Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGANTAR SUMBER DAYA ALAM LINGKUNGAN

“Model Hidrologi dalam Daerah Aliran Sungai”

Dosen Pembimbing :
Lukman Hidayat, Ir., MP

Disusun Oleh:
Meyza Yoanda Mujevi
E1G020040

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Hidrologi dalam
Daerah Aliran Sungai” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sumber Daya Alam Lingkungan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang model hidrologi
dalam daerah aliran sungai bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Bapak Lukman Hidayat, Ir., MP dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada penulis.
Dalam makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala
saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat penulis nantikan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Bengkulu, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Hidrologi ............................................................................................................... 3
2.2 Model-model Hidrologi .......................................................................................................... 4
2.3 Terapan Teknik Modeling dalam Hidrologi DAS .................................................................. 6
2.4 Peran Model Hidrologi dalam Pengelolaan DAS ................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................................................... 8
PENUTUP .............................................................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 8
3.2 Saran ....................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya lahan, air dan udara sebagai sumber daya alam utama merupakan
komponen-komponen lingkungan fisik penting dekat permukaan bumi yang saling terkait dan
berinteraksi sesamanya, sehingga perubahan pada salah satunya akan berakibat pada
perubahan pada komponen lainnya. Intervensi manusia terhadap proses-proses alami di dekat
permukaan bumi terus meningkat sejalan dengan derap langkah pembangunan, yaitu berupa
lahan-lahan terbangun, baik berupa lahan pertanian maupun lahan-lahan pemukiman, industri
serta lahan untuk infrastruktur seperti jalan, saluran air, gorong-gorong, lapangan parkir
sampai pada bandara. Gejala erosi dan sedimentasi sebagai salah satu manifestasi intervensi
manusia itu merupakan aspek penting dalam menetapkan strategi pengelolaan suatu daerah
aliran sungai (DAS). Hal ini terjadi karena meningkatnya tuntutan manusia atas sumber daya
alam air, tanah, lahan dan hutan. Intervensi ini masih terus berlanjut dengan semakin luasnya
kawasan budidaya, yang memberi dampak diantaranya pada perubahan fungsi hidrologi
DAS. Oleh karena itu, sejak beberapa waktu yang lalu telah dirasakan kebutuhan yang terus
meningkat akan teknik pemodelan hidrologi yang mampu mengevaluasi dengan cepat serta
mampu menduga dampak hidrologi dari perubahan-perubahan yang mungkin terjadi, baik
alami maupun buatan manusia, pada tataguna lahan. Model hidrologi demikian akan menjadi
dasar bagi teknologi pengelolaan DAS yang rasional, efektif dan efisien (Bhayunagiri, 2016).
Berbagai model simulasi hidrologi telah dikembangkan untuk menjelaskan proses
mengubah input (dalam bentuk hujan) menjadi output (dalam bentuk aliran sungai) dengan
mempertimbangkan karakteristik fisik DAS. Model simulasi hidrologi pada dasarnya
dirancang untuk menyederhanakan sistem hidrologi, sehingga perilaku dari beberapa
komponen dalam sistem dapat diketahui (Harsoyo, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hidrologi?
1.2.2 Apa saja model-model hidrologi?
1.2.3 Bagaimana terapan teknik modeling dalam hidrologi DAS?
1.2.4 Bagaimana peran model hidrologi dalam pengelolaan DAS?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian hidrologi.

1
1.3.2 Untuk mengetahui model-model hidrologi.
1.3.3 Untuk mengetahui terapan teknik modeling dalam hidrologi DAS.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana peran model hidrologi dalam pengelolaan DAS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hidrologi


