Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SIKLUS HIDROLOGI DAN HUJAN DISERTAI DAS

DOSEN PENGAMPU

Dr. YOLLY ADRIATI, ST., MT

NAMA

SYAFRIYAL

NPM

213110176

PRODI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa,karena berkat
limpahan rahmat dan karuniannya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat waktu.dalam makalah ini penulis membahas mengenai ” Siklus Hidrologi
Dan Hujan Disertai DAS”, dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.

oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami.kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini, akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.

Pekanbaru, 17 Maret 2023

SYAFRIYAL

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Daftar Isi..............................................................................................................................

BAB I PENDAHLUAN.......................................................................................................

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................

1.2 Batasan Masalah...................................................................................................

1.3 Rumusan Masalah................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

2.1 Siklus Hujan.........................................................................................................

2.2 Siklus Hidrologi...................................................................................................

2.3 Hubungan Antara Siklus Hidrologi Dan Siklus Hujan........................................

2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)...............................................................................

2.5 Pengukuran Curah Hujan.....................................................................................

2.6 Metode penukuran curah hujan pada DAS..........................................................

BAB III PENUTUP .............................................................................................................

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................

3.2 Saran.....................................................................................................................8

Daftar Pustaka

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pergerakan dan manajemen
air di bumi, termasuk proses siklus air, ketersediaan dan kualitas air, dan
dampaknya terhadap lingkungan dan manusia. Hidrologi adalah cabang ilmu
teknik sipil yang memfokuskan pada aplikasi teknik sipil dalam manajemen air.

Pengertian lainnya mengenai hidrologi ialah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

 Presipitasi

Presipitasi pada pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail ) yang berasal
dari kumpulan awan. Awan-awan tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang
diatur oleh arus udara. Sebagai contoh, ketika awan-awan tersebut bergerak
menuju pegunungan, awan-awan tersebut menjadi dingin, dan kemudian segera
menjadi jenuh air yang kemudian air tersebut

 Kondensasi (pengembunan)

Ketika uap air mengembang, mendingin dan kemudian berkondensasi,


biasanya pada partikel-partikel debu kecil di udara. Ketika kondensasi terjadi
dapat berubah menjadi cair kembali atau langsung berubah menjadi padat (es,
salju, hujan batu (hail )). Partikel-partikel air ini kemudian berkumpul dan
membentuk awan.

 Evaporasi (penguapan)

Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air


memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan
kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di
atmosfir. Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya.

1
Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik
berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting
juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu
disebut Evapotranspirasi.

 Perkolasi

Beberapa presipitasi dan salju cair bergerak ke lapisan bawah tanah, mengalir
secara infiltrasi atau perkolasi melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan
sehingga mencapai muka air tanah (water table ) yang kemudian menjadi air
bawah tanah.

Hidrologi mempelajari aspek-aspek seperti perancangan dan pembangunan


infrastruktur air seperti bendungan, waduk, irigasi, dan sistem drainase untuk
mengontrol dan mengalirkan air sesuai dengan kebutuhan manusia. Selain itu,
hidrologi juga mempelajari cara pengukuran curah hujan, analisis risiko banjir dan
longsor, serta pemantauan kualitas air dan dampak lingkungan dari kegiatan
manusia.

Dalam bidang teknik sipil, hidrologi sangat penting dalam menjamin


keberlanjutan pengelolaan air, mengurangi risiko bencana alam, dan menjaga
kualitas air yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungan. Dalam
pengembangan infrastruktur, hidrologi juga memainkan peran penting dalam
memastikan infrastruktur air dibangun secara tepat dan aman.

Hidrologi semakin penting dalam memastikan keberlanjutan dan kesejahteraan


manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman tentang hidrologi
sangatlah penting bagi para mahasiswa dan profesional di bidang teknik sipil
untuk menghasilkan solusi yang efektif dan efisien dalam manajemen air.
1.2 Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas, penulis perlu membatasi pembahasan
dalam makalah ini. Pembatasan yang penulis terapkan yaitu hanya membahas
DAS, pengukuran curah hujan,sikls hidrologi, dan siklus hujan

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa itu siklus hujan?
2. Apa itu siklus hidrologi?
3. Apa hubungan antara siklus hidrologi dan siklus hujan?
4. Apa itu DAS?
5. Apa itu pengukuran curah hujan?
6. Apa saja metode perhitungan curah hujan untuk DAS?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Siklus Hujan

