Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH HIDROLOGI TERAPAN

“Proses Hidrologi”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V

Apri Yola Sonur Can (183110909)


Fathi Abdul Aziz Azizi (183110805)
Muhammad Luthfi (183110822)
Pebiansyah (183110798)
Tomy Adinata (183110944)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah Hirologi Terapan tentang “Proses Hidrologi”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah
ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama
proses pembuatan makalah ini.

Pekanbaru, Maret 2020

Kelomopok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

1.1. Latar Belakang..................................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5

2.1. Siklus Hidrologi................................................................................................................5

2.1.1. Jenis Jenis Siklus Hidrologi.......................................................................................6

2.1.2. Tahapan Siklus Hidrologi..........................................................................................8

2.2. Analisis Hidrologi...........................................................................................................15

2.2.1. Daerah Aliran Sungai..............................................................................................16

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................21

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................21

3.2. Saran................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iii

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai macam air dapat kita lihat di sekitar kita, misalnya air sumur, air sungai,
air hujan, air rawa, air telaga, air danau, air laut, air es, dan sebagainya. Seperti kita ketahui
bahwa permukaan bumi kita ini lebih banyak ditutupi oleh air daripada daratan. Bumi
sebagai tempat tinggal merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang hampir
tiga perempat permukaannya tertutup oleh air, baik air yang ada di darat maupun yang ada
di laut. Lapisan air yang menutupi permukaan bumi kita ini disebut hidrosfer. Lapisan air
yang menutupi permukaan bumi akan membentuk samudera, laut, rawa, telaga, danau,
sungai, tumpukan es, awan, uap, dan sebagainya.

Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di darat. Bentuk
perairan yang terdapat di darat meliputi, mata air, air yang mengalir di permukaan dan
bergerak menuju ke daerah-daerah yang lebih rendah membentuk sungai, danau, telaga,
rawa, dan lain-lain yang memiliki suatu pola aliran yang dinamakan Daerah Aliran Sungai
(DAS). Dari berbagai penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa air sumur, air sungai,
rawa, telaga, danau, empang dan sejenisnya termasuk jenis perairan darat. Tata air yang
berada di wilayah daratan tersebut dipelajari oleh suatu ilmu yang disebut hidrologi.

Air permukaan tanah dan air tanah yang dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi
adalah air yang terdapat dalam proses daur/siklus hidrologi. Jika peredaran siklus hidrologi
atau siklus air tidak merata (hal mana memang terjadi demikian), maka akan terjadi
berbagai kesulitan. Peredaran air yang berlebih dapat mengakibatkan permasalahan banjir,
untuk ini harus diupayakan segera pengendalian banjir. sementara itu jika peredaran air
sedikit/kurang dapat mengakibatkan permasalahan kekeringan. Untuk mengatasinya maka
kekurangan air ini harus ditambah dalam suatu usaha pemanfaatan air.

Berdasarkan uraian di atas, Hidrologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang


berkaitan dengan air di bumi, proses terjadinya, peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia
dan fisikanya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk-
makhluk hidup (International Glosary of Hidrology dalam Seyhan, 1995). Hidrologi juga
dapat disebut ilmu yang mempelajari presipitasi (precipitation), evaporasi dan transpirasi
(evaporation), aliran permukaan (surface steamflow), dan air tanah (groundwater)
(Suyono, 1977).

3
Dalam perkembangannya hidrologi menjadi ilmu dasar dari pengelolaan sumber
daya air (rumah tangga air) yang merupakan pengembangan, agihan, dan penggunaan
sumber daya air secara terencana.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu siklus hidrologi?
2. Bagaimana proses siklus hidrologi?
3. Apa jenis-jenis siklus hidrologi?
4. Apa saja tahapan siklus hidrologi?

4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah prinsip dasar yang paling utama dalam hidrologi. Siklus
hidrologi ini digambarkan sebagai suatu rangkaian yang rumit dari peredaran air dalam
berbagai wujud (cair dan uap air) pada permukaan, di bawah permukaan bumi dan di
atmosfir, dimana hukum kekentalan massa ditampilkan sebagai azas yang paling mendasar.