Hidrologi adalah suatu cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar pergerakan,
distribusi, dan kualitas air yang ada dibumi. Ilmu hidrologi dikenal sejak zaman 1608 M.
Hidrologi adalah ilmu yang mengkaji suatu kehadiran dan pergerakan air di bumi.
Siklus atau daur merupakan suatu perputaran atau lingkaran suatu hal yang terjadi
secara terus menerus dan berkesinambungan. Siklus hidrologi adalah perputaran air dengan
perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal.
Daur/siklus hidrologi atau siklus air, atau siklus H2O merupakan sirkulasi yang tidak
pernah berhenti dari air di bumi dimana air dapat berpindah dari darat ke udara kemudian ke
darat lagi bahkan tersimpan di bawah permukaan dalam tiga fasenya yaitu cair (air), padat
(es), dan gas (uap air). Hal ini menunjukkan bahwa volume air di permukaan bumi sifatnya
tetap. Daur hidrologi merupakan salah satu dari daur biogeokimia.
Siklus hidrologi memainkan peran penting dalam cuaca, iklim, dan ilmu meteorologi.
Keberadaan siklus hidrologi sangat signifikan dalam kehidupan. Meskipun tetap dengan
perubahan iklim dan cuaca, letak mengakibatkan volume dalam bentuk tertentu berubah,
tetapi secara keseluruhan air tetap. Siklus air secara alami berlangsung cukup panjang dan
cukup lama. Sulit untuk menghitung secara tepat berapa lama air menjalani siklusnya, karena
sangat tergantung pada kondisi geografis, pemanfaatan oleh manusia dan faktor lain.
Dalam kajian hidrologi, daur hidrologi merupakan pokok bahasan utama yang
menjadi landasan bagi berkembangnya kajian secara ilmiah. Pada awal perkembangan
hidrologi sebagai ilmu, yang terjadi adalah kajian dilakukan secara terpisah terhadap
komponen-komponen proses hidrologi yang menyusun daur hidrologi tersebut dan kajian
menyeluruh hanya diberikan secara kualitatif saja, atau bila kajian kuantitatif ingin dilakukan,
maka wilayah geografis yang dicakup haruslah sangat luas, yaitu dalam skala benua. Hal ini
baru disadari setelah pendekatan sistem diperkenalkan dalam hidrologi sehingga bagian-
bagian sistem dibatasi secara tegas, dan interaksi antar bagian-bagian sistem ini berupa aliran
massa dan energi dinyatakan oleh hubungan determinstik. Dari sini nampak bahwa dalam
kajian hidrologi umumnya, kita hanya atau lebih tertarik dengan proses-proses hidrologi yang
berlangsung pada fasa lahan, dan bagian sistem daur hidrologi ini dikenal sebagai daur
limpasan, yang merupakan suatu sistem terbuka yang menerima masukan curah hujan dan
menghasilkan luaran debit sungai. Bagaimana hubungan luaran-masukan ini merupakan

3
pokok kajian hidrologi muthakir, khususnya dengan pemodelan hubungan hujan-limpasan
DAS (Bhayunagiri, 2016).
Meskipun keseimbangan air di bumi tetap konstan dari waktu ke waktu, molekul air
bisa datang dan pergi, dan keluar dari atmosfer. Air bergerak dari satu tempat ke tempat yang
lain, seperti dari sungai ke laut, atau dari laut ke atmosfer, oleh proses fisik penguapan,
kondensasi, presipitasi, infiltrasi, limpasan, dan aliran bawah permukaan. Dengan demikian,
air berjalan melalui fase yang berbeda, yaitu cair, padat, dan gas.

