Anda di halaman 1dari 113

HIDRAULIKA

1. PRINSIP ALIRAN PADA SALURAN


TERBUKA
KLASIFIKASI ALIRAN
ALIRAN SERAGAM

SIPIL ENGINEERING
PT POSO ENERGY

1
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa:
-Aliran saluran terbuka (open channel flow)
-Aliran pipa (pipe flow)

2
ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA

Analisis aliran melalui saluran terbuka lebih sulit


dibandingkan dengan analisis aliran melalui
pipa karena:
1. Pada aliran dalam pipa, tampang lintang aliran
tetap, ditentukan oleh dimensi pipa. Sedangkan
pada aliran saluran terbuka, variabel aliran
berubah terhadap ruang dan waktu, baik
tampang lintang, kekasaran, kemiringan, debit,
belokan, dsb.
2. Sebab itu, hingga saat ini metode empiris
adalah cara terbaik untuk menyelesaikan
permasalahan hidraulik.
3
4
DESAIN SALURAN IRIGASI (BUATAN)
5
6
DESAIN SALURAN DRAINASE (BUATAN/ALAM)
7
DESAIN PINTU AIR/POMPA BANJIR
SUNGAI DI DAERAH HILIR
TANGGUL SUNGAI DARI TIMBUNAN TANAH
BENDUNG IRIGASI
Aliran Berubah Lambat Laun (ABLL)

Aliran Berubah Tiba-2


BENDUNGAN (SAGULING) 13
Garis Garis
sempadan Lebar Lebar sempadan
mercu Lebar Lebar mercu
bantaran bantaran

htanggul htanggul

PEMODELAN ALIRAN SUNGAI


Jenis Saluran Terbuka
Saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air dengan
permukaan air bebas.
Jenis saluran terbuka dapat dikategorikan sebagai:
Saluran alam (natural), meliputi semua alur air alamiah di bumi,
mulai dari selokan kecil di pegunungan, saluran, sungai kecil dan
sungai besar sampai ke muara. Aliran air bawah tanah dengan
permukaan bebas juga termasuk sebagai saluran terbuka alamiah.
Sifat hidraulis saluran alam biasanya tak teratur, pada beberapa
kasus, pendekatan empiris cukup sesuai dengan kondisi yang
sesungguhnya.
Saluran buatan (artificial), dibuat oleh manusia, seperti saluran
pelayaran, saluran untuk PLTA, saluran irigasi, saluran drainase,
saluran banjir, saluran miring, saluran drainse jalan dll. Penerapan
teori hidraulika pada saluran buatan membuahkan hasil cukup
sesuai dengan kondisi sesungguhnya.
15
Geometri Saluran
Suatu saluran dengan penampang melintang dan kemiringan
dasar tetap (tak berubah) disebut saluran prismatis.
Terminologi penampang saluran adalah suatu penampang tegak
lurus arah aliran, sedangkan penampang vertikal saluran adalah
penampang melintang vertikal melalui titik terbawah atau terendah
dari penampang saluran.
Saluran alam secara umum bentuknya tak beraturan, bervariasi dari
bentuk serupa parabola sampai trapesium. Untuk saluran yang
sering mengalami banjir maka penampangnya terdiri dari
penampang utama (palung) untuk mengalirkan debit normal dan
satu atau lebih penampang saluran tepi (bantaran) untuk
mengalirkan kelebihan air.
Bantaran Palung Sungai Bantaran

16
Geometri Saluran
Penampang saluran buatan biasanya direncanakan berdasarkan
bentuk geometris yang umum seperti diperlihatkan pada gambar di
bawah.
Bentuk yang umum dipakai adalah:
Bentuk trapesium untuk saluran berdinding tanah yang tidak dilapisi,
sebab stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan.
Bentuk segi empat dengan dinding tegak biasanya dipakai untuk saluran
yang dilapis dengan pasangan batu, padas atau beton.
Penampang segi tiga hanya dipakai untuk saluran kecil, selokan atau
saluran di laboratorium.
Penampang lingkaran banyak dipakai untuk saluran pembuangan air kotor
dan gorong-gorong ukuran kecil sampai sedang
Penampang parabola dipakai sebagai bentuk pendekatan saluran alam
berukuran kecil sampai sedang.
Penampang segi panjang dengan ujung dibulatkan merupakan
modifikasi dari bentuk persegi panjang.
Penampang segi tiga dengan ujung bawah dibulatkan merupakan bentuk
pendekatan parabola
17
18
Unsur Geometri Penampang Saluran

