MATA KULIAH
HIDROLOGI TEKNIK
Disusun Oleh :
Adelia Fariska Hapsari
F1G221072
Dosen Pembimbing :
Nurman Jamal, S.T., M.T.
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Tidak
lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.
Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVE
R
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Hidrologi.................................................................................1
1.2 Cabang Hidrologi......................................................................................1
1.3 Sebaran Air di Muka Bumi........................................................................2
1.4 Siklus Hidrologi........................................................................................3
BAB II HUJAN
2.1 Pengertian Hujan.......................................................................................6
2.2 Keragaman Hujan dan Alat Pengukur.......................................................6
2.2.1 Keragaman Hujan..............................................................................6
2.2.2 Alat Pengkur......................................................................................7
2.3 Pembagian Hujan......................................................................................8
2.4 Metode Perhitungan Curah Hujan.............................................................9
BAB III SUNGAI DAN DAS
3.1 Pengertian Sungai dan DAS....................................................................10
3.2 Klasifikasi Sungai....................................................................................11
3.3 Komponen DAS (Daerah Aliran Sungai)..............................................122
BAB IV PENGUKURAN DEBIT AIR
4.1 Metode Pelampung..................................................................................13
4.2 Metode Manning.....................................................................................15
4.3 Metode Current Meter.............................................................................17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................19
5.2 Saran.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Anda lihat mengalir di sungai berasal dari rembesan air tanah ke dasar sungai. Air
dari curah hujan terus-menerus meresap ke dalam tanah untuk mengisi akuifer,
sementara pada saat yang sama air di dalam tanah terus-menerus mengisi sungai
melalui rembesan.
Besarnya permukaan air di bumi ini tidak terlepas kaitannya dengan siklus
air. Perputaran dan pergerakan air di muka bumi ini dikenal dengan istilah siklus
hidrologi. Siklus hidrologi merupakan perputaran air di Bumi, siklus air tidak
pernah berhenti dan jumlah air di permukaan bumi tidak berkurang. Sebaran air di
bumi meliputi air laut (97 %), air tawar (3 %). Air tawar dalam bentuk es dan
salju (68,7%), air tanah (30,1%), air permukaan (0,3%) dan lainnya (0,9%). Air
permukaan terdiri dari danau (87%), lahan basah/rawa (11%), dan sungai (2%).
3
Gambar 1.1 Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda,
yaitu:
1. Siklus hidrologi pendek atau yang dikenal juga dengan siklus hidrologi kecil.
Siklus pendek diawali dengan air laut menguap menjadi uap gas karena panas
matahari, kemudian terjadi kondensasi dan pembentukan awan pada
ketinggian terntentu, selanjutnya turun hujan di permukaan laut.
2. Siklus air yang selanjutnya adalah siklus sedang. Siklus sedang diawali
dengan air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari, kemudian
terjadi evaporasi; uap bergerak oleh tiupan angin ke darat, pembentukan
awan; turun hujan di permukaan daratan, air mengalir di sungai menuju laut
kembali.
3. Siklus panjang diawali dengan air laut menguap menjadi uap gas karena
panas matahari, uap air mengalami sublimasi, pembentukan awan yang
mengandung kristal es, awan bergerak oleh tiupan angin ke darat, turun salju,
pembentukan gletser, gletser mencair membentuk aliran sungai, air mengalir
di sungai menuju darat dan kemudian ke laut.
Siklus air diawali dengan pergerakan matahari, sinar matahari
menghangatkan permukaan air laut atapun permukaan air lainnya, menyebabkan
air menguap dan es menyublim, berubah menjadi gas. Proses yang dipengaruhi
oleh matahari secara tidak langsung memindahkan air ke atmosfer sehingga
4
terkumpul membentuk gumpalan awan dan jatuh sebagai presipitasi, hujan dan
salju. Saat air hujan mencapai bumi ada beberapa hal yang dapat terjadi yaitu:
menguap kembali, mengalir di atas permukaan, atau meresap ke dalam tanah
menjadi air tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus berlanjut secara
terus menerus dengan beberapa tahapan diantaranya:
1. Evaporasi / transpirasi - Siklus air diawali dengan evaporasi, air yang ada di
laut, daratan, sungai, tanaman, dan sebagainya menguap ke atmosfer dan
menjadi awan karena menerima energi panas dari matahari. Air berpindah dari
hidrosfer ke atmosfer.
