Anda di halaman 1dari 29

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids

Flow Classification)
Didasarkan pada tinjauan tertentu, aliran fluida dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan. Dalam
ulasan ini, fluida yang lebih banyak dibahas adalah air (incompressible fluids) dan dibagi menjadi 8
golongan antara lain :
1. Aliran yang tak termampatkan dan termampatkan (incompressible and compressible flows)
Aliran tak termampatkan adalah kondisi aliran dimana rapat massa fluidanya tidak berubah. Contohnya
adalah air,minyak,dll.
Aliran termampatkan adalah kondisi aliran dimana rapat massa fluidanya berubah. Contohnya adalah gas.
Pada fluida jenis ini berlaku hukum termodinamika.
2. Aliran tunak dan tak tunak (steady and unsteady flows )
Aliran tunak atau aliran permanen (permanent flow) adalah kondisi dimana komponen aliran tidak
berubah terhadap waktu. Contohnya adalah aliran di saluran/sungai pada kondisi tidak ada perubahan
aliran (tidak ada hujan, tidak banjir, dll). Kondisi tersebut dinyatakan dalam persamaan matematika
berikut : jf : perubahan komponen aliran

jt : perubahan terhadap waktu

f
: komponen aliran (viskositas, tekanan, rapat massa, kedalaman, debit, dll.)
Aliran tak tunak atau aliran tidak permanen (impermanent flow) adalah kondisi dimana komponen aliran
berubah terhadap waktu. Contoh aliran di saluran/sungai pada kondisi ada perubahan aliran (ada hujan,
ada banjir, dll) atau aliran yang dipengaruhi muka air pasang-surut (muara sungai di laut) . Kondisi
tersebut dinyatakan dalam persamaan matematika berikut :

Ilustrasi visual untuk kasus sederhana ditampilkan pada gambar di bawah ini

3. Aliran seragam dan tak seragam (uniform and non-uniform flows)


Aliran seragam adalah kondisi dimana komponen aliran tidak berubah terhadap jarak. Contoh aliran di
saluran/sungai pada kondisi tidak ada pengaruh pembendungan/terjunan, tidak ada penyempitan/pelebaran
yang ekstrim.

jx : perubahan terhadap jarak

Aliran tidak seragam (non-uniform flow) adalah kondisi dimana komponen aliran berubah terhadap jarak.
Contoh aliran di saluran/sungai pada kondisi ada pengaruh pembendungan/terjunan, ada
penyempitan/pelebaran yang ekstrim.

Ilustrasi visual untuk kasus sederhana ditampilkan pada gambar di bawah ini, (a) untuk kondisi aliran
seragam dan (b) untuk kondisi aliran tidak seragam

(McDonough, 2009:32)
4. Aliran laminer dan turbulen (laminar and turbulent flows)

(McDonough, 2009:38)
Fenomena aliran jenis ini dapat dijumpai dalam kehidupan sehari hari, aliran air pada keran mungkin
yang paling sering kita jumpai. Gambar diatas menunjukkan, Gambar (a) adalah keran air yang dibuka
saat awal (bukaan kecil) sehingga air yang mengalir kecepatannya kecil, pada kondisi ini terjadi aliran
laminer. Kecepata air meningkat pada Gambar (b) dan Gambar (c) sehingga aliran air berubah menjadi
turbulen.
Dari sudut pandang hidraulik, hal yang paling mudah untuk membedakannya adalah gerak
partikel/distribusi kecepatannya seragam, lurus, dan sejajar untuk aliran laminer dan sebaliknya untuk
aliran turbulen. Perubahan dari laminer menuju turbulen atau zona transisi terjadi pada jarak tertentu dan
zona transisi akan berakhir hingga terjadi kondisi fully developed turbulence. Gambar dibawah ini
mendeskripsikan perubahan distribusi kecepatan pada saluran terbuka, Gambar (a) dan saluran tertutup,
Gambar (b)

(Yulistiyanto)
(a)

(Kironoto)
(b)
Angka Reynolds biasanya digunakan untuk mempermudah dalam membedakan jenis aliran pada
klasifikasi ini. Persamaan Reynolds untuk mendapatkan Angka Reynolds dinyatakan dalam persamaan
dibawah ini :