Unsur geometri penampang saluran adalah sifat suatu penampang


saluran yang dapat diuraikan seluruhnya berdasarkan geometri
penampang dan kedalaman aliran. Unsur-unsur ini sangat penting
dan banyak digunakan dalam perhitungan aliran.
Definisi dari unsur dasar geometri saluran adalah :
Dalam Aliran (y) : jarak vertikal dari dasar saluran sampai
permukaan air.
Lebar air (B,T) : lebar permukaan air pada permukaan bebas.
Luas (A) : luas penampang basah aliran
Keliling Basah (P) : panjang keliling basah aliran
Jari-2 Hidraulik (R) : luas dibagi keliling basah : R = A/P
Dalam Hidraulik (D) : luas dibagi lebar permukaan air : D = A/B (Rasio)
Faktor Penampang : adalah hasil kali luas penampang basah dan
akar dari kedalaman hidraulik : Z = AD
= A (A/B)
19
20
Aliran Pada Saluran Terbuka
Untuk menyelesaikan persoalan aliran pada saluran
terbuka, harus dicari hubungan antara kemiringan dasar
saluran So, debit Q, kedalaman air y, dan karakteristik
saluran lainnya.
Definisi dasar dari geometri dan hidraulik yang
digunakan untuk menyatakan aliran melalui saluran
terbuka adalah:
Debit (Q) : volume air melalui penampang aliran
per satuan waktu
Luas (A) : luas penampang basah aliran
Kecepatan (V) : kecepatan rata-rata = debit dibagi luas;
V = Q/A
Dalam Aliran (y) : jarak vertikal dari dasar saluran sampai
permukaan air.
Lebar air (B,T) : lebar permukaan air pada permukaan
bebas. 21
Aliran Pada Saluran Terbuka
Keliling Basah (P) : panjang keliling basah aliran
Dalam Hidraulik (D) : luas dibagi lebar permukaan air;
D = A/B
Jari-jari Hidraulik (R) : luas dibagi keliling basah;
R = A/P
Kemiringan Dasar (So) : kemiringan memanjang dasar saluran
Kemiringan Sisi (m,z) : kemiringan sisi samping saluran,
dinyatakan sebagai 1 V : m H.
Lebar Dasar (b) : lebar dasar saluran
Karakteristik tampang saluran dengan berbagai bentuk
dapat dilihat pada tabel berikut.

22
23
Jenis Aliran
Steady flow and unsteady flow
Uniform flow and nonuniform flow
Compressible and Incompressible Flow
Sub critical flow, critical flow, and super critical flow
Laminar flow and turbulent flow

24
Jenis Aliran
Steady and Unsteady Flow Uniform and Nonuniform Flow

A flow is steady if and only if the flow properties A flow is uniform if and only if the flow
() such as velocity (v), pressure (p), etc. AT A properties () such As velocity, pressure,
POINT do not change with time. Or: and so on does not change with space. Or:

d d
=0 (1)
=0
dt ds (2)

Otherwise, the flow is called unsteady.


Please note that there is no steady flow in
reality. But, it is often assumed to simplify the Otherwise, the flow is called nonuniform.
problem.

Refference, Bahman Naser with Bryan Karney, University of Toronto (2009) 25


Jenis Aliran
Compressible and Incompressible Sub critical flow, critical flow, and
Flow super critical flow

A flow is incompressible if and only if the Froude number


density () does remains constant
throughout flow domain. Or: Fr = V/(gy)1/2

Fr > 1 supercritical flow


Fr = 1 critical flow
r = constant (3)
Fr < 1 subcritical flow

Transition from supercritical to


Otherwise, the flow is called compressible. subcritical on a mild slope hydraulic
Please note that there is no incompressible jump
fluid in reality.
All fluids are compressible to some degree,
but, compressibility can be negligible in
many cases.
Refference, Bahman Naser with Bryan Karney, University of Toronto (2009) 26
Jenis Aliran
Laminar and Turbulent Flow

Reynolds Number limits

Re 2000 Laminar flow


2000 Re 4000 Transitional flow
Re 4000 Turbulent flow

Notes: (1) laminar flow rarely occurs in large scale hydro and environmental engineering
practice exceptions are in groundwater, in small scale lab experiments and very close to
solid boundaries; (2) these numbers are guidelines only; (3) we usually choose a design
to be fully turbulent or fully laminar. Then we can analyze it.

Refference, Bahman Naser with Bryan Karney, University of Toronto (2009) 27


Jenis Aliran
Klasifikasi aliran dengan tolok ukur perubahan
kedalaman aliran dalam ruang dan waktu :
Aliran Tetap/Langgeng (Steady Flow)
1. Aliran Tetap Seragam atau disebut saja Aliran
Seragam (Uniform Flow, UF)
2. Aliran Berubah (Varied Flow, VF)
Aliran Berubah Lambat Laun (ABLL) (Gradually
Varied Flow, GVF)
Aliran Berubah Tiba-tiba (ABTT) (Rapidly Varied
Flow, RVF)

28
Jenis Aliran
Aliran Tak Tetap (Unsteady Flow)
1. Aliran Tak Tetap Seragam (Unsteady Uniform
Flow)
2. Aliran Tak Tetap Berubah (Unsteady Varied
Flow)
Aliran Tak Tetap Berubah Lambat Laun (Gradually
Varied Unsteady Flow, GVUF)
Aliran Tak Tetap Berubah Tiba-Tiba (Rapidly Varied
Unsteady Flow, RVUF)

29
Aliran Tetap Seragam
Steady Uniform Flow

=0; = 0
Aliran Tetap (Langgeng), t x

Steady Flow = 0
t
Aliran Tetap Berubah Aliran Tetap Berubah Lambat Laun,
Steady Varied Flow Steady Gradually Varied Flow (GVF)

=0; 0
t x
Aliran Tetap Berubah Tiba-Tiba
Steady Rapidly Varied Flow(RVF)

