Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM HIDROLIKA

PENURUNAN PERSAMAAN ENERGI SPESIFIK


Dosen Pengampu:

Muhammad Nuruzzaman S.Pd., M.Pd

Oleh :

Hendri Prasetiyo (16505241055)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat
dan Hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan laporan Praktikum
Hidraulika dengan praktikum mengenai “energi spesifik” Penulis ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
ini sehingga dapat selesai dengan baik dan tepat waktu, terutama kepada
pembimbing dalam pembuatan laporan ini, yaitu :

1. Muhammad Nuruzzaman, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen mata kuliah


Praktikum Hidraulika, yang telah membimbing dan mendampingi dari
awal hingga akhir praktik.
2. Pak Indri sebagai teknisi laboratorium yang telah membantu dalam
penggunaan peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk praktik.
3. Teman-teman kelas A2 2017 yang telah membantu dalam praktikum
hidrolika hingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Dan harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya. Saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempuraan laporan ini.

Yogyakarta, 25 November 2019


Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

DAFTAR TABEL....................................................................................................v

A. Latar Belakang..................................................................................................1

1. Rumusan masalah.......................................................................................1

2. Tujuan.........................................................................................................1

B. Kajian Teori......................................................................................................2

C. Alat dan bahan..................................................................................................3

1. Alat.............................................................................................................3

2. Bahan..........................................................................................................6

D. Langkah Pengujian...........................................................................................7

E. Hasil Praktikum/Pengamatan............................................................................8

F. Pembahasan....................................................................................................8

G. Kesimpulan...................................................................................................14

H. Saran..............................................................................................................14

1. Bagi Mahasiswa........................................................................................14

2. Bagi Laboratorium....................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

A. Latar Belakang
Energi spesifik adalah tenaga atau energi pada sembarang tampang
diukur dari dasar saluran dimana tenaga setiap satuan berat air pada
sembarang tampang diukur dari dasar saluran. Perubahan energi pada
saluran akan berpengaruh pada kelancaran aliran dlam saluran yang dapat
menyebabkan terganggunya distribusi air yang dapat merugikan (Das,
2007: 407)
Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur bukaannya. Pintu sorong
atau praktikan sebut pintu air merupakan suatu alat untuk mengontrol
aliran pada saluran terbuka. Pintu menahan air dibagian hulu dan
mengizinkan aliran ke arah hilir melalui bawah pintu dengan kecapatan
tinggi. Aliran di hulu pintu setelah pintu sorong adalah aliran subkritis.
Kemudian, aliran air mengalami percepatan ketika melewati bagian bawah
pintu atau sekat. Akibat percepatan yang dialami, aliran berubah secara
tiba-tiba dari subkritis menjadi superkritis. Di lokasi yang lebih hilir, aliran
akan mengalami semacam shock yang membuatnya kembali menjadi
aliran subkritis. Pada lokasi terjadinya perubahan aliran superkritis
menjadi aliran subkritis secara tiba-tiba tersebut, akan terjadi peristiwa
yang biasa disebut dengan lompatan hidrolik (hydraulic jump). Air loncat
atau lompatan hidrolik biasanya sengaja dibuat untuk meredam energi dan
memperlambat aliran sehingga tidak menggerus dasar saluran (Dake,
1983: 156-157).

Pintu sorong (sluice gate) merupakan bangunan hidrolik yang sering


digunakan untuk mengatur debit pada embung atau di saluran irigasi.
Didalam sistem saluran irigasi pintu sorong biasanya ditempatkan pada
bagian pengambilan dan bangunan sadap balk sekunder maupun
tersier.bangunan pengatur debit ini sering digunakan oleh karena
kemudahan perencanaan dan pengoperasiannya. Dengan tinggi bukaan
pintu tertentu dapat didapatkan debit yang dimaksud, dengan demikian
variasi bukaan pintu akan mempengaruhi debit aliran dan profit muka air
dibagian hilir (Klass, 2010: 88).