Siklus hidrologi merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi mulai dari air saat jatuh
ke bumi hingga menguap keudara hingga kemudian jatuh kembali kebumi. Siklusnya tidak
berpangkal dan berakhir dari laut ke atmosfir terus kepermukaan tanah dan kembali kelaut,
dalam pergerakannya untuk sementara air akan tertahan didanau, sungai, tanah, atau air tanah
dan dapat dimamfaatkan oleh manusia, kemudian kembali keatmosfir.

Siklus air, juga dikenal sebagai siklus hidrologi atau siklus H2O, menggambarkan
pergerakan air yang kontinu pada, di atas dan di bawah permukaan bumi. Massa air di Bumi
masih cukup konstan sepanjang waktu tetapi pembagian air ke dalam waduk besar es, air
tawar, air asin dan air di atmosfer adalah variabel yang tergantung pada berbagai variabel
iklim. Air bergerak dari satu waduk yang lain, seperti dari sungai ke laut, atau dari laut ke
atmosfer, oleh proses pengupan (evaporation), pengembunan (condensation),curah hujan
(precipitation), resapan (infiltration), aliran permukaan (runoff), dan aliran bawah permukaan
(subsurface flow).

Dengan demikian, air terjadi  melalui fase yang berbeda: cair, padat (es), dangas (uap).

Siklus air melibatkan pertukaran energi, yang menyebabkan terjadinya perubahan


suhu. Misalnya , ketika air menguap, tidak memakan banyak energi dari sekitarnya dan
mendinginkan lingkungan. Tetapi ketika mengembun, ini melepaskan energi dan
menghangatkan lingkungan. Pertukaran panas inilah yang mempengaruhi iklim.

Tahap evaporasi siklus menjernihkan air yang kemudian mengisi ulang tanah dengan
air tawar. Aliran air cair dan es mengangkut mineral di seluruh dunia. Hal ini juga
membentuk kembali fitur geologi bumi, melalui proses erosi dan sedimentasi siklus air juga
penting untuk pemilahraan ekosistem di planet ini.

Matahari, yang mendorong siklus air, memanaskan air di samudera dan laut. Air
menguap menjadi uap air di udara Es, hujan dan salju dapat berubah secara langsung menjadi
uap air. Evapotranpirasi adalah air terjadi dari tanaman dan menguap dari air tanah.
Meningkatknya aliran udara yang membawa uap sampai ke atmosfer dan temperatur yang
5
lebih dingin akan menyebabkan itu mengembun dan menjadi awan. Aliran udara yang
menggerakan uap air di seluruh dunia, sehingga partikel awan bertabrakan, tumbuh, dan jatuh
dari lapisan atmosfer bagian atas sebagai presipitasi. Beberpa presitipitasi jatuh sebagai salju
atau hujan es dan dapat terakumulasi sebagai es dan gletser, yang dapat menimpan air beku
untuk ribuan tahun. Kebanyakan air jatuh kembali ke lautan atau ke tanah sebagai hujan,
dimana air mengalir di atas tanah sebagai aliran (limpasan) permukaan. Sebagaian aliran
masuk sungai di lembah dalam lanskap, dengan debit sungai air bergerak menuju lautan.
Limpasan dan air yang muncul dari tanah (air tanah) dapat disimpan sebagai air tawar di
danau. Tidak semua limpasan mengalir ke sungai, banyak yang meresap ke dalam tanah
sebagai infilitrasi. Sebagaian air menyerap dalan je dakan tanah mengisi ulang sumber air,
yang dapat menampung tawar untuk jangka waktu yang lama. Sebagaian resepan bisa berada
dekat dengan permukaan tanah dan bisa merembes kembali ke permukaan badan air(dan laut)
sebagai debit air tanah. Sebagaian tanah memiliki celah pada permukaan tanah sehingga air
keluar sebagai mata air tawar. Pada lembah sungai dan banjir dataran seringkali ada
pertukaran air secara kontinu antara air permukaan dan tanah di zona hyporhei. Sering waktu,
air kembali ke laut, untuk melanjutkan siklus air.

