SIPIL ENGINEERING
PT POSO ENERGY
1
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa:
-Aliran saluran terbuka (open channel flow)
-Aliran pipa (pipe flow)
2
ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA
htanggul htanggul
16
Geometri Saluran
Penampang saluran buatan biasanya direncanakan berdasarkan
bentuk geometris yang umum seperti diperlihatkan pada gambar di
bawah.
Bentuk yang umum dipakai adalah:
Bentuk trapesium untuk saluran berdinding tanah yang tidak dilapisi,
sebab stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan.
Bentuk segi empat dengan dinding tegak biasanya dipakai untuk saluran
yang dilapis dengan pasangan batu, padas atau beton.
Penampang segi tiga hanya dipakai untuk saluran kecil, selokan atau
saluran di laboratorium.
Penampang lingkaran banyak dipakai untuk saluran pembuangan air kotor
dan gorong-gorong ukuran kecil sampai sedang
Penampang parabola dipakai sebagai bentuk pendekatan saluran alam
berukuran kecil sampai sedang.
Penampang segi panjang dengan ujung dibulatkan merupakan
modifikasi dari bentuk persegi panjang.
Penampang segi tiga dengan ujung bawah dibulatkan merupakan bentuk
pendekatan parabola
17
18
Unsur Geometri Penampang Saluran
22
23
Jenis Aliran
Steady flow and unsteady flow
Uniform flow and nonuniform flow
Compressible and Incompressible Flow
Sub critical flow, critical flow, and super critical flow
Laminar flow and turbulent flow
24
Jenis Aliran
Steady and Unsteady Flow Uniform and Nonuniform Flow
A flow is steady if and only if the flow properties A flow is uniform if and only if the flow
() such as velocity (v), pressure (p), etc. AT A properties () such As velocity, pressure,
POINT do not change with time. Or: and so on does not change with space. Or:
d d
=0 (1)
=0
dt ds (2)
Notes: (1) laminar flow rarely occurs in large scale hydro and environmental engineering
practice exceptions are in groundwater, in small scale lab experiments and very close to
solid boundaries; (2) these numbers are guidelines only; (3) we usually choose a design
to be fully turbulent or fully laminar. Then we can analyze it.
28
Jenis Aliran
Aliran Tak Tetap (Unsteady Flow)
1. Aliran Tak Tetap Seragam (Unsteady Uniform
Flow)
2. Aliran Tak Tetap Berubah (Unsteady Varied
Flow)
Aliran Tak Tetap Berubah Lambat Laun (Gradually
Varied Unsteady Flow, GVUF)
Aliran Tak Tetap Berubah Tiba-Tiba (Rapidly Varied
Unsteady Flow, RVUF)
29
Aliran Tetap Seragam
Steady Uniform Flow
=0; = 0
Aliran Tetap (Langgeng), t x
Steady Flow = 0
t
Aliran Tetap Berubah Aliran Tetap Berubah Lambat Laun,
Steady Varied Flow Steady Gradually Varied Flow (GVF)
=0; 0
t x
Aliran Tetap Berubah Tiba-Tiba
Steady Rapidly Varied Flow(RVF)
30
JENIS ALIRAN
JENIS ALIRAN
Aliran Tetap dan Tidak Tetap, Waktu sebagai
kriteria :
Aliran pada saluran terbuka disebut tetap jika
kedalaman aliran h (atau Q, V) tidak berubah
atau dianggap tetap atau konstan pada interval
waktu yang ditinjau.
Aliran disebut tidak tetap bila kedalaman aliran h
(atau Q, V) berubah dari waktu ke waktu.
= 0
t 0
t
32
JENIS ALIRAN
Aliran Seragam dan Aliran Berubah, Ruang
sebagai kriteria :
Aliran pada saluran terbuka disebut seragam jika kedalaman
aliran h sama pada setiap penampang saluran. Aliran
seragam bisa tetap atau tidak tetap tergantung apakah
kedalaman h tetap atau berubah terhadap waktu.
Aliran pada saluran terbuka disebut berubah jika kedalam
aliran h berubah sepanjang saluran. Aliran berubah dapat
tetap atau tak tetap tergantung apakah kedalaman h tetap
atau berubah terhadap waktu. Karena aliran seragam tidak
tetap jarang terjadi, maka yang disebut aliran tak tetap
menunjuk pada jenis aliran tidak tetap yang berubah.