Aliran Tak Tetap Seragam


Unsteady Uniform Flow

0; = 0 GFUV : Gradually Varied
t x Unsteady Flow)
Aliran Tak Tetap (Tak
Langgeng), Unsteady Flow Aliran Tak Tetap Berubah Lambat Laun,
Gradually Varied Unsteady Flow

0 Aliran Tak Tetap Berubah, (GVUF)
t Unsteady Varied Flow

0; 0
t x Aliran Tak Tetap Berubah Tiba-Tiba,
Rapidly Varied Unsteady Flow (RVUF)

30
JENIS ALIRAN
JENIS ALIRAN
Aliran Tetap dan Tidak Tetap, Waktu sebagai
kriteria :
Aliran pada saluran terbuka disebut tetap jika
kedalaman aliran h (atau Q, V) tidak berubah
atau dianggap tetap atau konstan pada interval
waktu yang ditinjau.
Aliran disebut tidak tetap bila kedalaman aliran h
(atau Q, V) berubah dari waktu ke waktu.

= 0
t 0
t

32
JENIS ALIRAN
Aliran Seragam dan Aliran Berubah, Ruang
sebagai kriteria :
Aliran pada saluran terbuka disebut seragam jika kedalaman
aliran h sama pada setiap penampang saluran. Aliran
seragam bisa tetap atau tidak tetap tergantung apakah
kedalaman h tetap atau berubah terhadap waktu.
Aliran pada saluran terbuka disebut berubah jika kedalam
aliran h berubah sepanjang saluran. Aliran berubah dapat
tetap atau tak tetap tergantung apakah kedalaman h tetap
atau berubah terhadap waktu. Karena aliran seragam tidak
tetap jarang terjadi, maka yang disebut aliran tak tetap
menunjuk pada jenis aliran tidak tetap yang berubah.

0
x

= 0
x y1
y2 y3

x
33
Karakteristik Penampang Melintang Saluran
Lebar permukaan air : B atau T

1 Dalam air : h atau y Vertikal V


m
Horisontal H

Lebar dasar saluran : b

Kemiringan memanjang dasar saluran dinyatakan dengan


notasi : So
Lebar dasar saluran dinyatakan dengan notasi : b
Lebar permukaan air dinyatakan dengan notasi : B atau T
Kedalaman air dinyatakan dengan notasi : h atau y
Kemiringan dinding saluran dinyatakan sebagai
perbandingan antara Vertikal : Horisontal = 1 : m (atau z)

34
Karakteristik Penampang Melintang Saluran
Lebar permukaan air : B atau T

1 Dalam air : h atau y Vertikal V


m
Horisontal H

Lebar dasar saluran : b A


P
Luas penampang basah : A = (b m h)h
Keliling basah : P = b 2 h 1 m2
A (b m h)h
Radius Hidraulik :R = =
P b 2 h 1 m2
A
Kedalaman Hidraulik : D =
B

35
Aliran Seragam Pada Saluran Terbuka

Pada aliran seragam maka :


Kedalaman air, luas penampang, debit dan distribusi
kecepatan sepanjang saluran adalah tetap (tidak
berubah)
Kemiringan garis energi, permukaan air dan dasar
saluran adalah sama

36
Aliran Seragam Pada Saluran Terbuka

So = Sw = Sf
Sf
V2
Sw
2g

So

1 y
z

b
37
Gaya pada Aliran Seragam
1 2

A 38
Gaya pada Aliran Seragam

Gaya hidrostatis F1 dan F2


Berat air, W dengan komponen searah gerak
air : W sin
Hambatan dinding saluran : Ff
Jumlah semua gaya adalah :
F1 + W sin - F2 Ff = 0(1)
Karena tidak ada perubahan kedalaman antara
tampang 1 dan 2, maka :
F1 = F2
39
Gaya pada Aliran Seragam

Berat total dari air adalah :


W = A L (2)
dimana :
: berat jenis air [N/m3],
A : luas penampang basah tegak lurus aliran [m2]
L : panjang segmen saluran [m]
Umumnya aliran pada saluran terbuka mempunyai
kemiringan dasar saluran kecil sehingga sin = So,
yaitu kemiringan dasar saluran atau kemiringan
garis enersi 40
Gaya pada Aliran Seragam
Komponen gravitasi dapat disajikan sebagai :
W sin = A L So. (3)

Gaya hambatan oleh dinding dan dasar saluran dapat


disajikan dalam bentuk gaya hambatan per satuan luas
dasar saluran kali luas keliling basah. Luas keliling basah
= keliling basah P kali panjang segmen saluran L.
Pada tahun 1769, seorang Insinyur Perancis bernama
Antoine Chezy menyatakan bahwa gaya hambatan per
unit luas dasar saluran adalah proporsional dengan
kwadrat dari kecepatan aliran, K V2, dimana K adalah
konstanta.
41
Gaya pada Aliran Seragam
Dengan demikian gaya hambatan total dapat dituliskan
sebagai :
Ff = 0 P L = K V2 P L (4)

dimana 0 adalah gaya hambatan per satuan luas dasar


saluran, dikenal juga sebagai wall shear stress
Substitusi (3) ke (4) :
A L So = K V2 P L, atau
A
V= So
K P
42
Rumus Chezy
Pada persamaan di atas, A/P = R, dan (/K)
dapat disajikan sebagai konstanta C, sehingga :