2. Kondensasi - Proses dimana uap air di atmosfer berubah bentuk dari cair,
kondensasi di awan dapat muncul sebagai awan atau embun. Kondensasi
merupakan kebalikan dari penguapan, karena uap air memiliki tingkat energi
yang tinggi daripada air ketika kondensasi terjadi, kelebihan energi dalam
bentuk energi panas dilepaskan. Air yang telah berevaporasi akan menuju
atmosfer. Pada keadaan jenuh, uap air (awan) akan menjadi bintik-bintik air
yang selanjutnya akan turun (presipitasi) dalam bentuk hujan, salju, hujan es.
4. Runoff - terjadi ketika curah hujan berlebihan dan tanah tidak lagi menyerap
air. Sungai dan danau merupakan hasil runoff, jika runoff mengalir ke danau
(tanpa saluran keluar untuk mengalir keluar dari danau) maka penguapan
merupakan cara air kembali ke atmosfer.
5
5. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali
sistem air permukaan.
BAB II
HUJAN
6
turun ke bumi dalam bentuk tetesan air atau kristal es. (Wiraatmadja &
Aristiawan, 2017)
Hujan adalah fenomena alam yang terjadi ketika uap air di atmosfer
mengalami pendinginan dan kondensasi sehingga membentuk tetesan air dan jatuh
ke bumi. (Soenaryo, 2016)
3. Hujan gerimis: Hujan yang turun dalam bentuk butiran-butiran air kecil yang
tidak terlalu deras. Hujan gerimis bisa terjadi sepanjang hari dan membuat
udara menjadi sejuk dan segar.
4. Hujan di musim hujan: Hujan yang terjadi pada saat musim hujan biasanya
lebih sering terjadi di daerah tropis seperti Indonesia. Hujan ini biasanya
berlangsung cukup lama dan intensitasnya bervariasi.
5. Hujan asam: Hujan yang mengandung zat asam yang dihasilkan dari polusi
udara dan gas buang kendaraan. Hujan asam dapat merusak tanaman, air, dan
lingkungan secara keseluruhan.
6. Hujan es: Hujan yang turun dalam bentuk es, biasanya terjadi pada musim
dingin di daerah yang memiliki iklim kontinental. Hujan es dapat merusak
tanaman dan struktur bangunan karena beratnya.
7
Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah hujan yang jatuh disebut
pluviometer atau hujan meter. Berikut adalah beberapa jenis alat pengukur hujan
yang umum digunakan:
1. Pluviometer: Alat ini digunakan untuk mengukur jumlah air hujan yang jatuh
di suatu tempat. Pluviometer dapat berupa tabung silinder dengan diameter
tertentu, tempat untuk menampung air hujan, dan pengukur skala untuk
membaca volume hujan yang terkumpul.
2. Tipping bucket rain gauge: Alat ini menggunakan dua ember yang berfungsi
seperti timbangan. Setiap kali ember satu terisi penuh, ember dua akan
terbalik dan mencatat satu satuan hujan. Alat ini lebih otomatis daripada
pluviometer karena dapat merekam jumlah hujan dalam interval waktu
tertentu.
9
3. Metode Statistik: Metode ini menggunakan data historis curah hujan untuk
memperkirakan curah hujan yang mungkin terjadi di masa depan. Tiga
metode statistik yang sering digunakan adalah metode regresi, metode
Frekuensi (frequency analysis), dan metode Moment.
BAB III
SUNGAI DAN DAS
10
bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah. (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional)
Sungai adalah saluran air yang mengalir dalam arah tertentu dan dapat
berbeda-beda besarannya. Sungai dihasilkan oleh presipitasi dan pelapukan, dan
mengalir dari ketinggian yang lebih tinggi ke ketinggian yang lebih rendah.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Sungai adalah badan air yang secara alami mengalir terus menerus dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah sampai ke muaranya, dan
bisa menjadi sarana transportasi air dan sumber daya air untuk kebutuhan
manusia. (Balitbangkes Kemenkes RI)
Daerah Aliran Sungai atau sering disingkat dengan DAS adalah suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit – bukit atau
gunung, maupun batas batuan, seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan turun
di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik kontrol (Suripin, 2002).