U : kecepatan rerata tampang


R : jari jari hidraulik (saluran terbuka); digunakan diameter (D) untuk aliran dalam pipa (saluran
tertutup)
u : kekentalan fluida (viskositas kinematik)
Setelah mendapatkan Angka Reynolds, jenis aliran dapat diketahui melalui rentang berikut,
Aliran terbuka
Re < 2000, laminer
Re > 12500, turbulen
Aliran tertutup
Re < 500, laminer
Re > 4000, turbulen
diantara rentang diatas merupakan kondisi transisi. Pada kondisi aliran laminer, pengaruh viskositas lebih
besar daripada inersia dan kondisi sebaliknya untuk aliran turbulen.
5. Aliran yang dipengaruhi kekentalan dan tidak (viscous and inviscid flows)
Aliran viskous atau aliran fluida nyata adalah aliran yang dipengaruhi oleh viskositas. Adanya viskositas
menyebabkan adanya tegangan geser dan kehilangan energy. Pada aliran ini terjadi gesekan antarai fluida
dengan dasar/dinding saluran atau pipa. Gambar (a) dibawah ini menampilkan percobaan aliran viskous
melalui sebuah pilar berbentuk tabung.

(Yulistiyanto)
(a)
Aliran invisid atau aliran fluida ideal adalah aliran yang tidak dipengaruhi viskositas/kekentalan sehingga
aliran ini tidak memiliki tegangan geser dan kehilangan energi. Dalam kenyataannya aliran fluida ideal
tidak ada. Konsep ini digunakan para peneliti terdahulu untuk membentuk persamaan aliran fluida dan
pengaplikasiannya di lapangan ditambahkan faktor penyesuaian sesuai kondisi nyata. Gambar (b) dibawah
ini mengilustrasikan aliran invisid melalui sebuah pilar berbentuk tabung.

(Yulistiyanto)
(b)
6. Aliran rotasi dan tak rotasi (rotational and irrotational flows)
Aliran irrotasional adalah aliran dimana nilai rotasinya atau setiap komponen vektor rotasinya sama
dengan nol. Contoh aliran irrotasional adalah medan aliran pada aliran seragam. Penjabaran matematisnya
disajikan pada pesamaan berikut

Omega (kapital) sering dinotasikan sebagai vortisitas (vorticity), sehingga didefinisikan sebagai sebuah
vektor yang nilainya dua kalinya vektor rotasi.
Sedangkan aliran rotasional adalah aliran dimana nilai rotasinya atau setiap komponen vektor rotasinya
tidak sama dengan nol. Hal ini berarti medan aliran dengan kecepatan vektor V atau curl V tidak sama
dengan nol. Contoh dari aliran rotasional ditampilkan pada Gambar (a), tampak terjadi pusaran/vortex
yang disebabkan ketidakseragaman aliran oleh perubahan penampang akibat terjunan. Namun jauh dari
terjunan, aliran masih seragam sehingga aliran irrotasional.

(McDonough, 2009:34)
(a)
7. Aliran subkritis dan superkritis (subcritical and supercritical flows)
Untuk membedakan jenis aliran pada klasifikasi ini sering digunakanAngka Froude. Angka Froude
diperoleh melalui persamaan dibawah ini dan merupakan bilangan tak berdimensi,

: kecepatan rerata tampang

: percepatan gravitasi

: kedalaman aliran

penyebut pada persamaan diatas merupakan persamaan dari kecepatan rambat gelombang (celerity).
Setelah mendapatkan Angka Froude, penentuan jenis aliran melalui rentang berikut,
F < 1, aliran sub-kritik
F > 1, aliran super-kritik

F = 1, aliran kritik
8. Aliran yang terpisahkan/separasi dan tidak (separated and unseparated flows)
Aliran yang tidak terjadi separasi dapat terjadi pada aliran yang sangat lambat. Penjelasan mengenai
fenomena ini ditampilkan melalui sketsa pada Gambar (a), mengilustrasikan sebuah percobaan sejumlah
cairan sirup (viskositas tinggi) dengan suhu rendah yang melampaui flume dengan beda tinggi dasar
tertentu dengan kecepatan sangat rendah. Saat mencapai pojok flume, cairan sirup tetap megikuti dasar
flume, turun vertical dan tetap menempel hingga akhir. Fenomena ini disebabkan momentum yang
sangat kecil pada pojok dasar flume yang diakibatkan kecepatan yang sangat rendah.

