Anda di halaman 1dari 29

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

FAKULTAS TEKNIK

PRODI SIPIL

MAKALAH MEKANIKA TANAH


“PERMEABILITAS TANAH”

KELOMPOK 1
ANDRIANTO PRATAMA (0723 1711 033)
SITNAWATI MAHMUD (0723 1711 056)
MHD HASRUL S LA HARUN (0723 1711 069)
ULYA SAFITRI A. KADIR (0723 1711 075)
M.ABDUL AZIS SAMSURI (0723 1411 090)
KURAISIN DO ISKANDAR (0723 1711 093)
RUSDI SAPUTRA (0723 1711 102)
RAMLAN HUSAIN (0723 1711 112)
JULHAM ADINGKU (0723 1711 138)
WAHYUDI AJID (0723 1711 140)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subahanahuwataala yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Permeabilitas
Tanah “. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Tanah semester 5.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Ternate, 19 November 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Tinjauan Umum 3
2.2 Hubungan Koefisien Rembesan dengan Angka Pori 5
2.3 Koefisien Rembesan untuk Tanah Berlapis 6
2.3.1 Koefisien Rembesan Arah Horisontal (kx) 6
2.3.2 Koefisien Rembesan Arah Vertikal (kz) 8
2.4 Koefisien Rembesan untuk Tanah Berlapis 9
2.4.1 Constan Head Permeameter 9
2.4.2 Falling Head Permeameter 10
2.5 Pengukuran Koefisien Rembesan di Lapangan 12
2.6 Debit Air pada Sumur Arthesis 16
Contoh Soal 17

BAB III PENUTUP 24


3.1 Kesimpulan 24
3.2 Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-
ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap
tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer
dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh
walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta
unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan
permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubah karena
pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka air tanah dangkal, di
atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan permeabilitas tinggi di
permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi berdasarkan tinggi muka air
tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan rapat air.

Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh
distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran
partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Koefisien
permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran
partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil
pula ukuran pori dan makin rendah koefisien .
Permeabilitas intrinsik suatu akifer bergantung pada porositas efektif batuan dan bahan tak
terkonsolidasi, dan ruang bebas yang diciptakan oleh patahan dan larutan. Porositas efektif ditentukan
oleh distribusi ukuran butiran, bentuk dan kekasaran masing-masing partikel dan susunan
gabungannya, tetapi karena sifat-sifat ini jarang seragam, konduktivitas hidrolik suatu akifer yang
berkembang dibatasi oleh permeabilitas lapisan-lapisan atau masing-maisng zone, dan mungkin
bervariasi cukup besar tergantung pada arah gerakan air.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Permeabilitas Tanah

2. Bagaimana cara pengukuran Koefisien untuk Tanah Berlapis

3. Bagaimana cara pengukuran Koefisien Rembesan di Lapangan

1.3 Tujuan

1. Agar kita mengetahui apa yang dimaksud dengan Permeabilitas Tanah

2. Agar kita mengetahui cara pengukuran Koefisien untuk Tanah Berlapis

3. Agar kita mengetahui cara pengukuran Koefisien Rembesan di Lapangan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum

Tanah adalah suatu bahan yang tidak masif dan merupakan bahan yang poreus, sehingga air
dapat mengalir atau merembes ke dalam tanah melalui ruang kosong (pori-pori) yang terdapat di antara
butiran-butiran tanah. Permeabilitas adalah sifat dari suatu bahan yang poreus, sehingga air dapat
mengalir atau merembes melalui bahan ini. Mudah atau sukarnya air mengalir melalui pori-pori tanah
tergantung dari besar atau kecilnya ukuran pori-pori tanah. Besar atau kecilnya pori-pori tanah akan
dipengaruhi oleh ukuran butir-butir tanah dan kepadatan tanah. Suatu tanah yang mudah dilalui/diresapi
air disebut tanah yang permeable atau tanah yang pervious (sarang air). Sebaliknya, tanah yang sukar
dilalui/diresapi air disebut tanah impervious (rapat air).

Teori Permeabilitas Tanah: Teori permeabilitas tanah diperlukan dalam mekanika tanah,
khususnya sebagai dasar perhitungan banyaknya air yang mengalir melalui tanah pada suatu proyek
yang berhubungan dengan air, misalnya:

1. Untuk mengetahui jumlah air atau debit air yang dapat dipompa dari suatu sumur ataupun
sebaliknya, berapa jumlah air yang harus diambil jika akan dilaksanakan pengeringan suatu galian
(dalam pekerjaan fondasi), padahal air tanah tinggi maka harus disediakan pompa untuk pengeringan
air. Lihat Gambar 4.1.