Menurut Eko Haryanto (2019), DAS adalah suatu wilayah yang
membentang di sepanjang aliran sungai, mencakup daerah tangkapan air yang
menjadi sumber air untuk aliran sungai tersebut serta seluruh aspek hidrologi,
geomorfologi, dan ekosistem yang ada di dalamnya.
Menurut Khoirul Umam (2020), DAS adalah suatu wilayah yang meliputi
seluruh luas aliran air dalam bentuk sungai, anak sungai, dan semua bentuk
manusia di dalamnya yang terpengaruh secara langsung maupun tidak langsung
oleh dinamika aliran air dan kualitas air di dalamnya.
Menurut Suryo Hardiwinoto (2008), DAS adalah suatu wilayah yang
dibatasi oleh lereng-lereng gunung dan merupakan area tangkapan tempat air atau
kelembaban dari curah hujan ditampung di dalamnya dan kemudian masuk ke
dalam sungai.
Menurut Muh. Nasir dan Syahril (2017), DAS adalah wilayah atau sistem
perairan yang terbentuk dari satu sungai utama beserta semua anak sungainya
serta seluruh aliran yang bermuara menuju sungai utama tersebut.
11
1. Sungai hujan: Airnya berasal dari proses presipitasi (hujan) dan keluar
melalui mata air di bagian hulu. Contohnya Sungai Bengawan Solo, Sungai
Citarum, dan Sungai Ciliwung.
2. Sungai gletser: Airnya berasal dari es atau salju yang mencair. Contohnya
Sungai Mamberamo yang airnya berasal dari es di Puncak Jaya, Papua.
3. Sungai campuran: Airnya berasal dari proses presipitasi dan pencairan es atau
salju. Contohnya Sungai Digul.
Berdasarkan debit alirannya sebagai berikut:
1. Sungai permanen (perenial)
Debit airnnya relatif sepanjang tahun. Contohnya Sungai Kapuas, Sungai
Kahayan, Sungai Barito, Sungai Mahakam, Sungai Musi, Sungai Batanghari
dan Sungai Indragiri.
2. Sungai periodik (intermiten)
Sungai yang memiliki debit air besar pada musim hujan. Namun pada musim
kemarau, debit airnya akan mengecil. Contohnya Sungai Bengawan Solo,
Sungai Opak, Sungai Progo, Sungai Code, dan Sungai Brantas.
3. Sungai episodik
Sungai yang debit airnya hanya ada pada musim hujan. Sedangkan pada
musim kemarau menjadi kering. Contohnya Sungai Kalada di Pulau Sumba.
4. Sungai ephemeral
Sungai yang airnya hanya ada pada musim hujan. Sungai jenis ini banyak
dijumpai di Nusa Tenggara.
12
3. Air: Komponen terpenting DAS yang memungkinkan kelangsungan hidup
makhluk hidup di dalamnya.
6. Tanah: Tanah di sekitar DAS juga memainkan peran penting dalam menjaga
kesuburan dan kesehatan DAS.
7. Udara: Udara yang bersih dan segar sangat penting untuk menjaga kesehatan
ekosistem DAS.
8. Manusia: Manusia dapat memengaruhi DAS baik secara positif maupun
negatif, tergantung pada cara mereka memanfaatkan dan menjaga DAS
tersebut.
Semua komponen tersebut saling terkait dan berinteraksi dalam
membentuk ekosistem DAS. Keharmonisan hubungan antara komponen-
komponen ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem DAS dan
keberlanjutan sumber daya air.
BAB IV
PENGUKURAN DEBIT AIR
13
Pengukuran debit menggunakan alat pelampung pada prinsipnya sama
dengan metode konvensional, hanya saja kecepatan aliran diukur dengan
menggunakan pelampung. Metode pengukuran debit dengan menggunakan
pelampung biasa digunakan pada saat banjir dimana pengukuran dengan cara
konvensional tidak mungkin dilaksanakan karena faktor peralatan dan
keselamatan tim pengukur.