Aliran yang mengalir di bawah pintu sorong dimulai dari aliran


superkritik kemudian berubah menjadi aliran subkritik. Pada aliran
superkritik kedalam air kecil dengan kecepatan besar, sedangkan pada
aliran subkritik kedalaman aliran besar dengan kecepatan kecil hal ini
menyebabkan terjadinya pelepasan energi yang mengakibatkan
terbentuknya loncat air. Setiap kondisi aliran baik sebelum, saat dan
sesudah terjadi loncat air dan hubungan antara masing-masing
karakteristik merupakan permasalahan yang dapat mengakibatkan
penyimpangan dalam perencanaa ( Fahmiahsan dkk, 2018: 2).

B. Kajian Teori
Momentum suatu partikel atau benda didefinisikan sebagai perkalian
antara massa dan kecepatan, partikel-partikel aliran zat cair mempunyai
momentum. Oleh karena kecepatan aliran berubah baik dalam besar
maupun arahnya, maka momentum partikel-partikel zat cair juga akan
berubah. Perubahan momentum tersebut dapat menyebabkan terjadinya
gaya yang sebanding dengan laju perubahan momentum. Gaya yang
terjadi karena adanya gerak zat cair disebut gaya dinamis dan merupakan
gaya tambahan pada gaya tekanan hidrostatis (Triatmojo,1993: 164).
Pada kondisi debit aliran yang konstan, tinggi tenaga pada aliran
akan mencapai harga minimum pada kondisi kedalaman kritik. Parameter
ini merupakan dasar dari pemahaman yang menyeluruh mengeriai perilaku
aliran bebas, karena respons dari aliran terhadap tinggi tenaga sangat
bergantung pada apakah kedalaman pang terjadi lebih atau kurang dari
kedalaman kritik. Pada saluran terbuka, energi spesifik didefinisikan
sebagai jumlah dari energi potensial kedalaman aliran dan energi kinetik
atau tinggi kecepatan (Lutjito, 2016: 16)

untuk kurva energi spesifik di bawah pintu sorong adalah sebagai


berikut:
Gambar 1. Kurva energi spesifik (Lutjito, 2016: 16)

U2
E=h+
2g
Atau
Q2
E=h+
2 g B 2 h2
Dengan:
E = energi spesifik
h = kedalaman aliran (m)
Q = debit aliran (m3/s)
B = lebar flume (m)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
C. Alat dan bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum energi spesifik adalah sebagai
berikut :
a. Multi purpose teaching flume
Multi purpose teaching flume merupakan satu set model saluran
terbuka dengan dinding tembus pandang yang diletakkan pada
struktur rangka kaku. Dasar saluran ini dapat diubah kemiringannya
dengan menggunakan jack hidraulik yang dapat mengatur
kemiringan dasar saluran tersebut secara akurat sesuai dengan yang
dikehendaki, untuk mengetahui kemiringan alat dipasang selang
yang telah diisi air sehingga kemiringan dari alat flume dapat diukur.
Saluran ini dilengkapi dengan keran tekanan udara dan pada titik-
titik tertentu terdapat lubang untuk pemasangan model bangunan air.
Saluran ini dilengkapi pula dengan tangki pelayanan berikut pompa
sirkulasi air, dan alat pengukur debit. Alat ini sesuai dengan SNI 03-
8137-2015 tentang pengukuran debit pada saluran terbuka
menggunakan bangunan ukur tipe pelimpah atas yaitu konstruksi
bangunan harus kokoh dan kedap air serta mampu menahan aliran
banjir.

