Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa kami mengucapkan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mekanika Tanah I. Adapun tujuan
kami dalam menyelesaikan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Mekanika Tanah I Tahun Ajaran 2022/2023 di Institut Teknologi Sumatera (ITERA).
Dalam menyelesaikan laporan ini, kami mendapatkan bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kami kelancaran dalam setiap
prosesnya.
2. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberi dukungan moril maupun materil.
3. Dr. Ir. Lusmelia Afriani, D.E.A., Erdina Tyagita Utami, S.T., M.T, Syahidus
Syuhada, S.T., M.T., Julita Hayati, S.T., M.T., Rahmat Kurniawan, S.T., M.T.,
selaku dosen pengampu mata kuliah Mekanika Tanah I.
4. Edward Riyadi Irawan, S.T. selaku laboran Mekanika Tanah di Institut Teknologi
Sumatera.
5. Celvin Shahroni selaku koordinator asisten praktikum mata kuliah Mekanika
Tanah I.
6. Irfan Mulia selaku asisten praktikum kelompok 2C mata kuliah Mekanika Tanah
I.
7. Rekan Teknik Sipil angkatan 2021 Institut Teknologi Sumatera yang telah
memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan laporan Mekanika
Tanah I.
Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini dan dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR NOTASI
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah merupakan bagian yang terdiri dari tiga bagian yaitu udara, air dan benda
padat. Udara dianggap tidak berpengaruh teknis, sedangkan air sangat
mempengaruhi sifat teknis tanah. Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau
seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Tanah dikatakan dalam kondisi jenuh
apabila rongga tersebut terisi air seluruhnya. Tanah pada kondisi jenuh sebagian
(partially saturated) apabila rongga terisi udara dan air. Tanah kering adalah tanah
yang benar-benar bebas air atau memiliki kandungan air nol. Tanah terbentuk
berlapis-lapis karena proses fisik, kimia, dan biologi yang meliputi transformasi
bahan tanah. Di kalangan Insinyur Sipil, membagi materi penyusun kerak bumi atas
dua jenis, yakni “tanah dan “batuan”. Tanah di alam terdiri dari campuran mineral
dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Melalui analisis klasifikasi partikel,
partikel-partikel tersebut dapat dengan mudah dipisahkan satu sama lain. Material
ini berasal dari batuan yang sudah lapuk baik secara fisik maupun kimiawi. Selain
sifat batuan asli sumber batuan, sifat teknis tanah juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal yang menyebabkan terjadinya pelapukan batuan. Tanah adalah kumpulan
butiran mineral alami (agregat) yang bisa dipisahkan oleh suatu cara mekanis bila
agregat tersebut diaduk dalam air. Sedangkan batuan adalah agregat yang
mineralnya satu sama lain diikat oleh gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat,
dan tidak bisa dipisahkan dengan cara mekanis sederhana.
Mekanika tanah pada dasarnya merupakan studi tentang tanah dan propertinya
sehubungan dengan tujuan konstruksi. Mekanika tanah adalah disiplin teknik sipil
yang memprediksi karakteristik kinerja tanah, dengan menggunakan teknik statika,
teknik dinamika, mekanika fluida, dan teknologi lainnya. Mekanika tanah meliputi
studi komposisi tanah, kekuatan, konsolidasi, dan penggunaan prinsip hidraulik,
untuk menangani masalah yang menyangkut sedimen dan endapan lainnya.
Mekanika tanah adalah salah satu ilmu utama untuk menyelesaikan masalah yang
juga berkaitan dengan geologi teknik. Studi mekanika tanah sangat penting bagi
1
insinyur sipil karena berdasarkan temuan studi mekanika tanah, struktur rekayasa
dapat dirancang-bangun. Jenis konstruksi, jenis peralatan yang akan digunakan,
jenis pondasi, bahan pendukung, dan banyak aspek pekerjaan konstruksi lainnya
sangat dipengaruhi oleh hasil dari studi mekanika tanah. Pada dasarnya mekanika
tanah mempelajari tentang proses pembentukan tanah, sifat fisik dan kimia tanah,
kompresibilitas tanah, permeabilitas, konsolidasi, dan lain sebagainya.
