta

15
14

30

WS Q
Ground

16

13

20

A37
Legend

17

14

10

RS = 40

18

Elevation (m)

17

30

19

Ground

15

25

Kondisi Setelah

A37

19

16

20

Station (m)

Kondisi Existing Sungai Cipinang (km 2.2)

Elevation (m)

WS Q

+14.

Station (m)

12

CP19
Legend

15

Ground
14

RS = 13

16

12

10

Station (m)

Pembuatan Terowong Alih dengan trase sebagai berikut.

20

30
Station (m)

40

50

685000

690000

695000

700000

705000

710000

715000

720000

N
W

E
9325000

9325000

LAUT JAWA

DINAS PEKERJAAN UMUM


PROVINSI DKI JAKARTA
KETERANGAN :
Sungai / Drainase
Rencana Deep Tunnel

9320000

9320000

JAKARTA UTARA

JAKARTA BARAT

Jalan

9315000

9315000

JAKARTA PUSAT

9310000

9310000

JAKARTA TIMUR

Rencana Deep Tunnel


JAKARTA SELATAN

LOKASI

9305000

9305000

U pper Gr ogol

9300000

9300000

L : 10.2 KM
GAMBAR :

9295000

9295000

PETA RENCANA
DEEP TUNNEL

685000

690000

695000

700000

705000

710000

715000

8 Kilometers

720000

Dengan D : 8 m jumlah 2 bh
Muka Air di Terowong alih
Terow ongan 1
Legend

30

WS Q100

25

Ground
LOB

20

ROB

15
10
5
0

2.5

Elevation (m)

35

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

Main Channel Distance (m)

Muka Air di Upstream

Muka Air di Downstream

River = Terowongan Reach = 1

RS = 2.5

River = Terowongan Reach = 1

Culv

35

Le gend
WS Q100

25

20

Legend
WS Q100
Ground
Bank Sta

15

10

Culv

Ground
Bank Sta

Elevation (m)

Elevation (m)

30

RS = 2.5

10

10

15

20

10

15

20

Station (m)

Station (m)

Setelah dibangun terowong alih, sungai Ciliwung masih melimpas sebagai akibat dari
penampang yang sudah tidak mampu menampung debit. Untuk itu pembangunan terowong
alih perlu disertai dengan perbaikan sungai Ciliwung dengan memperbaiki penampang dan
membuat tanggul tanpa perlu melebarkannya. Perbaikan sungai dilakukan dari hulu PA
manggarai sampai dengan 7.9 km ke arah hulu. Selain itu dilakukan pembangunan tanggul di
sebelah hulu terowong alih yaitu dari km 19.8 sampai dengan km 25.7.

Muka Air Sungai Ciliwung setelah pembangunan terowong alih dan perbaikan sungai
Ciliw ung Ciliw ung 8-1

400

Ciliw ung Ciliw ung 8


Legend

350

WS Q100

Elevation (m)

300

Ground

250

LOB

200

ROB

150

Lef t Lev ee

100

Right Lev ee

50

-100

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

246

245

244

243

241
242

237
238
239
240

234
235
236

231
232
233

230

229

227
228

226

225

223

222

219
221

215
217

211
213

209

207

205

203

201

199

0
-50

90000

Main Channel Distance (m)

Ciliw ung Ciliw ung 8-1

Ciliw ung Ciliw ung 8


Legend

30

WS Q100

LOB
ROB

10

Perbaikan

Lef t Lev ee
Right Lev ee

5000

10000

15000
Main Channel Distance (m)

20000

222

221

220

219

218

217

216

215

214

213

212

211

210

209

208

207

206

205

204

203

202

201

200

-10

199

198

Elevation (m)

Ground

Pembuata

20

25000

Kondisi Existing Sungai Ciliwung(Hulu Pintu)


RS = 197

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8-1

CCL1

14

+12.

12

Elevation (m)

10

Le gend

12

WS Q

10

8
6

CCL1
Le gend
WS Q100

+9.9

Ground
Bank Sta

6
4

2
0
85

90

95

100

105

110

115

0
85

120

90

95

100

Station (m)

105

110

Station (m)

Kondisi Existing Sungai Ciliwung(km 7.9)


River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

Kondisi Setelah
River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8-1

RS = 205 CCL9

18

12
10

Elevation (m)

Bank Sta

+12.

12

Ground

14

CCL9
Legend

13

WS Q

RS = 205

.025

14

Legend

+17.

