LONCATAN HIDRAULIK
7.I
PENDAHULUAN
186
Cl "l
7.1
bagian-bagian yang lebih kecil sambil mengalir ke hilir. Energi itu diredamkan ke dalam
panas melalui pusaran-pusaran kecil ini. Selanjutnya, udara naik karena pecahnya se'
jumlah gelombang pada permukaan; udala ini diangkut ke hilir dan terlepas dalam
bentuk gelembung-gelembung udala yang disebabkan oleh daya apung. Aliran air superkritis sering sekali dijumpai di bawah pintu, pelimpah dan waduk;kombinasi kekasaran dan kemiringan sungai atau saluran di hilir umumnya adalah sedemikian rupa
sehingga aliran
kan terbentuknya loncatan hidraulis. Gambar 7.1 menunjukkan aliran di hilir pintu
sadap ketika tinggi air hilir adalah sama dengan kedalaman konyugasi sehubungan
dengan kedalaman pada kontraksi aliran, loncatan terbentuk pada penampang kontraksi
aliran itu sendiri (lihat Gambar 7.1(a)). Jika kedalaman air hilir h'2 adalah lebih kecil daripada h'2 (lihat Gambar 7.1(b), loncatan itu didorong mundur melalui kurvaM3 (atau
kurva H3 sebagai kemungkinan kasus itu). Panjang kuwa M3 adalah sedemikian sehingga
fti konyugasi terhadap h/ .I-oncatan dalam wujud ini sering dinamakan loncatanmundur Qepeitea jumps). Loncatanyangdiperoleh pada kedalaman h2 dan hl adalah sedemikian rupa sehingga melalui pintu sadap tidak dipengaruhi oleh loncatan; dengan kata
lain, aliran itu bebas dan loncatan yang diperoieh dalam hal ini dinamakan loncatan
bebas (free jump).
Apabila kedalarnan air hilir h'| adalah lebih besar daripada h2,loncatan ittr tidak
itu bebas tapi tertrenam seperti ditutrJukkan dalam Gambar l.lc. Ioncat-
Lama setelah
Loncatan Hidraulis
r87
bab
ini menyinggung loncatan bebas.
Biro Reklamasi Amerika serikat (usBR) sudah membuat
penelitian yang luas me_
ngenai jenis loncatan yang diperoreh pada bilangan Froude
yang berbeda. Antara bilang_
an Froude 1,0 dan 1,7, perubahan dari keadaan superkritis
ke keadaan subkritis tidak
mendadak dan hanya ada sedikit gangguan permukaan
air diperoleh. serangkaian
gulungan ombak kecil membuat pemunculannya dalam
besaran bilangan Froude 1,7
sampai 2,5. Pancaran air yang akan datang berkisar antara
dasar
-4;
#--t-
/'--/c
(c) f 1 = 4.5 ke 9.O {toncatan tetap)
Gambar
7.2
- ---'
---
i88
h: trfi-=-srl- r;
(7.1)
Persamaan (7.1) dikenal sebagai persamaan momentum Bebnger dan diperoleh dengan
mengasumsikan bahwa (i) distribusi kecepatan adalah seragam dan distribusi tekanan
adalah hidrostatis pada kedua ujung loncatan, (ii) dasar adalah mendatar dan (iii) tegangan geser batas dapat diabaikan. Di sini F-1 adalah bilangan Froude pada penampang pertama dinyatakan dengan Url\/VF, (lihat Gambar 7.3). Beberapa bentuk alternatif Persamaan 7'.1 yang berguna dalam praktek dinyatakan sebagai Persamaan (7.2)
sampai (7.4).
*: *(tFq-1)
(7.2'
8Fr
Fz:
(7.3)
6/f+sFr-,-ty
hthz(h
h2\
2q2
(7.4',)
oo
Di sini'q adalah debit per satuan lebar danF2 adalah bilangan Froude pada penampang
2 dan sarna dengan u. l{6.
Sangat banyak data percobaan telah digunakan pada
masa yang lalu untuk memperlihatkan kebenaran Persamaan (7.1). Namun demikian,
alasan untuk setiap permulaan data percobaan dari Persamaan (7.1) akan menjadi jelas
dari beberapa pembahasan yang disajikan kemudian dalam pasal ini.