2.1.1. Jenis Jenis Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi yang tahapan- tahapannya telah dijelaskan di atas ternyata tidak hanya
terdiri atas satu macam saja. Siklus hidrologi ini terdiri atas beberapa macam. Macam-
macam siklus hidrologi ini dilihat dari panjang atau pendeknya proses siklus hidrologi
tersebut. Berdasarkan proses panjang dan pendeknya, siklus hidrologi ini dibagi
menjadi 3 macam, yakni siklus hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang dan siklus
hidrologi panjang.

1. Siklus hidrologi pendek

Siklus hidrologi pendek merupakan siklus hidrologi yang tidak mengalami


proses adveksi. Uap air yang terbentuk melalui siklus hidrologi akan diturunkan mealui
6
hujan yang terjadi di daerah sekitar laut tersebut. Penjelasan mengenai siklus hidrologi
pendek ini adalah sebagai berikut:

1. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan dan
menjadi uap air
2. Uap air tersebut akan mengalami kondensasi dan membentuk awan
3. Awan yang terbentuk tersebut akan menjadi hujan di sekitar permukaan laut
tersebut.

2. Siklus hidrologi sedang

Siklus yang selanjutnya adalah siklus hidrologi sedang. Siklus hidrologi


sedang merupakan siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. Hasil dari siklus
hidrologi sedang ini adalah turunnya hujan di atas daratan. Hal ini karena proses
adveksi akan membawa awan yang terbentuk ke atas daratan. penjelasan mengenai
siklus hidrologi sedang ini adalah sebagai berikut:

1. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan
dan menjadi uap air
2. Uap air yang sudah terbentuk mengalami proses adveksi karena adanya angin
dan tekanan udara, sehingga bergerak menuju ke daratan
3. Di atmosfer daratan, uap air tersebut akan membentuk awan dan kemudian
akan berubah menjadi hujan
4. Air hujan yang jatuh di permukaan Bumi atau daratan akan mengalami run
off, menuju ke sungai dan kembali ke laut.

3. Siklus hidrologi panjang

7
Siklus yang selanjutnya adalah siklus hidrologi panjang. Siklus hidrologi
panjang merupakan siklus hidrologi yang umum terjadi di daerah beriklim sub tropis
atau di daerah pegunungan. Melalui siklus hidrologi panjang ini hujan tidak langsung
berbentuk air, namun turun dalam bentuk salju ataupun gletser terlebih dahulu.
Penjelasan mengenai siklus hidrologi sedang ini adalah sebagai berikut:

1. Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan dan
menjadi uap air
2. Uap air yang telah terbetuk tersebut mengalami proses sublimasi
3. Kemudian terbentukla awan yang mengandung kristal- kristal es
4. Awan mengalami proses adveksi dan kemudian bergerak ke daratan
5. Awan akan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju
6. Salju akan terakumulasi menjadi gletser
7. Gletser tersebut akan mencair karena adanya pengaruh suhu udara dan
membentuk aliran sungai
8. Air dari gletser dan mengalir di sungai tersebut kemudian akan kembali ke laut.

Itulah macam- macam siklus hidrologi yang dilihat dari panjang dan
pendeknya proses yang terjadi. Contoh dari masing- masing proses adalah hujan lokal
di area lautan (siklus hidrologi pendek), hujan di daerah tropis (siklus hidrologi
sedang), dan hujan salju (siklus hidrologi panjang).

2.1.2. Tahapan Siklus Hidrologi

Sebuah siklus pastilah mempunyai beberapa tahapan yang berangkai.


Tahapan- tahapan tersebut apabila tergabung antara satu dengan yang lainnya maka
akan terciptalah sebuah siklus. Dengan kata lain, siklus ini terjadi karena adanya
tahapan- tahapan yang saling berkaitan satu sama lain dan bentuknya memutar. Siklus

8
hidrologi ini setidaknya mencakup 9 tahap, yakni evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan infiltrasi.
Siklus air secara umum dapat digambarkan dalam gambar disamping. Gambar
disamping menunjukkan langkah- langkah atau tahapan siklus hidrologi yang
membentuk gerakan memutar. Adra lebih jelas, masing- masing tahapan tersebut akan
kita bahas sebagai berikut.