V = C RS 0 .(5)

dimana :
R =Radius hidraulik [m]
C =Koefisien Chezy [m1/2/s]

Rumus di atas disebut sebagai rumus Chezy, nilai


C bervariasi sesuai kondisi saluran dan aliran.
43
Tipikal nilai koefisien Chezy

44
Rumus Manning
Selama lebih satu abad banyak usaha dilakukan untuk
menentukan nilai C.
Hubungan yang mudah dan banyak digunakan di
Amerika diperoleh dari hasil riset Insinyur Irlandia,
Robert Manning (1891-1895)
Menggunakan data eksperimen Manning dan lainnya,
Manning memperoleh hubungan :
1 1/ 6
C= R .(6)
n

dimana n adalah koefisien Manning


45
Rumus Manning

Substitusi pers (6) ke (5) menghasilkan persamaan


Manning sbb :
1 2 / 3 1/ 2 .(7)
V= R S
n
Debit aliran seragam pada saluran, Q, dapat dihitung
dengan rumus :
1 2 / 3 1/ 2 .(8)
Q = A V = A R S
n
A dan R pada ruas kanan persamaan di atas
merupakan fungsi dari kedalaman air y, yang dikenal
sebagai kedalaman aliran seragam atau kedalaman
normal, diberi lambang yn 46
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
nilai n
Seperti halnya koefisien
Chezy C, koefisien
Manning n tergantung dari
kondisi aliran dan saluran
seperti gambar di samping :

47
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
nilai n
Nilai n dipengaruhi oleh :
1. Kekasaran permukaan tebing dan dasar saluran,
2. Tumbuhan yang tumbuh di saluran, berakibat
meningkatkan kekasaran,
3. Ketidak teraturan saluran (penampang berubah, adanya
beting pasir dll),
4. Alinemen saluran, tikungan dengan radius besar dan
peralihan halus akan memberikan nilai n kecil dan
sebaliknya,
5. Endapan dan erosi, merubah kekasaran dasar saluran,
6. Penyempitan, misalnya oleh jembatan, gorong-2 dll akan
meningkatkan nilai n,
7. Bentuk dan ukuran saluran, lihat gambar
8. Elevasi muka air dan debit, pada sebagian besar saluran,
nilai n akan berkurang dengan bertambahnya debit dan
kedalaman aliran. 48
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
nilai n
Cowan mengembangkan prosedur untuk
memperkirakan nilai n sbb :
n = (n0 + n1 + n2 + n3 + n4) m5
dimana :
n0 = nilai dasar n untuk saluran lurus, teratur,
permukaan halus,
n1 = pengaruh ketidak teraturan permukaan
saluran,
n2 = pengaruh variasi bentuk dan ukuran saluran,
n3 = pengaruh hambatan/penyempitan,
n4 = pengaruh tumbuhan kondisi aliran,
m5 = koreksi karena saluran bermeander 49
Tipikal Nilai Manning n

57
Saluran dengan tampang bersusun

Contoh tipikal tampang bersusun (compound) adalah penampang


sungai dengan bantaran banjir.
Kekasaran pada bantaran banjir berbeda dengan palung sungai
(umumnya lebih kasar).
Dengan menggunakan rumus Manning, dihitung debit pada setiap
bagian, maka debit total merupakan penjumlah debit pada semua
bagian tersebut.

Bantaran kiri Palung sungai Bantaran kanan

Tampang sungai bersusun


58
Saluran dengan tampang bersusun

Dengan demikian bila kemiringan dasar saluran bantaran dan palung


sungai sama, debit total pada penampang dapat dihitung dengan rumus
berikut :

A1 2 / 3 A2 2 / 3 A3 2 / 3 1 / 2
Q = R1 R2 R3 S o
n1 n2 n3

59
Menghitung Yn Penampang Trapesium
Untuk menghitung kedalaman normal dapat digunakan rumus
Manning atau Chezy :
1 A5 / 3 1 / 2
Q= S
2/3 o
nP
Q = A C R So
Secara umum perhitungan akan melibatkan 7 variabel:
1. Koefisien kekasaran saluran (n atau C)
2. Kemiringan dasar saluran So
3. Geometri penampang melintang saluran, meliputi:
Luas penampang basah A
Radius hidraulik R
Kedalamlan normal Yn
4. Debit aliran Q
5. Kecepatan aliran V
60
Menghitung Yn Penampang Trapesium

Penyelesaiannya umumnya dilakukan dengan cara coba-coba


(trial and error).
Alternatif lain adalah dengan menggunakan tabel yang dibuat
dengan cara berikut:

1
yn m

A = (b mYn )Yn = (1 Yn / b)(Yn / b) b 2



P = (b 2Yn 1 m 2 ) = 1 2 1 m2 (Yn / b) b
A5 / 3 Q n
= 1/ 2
1 m(Yn / b) 5 / 3 Yn / b 5 / 3 =
Qn
P 2/3
S0 1 2(Y / b)(
n 1 m 2
2/3
S 01/ 2 b8 / 3
61
Menghitung Yn Penampang Trapesium
m m2
A = b Yn 1 Yn ,
2