Energi spesifik pada penampang I dan 2 dapat ditulis sebagai
*
Ez: hz *
Er
ht
: h * qzl2sh?
U'zrlzs : hz * qzl2shtr
(?.s)
Ul12g
(7.6)
Kehilangan energi dalam loncatan Ey dengan nyata adalah sama dengan E, - E2 (hhat
Gambar 7.3). Diagram energi spesifik dan gaya spesifik dalam gambar ini, dengan jelas
menjelaskan bahwa Ez l Er apabila h1 dan h2 adalah berurutan (conjugate) satu sama
lain.
Er.:(hr-hz)*E
Dengan menggabung Fersamaan (7
E1-: (fu -
A)
(7.7)
dan (7 .7)
hz)
hthz(h
hz)&Z-
4h? hi
h?)
Loncatan Hidraulis
189
h2
Gaya
spesifik
trl
Diagram gaya
spesifik
Gambar
7.3
Dengan menyederhanakan
n-
hrt
: (hz4hthz
(7.8)
8Fl
Et: w
_8,
2oF?
e .4) danmenyederhanakannya
(8F?+ l)3/,
(7.e)
20
Pers. (2.1)
24
20
-u.
h1
t.0
16
0.0
Pers. (7.9)
0.6
12
0.4
0.2
t2
l!
El
20
F1
Gambar7.4
190
Persamaan (7.1) dan (7.9) ditunjukkan dalam bentuk grafik dalam Gambar 7.4. Faktor
Ez/Er,yang
sama dengan
I - +dinamakan
E1
- hr)
dinamakan tinggi loncatan. lJraian untuk kuantitas ini dapat pula diperoieh melalui
kombinasi dari persamaan yang relevan dan penyederhanaan seranjutnya.
CONTOH 7.I
, '
Air rnengalir. pada suatu saluran mendatar dengan kecepatan g,0 m/det pada kedalaman
1,0 m. Tentukan kedalaman konyugasi dan kehilangan energi dalam loncatan.
Penyelesaian
F1
U11,,/
h2
(t/F4-rl
:t(/t+TVTS5F-1):3.148
"':;
1
.'.
hz:
Ea:
:
:
Er.
3,147 m
(h2
h1\114fuh2
(3.147
t)Y4x
3.147
xt :
0.786 m
0'786 m
Persamaan (7.1) diperoleh dengan asumsi bahwa gesekan batas di dalam panjang loncat-
kan bahwa gaya gesekan tidak dapat diabaikan. Koefisien gesekan setempat cg dirumuskan sebagai
vf
^t6:
@7i,
(7.10)
ditemukan secara unik dihubungkan dengan xfh2 seperti ditunjukkan dalam Gambar
7.5. Di sini re adalah tegangan geser dasar pada jarakx dari awalloncatan.Pengukuran
sesuai dengan Gambar 7.5 dilakukan dalam hal loncatan hidraulis yang terbentuk secara
praktis pada penampang loncatan di hilir pintu sadap. Dengan kata lain, distribusi kecepatan pada pintu masuk praktis telah seragam pada semua percobaan ini.
Rajaratnam menemukan gaya batas per satuan lebar .F6 dengan mengintegralkan
profil
Loncoton Hidraulis
191
(7.11)
Jo
di mana L1 adalah panjang loncatan (akan dirumuskan kemudian). Dengan menguraikan.F6 sebagai
po
(7.12)
Klpg h2J2
x/ h2
Gambar7.5 Distribusi tegangan geser dasar di dalam loncatan hidraulisl
t0
K1
lt
246810
F1
Gambar
7.6
192
Kf,
Jcoefisien gesekan batas, telah dievaluasi dan diperoleh adalah fungsi dari .F'1 se-
perti ditunjukkan dalam Gambar 7.6, Dalam hal i;, kelihatannya sangat tidak logis
bahwa koefisien gesekan-batas semata-mata telah dihubungkan dengan bilangin
Froude. Kita harus memperkirakan bahwa ini seharusnya dihubungkun drngun ,if"t
bilangan Reynold. Paling tidak dalam besaran bilangan Reynolds. aspek ini memerlukan
penelitian lebih lanjut.
