Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

REMBESAN AIR PADA TANAH


MEKANIKA TANAH II

Dosen pengajar: Pendekar Trio Lonan, ST.MT


Disusun Oleh: Kelompok 1
Lidya Kaeng 21012061
Frani Rori 21012047
Chelvin Tambajong 21012038
Rangga Batjo 21012062

TEKNIK SIPIL
D4 KONTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
POLITEKNIK NEGERI MANADO
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2


BAB I ......................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
A. Menghitung Daya Rembesan .......................................................................................... 5
a) Pengukuran dalam “Tegangan Tetap” (Constant Head) ............................................. 5
b) Pengukuran dalam “Tegangan Berubah” (Variable/Falling Head)............................. 5
B. Menentukan Daya Rembes pada Tanah Berlapis ............................................................ 7
a) Aliran sejajar lapisan ............................................................................................... 7
b) Aliran Tegak Lurus Lapisan .................................................................................... 7
C. Menentukan Daya Rembes Tanah di Lapangan .............................................................. 8
a) Lapisan Berair Tak Terbatas (Unconfined Aquifer) ................................................ 8
b) Lapisan Berair Terbatas (Confined Aquifer) ............................................................ 8
D. Gradien Hidrolik Kritis ................................................................................................... 9
E. Pasir Apung (Quicksand) .............................................................................................. 10
F. Rembesan melalui Tanah (Jaring Aliran) ...................................................................... 10
a) Teori Jaring Aliran ................................................................................................. 10
BAB III .................................................................................................................................... 15
Kesimpulan Dan Saran ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 16

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan susunan butiran padat dan pori-pori yang saling berhubungan satu sama
lain sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang mempunyai energi lebih tinggi ke
titik yang mempunyai energi lebih rendah. Terdapat tiga zona penting pada lapisan tanah
dekat permukaan bumi, yaitu
1. Pada zona jenuh air, dianggap dalam keadaan jenuh sempurna. Batas atas dari zona
penuh adalah perrmukaan air tanah atau permukaan fratis
2. Pada zona kapiler, terletak diatas zona jenuh. Ketebalan zona ini bergantung dari
macam tanahnya. Akibatnya, air mengalami isapan atau tekanan negatif
3. Pada zona tak jenuh, berada paling atas. Merupakan zona yang paling dekat dengan
permukaan tanah, dimana air terpengaruhi oleh penguapan dan akar tumbuh-
tumbuhan
Air tanah berasal dari berbagai sumber, tetapi umumnya berasal dari air hujan. Air hujan
ini menyerap ke bawah lewat ruang pori diantara butiran tanah. Air sangat berpengaruh
pada sifat-sifat teknis tanah, khususnya tanah berbutir halus. Mempelajari aliran air dalam
tanah sangat penting dalam memperhitungkan banyaknya air yang merembes dibawah
bangunan air, memecahkan masalah air , pelaksanaan konstruksi pekerjaan air tanah, juga
perhitungan stabilitas bendungan tanah

Rembesan adalah air waduk yang mencari jalannya melalui material yang porus atau
suatu rekahan baik yang ada di dalam suatu massa tanah. Gaya atau tekanan air rembesan
dapat menimbulkan alur air baru atau alur eksisting hingga bendungan rekah. Rembesan
air bermaksud untuk mengukur kemampuan tanah dilewati oleh air melalui pori-porinya.
Rembesan air di dalam tanah dalam keadaan sebenarnya terjadi kesegala arah, tidak
dalam arah vertikal atau horisontal saja, serta besarnya aliran tidak sama untuk setiap
penampang yang ditinjau.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rembesan antara lain:


- ukuran partikel
- kadar pori
- susunan tanah
- struktur tanah
- derajat kejenuhan
Nilai Koefisien permeabilitas tanah (k) sering juga disebut sebagai besaran kecepatan air
mengalir dalam lapisan tanah oleh karenanya satuan koefisien ini adalah satuan jarakper
satuan waktu.Semakinkecil butiran tanah, maka akan semakin kecil rongga yang terdapat
antar butirannya, sehingga semakin lambat pula air mengalir dalam lapisan tanah tersebut.
Oleh karena itu pada tanah lempung, kecepatan airmengalir relatif lebih lambat.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari rembesan?
2. Bagaimanan penerapan Hukum Darcy pada Rembesan?
3. Bagaimana menghitung daya rembes?
4. Bagaimana menentukan daya rembes pada tanah berlapis?
5. Apa yang dimaksud dalam teori jaring aliran?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari rembesan
2. Mengetahui penerapan Hukum Darcy pada rembesan
3. Mengetahui cara menghitung daya rembes
4. Mengetahui cara menentukan daya rembes pada tanah berlapis
5. Mengetahui deskripsi dari teori jaring aliran

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menghitung Daya Rembesan
Aliran air melalui tanah dianggap mengikuti hukum Darcy:
𝑄 𝐻
= 𝑘𝐴
𝑡 𝑙
di mana:
Q = banyaknya air yang mengalir;
T = waktu untuk mengalirnya air sebanyak Q;
k = koefisien daya rembes untuk tanah;
A = luas tampang.melintang lewat mana air mengalir;
H = tinggi energi hidrolik melintasi tanah;
𝑙 = panjang jalan aliran melalui tanah.
Perbandingan H/ 𝑙 dikenal sebagai gradien hidrolik dan dinyatakan sebagai 𝑖.
Koefisien daya rembes k karenanya sama dengan
𝑄/𝑡
𝐴𝑖
dan dapat didefinisikan sebagai kecepatan aliran setiap satuan luas tanah, di bawah
satuan gradien hidrolik. Koefisien ini dinyatakan dalam mm/detik.
a) Pengukuran dalam “Tegangan Tetap” (Constant Head)
Pengujian ini dapat dilakukan terhadap contoh tanah yang tidak terganggu
(undisturbed) ataupun contoh tanah terganggu (disturbed). Pengujian ini cocok
dilakukan untuk tanah berbutir kasar yang mempunyai nilai koefisien permeabilitas
yang tinggi, sesuai dengan . SNI 03 – 6871 – 2002. Dinamakan uji tinggi tekanan
tetap/konstan, karena selama pengujian dilakukan diusahakan supaya perbedaan
tinggi tekanan muka air selalu dalam kondisi tetap/konstan

𝑄
𝑘=
𝐴. 𝑖. 𝑡
𝑄 = 𝑘. 𝐴. 𝑖. 𝑡
Keterangan:
Q = Debit (cm3)
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
A = Luas Penampang (cm2)
i = Koefisien Hidrolik = h/L
t = Waktu (detik)

b) Pengukuran dalam “Tegangan Berubah” (Variable/Falling Head)

5
Pengujian permeabilitas ini dilakukan sesuai dengan SNI 03-6870-2002. Pengujian ini
dapat dilakukan pada tanah berbutir halus, air mengalir melewati tanah berbutir halus
dengan suatu kecepatan yang jauh lebih lambat daripada kalau melewati bahan kasar.
sebagai konsekuensinya, adalah tidak mungkin untuk memperoleh suatu jumlah air
yang dapat diukur di dalam suatu jangka waktu yang masuk akal. Dengan alat ini
perbedaan tinggi muka air pada pipa diukur, dari saat t = 0 dan perbedaan tinggi muka
air = ℎ1 sampai t = t dan perbedaan tinggi = ℎ2
𝑑ℎ
Kecepatan turunnya muka air pada pipa 𝑣 = 𝑑𝑡

Banyaknya air yang masuk ke dalam contoh tanah :


𝑑ℎ
𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑎. 𝑣 = 𝑎
𝑑𝑡
Banyaknya air yang keluar dari dalam contoh tanah menurut hukum Darcy adalah:

𝑄𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 𝑘𝑖𝐴 = 𝑘 𝐴
𝐿
𝑎. 𝐿 ℎ1
𝑘 = 2303. ( ) . 𝑙𝑜𝑔
𝐴. 𝐿 ℎ2