P = b Yn 1 m12 Yn 1 m22
Tetapkan nilai awal Yn
=2m
Beda nilai ruas kiri dan
kanan dari persamaan
= -12,1512
Artinya nilai
pendekatan awal
adalah salah
Nilai Yn dicari dengan
mengubah-ubah nilai
Yn shg persamaan
dipenuhi
Mengubah nilai Yn
dapat dilakukan secara
manual atau dengan
solver
Menghitung Yn Penampang Trapesium
Menghitung Yn Penampang Trapesium
ALIRAN KRITIS
Keadaan kritis dari suatu aliran didefinisikan sebagai
kondisi dimana bilangan Froude (Fr) = 1.
Definisi lebih umum adalah keadaan aliran dimana
energi spesifiknya untuk suatu debit tertentu adalah
minimum.
Q2
E = y
2gA 2

Untuk Q dan A tetap, E minimum bila E


=0
y
E Q 2 A B
= 1 3 =0
y gA y A = B y y
A A
=B
y 65
ALIRAN KRITIS

E Q 2 A
= 1 3 =0
y gA y Q2B Q2B
1 =0 =1
A gA 3
gA 3
=B
y

Q2
E min imum = y
2 gA2
Q 2 2B A
E min imum = y 2

2 gA A 2 B
Q2 B
3
=1
A gA
E min imum = y
2B

66
ALIRAN KRITIS
A
Untuk penampang segi empat =y
B
1 3 2
E min imum = y c y c = y c yc = Ec
Sehingga 2 2 atau 3

Salah satu parameter penting pada saluran terbuka


yang perlu diketahui adalah kedalaman hidraulik yang
didefinisikan:
A
D=
B

D = kedalaman hidraulik
A = luas penampang basah
B = lebar permukaan air
67
ALIRAN KRITIS
Untuk penampang segi empat D = y dan A = b y
Q2B Q2 Q2 Q2
3
=1 2
=1 = DA 2 = y 3b 2
gA gDA g g

Q 2
Q2 q2
y3 = 2 yc = 3 yc = 3
gb gb 2 g

q = debit per satuan lebar = Q/b


Untuk
2 aliran kritis berlaku
Q B
3
=1
gA
V 2B V 2 V
= =1 Vc = gDc
gA gD gD 68
BILANGAN FROUDE
V
Besaran gD adalah tidak berdimensi

dan dikenal sebagai bilangan Froude (Fr)


gD adalah kecepatan gelombang gravitasi yang bergerak
menjalar di atas permukaan air.

gD
Bila Fr < 1 maka v < aliran subkritis
gD
Bila Fr = 1 maka v = aliran kritis
gD
Bila Fr > 1 maka v > aliran superkritis

69
Menghitung Yc Penampang Trapesium

Untuk menghitung kedalaman kritis dapat digunakan rumus


umum sebagai berikut:
Q2 B B g
= 1 =
g A3 A3 Q 2

Secara umum perhitungan akan melibatkan 7 variabel:


1. Geometri penampang melintang saluran, meliputi:
Luas penampang basah A
Lebar permukaan air B
Kedalamlan normal Yc
2. Debit aliran Q
3. Percepatan gravitasi

70
Menghitung Yc Penampang Trapesium
Penyelesaiannya umumnya dilakukan dengan cara coba-coba
(trial and error).
Alternatif lain adalah dengan menggunakan tabel yang dibuat
dengan cara berikut:
B

1
yc m

b
2
mY mY b 2mY c
A = (b mYc )Yc = 1 c c ; B = (b 2mYc ) = 1 b
b b m b

2mY c 2mY c 2mY c


1 b 1 b 1
B b g b g b b5 g
= = ; = 2 = 2 3
A3 mY mY b 2 3 Q 2 3
mYc mYc b
3 6
Q 3
mYc mYc
3
Q m
1
c
c
1 1
b b m b b m3 b b 71
Menghitung Yc Penampang Trapesium

1 = Q m
mYc 3 mYc 3
b b
3/ 2


2

1 b g
2 mYc
b
5/ 2 1/ 2

Qm
=
1
3/ 2 mYc 3 mYc 3
b b
5/ 2
b g 1/ 2
1 2 mYc
b

Dengan menggunakan persamaan di atas, dibuat grafik


hubungan antara mYc/b dan (Q m3/2)/(b5/2 g1/2). Tabel dan
grafik disajikan pada gambar di bawah.
Dari Q, m dan b yang diketahui, dihitung (Q m3/2)/(b5/2 g1/2).
Dengan Tabel atau grafik, dicari mYc/b, sehingga Yc dapat
dihitung.
72
Menghitung Yc Penampang Trapesium

Cara tanpa grafik atau tabel adalah dilakukan dengan coba-coba


(trial and error) sbb:
Q2B
A = (b mYc )Yc ; B = (b 2mYc ); 3
=1
gA
B g (b 2mYc ) g
= 2 = 2
A 3
Q (b mYc )Yc Q
3

Cara penyelesaian sebagai berikut :