16
Elevation (m)

RS = 197

.025

Ground
Bank Sta

Elevation (m)

River = Ciliwung Reach = Ciliwung 8

Kondisi Setelah

WS Q100
Ground
Bank Sta

11
10
9
8

6
130

135

140

145

150

6
125

155

130

135

Station (m)

140

145

150

Station (m)

Konsep Pengendalian Banjir Timur


Normalisasi Sungai Sunter (outlet BKT)
Sunter Sunter 1

20

Sunter Sunter 2

Sunter Sunter 3
Legend
WS Q

15
10

LOB
ROB

Lef t Lev ee
Right Lev ee

-10

2000

4000

22*
23*
24*
25*
26*
27*
28
31
34
37
4
7
10
13
16
18
22

15
17*
18*
19*
20*

10*
11*
12*
13*

5*
6*
7*
8*

2*
3*

-5

6000

8000

10000

12000

14000

16000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing Sungai Sunter (muara km 0)

Kondisi Setelah

31
36

25
28
31
35
38
42
45
48
54
59
64
67
72
76
82
85
88
94
98
102
106
112
4
9
13
18
25
28

Elevation (m)

Ground

18000

River = Sunter Reach = Sunter 1

RS = 1

ID: dki310_65

River = Sunter Reach = Sunter 1

Legend

WS Q

Elevation (m)

Elevation (m)

Legend
WS Q

0
-1

-2
-3

-30

-20

-10

-4

Bank Sta

-1

-3

-40

Levee

-2

-50

Ground

Bank Sta

-4
-60

10

20

30

40

50

Station (m)

Station (m)

Kondisi Existing Sungai Sunter (km 6.19)


River = Sunter Reach = Sunter 1

RS = 72

Kondisi Setelah
River = Sunter Reach = Sunter 1

SD_77

WS Q

RS = 28

.02

Legend

Legend
WS Q

Ground

Ground
Bank Sta

Elevation (m)

Elevation (m)

ID: dki310_65

Ground

-1

-2

RS = 1

.02

Levee
Bank Sta

1
0
-1

10

15

20

25

30

-2

35

10

15

20

25

30

Station (m)

Station (m)

Normalisasi Sungai Old Cakung (outlet BKT)


Sungai Cakung Cakung Lama

Legend
WS Q

Elevation (m)

Ground

LOB

ROB
Lef t Lev ee

Right Lev ee

2000

4000

6000

8000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing Sungai Cakung Lama (km 0)

Kondisi Setelah

21

20*

19*

18*

17*

16*

15*

14*

13*

12*

10

9*

8*

7*

6*

5*

4*

3*

2*

0
-1

11*

10000

River = Sungai Cakung Reach = Cakung Lama

RS = 1

CL 1

River = Sungai Cakung Reach = Cakung Lama

2.5

WS Q
Ground

Bank Sta

1.5

Levee

Elevation (m)

Elevation (m)

Legend

Ground

1.0
0.5

Bank Sta

0.0
-0.5
-10

10

20

30

40

50

-1

60

Station (m)

10

12

14

16

Station (m)

Kondisi Existing Sungai Cakung Lama (km 4.4)


River = Sungai Cakung Reach = Cakung Lama

RS = 67

CL67

Kondisi Setelah
River = Sungai Cakung Reach = Cakung Lama

3.5

Legend

RS = 10

CL67

.03

4.0

WS Q
3.0

Legend
WS Q

3.5

Ground

Ground

Bank Sta

3.0

Elevation (m)

Elevation (m)

CL 1

WS Q

2.0

2.5

2.0

Levee
Bank Sta

2.5
2.0

1.5

1.5

1.0
-12

-10

-8

-6

-4

-2

1.0

Station (m)

River = Sungai Cakung Reach = Cakung Lama

RS = 140

Legend

6.0

5.5

WS Q

5.5

Ground

5.0

Elevation (m)

Bank Sta

4.0

3.5
3.0

10

15

20

Kondisi Setelah
RS = 21

.03
Legend
WS Q
Ground

2.5

25

Levee
Bank Sta

4.0

3.0

14

4.5

3.5

-5

12

5.0

4.5

-10

10

River = Sungai Cakung Reach = Cakung Lama

CL140

6.0

2.5
-15

8
Station (m)

Kondisi Existing Sungai Cakung Lama (km 9.8)

Elevation (m)

RS = 1

.03

Legend

Station (m)

Station (m)

Pembuatan Tanggul di Sungai Jatikramat


Tanggul dibuat di sepanjang Sungai Jatikramat km 0.4-0.65, km 0.8-1, km 1.6-2.6
Jatikramat Inlet BKT

Elevation (m)

18

Legend

16

WS Q

14

Ground

12

LOB

10

ROB

Lef t Lev ee

Right Lev ee

500

1000

60
62
64
66
68
70
72
74
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110

18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58

6
8
10
12
14

16

1500

2000

Main Channel Distance (m)

Kondisi Existing di km 0.66

Kondisi Setelah

2500

RS = 31

River = Jatikramat Reach = Inlet BKT

P80/30

WS Q

11.0

WS Q

10.5

Ground

10.5

Ground

Levee

10.0

Bank Sta
9.5
9.0

Bank Sta
9.5
9.0
8.5

8.0

8.0
5

10

15

20

7.5

25

Levee

10.0

8.5

Legend

10

Station (m)