Berikut adalah rumusan masalah dalam pengerjaan laporan praktikum ini, yaitu:
1. Bagaimana cara mengetahui berat volume dari sampel tanah?
2. Bagaimana cara mengetahui kadar air dari suatu sampel tanah?
3. Bagaimana cara mengetahui nilai specific gravity (Gs) suatu tanah?
4. Bagaimana cara mengetahui nilai batas-batas Atterberg, yaitu batas cair, batas
plastis, dan untuk menghitung nilai indeks plastisitas suatu tanah?
5. Bagaimana cara mengetahui gradasi tanah yang tertanah saringan nomor 200
dan mengetahui nilai koefisien gradasi (Cc) serta koefisien keseragaman (Cu)?
6. Bagaimana cara mengetahui gradasi tanah yang lolos saringan nomor 200 serta
mengetahui nilai koefisien gradasi (Cc) dan koefisien keseragaman (Cu)?
7. Bagaimana cara mengetahui nilai berat kering maksimum dan kadar air
optimum suatu jenis tanah yang dipadatkan di laboratorium?
8. Bagaimana cara mengetahui nilai California Bearring Ratio (CBR) tanah yang
dipadatkan di laboratorium?
9. Bagaimana cara menentukan koefisien permeabilitas (k) dari suatu contoh
tanah berbutir kasar?
2
10. Bagaimana cara menghitung nilai kepadatan tanah di lapangan dan
menentukan nilai derajat kepadatan tanah di lapangan?
11. Bagaimana cara menguji kekuatan atau daya dukung (CBR) di lapangan secara
cepat dengan menggunakan alat penetrometer konus dinamis (Dynamic Cone
Penetrometer)?
1.3. Tujuan
3
7. Pada modul 7 yaitu pengujian pemadatan standar (Standard Proctor) bertujuan
untuk mengetahui nilai berat kering maksimum dan kadar air optimum suatu
jenis tanah yang dipadatkan di laboratorium.
8. Pada modul 8 yaitu pengujian California Bearing Ratio (CBR Laboratorium)
bertujuan untuk menentukan nilai CBR tanah yang dipadatkan di laboratorium.
9. Pada modul 9 yaitu pengujian Permeabilitas Constant bertujuan untuk
menentukan koefisien permeabilitas (k) dari suatu contoh tanah berbutir kasar.
10. Pada modul 10 yaitu pemeriksaan kepadatan tanah dengan kerucut pasir (Sand
Cone) bertujuan sebagai berikut:
a. Menghitung nilai kepadatan (berat isi kering) tanah di lapangan
b. Menentukan nilai derajat kepadatan (Dr) tanah di lapangan.
11. Pada modul 11 yaitu pemeriksaan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah
di lapangan dengan DCP (Dynamic Cone Penetrometer) bertujuan untuk
menguji kekuatan atau daya dukung (CBR) di lapangan secara cepat dengan
menggunakan alat penetrometer konus dinamis (Dynamic Cone Penetrometer).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan bagian dari lapisan atmosfer kerak bumi yang terletak di posisi
paling atas dan menjadi bagian dari kehidupan organisme ataupun mikroorganisme
serta tersusun atas berbagai mineral dan material organik dan anorganik lainnya.
Peranan tanah sangatlah vital sebagai penunjang kehidupan bumi karena
mendukung ketersediaan hara bagi tumbuhan untuk berkembang, dan tumbuhan
merupakan dasar dari rantai makanan.
Berat volume tanah merupakan rasio antara berat dan volume total contoh tanah
termasuk volume ruang pori yang ada di dalamnya. Berat jenis tanah adalah rasio
antara berat total partikel-partikel padat tanah dengan volume ruang pori yang ada
diantara partikel. Berdasarkan ASTM D-4253, tanah yang baik memiliki berat
volume berkisar antara 1,1-1,6 gr/cm3. Semakin besar nilai berat volume tanah,
maka tanah tersebut memiliki kepadatan yang tinggi dan sangat sulit meneruskan
air ke dalam tanah tersebut. Pada tanah mengembang dan mengkerut, berat
volumenya berubah-ubah seiring dengan kadar air di dalam tanah tersebut, untuk
itu nilai berat volume perlu disertai dengan data kadar air yang terkandung. Volume
total tanah adalah jumlah volume dari fase padat, cair, dan gas di dalam tanah.
Tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi, memiliki berat volume yang
relatif rendah. Tanah dengan ruang pori total tinggi (tanah liat), cenderung memiliki
berat volume rendah. Lalu, tanah dengan tekstur kasar, memiliki ukuran pori besar
namun total ruang porinya lebih kecil, memiliki berat volume lebih tinggi. Berat
volume tanah mineral berkisar antara 0,6–1,4 gr/cm3. Tanah Andisols memiliki
berat volume 0,6–0,9 gr/cm3, sedangkan tanah mineral lainnya memiliki berat
volume antara 0,8–1,4 gr/cm3 . Tanah gambut memiliki berat volume rendah, yaitu
berkisar antara 0,4–0,6 gr/cm3. Volume dan berat volume dapat dihitung dengan
persamaan berikut.
Kadar air tanah merupakan konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan
dengan berat kering. Kadar air dinyatakan dalam persen volume, yaitu persentase
5
volume tanah. Setiap tanah mempunyai kadar air yang berbeda-beda, tergantung
kondisi tanah. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam
tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya
dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen adalah yang
dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan yang terdapat
dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara permanen sebagai
akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah. Cara penetapan kadar air dapat
dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu
110±5°C selama 24 jam. Tanah yang dijadikan sebagai sampel pada praktikum kali
ini merupakan tanah terganggu yang sudah dijemur sampai kondisi SSD (kering
permukaan).
Menurut ASTM D 854 92, berat Jenis (specific gravity) tanah (Gs) didefinisikan
sebagai perbandingan berat suatu unit volume material pada suatu temperatur
dengan berat gas bebas air suling dengan volume dan temperatur yang sama.
Specific gravity dapat diaplikasikan dalam menentukan perletakan awal pondasi
suatu bangunan. Sehingga tanah yang akan diberi beban dapat diketahui
karakteristiknya terlebih dahulu dan tidak menyebabkan penurunan pada tanah
dikarenakan ketidak mampuan tanah dalam menahan beban. Selain itu, specific
gravity juga berperan sebagai salah satu penentuan pada struktur geologi suatu
wilayah dengan pengaplikasiannya dalam pembuatan peta yang terkandung
informasi mengenai jenis tanah. Specific gravity setiap jenis tanah sudah pasti
berbeda-beda. Berikut adalah Macam-macam tanah beserta besar berat jenisnya.
6
Albert merupakan seorang kimiawan Swedia, yang kemudian diperbaharui oleh
Arthur Cassagrande sedangkan limit ini merupakan perhitungan dasar dari tanah
butir halus. Jika tanah butir halus tersebut mengandung mineral lempung, maka
tanah dapat di remas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif
ini disebabkan karena adanya air yang terserap di sekeliling permukaannya.
Menurut Atterberg, cara untuk menggambarkan batas-batas konsistensi dari tanah
berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan air tanah. Pengujian batas-
batas atterberg ini berdasarkan ASTM D4318. Batas-batas tersebut adalah batas
cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan batas susut (shrinkage limit).
Batas Susut (shrinkage limit). Ws adalah batas dimana tanah dengan kadar air
tersebut tidak menyusut lagi (tidak berubah volume). Batas Plastis (plastic limit)
Wp adalah kadar air tertentu dimana tanah yang digulung dengan telapak tangan,
setelah mencapai 1/8 inci mulai retak. Batas Cair (liquid limit) WL adalah kadar air
minimum dimana perilaku tanah berubah dari kondisi plastis ke cair (Shinta
Pramudya Wardani, 2017).
Indeks Plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat
plastis. Indeks keplastisan ini menunjukan bahwa pada tanah tersebut bersifat
plastis, jika tanah mempunyai indeks keplastisan yang tinggi maka tanah tersebut
mengandung banyak mengandung butiran lempung dan jika indeks plastisitas
rendah maka tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air yang berakibat tanah
menjadi kering contoh tanah yang memiliki indeks plastisitas yang rendah yaitu
adalah tanah lanau (Lia Fitria, 2018).