(McDonough, 2009:40)
(a)
Sedangkan aliran yang terjadi separasi ditampilkan sketsa pada Gambar (b). Fluida dengan nilai viskositas
kecil atau kecepatan tinggi menimbulkan momentum yang tinggi, sehingga sulit bagi aliran untuk
menempel pada dasar saluran. Pada Gambar (b) juga mengilustrasikan aliran rotasional yang telah
dijelaskan sebelumnya.

(McDonough, 2009:40)
(b)
Gambar (c) dibawah ini juga mengilustrasikan fenomena aliran pada klasifikasi ini. Pada bagian Gamabr
(A) dan Gambar (B) juga mengilustrasikan fenomena aliran viscous dan non-viskous di penjelasan
sebelumnya.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya manusia yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena selain untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, air sangat diutamakan untuk dikonsumsi demi kelangsungan hidup
manusia. Mengingat pentingnya air bagi kehidupan manusia, air tak terlepas dari pengolahan agar layak
dikonsumsi, salah satunya yaitu PT Tirta Kerta Raharja yang bergerak dibidang pengolahan air bersih.
Dalam instalasinya terdapat berbagai jenis pipa saluran yang saling berhubungan satu sama lain, salah
satunya yaitu pipa filtrasi di mana air yang dialirkan ke pipa-pipa ini akan dilanjutkan ke bak penyaringan.
Pipa-pipa ini merupakan komponen yang sangat penting dan perlu diperhatikan dengan tujuan air yang
disalurkan sesuai dengan yang direncanakan. Namun kerap sekali realita yang terjadi tidak sesuai dengan
yang direncanakan, hal tersebut terjadi akibat ada factor-faktor dalam pipa dan aliran yang
mempengaruhinya sehingga terjadi hal-hal seperti kebocoran, debit air tidak sesuai, kerugian energi dan
sebagainya. Penggunaan CFD software dan Gfortran sangat membantu untuk mengetahui secara detail
masalah yang terjadi dalam aliran dan cara penanggulangannya melalui simulasi aliran dalam pipa dan
perhitungan komputasi.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam Tugas Besar ini perumusan masalahnya adalah
menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi laju aliran dalam pipa dalam proses pengolahan air bersih
dengan metode simulasi CFD dan memperkirakan perhitungan yang ideal untuk laju aliran yang

dibutuhkan menggunakan metode iterasi pada Gfortran dengan berlandaskan parameter-parameter yang
berpengaruh pada pipa dan aliran di dalamnya.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam tugas besar ini adalah:
1. Mengetahui proses-proses pengolahaan air bersih
2. Simulasi CFD aliran dalam pipa instalasi filtrasi.
3. Perhitungan komputasi bilangan tak berdimensi pada aliran dalam pipa filtrasi.
4. Perhitungan komputasi laju aliran dan pressure drop dalam pipa filtrasi.
1.4 Tujuan
Mengetahui proses pengolahan air bersih terutama proses filtrasi yang selanjutnya dimulasikan dengan
CFD Software untuk mengetahui masalah yang terjadi selama proses filtrasi berlangsung. Selain itu juga
memperhitungkan besaran-besaran yang berpengaruh pada aliran pipa dengan melakukan perhitungan
secara iterative, sehingga didapat prakiraan perhitungan yang ideal untuk mendesain atau memperbaharui
instalasi yang ada, serta mengetahui pengaruh dari proses iterative tersebut terhadap pipa dan aliran. Hal
ini bertujuan meningkatkan sistem instalasi demi menghasilkan output yang diharapkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pengolahan Air Bersih
Secara umum proses pengolahan air bersih dapat dibuat flowchartnya seperti gambar di bawah ini:

a. Intake (Bangunan Penangkap Air)