River = Jatikramat Reach = Inlet BKT

RS = 44

P68/42

River = Jatikramat Reach = Inlet BKT

25

RS = 44

P68/42

13

Le gend

Le gend

WS Q

12

WS Q

12

Ground
Elevation (m)

Levee
11

Bank Sta

10

Ground
Levee

11

Bank Sta

10

10

15

20

25

30

10

Station (m)

15

20

25

30

Station (m)

Kondisi Existing di km 2.6


River = Jatikramat Reach = Inlet BKT

Kondisi Setelah

RS = 109

River = Jatikramat Reach = Inlet BKT

P2/108

16

WS Q

Elevation (m)

Levee
Bank Sta

13

P2/108
Legend
WS Q

15

Ground

14

RS = 109

16

Legend

15

Ground
Levee

14

Bank Sta

13

12

12

11

20

Kondisi Setelah

13

15
Station (m)

Kondisi Existing di km 0.8

Elevation (m)

P80/30

11.0

7.5

Elevation (m)

RS = 31

11.5

Le gend

Elevation (m)

Elevation (m)

River = Jatikramat Reach = Inlet BKT


11.5

10

15

20

25

30

11

35

10

15

20

25

30

35

Station (m)

Station (m)

Pembuatan Tanggul di Sungai Cakung Inlet BKT


Sungai Cakung Inlet BKT

16

Legend
WS Q

14

Ground
LOB

10

ROB
Lef t Lev ee

Right Lev ee

500

1000

1500
Main Channel Distance (m)

2000

2500

143
145
147

139
140

125
127
129
131
133
135
137

51
53

48

55
57
59
61
63
65
67
69
71
73
75
77
79
81
83
85
87
89
91
93
95
97
99
101
103
105
107
109
111
113
115
117
119
121
123

37
39
41
43
45

Elevation (m)

12

3000

Kondisi Existing di km 1.06


River = Sungai Cakung Reach = Inlet BKT

RS = 76

Kondisi Setelah
River = Sungai Cakung Reach = Inlet BKT

P.47

8.5

Legend

8.0

WS Q

Bank Sta
6.5
6.0

Elevation (m)

Elevation (m)

Levee

7.0

P.47
Legend
WS Q

Ground

7.5

RS = 76

5.5

Ground
Levee

Bank Sta

5.0
4.5

10

12

14

Kondisi Existing di km 1.56


River = Sungai Cakung Reach = Inlet BKT

RS = 96

River = Sungai Cakung Reach = Inlet BKT

P.67

WS Q

14

Ground
Levee

Bank Sta

RS = 96

P.67
Legend
WS Q

9
Elevation (m)

Elevation (m)

12

10

Legend

Ground
Levee

Bank Sta

10

15

20

25

30

Station (m)

V.3

10

Kondisi Setelah

10

8
Station (m)

Station (m)

35

10

15

20

25

30

35

Station (m)

Analisa Penataan Ruang

Dalam melakukan evaluasi terhadap penataan ruang Jabodetabek dan pengaturan air WS
Ciliwung-Cisadane perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mempercepat pengesahan Rakeppres Jabodetabek 2015 menjadi Keppres, dengan
melakukan pengujian validitas materi konsep melalui upaya sosialisasi terhadap
masyarakat dan aparat pelaksana penataan ruang di kawasan ini.
2. Master Plan pengendalian banjir yang ada (1997) perlu disempurnakan antara lain dengan
alternatif membangun waduk penampung banjir. Sebagian debit banjir akan ditahan
dibagian hulu dengan membangun waduk-waduk antara lain Waduk Ciawi (Sungai
Ciliwung) dan Waduk Genteng (Sungai Cisadane). Selain itu, perlu dibangun atau
direhabilitasi situ-situ dibagian tengah dan hilir. Dari pembangunan waduk dan situ-situ

tersebut akan diperoleh manfaat lain yaitu bertambahnya resapan air tanah dan pasokan
air baku untuk daerah hilir.
3. DAS Ciliwung-Cisadane yang mengalir melintas batas administratif dari kota dan
kabupaten di Jabodetabek memerlukan upaya-upaya pelestarian DAS, pencegahan erosi,
sedimentasi dan pendangkalan sungai melalui mekanisme insentif dan disinsentif. Hal ini
dapat terlaksana bilamana ada koordinasi dari pemerintah pusat, provinsi, Kabupaten/kota
serta pelibatan sektor swasta dan masyarakat antara lain dengan membentuk forum
komunikasi.