1. EVAPORASI ATAU PENGUAPAN SELURUH AIR

Evaporasi ialah tahap pertama dalam siklus hidrologi yang mana pada tahap
ini air yang berada di sungai dan lainnya menguap. Sungai, danau dan laut serta
tempat lainnya dianggap sebagai badan air lalu air yang menguap akan menjadi uap
air. Air yang ada di seluruh badan air menguap karena panasnya sinar matahari dan
penguapannya disebut evaporasi.

Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul cair menjadi


molekul gas, maka air berubah menjadi uap. Penguapan yang terjadi menimbulkan
efek naiknya air yang telah berubah menjadi gas ke atas atau ke atmosfer. Sinar
matahari ialah pendukung utama dalam tahan evaporasi sehingga semakin tersinarnya,
semakin besar molekul air yang terangkat .

9
2. TRANSPIRASI ATAU PENGUAPAN AIR DI JARINGAN MAKHLUK
HIDUP

Transpirasi juga merupakan proses penguapan, namun penguapan yang terjadi


bukan pada air yang tertampung dalam badan air. Transpirasi adalah penguapan yang
terjadi pada bagian tubuh makhluk hidup khususnya tumbuhan dan hewan dan
prosesnya sama dengan tahap evaporasi. Molekul cair pada tubuh tumbuhan dan
hewan akan berubah menjadi uap atau molekul gas.
Setelah molekul cair menguap, selanjutnya akan naik ke atas atau ke atmosfer
sama seperti proses yang ada saat tahap evaporasi. Transpirasi khususnya terjadi pada
jaringan yang ada di tumbuhan dan hewan, namun dari tahap ini air yang dihasilkan
tidak banyak. Pada proses transpirasi, molekul cair yang menguap tak sebanyak saat
proses evaporasi.

10
3. EVAPOTRANSPIRASI

11
Evotranspirasi adalah proses gabungan dari tahap evaporasi dan tahap
transpirasi sehingga pada tahap ini air yang menguap banyak. Evotranspirasi ialah
suatu tahap penguapan yang mana molekul cair yang menguap ialah seluruh air dan
jaringan makhluk hidup. Tahap ini ialah tahap yang paling memengaruhi siklus
hidrologi atau jumlah air yang terangkut.

4. SUBLIMASI

Selain ketiga proses yang telah dijelaskan di atas, ada pula proses penguapan
yang lain yaitu sublimasi. Sublimasi memiliki makna yang sama ialah perubahan
molekul cair menjadi molekul gas ke arah atas yaitu arah atmosfer. Namun,
penguapan yang terjadi ialah perubahan es yang ada di kutub dan di gunung yang
tidak melewati proses cair.

Hasil air yang terangkat pada saat tahap sublimasi memang tak sebanyak hasil
dari tahap evaporasi dan yang lainnya. Namun, tahap sublimasi tetap berpengaruh
terhadap berjalannya siklus hidrologi sehingga tak dapat dilewatkan atau bahkan
dihilangkan. Hal yang membedakan tahap sublimasi dari tahap evaporasi, tahap ini
memerlukan waktu yang lebih lama atau lambat.

12
5. KONDENSASI

Selanjutnya yaitu tahap kondensasi yang mana air yang telah menguap
berubah menjadi partikel es. Partikel es yang dihasilkan sangat kecil dan terjadi
karena suhu dingin pada ketinggian yang ada di atmosfer bagian atas. Lalu partikel es
tersebut akan berubah menjadi awan dan semakin banyak partikel es, awan semakin
berwarna hitam.

13
6. ADVEKSI

Adveksi adalah tahap yang hanya berada di siklus hidrologi panjang atau
dengan kata lain tidak terjadi di siklus hidrologi pendek. Pada tahap ini yang terjadi
ialah perpindahan awan dari satu titik ke titik lainnya atau dikatakan awan di langit
menyebar. Perpindahan awan ini terjadi karena adanya angin dan akan berpindah dari
lautan ke daratan begitu pula sebaliknya.