Keterangan:
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
a = Luas Penampang Pipa (cm2)
L = Panjang/Tinggi Sampel (cm)
A = Luas Penampang Sampel Tanah (cm2)
t = Waktu Pengamatan (detik)
h1 = Tinggi Head Mula-mula (cm)
h2 = Tinggi Head Akhir (cm)

6
B. Menentukan Daya Rembes pada Tanah Berlapis
Kondisi tanah di lapangan tidak selamanya homogen, kadang berlapis lapis dengan
arah lapisan horizontal, vertikal ataupun landai. Koefisien rembes tanah berlapis
dihitung sebagai berikut:
a) Aliran sejajar lapisan

Tinjau 1 satuan lebar ( bid. Gambar)


𝑞 = 𝑣. 𝐴 = 𝑣. 𝐻
= (𝑣1 . 𝐻1 + 𝑣2 . 𝐻2 + ⋯ + 𝑣𝑛 . 𝐻𝑛 )1
Dimana:
𝑣 = Kecepatan rata-rata
𝑣1 = Kecepatan aliran pada lapis 1
Dst.

𝑣 = 𝑘𝐻(𝑒𝑞) . 𝑖𝑒𝑞

𝑣1 = 𝑘𝐻1 . 𝑖1 ………
Jadi debit
𝑞 = 𝑘𝐻(𝑒𝑞) . 𝑖𝑒𝑞 . 𝐻 = {𝑘𝐻1 . 𝑖1 . 𝐻𝐼 + 𝑘𝐻1 . 𝑖1 . 𝐻𝐼 + ⋯ + 𝑘𝐻𝑛 . 𝑖𝑛 . 𝐻𝑛 }

Oleh karena 𝑖𝑒𝑞 = 𝑖1 = 𝑖2 = 𝑖3 = ⋯ … … = 𝑖𝑛

Sehingga:
𝑖=𝑛
1
𝑘𝐻𝑒 = ∑ 𝑘𝐻𝑖 . 𝐻𝑖
𝐻
𝑖=1

b) Aliran Tegak Lurus Lapisan


Untuk keadaan ini, kecepatan
aliran yang melalui semua lapisan
adalah sama. Tetapi kehilangan
energi total, h merupakan
penjumlahan dari kehilangan
energi untuk tiap-tiap lapisan. Jadi
:
𝑣 = 𝑣1 = 𝑣2 = 𝑣3 = ⋯ … … = 𝑣𝑛
Dan
ℎ = ℎ1 + ℎ2 + ℎ3 + ⋯ … … + ℎ𝑛

7
Dengan menggunakan hukum Darcy, sehingga:
𝑣 = 𝑣1 = 𝑣2 = 𝑣3 = ⋯ … … = 𝑣𝑛

𝑘𝑉(𝑒𝑞) = 𝑘𝑉1 . 𝑖1 = 𝑘𝑉2 . 𝑖2 = 𝑘𝑉3 . 𝑖3 = ⋯ … = 𝑘𝑉𝑛 . 𝑖𝑛
𝐻
ℎ = ℎ1 + ℎ2 + ℎ3 + ⋯ … … + ℎ𝑛
ℎ = 𝐻1 . 𝑖1 + 𝐻2 . 𝑖2 + 𝐻3 . 𝑖3 + ⋯ + 𝐻𝑛 . 𝑖𝑛
2 Persamaan itu disubtitusikan, sehingga:
𝐻
𝑘𝑉(𝑒𝑞) =
𝐻 𝐻 𝐻 𝐻
( 1 ) + ( 2 ) + ( 3 ) + ⋯ + ( 𝑛)
𝑘𝑣1 𝑘𝑣2 𝑘𝑣3 𝑘𝑛

