Secara umum,
tingkat pelayanan dibedakan sebagai berikut (Morlok, 1995):
Indeks tingkat pelayanan A: Kondisi arus lalulintasnya bebas antara satu kendaraan
dengan kendaraan lainnya, besarnya kecepatan sepenuhnya ditentukan oleh keinginan
pengemudi dan sesuai dengan batas kecepatan yang telah ditentukan.
Indeks tingkat pelayanan B: kondisi arus lalu lintas stabil, kecepatan operasi mulai
dibatasi oleh kendaraan lainnya dan mulai dirasakan hambatan dari kendaraan lain.
Indeks tingkat pelayanan C: Kondisi arus lalu lintas masih dalam batas stabil,
kecepatan operasi mulai dibatasi dan hambatan dari kendaraan lain semakin besar.
Indeks tingkat pelayanan D: Kondisi arus lalu lintas mendekati tidak stabil, kecepatan
operasi menurun relatif cepat akibat hambatan samping yang timbul, dan kebebasan
bergerak relatif kecil.
Indeks tingkat pelayanan E: Volume lalu lintas mendekati kapasitas ruas jalan,
kecepatan lebih rendah dari 40 km/jam. Pergerakan lalu lintas kadang terhambat.
Indeks tingkat pelayanan F: Pada tingkat pelayanan ini arus lalu lintas berada dalam
keadaan dipaksakan, kecepatan relatif rendah, arus lalu lintas sering berhenti sehingga
menimbulkan antrian kendaraan yang cukup panjang.
Model hubungan kecepatan-arus lalu-lintas (sped-flow relationship) adalah salah satu masukan
yang penting ditetapkan dalam pemodelan jaringan jalan, karena hal ini akan terkait dengan
hambatan/biaya pada jaringan jalan yang akan mempengaruhi pilihan pengguna jalan (user)
dalam memilih rute perjalanannya. Mengingat area kajian dalam studi ini adalah Indonesia maka
model hubungan arus-kecepatan yang akan digunakan di sini akan mengacu pada MKJI (1997).
Dalam MKJI (1997), model hubungan Kecepatan-Arus dibedakan untuk jalan perkotaan, jalan
luar kota, dan jalan bebas hambatan. Berdasarkan hasil pengolahan data empiris kecepatan-arus
pada jalan-jalan di Indonesia menunjukkan bahwa hubungan Kecepatan-Arus untuk jalan
banyak lajur mendekati model regim tunggal (single-regime), sedangkan untuk jalan dua
lajur dua arah (2/2 UD) mendekati model linier. Model regim tunggal (single-regime)
merupakan model yang sering digunakan untuk merepresentasikan hubungan Kecepatan-Arus
yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
V = FV [1 (D/Dj)(l -1)]1/(1-m); Do/Dj = [(1 m)/(l m)] 1/ (l 1)
dimana:
FV
Dj
Do
l, m = konstanta
Dalam MKJI (1997), disamping model hubungan Kecepatan-Arus (speed-flow relationship) juga
ditetapkan model hubungan Kecepatan-Derajat Kejenuhan. Derajat kejenuhan (Q/C) adalah rasio
arus lalu-lintas terhadap kapasitas atau sering juga disebut sebagai V/C ratio yang sering
digunakan sebagai indikator tingkat pelayanan (level of service). Model hubungan Kecepatan-
Arus dan Kecepatan-Derajat Kejenuhan (Q/C) untuk jalan perkotaan, jalan luar kota dan jalan
bebas hambatan di Indonesia (MKJI, 1997) disajikan pada gambar 4.3 sampai 4.12.
A.
q = arus/volume lalu-lintas,
h = mean headway.
Kecepatan rata-rata adalah ukuran yang penting dari kinerja lalu-lintas, yang
dinyatakan dalam kilometer/jam atau mil/jam. Terdapat dua jenis kecepatan rata-rata, yakni:
kecepatan sesaat rata-rata (spot speed) atau time mean speed, dan kecepatan rata-rata ruang
(space mean speed) atau travel time.