Tahapan untuk melakukan pengukuran debit metode ini:
1. Lokasi Pengukuran
Pengukuran debit dengan pelampung perlu memperhatikan syarat-syarat
lokasi sebagai berikut :
a. Syarat lokasi pengukuran seperti pada metode konvensional
b. Kondisi aliran sedang banjir dan tidak melimpah
c. Geometri alur dan badan sungai stabil
d. Jarak antara penampang hulu dan hilir minimal 3 kali lebar sungai pada
kondisi banjir
2. Peralatan Pengukuran
a. alat pengukur jarak
b. alat pelampung
c. alat pengukur waktu (stop watch)
d. alat penyipat ruang (theodolith)
3. Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang basah dapat dilakukan pada saat sungai tidak sedang
banjir yaitu sesudah atau sebelum banjir. Pengukuran paling sedikit 2
penampang melintang yaitu di hulu dan di hilir yang merupakan titik awal
dan titik akhir lintasan penampang. Luas penampang basah sungai didapat
dengan cara merata-rata luas kedua penampang basah yang telah diukur.
4. Tahapan Pengukuran
a. Persiapan
1) Pilih lokasi pengukuran
2) Siapkan pelampung
3) Siapkan peralatan untuk mengukur jarak antara dua penampang
4) Siapkan peralatan untuk menentukan posisi lintasan pelampung
14
5) Siapkan peralatan untuk memberi aba-aba
6) Siapkan alat pencatat waktu
7) Siapkan alat tulis
b. Pelaksanaan Pengukuran
1) Lakukan pembacaaan tinggi muka air pada pos duga air di awal
pengukuran
2) Letakan alat penyipat ruang di tengah-tengah antara penampang hulu
& hilir
3) Ukur jarak antara penampang hulu dan penampang hilir
4) Lepaskan pelampung kira-kira 10 meter di hulu penampang hulu
5) Ukur sudut azimuth posisi pelampung pada saat pelampung melalui
penampang hulu dan penampang hilir. Pada saat itu juga catat
waktunya
6) Ulangi pekerjaan (d) dan (e) sampai pelampung terakhir
7) Catat tinggi muka air pada akhir pengukuran
c. Perhitungan Debit
1) Gambar penampang basah di hulu dan hilir
2) Gambar lintasan pelampung
3) Hitung panjang tiap lintasan pelampung
4) Hitung kecepatan aliran permukaan tiap pelampung, untuk
mendapatkan kecepatan aliran sebenarnya maka kecepatan aliran
permukaan tiap pelampung harus dikalikan dengan koreksi yang
besarnya berkisar antara 0.7 dan 0.8 tergantung dari panjang
pelampung dan proses lintasan pelampung
5) Gambar grafik kecepatan aliran
6) Tentukan bagian penampang basah
7) Tentukan nilai kecepatan aliran pada setiap batas bagian penampang
8) Hitung kecepatan rata-rata pada setiap bagian penampang basah
9) Hitung luas bagian penampang basah
10) Hitung debit untuk setiap bagian penampang basah
11) Hitung debit total
12) Hitung tinggi muka air rata-rata
15
4.2 Metode Manning
metode ini memperhatikan lingkungan sekitar saluran dan komponen-
komponen saluran itu sendiri. Besarnya debit aliran pada saluran dipengaruhi oleh
kekasaran dasar saluran. Pengaruh kekasaran pada saluran dinyatakan dalam suatu
nilai yang disebut koefisien kekasaran Manning. Faktor-faktor yang
mempengaruhi koefisien kekasaran Manning adalah bahan penyusun permukaan
basah saluran, sifat fisik tanah, ketidakteraturan saluran, vegetasi yang tumbuh
didalam saluran dan faktor pengendapan dan penggerusan didalam saluran. Bila
bahan terdiri dari kerikil dan kerakal, nilai n Manning biasanya tinggi terutama
pada taraf air tinggi atau rendah (Chow 1997).