C. Menentukan Daya Rembes Tanah di Lapangan


Dalam suatu aliran, terdapat 2 tipe
kondisi aliran yaitu, lapisan terbatas
(Confined Aquifer) dan lapisan tak
terbatas (Unconfines Aquifer). Kedua
lapisan ini dibatasi oleh lapisan dengan
permeabilitas rendah, dibawah ini
merupakan penjelasan mengenai
lapisan terbatas dan tak terbatas
menurut Krussman serta Ridder (1970)
dalam Utaya (1990), yaitu

a) Lapisan Berair Tak Terbatas (Unconfined Aquifer)


yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas
lapisan kedap air. bagian atas tanah di aquifer ini dianggap dengan water table
(preatik level), yaitu permukaan air yang memiliki tekanan hidrostatik sama
dengan atmosfer.
b) Lapisan Berair Terbatas (Confined Aquifer)
yaitu aquifer yg seluruh jumlahnya air yg dibatasi sang lapisan rapat air, baik yang
di atas juga pada bawah, serta memiliki tekanan jenuh lebih akbar asal pada
tekanan atmosfer.

8
D. Gradien Hidrolik Kritis
Gradien hidrolik kritis adalah grafien hidrolik pada mana tanah menjadi tidak stabil, yaitu
pada waktu tekanan antar-butir (tegangan efektif) menjadi nol. Tinjau suatu contoh tanah,
panjang d, dengan air mengalir ke arah atas menanggung tinggi tekanan h seperti
diperlihatkan pada gambar dibawah

Gradien Hidrolik = ℎ⁄𝑑

Beban ke arah bawah keseluruhan pada dasar contoh


= 𝑑𝛾𝑗𝑒𝑛 + 𝑎𝛾𝑤

Tegangan netral = (ℎ + 𝑎 + 𝑑)𝛾𝑤


Tegangan efektif (atau tekanan antar-butir)
= 𝑑𝛾𝑗𝑒𝑛 + 𝑎𝛾𝑤 − (ℎ + 𝑎 + 𝑑)𝛾𝑤

= 𝑑(𝛾𝑗𝑒𝑛 + 𝛾𝑤 ) − ℎ𝛾𝑤

𝜎 ′ = 𝑑𝛾 ′ − ℎ𝛾𝑤

𝑑𝛾 ′ adalah berat terendam dari tanah dan harus lebih besar daripada ℎ𝛾𝑤 supaya terdapat
suatu tekanan antar-butir. ℎ𝛾𝑤 dikenal sebagai tekanan rembesan (seepage pressure).
Apabila tinggi h dinaikkan sampai 𝑑𝛾 ′ = ℎ𝛾𝑤 , maka 𝜎 ′ = 0 dan tanah akan menjadi
𝛾′
tidak stabil. Dalam keadaan ini, gradien hidrolik ℎ⁄𝑑 = ⁄𝛾𝑤 , dan dikenal sebagai
gradien hidrolik kritis 𝑖𝑐 . Juga :

𝛾 ′⁄
Gradien hidrolik kritis 𝑖𝑐 = 𝛾𝑤
𝛾𝑠𝑎𝑡 −𝛾𝑤
ic =
𝛾𝑤
𝐺 +𝑒
( 𝑠 )𝛾𝑤 −𝛾𝑤
ic = 1+𝑒
atau
𝛾𝑤
𝐺𝑠 −1
𝑖𝑐 =
1+𝑒

9
E. Pasir Apung (Quicksand)
Suatu tanah di bawah gradien hidrolik kritis akan menjadi tidak stabil dan dikatakan
berada dalam keadaan "terapung." Dengan definisi ini, maka setiap tanah berbutir dapat
merupakan suatu "pasir apung," akan tetapi tanah dengan daya rembes tinggi (seperti
kerikil dan pasir kasar) memerlukan air dalam jumlah besar untuk mencapai suatu gradien
hidrolik kritis. Oleh karena itu keadaan pasir apung biasanya terbatas untuk pasir berbutir
halus.