V.3.1

Analisa Rencana Tata Ruang Wilayah Bopunjur dan Jabodetabek

Kawasan Jabodetabek secara nasional mempunyai nilai strategis, yaitu sebagai pusat kegiatan
penting berskala nasional, sehingga di dalam RTRW Nasional, Depok, Bekasi dan Tangerang
ditetapkan sebagai kawasan penyangga DKI Jakarta, yang diarahkan sebagai buffer cities dan
berfungsi sebagai counter magnet, sedang Bogor merupakan pusat kegiatan wilayah (PKW)
kawasan andalan Bopunjur yang merupakan kawasan tertentu di Jawa Barat yang berfungsi
sebagai kawasan konservasi air dan tanah bagi kawasan Bopunjur dan DKI Jakarta di sebelah
hilir. Sebagai wilayah resapan air atau konservasi air dan tanah maka perlu penataan dan
pemanfaatan ruang yang terpadu dengan kondisi lingkungan baik internal maupun ekternal.
Bencana banjir yang terjadi di DKI Jakarta beberapa waktu lalu diperkirakan akibat kurang
koordinasi antar lembaga pemerintahan di tingkat kabupaten/kota di Jabodetabek dan kurang
tegasnya aparat dalam menindak developer maupun individu yang melakukan pembangunan
di lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Berdasarkan laporan dilapangan terdapat
lahan kritis baik di DAS Ciliwung maupun Cisadane. Hal ini diakibatkan selain adanya
peladangan yang berpindah juga akibat alih fungsi lahan menjadi lahan untuk kegiatan
budidaya yang tidak terkendali.

Gambar V-33. Peta Wilayah DKI berada di WS Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum

Terdapat 3 Kawasan Andalan di sekitar DKI Jakarta, yaitu;


4. Kawasan Perkotaan Jakarta
5. Kawasan Andalan Laut P.Seribu
6. Kawasan Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur)
Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (BOPUNJUR) ditetapkan sebagai kawasan tertentu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN).yang memerlukan penanganan khusus. Kawasan ini merupakan kawasan yang
mempunyai nilai strategis sebagai kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya yaitu wilayah Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi
serta Kota-Kota Bogor,Depok, Tangerang, dan Bekasi) dan wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Dasar hukum dari penetapan kawasan Bopunjur sebagai kawasan tertentu yang memerlukan
penanganan khusus adalah:
7. Keppres No 48 tahun 1983 tentang penanganan khusus penataan ruang dan penertiban
serta pengendalian pembangunan pada kawasan pariwisata Puncak, dengan tujuan
mencegah kerusakan lingkungan hidup yang lebih parah sebagai akibat dari
perkembangan kegiatan dan kawasan budidaya yang cukup pesat serta cenderung tidak
terkendali.

8. Keppres No 79 tahun 1985 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Puncak, yang
merupakan tindak lanjut dari Keppres No. 48/1983 dan memuat penetapan kawasan
lindung, penyangga, budidaya pertanian dan non pertanian.Peraturan Daerah mengenai
RTRW masing masing daerah Kabupaten/Kota
9. Keppres No. 114 Tahun 1999 tentang penataan Ruang Kawasan Bogor Puncak Cianjur
(Bopunjur), yang menetapkan pokok-pokok kebijaksanaan penataan ruang di Kawasan
Bopunjur yang terdiri atas kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
10. RUTR Jabodetabekjur
Tujuan penetapan Kawasan Bopunjur sebagai kawasan konservasi air dan tanah adalah :
11. menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah yang merupakan fungsi utama
kawasan, dan
12. menjamin tersedianya air dan tanah, air permukaan dan penanggulangan banjir bagi
Kawasan Bopunjur dan daerah hilirnya.
Kebijaksanaan perencanaan tata ruang kawasan Bopunjur merupakan penetapan lokasi
dominan pemanfaatan ruang berdasarkan atas;
13. fungsi utama kawasan yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya,
14. fungsi kawasan dan aspek kegiatan yang meliputi kawasan perdesaan dan kawasan
perkotaan.
Dalam kebijaksanaan pemanfaatan ruang kawasan Bopunjur, ditetapkan bahwa;
15. Dalam kawasan lindung dilarang dilakukan kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi
lindung.
16. Pemerintah Daerah perlu melakukan rehabilitasi dan reboisasi kawasan lindung dengan
tutupan vegetasi tetap.
17. Diluar kawasan lindung dapat dikembangkan sebagai kegiatan budidaya dengan
ketentuan perlu menjaga konservasi air dan tanah serta tidak mengganggu kesuburan dan
keawetan tanah, menjaga fungsi hidrologis lahan, kelestarian flora dan fauna, dan
keserasian fungsi lingkungan hidup.
18. Kawasan pertanian lahan basah tidak boleh dialih fungsikan untuk kegiatan lain.

19. Di kawasan perdesaan tidak diperkenankan melakukan pembangunan yang mengurangi


areal produktif dan wisata alam, mengurangi daya resap air dan merubah bentang alam.
20. Di kawasan perkotaan dilarang membangun industri yang mencemari lingkungan dan
banyak menggunakan air serta memperluas atau menambah industri di Kecamatan
Cimanggis, Cibinong dan Gunungputri.