Siklus hujan adalah proses alam yang menjelaskan bagaimana air hujan
terbentuk dan bergerak melalui atmosfer. Siklus hujan dimulai dengan pemanasan
air laut oleh sinar matahari, yang menyebabkan uap air untuk naik ke atmosfer.
Uap udara ini kemudian membentuk awan dan mengalami kondensasi untuk
membentuk tetesan hujan. Tetesan hujan ini kemudian jatuh ke bumi sebagai
curah hujan

Setelah hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian air mengalir ke sungai,


danau, dan laut melalui aliran permukaan, sementara sebagian lainnya meresap ke
dalam tanah dan kemudian menjadi air tanah. Air tanah ini dapat mengalir ke
sungai atau laut melalui sistem sungai bawah tanah atau dapat digunakan untuk
memasok kebutuhan air di daerah tersebut. Bagian dari air yang mengalir ke
sungai danau dan laut kemudian menguap kembali, menutupi siklus hidrologi.

Siklus hujan sangat penting dalam menjaga ketersediaan air bagi kehidupan
manusia dan keberlangsungan ekosistem. Ketika siklus hujan terganggu, misalnya
akibat perubahan iklim atau kerusakan lingkungan, dapat terjadi kekeringan atau
banjir yang berdampak pada kehidupan manusia dan ekosistem.

5
Oleh karena itu, memahami siklus hujan dan menjaga keseimbangan siklus
hidrologi menjadi sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan
lingkungan.

2.2 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi adalah proses pergerakan molekul air yang berlangsung
secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi. Secara
umum, siklus hidrologi adalah sirkulasi air dari laut ke atmosfer lalu ke bumi dan
kembali lagi ke laut. Siklus hidrologi dimulai dari proses penguapan air di
permukaan bumi, kemudian uap air naik ke atmosfer dan membentuk awan.
Setelah itu, awan akan mengalami kondensasi menjadi butir-butir air dan turun
kembali ke permukaan bumi dalam bentuk hujan atau salju.

Secara lebih rinci, siklus hidrologi dimulai ketika air menguap dari permukaan
laut, sungai, dan danau, serta dari permukaan bumi yang basah karena hujan. Air
yang menguap ini naik ke atmosfer dan membentuk awan-awan. Ketika suhu
udara di atas awan turun, uap air di dalamnya menjadi butiran air dan membentuk
tetes-tetes air yang kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan atau salju, yang disebut
presipitasi.

Sebagian air presipitasi akan langsung mengalir ke sungai dan danau sebagai
aliran permukaan. Sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah sebagai infiltrasi.
Air yang meresap ke dalam tanah kemudian dapat menjadi sumber air tanah atau
mengalir ke sungai sebagai aliran bawah tanah. Sebagian air juga akan diserap
oleh akar tanaman dan kemudian dipindahkan ke atmosfer melalui proses
transpirasi.

Siklus hidrologi berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem


bumi, mengatur iklim, serta memenuhi kebutuhan air bagi makhluk hidup di
bumi.
2.3 Hubungan Antara Siklus Hidrologi Dan Siklus Hujan
Siklus hidrologi dan siklus curah hujan saling berkaitan dan mempengaruhi
satu sama lain. Siklus hidrologi adalah siklus yang menggambarkan pergerakan
air di bumi, melalui berbagai fase seperti penguapan, presipitasi, dan aliran air
permukaan. Siklus hujan adalah bagian dari siklus hidrologi yang berhubungan
dengan proses terjadinya hujan di bumi.

Siklus hujan terjadi ketika uap air dari permukaan bumi mengalami proses
pendinginan dan kondensasi untuk membentuk awan. Kemudian, ketika kondisi
tertentu terpenuhi, awan-awan tersebut akan menghasilkan presipitasi berupa
hujan. Hujan ini akan mengalir di permukaan bumi dan menjadi bagian dari aliran
air permukaan, yang kemudian akan mempengaruhi siklus hidrologi secara
keseluruhan.