Dari variabel yang diketahui, hitung g/Q 2 (ruas kanan pers)
Nilai ruas kiri dihitung dengan mengambil sebarang nilai Y c, bila nilai
ruas kiri tidak sama dengan ruas kanan, maka nilai Y c yang dimisalkan
salah, kemudian diubah sampai persamaan tersebut dipenuhi.
Nilai Yc yang dicari adalah nilai Yc terakhir yang memenuhi persamaan
di atas.
Untuk mempercepat proses, dapat digunakan solver di kalkulator atau
di spread sheet excel sebagai berikut.
73
Menghitung Yc Penampang Trapesium
A = b 12 (m1 m2 )Yc Yc
B = b (m1 m2 ) Yc
B g
3
= 2
A Q
Tetapkan nilai awal Yn = 1 m
Beda nilai ruas kiri dan kanan
dari persamaan = -0,0013
Artinya nilai pendekatan awal
adalah salah
Nilai Yc dicari dengan
mengubah-ubah nilai Yc shg
persamaan dipenuhi
Mengubah nilai Yc dapat
dilakukan secara manual atau
dengan solver
Menghitung Yc Penampang Trapesium

75
Pembentukan Aliran
Seragam
Saat air mengalir dalam saluran
terbuka, air akan mengalami
tahanan saat mengalir ke hilir.
Tahanan ini akan dilawan oleh
komponen gaya berat searah
aliran.
Besarnya tahanan aliran ini
sebanding dengan kwadrat
kecepatan aliran.
Aliran seragam akan terjadi bila
tahanan ini seimbang dengan
komponen gaya berat searah
gerak air
Kedalaman air pada aliran
seragam disebut dengan
kedalaman seimbang atau
kedalaman normal.
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
ABLL didefinisikan sebagai aliran tetap yang
kedalamannya berubah secara lambat laun sepanjang
saluran.
Berdasarkan definisi tsb, dua buah syarat ABLL:
1. Aliran tetap : sifat-sifat hidraulis aliran tetap konstan selama
jangka waktu tertentu.
2. Garis arus praktis sejajar : pada penampang saluran terdapat
pembagian tekanan hidrostatis.

77
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
Asumsi dasar ABLL
1. Kehilangan tinggi tekan pada suatu penampang sama
seperti pada aliran seragam dengan V dan R yang
sama.
Sf aliran seragam = Sf ABLL
2. Saluran prismatis : bentuk penampang saluran tetap;
Sf1
Sf
Sf
Sw y1
y
y
So
So
Aliran seragam : ABLL :
Sf = n2 V2/R4/3 Sf = n2 V2/R4/3
= V2/(C2 R) = V2/(C2 R) 78
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
3. Kemiringan saluran cukup kecil sehingga kedalaman
aliran akan sama diukur dalam arah vertikal maupun
tegak lurus dasar saluran, faktor koreksi tekanan
cos = 1, dan tidak terjadi pemasukan udara.
4. Pembagian kecepatan di penampang saluran tetap,
sehingga koefisien adalah tetap.
5. Koefisien Manning atau Chezy tidak tergantung pada
kedalaman aliran dan tetap sepanjang saluran yang
ditinjau.

V 2 V 2
E = y Cos
2 g 2g

y y Cos

79
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
Tinggi tekanan total di atas bidang persamaan di penampang (1) adalah
(1)

V 2
H = z d cos
2g

V2
2g Garis E dH
nersi S
f

Mu k a A
ir S
w

H d cos
y d

dx
Dasar Saluran S
o

z
1 Bidang Persamaan 2
80
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
dimana :
H : Tinggi tekanan total [m]
Z : Tinggi tempat di atas bid persamaan [m]
d cos : Dalam air diukur pada arah vertikal [m]
: Koefisien energi
V : Kecepatan rata-2 aliran pada penampang [m/s]
: Sudut kemiringan dasar saluran

Persamaan dinamis ABLL diperoleh dengan mendeferensialkan


pers (1) terhadap panjang dasar saluran, dengan menganggap
dan tetap, sehingga :

dH dZ dH d V 2
= cos (2)
dx dx dx dx 2 g

Perlu diingat bahwa kemiringan dianggap sebagai sinus sudut


kemiringan, sin .
81
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN

Dari gambar nampak bahwa


dH V 2
Sf = d
dH dz dd 2g
dx
dz = cos
S o = sin = dx dx dx dx
dx

Pers (2) menjadi V 2


d
dd 2 g dd
S f = S o cos
dx dd dx

dd So S f
=
dx d V 2 / 2 g
(3)cos Dinamik
Pers
dd ABLL

Bambang Adi Riyanto 82


ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN

Umumnya kemiringan saluran (sungai) adalah kecil,


sehingga cos 1 dan d y
dd dy dd So S f
= =
dx dx dx d V 2
cos
Pers (3) menjadi dd 2 g

dy So S f
=
dx d V 2
1
dy 2 g (4)
B d V 2 d Q2 2Q 2 dA
dy
= =
2
dy 2 g dy 2 gA 2 gA3 dy d V 2 Q2B
dA = 3
dA dy 2 g gA
dA = B dy =B
dy
Bambang Adi Riyanto 83
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN

Dengan demikian persamaan (4) menjadi


dd So S f dy So S f
= = (5)
dx d V 2 dx Q2B
1 1
dy 2 g gA3
Dalam diskusi tentang Energi Spesifik, untuk aliran
kritis berlaku:
V V 2 2
V B Q B
Fr = = Fr 2 = =
A cos A gA gA3
g g
B B
Persamaan (5) menjadi
dy S o S f n 2v 2 V2
= Sf = ; atau S f = 2
dx 1 Fr2 4
C R
R 3

84
ALIRAN BERUBAH LAMBAT
LAUN
Persamaan (5) dapat digunakan untuk memperkirakan bentuk
permukaan air untuk ABLL yang mengalir pada saluran dengan
kemiringan landai, curam dan horisontal.
Adalah perlu memperkirakan bentuk ini sebelum dilakukan
perhitungan, karena lokasi titik kontrol (titik yang diketahui
hubungan debit dan elevasi muka air) dan arah perhitungan (ke
hulu atau hilir) tergantung dari pengetahuan ini.
Persamaan (5) memberikan alat untuk mendeteksi apakah
kedalaman air ke arah hilir bertambah atau berkurang, dan juga
untuk menentukan kedalaman air jauh di hulu atau di hilir dari
suatu profil muka air.
Untuk memperkirakan bentuk profil muka air tersebut
diturunkan persamaan berikut :

85
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN

Bentuk lain dari pers dinamis ABLL bila dinyatakan


sebagai fungsi dari faktor penampang sebagai berikut :
d V 2 Q2B
= (6)
dy 2 g gA3

Berhubung faktor penampang z adalah


A3
z=
B
Maka persamaan (6) menjadi
d V 2 Q2
= 2
dy 2 g gz (7)

86
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
Bila pada penampang terjadi aliran kritis maka

Q2B g
=1 Q = zc
gA 3

Dengan demikian persamaan (7) akan menjadi

d V 2
2
zc
= 2
dy 2 g z

Berdasarkan rumus Manning, diperoleh faktor


hantaran (conveyance factor) K:

1 Q2
K = AR 2 / 3 , Q = K S 1f / 2 Sf = 2 (8)
n K
87
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN
Bila terjadi aliran seragam dengan debit Q maka Sf = So, sehingga:
Q2
S o = 2 (9)
Kn
dengan Kn adalah hantaran untuk aliran seragam pada kedalaman yn
Persamaan (8) dibagi persamaan (9) menghasilkan :
S f K n2
= 2 (10)
S0 K
Persamaan dinamis ABLL dapat dinyatakan:
2
1 n
K
dy So S f K
= = So (11)
d V 2
2
dx
1 c
z
1
dy 2 g z

88
ALIRAN BERUBAH LAMBAT LAUN

Persamaan (11) menyatakan kemiringan memanjang


permukaan aliran dalam hubungannya dengan dasar
saluran
Persamaan (11) dapat digunakan untuk menggambarkan
ciri-ciri berbagai profil aliran
Profil aliran menunjukkan lengkung permukaan air (surface
curve)

89
PROFIL ALIRAN

Jika kedalaman aliran bertambah dalam arah aliran


lengkung air balik (back water) dy/dx (+).
y1< y2< y3< y4

y1 Garis kedalaman Normal


y2 Garis kedalaman Kritis y3
y4

Jika kedalaman aliran berkurang dalam arah aliran


lengkung surut muka air (drawdown curve) dy/dx (-).
y1> y2> y3> y4
y1 Garis kedalaman Normal
y2 Garis kedalaman Kritis
y3
y4
90
CIRI-CIRI PROFIL ALIRAN

dy/dx (+), persamaan dinamis ABLL menghasilkan


dua kemungkinan, kemungkinan ke-1:
2
1 n
K
dy K
= So 2
dx zc
1
z
2
1 n 0
K Kn
K 1 yn y
K
2
1 zc zc
z 0 1 yc y
z
y yn yc Sub kritis, saluran landai (daerah 1) M1

y yc y n Sub kritis, saluran curam (daerah 1) S1

91
PROFIL ALIRAN
dy/dx (+), kemungkinan ke-2:
2
1 n
K
dy K
= So 2
dx
1 c
z
z

2
1 n 0
K Kn
K 1 yn y
K
2
1 c 0
z zc
1 yc y
z z
y yc yn Superkritis, saluran landai (daerah 3) M3

y yn yc Superkritis, saluran curam (daerah 3) S3

92
PROFIL ALIRAN
dy/dx (-), persamaan dinamis ABLL menghasilkan
kemungkinan:
2
1 n
K
dy K
= So 2
dx
1 c
z
z
2
1 n 0
K Kn
K 1 yn y
K
2
1 zc zc
z 0 1 yc y
z
yc y yn Superkritis, saluran curam (daerah 2) S2

yn y yc Sub kritis, saluran landai (daerah 2) M2

93
PROFIL ALIRAN

Beberapa Kondisi Khusus :


Bila y=yc, maka dy/dx = ~ profil aliran vertikal
saat melintasi garis kedalaman kritis.
Bila kedalaman berubah tiba-tiba dari taraf rendah ke
taraf tinggi loncatan hidraulis.
Bila kedalaman berubah dari taraf tinggi ke taraf rendah
penurunan hidraulis.
Bila y = ~, maka dy/dx = So permukaan aliran
mendatar.
Bila y = yn, maka dy/dx = 0 permukaan aliran
sejajar dasar saluran (aliran seragam).
94
PROFIL ALIRAN

Bila y = yc = yn, aliran seragam dan kritis.