Kecepatan sesaat rata-rata (spot speed) yaitu nilai rata-rata dari serangkaian kecepatan
sesaat dari individu kendaraan yang melintasi titik tertentu pada suatu ruas jalan, yang
dirumuskan dengan:
ut = 1/N u(1-n) ........................................................(3)
dimana:
N = Jumlah kendaraan
u(1-n) = Kecepatan individu kendaraan.
D = Jarak
t = waktu tempuh rata-rata
Kecepatan rata-rata ruang digunakan untuk mengevaluasi kinerja tingkat efektivitas dari suatu
sistem lalu-lintas, yang terkait dengan tundaan, antara lain meliputi: penilaian efisiensi rute
dalam lalu-lintas, identifikasi lokasi kemacetan dalam sistem jalan utama, pendefinisian
kemacetan menurut lokasi, evaluasi efektivitas perbaikan (sebelum dan sesudah), perhitungan
biaya pengguna jalan, perhitungan tingkat pelayan dan kapasitas untuk arus lalu-lintas menerus,
untuk pengembangan model dalam perencanaan transportasi (trip distribution dan trip
assignment).
Konsentrasi adalah jumlah kendaraan per satuan jarak, dan diestimasikan menggunakan
persamaan:
k = q / us .............................................................(5)
dimana:
k = Konsentrasi lalu-lintas
q = Arus/Volume lalu-lintas
imana:
imana:
Pada saat konsentrasi adalah nol, maka kemungkinan tidak ada arus lalu-lintas.
b. Pada saat konsentrasi tinggi, pengamat mungkin juga tidak dapat mencatat arus lalu-lintas
karena arus lalu-lintas berhenti.
c.
Dengan demikian, kurva model ini akan berada diantara dua titik nol dari fungsi arus lalu-lintas.
hubungan antara kecepatan dan arus lalu-lintas ada yang berbentuk linier dan ada yang
berbentuk kurva (lihat gambar 4).
C.
Kinematik"
Persamaan kontinuitas dikembangkan untuk menjelaskan adanya kemungkinan
perbedaan perhitungan jumlah kendaraan antara 2 (dua) titik pengamatan yang berdekatan pada
suatu ruas jalan, dimana diantara 2 (dua) titik pengamatan tersebut tidak ada kemungkinan
pertambahan jumlah kendaraan. Persamaan kontinuitas dirumuskan dengan:
q/x + k/t = 0 ........................................................... (10)
na:
q, k = perbedaan hasil pengukuran q (arus) dan k konsentrasi) antara titik pengamatan 1 dan 2.
imana: uw =
1,2
,2
kecepatan pada garis batas terjadinya perubahan arus lalu-lintas dan konsentrasi
mana: du/dt = akselerasi aliran lalu-lintas yang dilihat oleh pengamat yang bergerak dalam aliran lalu-lintas.
Akselerasi positif apabila pengamat bergerak menuju area dengan konsentrasi lebih rendah, dan
negatif apabila pengamat bergerak menuju area dengan konsentrasi lebih tinggi
u/t = akselerasi aliran lalu-lintas yang dilihat oleh pengamat dari suatu titik pengamatan tetap.
Kuantitas angka yang ada di dalam kurung dapat diambil postif, negatif, atau nol.
3. Perilaku Gelombang Kejut Untuk Model Kecepatan-Konsentrasi Spesifik.
Dengan mengacu pada model kecepatan-konsentrasi "Green Shield" dapat dirumuskan:
uw = ut .[ 1 - ( 1 + 2) ] ................................................... (13)
imana: uw
Kecepatan pada garis batas terjadinya perubahan arus lalu-lintas dan konsentrasi dari
1, 2 = Normalisasi konsentrasi pada dua area dengan konsentrasi yang berbeda. Normalisasi konsentrasi
pada area 1 (1) = konsentrasi pada arus bebas dibagi konsentrasi di area 1.