Intake merupakan bangunan penangkap atau pengumpul air baku dari suatu sumber sehingga air baku
tersebut dapat dikumpulkan dalam suatu wadah untuk selanjutnya diolah. Unit ini berfungsi untuk:
b. Bak Penenang
Bak penenang digunakan dengan tujuan menstabilkan tinggi muka yang dialirkan sistem perpipaan dari
intake. Unit ini juga mengatur dan menampung air baku, sehingga jumlah air baku yang akan diproses
pada isntalasi pengolahan air minum bias dilaksanakan dengan mudah dan akurat.
c. Koagulasi
Koagulasi didefinisikan sebagai destabilisasi pada koloid dan partikel tersuspensi, termasuk bakteri dan
virus, oleh suatu koagulan. Pengadukan cepat merupakan bagian terintegrasi dari proses ini.
d. Flokulasi
Flokulasi adalah tahap pengadukan lambat yang mengikuti unit pengaduk cepat. Tujuan dari proses ini
adalah untuk mempercepat laju tumbukan partikel. Hal ini menyebabkan aglomerasi dari partikel koloid
terdestabilisasi secara elektrolitik kepada ukuran yang terendapkan dan tersaing.

e. Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan padatn dan cairan dengan menggunakan pengendapan secara gravitasi
untuk memisahkan partikel tersuspensi yang terdapat dalam cairan tersebut.
f. Filtrasi
Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dan larutan, di mana larutan tersebut dilewatkan melalui suatu
media berpori atau materi berpori lainnya untuk menyisihkan partikel bersuspensi yang sangat halus
sebanyak mungkin.
g. Desinfeksi
Desinfeksi air bersih dilakukan untuk menonaktifkan dan menghilangkan bakteri pathogen untuk
memenuhi baku mutu air minu. Desinfeksi sering menggunakan khlor sehingga desinfeksi dikenal juga
dengan khlorinasi.
h. Reservoir
Reservoir adalah tanki penyimpanan air yang berlokasi pada instalasi. Air yang sudah diolah disimpan di
tangki ini untuk kemudian ditransfer ke sistem distribusi.
2.2 CFD (Computational Fluid Dynamic)
CFD (computational fluid dynamic) adalah metode penghitungan, memprediksi, dan pendekatan aliran
fluida secara numerik dengan bantuan komputer. Aliran fluida dalam kehidupan nyata memiliki banyak
sekali jenis dan karakteristik tertentu yang begitu kompleks.
CFD melakukan pendekatan dengan metode numerasi serta menggunakan persamaan-persamaan fluida.
Berikut ini beberapa contoh aliran fluida yang sering kita temui sehari-hari:
Bernafas, minum, pencernaan, mencuci, berenang.
Laundry pakaian dan mengeringkannya.
Pemanas ruangan, ventilasi ruangan, memadamkan api dengan air.
Pembakaran bensin pada engine dan tentunya juga polusi.
Membuat sup, campuran minyak pada pembuatan plastik
Pesawat, parasut, berselancar, berlayar
Menyolder, pembuatan besi atau baja, eleltrolisis air dll.
Prinsip CFD adalah suatu ruang yang berisi fluida yang akan dilakukan penghitungan dibagi-bagi menjadi
beberapa bagian, hal ini sering disebut dengan sel dan prosesnya dinamakan meshing. Bagian-bagian yang
terbagi tersebut merupakan sebuah kontrol penghitungan yang akan dilakukan oleh aplikasi atau software.
Contohnya sekarang ini banyak sekali paket-paket software CAD menyertakan konsep CFD yang dipakai
untuk menganalisa stress yang terjadi pada design yang dibuat.
Pemakain CFD secara umum dipakai untuk memprediksi:
Aliran dan panas.