Gambar 1. Multi purpose teaching flume

b. Pintu sorong (sluice gate)


Merupakan tiruan pintu air yang banyak dijumpai di saluran-
saluran irigasi. Model pintu air ini terbuat dari baja tahan karat lebar.
Pintu ini sudah disesuaikan dengan lebar model saluran yamg mana
pintu sorong ini berfungsi untuk mengukur mengukur maupun untuk
mengatur debit aliran. Besarnya debit yang dialirkan merupakan fungsi
dari kedalaman air di hilir maupun di hulu pintu serta tinggi bukaan
pintu tersebut (Lutjito, 2016: 22).
Gambar 2. Crump Weir Model

c. Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang biasa digunakan untuk
menggambar garis lurus atau untuk mengukur suatu bidang. Pada
prkatikum ini mistar digunakan untuk mengukur ketinggian aliran air.
Pengukuran menggunakan mistar harus dilakukan dengan arah pandang
tegak lurus untuk menghindari kesalahan pembacaan sehingga hasil
pengukuran lebih akurat. Mistar memiliki tingkat ketelitian pengukuran
setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,5 mm atau 0,05 cm.

Gambar 3. Mistar
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ambang lebar (broad
crested weir) anatara lain :
a. Air
Air merupakan satu – satunya bahan yang digunakan dalam
praktikum ini. Dalam SNI 8137 : 2015 tentang lokasi pengukuran
muka air, dinyatakan bahwa tinggi muka air, h diukur sebagai
kedalaman di atas elevasi celah mercu bagian terendah. Pengukuran
tinggi muka air harus dilakukan pada lokasi 4h maks sampai dengan
5h maks dengan h_maks adalah tinggi muka air maksimum yang
diizinkan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang teliti.

Gambar 3. Air

D. Langkah Pengujian
Adapun langkah pengujian yang dilakukan dalam pengujian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pintu sorong diukur lebarnya terlebih dahulu sebelum dimasukkan
kedalam flume
2. Kedudukan saluran diatur hingga dasar saluran menjadi
datar/horizontal.
3. Pintu sorong dipasang pada saluran, dan dijaga kondisi ini tetap
vertikal.
4. Agar pengukurannya lebih akurat, maka rongga antara pintu dengan
dinding saluran sebaiknya diberi plastisin.
5. Sebagai datum pengukuran adalah dasar saluran.
6. Pintu sorong dibuka setinggi 1,00 cm dari dasar.
7. Dengan perlahan-;lahan air dialirkan hingga h0 mencapai x cm.
8. Debit aliran yang terjadi pada ketinggian ini dengan h 0. Ketinggian h1
diukur di hilir pintu.
9. Bukaan pintu dinaikkan setinggi 0,5 cm dari posisi semula.
10. Bukaan pintu dinaikkan setinggi 0,5 cm dari posisi semula.
11. Debit aliran dinaikkan sesuai dengan petunjuk dan debit aliran yang
terjadi dan tinggi h1 dicatat.
12. Dari percobaan ini dibuatkan grafik hubungan h0 dengan Q.
13. Besarnya gaya pada pintu sorong akibat gaya hidrostatis maupun gaya
akibat aliran dihitung dengan teliti.
14. Grafik hubungan antara Fg/Fh dengan h1/h0 dibuat dengan bantuan
microsoft office excel.
E. Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Penelitian Praktikum pintu sorong.

Percobaan Q hg h0 h1 B
ke- (m3/det) (m) (m) (m) (m)
1 0.00100 0.010 0.062 0.028 0.103
2 0.00120 0.015 0.059 0.033 0.103
3 0.00150 0.020 0.061 0.036 0.103
4 0.00180 0.025 0.066 0.040 0.103
5 0.00200 0.030 0.065 0.044 0.103

F. Pembahasan
1. Mencari Fg
a) Percobaan 1:
2
2 h0 ρQ 2 h
1
F g= ρgB h1
2 h1[ ] [ ]
2
−1 −
B h1
1− 1
h0

1 0,0622
2 [
F g= x 1000 x 9,81 x 0,103 x 0,0282
0,0282
−1
]
−1000 x 0,0012 0,028
0,103 x 0,028 [
1−
0,062 ]
=0,00136

b) Percobaan 2:
2
2 h ρQ 2 h
1
2 h1 [ ] [ ]
F g= ρgB h1 02 −1 −
B h1
1− 1
h0

1 0,0592
2 [
F g= x 1000 x 9,81 x 0,103 x 0,0332
0,0332
−1
]
−1000 x 0,00122 0,033
0,103 x 0,033
1− [
0,059 ]
= 0,00102

