DOSEN PENGAMPU
NAMA
SYAFRIYAL
NPM
213110176
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa,karena berkat
limpahan rahmat dan karuniannya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat waktu.dalam makalah ini penulis membahas mengenai ” Siklus Hidrologi
Dan Hujan Disertai DAS”, dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami.kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini, akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
SYAFRIYAL
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Daftar Isi..............................................................................................................................
BAB I PENDAHLUAN.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................8
Daftar Pustaka
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pergerakan dan manajemen
air di bumi, termasuk proses siklus air, ketersediaan dan kualitas air, dan
dampaknya terhadap lingkungan dan manusia. Hidrologi adalah cabang ilmu
teknik sipil yang memfokuskan pada aplikasi teknik sipil dalam manajemen air.
Pengertian lainnya mengenai hidrologi ialah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Presipitasi
Presipitasi pada pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail ) yang berasal
dari kumpulan awan. Awan-awan tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang
diatur oleh arus udara. Sebagai contoh, ketika awan-awan tersebut bergerak
menuju pegunungan, awan-awan tersebut menjadi dingin, dan kemudian segera
menjadi jenuh air yang kemudian air tersebut
Kondensasi (pengembunan)
Evaporasi (penguapan)
1
Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik
berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting
juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu
disebut Evapotranspirasi.
Perkolasi
Beberapa presipitasi dan salju cair bergerak ke lapisan bawah tanah, mengalir
secara infiltrasi atau perkolasi melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan
sehingga mencapai muka air tanah (water table ) yang kemudian menjadi air
bawah tanah.
Siklus hujan adalah proses alam yang menjelaskan bagaimana air hujan
terbentuk dan bergerak melalui atmosfer. Siklus hujan dimulai dengan pemanasan
air laut oleh sinar matahari, yang menyebabkan uap air untuk naik ke atmosfer.
Uap udara ini kemudian membentuk awan dan mengalami kondensasi untuk
membentuk tetesan hujan. Tetesan hujan ini kemudian jatuh ke bumi sebagai
curah hujan
Siklus hujan sangat penting dalam menjaga ketersediaan air bagi kehidupan
manusia dan keberlangsungan ekosistem. Ketika siklus hujan terganggu, misalnya
akibat perubahan iklim atau kerusakan lingkungan, dapat terjadi kekeringan atau
banjir yang berdampak pada kehidupan manusia dan ekosistem.
5
Oleh karena itu, memahami siklus hujan dan menjaga keseimbangan siklus
hidrologi menjadi sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan
lingkungan.
Secara lebih rinci, siklus hidrologi dimulai ketika air menguap dari permukaan
laut, sungai, dan danau, serta dari permukaan bumi yang basah karena hujan. Air
yang menguap ini naik ke atmosfer dan membentuk awan-awan. Ketika suhu
udara di atas awan turun, uap air di dalamnya menjadi butiran air dan membentuk
tetes-tetes air yang kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan atau salju, yang disebut
presipitasi.
Sebagian air presipitasi akan langsung mengalir ke sungai dan danau sebagai
aliran permukaan. Sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah sebagai infiltrasi.
Air yang meresap ke dalam tanah kemudian dapat menjadi sumber air tanah atau
mengalir ke sungai sebagai aliran bawah tanah. Sebagian air juga akan diserap
oleh akar tanaman dan kemudian dipindahkan ke atmosfer melalui proses
transpirasi.
Siklus hujan terjadi ketika uap air dari permukaan bumi mengalami proses
pendinginan dan kondensasi untuk membentuk awan. Kemudian, ketika kondisi
tertentu terpenuhi, awan-awan tersebut akan menghasilkan presipitasi berupa
hujan. Hujan ini akan mengalir di permukaan bumi dan menjadi bagian dari aliran
air permukaan, yang kemudian akan mempengaruhi siklus hidrologi secara
keseluruhan.
Dalam siklus hidrologi, hujan merupakan sumber air utama bagi aliran air
permukaan dan pembentuk air tanah. Proses penguapan juga berperan penting
dalam siklus hujan, karena uap air yang terbentuk dari penguapan akan
membentuk awan dan menjadi bahan dasar hujan.
DAS merupakan unit hidrologi yang penting dalam mengelola sumber daya
air. Kondisi dan karakteristik DAS mempengaruhi ketersediaan air, kualitas air,
dan kemampuan untuk mengelola risiko banjir dan kekeringan. Dalam DAS
terdapat berbagai macam aktivitas manusia seperti pertanian, perkebunan,
pemukiman, industri, dan lain sebagainya. Aktivitas manusia dapat
mempengaruhi kondisi hidrologi dan lingkungan di DAS, seperti meningkatkan
erosi, pencemaran air, dan hilangnya vegetasi.
Pengukuran curah hujan sangat penting dalam hidrologi karena curah hujan
adalah salah satu faktor penting dalam siklus hidrologi. Data curah hujan dapat
digunakan untuk memprediksi banjir dan kekeringan, mengukur kebutuhan irigasi
dalam pertanian, dan menentukan kapasitas tampungan air permukaan dan bawah
tanah. Selain itu, data curah hujan juga dapat digunakan untuk memantau
perubahan iklim dan lingkungan serta melakukan penilaian risiko bencana terkait
banjir dan tanah longsor.