Transfer massa.
Perubahan fasa seperti pada proses melting, pengembunan dan pendidihan.
Reaksi kimia seperti pembakaran.
Gerakan mekanis seperti piston dan fan.
Tegangan dan tumpuan pada benda solid.
Gelombang elektromagnet
Secara umum proses penghitungan CFD terdiri atas 3 bagian utama:
1. Preposessor
2. Processor
3. Post processor
Prepocessor adalah tahap dimana data diinput mulai dari pendefinisian domain serta pendefinisan kondisi
batas atau boundary condition. Ditahap itu juga sebuah benda atau ruangan yang akan analisa dibagi-bagi
dengan jumlah grid tertentu atau sering disebut juga dengan meshing.
Tahap selanjutnya adalah processor, pada tahap ini dilakukan proses penghitungan data-data input dengan
persamaan yang terlibat secara iteratif. Artinya penghitungan dilakukan hingga hasil menuju error terkecil
atau hingga mencapai nilai yang konvergen.
Tahap akhir merupakan tahap postprocessor dimana hasil perhitungan diinterpretasikan ke dalam gambar,
grafik bahkan animasi dengan pola-pola warna tertentu.
2.2 Aliran Dalam Pipa (Viscous Flow In Pipe)
Perpindahan fluida (cairan atau gas) di dalam sebuah saluran tertutup (biasanya disebut sebuah pipa jika
penampangnya bundar atau saluran duct jika bukan) sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh lain termasuk pula air pada pipa-pipa di rumah kita dan sistem distribusi yang mengirimkan air
dari sumur kota ke rumah-rumah. Banyak selang-selang dan pipa-pipa menyalurkan fluida hidrolik atau
fluida lainnya ke berbagai komponen kendaraan-kendaraan dan mesin-mesin. Kua-litas udara di dalam
gedung-gedung dijaga pada tingkat yang nyaman dengan distribusi udara yang terkondisi (dipanaskan,
didinginkan, dilembabkan/ dikeringkan) melalui suatu jaringan pipa atau saluran duct yang rumit. Meskipun sistem-sistem ini berbeda, prinsip-prinsip mekanika fluida yang meng-atur gerakan fluidanya adalah
sama. Tujuannya adalah untuk memahami proses-proses dasar yang terlibat di dalam aliran-aliran seperti
itu.
Beberapa komponen dasar yang khas dari suatu sistem pipa ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Komponen-komponen ini meliputi pipa-pipa itu sendiri (mungkin dengan lebih dari satu diameter),
berbagai sambungan (fitting) yang digunakan untuk menyambung masing-masing pipa guna membentuk

sistem yang diinginkan, peralatan pengatur laju aliran (katup-katup) dar pompa-pompa atau turbin-turbin
yang menambahkan energi atau mengambi energi dari fluida.
a. Sifat-sifat Umum Aliran Pipa
Walapun tidak seluruh saluran yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat
lainnya mempunyai penampang bundar, namun kebanyakan yang digunakan adalah yang seperti itu.
Saluran ini meliputi pipa-pipa air, selang-selang hidrolik dan saluran-saluran lainnya yang dirancang
untuk menahan perbedaan tekanan yang sangat besar melintasi dinding-dindingnya tanpa mengakibatkan
perubahan bentuk. Saluran-saluran yang tidak berpenampang bundar meliputi antara lain saluran-saluran
duct untuk pemanasan dan pengkondisian udara yang biasanya berpenampang segiempat. Biasanya
perbedaan tekanan antara bagian dalam dan luar saluran saluran duct relatif kecil.

Perbedaan antara aliran kanal-terbuka dan aliran pipa adalah pada mekanisme dasar yang menggerakkan
aliran. Untuk aliran kanal-terbuka, hanya gravitasi yang menjadi gaya penggeraknyaair mengalir
menuruni sebuah lereng. Untuk aliran pipa, gravitasi mungkin

memiliki arti penting (pipa tidak selalu horizontal), tetapi gaya penggerak yang utamanya adalah gradien
tekanan sepanjang pipa. Jika pipa tidak terisi penuh, tidaklah mungkin untuk menjaga perbedaan tekanan
(Pressure Drop), P = p1 - p2 ini.
b. Aliran Laminar atau Turbulen
Aliran fluida di dalam sebuah pipa mungkin merupakan aliran laminar atau aliran turbulen. Aliran dengan
bilangan Re4000 disebut Aliran Turbulen.