Dalam siklus hidrologi, hujan merupakan sumber air utama bagi aliran air
permukaan dan pembentuk air tanah. Proses penguapan juga berperan penting
dalam siklus hujan, karena uap air yang terbentuk dari penguapan akan
membentuk awan dan menjadi bahan dasar hujan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siklus hujan merupakan bagian


penting dari siklus hidrologi dan keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Perubahan pada siklus curah hujan dapat mempengaruhi siklus hidrologi secara
keseluruhan, begitu pula sebaliknya.

2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)


DAS atau Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh
pegunungan atau bukit-bukit yang mengalirkan air dan endapan yang ada di
dalamnya ke sungai dan kemudian ke laut. Dalam DAS, air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah mengalir ke sungai-sungai dan kemudian mengalir ke laut atau
danau.

DAS merupakan unit hidrologi yang penting dalam mengelola sumber daya
air. Kondisi dan karakteristik DAS mempengaruhi ketersediaan air, kualitas air,
dan kemampuan untuk mengelola risiko banjir dan kekeringan. Dalam DAS
terdapat berbagai macam aktivitas manusia seperti pertanian, perkebunan,
pemukiman, industri, dan lain sebagainya. Aktivitas manusia dapat
mempengaruhi kondisi hidrologi dan lingkungan di DAS, seperti meningkatkan
erosi, pencemaran air, dan hilangnya vegetasi.

Pengelolaan DAS sangat penting untuk memastikan ketersediaan air yang


memadai dan berkelanjutan bagi kehidupan manusia dan ekosistem. Pengelolaan
DAS meliputi pengelolaan sumber daya air, pengelolaan lahan, konservasi
vegetasi, pengelolaan risiko bencana, dan pemberdayaan masyarakat. Dalam
pengelolaan DAS, peran masyarakat sangat penting karena mereka dapat
berkontribusi dalam mengelola sumber daya air dan menjaga keberlanjutan DAS
secara berkelanjutan.

2.5 Pengukuran Curah Hujan


Pengukuran curah hujan adalah proses pengukuran jumlah udara hujan yang
jatuh pada suatu daerah selama periode waktu tertentu. Pengukuran ini dilakukan
dengan menggunakan satuan tinggi di atas permukaan tanah horizontal yang
diasumsikan sebagai wadah penampung air hujan. Pengukuran curah hujan dapat
dilakukan secara manual dengan mengukur volume air secara berkala dalam
jangka waktu tertentu untuk memperoleh data curah hujan. Selain itu, juga
terdapat alat ukur otomatis yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
curah hujan secara terus-menerus

Pengukuran curah hujan biasanya dalam satuan milimeter atau inchi.


Pengukuran curah hujan dilakukan menggunakan alat yang disebut pluviometer
atau curah hujan. Pluviometer terdiri dari sebuah wadah dengan penampung yang
terbuka ke atas. Curah hujan yang jatuh ke penampung akan terakumulasi di
dalam wadah. Jumlah curah hujan kemudian diukur dengan cara mengukur
ketinggian air yang terakumulasi di dalam wadah dan dikonversi ke dalam satuan
yang digunakan, misalnya mm atau inchi.

Pengukuran curah hujan sangat penting dalam hidrologi karena curah hujan
adalah salah satu faktor penting dalam siklus hidrologi. Data curah hujan dapat
digunakan untuk memprediksi banjir dan kekeringan, mengukur kebutuhan irigasi
dalam pertanian, dan menentukan kapasitas tampungan air permukaan dan bawah
tanah. Selain itu, data curah hujan juga dapat digunakan untuk memantau
perubahan iklim dan lingkungan serta melakukan penilaian risiko bencana terkait
banjir dan tanah longsor.

2.6 Metode Penukuran Curah Hujan Pada DAS


Dalam pegukuran curah hudan di daerah aliran sugai (DAS) Ada beberapa
metode perhitungan curah hujan yang umum digunakan, antara lain:

1) Metode Thiessen, juga dikenal sebagai metode polygon Thiessen, adalah


salah satu metode perhitungan curah hujan untuk DAS yang umum
digunakan. Metode ini dinamakan berdasarkan nama ahli meteorologi
Amerika Serikat, Alfred H. Thiessen, yang mengembangkan metode ini
pada awal abad ke-20. Metode ini menggunakan pembagian
DAS dengan garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat
dengan curah hujan yang sama besar (Isohy). Data yang dibutuhkan untuk
melakukan perhitungan curah hujan dengan metode Thiessen adalah luas
DAS, data curah hujan stasiun, dan luas Poligon Hujan.Hasil perhitungan
curah hujan dengan metode Thiessen dapat digunakan untuk memprediksi
sebaran curah hujan pada wilayah yang tidak memiliki data curah hujan
2) Metode Thiessen dapat memberikan hasil yang akurat jika wilayah DAS
memiliki stasiun pengukuran curah hujan yang cukup banyak dan tersebar
merata. Namun, metode ini kurang cocok jika wilayah DAS memiliki
stasiun pengukuran yang jarang atau tidak terdistribusi merata, karena
metode ini cenderung memberikan hasil yang tidak akurat di wilayah yang
kurang tercakup oleh stasiun pengukuran. Selain itu, metode ini tidak
memperhitungkan topografi dan karakteristik hidrologi lainnya yang
memengaruhi curah hujan di suatu wilayah.
Oleh karena itu, metode Thiessen sering dikombinasikan dengan metode
lain, seperti metode isohyet atau metode statistik, untuk menghasilkan
hasil yang lebih akurat dan reliabel.
3) Metode isohyetal adalah teknik grafis yang melibatkan penggambaran
garis-garis perkiraan curah hujan yang sama di atas suatu daerah
berdasarkan pengukuran titik. Metode ini digunakan untuk menghitung
curah hujan rata-rata pada suatu wilayah dengan memperkirakan Garis
Isohyet yang menghubungkan titik-titik dengan jumlah curah hujan yang
sama. Data yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan curah hujan
dengan metode isohyetal adalah data curah hujan stasiun dan peta
topografi wilayah. Metode isohyetal dapat memberikan informasi tentang
sebaran spasial curah hujan pada suatu wilayah, sehingga dapat membantu
dalam perencanaan tata guna lahan dan pengelolaan sumber daya air

Metode Isohyetal memiliki kelebihan yaitu dapat menghasilkan hasil yang


akurat dan dapat menangkap variasi curah hujan yang cukup besar di
wilayah DAS. Selain itu, metode ini juga dapat memperhitungkan
topografi dan karakteristik hidrologi lainnya yang memengaruhi curah
hujan di suatu wilayah.

Namun, kelemahan dari metode isohyetal adalah bahwa metode ini


memerlukan jumlah stasiun pengukuran curah hujan yang cukup banyak
dan tersebar merata di wilayah DAS. Jika jumlah stasiun pengukuran
terbatas atau tidak tersebar merata, maka hasil yang dihasilkan oleh
metode ini mungkin tidak akurat. Selain itu, metode ini juga memerlukan
waktu dan upaya yang cukup besar untuk menggambar garis isohyet di
atas peta wilayah DAS.

4) Metode statistik adalah salah satu metode perhitungan curah hujan untuk
DAS yang berdasarkan pada analisis statistik data curah hujan. Metode ini
dilakukan dengan menghitung rata-rata, standar deviasi, dan korelasi
antara curah hujan di berbagai stasiun pengukuran curah hujan di DAS.
Metode statistik dapat digunakan pada pengukuran DAS untuk
menganalisis karakteristik hidrologi, seperti analisis Keruangan (analisis
spasial) dan Analisis Rentang Waktu (Time Series Analysis) yang dapat
digunakan untuk mendeskripsikan variabilitas. Selain itu, Metode Statistik
juga dapat digunakan dalam parameter pemodelan hidrograf satuan
sintetik (HSS) menggunakan metode regresi. Metode statistik juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi keandalan suatu metode pengukuran debit
maksimum terukur dan terhitung pada DAS

Metode statistik memiliki kelebihan yaitu dapat menghasilkan hasil yang


akurat dan dapat memperhitungkan variasi curah hujan yang cukup besar
di wilayah DAS. Selain itu, metode ini dapat digunakan bahkan jika
jumlah stasiun pengukuran curah hujan terbatas.