7. PRESIPITASI

14
Proses yang ketujuh ialah presipitasi yaitu tahap mencairnya awan karena
tidak mampu lagi menahan suhu yang semakin meningkat. Pada tahap inilah akan
terjadi salah satu gejala alam yang dinamakan hujan dengan ciri jatuhnya butiran air
ke permukaan bumi. Bila suhu yang ada di sekitar kurang dari 0 derajat celcius,
kemungkinan akan terjadi hujan salju atau bahkan es.

8. RUN OFF ATAU LIMPASAN

Tahap run off juga mempunyai nama lain limpasan yang mana pada tahap ini
air hujan yang telah turun akan bergerak. Pergerakan yang terjadi yaitu dari
permukaan yang lebih tinggi ke permukaan bumi yang lebih rendah melalui berbagai
saluran. Saluran yag dimaksud sebagai contoh saluran got, sungai dan danau atau laut
bahkan samudera.

9. INFILTRASI

15
Infiltrasi menjadi tahap terakhir dalam siklus hidrologi yang terjadi, tahap ini
merupakan tahap dimana air hujan menjadi air tanah. Air hujan yang turun ke bumi
tak seluruhnya akan mengalir seperti pada tahap limpasan, namun akan mengalir pula
ke tanah. Merembesnya air hujan ke pori tanah inilah yang disebut dengan infiltrasi
lalu seluruhnya akan kembali ke laut.

2.2. Analisis Hidrologi

Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam
perancangan bangunan-bangunan hidraulik. Pengertian yang terkandung didalamnya
adalah bahwa informasi dan besaran-besaran yang diperoleh dalam analisis hidrologi
merupakan masukan penting dalam analisis selanjutnya. Bangunan hidraulik dalam bidang
teknik sipil dapat berupa gorong-gorong, bendung, bangunan pelimpah, tanggul penahan
banjir, dan sebagainya. Ukuran dan karakter bangunan-bangunan tersebut sangat
tergantung dari tujuan pembangunan dan informasi yang diperoleh dari analisis hidrologi.
Sebelum ada informasi yang jelas tentang sifat-sifat dan besaran hidrologi diketahui,
hampir tidak mungkin dilakukan analisis untuk menentukan berbagai sifat dan besaran
hidraulikanya. Demikian pula pada dasarnya bangunann-bangunan tersebut harus
dirancang berdasar suatu patokan perancangan yang benar, yang diharapkan akan dapat
menghasikan rancangan yang memuaskan. Pengertian memuaskan dalam hal ini adalah
bahwa bangunan hidraulik tersebut harus dapat berfungsi baik struktural maupun
fungsional dalam jangka waktu yang ditetapkan (Harto, 1993).

Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Daerah Aliran Sungai (DAS) beserta luasnya.

2. Menentukan luas pengaruh daerah stasiun –stasiun hujan.

3. Menentukan curah hujan maksimum harian rata-rata DAS dari data curah
hujan yang ada.

4. Pengukuran dispersi.

16
5. Pemilihan jenis seberan.

6. Uji kecocokan sebaran yang digunakan.

7. Menganalisis curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.

8. Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan


rencana dengan periode ulang T tahun.

17
2.2.1. Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-
punggung gunung/pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut
akan mengalir menuju sungai utama pada suatu titik /stasiun yang ditinjau. DAS
ditentukan dengan menggunakan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-
garis kontur, garis kontur digunakan sebagai penentuan suatu DAS untuk
menentukan arah dari limpasan permukaan yang berasal dari titik-titik tertinggi
dan bergerak menuju titik-titik yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan
garis-garis kontur. Air hujan yang jatuh di dalam DAS akan mengalir menuju
sungai utama yang ditinjau, sedang yang jatuh diluar DAS akan mengalir ke
sungai lain disebelahnya (Triadmojdo, 2008).

Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah pada peta topografi.


Luas DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai, pada umumnya semakin
besar DAS semakin besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin besar
pula aliran permukaan atau debit sungai.