Contoh-contoh keadaan terapung didalam pekerjaan-pekerjaan teknik

F. Rembesan melalui Tanah (Jaring Aliran)


Pada bendung-bendung penahan air, kecuali apabila fondasi menerus ke bawah sampai ke
batuan kedap air, maka akan timbul suatu aliran air tetap di bawah konstruksi akibat dari
perbedaan tinggi. Ha! ini dapat menyebabkan sejumlah kebocoran yang tidak diinginkan
dan, dengan aliran air ke arah at as pad a sisi hilir, bahaya keadaan pasir-apung mungkin
terjadi, dengan kemungkinan selanjutnya berupa kegagalan (failure) dari ben dung.
Rembesan ini dapat dipelajari dengan memakai jaring aliran (flow net).
a) Teori Jaring Aliran
Suatu jaring aliran adalah suatu wakil dalam bentuk gambar, yang digambar
menurut skala, dari jalan-jalan yang diambil oleh air waktu lewat melalui suatu
bahan. Jaring aliran ini terbuat dari garis-garis aliran (flow lines) dan garis-garis
ekipotensial ( equipotential lines)

10
Jaring aliran (skala 1 : 250)

Air hanya akan mengalir apabila terdapat suatu tinggi tekanan, katakankah H, dan ini
dihamburkan sebagai pengaliran air melalui tanah. Oleh karena itu, pada setiap garis
aliran, akan terdapat suatu titik di mana tinggi tekanan telah dihamburkan. Semua titik ini
di mana tinggi tekanan adalah sama dapat dihubungkan oleh suatu garis ekipotensial.
Pada titik di mana air mengalir ke dalam dan ke luar tanah, permukaan tanah ini akan
merupakan garis-garis ekipotensial.
Pada waktu menggambar suatu jaring aliran, dianjurkan untuk memilih garis-garis
aliran dan garis-garis ekipotensial yang memberikan petak-petak yang mendekati bujur
sangkar, karena ini lebih mudah untuk dikenal. Akan selalu terdapat sejumlah kecil
petak-petak pada perbatasan yang tidak berbentuk mendekati bujur sangkar, dan ini
dikenal sebagai petak-petak tunggal (singular fields).
Sebelum dicoba suatu contoh lebih lanjut, dalam membuat jaring aliran hendaknya
diperhatikan hal-hal berikut :
• Garis-garis aliran harus digambar dengan setiap garis kira-kira sejajar dengan
garis yang sebelumnya. Garis-garis aliran tidak akan pernah berpotongan satu
dengan yang lain.
• Garis-garis ekipotensial digambar sedemikian sehingga mereka memotong garis-
garis aliran pada arah tegak lurus. Adalah lebih mudah untuk memilih garis-garis
ekipotensial yang membentuk petak-petak yang mendekati bujur sangkar.

- Pemakaian Jaring-jaring aliran


Jaring-jaring aliran dapat dipakai untuk menentukan kecepatan kehilangan air dari suatu
reservoir, a tau besarnya tekanan rembesan dan karenanya menentukan kemungkinan
ketidak-stabilan tanah.

11
Kehilangan air akibat rembesan
Dipakai notasi 𝑁𝑓 = Banyaknya jalan air

𝑁𝑒 = Banyaknya penurunan ekipotensial

Petak jaring aliran

Sekarang, tinjau satu bujur sangkar, sisi 𝑎, dan di sepanjang suatu panjang bendung yang
sama dengan suatu satuan
Kehilangan tinggi dari AD sampai BC = dh
𝐻 1
Dimana 𝑑ℎ = ( 𝐻 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑔𝑎𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠)
𝑁𝑒 8

Dari hukum Darcy:


𝑄 𝐻
= 𝑘𝐴
𝑡 𝑙

atau kecepatan pengaliran dari AD sampai BC pada satuan lebar


𝑑ℎ
= 𝑘 × 𝑙𝑎 × 𝑎

= 𝑘. 𝑑ℎ
∴kecepatan pengaliran dariPQ sampai RS pada satuan lebar = k.dh. 𝑁𝑓
𝐻
Tetapi 𝑑ℎ =
𝑁𝑒