Namun, kelemahan dari metode statistik adalah bahwa metode ini


memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam analisis statistik,
sehingga memerlukan tenaga ahli yang terlatih. Selain itu, metode ini juga
tidak memperhitungkan karakteristik hidrologi lainnya yang memengaruhi
curah hujan di suatu wilayah seperti topografi, vegetasi, dan kondisi tanah.
Oleh karena itu, metode statistik biasanya digunakan bersama dengan
metode lain untuk memperoleh hasil yang lebih akurat

5) Metode Geostatistik adalah salah satu metode perhitungan curah hujan


untuk DAS yang menggunakan teknik statistik dan matematika untuk
menggambarkan dan memodelkan distribusi spasial curah hujan di
wilayah DAS. Metode ini dapat memperhitungkan faktor-faktor yang
memengaruhi variabilitas spasial curah hujan seperti topografi, jenis tanah,
dan vegetasi. Metode geostatistik dapat digunakan pada pengukuran DAS
untuk menganalisis karakteristik hidrologi, seperti intensitas hujan yang
diperoleh dengan melakukan analisis data hujan dan perkiraan luas DAS
yang diukur pada peta topograf

Kelebihan dari metode geostatistik adalah dapat menghasilkan hasil yang


akurat dalam memodelkan distribusi spasial curah hujan di wilayah DAS.
Metode ini juga dapat mengatasi masalah yang timbul akibat keberadaan
stasiun pengukuran curah hujan yang tidak merata di seluruh wilayah
DAS. Selain itu, metode ini juga dapat memperhitungkan karakteristik
hidrologi lainnya yang memengaruhi curah hujan di suatu wilayah seperti
topografi, vegetasi, dan kondisi tanah.
Namun, kelemahan dari metode geostatistik adalah memerlukan data yang
sangat lengkap dan detil dari stasiun pengukuran curah hujan di seluruh
wilayah DAS, sehingga memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu,
metode ini juga memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang tinggi
dalam analisis statistik dan matematika, sehingga memerlukan tenaga ahli
yang terlatih untuk melaksanakannya.

2.7 Contoh Soal


 Metode Aritmatik
Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata
hitung (arithmetic mean) pengukuran hujan di pos penakar-penakar hujan
di dalam areal tersebut.
Rumus :
d=(d 1+ d 2+ d 3+.. . .. . . . …..+ dn)
n
Dengan :
d = Tinggi curah hujan rata rata
d1+d2+d3+.................+dn = Tinggi curah hujan pada pos penakar
n = Banyaknya pos penakar
CONTOH SOAL :
Data curah hujan di tahun 2004 - 2006 adalah sebagai berikut :
Tah Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
un hujan A hujan B hujan C hujan D Jumla Rerata
(mm) (mm) (mm) (mm) h (mm)
(mm)
200 289 274,6 260,1 245,7 1069,4 267,4
4
200 246 233,7 221,4 209,1 910,2 227,6
5
200 332 315,4 298,76 282,2 1228,4 307,1
6

Hitunglah curah hujan 2004 dengan metode aritmatik :


Rata – rata di tahun 2004 :
289+274 , 6+260 ,1+245 , 7
=267 , 4 inchi
4

 Metode Theissen
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat,
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut.
Rumus :
R= A 1 R1+ A 2 R 2+.......+ Ann
A 1+ A 2+. . … … An

Dengan :
R = Curah hujan rata – rata daerah (mm)
A1,A2,...An = Luas daerah yang diwakili tiap titik pengamatan (m2)
R1,R2,....Rn = Curah hujan dititik pengamatan 1 (mm)
CONTOH SOAL :
Contoh Perhitungan Kr di stasiun A
Kr = Koefisien Theissen
Kr=0,388
=0 , 19
0 , 04

Tabel Perhitungan koefisien theissen


Stasiun hujan Luas (Km2) Kr
A 0,388 0,19
B 0,506 0,24
C 0,691 0,33
D 0,482 0,23
Jumlah 2,068 1,00
Contoh perhitungan untuk tahun 2004 di stasiun A
PAKA = Curah hujan Stasiun A x Kr A
= 289,0 x 0,19
=54,23 mm

Pmax = PA . KA + PB . KB + PC . KC + PD . KD
= 54,23 + 67,24 + 86,95 + 57,29
= 265,72 mm

Tabel Rekapitulasi Hasil Metode Poligon Theissen


Tahun PA.KB PB.KB PC.KC PD.KD Pmax
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
2004 54,23 67,24 86,95 57,29 265,72
2005 46,16 57,23 74,01 48,76 226,16
2006 62,30 77,23 99,87 65,80 305,21
2007 52,36 64,92 83,94 55,31 256,52

 Metode Isohyet
merupakan metode pembuatan garis hubung yang mempertemukan titik-
titik kedalaman hujan yang sama, paling teliti dibandingkan dengan
metode menghitung curah hujan lainnya. Metode Isohyet juga dapat
digunakan untuk mengetahui pola pemetaan curah hujan di suatu wilayah
yang akan dipetakan curah hujannya.