c) Percobaan 3:
2
2 h0 ρQ 2 h
1
F g= ρgB h1
2 h1[ ] [ ]
2
−1 −
B h1
1− 1
h0

1 0,0612
2 [
F g= x 1000 x 9,81 x 0,103 x 0,0362
0,0362
−1
]
−1000 x 0,00152 0,036
0,103 x 0,036
1− [
0,061 ]
=0,00098

d) Percobaan 4:
2
2 h ρQ 2 h
1
2 h1 [ ] [ ]
F g= ρgB h1 02 −1 −
B h1
1− 1
h0

1 0,0662
2 [
F g= x 1000 x 9,81 x 0,103 x 0,0402
0,0402
−1
]
−1000 x 0,00182 0,040
0,103 x 0,040
1− [
0,066 ]
=0,00108

e) Percobaan 5:
2
2 h0 ρQ 2 h1
1
F g= ρgB h1
2 [ ] [ ]
h1 2
−1 −
B h1
1−
h0

1 0,0652
F g= x 1000 x 9,81 x 0,103 x 0,044 2
2 [0,044 2
−1
]
−1000 x 0,00202 0,044
0,103 x 0,044 [
1−
0,065 ]
=0,00087

2. Mencari nilai Fh
a) Percobaan 1 :
1
F h= ρgB [ h02−h g2 ]
2
1 2 2
F h= x 1000 x 9,81 x 0,103 [ 0,062 −0,010 ] =0,0019
2
b) Percobaan 2 :
1
F h= ρgB [ h02−h g2 ]
2
1
F h= x 1000 x 9,81 x 0,103 [ 0,0592 −0,0152 ]=0,0016
2
c) Percobaan 3 :
1
F h= ρgB [ h02−h g2 ]
2
1
F h= x 1000 x 9,81 x 0,103 [ 0,0612−0,0202 ]=0,0017
2
d) Percobaan 4 :
1
F h= ρgB [ h02−h g2 ]
2
1
F h= x 1000 x 9,81 x 0,103 [ 0,066 2−0,0252 ] =0,0022
2
e) Percobaan 5 :
1
F h= ρgB [ h02−h g2 ]
2
1
F h= x 1000 x 9,81 x 0,103 [ 0,0652 −0,0302 ] =0,0017
2
3. Mencari nilai Fg/Fh
a) Percobaan 1:
Fg 0,00136
= =0,717
Fh 0,0019
b) Percobaan 2:
Fg 0,00102
= =0,621
Fh 0,0016
c) Percobaan 3:
Fg 0,00098
= =0,582
Fh 0,0017

d) Percobaan 4:
Fg 0,00108
= =0,492
Fh 0,0022
e) Percobaan 5:
Fg 0,00087
= =0,519
Fh 0,0017
4. Mencari nilai h1/h0
a) Percobaan 1:
h1 0,028
= =0,452
h0 0,062
b) Percobaan 2:
h1 0,033
= =0,559
h0 0,059
c) Percobaan 3:
h1 0,036
= =0,590
h0 0,061
d) Percobaan 4:
h1 0,040
= =0,606
h0 0,066
e) Percobaan 5:
h1 0,044
= =0,677
h0 0,065
5. Grafik Hubungan antara Q (m3/det) dengan h1 (m)
0.0030

0.0025
0
0.0020 0
f(x) = 0.07 x − 0
Q ( m3/s )

R² = 0.98 0
0.0015
0
0
0.0010

0.0005

0.0000
0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05

h1 (m)

Grafik 1. Hubungan antara Q (m3/det) dengan h1 (m)