2. Menghitung banyaknya air yang hilang karena merembes melalui tanggul atau bendungan
atau melalui dasar bendungan. Lihat Gambar 4.2.

3
3. Sifat permeabilitas tanah juga berhubungan dengan sifat konsolidasi tanah yang
berpengaruh terhadap perhitungan Penurunan fondasi. Kecepatan penurunan fondasi sangat
tergantung oleh sifat permeability tanah. Lihat Gambar 4.3 3

untuk menyatakan permeability, dalam mekanika tanah dipergunakan istilah 'Coefisient of Permeabilty"
atau koefisien permeabilitas yang dinyatakan dengan huruf k dengan satuan cm/detik. cara untuk
menentukan besarnya koefisien permeabilitas (k) pada berbagai macam tanah sebagai berikut :

Pada suatu proyek bendungan, jika jenis tanah yang digunakan sebagai batn bendungan terlalu p
ermeable, maka dapat dibuat konstruksi bendungan dengan menggunakan inti kedap air (core).Inti
bendungan harus dibuat dari tanah rapat air. Lihat Gambar 4.4.

Pada umumnya kecepatan air mengalir di dalam tanah sangat kecil, sehingga ,uran air laminair. Untuk
menghitung besarnya kecepatan aliran air dalam tanah, dipakai Hukum Darcy yang berbunyi:
"Kecepatan air mengalir ber- :anding langsung dengan hydraulic gradient." Lihat Gambar 4.5.

4
Air yang berada dalam tanah permeableyangterletak di antara lapisan tanah impermeable (pada
aquifer) bila air dapat bergerak ke permukaan tanah disebut "air arthesisl' Lihat Gambat 4.6.

Nilai k = angka permeabilitas tanah atau dapat juga disebut kecepatan air yang mengalir dalam tanah
apabila terdapat hydraulic gradient sebesar i. Sedangkan debit yang mengalir melalui suatu penampang
tanah dengan luas tampangbasah sebesar A adalah: Q = A. V

2.2 Hubungan Koefisien Rembesan dengan Angka Pori

Kecepatan rembesan air di dalam tanah tidaklah tergantung dengan isi total ruangan pori di
dalam tanah, tetapi pada besarnya masing-masing pori. Jadi, tanah lempung dengan angka pori yang
tinggi (misalnya e = 2,0) dapat mempunyai nilai k sebesar 10-e cm/detik, sedangkan pasir dengan
angka pori yang rendah (misalnya e = 0,5) dapat mempunyai nilai k sebesar 10-2 cm/detik. Oleh karena
itu, jelaslah bahwa tidak ada hubungan yang bersifat umum antara daya rembesan dengan angka pori.

Walaupun demikian, untuk suatu jenis tanah tertentu masih ada kemungkinan bahwa daya
rembesan dapat dihubungkan dengan angka pori. Hal ini benar terutama untuk pasir. Secara teoretis,

5
daya rembesan untuk suatu macam tanah tertentu dapat dihubungkan dengan angka pori. Lihat
persamaan berikut ini:

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa persamaan 4.1 memang cukup tepat untuk pasir,
tetapi kurang pada lempung. Nilai konstanta pada persamaan 4.1 tidak diberikan, maka persamaan
tersebut belum bisa dipergunakan. Hubungan lain antara nilai k dengan angka pori tanah (e) uga
diberikan oleh Terzagfii dan Peck, sebagai berikut:

Persamaan 4.2 hanya dimaksudkan untuk pasir dan dalam hal ini hasil pengukuran menunjukkan
bahwa persamaan tersebut merupakan perkiraan- perkiraan yang cukup tepat.

2.3 Koefisien Rembesan untuk Tanah Berlapis

Perhitungan koefisien rembesan untuk tanah berlapis sangat penting diperhatikan, karena
banyak bangunan teknik sipil yang memerlukan penimbunan tanah secara berlapis seperti pada
pembuatan jalan raya, bendungan tanah, tanggul, dan sebagainya.

Pada umumnya setiap lapisan tanah mempunyai nilai koefisien permeabilitas yang berbeda-
beda, baik pada arah horizontal (kx) maupun arah vertikal (kz). Di dalam praktik perbandingan, besarnya
kx dan kz berkisar antata2-30 kali (kx/kz) =2-30 atau dapat dikatakan bahwa permeabilitas arah
horizontal lebih mudah daripada arah vertical.