Gambar Daerah Aliran Sungai

18
Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran permukaan meliputi:

1. Luas DAS dan bentuk DAS

Laju dan volume aliran permukaan makin bertambah besar dengan


bertambahnya luas DAS. Tetapi apabila aliran permukaan tidak dinyatakan
sebagai jumlah dari total DAS, melainkan sebagai laju dan volume per
satuan luas, besarnya akan berkurang dengan bertambahnya luasan DAS. Ini
berkaitan dengan waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik terjauh
sampai ke titik kontrol (waktu kosentrasi) dan juga penyeberan atau
intensitas hujan.

Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran dalam sungai.


Pengaruh bentuk DAS terhadap aliran permukaan dapat ditunjukkan dengan
memperhatikan hidograf-hidograf yang terjadi pada dua DAS yang
bentuknya benbeda namun mempunyai luas yang sama dan menerima hujan
dengan intensitas yang sama.

Gambar Pengaruh Bentuk DAS Pada Aliran Permukaan

19
Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menghasilkan
laju aliran permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS yang
berbentuk melebar atau melingkar. Hal ini terjadi karena waktu konsentrasi

20
DAS yang memanjang lebih lama dibandingkan dengan DAS yang melebar,
sehingga terjadinya konsentrasi air dititik kontrol lebih lambat yang
berpengaruh pada laju dan volume aliran permukaan. Faktor bentuk juga
dapat berpengaruh pada aliran permukaan apabila hujan yang terjadi tidak
serentak diseluruh DAS, tetapi bergerak dari ujung yang satu ke ujung
lainnya. Pada DAS memanjang laju aliran akan lebih kecil karena aliran
permukaan akibat hujan di hulu memberikan kontribusi pada titik kontrol
ketika aliran permukaan dari hujan dihilir telah habis, atau mengeci.
Sebaliknya pada DAS melebar, datangnya aliran permukaan dari semua titik
di DAS tidak terpantau.

2. Topografi

Topografi atau tampakan rupa muka bumi seperti kemiringan lahan,


keadaan dan kerapatan saluran, dan bentuk-bentuk cekungan lainnya
mempunyai pengaruh pada laju dan volume aliran permukaan. DAS dengan
kemiringan curam disertai saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan
volume aliran permukaan yang lebih tingi dibandingkan dengan DAS yang
landai dengan saluran yang jarang dan adanya cekungan-cekungan.
Pengaruh kerapatan saluran, yaitu per satuan luas DAS, pada aliran
permukaan adalah memperpendek waktu konsentrasi, sehingga
memperbesar laju aliran permukaan.

Gambar Pengaruh Kerapatan Saluran Pada Hidograf Aliran Permukaa

21
3. Tata Guna Lahan

Pengaruh tata guna lahan (land use) pada aliran permukaan dinyatakan
dalam koefisien aliran permukan (C), yaitu bilangan yang menunjukan
perbandingan antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan.
Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk
menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 sampai 1. Nilai
C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke
dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1 menunjukan bahwa semua air hujan
mengalir sebagai aliran permukaan.

22
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpilkan bahawa siklus hidrologi merupakan


rangkaian peristiwa yang terjadi mulai dari air saat jatuh ke bumi hingga menguap keudara
hingga kemudian jatuh kembali kebumi. Siklusnya tidak berpangkal dan berakhir dari laut ke
atmosfir terus kepermukaan tanah dan kembali kelaut, dalam pergerakannya untuk sementara air
akan tertahan didanau, sungai, tanah, atau air tanah dan dapat dimamfaatkan oleh manusia,
kemudian kembali keatmosfir.

3.2. Saran

Sudah seharusnya kita memiliki kesadaran dari dalam diri sendiri untuk melakukan
penghematan air agar ketersedian air terjaga hingga masa yang akan datang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Chay Asdak. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

David Keith Todd. 1980. Ground Water Hydrology. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Ersin Seyhan. 1995. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Suyono Sosrodarsono. 1977. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.

iii

Anda mungkin juga menyukai