2.2 Model-model Hidrologi


Berbagai model simulasi hidrologi telah banyak dikembangkan di negara maju, untuk
menerangkan proses perubahan masukan hujan menjadi keluaran berupa debit aliran sungai
dengan mempertimbangkan karakteristik fisik DAS. Model simulasi hidrologi pada dasarnya
dibuat untuk menyederhanakan sistem hidrologi, sehingga perilaku sebagian komponen di
dalam sistem dapat diketahui. Parameter yang diperlukan sebagai data masukannya pun lebih
sederhana, mudah diukur dan cepat diperoleh hasil keluarannya. Model semacam ini
diharapkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah pada suatu DAS yang kurang
lengkap atau tidak tersedia datanya, seperti halnya kebanyakan DAS di Indonesia. Adapun
tantangan penelitian hidrologi DAS di Indonesia saat ini adalah kebutuhan akan data dasar
yang menyangkut identifikasi dan karakterisasi DAS serta kalibrasi parameter-paremeter
berbagai model yang ada, disamping kebutuhan evaluasi kelayakan model hidrologi yang ada
terhadap kesesuaiannya dengan kondisi DAS di Indonesia (Harsoyo, 2010).
Model adalah reprensentasi atau gambaran dari suatu keadaan (states), obyek
(objects), dan kejadian (events). Representasi tersebut harus diungkapkan dalam bentuk yang
sederhana, yaitu dengan mengeliminasi atau meminimalkan variablevariabel lain yang rumit
dan tidak terkait secara langsung dengan model tersebut. Representasi tersebut dinyatakan
dalam bentuk sederhana yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam tujuan penelitian.
Penyederhanaan dilakukan secara representatif terhadap perilaku proses yang relevan dari
keadaan yang sebenarnya (Hidayat, 2001).
Menurut Dasanto (2000), model di dalam studi hidrologi atas dasar pendekatan
pembentukan model, dapat dipilah secara umum menjadi lima, yaitu :
2.2.1 Model Stokastik
Model stokastik adalah suatu model matematik yang dapat menerima sembarang
peubah, yaitu sebagai peubah acak (random variable) yang mempunyai sebaran acak.
Model ini umumnya digunakan untuk menganalisa sifat fisik statistik output dari

4
suatu sistem yang didasarkan pada urutan kejadian sebagai akibat perubahan waktu
dan menghasilkan suatu set data dalam jangka panjang dengan sifat yang sama pula.
Set data tersebut dapat dianalisa untuk memperoleh gambaran mengenai
kemungkinan urutan kejadian yang akan terjadi di masa datang, misalnya frekuensi
harapan dari debit air.
2.2.2 Model Probabilitas
Dalam model ini konsep frekuensi dan probabilitas memegang peranan penting
seperti halnya dalam model stokastik, namun dalam model ini tidak memperhitungkan
urutan kejadian. Misalnya kejadian diperlakukan sebagai time-independent dan
memperkirakan kejadian yang paling ekstrim berdasarkan karakteristik dari populasi
data yang tersedia.
2.2.3 Model Konseptual
Model Konseptual didasarkan pada keadaan yang sebenarnya dari sistem dengan
struktur yang lebih sederhana, misalnya penyederhanaan proses di dalam DAS dan
modelnya antara lain : (1) pendekatan model rasional, (2) pendekatan linear dan non
linear dari suatu reservoir, (3) kombinasi model rasional dan pendekatan reservoir.
2.2.4 Model Parametrik
Model ini umumnya digunakan untuk mendapatkan pernyataan matematik yang
mengungkapkan fungsi dari DAS yang akan dikonversi ke dalam input dan output
(black box models). Selanjutnya model tersebut akan menjadi lebih rumit apabila
ditambahkan parameterparameter DAS penting yang muncul kemudian jika
dibandingkan dengan respon yang berbeda dari DAS lain berdasarkan input yang
sama. Model parametrik akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
bagaimana sistem bekerja.
2.2.5 Model Deterministik
Model Deterministik adalah suatu model matematik yang hanya dapat menerima
peubah yang bebas dari variasi acak (random variation). Model ini didasarkan pada
struktur sebenarnya dari sistem dan kaidah fisika yang mengatur perilaku sistem
tersebut. Berdasarkan variable dan parameter input atau output maka model
deterministik dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu lumped dan terdistribusi
(distributed). Variabel atau parameter disebut lumped apabila besaran yang
diwakilinya tidak mempunyai variabilitas ruang, misalnya masukan yang berupa
hujan rata-rata DAS adalah masukan yang bersifat lumped. Sebaliknya, variabel dan
parameter yang distributed mengandung variabilitas ruang dan waktu. Pengertian
5
parameter adalah suatu besaran yang menandai suatu sistem hidrologi yang memiliki
nilai tetap, tidak tergantung pada waktu. Variabel adalah besaran yang menandai
suatu sistem yang dapat diukur dan memiliki nilai berbeda pada waktu berbeda.