2.3.1 Koefisien Rembesan Arah Horizontal (kx)

Dari Gambar 4.7, dapat dilihat bahwa permukaan di sebelah kiri dan kanan bendungan terdapat
perbedaan setinggi h, sehingga air akan mengalir ke sebelah kanan melalui tanah berlapis di bawah
bendungan. Untuk mencari besarnya k rata-rata pada tanah berlapis dengan tebal L dan banyaknya
lapisan = n, sebagai berikut:

6
Dipandang lebar tanah tegak lurus bidang gambar = 1 satuan lebar, maka debit air yang
mengalir di bawah bendungan (q) adalah:

Debit total akan didapat dengan menjumlahkan debit untuk masing-masing lapisan, Yaitu:

dengan menggunakan persamaan 4.3 dan 4.4 di atas, didapat Persamaan baru sebagai
berikut:

7
2.3.2 Koefisien Rembesan Arah Vertikal (kz)

Untuk mencari besarnya koefisien permeabilitas rata-rata pada arah vertikal dapat digunakan
persamaan sebagai berikut (lihat Gambar 4.8).

Untuk mencari besarnya kz rata-rata pada tanah berlapis dengan tebal L dan banyaknya lapisan = n
sebagai berikut: Dipandang lebar tanah tegak lurus bidang gambar = 1 satuan lebar, maka debit air
yang mengalir (q) adalah:

Menurut hukum kontinuitas, karena PenamPang aliran sama, maka kecepatan aliran pada tiap
penampang adalah sama.

Dipandang masing-masing lapisan, maka kecepatan alirannya adalah:

Jika suku sebelah kiri dijumlahkan dan suku sebelah kanan dijumlahkan, maka akan didapat
persamaan sebagai berikut:

8
Dari persamaan 4.6 dan 4.7 didapat persamaan koefisien rembesan arah vertikal baru sebagai berikut:

2.4 Pengukuran Koefisien Rembesan

Pengukuran Koefisien Rembesan di Laboratorium untuk menentukan koefisien rembesan dari


suatu tanah (k) di laboratorium dapat dilakukan dengan alat permeameter. Sampai saat ini telah
dikenalkan dua macam alat permeameter, yaitu:"constant head permeametei' dan"Falling head
permeaffieter."

2.4.1 Constant Head permeameter

constant head permeameter adalah suatu permeameter dengan tinggi tekanan yang konstan.
Alat ini digunakan untuk jenis tanah yang relatif sangat poreous. Untuk menentukan nilai koefisien
permeabilitas (k), kita dapat langsung mengukur banyaknya air yang masuk dan keluar dari sebuah
contoh tanah dalam jangka waktu tertentu.

cara melakukan percobaan ini diperlihatkan pada Gambar 4.9 agar percobaan dapat berhasil
dengan baik, maka tanah percobaan dibuat kenyang air terlebih dahulu, sehingga udara dalam pori-pori
tanah tersebut keluar. Bila dalam pori-pori tanah masih ada udara yang tertinggal, maka dapat
menghalang-halangi aliran air. Bila contoh tanah sepanjang L dengan luas penampang A dipasang
pada tempat yang berbentuk silinder, karena ada selisih tinggi muka air sebesar Ah, maka air akan
mengalir melalui pori-pori tanah. Menurut hukum Darcy kecepatan aliran air dalam tanah adalah:

9
Debit air yang mengalir adalah sebesar Q, dengan Q = A.V di sini A = luas penampang contoh
tanah.

Dalam waktu t detik, maka volume air yang melalui contoh tanah yang dapat ditampung dalam
gelas ukur adalah sebesar V (volume) dengan

2.4.2 Falling Head Permeameter

Falling head permeameter adalah suatu permeameter dengan tinggi tekanan air berubah-ubah.
Alat ini dipergunakan pada jenis tanah yang cukup rapat seperti lempung, lumpur dan sebagainya.

10
Cara melakukan percobaannya diperlihatkan pada Gambar 4.10. contoh tanah sepanjang L
dengan luas A diletakkan dalam suatu tempat berbentuk silnder. Pipa kecil dengan luas penampang a
diisi air setinggi h,, karena ada pipa perbedaan tinggi muka air, maka air mengalir melalui pori-pori
tanah. lrieh karena itu, pada suatu saat tinggi air dalam pipa tinggal h2.

Penentuan nilai koefisien permeabilitas (k) dilakukan dengan mengukur penurunan ketinggian
air pada pipa tersebut. Jadi, tegangan air sekarang tidaklah tetap dan rumus Darcy dapat ditulis pada
saat tertentu.