𝑄 𝑁𝑓
= 𝑘. 𝐻
𝑡 𝑁𝑒

12
Contoh persoalan jaring aliran
Suatu dinding turap dipancang sampai suatu kedalaman 6 m ke dalam tanah tidak kedap yang
mempunyai sua tu kedalaman sampai 13,5 m di bawah permukaan tanah. Di bawah tanah ini
terdapat suatu lapisan kedap air. Pada satu sisi dinding turap terdapat air sedalam 4,5 m. Buat
sua tu sketsa ringkas dari jaring aliran dan tentukan perkiraan rembesan di bawah dinding
turap dalam liter/hari, ambil daya rembes tanah sebesar 6 × 10−3 𝑚𝑚/𝑑𝑒𝑡
Jelaskan tentang erosi bawah tanah (piping) dan bagaimana jaring-aliran dapat dipakai untuk
menentukan apakah keadaan ini rasa-rasanya akan terjadi di bagian depan dari turap.
(Anggap kerapatan tanah sebesar 1900 𝑘𝑔/𝑚3)
Penyelesaian:

Dengan memperhatikan gambar diatas Penjelasan mengenai pasir apung, ada pada
Dari jaring-jaring halaman …
𝑁𝑓 = 5 𝑁𝑒 = 10 Dalam praktek telah diketemukan bahwa
5
erosi bawah tanah mungkin terjadi di
Q/t = 6 × 10−3 × 4,5 × 10 depan turap untuk suatu jarak sebesar kira-
= 0,0135 liter/detik/meter panjang kira setengah dalamnya penetrasi, jadi
= 0,0135 × 60 × 60 × 24 untuk contoh ini suatu prisma dalam 6 m
= 1166 liter/hari/meter panjang X lebar 3 m X teba1 1 m mungkin
mengalami erosi bawah tanah.
Tinjau jalan aliran dalam areal yang paling
mungkin mengalami kegagalan

13
(AB dipakai pada Gambar diatas, berhubung jaririg aliran adalah simetris).
Gradien hidrolik

Dimana

Gradien Hidrolik kritis

0,9
∴faktor keamanan terhadap erosi bawah tanah = 0,3 = 3,0
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Rembesan (seepage) merupakan air wakduk yang mencari jalan melalui material
yang porus atau suatu rekahan yang berada di dalam suatu massa tanah.
2. Aliran air melalui tanah dianggap mengikuti hukum Darcy:
𝑄 𝐻
= 𝑘𝐴
𝑡 𝑙
3. Pengukuran dalam “Tegangan Tetap” (Constant Head)
𝑄
𝑘=
𝐴. 𝑖. 𝑡
𝑄 = 𝑘. 𝐴. 𝑖. 𝑡
Pengukuran dalam “Tegangan Berubah” (Variable/Falling Head)
𝑎. 𝐿 ℎ1
𝑘 = 2303. ( ) . 𝑙𝑜𝑔
𝐴. 𝐿 ℎ2
4. Kondisi tanah di lapangan tidak selamanya homogen, kadang berlapis lapis
dengan arah lapisan horizontal, vertikal ataupun landai. Koefisien rembes tanah
berlapis dihitung pada aliran sejajar dan pada aliran tegak lurus lapisan
5. Ketentuan daya rembes tanah di lapangan, terdapat lapisan berair tak terbatas dan
terbatas

Saran: .
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh
dari kata sempurnanya. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut
penulis meminta kritis yang membangun dari para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA
Smith, M.J..Mekanika Tanah / M.J. Smith .1981

Admin. (2022, March 14). Pengertian Akuifer atau aquifer Pengertian Akuifer atau aquifer.

Program Studi Teknik Sipil UMA - Jurusan Teknik Sipil Terbaik di

Sumut. https://sipil.uma.ac.id/pengertian-akuifer-atau-aquifer/

Baskoro Erwin. (n.d.). Daya Rembes.

Scribd. https://www.scribd.com/document/365130678/Daya-Rembes

Gita putri ayu. (n.d.). Bab 4 PERMEABILITAS. Academia.edu - Share

research. https://www.academia.edu/29209520/Bab_4_PERMEABILITAS

TOSHIBA. (2014, July 12). REMBESAN (SEEPAGE). BPSDM Kementerian PU dan

Perumahan

Rakyat. https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2018/04/fd66b_MDL_

Perhitungan_Rembesan.pdf

16
17

Anda mungkin juga menyukai