V.3.2

Usulan Optimasi Tata ruang

Permasalahan di Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane yang terkait dengan banjir di DKI


Jakarta adalah terjadinya perubahan penggunaan lahan di kawasan Bopunjur dan
Jabodetabek, yang diyakini memberikan dampak negatif terhadap terjadinya banjir di DKI
Jakarta. Tabel berikut adalah perubahan penggunaan lahan di sebagian WS hulu CiliwungCisadane, yang masuk dalam kawasan Bopunjur dan perubahan penggunaan lahan di
Jabodetabek dalam kondisi eksisting (2001) dengan Rakeppress Jabodetabek (2002).
Tabel V-7. Pengunaan Lahan pada DAS Ciliwung Cisadane dalam kawasan Bopunjur, tahun 1994 dan 2001

Kawasan Bopunjur merupakan kawasan yang terkait erat dengan kepentingan nasional,
Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor dan kepentingan dunia usaha. Karena itu, perlu
adanya strategi

perencanaan yang dapat mengakomodasi seluruh kepentingan tersebut.

Kondisi perkembangan pembangunan di kawasan Bopunjur pada dasarnya adalah bahwa


telah terjadi konflik kepentingan diantara seluruh pelaku pembangunan dikawasan ini.
Kecenderungan perkembangan kota-kota di Kawasan Bopunjur dipengaruhi oleh:

21. Perubahan struktur ekonomi ke sektor industri pada lokasi zona industri dan kawasan
industri dengan akses ke kota-kota Cibinong, Citeureup dan Gunung Putri.
22. Meningkatnya kebutuhan perumahan yang mendorong pembangunan real estate skala
menengah dan besar serta pembangunan kota baru Sentul.
23. Efisiensi pemanfaatan lahan perkotaan yang dinilai dan harganya makin mahal,
menyebabkan peluang perkembangan kota di wilayah sekitarnya, baik yang terencana
maupun yang tak terkendali seperti terjadi di seluruh kawasan Bopunjur, kecuali di
kecamatan

Cisarua

dan

Megamendung

yang

dikendalikan

terbatas

dalam

pengembangannya.
Dibawah ini dapat dilihat ketentuan dan metodologi dalam proses penanganan dan
pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan Bopunjur.

Arahan Strategi Kebijaksanaan Pemanfaatan Ruang Di Kawasan Tertentu Bopunjur Dan


Jabodetabek;
24. Skenario pengembangan konsep ruang linier dengan buffer zone (zona penyangga), maka
pada tiap pengembangan perumahan sepanjang jalur aksesibilitas harus mempunyai batas
satu dengan lainnya dalam bentuk zona pemisah. Guna mendorong pembentukan konsep
linier dengan buffer zone, pada poros utara-seiatan (Jakarta-Depok-Cibinong-Bogor),
kegiatan jasa dan perdagangan juga sekaligus berfungsi pusat cluster-cluster permukiman.
25. Menetapkan sistem pusat permukiman menurut hirarkinya di sekitar DKI Jakarta sebagai
counter magnet untuk mengurangi tekanan penduduk dengan segala aktiftasnya dengan
ke DKI Jakarta

Tabel V-8. Metodologi penanganan penataan ruang kawasan Bopunjur.

Sumber: Ditjen Tata Ruang, Dep. PU, Laporan Tim Pelaksana Program Pengendalian
Banjir di Kawasan Bopunjur dan Jabodetabek Bidang Penataan Ruang, 2002, dengan
perbaikan

26. Kawasan permukiman dengan intensitas pengembangan tinggi seperti pada pusat
perkotaan dapat direncanakan secara superblock atau highrise building
27. Pengembangan kawasan permukiman pada poros utara - selatan (Jakarta - Depok Cibinong - Bogor) harus lebih diperhatikan, dalam artian pengembangan harus dilakukan
secara duster dan perbandingan KDB dan lokasi pembangunan harus memenuhi
persyaratan sebagai daerah resapan air.
28. Pengembangan kegiatan jasa dan perdagangan juga diarahkan mengikuti suatu jenjang
hirarki sistem pusat, yang terdiri atas tingkat internasional-regional, provinsi,
kaupaten/kota hingga tingkat lokal
29. Kawasan industri pada poros Jakarta - Depok - Cibinong - Bogor dibatasi hanya untuk
klasifikasi industri yang mempunyai dampak lingkungan minimum.