Misalnya dalam waktu 6t air berkurang setinggi - 6h, maka volume Pengurangannya adalah:

Debit air yang mengalir melalui contoh tanah adalah:

11
Koreksi temperatur pada koefisien permeability atau rembesan (k) di dalam penyelidikan
mekanika tanah, pada umumnya koefisien permeabilityl rembesan ditentukan dengan standar
temperatur 20"C. Jika pada hasil-hasil percobaan penentuan koefisien rembesan pada temperatur yang
lain (di atas 20oC atau di bawah 20"C) perlu diadakan koreksi disebabkan viscositas air berubah.
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

2.5 Pengukuran Koefisien Rembesan di Lapangan

Untuk melakukan pengukuran koefisien rembesan di lapangan, dapat diiakukan dengan metode
pemompaan, yaitu:

1. Air dipompa ke luar dari sumur percobaan.


2. Air dipompa ke dalam sumur percobaan.

Untuk memecahkan persoalan rembesan ini dipakai cara "Dupuit Thiems yang menyatakan bahwa:

1. Jika garis rembesan mempunyai kemiringan kecil, maka semua garis dapat dianggap horizontal.
2. Hydraulic gradient dapat diambil = kemungkinan garis rembesan.
12
Dalam menentukan permeabilitas di lapangan ini dibuat sumur-sumur yang di bor untuk dilakukan
penelitian.

Untuk keperluan ini dibuat sumur dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Sumur utama dengan diameter 25-30 cm.


2. Sumur pemeriksaan untuk mengetahui tinggi muka air di tempat itu.

Dalam hal ini disyaratkan pompa harus mempunyai debit yang stabil. Adapun cara melakukan
percobaan ini diperlihatkan pada Gambar 4.11.

Jika air dalam sumur dipompa keluar, maka air di sekitar sumur akan turun dengan bentuk parabola.
Jika telah diperoleh debit pompa sama dengan debit sumur, maka permukaan air akan stabil.

Jika jari-jari sumur = r dan tinggi muka air tanah semula = H, maka setelah dipompa, air tanah turun
sebesar

13
Menurut hukum kontinuitas bahwa debit pada setiap penampang selalu konstan. Apabila ditinjau pada
suatu tempat sejauh x dari pusat sumur, maka tinggi air sumur adalah y sehingga luas tampang aliran
pada daerah tersebut adalah A = 2.7r.x.y

Sedangkan harga hidroulic gradient dapat diperoleh sebagai berikut:

Dengan cara seperti di atas dapat dicari debit air pada suatu sumur dari suatu daerah tertentu,lihat
Gambar 4.12.

14
Untuk menentukan besarnya radius influence (jari-jari pengaruh R) dapat ditentukan dengan rumus
Sichard sebagai berikut:

Dengan: S = maksimum draw down (m)


K = koefisien rembesan dalam (m/detik)
R = jari-jaripengaruh dalam m

Untuk s yang besar (>10 m) disarankan memakai rumus weber sebagai berikut:

15
dengan: C = 3 (koefisien)
H = tebal lapisan air tanah
k = koefisien rembesan (m/detik)
t = selisih waktu untuk mencapai kedalaman s (detik)
n= porositas tanah = 0,25 untuk pasir kasar
= 0,34 untuk pasir halus
Rata-rata = 0,30

2.6 Debit Air pada Sumur Arthetis (Lihat Gambar 4.13)

Ada dua macam bentuk sumur arthetis, yaitu:

1. Sumur arthetis positif, pada sumur ini muka air naik sampai di atas muka tanah.
2. sumur arthetis negatif, pada sumur ini muka air di bawah muka tanah.

Ditinjau daerah sejauh x m dari pusat sumur (lihat Gambar 4.13).

Debit air Q = A. k. i
A = luas dinding sumur pada lapisan aquifer
= 2. . r. ha

Dengan menggunakan hukum kontinuitas, maka debit pada setiap silinder ,ama, sehingga daerah
sejauh x m dari pusat sumur tinggi airnya = y m.

16
Contoh Soal :

1. Suatu contoh tanah pasir dengan luas = 35 cm2, panjang 20 cm, dipergunakan untuk pemeriksaan
permeabilitas dengan constant head permeameter. Dalam keadaan kering, contoh tanah tersebut
beratnya = 1105 gram, apabila head = 50 cm dan selama 5 menit banyaknya air yang mengalir
sebanyak = 105 cc, maka diminta:
a. Gambar/sketsa alat ukur permeabilitas (constant head permeameter).
b. Angka permeabilitas tanah asli/tanah yang diuji.
c. Kecepatan menurut Darcy dan kecepatan aliran tanah yang sebenarnya terjadi (seepage velocity)
apabila diketahui G = 2,87.