Persamaan momentum termasuk gesekan batas dapat ditulis sebagai
pch? 12
pch7l2
Fb
pc(Uz
- U)
(j .13)
(#)' - fiu - Kr *
zF?)+
2Fl
:s
(7.r4)
Kf = 0. Rajaratnam
me-
nunjukkan bahwa data dari beberapa sumber menunjukkan persesuaian yang lebih
baik dengan Persamaan (7.14) daripada dengan persamaan (7.1) (lihat Gambar 7.7)
dengan memberikan dukungan terhadap pengambilan persamaan yang terdahulu lebih
baik daripada yar.g terakhir. Namun demikian, banyak peneliti lainnya seperti Bahkmeteff dan Matzke, Nagaratnam, Siao, Bliss dan chu, dan lain-lain yang dengan jelas
bekerja dengan distribusi kecepatan masuk berbeda dengan yang ada dalam percolaan
Rajaratnam, menemukan persesuaian data percobaan yang baik dengan persamaan
(7.1). oleh karena itu, meskipun illustrasi itu jelas oleh Rajaratnam tentang pengaruh
gesekan batas terhadap hubungan kedalaman konyugasi, para insinyur biasa menggunakan Persamaan (7.1) itu sendiri dalam perhitungan loncatan hidraulis.'
l)
praktisnya adalah
- kecuali mungkin untuk lapisan batas tipis, yang dapat berupa laminer - apabila loncatan terbentuk pada penampang kontraksi aliran di hilir pintu sadap. Namun
aliran pada penampang pintu masuk kemungkinan adalah ditetapkan sebagian atau
sepenuhnya apabila loncatan itu mundur dari pintu oleh pembentukan kurva H3 atau
M3 atau di dalam hal suatu loncatan terbentuk pada kaki pelimpah. Dalam hal yang
seragam
Loncdtan Hidraulis
t93
ltnilni
F?:
'
"l
2.06
(#
r)
- ,t
-o.oz++
(7.15)
tL
kecepatan masuk
dihubungkan satu
lertentu
14
t2
/
Pers. 7
t0
,t
-le
h1
F-,
fE.
Pers 7.14
t0
F1
Gambar
7.7
sampai
194
Li : A(h2 -h1),
di mana A bervariasi dari 5 p sampai 6,9 menurut para peneliti juga digunakan.
Panjang permukaan gulungan ombak adalah lebih kecil daripada panjang loncatan
seperti dapat dilihat dalam Gambar 7.8. Panjang gulungan ombak bertambah dari sekitar
O,4Li pada F1 = 3,0 sampai dengan kira-kira 0,7 L3 pada F, = 9,0.
Li:A(hz-ht\,
!r
h2
Gambar
7.8
Di dalam hal bangunan pelimpas yang ditempatkan pada pondasi tak kedap air, lantai
lindung beton dari kolam peredam energi perlu direncanakan untuk menahan tekanan
angkat. Tekanan angkat sebagian dinetralkan oleh muatan vertikal dari air yang sedang
mengalir dan sehingga berat beton yang diperlukan dapat disamakan dengan perbedaan antara tekanan angkat dan muatan air. Dalam hal konteks ini, bahwa penentuan profil loncatan hidraulis menjadi penting, karena hal itu mempengaruhi muatan bersih pada
lantai lindung dalam kolam peredam energi jenis loncatan yang ditempatkan pada
Loncatdn Hidtoulis
195
pondasi tak kedap air.. Suatu penelitian yang luas tentang profil loncatan hidraulis
telah dilakukan oleh Rajaratnam dan Subramanyao . Data dari sumber yang berbeda
dan pada bilangan Froude yang berbeda menunjukkan hubungan yang khas antara
y10,75(h2 - hr) dan xlX Qtnat Gambar 7.9). Di sini X adalah jarak dari awal loncatan
sampai dengan penampang di mana kedalaman seperti diukur di atas, sumbu x adalah
0,75(h2 - h). Panjang X- secara empiris telah dihubungkan dengan h1 dan F1 sebagai
X
hr
-=
5,08F1
-7,82
(1.11)
Persamaan (7.1) dan (7.17) bersama-sama dengan Gambar 7.9 memungkinkan penentuan profil loncatan dengan harya h y dan U 1 yang diketahui.