Pada grafik hubungan antara Q (m3/det) dengan h1 (m)
diketahui bahwa semakin besar nilai Q, maka h 1 juga akan semakin
tinggi hal ini disebabkan oleh muka air yang ikut tinggi ketika debit
aliran ditambahkan. Pada tabel terlihat bahwa ketika debit aliran
ditambahkan tinggi air dibagian hilir juga akan semakin naik. Hal ini
sesuai dengan teori pada kajian teori tetapi juga tidak dapat
mengabaikan tinggi bukaaan dari masing masing percobaan yang
dilakukan. Ketika debit aliran ditambahkan maka tinggi bukaan pintu
sorong juga dinaikkan, sehingga ini juga akan mempengaruhi
ketinggian aliran di bagian hilir pintu sorong.
6. Grafik Hubungan antara Fg/Fh dengan h1/h0
0.8

0.8 0.72
0.7 f(x) = − 0.98 x + 1.15
R² = 0.82
0.7 0.62
Fg/Fh

0.6 0.58

0.6 0.52
0.49
0.5

0.5

0.4
0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80

h1/ho

Grafik 2. Hubungan antara Fg/Fh dengan h1/h0

Pada grafik hubungan antara Fg/Fh dengan h 1/h0 diketahui


semakin besar nilai perbandingan antara Fg/Fh maka semakin kecil
juga nilai h1/h0 kecuali pada percobaan ke 4, pada percobaan ke 4
terlihat grafik mengalami penurunan yang cukup signifikan dan
selanjutnya mengalami kenaikan pada pada percobaan kelima.
Penyimpangan dari teori yang ada ini tentu saja terdapat faktor yang
menyebabkannya yaitu ketidak telitian dalam melakukan praktikum
dalam hal pembacaaan ketinggian muka air di hulu pintu sorong
maupun dibagian hilirnya. Teori dalam kajian pustaka pada persamaan
3 dan 4 yaitu :
2
2 h ρQ 2 h
1
2 h1 [ ] [ ]
F g= ρgB h1 02 −1 −
B h1
1− 1
h0

1
F h= ρgB [ h02−h g2 ]
2
Apabila disubstitusikan akan dihasilkan bahwa nilai
perbandingan Fg dan Fh adalah berbanding terbalik. sehingga semakin
kecil nilai perbandingan antara Fg dan Fh maka semakin besar nilai
perbandingan antara h1 dan h0.
7. Grafik Hubungan antara Q (m3/det) dengan h0 (m)
0.0025
0.0023
0.0021 0
0.0019 0
f(x) = 0.11 x − 0.01
0.0017
Q ( m3/s )

R² = 0.570
0.0015
0.0013 0
0.0011 0
0.0009
0.0007
0.0005
0.06 0.06 0.07 0.07

ho (m)

Grafik 3. Hubungan antara Q (m3/det) dengan h0 (m)

Pada grafik hubungan antara Q (m3/det) dengan h0 (m)


diketahui bahwa semakin besar nilai Q, maka h 0 juga akan semakin
tinggi hal ini disebabkan oleh muka air yang ikut tinggi ketika debit
aliran ditambahkan. Pada tabel terlihat bahwa ketika debit aliran
ditambahkan tinggi air dibagian hulu juga akan semakin naik, kecuali
pada percobaan ke 1 dan 5, pada percobaan ke 1 dan 5 terlihat h 0
membesar ketika debit rendah dan h0 mengecil ketika debit tinggi.
Penyimpangan dari teori yang ada ini tentu saja terdapat faktor yang
menyebabkannya yaitu ketidak telitian dalam melakukan praktikum
dalam hal pembacaaan ketinggian muka air di hulu pintu sorong
maupun dibagian hilirnya selain itu ketidak telitian ketika pembacaan
debit. Kita tidak dapat mengabaikan tinggi bukaaan dari masing
masing percobaan yang dilakukan. Ketika debit aliran ditambahkan
maka tinggi bukaan pintu sorong juga dinaikkan, sehingga ini juga
akan mempengaruhi ketinggian aliran di bagian hulu pintu sorong.
8. Penjelasan
Dari percobaan yang telah dilakukan dan hasil analisis data,
dalam aliran modular dilakukan pengujian sebanyak 5 kali.
Didapatkan nilai Q(m3/s), Fg, Fh, Fg/Fh dan h1/h0 dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 2. Nilai Q(m3/s), Fg, Fh, Fg/Fh dan h1/h0