Rumus :
R= A 1 R1+ A 2 R 2+.......+ Ann
A 1+ A 2+. . … … An
Dengan :
R = Curah hujan rata rata daerah (mm)
A1,A2,An = Luas bagian antara tiap garis kontur (km2)
R1,R2,Rn = Curah hujan rata rata pada luasan A1 , A2 , An (mm)

CONTOH SOAL :
Berikut perhitungan curah hujan rata-rata daerah dan curah hujan
maksimum. Contoh perhitungan untuk tahun 2004 :
o Mencari rerata dua isohyet
¿ 240+250
=245 mm
2
o Luas antara dua isohyet
=59,22 x 0,04
=2,369 km2

Keterangan :
59,22 didapatkan dari autocad
0,04 didapatkan dari skala pada peta

o Volume hujan
=245 x 2,369
=580,356 mm/km2
o Mencari nilai curah hujan rata-rata daerah
R=1394,053
=253,844 mm
5,492

Tabel Hujan Daerah Tahun 2004


Daerah (mm) isohyet Rerata dua Luasan antara dua volume
isohyet isohoyet
240
I 250 245 2,369 580,356
II 252 251 1,690 424,244
III 272 262 0,495 129,638
IV 282 277 0,938 259,815
Jumlah 5,492 1394,053
Curah hujan rata-rata 253,844
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Siklus hujan dan siklus hidrologi adalah dua proses alam yang berkaitan erat
satu sama lain dan mempengaruhi ketersediaan air bagi kehidupan di bumi. Siklus
hujan menjelaskan bagaimana air hujan terbentuk dan bergerak melalui atmosfer,
sementara siklus hidrologi menjelaskan pergerakan molekul air yang berlangsung
secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi.

Dalam siklus hidrologi, hujan merupakan sumber air utama bagi aliran air
permukaan dan pembentuk air tanah. Proses penguapan juga berperan penting
dalam siklus hujan, karena uap air yang terbentuk dari penguapan akan
membentuk awan dan menjadi bahan dasar hujan. Oleh karena itu, siklus hujan
dan siklus hidrologi saling mempengaruhi satu sama lain dan sangat penting
dalam menjaga ketersediaan air bagi kehidupan manusia dan keberlangsungan
ekosistem.

Metode Thiessen, metode isohyetal, metode statistik, dan metode geostatistik


adalah beberapa metode perhitungan curah hujan untuk DAS yang umum
digunakan. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing,
sehingga dapat dipilih berdasarkan karakteristik DAS yang sedang dipelajari.

3.2Saran
Dengan selesainya makalah ini, penulis memiliki harapan dan membutuhkan
saran dan kritik dari para pembaca dari makalah ini agar dapat mengambil
manfaat dari isi makalah ini. Semoga dapat bermanfaat dan membantu proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Handayani Untari Ningsih, Metode Thiessen Polygon untuk Ramalan Sebaran
Curah Hujan Periode Tertentu pada Wilayah yang Tidak Memiliki Data Curah Hujan,
Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume 17, No.2, Juli 2012 : 154-163

I Wayan Sutapa. STUDI PENGARUH DAN HUBUNGAN VARIABEL BENTUK DAS


TERHADAP PARAMETER HIDROGRAF SATUAN SINTETIK (Studi Kasus: Sungai
Salugan, Taopa dan Batui di Sulawesi Tengah),2006

Sutikno, S., & Siswanto, E. (2018). Analisis Siklus Hidrologi di Sub DAS Kalibening,
Kabupaten Wonosobo. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 8(1), 44-
52. doi: 10.29244/jpsl.8.1.44-52

Yudiarso, T., & Widiatmaka, W. (2017). Analisis Siklus Hidrologi di DAS Citarum Hulu.
Jurnal Sumberdaya Air, 13(2), 67-78. doi: 10.20885/jsa.vol13.iss2.art1

Anda mungkin juga menyukai