3
I
5o
0
q
o
y-t7
Gambar
7.9 Profil
t96
menyimpulkan dari Gambar 7.10 bahwa asumsi disiribusi tekanan hidrostatis pada
ujung hilir loncatan adalah wajar. Asumsi itu menimbulkan masalah pada ujung hulu,
namun setiap permulaan distribusi hidrostatis pada penampang ini kemungkinan tidak
ini, di dalam
0.8
+ o(
0.0
Batasae dari
Fr'2
o,
og
1.0
dFstt'-Y1
Gambar
1+
xlh2=
0,26 sampai
Fr'9'os
, ,
0.6
0.8
,-qto
LO
dFgLn-vtJ
t9'7
Loncatan Hdraulis
350
lr
iSimbol x mm t
r200
050
900
o
.
a
\ \
34t
432
560
\
-
3.90
?50
600
(50
300
r50
,)
0.2
{#
0.4
u
Gambar
0.6
0.8
r.0
/Ul
a17 menirukan loncatan hidraulis dalam terowongan angin yang batasnya telah dibentuk menurut profil loncatan, dan membuat pengukuran pertama yang
diketahui mengenai karakter turbulensi di dalam loncatan. Mereka menggunakan segala
usaha untuk mengatasi segala kesulitan dalam membuat pengukuran turbulensi yang
Rouse
et
tepat dalam aliran udara naik yang diperoleh dalam suatu loncatan hidraulis.
Peng-
ukuran mereka pada biiangan Froude 6,0 hanya menunjukkan kecocokan yang kualitatif dengan pengukuran air dari Resh dan kutheusser. Perbedaan kuantitas dapat karena
perbedaan bilangan Reynolds dalam kedua bagian percobaan atau karena ketidaklengkapan peniruan loncatan dalam suatu model udara.
198
E
0
10
Skala
0
1S
mendatar
t-l=
0.025
Irr
x/h2 2
air
air
Pengukuran dalam udara
Pengukuran dalam
Pengukuran dalam
Pada
x/hz =2,O
Pengukuran dalam
Pada
ry
ul
udara
Aliran potensial
x/h2 =5,O
Gambar
harga
Lonca.tdn Hidraulis
199
dengan hubungan
Cm
(7.18)
Fl'3s
I
I
h2
tr.r-;
lGambar
I
l2 cqs
7.14
h2co3c
L,
sln :
So
-l
Gambar 7.14 menunjukkan loncatan yang terjadi pada kemiringan positip dalam
saluran empat persegi dengan satuan lebar. Dengan mengabaikan gesekan batas dan
mengazumsikan distribusi tekanan hidrostatis, persamaan momentum antara penampang
psrt
Zos3
2
Di sini U1
q
.ht cos 0
dan
pshtr Zos3
tv
sin 0
pq(uz
17
Ur: E*rU
Jika berat air dalam loncatan I{/ diasumsikan menjadi sama denganK
- ur)
(7.19)
(7.le)
,*t (L*b)
(7.20',
200
Di sini
Q-
dan
Fr:
. Ut
' {gh,
cos o
il
h1
(7.21,
cosu-ffi
(7.22)
t6
t2
8
I
0
10
12
_1t t6 r8
20
F1
Gambar
-:fT
"!"0',^'|
Jo = 0.05
lo:o.to
h2
- sTgrs
lt
,
3
So
=0.20
r= 0.25
02.
66810121Ir16t8
Fl
20
Loncatan Hidraulis
201
hl
II
\
Z\{l+8G2-1)
(7.23)
Kita dapat mendapatkan K dan L1l(hz - ft1) menjadi fungsi dari F1 dan 56. Sehingga
h2fh1 untuk saluran miring seharusnya dihubungkan dengan F1 dan ,56. Data percobaan pada saluran miring telah menghasilkan di dalam hubungan empiris yang ditunjukkan dalam Gambar 7.15 dan 7.16 untuk masing-masing perbandingan kedalaman
korryugasi dan panjang loncatan hidraulis. Harga L3 yang lebih rendah dalam hal lantai
miring sebagian dapat dihubungkan dengan definisi panjang loncatan yang agak
berbeda yang diambil dalam hal ini. Permukaan air terus bertambah walaupun setelah
ujung loncatan di dalam hal lantai miring dan sehingga maksimum ketinggian permukaan air (digunakan dalam hal lantai mendatar) tidak dapat digunakan untuk merumus-
kan ujung loncatan. Ujung dari permukaan gulungan ombak dalam hal lantai miring
telah digunakan sebagai ujung loncatan.