Penyelesaian:

a. Gambar/sketsa alat ukur permeabilitas (constant head permeameter)

b. Permeabilitas tanah asli

c. Kecepatan menurut Darcy dan kecepatan aliran air dalam tanah yang sebenarnya terjadi (seepage
velocity) apabila diketahui G = 2,87 Menurut DarcyV = k . i (discharge velocity):

17
Kecepatan alir?al air dalam tanah yang sebenarnya terjadi (seepage velocity):

V = volume total tanah = 35 x 20 = 700 cm3

Berat tanah kering, Ws = 1105 gram

G = 2,67

2. Dengan saatu falling head permeameter diadakan tes terhadap contoh tanah pasir tidak
homogen/berlapis-lapis dengan panjang contoh tanah = 18 cm dan luas penampangnya = 22 cm2. Dari
panjang contoh tanah 18 cm tersebut, 6 cm pertama mempunyai koefisien permeabilitas = 3.10-4
cm/detik, 6 cm kedua mempunyai koefisien permeabilitas = 4.10-4 cm/detik, dan 6 cm berikutnya
mempunyai koefisien permeabilitas = 6.10-4 cm/detik. Berapa waktu yang diperlukan untuk menurunkan
muka air dalam pipa gelas darihead = 25 cm menjadi l0 crn, apabila luas penampang pipa gelas = 2
cm2 ?

18
Jadi, waktu yang dipergunakan untuk menurunkan muka air dalam pipa dari head 25 cm menjadi 10 cm
adalah 62 menit 24,25 detik

3. Dibuat sumur pompa dengan debit 2 liter/detik menggunakan pipa diameter 10 cm. Muka air tanah
semula terdapat pada kedalaman 3 meter dari muka tanah setempat, sedangkan tanah mempunyai kx =
1,8 . 10-3 dan kz = 0,45. 10-3 cm/detik. Setelah dipompa dikehendaki air di bagian bawah dalam pipa
masih setinggi 1,50 meter. Hitunglah panjang pipa yang diperlukan untuk membuat sumur tersebut.
Hitunglah pula kedalaman air tanah dari muka tanah pada jarak 6 meter dari sumur setelah air dipompa.
(Catatan: tanah di bawah pipa rapat air).

19
Dari sketsa di atas tampak bahwa keadaannya adalah unconfined aquifer, maka rumus yang digunakan ialah:

Untuk menghitung jari-jari pengaruh (R), dipergunakan rumus Sichart:

Jadi, panjang pipa yang diperlukan untuk membuat sumur tersebut = 3 + (S + h) = 3 + (22,8+ 1,5) =
27,30 meter.
20
Menghitung kedalaman muka air tanah dari muka tanah pada jarak 6 meter dari sumur, setelah air
dipompa:

Jadi, kedalaman muka air tanah pada jarak 6 m dari sumur setelah air dipompa = 27,3 - 18,46 = 8,84
meter.

21
Contoh 4

22
Contoh 5

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanah adalah suatu bahan yang tidak masif dan merupakan bahan yang poreus, sehingga air
dapat mengalir atau merembes ke dalam tanah melalui ruang kosong (pori-pori) yang terdapat di antara
butiran-butiran tanah. Koefisien rembesan untuk tanah berlapis ada dua jenis yaitu untuk vertical dan
untuk horizontal. Pengukuran koefisien rembesan ada yang untuk laboratorium dan untuk lapangan.
Untuk lapangan ada dua yaitu constant head permeameter dan falling head permeameter. Sedangkan
untuk lapangan digunakan alat uji sumur.

3.2 Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini, kami berharap pembaca maupun penulis dapat
memperoleh pelajaran tentang Permeabilitas Tanah. Penulis sangat berharap kepada para pembaca
untuk memberikan saran dan kritik yang membangun kepada penulis supaya penulis menjadi lebih baik
lagi kedepannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Surendro, Bambang. 2014. Mekanika Tanah Teori,Soal,dan Penyelesaian. Magelang : C.V


ANDI Yogyakarta
https://rahdathidayat12.blogspot.co.id/2017/05/makalah-permeabilitas-tanah.html
Santosa, Budi, Heri Suprapto dan Suryadi HS. 1998. Mekanika Tanah Lanjutan. Jakarta :
Gunadarma

25
i

Anda mungkin juga menyukai