Dalam Kasus Konsentrasi yang hampir Sama
Persamaan menjadi: uw = ut (1 - 2) ................................................. (14)
Gelombang Akibat Terjadiya Aliran Lalu-lintas Terhenti
Persamaan menjadi: uw = ut [1 - (1 + 1)] = - ut 1 .............................. (15)
Gelombang Pada Saat Aliran Lalu-lintas Mulai Bergerak
Persamaan menjadi: k/t + uw k/x = 0 .......................................... (16)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jalan raya merupakan sarana atau tempat untuk dilalui kendaraan baik itu kendaraan
bermotor ataupun sejenisnya yang melalui suatu jalan tersebut sehingga jalan raya merupakan
sarana yang sangat penting yang berpengaruh dalam segala aspek kehidupan. Dari segi manapun
jalan raya merupakan penggerak suatu ekonomi dan kemajuan dari suatu Negara. Ada tiga
komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang
saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan
dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi
persyaratan geometrik.
Seringkalinya kita melihat permasalahan lalulintas yang ada disekitar kita mungkin jalan
banyak yang berlubang, arus kendaraan yang terlalu banyak sehingga terjadi macet atau tidak
adanya alat lalulintas yang memadai. Permasalahan yang sering terjadi di sekitar kita mungkin
salah satunya ada yang tadi disebut. Sehingga kita merasa kurang nyaman memakai atau melalui
jalan tersebut.
Untuk mengatasi kemacetan dan kesembrautan lalu-lintas tersebut diperlukan suatu sistem
penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas yang baik dan sangat berpengaruh pada kelancaran,
kenyamanan, dan keselamatan bagi kendaraan yang melewati jalan tersebut. Sistem penentuan
fase dan pengaturan lalu-lintas biasanya lebih ditekankan pada lokasi-lokasi dimana terjadi
pertemuan-pertemuan jalan atau persimpangan jalan. Karena pada pertemuan dua jalan atau lebih
ini mengakibatkan adanya titik konflik yang akhirnya terjadi kemacetan lalu-lintas.
BAB II
ISI
2.1.
Parameter arus lalu lintas dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu:
1.
Parameter makroskopis, yang mencirikan arus lalu lintas sebagai suatu kesatuan ( system ),
sehingga
diperoleh
gambaran
operasional
system
secara
keseluruhan.
Contoh : tingkat arus ( flow rates ), kecepatan rata-rata ( averange speeds ), tingkat kepadatan
( desity rates ).
2. Parameter mikroskopis, yang mencirikan perilaku setiap kendaraan dalam arus lalu lintas yang
saling mempengaruhi.
Contoh : waktu antara ( team headway ), kecepatan masing-masing ( individual speed ), jarak
antara ( space headway ).
Secara makroskopis, arus lalu lintas dibagi menjadi empat macam :
1.
2.
3.
4.
Arus
Volume
Kecepatan
Kerapatan
2.1.1. Arus
Arus adalah jumlah kendaraan yang melintas suatu titik pada suatu ruas jalan dalam
waktu tertentu dengan membedakan arah dan lajur. Satuan arus adalah kendaraan/waktu atau
smp/waktu
Arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan kenderaan yang
melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada suatu ruas jalan dan
lingkungannya. Karena kemampuan idividu pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka
perilaku kenderaan arus lalu lintas tidak dapat diseragamkan lebih lanjut, arus lalu lintas akan
mengalami perbedaan karakteristik akibat dari perilaku pengemudi atau kebiasaan pengemudi.
Arus lalu lintas pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan bervariasi baik berdasar lokasi
maupun waktunya, oleh karena itu perilaku pengemudi akan berpengaruh terhadap perilaku arus
lalu lintas. dalam menggambarkan arus lalu lintas secara kuantitatif dalam rangka untuk mengerti
tentang keragaman karakteristiknya dan rentang kondisi perilakunya, maka perlu suatu
parameter. Parameter tersebut harus dapat didefenisikan dan diukur oleh insinyur lalu lintas
dalam menganalisis, mengevaluasi, dan melakukan perbaikan fasilitas lalu lintas berdasarkan
parameter dan pengetahuan pelakunya.