Untuk aliran pipa parameter tak berdimensi yang paling penting adalah bilangan Reynolds, Re
perbandingan antara efek inersia dan viskos dalam aliran. Dengan demikian istilah laju aliran harus diganti
dengan bilangan Reynolds,
Re = pVD/
di mana V adalah kecepatan rata-rata di dalam pipa. Bukan hanya kecepatan fluida yang menentukan sifat
alirannamun kerapatan, viskositas dan diameter pipa juga sama pentingnya. Parameter-parameter ini
berkombinasi menghasilkan bilangan Reynolds. Perbedaan antara aliran pipa laminar dan turbulen dan
ketergantungannya terhadap sebuah besaran tak berdimensi.
c. Daerah Masuk dan Aliran Berkembang Penuh
Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu lokasi. Daerah aliran di
dekat lokasi fluida memasuki pipa disebut sebagai daerah masuk (entrance region) dan diilustrasikan pada
Gambar.
fluida biasanya memasuki pipa dengan profil kecepatan yang hampir seragam pada bagian (1). Selagi
fluida bergerak melewati pipa, efek viskos menyebabkannya tetap menempel pada dinding pipa (kondisi
lapisan batas tanpa-slip). Hal ini berlaku baik jika fluidanya adalah udara yang relatif inviscid ataupun
minyak yang sangat viskos. Jadi, sebuah lapisan batas (boundary layer) di mana efek viskos menjadi

penting timbul di sepanjang dinding pipa sedemikian hingga profil kecepatan awal berubah menurut jarak
sepanjang pipa, x, sampai fluida mencapai ujung akhir dari panjang daerah masuk, bagian (2), di mana
setelah di luar itu profil kecepatan tidak berubah lagi menurut x.
Lapisan batas telah tumbuh ketebalannya sehingga memenuhi pipa secara menyeluruh. Efek viskos sangat
penting di dalam lapisan batas. Untuk fluida di luar lapisan batas di dalam inti inviscid (inviscid core)
yang mengelilingi garis sumbu dari (1) ke (2), efek viskos dapat diabaikan. Bentuk dari profil kecepatan di
dalam pipa tergantung pada apakah aliran laminar atau turbulen, Sebagaimana pula panjang daerah masuk,
ll

Gambar. Daerah masuk aliran sedang berkembang dan aliran berkembang penuh di dalam sebuah sistem
pipa.
l1/D = 0,06 Re untuk aliran laminar l1/D = 4,4 untuk aliran turbulen

d. Tekanan dan Tegangan Geser


Aliran tunak berkembang penuh di dalam pipa berdiameter konstan mungkin digerakkan oleh gaya-gaya
gravitasi dan tekanan. Untuk aliran pipa horizontal, gravitasi tidak memberikan pengaruh kecuali terhadap
variasi tekanan hidrostatik pada pipa, D, yang biasanya diabaikan. Beda tekanan (Pressure Drop) p = p1
- p2, antara satu bagian pipa horizontal dengan bagian lainnya yang mendorong fluida mengalir melewati
pipa. Efek viskos memberikan efek gaya penghambat yang dengan tepat mengimbangi gaya tekan,
sehingga memungkinkan fluida mengalir melalui pipa tanpa percepatan. Jika efek viskos tidak ada dalam
aliran serupa itu, tekanan akan konstan di seluruh pipa, kecuali untuk variasi hidrostatik.

Dalam daerah aliran yang tidak berkembang penuh, seperti pada daerah masuk sebuah pipa, fluida
mengalami percepatan atau perlambatan selagi mengalir (profil kecepatan berubah dari profil seragam
pada bagian masuk pipa menjadi profil berkembang penuhnya pada ujung akhir daerah masuk). Jadi, di
daerah masuk terdapat keseimbangan antara gaya-gaya tekanan, viskos dan inersia (percepatan). Hasilnya
adalah distribusi tekanan sepanjang pipa horizontal seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah.
Besarnya gradien tekanan, dp/dx, lebih besar di daerah masuk daripada di daerah berkembang penuh, di
mana gradien tersebut merupakan sebuah konstanta, dp/dx = -p/l< 0.