4) Metode statistik adalah salah satu metode perhitungan curah hujan untuk
DAS yang berdasarkan pada analisis statistik data curah hujan. Metode ini
dilakukan dengan menghitung rata-rata, standar deviasi, dan korelasi
antara curah hujan di berbagai stasiun pengukuran curah hujan di DAS.
Metode statistik dapat digunakan pada pengukuran DAS untuk
menganalisis karakteristik hidrologi, seperti analisis Keruangan (analisis
spasial) dan Analisis Rentang Waktu (Time Series Analysis) yang dapat
digunakan untuk mendeskripsikan variabilitas. Selain itu, Metode Statistik
juga dapat digunakan dalam parameter pemodelan hidrograf satuan
sintetik (HSS) menggunakan metode regresi. Metode statistik juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi keandalan suatu metode pengukuran debit
maksimum terukur dan terhitung pada DAS
Metode Theissen
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat,
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut.
Rumus :
R= A 1 R1+ A 2 R 2+.......+ Ann
A 1+ A 2+. . … … An
Dengan :
R = Curah hujan rata – rata daerah (mm)
A1,A2,...An = Luas daerah yang diwakili tiap titik pengamatan (m2)
R1,R2,....Rn = Curah hujan dititik pengamatan 1 (mm)
CONTOH SOAL :
Contoh Perhitungan Kr di stasiun A
Kr = Koefisien Theissen
Kr=0,388
=0 , 19
0 , 04
Pmax = PA . KA + PB . KB + PC . KC + PD . KD
= 54,23 + 67,24 + 86,95 + 57,29
= 265,72 mm
Metode Isohyet
merupakan metode pembuatan garis hubung yang mempertemukan titik-
titik kedalaman hujan yang sama, paling teliti dibandingkan dengan
metode menghitung curah hujan lainnya. Metode Isohyet juga dapat
digunakan untuk mengetahui pola pemetaan curah hujan di suatu wilayah
yang akan dipetakan curah hujannya.
Rumus :
R= A 1 R1+ A 2 R 2+.......+ Ann
A 1+ A 2+. . … … An
Dengan :
R = Curah hujan rata rata daerah (mm)
A1,A2,An = Luas bagian antara tiap garis kontur (km2)
R1,R2,Rn = Curah hujan rata rata pada luasan A1 , A2 , An (mm)
CONTOH SOAL :
Berikut perhitungan curah hujan rata-rata daerah dan curah hujan
maksimum. Contoh perhitungan untuk tahun 2004 :
o Mencari rerata dua isohyet
¿ 240+250
=245 mm
2
o Luas antara dua isohyet
=59,22 x 0,04
=2,369 km2
Keterangan :
59,22 didapatkan dari autocad
0,04 didapatkan dari skala pada peta
o Volume hujan
=245 x 2,369
=580,356 mm/km2
o Mencari nilai curah hujan rata-rata daerah
R=1394,053
=253,844 mm
5,492
3.1Kesimpulan
Siklus hujan dan siklus hidrologi adalah dua proses alam yang berkaitan erat
satu sama lain dan mempengaruhi ketersediaan air bagi kehidupan di bumi. Siklus
hujan menjelaskan bagaimana air hujan terbentuk dan bergerak melalui atmosfer,
sementara siklus hidrologi menjelaskan pergerakan molekul air yang berlangsung
secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi.
Dalam siklus hidrologi, hujan merupakan sumber air utama bagi aliran air
permukaan dan pembentuk air tanah. Proses penguapan juga berperan penting
dalam siklus hujan, karena uap air yang terbentuk dari penguapan akan
membentuk awan dan menjadi bahan dasar hujan. Oleh karena itu, siklus hujan
dan siklus hidrologi saling mempengaruhi satu sama lain dan sangat penting
dalam menjaga ketersediaan air bagi kehidupan manusia dan keberlangsungan
ekosistem.
3.2Saran
Dengan selesainya makalah ini, penulis memiliki harapan dan membutuhkan
saran dan kritik dari para pembaca dari makalah ini agar dapat mengambil
manfaat dari isi makalah ini. Semoga dapat bermanfaat dan membantu proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Handayani Untari Ningsih, Metode Thiessen Polygon untuk Ramalan Sebaran
Curah Hujan Periode Tertentu pada Wilayah yang Tidak Memiliki Data Curah Hujan,
Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume 17, No.2, Juli 2012 : 154-163
Sutikno, S., & Siswanto, E. (2018). Analisis Siklus Hidrologi di Sub DAS Kalibening,
Kabupaten Wonosobo. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 8(1), 44-
52. doi: 10.29244/jpsl.8.1.44-52
Yudiarso, T., & Widiatmaka, W. (2017). Analisis Siklus Hidrologi di DAS Citarum Hulu.
Jurnal Sumberdaya Air, 13(2), 67-78. doi: 10.20885/jsa.vol13.iss2.art1