Untuk kondisi saluran dan debit tertentu, maka
profil aliran terbagi menjadi 3 daerah.
Jenis Profil
Kemiringan Saluran
Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3
Landai (mild) M1 M2 M3
Kritis (critical) C1 C2 C3
Curam (steep) S1 S2 S3
Datar (horizontal) H2 H3
Menanjak (adverse) A2 A3

95
PROFIL ALIRAN

96
PROFIL ALIRAN

97
PROFIL ALIRAN

Bambang Adi Riyanto 98


Langkah Analisis Profil Aliran

Titik kontrol
M1
Grs kedalaman normal M1
Grs kedalaman normal
M2
Grs kedalaman kritis
A Grs kedalaman kritis

Yn AB >Yc AB AB Saluran Landai B


Saluran BC sangat panjang
C
Yn BC >Yc BC BC Saluran Landai
Langkah analisis profil muka air :
Gambarkanlah garis kedalaman normal dan kritis pada setiap bagian
saluran.
Tentukanlah kemiringan dasar saluran (landai, kritis, curam, datar)
Tentukanlah titik kontrolnya :
Aliran subkritis, titik kontrol ada di sebelah hilir
Aliran superkritis, titik kontrol ada di sebelah hulu
Dimulai dari titik kontrol, sket profil muka airnya mengikuti bentuk profil
muka air yang sesuai.
99
Titik kontrol
Titik kontrol adalah suatu titik dimana diketahui hubungan antara
elevasi muka air dan debit
Ada tiga macam titik kontrol :
Titik kontrol hulu :
Di ujung hulu setiap aliran superkritis (umumnya pada saluran curam)

S2

S3

Saluran Curam

100
Titik kontrol hulu
Titik kontrol hulu :
Pada beberapa saluran curam berantai, maka titik kontrol ada
di ujung hulu saluran teratas

S2

S3

S2

101
Titik kontrol hilir
Titik kontrol hilir :
Di ujung hilir saluran landai

M1
M2
M2

102
Titik kontrol buatan
Bendung V02 3/ 2
Titik kontrol 2g V02
Q = 1,72 L H
H 2g
Q = CLH 3 / 2 H
yc
Q

P
P

Bendung ambang tajam Bendung ambang lebar

Pintu Air
Titik kontrol

ABLL
ABTT

Vena Contracta

103
Profil muka air : Sal Landai

Mencapai kedalaman normal


Titik kontrol
M1
Grs Kedalaman Normal
M2
Grs Kedalaman Kritis

Saluran AB sangat panjang


B
Yn AB >Yc AB AB Saluran Landai

104
Latihan Profil Aliran

Grs Kedalaman Normal


Subkritis M1

Grs Kedalaman Kritis M2


M3 Subkritis
Superkritis
A

Titik kontrol
B
Saluran AB Sangat Panjang
Yn AB >Yc AB AB Saluran Landai

105
Profil muka air : Sal Landai

Pintu air

Loncat air

Grs Kedalaman Normal


M2
M3 Grs Kedalaman Kritis
Subkritis
Superkritis
A

Titik kontrol
B
Yn AB >Yc AB AB Saluran Landai

106
Profil muka air : Sal Curam Sangat Panjang

Titik kontrol

Titik kontrol
Superkritis Grs Kedalaman Kritis

A S2
S1

S3
Subkritis
Superkritis

Grs Kedalaman Normal


Saluran AB sangat panjang

Yn AB <Yc AB AB Saluran Curam


B

Mencapai kedalaman Normal

107
Profil muka air : Sal Curam Sangat Panjang

Titik kontrol

Titik kontrol
Superkritis Grs Kedalaman Kritis

A S2
S1

S3
Subkritis
Superkritis

Grs Kedalaman Normal


Saluran AB sangat panjang

Yn AB <Yc AB AB Saluran Curam


B

Mencapai kedalaman Normal

108
Profil muka air : Sal Curam Dengan Pintu Air
Pintu air

Titik kontrol

Titik kontrol
Grs Kedalaman Kritis

Loncat air
A S1

S3
Subkritis
Superkritis

Grs Kedalaman Normal

Yn AB <Yc AB AB Saluran Curam


B

109
M1
M1

A M2

B
C

Saluran AB dan BC Sangat Panjang


AB Landai, BC lebih Landai

110
Profil muka air : Sal Landai bertemu saluran curam

Titik kontrol

M2

A
B
Yn AB >Yc AB AB Saluran Landai
S2

Yn BC <Yc BC BC Saluran Curam

111
Profil muka air : Sal Curam bertemu saluran yang lebih curam

Titik kontrol

S2
S3
A

Saluran AB sangat panjang

B
Yn AB <Yc AB AB Saluran Curam
S2

Yn BC <Yc BC BC Saluran Curam

112
Profil muka air : Reservoir, saluran landai, pintu air

M1

M2

M3
A

Saluran AB pendek, pengaruh muka air hilir B


sampai reservoir
Yn AB >Yc AB AB Saluran Landai

113

Anda mungkin juga menyukai