Gambar Distribusi Tekanan Sepanjang Pipa Horizontal


e. Aliran Laminar Berkembang Penuh .
Aliran di dalam bagian yang panjang, lurus, dengan diameter konstan dari sebuah pipa menjadi
berkembang penuh. Artinya, profil kecepatannya searah pada setiap penampang manapun dari pipa
tersebut, Meskipun hal ini berlaku baik pada aliran laminar maupun turbulen, profil kecepatan yang
terperinci sangat berbeda antara kedua jenis aliran ini. Pengetahuan mengenai profil kecepatan dapat
menuntun langsung kepada informasi lain yang berguna seperti penurunan tekanan, kerugian head, laju
aliran, dan sejenisnya. Jika alirannya tidak faerkembang penuh, analisis teoretis menjadi jauh lebih
kompleks dan di luar cakupan buku. Jika alirannya turbulen, analisis teoretis yang sulit belum
memungkinkan.
Terdapat banyak cara untuk menurunkan hasil-hasil penting yang berkaitan dengan aliran laminar
berkembang penuh. Tiga alternatif meliputi:

f. Aliran Turbulen Berkembang Penuh .


Aliran turbulen merupakan proses yang sangat kompleks. Untuk suatu geometri aliran, terdapat satu atau
lebih parameter tak berdimensi sedemikian hingga dengan nilai parameter ini di bawah sebuah nilai
tertentu alirannya laminar, sementara dengan nilai parameter yang lebih besar dari sebuah nilai tertentu
alirannya turbulen.

Seperti yang telah dijelaskan pada sebelumnya, untuk sebuah pipa horizontal

Untuk aliran berkembang penuh laminar, nilai f secara sederhana dinyatakan dalam f=64/Re, tidak
tergantung pada /D. untuk aliran turbulen, ketergantungan fungsional dari factor gesekan terhadap
bilangan Re dan kekasaran relative:

Nilai-nilai kekasaran yang khas untuk berbagai permukaan pipa ditunjukkan seperti tabel di bawah ini:

Dan untuk mengetahui nilai f yang bergantung pada /D dan bilanagan Re dapat diketahui melalui
diagram Moody di bawah ini:

BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisa Aliran Menggunakan CFD
Cfd digunakan untuk mempermudah penganalisisan. Disini di buat model serupa dengan aslinya dengan
desain model sebagai berikut:
Panjang: 3 m ;Cell I: 302

Tinggi: 0.2 m ;Cell J: 22 ;pembobotan awal dan akhir = 2


Lebar: 1 m ;penggandaan GRID I dan GRID J
Dari konstanta fisikal didapat:
= 1000 kg/m3
= 9 x 10-4Ns/m2
dengan TO = 1.0132 x 105, dan kecepatan ( inlet) pada sisi inlet disetting 0.6 m/s didapat konvergensi,
sehingga:
Re = ( V D)/
Re= (1000 x 0.6 x 0.2)/0.0009
Re=133333.33 (turbulen)
Berikut hasil vector kecepatannya:

Berikut Kontur Kecepatannya:

Dari simulasi didapat :


Pinlet=38.9 Pa
Poutlet=-6.95 Pa
Sehingga P=38.9-(-6.95) = 45.85 Pa
3.2 Analisa Perhitungan Teoritis
Dari data yang didapat langsung dari hasil penelitian dan dibuat sebuah permodelan oleh seorang alumni
mahasiswa FTUI 2008 di PT Tirta Kerta Raharja-Tangerang? pada bagian unit filtrasi, khususnya bagian
pipa filtrasi yaitu sebagai berikut:
V=0.6m/s=1.9686ft/s
T=80F
=1.934slugs/ft3=996.7836kg/m3
=62.22lb/ft3
=0.00001791lbs/ft=0.0008575Ns/m
D=0.2m=0.6562ft
=0.000005ft (karena pipa saluran)

l=3m=9.9843ft
/D=0.000005/0.6562=0.00000762
f=0.017 (didapat dari diagram Moody)

3.3 Analisa Perhitungan Iteratif Dan Program GFortran


Pada perhitungan secara iterative ini diketahui V yang didapat dari hasil penelitian oleh Alumni FTUI
2008 di PT. Tirta Kerta Raharja yaitu :
V1 = 0.6m/s
V2=0.7m/s
V3=1.2m/s
V4=1.7m/s
V5=1.8m/s
Dari data yang diketahui, karena nilai V bervariasi maka dapat dilakukan perhitungan iterative dalam
mencari bilangan Reynolds, Debit Air, dan Pressure Drop dengan menggunakan program GFortran.