2.3 Terapan Teknik Modeling dalam Hidrologi DAS


Arah perkembangan terakhir dari teknik pemodelan sistem hidrologi dalam dasawarsa
terakhir tidak lepas dari perkembangan ilmu dan teknologi secara umum, khususnya dalam
tiga bidang berikut: (i) pengetahuan yang lebih menyeluruh mengenai sistem fisik alam dan
teknik matematik pendukung; (ii) teknik pengukuran dan instrumentasi mutakhir; dan (iii)
ketersediaan komputer yang semakin ampuh dan terjangkau. Moore et al. (1991) dan
Hutchinson dan Dowling (1991) menjelaskan analisis dan terapan dari prosedur komputasi
menggunakan model elevasi digital (DEM) yang menjadi masukan dasar dari sistem
parameter tersebar. Teknik pengukuran modern baik berupa telemetri, termasuk teknologi
inderaja, maupun sistem komunikasi data dan data logger telah mampu memenuhi kebutuhan
data yang besar dari model tersebar, dan komputer yang bekerja semakin cepat, ampuh dan
murah telah memungkinkan dilakukannya teknik komputasi numerik intensif.
Akan tetapi, kemajuan ini jangan sampai mengabaikan kebutuhan akan data faktual
mengenai proses komponen-komponen hidrologi yang menginginkan nilai parameter yang
'benar', yang lebih wajar dijumpai dengan model konvensional seperti model-model empirik
ataupun model kotak hitam. Oleh karena itu perkembangan model hidrologi konseptual semi-
tersebar juga masih diminati sebagaimana ditunjukkan oleh Schuman (1993).
Pengembangan model hidrologi berawal dari pemilihan kerangka dasar yang
membatasi proses-proses utama dari suatu daur limpasan dan saling hubungannya dalam
bentuk gugus persamaan matematik. Untuk mengenali model hidrologi dapat dibayangkan
spektrum mulai dari model mental yang melandasi tindakan para praktisi lapang, meningkat
ke model-model empirik sebagai abstraksi dari pengamatan; sampai pada model stokhastik
dan model-model deterministik. Tentunya ini sekedar pengelompokkan umum, di mana
kombinasi antar kelompok ini mungkin lebih sering dijumpai, seperti model empirik-
deterministik; model stokhastik-empirik; serta model deterministikstokhastik (Bhayunagiri,
2016).
Model stokhastik dicirikan oleh digunakannya teknik Monte Carlo, seiring karena
keterbatasan pengetahuan empirik atas proses yang dikaji. Dalam pembahasan selanjutnya
akan dibatasi hanya pada model deterministik, sesuai dengan pengertian simulasi yang telah

6
dibahas dimuka dan dibataskan sebagai metoda sintesis sistem secara konseptual
(Bhayunagiri, 2016).
Dari sasaran pengembangannya, model deterministik dapat sebagai model umum atau
model khas, dan menurut representasi parameternya, model dibedakan menjadi model lumped
dan model terdistribusi. Model umum akan mencoba mencakup semua proses utama dari
daur limpasan, sedang model khas dikembangkan terbatas untuk menjawab suatu masalah
tertentu. Beberapa model umum diantaranya adalah: model SSARR, Stanford Model IV,
model Dawdy-O’Donnell, model SCS, model Sacramento, model SHE, model TOPOG, dan
banyak lagi. Model khas misalnya model-model yang dikembangkan oleh HEC, dengan
HEC-1 yang luas digunakan (Bhayunagiri, 2016).