30. Kawasan pertanian di sepanjang pantai utara yang mempunyai irigasi teknis diarahkan
sebagai pertanian pangan lahan basah, sehingga dapat berfungsi sebagai usaha kegiatan
ekonomi dan sebagai penyangga (buffer zone) yang berfungsi dalam menjaga
keseimbangan lingkungan.
V.3.3

Kebijaksanaan pengembangan transportasi Jabodetabek meliputi :

31. Pengembangan sistem transportasi di Kawasan Jabodetabek perlu dikaitkan dengan peran
dan fungsi pusat-pusat permukiman serta perkembangan pola kegiatan yang ada di
kawasan ini
32. Pemasyarakatan sistem angkutan massal dengan mengembangkan sistem angkutan kereta
api sebagai moda transportasi alternatif
33. Peningkatan jaringan jalan tol dan jaringan jalan alternatif dalam rangka menunjang
katerkaitan kawasan-kawasan fungsional wilayah Jabodetabek.

V.3.4

Kebijaksanaan Pengembangan Air Baku dan Prasarana Air Bersih

34. Meningkatkan efisiensi sistem prasarana yang ada melalui penurunan kebocoran air dan
manajemen pelayanan
35. Meningkatkan kepuasan pelanggan
36. Meningkatkan peran swasta dan masyarakat
37. Meningkatkan cakupan pelayanan hingga 80 % penduduk perkotaan
38. Memelihara kelestarian sumber-sumber air baku guna menjaga kesinambungan pasokan
air baku yang akan diolah
V.3.5

Kebijaksanaan dan Strategi Pengembangan Prasarana Pengendalian


Banjir.

Tujuan dari pengendalian banjir adalah menciptakan lingkungan kota yang bebas banjir dan
genangan dengan menata daerah aliran sungai, melalui pengendalian sungai yang terpadu
dengan system drainase wilayah. Strategi yang ditempuh adalah :
39. Menggunakan analisis dan perhitungan banjir rencana 100 tahun pada ruas ruas sungai
tertentu

40. Mengendalikan debit air dan meningkatkan kapasitas sungai dengan cara pelebaran atau
pengurukan sungai
41. Membangun, meningkatkan dan mengembalikan fungsi situ-situ dan waduk sebagai
penampungan air.
42. Menjaga fungsi lindung dengan ketat sesuai ilengan arahan pemanfaatan yang
berhubungan dengan tata air.
43. Menjaga pemanfaatan ruang pada daerah aiiran sungai (DAS) agar fungsi kawasan tetap
terjaga.
44. Pembuatan sarana pengendali banjir, seperti pintu-pintu air untuk fungsi pengaturan
45. Kajian alternatif pembuatan sudetan sungai Ciliwung - Cisadane di Kota Bogor.
46. Pengendalian pembangunan pada bantaran sungai yang berada di kawasan Jabotabek
dengan upaya penghijauan atau membebaskan seluruh daerah bantaran sungai dari
kawasan terbangun, disesuaikan dengan garis sempadan sungai yang telah ditetapkan.
47. Meningkatkan peranserta masyarakat dalam menjaga kelestarian sungai-sungai.

V.3.6

Rumusan Struktur Tata Ruang Kawasan Tertentu Jabodetabek

48. Membentuk sistem pusat-pusat permukiman yang berjenjang dan memberikan tingkat
pelayanan yang lebih merata pada setiap bagian wilayah perkotaan.
49. Mengintegrasikan sistem pusat-pusat permukiman pada jaringan jalan "outer ring road"
dan mengembangkan buffer zone pada jaringan jalan tersebut
50. Menetapkan kawasan dengan prospektif ekonomi yang tinggi untuk dapat dikembangkan
secara optimal
51. Menetapkan kawasan konservasi dan lindung pada wilayah sebelah selatan yang
berfungsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air tanah
52. Meningkatkan pemanfaatan ruang dengan meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana
dasar dan kelengkapan sarana lainnya
53. Menetapkan sistem jaringan transportasi darat dan indikasi sistem angkutan massal
sehingga tercapai efisiensi interaksi kegiatan, diantaranya

54. Mengembangkan sistem jaringan kereta api Cilincing - Cakung - Nambo - Citayam Serpong
55. Pembangunan jalan Jakarta outer ring road

VI. KESIMPULAN

Dari hasil analisa hidrologi dan hidrolika maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan yang
terkait dengan pengelolaan banjir di wilayah Daerah Aliran Sungai Ciliwung yang terletak di
wilayah administrasi JABODETABEK seperti berikut;
Hasil dari analisis hidrologi dan hidrolika menunjukan perkembangan atau pertumbuhan
penduduk diwilayah JABODETABEK menyebabkan meningkatnya debit banjir akibat
perubahan tataguna lahan dan menurunnya kapasitas angkut saluran atau sungai yang
tergusur oleh pemanfaatan lahan sebagai pemukiman.
Perbaikan sungai sulit dilaksanakan karena keterbatasan lahan di daerah perkotaan, oleh
karena itu perlu diaplikasikan teknik detensi dan retensi untuk menahan air di lokasi
turunnya air hujan sebagai upaya flood distribution management.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun konsep Flood Distribution Management
Daerah Aliran Sungai perkotaan sebagai dasar untuk berbagai keperluan pengelolaan
banjir di Daerah Aliran Sungai perkotaan baik ditingkat pengambilan keputusan maupun
ditingkat pelaksanaan di lapangan.
Alokasi penahanan air hujan dilokasi tempat turunnya dapat dilakukan dengan
menampung air di danau/Situ, sumur-sumur resapan, atp rumah atau halaman dan
lapangan parkir.
Alokasi penahanan air hujan dapat dijadikan kewajiban setiap wilayah administrasi dari
sub-DASnya.