0
x
= 0
x y1
y2 y3
x
33
Karakteristik Penampang Melintang Saluran
Lebar permukaan air : B atau T
34
Karakteristik Penampang Melintang Saluran
Lebar permukaan air : B atau T
35
Aliran Seragam Pada Saluran Terbuka
36
Aliran Seragam Pada Saluran Terbuka
So = Sw = Sf
Sf
V2
Sw
2g
So
1 y
z
b
37
Gaya pada Aliran Seragam
1 2
A 38
Gaya pada Aliran Seragam
V = C RS 0 .(5)
dimana :
R =Radius hidraulik [m]
C =Koefisien Chezy [m1/2/s]
44
Rumus Manning
Selama lebih satu abad banyak usaha dilakukan untuk
menentukan nilai C.
Hubungan yang mudah dan banyak digunakan di
Amerika diperoleh dari hasil riset Insinyur Irlandia,
Robert Manning (1891-1895)
Menggunakan data eksperimen Manning dan lainnya,
Manning memperoleh hubungan :
1 1/ 6
C= R .(6)
n
47
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
nilai n
Nilai n dipengaruhi oleh :
1. Kekasaran permukaan tebing dan dasar saluran,
2. Tumbuhan yang tumbuh di saluran, berakibat
meningkatkan kekasaran,
3. Ketidak teraturan saluran (penampang berubah, adanya
beting pasir dll),
4. Alinemen saluran, tikungan dengan radius besar dan
peralihan halus akan memberikan nilai n kecil dan
sebaliknya,
5. Endapan dan erosi, merubah kekasaran dasar saluran,
6. Penyempitan, misalnya oleh jembatan, gorong-2 dll akan
meningkatkan nilai n,
7. Bentuk dan ukuran saluran, lihat gambar
8. Elevasi muka air dan debit, pada sebagian besar saluran,
nilai n akan berkurang dengan bertambahnya debit dan
kedalaman aliran. 48
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
nilai n
Cowan mengembangkan prosedur untuk
memperkirakan nilai n sbb :
n = (n0 + n1 + n2 + n3 + n4) m5
dimana :
n0 = nilai dasar n untuk saluran lurus, teratur,
permukaan halus,
n1 = pengaruh ketidak teraturan permukaan
saluran,
n2 = pengaruh variasi bentuk dan ukuran saluran,
n3 = pengaruh hambatan/penyempitan,
n4 = pengaruh tumbuhan kondisi aliran,
m5 = koreksi karena saluran bermeander 49
Tipikal Nilai Manning n
57
Saluran dengan tampang bersusun
A1 2 / 3 A2 2 / 3 A3 2 / 3 1 / 2
Q = R1 R2 R3 S o
n1 n2 n3
59
Menghitung Yn Penampang Trapesium
Untuk menghitung kedalaman normal dapat digunakan rumus
Manning atau Chezy :
1 A5 / 3 1 / 2
Q= S
2/3 o
nP
Q = A C R So
Secara umum perhitungan akan melibatkan 7 variabel:
1. Koefisien kekasaran saluran (n atau C)
2. Kemiringan dasar saluran So
3. Geometri penampang melintang saluran, meliputi:
Luas penampang basah A
Radius hidraulik R
Kedalamlan normal Yn
4. Debit aliran Q
5. Kecepatan aliran V
60
Menghitung Yn Penampang Trapesium
1
yn m
E Q 2 A
= 1 3 =0
y gA y Q2B Q2B
1 =0 =1
A gA 3
gA 3
=B
y
Q2
E min imum = y
2 gA2
Q 2 2B A
E min imum = y 2
2 gA A 2 B
Q2 B
3
=1
A gA
E min imum = y
2B
66
ALIRAN KRITIS
A
Untuk penampang segi empat =y
B
1 3 2
E min imum = y c y c = y c yc = Ec
Sehingga 2 2 atau 3
D = kedalaman hidraulik
A = luas penampang basah
B = lebar permukaan air
67
ALIRAN KRITIS
Untuk penampang segi empat D = y dan A = b y
Q2B Q2 Q2 Q2
3
=1 2
=1 = DA 2 = y 3b 2
gA gDA g g
Q 2
Q2 q2
y3 = 2 yc = 3 yc = 3
gb gb 2 g
gD
Bila Fr < 1 maka v < aliran subkritis
gD
Bila Fr = 1 maka v = aliran kritis
gD
Bila Fr > 1 maka v > aliran superkritis
69
Menghitung Yc Penampang Trapesium
70
Menghitung Yc Penampang Trapesium
Penyelesaiannya umumnya dilakukan dengan cara coba-coba
(trial and error).