7
Analisis saringan ialah penentuan persentase berat butiran agregat (tanah) yang
lolos dari satu set saringan, kemudian angka-angka persentase digambarkan pada
grafik pembagian butir (SNI 03-1968-1990). Analisis saringan dilakukan untuk
mengetahui kualitas serta mengklasifikasikan tanah. Analisis saringan
menghasilkan data berupa persentase tertahan, persentase tertahan kumulatif, dan
persentase lolos saringan. Data tersebut akan diolah menjadi suatu kurva distribusi
ukuran butiran yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa jenis tanah.
Ukuran butiran tanah dapat diuji dengan analisis saringan. Analisis saringan
dilakukan untuk memisahkan kerikil, pasir dan tanah pada tanah berbutir halus.
Pada saringan tersusun dari atas ke bawah memiliki diameter lubang yang besar dan
semakin kecil ke bawah. Saringan digoyangkan sehingga tanah yang ukurannya
lebih kecil akan turun pada saringan di bawahnya (Zaika, 2019). Analisis saringan
menghasilkan grafik gradasi yang dapat menentukan jenis serta kualitas suatu
sampel tanah. Penentuan jenis dan kualitas tanah ini penting untuk diketahui,
terutama tanah yang akan dibebankan oleh struktur. Untuk mengklasifikasikan
gradasi tanah terdapat beberapa cara seperti analisa dengan grafik persentase lolos
tiap-tiap saringan.
Klasifikasi tanah butir kasar didasari oleh tiga parameter dasar yaitu ukuran efektif,
koefisien gradasi (Cc) dan koefisien keseragaman (Cu) (Ir. Hakim Duppa, 2020).
Indikator tanah yang memiliki gradasi baik adalah memiliki koefisien keseragaman
sebesar lebih dari 4 untuk kerikil dan lebih dari 6 untuk pasir, serta memiliki
koefisien gradasi yang berkisar antara 1 hingga 3. Berdasarkan keperluan untuk
mengetahui kualitas gradasi tanah, maka perlu dilakukan pemeriksaan analisis
saringan.
Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau kepadatan
relatif) dari suatu cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air. Analisis
hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir-butir tanah
dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan
memiliki kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk, ukuran dan
beratnya. Untuk lebih mudahnya, dapat dianggap bahwa semua partikel tanah itu
berbentuk bola (Braja M Das, 1995).
8
Analisis hidrometer bergantung pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir-butir
tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air kondisi partikel akan
menjadi mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk,
ukuran dan beratnya. Untuk mudahnya, dapat dianggap bahwa semua partikel tanah
itu berbentuk bola (bulat) dan kecepatan mengendap (Fergy A.E sompie, 2018).
Pemadatan tanah adalah suatu proses memadatkan partikel tanah sehingga terjadi
pengurangan volume udara dan volume air dengan memakai cara mekanis. Uji
pemadatan tanah atau Proctor Standard adalah metode laboratorium untuk
menentukan eksperimental kadar air yang optimal dimana suatu jenis tanah tertentu
akan menjadi paling padat dan mencapai kepadatan kering maksimum. Pemadatan
dilakukan bila tanah dilapangan membutuhkan perbaikan untuk mendukung
konstruksi diatasnya, atau tanah akan digunakan sebagai bahan timbunan. Tujuan
dari pemadatan tanah antara lain menambahkan nilai kuat geser tanah, mengurangi
sifat mudah mampat (kompresibilitas), mengurangi sifat permeabilitas, dan
mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air dan lain-lainnya.
Kepadatan tanah tergantung pada nilai kadar air, saat air ditambahkan pada
pemadatan, air akan melunakan partikel-partikel tanah. Partikel-partikel tanah
menggelincir satu sama lain dan bergerak pada posisi yang lebih rapat. Jika kadar
air tanah sedikit maka tanah akan keras begitu pula sebaliknya, bila kadar air banyak
maka tanah akan menjadi lunak atau cair. Pemadatan yang dilakukan pada saat
kadar air lebih tinggi daripada kadar air optimumnya akan memberikan pengaruh
terhadap sifat tanah. Teori pemadatan pertama kali dikembangkan oleh R.R.
Proctor. Empat variabel pemadatan tanah yang didefinisikan oleh Proctor, yaitu
usaha pemadatan atau energi pemadatan, jenis tanah (gradasi, kohesif atau tidak
kohesif, ukuran partikel dan lain-lain), kadar air, dan berat isi kering. Hubungan
berat volume kering (γd) dengan berat volume basah (γw) dan kadar air (ω),
dinyatakan dalam persamaan berikut ini.