Arus menpunyai satuan kendaran dibagi waktu atau smp dibagi oleh waktu.
Terkadang kita sulit membedakan antara arus dan volume, berikut adalah perbedaannya:
Arus (flow) :
Membedakan lajur
Diukur pada waktu yang pendek
Membedakan arah
Volume :
Volume
Volume adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau pada suatu ruas jalan
dalam waktu yang lama (minimal 24 jam) tanpa membedakan arah dan lajur.segmen jalan
selama selang waktu tertentu yang dapat diekspresikan dalam tahunan, harian (LHR), jam-an
atau sub jam. Volume lalu-lintas yang diekspresikan dibawah satu jam (sub jam) seperti, 15
menitan dikenal dengan istilah rate of flow atau nilai arus. Untuk mendapatkan nilai arus suatu
segmen jalan yang terdiri dari banyak tipe kendaraan maka semua tipe-tipe kendaraan tersebut
harus dikonversi ke dalam satuan mobil penumpang (smp). Konversi kendaraan ke dalam satuan
smp diperlukan angka faktor ekivalen untuk berbagai jenis kendaraan. Faktor ekivalen mobil
penumpang
(kendaraan/jam)
0
1800
0
3700
Emp
HV
MC
Lebar jalur lalu-
1.3
1.2
1.3
1.2
lintas
< 6m
0.5
0.35
0.4
0.25
> 6m
0.4
0.25
: PHF
: faktor k
Perbedaan arus dan volume dapat digambarkan pada tabel dibawah ini:
Lajur
Waktu
Arah
Arus
Membedakan
Singkat
Membedakan
Volume
Tidak Membedakan
Lama
Tidak Membedakan
Tabel 1.1
Macam-macam Volume Lalu Lintas
.Volume harian (Daily volumes)
Volume perjam (DDHV)
. Volume per sub jam
1. Volume harian
Di dalam pengukuran volume harian dibedakan menjadi:
Average Annual Daily Traffic (AADT)
Average Annual Weekday Traffic (AAWT)
Average Daily Traffic (ADT)
Average Weekday Traffic (AWT)
2. Volume perjam
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
DDHV = AADT x K x D
Dimana:
AADT
K
puncak
2.1.3.
Kecepatan
Kecepatan laju dari suatu pergerakan kendaraan dihitung dalam
V=
dimana,
V
: kecepatan (km/jam)
: jarak (km)
: waktu (jam)
Dalam suatu aliran lalu lintas yang bergerak setiap kendaraan mempunyai kecepatan yang
berbeda sehingga aliran lalu lintas tidak mempunyai sifat kecepatan yag tunggal akan tetapi
dalam bentuk distribusi kecepatan kendaraan individual. Dari distribusi kecepatan kendaraan
secara diskrit, suatu nilai rata rata atau tipikal digunakan untuk mengidentifikasikan aliran lalu
lintas secara menyeluruh.
Ada dua jenis analisis kecepatan yang dipakai pada studi kecepatan arus lalulintas yaitu :
a.
Time mean speed (TMS), yaitu rata-rata kecepatan dari seluruh kendaraan yang melewati suatu
Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur dari suatu
waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut, dengan lama
waktu ini mencakup setiap waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan lalu lintas.
Perbedaan analisis dari kedua jenis kecepatan di atas adalah bahwa TMS
adalah pengukuran titik, sementara SMS pengukuran berkenaan dengan panjang jalan atau lajur.
2.1.4.