Persamaan empiris berikut ini diusulkan oleh Rajaratnam8 dapat pula digunakan
sebagai ganti Gambar 7.15 untuk mendapatkan G dalam Persamaan (7.23) dan sehingga
perbandingan kedalaman konyugasi
c2 = K1F?
dan
Kt =
1O\o21 0
(1.24)
(1.2s)
CONTOH 7.2
Setelah mengalir
202
dalaman air hilir adalah 3,0 m. Agar loncatan termasuk pada lantai lindung,
berapa
panjang lantai lindung yang seharusnya dibangun? Berapa besar energi yang
hilang
dari kaki pelimpas sampai dengan ujung hilir loncatan?
Penyelesaian
4.2
: fr:
.17)
o'336 m
Ft:ullil:
7#ffi:6.8e
Sehingga aliran
A)
Ur: f.O1.4 midet
Fz
: (Iz'
it/shz
1'4
/ffi.--:
0'258
sehingga aliran itu adalah subkritis dan loncatan hidraulis pasti terjadi. Kedalaman ft3
yang berurutan dengan h2 dapat diperoleh sebagai
hzthz:*(,vgW_r )
: 0.s(y'1 + 8x0158-2 -
ftc
0.119
:0.119x3
Sehingga loncatan
itu
0.357
0.336 m.
m berubah men-
Loncatdn Hidraulis
203
" - klW
h": yffi: (+r)",
-(hglh')a'33
: 1.2t6
q:
4.2
hllhc:
---!hlh'
m.
0.276
L1S'tgg'
: ffi
I
:
5" :
tt.zro)s/3sJ/2
76.92(1.385)Sl/2
(0.0394)2
1.554X
1frr
(0.294\4'3t
(0.226;t'rr
(0.276)1.3t
1
?33-J
- 0,00379\
4.33
l
0.00499
-o
F.
'
'
hs\/VE
A)
0,357
/9,8-TTF
6129
Ez:hz++
:3.0
* #:3.lom
18,0 = 27 ,lA m
dengan
204
Er: hr++
0.336
* #:
8,308
8.308 m
3,100 = 5,20g m.
coNToH 7.3
Kedalaman aliran seragam dalam saluran empat persegi yang lebarnya 5,0 m (n=0,02,
So = 4 X 10-2) adalah 0,50 m. Suatu bendungan rendah menaikkan air sampai kedalaman 2,0 m. Tentukan apakah loncatan hidraulis terjadi dan jika demikian pada jarak
berapa di hulu bendungan.
Penyelesaian
y: lpzrgrlz
n
t / 5 * 0.5
- 0.02\5
+ 2x0;.s )',t {o* to-)'t'
- 50X0.56x2x l0-l : 5.6 m/<iet
F- U,
:3-53
{ ch V9.8 xo.5
Aliran itu adalah superkritis
ho
: {qrls :
: 0.93 m
((5'6lq.t'z
)'/3
Karena kedalaman pada bendungan adalah lebih besar daripada h", aliran itu adalah
subkritis pada bendungan dan sehingga loncatan hidraulis pasti terjadi. Karena kemiringan itu curam, hubungan kedalaman konyugasi terhadap kemiringan lantai akan digunakan
cos
-A
JloF
:
d=
-- 106-
Sehingga
Maka
hcas|xh
F1=
2,53
;.
0,999
h2
h2 f h1
= 3,5
Maka kurva s1 harus terbentuk dengan menaikkan kedalaman da:ii l,j5 m sampai 3,0
m sepanjang kurva (lihat Gambar 7.18)" Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan metode bertahap. Karena pertambahan kedalaman adalah kecil, tahapan tunggal
Loncatan Hidrdulis
205
dapat digunakan.
Ez- hz*
U/lzg
:1.75.[i#]'.#:
Et:
Gambar
ht
q#
t 2p0 =
tle3mtdet
Sr: 9lX'
R413
Panjang kurva,Sl
2.ro m
l
Kedalaman rata-ratadalam jarak itu adalah '75
hh
(W)'.#
u?tze: z.o.
1.88r m
(1.+ql)z x (0.02)z
t^875
5.0fr :
8.138
x l0-4
\-r.zs-l
E:2.10 - 1.881
:
- ,n-Sr* : 4x 10-2 - 0.081x
l0-2
5.59 m
:.
Li = 4.3 X
1,75
= 7,53 m