Koefisien kekasaran Manning perlu diperhatikan karena koefisien
kekasaran Manning ini adalah angka kekasaran atau hambatan yang terdapat pada
kondisis dasar saluran, dimana angka tersebut dapat menghambat kecepatan aliran
air dalam saluran dan menyebabkan berkurangnya nilai kecepatan dan debit
aliran. Bila susunan pembentuk kekasaran tersebut halus maka hambatan yang
ditimbulkan akan kecil, namun sebaliknya bila susunan pembentuk kekasaran
tersebut besar maka hambatan yang di timbulkan akan besar pula. Sehingga nila
koefisien kekasaran Manning dapat ditentukan untuk digunakan dalam mendesain
sebuah penampang dan kondisi saluran agar pengaturan debit dan proses
pengirigasian dapat berjalan dengan baik.
Nilai koefisien kekasaran manning sangat diperlukan untuk dihitung dan
diketahui karena koefisien kekasaran manning memiliki nilai yang pasti berbeda
di setiap saluran dan besar atau kecilnya nilai n manning dipengaruhi oleh kondisi
saluran. Berikut tahapan pengerjaannya:
1. Alat dan Bahan
a. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengukuran.
b. Selang plastik untuk mencari selisih kemiringan lereng sungai.
c. Yallon untuk menandai batas penggal sungai yang akan diukur.
d. Meteran untuk mengukur lebar sungai dan panjang sungai.
e. Kalkulator untuk menghitung hasil pengukuran.
f. Tabel tetapan kekasaran Manning menurut Cowan.
g. Tabel tetapan kekasaran Manning menurut Chow.
16
2. Langkah Kerja
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menentukan penggal sungai yang akan diukur debitnya dengan syarat
penggal sungai harus lurus dan idealnya memiliki panjang 20 m – 50 m.
c. Menandai penggal sungai dengan yallon.
d. Mengukur lebar dan kedalaman saluran sungai.
e. Mengisi selang plastik dengan air, membentangkan sepanjang penggal
sungai yang akan diukur.
f. Meletakkan selang sama tingginya dengan air sungai di permukaan
(padabagian hulu).
g. Menentukan besarnya gradien hidraulik (S) dengan rumus:
Selisih antara selang dengan air
S=
Panjang Sungai
h. Mengukur luas penampang (A) dan peri-peri basah (area yang terkena air)
(P) atau lebar bagian sungai yang dialiri air. Dengan rumus:
A = lebar sungai × kedalaman sungai
P = A + (2 × kedalaman sungai)
i. Menentukan radius hidrologi (R) dengan rumus:
A
R=
P
j. Memperhatikan kondisi saluran untuk menentukan nilai manning (n)
dengan melihat tabel yang telah disediakan. Rumusnya:
n = (n0 + n1 + n2 + n3 + n4) m5
n0 = material dasar saluran tersebut tanah
n1 = tingkat ketidakseragaman
n2 = variasi penampang melintang aliran
n3 = pengaruh bangunan
n4 = banyak tanaman
m5= meander
k. Menghitung kecepatan aliran sungai dengan rumus Manning yaitu:
1 2/3 1/2
V= R S
n
l. Menghitung debit aliran dengan rumus:
17
Q=V×A
4.3 Metode Current Meter
Pengukuran debit dengan menggunakan current meter (alat ukur arus)
dilakukan dengan cara merawas, dari jembatan, dengan menggunakan perahu,
dengan menggunakan winch cable way dan dengan menggunakan cable car.
Apabila pengukuran dilakukan dengan kabel penggantung dan posisi kabel
penduga tidak tegak lurus terhadap muka air, maka kedalaman air harus dikoreksi
dengan besarnya sudut penyimpangan. Berikut adalah langkah-langkah umum
dalam metode pengukuran debit air dengan metode current meter:
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran yaitu:
a. 1 (satu) set alat ukur arus atau current meter lengkap
b. 2 (dua) buah alat penduga kedalaman (stang/stick) panjang masing-masing
1m
c. Kartu Pengukuran
d. Alat Tulis
e. Alat pengambilan sample air
f. Botol tempat sample air
g. Peralatan penunjang lainnya seperti topi, sepatu lapangan dll.
2. Bentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan posisi tegak
lurus dengan arah arus air dan tidak melendut
3. Tentukan titik pengukuran dengan jarak antar vertikal ± 1/20 dari lebar sungai
dan jarak minimum = 0.50 m
4. Berikan tanda pada masing-masing titik dan Baca ketinggian muka air pada
pelskal
5. Tulis semua informasi/keterangan yang ada pada kartu pengukuran seperti
nama sungai dan tempat, tanggal pengukuran, nama petugas dll.
6. Catat jumlah putaran baling – baling selama interval waktu yang telah
ditentukan (40 – 70 detik), apabila arus air lambat waktu yang digunakan
lebih lama (misal 70 detik), apabila arus air cepat waktu yang digunakan lebih
pendek (misal 40 detik)
18
7. Hitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan
menggunakan rumus baling–baling tergantung dari alat bantu yang digunakan
(tongkat penduga dan berat bandul)
8. Hitung kecepatan (v) rata-rata pada setiap vertikal dengan rumus :
A. Apabilapengukuran dilakukan pada 1 titik (0.5 atau 0.6 d) contoh (vertikal
2) maka v rata – rata = v pada titik tersebut
B. Apabila pengukuran dilakukan pada 2 titik (0.2 dan 0.8 d) contoh
(vertikal 3) maka v rata – rata = (v0.2 + v0.8) / 2
C. Apabila pengukuran dilakukan pada 3 titik (0.2 – 0.8 d dan 0.6 d)
contoh (vertikal maka v rata – rata = [{(v0.2 + v0.8) / 2} + (v0.5 atau v0.6
)] / 2
9. Hitung luas sub/bagian penampang melintang dan Hitung debit pada setiap
sub/bagian penampang melintang
10. Ulangi kegiatan pada butir 10 sampai dengan butir 12 untuk seluruh sub
bagian penampang
11. Hitung debit total (Q total) Debit total dihitung dengan cara menjumlahkan
debit dari seluruh debit pada sub/ bagian penampang
Q (total) = q1 + q2 + q3 + … + qn
12. Hitung luas seluruh penampang melintang (A) Luas seluruh penampang
melintang dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh luas pada sub/bagian
penampang dengan :
A = a1 + a2 + a3 + … + an
13. Hitung kecepatan rata-rata seluruh penampang melintang (V) Kecepatan rata-
rata seluruh penampang melintang = debit total / luas seluruh penampang
melintang atau
V = Q total / A
14. Catat waktu dan tinggi muka air pada pelskal segera setelah pengukuran
selesai pada kartu pengukuran.
15. Catat hasil perhitungan butir 14 sampai dengan 16 pada kartu pengukuran.
Disarankan untuk melakukan pengukuran di beberapa titik yang mewakili
variasi kecepatan aliran untuk memperoleh hasil yang lebih representatif. Selain
19
itu, pastikan untuk mengikuti instruksi penggunaan current meter yang spesifik
dan kalibrasi peralatan secara teratur untuk menjaga akurasi pengukuran.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air di atas, di dalam dan
di bawah permukaan bumi, termasuk bagaimana air bergerak dan bercampur
dalam siklus hidrologi. Hidrologi juga mempelajari tentang sumber daya air,
distribusinya, penggunaannya, dan dampaknya terhadap lingkungan. Dalam ilmu
ini, juga dipelajari metode-metode untuk memantau, memodelkan, dan
meramalkan dinamika air dalam sistem hidrologi bumi. Banyak proyek di dunia
(rekayasa air, irigasi, pengendalian banjir, drainase, tenaga air dan lain-lain)
dilakukan dengan terlebih dahulu mengadakan survey kondisi-kondisi hidrologi
yang cukup. Siklus hidrologi adalah prinsip dasar yang paling utama dalam
hidrologi.
Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui proses
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Siklus air atau siklus hidrologi
menggambarkan pergerakan molekul air dari permukaan bumi ke atmosfer dan
kembali lagi.
5.2 Saran
Perlu ada kesadaran dari dalam diri sendiri untuk melakukan penghematan
dan cara penggunaan air agar ketersediaan air bisa terjaga hingga masa yang akan
datang.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://chat-gpt.org/chat
https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/10/200000969/pengertian-dan-jenis-
jenis-sunga…
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air, Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Departemen Ilmu-ilmu Tanah
Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
21