Alternatif lain adalah dengan menggunakan tabel yang dibuat
dengan cara berikut:
B
1
yc m
b
2
mY mY b 2mY c
A = (b mYc )Yc = 1 c c ; B = (b 2mYc ) = 1 b
b b m b
1 = Q m
mYc 3 mYc 3
b b
3/ 2
2
1 b g
2 mYc
b
5/ 2 1/ 2
Qm
=
1
3/ 2 mYc 3 mYc 3
b b
5/ 2
b g 1/ 2
1 2 mYc
b
75
Pembentukan Aliran
Seragam
Saat air mengalir dalam saluran
terbuka, air akan mengalami
tahanan saat mengalir ke hilir.
Tahanan ini akan dilawan oleh
komponen gaya berat searah
aliran.
Besarnya tahanan aliran ini
sebanding dengan kwadrat
kecepatan aliran.
Aliran seragam akan terjadi bila
tahanan ini seimbang dengan
komponen gaya berat searah
gerak air
Kedalaman air pada aliran
seragam disebut dengan
kedalaman seimbang atau
kedalaman normal.
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
ABLL didefinisikan sebagai aliran tetap yang
kedalamannya berubah secara lambat laun sepanjang
saluran.
Berdasarkan definisi tsb, dua buah syarat ABLL:
1. Aliran tetap : sifat-sifat hidraulis aliran tetap konstan selama
jangka waktu tertentu.
2. Garis arus praktis sejajar : pada penampang saluran terdapat
pembagian tekanan hidrostatis.
77
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
Asumsi dasar ABLL
1. Kehilangan tinggi tekan pada suatu penampang sama
seperti pada aliran seragam dengan V dan R yang
sama.
Sf aliran seragam = Sf ABLL
2. Saluran prismatis : bentuk penampang saluran tetap;
Sf1
Sf
Sf
Sw y1
y
y
So
So
Aliran seragam : ABLL :
Sf = n2 V2/R4/3 Sf = n2 V2/R4/3
= V2/(C2 R) = V2/(C2 R) 78
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
3. Kemiringan saluran cukup kecil sehingga kedalaman
aliran akan sama diukur dalam arah vertikal maupun
tegak lurus dasar saluran, faktor koreksi tekanan
cos = 1, dan tidak terjadi pemasukan udara.
4. Pembagian kecepatan di penampang saluran tetap,
sehingga koefisien adalah tetap.
5. Koefisien Manning atau Chezy tidak tergantung pada
kedalaman aliran dan tetap sepanjang saluran yang
ditinjau.
V 2 V 2
E = y Cos
2 g 2g
y y Cos
79
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
Tinggi tekanan total di atas bidang persamaan di penampang (1) adalah
(1)
V 2
H = z d cos
2g
V2
2g Garis E dH
nersi S
f
Mu k a A
ir S
w
H d cos
y d
dx
Dasar Saluran S
o
z
1 Bidang Persamaan 2
80
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
dimana :
H : Tinggi tekanan total [m]
Z : Tinggi tempat di atas bid persamaan [m]
d cos : Dalam air diukur pada arah vertikal [m]
: Koefisien energi
V : Kecepatan rata-2 aliran pada penampang [m/s]
: Sudut kemiringan dasar saluran
dH dZ dH d V 2
= cos (2)
dx dx dx dx 2 g
dd So S f
=
dx d V 2 / 2 g
(3)cos Dinamik
Pers
dd ABLL
dy So S f
=
dx d V 2
1
dy 2 g (4)
B d V 2 d Q2 2Q 2 dA
dy
= =
2
dy 2 g dy 2 gA 2 gA3 dy d V 2 Q2B
dA = 3
dA dy 2 g gA
dA = B dy =B
dy
Bambang Adi Riyanto 83
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
84
ALIRAN BERUBAH LAMBAT
LAUN
Persamaan (5) dapat digunakan untuk memperkirakan bentuk
permukaan air untuk ABLL yang mengalir pada saluran dengan
kemiringan landai, curam dan horisontal.
Adalah perlu memperkirakan bentuk ini sebelum dilakukan
perhitungan, karena lokasi titik kontrol (titik yang diketahui
hubungan debit dan elevasi muka air) dan arah perhitungan (ke
hulu atau hilir) tergantung dari pengetahuan ini.