Kerapatan
Kerapatan adalah jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang jalan atau lajur dalam
kendaraan per km atau kendaraan per km per lajur. Nilai kerapatan dihitung berdasarkan nilai
kecepatan dan arus, karena sulit diukur dilapangan.
dirumuskan,
D=
dimana,
q
: arus (smp/jam)
Dari kurva terlihat bahwa hubungan mendasar antara volume dan kecepatannya
adalah: dengan bertambahnya volume lalu lintas maka kecepatan rata-rata ruangannya tercapai.
Setelah tercapai volume maksimum maka kecepatan rata-rata ruang dan volume akan berkurang.
Jadi kurva ini menggambarkan dua kondisi yang berbeda dimana lengan atas untuk kondisi stabil
sedangkan lengan bawah menunjukan kondisi arus padat.
Hubungan antara volume dan kerapatan memperlihatkan bahwa kerapatan akan
bertambah apabila volumenya juga bertambah. Volume maksumum terjadi pada saat kerapatan
mencapai titik Dm (kapasitas jalur jalan sudah tercapai). Setelah mencapai titik ini volume akan
menurun walaupun kerapatan bertambah sampai terjadi kemacetan di titi Dj.
2.2.
ruas jalan
adalah
jumlah kendaraan
kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu atau pun kedua arah)
dalam periode waktu tertentu.
1. Menurut MKJI (1997)
Kapasitas adalah jumlah maksimum kendaraan atau orang yang dapat melintasi suatu
titik pada lajur jalan pada periode waktu tertentu dalam kondisi jalan tertentu atau merupakan
arus maksimum yang dapat dilewatkan pada suatu ruas jalan.
Macam-macam Kapasitas Jalan
a) Kapasitas Dasar (Basic capacity)
Kapasitas dasar adalah jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintas
suatu penampang jalan tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan lalulintas yang ideal.
Digunakan sebagai dasar perhitungan untuk
Uninterupted flow
Kendaraan yang lewat sejenis (kendaraan penumpang)
Lebar lajur minimum :3,50 m
Kebebasan samping : 1.80 m
Mempunyai desain alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal yang bagus (datar, v=120
km/jam)
6. Untuk lalu lintas 2 arah 2 lajur dimungkinkan gerakan menyiap dengan jarak pandang 500 m.
b) Kapasitas Rencana (Design Capacity)
Kapasitas rencana adalah jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintas
suatu penampang jalan tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan lalu lintas yang sedang
berlaku tanpa mengakibatkan kemacetan, kelambatan dan bahaya yang masih dalam batas-batas
yang diinginkan.
c) Kapasitas yang Mungkin (Possible Capacity)
Kapasitas yang mungkin adalah jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat
melintasi suatu penampang jalan tertentu selama 1 jam pada kondisi jalan dan lalu lintas yang
sedang berlaku (pada saat itu).
Kapasitas yang mungkin nilainya lebih kecil daripada kapasitas rencana.
2.2.2. Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan
Kapasitas ruas jalan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
a. Ada atau tidaknya pembatas jalan (median)
Jika terdapat median maka kapasitas dihitung terpisah untuk setiap arah.
Jika tanpa pembatas jalan maka kapasitas dihitung untuk kedua arah.
b. Lokasi ruas jalan
Urban (perkotaan) memperhitungkan FCcs yaitu faktor koreksi akibat ukuran kota (jumlah
penduduk).
Interurban (rural) tidak memperhitungkan FCcs.
Persamaan umum untuk menghitung kapasitas jalan menurut Metode IHCM97 adalah
sebagai berikut :
-. Kapasitas jalan untuk daerah perkotaan adalah
Co
C=
Tingkat pelayanan suatu jalan merupakan ukuran kualitatif yang digunakan United States
Highway Capacity Manual (USHCM 1985) yang menggambarkan kondisi operasional lalu lintas
dan penilaian oleh pemakai jalan.