DAFTAR PUSTAKA
Batty, M., Dodge, M., and Jiang, B., 1999, GIS and urban design. Geographical Information
and Planning, F. Stillwell and H. Scholter, eds., Springer, Berlin.
Braskerud B. C., Tonderski K. S., Wedding B., et al, 2005. Can constructed wetlands reduce the
diffuse phosphorus loads to eutrophic water in cold temperate regions. J. Environ. Qual.. 34,
2145-2155.
Brinkman, J.J., 2007. Flood Hazard Mapping Overview. Dutch assistance with nonstructural
measures Jakarta Flood Management.
Brinkman, JJ, Diermanse, F., Zijl, F. 2997: Hydrology and Sea water level Dutch assistance
with non-structural measures Jakarta Flood Management.
Burnash, R.J.C., Ferral, R.L and Mc.Guire, R.A. A generalized streamflow simulation system.
Conceptial modelling for digital computers. Dept. of Water Resources, Sacramento, March
1973.
Chow, V. T. 1959. Open-Channel Hydraulics. McGraw-Hill, Inc. (the classic text)
Deason, J. P., 2003, A NEW APPROACH TO CLEANING UP CONTAMINATED URBAN
RIVER CORRIDORS IN THE UNITED STATES: THE URBAN RIVER RESTORATION
INITIATIVE, Proceedings of International Conference on Energy and the Environment ,
Shanghai, China.
DKI 3-9, 2005: Drainage management for Jakarta: strategic action program developement,
NEDECO, 2005.
DKI 3-10, 2005: Outline plan for major drainage and small lakes management in JabodetabekBopunjur area WJEMP PUSAT 3-10, Nippon Koei and Kwarsa Hexagon, June 2005
Dodge, M., Doyle, S., Smith, A., and Fleetwood, S., 1998_. Towards the virtual city, VR &
internet GIS for urban planning. Proc., Virtual Reality and Geographical Information
Systems Workshop, London, 111.
Dodge, M., Smith, A., and Doyle, A. _1997_. Visualising urban environments for planning and
design. Proc., Graphics, Visualization and the Social Sciences Workshop, AGOCG,
Loughborough, U.K.

DPU, 2007. Pedoman siaga banjir. Provinsi DKI Jakarta. Tahun 2007/2008. PU-DKI.
Gaffney, K., Mei, A., 2004, Site Design for a Neighborhood-Scale Stormwater Detention Park in
the Proposed Los Angeles River National Urban Wildlife Refuge, University of California,
Berkeley.
Han Runping, Lu Yongsen, Yang Jian, Liu Hongmin, 2004. Pilot test on multiple layer microbial
earthworm eco-filter system for sewage treatment. China: Acta scientiae circumstantiae. 24,
450-454.
Hashemi, M.R., Javan, M., and Talebbeydokhti, N., 2003, Assesment of Bed Regulation Methods
in Urban Rivers, ASCE conference on Protection and Restroration of Urban and Rural
Streams.
Howard, T.L.J. dan Gaborit, N., 2007, Using Virtual Environment Technology to Improve Public
Participation in Urban Planning Process, the Journal of Urban Planning and Development,
Vol. 133, No. 4, 233241.
Jencks, R., 2005, Landscape-based stormwater management for industrial lands Piers, University
of California, Multi-Campus Research Unit.
Kojiri, T., Sasak S.,Ito K, dan Hori T., Flood Management in Urban River Basins, World Water
Congress 2001, ASCE.
Lamb, B. L. dan Lovrich, N. P., 1987, STRATEGIC USE OF TECHNICAL INFORMATION IN
URBAN INSTREAM FLOW PLANS, Journal of Water Resources Planning and
Management, Vol. 113, No. 1, 42-52.
Liu Chaoxiang , Hu Hongying , Zhang J ian , Huang Xia , Shi Hanchang , Qian Yi, 2003. Rural
sewage treatment performance of constructed wetlands with different depths. China:
Environmental science. 24, 92-96.
Liu Jun, Xu Yatong, Chen Qiaqun, Liu Bin, Zhu Dingzhou, 2006. Experiment of ecological
restoration in water body of half-closed city river. China: Techniques and equipment for
environmental pollution control. 7, 27-30.