Programnya yaitu sebagai berikut:


Print*,menghitung bilangan Reynolds, debit air, dan pressure drop pada pipa filtrasi PT TKR dengan
metode iterasi
Print*,
Print*,data-data yang diketahui
Print*,
Print*,input density(kg/m3)
Read*,f
Print*,input diameter pipa(m)
Read*,g
Print*,input viskositas(Ns/m2)
Read*,h
Print*,input length(m)
Read*,d
Print*,
Print*,melakukan iterasi bilangan Re, debit air, dan pressure drop dari velocity yang berbeda-beda
Print*,
Print*,input velocity secara bergantian
Print*,
Print*,1 yaitu V1, 2 yaitu V2, 3 yaitu V3, 4 yaitu V4, 5 yaitu V5
Read*,i
If(i==1) goto 1
If(i==2) goto 2
If(i==3) goto 3
If(i==4) goto 4
If(i==5) goto 5
1 print*,iterasi Re, debit, dan pressure drop pertama
a=0.6
c=0.017
goto 10
goto 20
goto 100
2 print*,iterasi Re, debit, dan pressure drop kedua
a=0.7
c=0.017
goto 10
goto 20
goto 100

3 print*,iterasi Re, debit, dan pressure drop ketiga


a=1.2
c=0.017
goto 10
goto 20
goto 100
4 print*,iterasi Re, debit, dan pressure drop keempat
a=1.7
c=0.017
goto 10
goto 20
goto 100
5 print*,iterasi Re, debit, dan pressure drop kelima
a=1.8
c=0.017
goto 10
goto 20
goto 100
10 j=(f*a*g)/h
Print*,bilangan Reynoldnya sebesar,j
50 y=(a*0.25*3.14*g*g)
Print*,debit airnya sebesar(m3/s),y
100 L=(c*d*0.5*f*a*a)/g
Print*,pressure dropnya sebesar(Pa),L
End

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan:
Aliran yang terjadi yaitu turbulen dengan besar Re=139491
Aliran yang terjadi pada simulasi terdapat aliran turbulen berkembang penuh
Pressure drop antara teoritis dan simulasi memiliki nilai yang cukup jauh
Iterasi Re, Debit, dan Pressure Drop dari V yang berbeda-beda menghasilkan nilai yang semakin
meningkat
Semakin besar/tinggi nilai V maka semakin besar pula nilai Re, Debit dan P nya.
4.2 Saran
Berdasarkan percobaan iterasi dan simulasi aliran menggunakan CFD, hal-hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
Mendesain pada CFD dengan memperbanyak grid, menggandakan grid, dan memberikan pembobotan
pada sisi atas dan bawah Cell J dengan tujuan hasil data yang didapat akurat dan memperkecil pressure
drop.
Dalam melakukan iterasi di GFortran gunakan symbol/bahasa computer yang simple dan banyak fungsi
dengan tujuan mempermudah pengoperasian dan mendapatkan data sekaligus.

Daftar Pusaka
Munson, R. Bruce. 2002. Foundamentals of Fluid Mechanis 4th Edition Part 1. Jhon Wiley & Sons, Inc.
Munson, R. Bruce. 2002. Foundamentals of Fluid Mechanis 4th Edition Part 2. Jhon Wiley & Sons, Inc.
PDAM Tirta Kerta Raharaja. 2008. Laporan Tahunan InstalasiPengolahan? Air (IPA Babakan.
Chapra, Steven C. 1991. Metode Numerik Untuk Teknik: Dengan Penerapan Pada Komputer Pribadi.
Jakarta Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Anda mungkin juga menyukai