No Q (m3/s) Fg Fh Fg/Fh h1/h0


1. 0,0010 0,00136 0,0019 0,717 0,452
2. 0,0012 0,00102 0,0016 0,621 0,559
3. 0,0015 0,00098 0,0017 0,582 0,590
4. 0,0018 0,00108 0,0022 0,492 0,606
5. 0,0020 0,00087 0,0017 0,519 0,677

Dari tabel diatas diketahui bahwa besarnya debit yang


mengalir pada flume memiliki pengaruh yang besar terhadap nilai Fg,
Fh, Fg/Fh dan h1/h0 dimana semakin besar debit yang mengalir Fg, Fh,
Fg/Fh dan h1/h0 selain karena faktor debit terdapat faktor yang juga
sangat mempengaruhi yaitu besarnya bukaan pintu sorong
(hg).Bangunan pengukur debit pintu sorong dapat difungsikan untuk
mengukur besarnya debit aliran yang mengalir pada suatu saluran.
Adanya pengukuran debit pada aliran ini dapat dimaksimalkan
penggunaannya dalam saluran irigasi untuk pertanian.
G. Simpulan
Kesimpulan dari praktikum hidrolika dengan menggunakan model
ambang lebar maka dapat diketahui antara lain sebagai berikut :
1. Aliran air yang dalam keadaan debit aliran air yang dalam keadaan
debit air (Q) kecil dengan h ketinggian rendah.
2. Debit aliran diperbesar akan berpengaruh terhadap perubahan energi
spesifiknya.
3. Semakin debit aliran diperbesar maka akan semakin tinggi juga nilai
energi dan kedalamannya.
H. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktikum dan
pengolahatan data adalah sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa
a. Praktikan yang akan mengerjakan praktikum hidrolika dengan
menggunakan model ambang lebar sebaiknya jangan terburu-buru
dalam melakukan praktikum, agar dalam pembacaan hasil
praktikum dapat lebih teliti.
b. Dalam proses pengujian sebaiknya mahasiswa membaca Lab
Sheet terlebih dahulu, sehingga pada saat praktikum sudah paham
dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
c. Dengan adanya laporan ini diaharapkan bisa menjadi salah satu
sumber referensi dalam pembuatan laporan mengenai model
ambang lebar
d. Lebih memperhatikan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
ketika sedang melakukan praktikum
e. Saling menjaga dan merawat alat yang digunakan untuk
praktikum agar dalam dapat mencapai hasil praktikan yang valid

2. Bagi Laboratorium
a. Lebih baik jumlah alat yang tersedia untuk praktikum disesuaikan
dengan jumlah kelompok yang akan melakukan pengujian,
sehingga tidak akan terjadi antrian pengujian yang menyebabkan
kurang efektifnya waktu. Serta pembaharuan alat praktikum
sangat diperlukan demi akuratnya hasil praktikum.
b. Alat dan bahan sebaiknya perlu dikalibrasi agar dalam
penggunaan praktikum bisa lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Dake, J.M.K. (1983). Hidrolika Teknik (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Das, A. (2007). Solution of Energi and Specific Force Equations. Journal of
Irrigation and Drainage Enginnering,133, 407-410.
Fahmiahsan,Rosyadah., Mudjiatko., Rinaldi. (2018). Fenomena Hidrolis Pada
Pintu Sorong.Jom FTEKNIK,5,1-10.
Klass, Dua K.S.Y. (2009). The Characteristic of Critical Flow on Sluice Gate.
Dinamika Teknik Sipil, 10, 88-96.
Lutjito. 2016. Hidraulika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
SNI 03-8137-2015. (2015). Pengukuran Debit Pada Saluran Terbuka
Menggunakan Bangunan Tipe Pelimpah Atas. Badan Standarisasi Nasional.
Bandung.
Triatmojo, B. (1993). Hidraulika 1. Bandung: Beta Offset.

Anda mungkin juga menyukai