Liu Jun, Xu Yatong, Chen Qiaqun, Hu Heping, 2006. Study on the application of improved
vertical-flow constructed wetland on the treatment of half-closed city river. China:
Environmental science and management. 31, 54-58.
Nakanishi M. , 2002, An Evaluation Method for Stormwater Infiltration, on ASCE Seminar on
Urban Drainage ASCE.
McCarthy, G.T. 1938. The Unit Hydrograph and Flood Routing. Unpublished manuscript
presented at Conference of the North Atlantic Division, US Army Corps of Engineers
M. Hartman, 2009: HU database, FHM2 project, Jakarta, March 2009.
Ogink, H.J.M., 2009. Jakarta Flood Early Warning System - Telemetric System. Deltares report
Q4742.
Morley S A and Karr J R, 2002, Assessing and restoring the health of urban streams in the Peuget
Sound Basin Conservation Biology 16(6) 1489-1509.
ODonnel T., 1985, A Direct Three-parameter Muskingum Procedure Incorporating Lateral
Inflow, Hydrological Sciences Journal, Vol.30, No.4, hal. 479-496.
Paul M J and Meyer J L 2001 Streams in the urban Landscape Annual Review of Ecological
Systems 32 333-365.
Ponce V.M., 1989, Engineering Hydrology Principles and Practices, Prentice Hall, Englewood
Cliffs, New Jersey.
Sobriyah, 2005, MODEL PERKIRAAN BANJIR DAS BESAR DARI SINTESA BEBERAPA
PERSAMAAN TERPILIH, MEDIA TEKNIK SIPIL, hal 71-77
Sobriyah dan Sudjarwadi, 1998, Unjuk Hasil Model Hujan Aliran Berbasis Rasional dan
Sistem Grid, PIT dan Konggres HATHI, 10 12 Desember, Bandung.
Sobriyah dan Sudjarwadi, 2000, Penggabungan Metode ODonnel dan Muskingun-Cunge
untuk Penelusuran Banjir pada Jaringan Sungai, Media Teknik, Fakultas Teknik UGM, No.4 Th
XXII, Edisi November.
Sobriyah dan Sudjarwadi, 2001, Kalibrasi Model Hujan-Aliran EPPL, Studi Kasus DAS
Wuryantoro, Forum Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Vol. X/1 Januari.

Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001, Input Data Hujan dengan Sistem
Grid Menggunakan Cara Pengisian Data dan Tanpa Pengisian Data Hilang pada Sistem
Poligon Thiesen, PIT XVII HATHI 23-24 Oktober, Malang.
Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001,Pendekatan Pemilihan Stasiun
Hujan untuk Dasar Perhitungan Debit Banjir Kasus DAS Bengawan Solo, Forum Teknik,
Jurnal Teknologi, Universitas Gadjah Mada, Jilid 25, No. 2, Juli.
Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001,Penetapan Waktu Antar Hujan,
Durasi dan Distribusi Hujan Jamjaman untuk DAS Bengawan Solo, Media Komunikasi
Teknik Sipil, Vol. 9 No. 3, Edisi XXI/Oktober.
Sobriyah, Sudjarwadi, Sri Harto Br. dan Djoko Legono, 2001, Transformasi Karakteristika
Hidrograf Grid 5x5 km2 dari Grid 0,1x0,1 km2Berdasarkan Model Rasional, PIT XVIII
HATHI, 24-25 Oktober 2002, Pekanbaru-Riau.
US Soil Conservation Service, A method for estmating total volume and rate of runoff in small
watersheds, SCS-TP149, April 1973.
Verschelling, E., Udo, J., 2007. Hydraulics report. Dutch assistance with non-structural measures
Jakarta Flood Management.
Viessman W., Knapp J.W., and Harbaugh T.E., 1977, Introduction to Hidrology, Harper &
Row Publishers, New York.
Walsh C J 2000 Urban Impacts on the Ecology of receiving waters: a framework for assessment,
conservation and restoration Hydrobiologia 431 107-114.
William H.K. Lam and Sun Yanfeng, 2006, Using Genetic Algorithm to Optimize Land Use
Development Plan in Hong Kong, ASCE Seminar on Traffic and Transportation Studies.
Wanielista, M.P., 1990, Hydrology and Water Quantity Control, John Wiley and Sons, New
York.
Yang Lijun, Yu Boping, Wang Yongxiu, Peng Lixin, 2008. Nitrogen removal in lake water
treated by vertical flow constructed wetland. China: Research of environmental sciences. 21,
131-134.

Ye Jianfeng, Xu Zuxin, Li Huaizheng, 2008. Study on mechanism of vertical-flow constructed


wetlands clogging: the reason of clogging and the distribution rule of clogging substance.
China: Environmental Science. 29, 1508-1512.
Zhao Jian, Zhu Wei, Zhao Lianfang, 2007. Efficiency and mechanism of treating the polluted
river water with constructed wetland. China: Journal of lake sciences. 19, 32-38.

LAMPIRAN***)

Anda mungkin juga menyukai