Ukuran Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan suatu jalan menunjukan kualitas jalan diukur dari beberapa faktor,
yaitu:
1. Kecepatan dan waktu tempuh
2. Kerapatan (density)
3. Tundaan (delay)
4. Arus lalu lintas dan arus jenuh (saturation flow)
5. Derajat kejenuhan (degree of saturation)
Klasifikasi Tingkat Pelayanan
1. Tingkat pelayanan tergantung arus.
Tingkat pelayanan A (arus bebas)
Tingkat pelayanan B (arus stabil, untuk merancang jalan antar kota)
Tingkat pelayanan C (arus stabil, untuk merancang jalan perkotaan)
Tingkat pelayanan D (arus mulai tidak stabil)
Tingkat pelayanan E (Arus tidak stabil)
Tingkat pelayanan F (arus terpaksa)
Tingkat Pelayanan
V/C RASIO
Keterangan
Jalan
2.
< 0.60
0.60 - 0.70
0.70 - 0.80
0.80 - 0.90
0.90 - 1.00
> 1.00
Derajat
kejenuhan
merupakan
pencerminan
kenyamanan
pengemudi
dalam
Simpang adalah suatu area kritis pada suatu jalan raya yang merupakan titik konflik dan
tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih (Pignataro, 1973). Karena
merupakan tempat terjadinya konflik dan kemacetan maka hampir semua simpang terutama di
perkotaan membutuhkan pengaturan. Untuk menganalisis simpang bersinyal ada beberapa cara
yaitu salah satunya metode akcelik dan SIDRA
2.3.1. Metode akcelik
Metode hasil pengembangan lebih lanjut dari Rahmi Akcelik, sebenarnya didasarkan
pada kerangka dasar desain terdahulu (Miller 1968b; Webster and Cobbe 1966). Akcelik
mengubah teknik tradisional yang didasarkan atas metode phase-related kepada pendekatan
movement-related. Salah satu aspek penting di sini, adalah penggunaan konsep movement lost
time, sebagai pengganti phase lost time. Juga penerapan waktu hilang persimpangan
(intersection lost time), yang didefinisikan sebagai jumlah waktu hilang pergerakan kritis,
mengganti konsep jumlah waktu hilang seluruh fase. Pendekatan baru ini membuat pengertian
lebih jelas atas hubungan pergerakan dan karakteristik fase sinyal serta memungkinkan
penanganan terhadap sistem sinyal yang kompleks dengan multi-fase.
Menurut Akcelik, setiap antrian yang terpisah (separate queue) yang sedang menuju
persimpangan, lalu diklasifikasi berdasarkan arah, penggunaan lajur dan penyediaan hak berjalan
melintasi persimpangan, dikategorikan sebagai suatu pergerakan (movement). Dan pengalokasian
hak berjalan bagi pergerakan individual ditentukan berdasarkan pengaturan fase sinyal.
Pergerakan dari masing-masing pendekat didasarkan atas hak berjalan tersendiri (pengaturan
fase) dan alokasi lajur dengan karakteristik penggunaannya. Ini berarti bahwa setiap pergerakan
memiliki karakteristik pengaturan sinyal tersendiri, berikut lajur menunggu maupun keluar untuk
meninggalkan persimpangan.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dalam upaya mengatasi masalah lalu lintas dengan melakukan tindakan dalam usaha
untuk menambah kapasitas ruang jalan ataupun memaksimalkan lebar efektif yang sesuai dengan
kapasitas arus lalu lintas dengan melakukan pelebaran jalan serta pengaturan simpang agar
tingkat kecelakaan dan tundaan bias di minimumkan secara maksimal dan efektif. Terkadang hal
itu tidak bisa dilakukan melihat keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan ataupun bila
dipaksakan akan sangat mahal biaya dan tingginya dampak social yang akan timbul.
3.2.
Daftar Pustaka
id.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_lalu_lintas
rekayasalalulintas.blogspot.com/
id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas
http://ebookbrowse.com/5-bahan-kuliah-rll-dr-gito-s-bab-i-ii-pdf-d348787371
Kumpulan referensi
http://en.wikipedia.org/wiki/Sidra_Intersection
http://hapusketidakadilan.blogspot.com/2011/06/rekayasa-lalu-lintas.html