9
CBR (California Bearing Ratio) laboratorium ialah perbandingan antara beban
penetrasi suatu bahan tanah terhadap bahan standar dengan kedalaman dan
kecepatan penetrasi yang sama. Nilai CBR laboratorium biasanya digunakan untuk
perencanaan pembangunan jalan baru dan lapangan terbang. Untuk menentukan
nilai CBR laboratorium harus disesuaikan dengan peralatan dan hasil pengujian
kepadatan, yaitupengujian pemadatan ringan untuk tanah dan pengujian pemadatan
berat untuk tanah. Pada umumnya CBR laboratiorium digunakan untuk
perencanaan jalan baru.
Kadar air optimum yang didapat digunakan sebagai acuan seberapa besar jumlah
air yang ditambahkan ke dalam adukan tanah, setelah tanah diaduk dan dimasukkan
ke dalam mould, tanah dapat diproses di alat CBR. Setelah selesai, tanah
dikeluarkan daricetakan dan diambil sampel tanah bagian atas, tengah dan bawah
lalu dicari kadar airnya.
Sand cone merupakan sebuah alat untuk menentukan kepadatan di tempat dari
lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan, hasilnya didapat setelah
contoh material yang didapat di lapangan diolah terlebih dahulu di laboratorium,
Metode pengujian ini menggunakan persyaratan dan ketentuan ketentuan pengujian
tanah yang mempunyai partikel berbutir tidak lebih dari 5 cm. Tujuan dari metode
sand cone yaitu untuk memperoleh angka kepadatan lapangan. Penentuan
kepadatan tanah dengan sand cone (kerucut konus) dihitung dengan menggunakan
Standar Nasional Indonesia (SNI) (Chrisna Pudyawardhana, 2016). Pengertian
pengujian sand cone adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan
menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang 23 mempunyai
sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir
bebas. Pasir Ottawa yang digunakan adalah lolos saringan nomor 10 dan tertahan
disaringan nomor 200. Metode ini hanya terbatas untuk lapisan atas tanah yaitu
antara 10 – 15 cm. Sand cone merupakan suatu metode untuk pemeriksaan
kepadatan tanah di lapangan pada lapisan tanah atau lapisan perkerasan yang telah
dipadatkan. Pengujian yang diuraikan hanya berlaku terbatas pada ukuran butiran
tanah dan batuan tidak lebih dari 5 cm diameternya. Yang dimaksud dengan
kepadatan lapangan adalah berat kering per satuan isi. Pemadatan dapat dikatakan
11
sebagai proses pengeluaran udara dari pori-pori tanah dengan salah satu cara
mekanis. Cara mekanis yang digunakan di lapangan biasanya dengan menggilas,
sedangkan di laboratorium dengan cara menumbuk atau memukul. Daya pemadatan
ini tergantung pada kadar air, meskipun digunakan energi yang sama, nilai
kepadatan yang akan diperoleh akan berbeda-beda. Pada kadar air yang cukup
rendah tanah sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air yang cukup tinggi nilai
kepadatannya akan menurun, sampai suatu kadar air tinggi sekali sehingga air tidak
dapat dikeluarkan dengan pemadatan (Hadijah, 2015). Pemeriksaan nilai sand cone
didahului dengan pengujian kepadatan, hal ini disebabkan nilai sand cone
maksimum akan tercapai bila material yang digunakan dalam keadaan padat. Kadar
air yang digunakan untuk mencapai tingkat kepadatan yang maksimum adalah
kadar air optimum. (Halauddin, 2011).
Dynamic Cone Penetrometer (DCP) merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk menguji daya dukung tanah di lapangan secara cepat tanpa merusak atau Non
Destructive Testing (NDT) lapisan tanah. DCP dapat digunakan untuk menguji
kekuatan tanah dasar, lapis fondasi jalan dengan butir maksimum 4 cm, lapis
pondasi batu pecah, fondasi bawah sirtu dan stabilisasi tanah dengan semen atau
kapur. Pengujian DCP dilakukan dengan mencatat penetrasi konus yang masuk ke
dalam tanah untuk setiap pukulan hammer sehingga didapatkan grafik hubungan
kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi sehingga dapat ditentukan nilai daya
dukung tanah. Hasil pengujian DCP ini dikorelasikan dengan California Bearing
Ratio (CBR), nilai CBR biasanya digunakan sebagai acuan daya dukung tanah
dalam perkerasan lapisan subgrade pada jalan.