Persamaan (5) memberikan alat untuk mendeteksi apakah
kedalaman air ke arah hilir bertambah atau berkurang, dan juga
untuk menentukan kedalaman air jauh di hulu atau di hilir dari
suatu profil muka air.
Untuk memperkirakan bentuk profil muka air tersebut
diturunkan persamaan berikut :
85
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
86
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
Bila pada penampang terjadi aliran kritis maka
Q2B g
=1 Q = zc
gA 3
d V 2
2
zc
= 2
dy 2 g z
1 Q2
K = AR 2 / 3 , Q = K S 1f / 2 Sf = 2 (8)
n K
87
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
Bila terjadi aliran seragam dengan debit Q maka Sf = So, sehingga:
Q2
S o = 2 (9)
Kn
dengan Kn adalah hantaran untuk aliran seragam pada kedalaman yn
Persamaan (8) dibagi persamaan (9) menghasilkan :
S f K n2
= 2 (10)
S0 K
Persamaan dinamis ABLL dapat dinyatakan:
2
1 n
K
dy So S f K
= = So (11)
d V 2
2
dx
1 c
z
1
dy 2 g z
88
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
89
PROFIL ALIRAN
91
PROFIL ALIRAN
dy/dx (+), kemungkinan ke-2:
2
1 n
K
dy K
= So 2
dx
1 c
z
z
2
1 n 0
K Kn
K 1 yn y
K
2
1 c 0
z zc
1 yc y
z z
y yc yn Superkritis, saluran landai (daerah 3) M3
92
PROFIL ALIRAN
dy/dx (-), persamaan dinamis ABLL menghasilkan
kemungkinan:
2
1 n
K
dy K
= So 2
dx
1 c
z
z
2
1 n 0
K Kn
K 1 yn y
K
2
1 zc zc
z 0 1 yc y
z
yc y yn Superkritis, saluran curam (daerah 2) S2
93
PROFIL ALIRAN
95
PROFIL ALIRAN
96
PROFIL ALIRAN
97
PROFIL ALIRAN
Titik kontrol
M1
Grs kedalaman normal M1
Grs kedalaman normal
M2
Grs kedalaman kritis
A Grs kedalaman kritis
S2
S3
Saluran Curam
100
Titik kontrol hulu
Titik kontrol hulu :
Pada beberapa saluran curam berantai, maka titik kontrol ada
di ujung hulu saluran teratas
S2
S3
S2
101
Titik kontrol hilir
Titik kontrol hilir :
Di ujung hilir saluran landai
M1
M2
M2
102
Titik kontrol buatan
Bendung V02 3/ 2
Titik kontrol 2g V02
Q = 1,72 L H
H 2g
Q = CLH 3 / 2 H
yc
Q
P
P
Pintu Air
Titik kontrol
ABLL
ABTT
Vena Contracta
103
Profil muka air : Sal Landai
104
Latihan Profil Aliran
Titik kontrol
B
Saluran AB Sangat Panjang
Yn AB >Yc AB AB Saluran Landai
105
Profil muka air : Sal Landai
Pintu air
Loncat air
Titik kontrol
B
Yn AB >Yc AB AB Saluran Landai
106
Profil muka air : Sal Curam Sangat Panjang
Titik kontrol
Titik kontrol
Superkritis Grs Kedalaman Kritis
A S2
S1
S3
Subkritis
Superkritis
107
Profil muka air : Sal Curam Sangat Panjang
Titik kontrol
Titik kontrol
Superkritis Grs Kedalaman Kritis
A S2
S1
S3
Subkritis
Superkritis
108
Profil muka air : Sal Curam Dengan Pintu Air
Pintu air
Titik kontrol
Titik kontrol
Grs Kedalaman Kritis
Loncat air
A S1
S3
Subkritis
Superkritis
109
M1
M1
A M2
B
C
110
Profil muka air : Sal Landai bertemu saluran curam
Titik kontrol
M2
A
B
Yn AB >Yc AB AB Saluran Landai
S2
111
Profil muka air : Sal Curam bertemu saluran yang lebih curam
Titik kontrol
S2
S3
A
B
Yn AB <Yc AB AB Saluran Curam
S2
112
Profil muka air : Reservoir, saluran landai, pintu air
M1
M2
M3
A
113