2.4 Peran Model Hidrologi dalam Pengelolaan DAS


Menurut Hidayat, dkk (2014) konsep perakitan rangkaian serial model hidrologi
elementer dan pengelolaan DAS dikembangkan sebagai kerangka pengelolaan DAS berbasis
output, menggunakan pendekatan penilaian kuantitatif-skoring, yang meliputi kriteria dan
indikator kinerja DAS. Indikator tersebut memberikan informasi terkait kondisi hidrologi
DAS, kelembagaan, sosial-ekonomi atau peran serta dan pemahaman masyarakat dalam
pengelolaan DAS.
Model pada dasarnya merupakan gambaran atau representasi sederhana atau
disederhanakan dari sistem sesungguhnya. Jadi model hidrologi akan merupakan
penyederhanaan dari sistem hidrologi DAS sesungguhnya. Model seringkali hanya
membataskan sifat tertentu dari sistem sesungguhnya yang sering sangat kompleks, sehingga
suatu model hidrologi mungkin hanya memberikan gambaran sebagian dari sistem
sesungguhnya atau bahkan dapat menyimpang dari keadaan sebenarnya. Tujuan utama dari
pemodelan hidrologi adalah untuk menerangkan atau merepresentasikan gejala hidrologi
untuk menduga atau memprakirakan status hubungan masukan curah hujanproses sistem
hidrologi-keluaran debit aliran sungai yang akan terjadi, yang diberikan oleh sejumlah
peubah dan parameter hidrologi DAS, serta untuk memberikan pemahaman atas gejala
bersangkutan (Bhayunagiri, 2016).

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Hidrologi adalah suatu cabang ilmu geografi yang mempelajari dan mengkaji seputar
pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada di bumi.
3.1.2 model di dalam studi hidrologi atas dasar pendekatan pembentukan model, dapat
dipilah secara umum menjadi lima, yaitu : model stokastik, model probabilitas, model
konseptual, model parametrik, dan model deterministik.
3.1.3 Pengembangan model hidrologi berawal dari pemilihan kerangka dasar yang
membatasi proses-proses utama dari suatu daur limpasan dan saling hubungannya
dalam bentuk gugus persamaan matematik. Untuk mengenali model hidrologi dapat
dibayangkan spektrum mulai dari model mental yang melandasi tindakan para praktisi
lapang, meningkat ke model-model empirik sebagai abstraksi dari pengamatan;
sampai pada model stokhastik dan model-model deterministik
3.1.4 Model hidrologi hanya dapat memberikan gambaran sebagian dari sistem
sesungguhnya atau bahkan dapat menyimpang dari keadaan sebenarnya. Tujuan
utama dari pemodelan hidrologi adalah untuk menerangkan atau merepresentasikan
gejala hidrologi.
3.2 Saran
3.2.1 Sebaiknya tidak dilakukan lagi pembangunan untuk kegiatan yang mampu merusak
fungsi dari DAS dan agar dapat melakukan tindakan konservasi di kawasan sempadan
sungai DAS terkhusus di area sempadan yang digunakan untuk pemukiman sehingga
kelestarian DAS dapat dijaga keberlanjutannya.
3.2.2 Pemerintah perlu memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran pemanfaatan
DAS sebagai kawasan lindung.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bhayunagiri, Ida Bagus Putu. 2016. Teknik Modelling Hidrologi Daerah Aliran Sungai.
Universitas Udayana. Bali
Dasanto, B.D. 2000. Penuntun Praktikum Model Hidrologi Daerah Aliran Sungai. Makalah
Pelatihan Agroklimatologi. Jur. Geofisika dan Meteorologi, FMIPA-IPB Bekerjasama
Bagpro Peningkatan SDM Ditjen Dikti Depdiknas. Bogor, 14-26 Agustus 2000.
Harsoyo, Budi. 2010. Review Modeling Hidrologi Das Di Indonesia. Jurnal Sains &
Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 1, 2010: 41-47
Hidayat, Lukman, dkk. 2014. Penilaian Kinerja Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis
Model Hidrologi Elementer, Kasus: Daerah Tangkapan Air Waduk Mrica.
AGRITECH, Vol. 34, No. 3, Agustus 2014
Hidayat, Lukman, dkk. 2016. Validasi Model Hidrologi SWAT di Daerah Tangkapan Air
Waduk Mrica. AGRITECH, Vol. 36, No. 4, November 2016
Hidayat, Y., 2001. Aplikasi Model ANSWERS dalam Mempredikasi Erosi dan Aliran
Permukaan di DTA Bodong Jaya dan DAS Way Besay Hulu, Lampung Barat. Tesis
Magister. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Schumann, A.H., 1993. Development of conceptual semi -distributed hydrological models
and estimation of their parameters with the aid of GIS. Hydrol. Sci. J., 38(6): 519-528.

Anda mungkin juga menyukai