12
1.2. Metodologi
Pada praktikum ini dilakukan pengujian berat volume tanah, Pemeriksaan Kadar
Air Tanah, Pengujian Specific Gravity (Gs), Pengujian Batas-Batas Atterberg,
Pengujian Analisis Saringan, Penguujian Analisis Hidrometer, Pengujian
Pemadatan Standar, Pengujian California Bearing Ratio, Pengujian Permeabilitas
Constant Head, Pemeriksaan Kepadatan Tanah dengan Kerucut Pasir (Sand Cone)
dan Pengujian CBR di Lapangan Dengan DCP.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian berat volume meliputi :
a. Cincin sampel
13
c. Penggaris
14
f. Plat kaca
15
b. Mencampurkan sampel tanah dan air diatas plat kaca hingga menjadi khalis
16
e. Mengeluarkan sampel dari cincin sampel
17
1.2.2. Pemeriksaan Kadar Air Tanah
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian berat volume meliputi :
a. Sampel Tanah
18
d. Sarung Tangan Oven
19
b. Menimbang berat setiap kontainer yang akan digunakan
20
e. Memasukkan sampel kedalam oven dengan suhu 110 ± 5°C selama 24 jam
21
1.2.3. Pemeriksaan Specific Gravity
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian specific gravity meliputi:
a. Piknometer
22
d. Air suling
23
g. Oven
24
1.2.3.2. Prosedur Percobaan
25
d. Memasukkan sampel tanah ke dalam piknometer. Jika tanah kohesif, maka
campurkan tanah dengan air hingga berbentuk pasta. Jika tanah tergolong non-
kohesif maka cukup disaring dengan saringan nomor 4.
26
g. Menambahkan air pada piknometer hingga penuh, lalu menimbang piknometer
berisi sampel.
27
1.2.4. Pengujian Batas-Batas Atterberg
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian batas-batas Atterberg
meliputi:
a. Sampel tanah lolos saringan nomor 40
28
d. Skrap
29
g. Grooving Tool
30
b. Mencampurkan sampel tanah dengan air, kemudian aduk hingga tidak terlihat
serat kasar menandakan tanah sudah homogen
31
e. Memutar tuas pada alat cawan cassagrande hingga tanah kembali menyatu,
catat berapa ketukan yang dibutuhkan untuk tanah kembali menyatu.
Lakukan berulang untuk setiap sampel
32
h. Menimbang sampel tanah kering
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian analisis saringan meliputi:
a. Satu set saringan (saringan nomor 4, 10, 20, 40, 60, 100, 200, dan pan)
33
c. Air
34
f. Oven
35
c. Menyaring tanah dengan menggunakan saringan nomor 200 dengan cara dicuci
hingga bersih, yaitu hingga air yang mencuci sampel tanah terlihat jernih
Gambar 2.69. Memasukkan Sampel Tanah yang Tertahan Saringan Nomor 200
ke Dalam Oven
e. Memasukkan tanah yang sudah kering ke dalam satu set saringan
Gambar 2.70. Memasukkan Tanah yang Sudah Kering ke Dalam Satu Set
Saringan
36
f. Meletakkan satu set saringan ke sieve shaker untuk diayak selama 10-15 menit
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian berat volume meliputi :
a. Alat hidrometer
38
e. Sodium hexametaphospate
39
h. Saringan nomor 200
40
1.2.6.2. Prosedur Percobaan
41
d. Mencampurkan larutan pada tahap c dengan 875 cm3 air suling ke dalam gelas
ukur menggunakan batang pengaduk.
42
1.2.7. Pengujian Pemadatan Standar
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
a. Sarung tangan
43
d. Batang penumbuk
44
g. Kertas
45
j. Sekop
46
m. Kontainer kecil
47
c. Meletakkan sampel tanah pada kontainer
48
f. Meletakkan kertas didasar mould dan memasang mould
49
i. Meratakan permukaan mould
50
l. Memasukkan sampel tanah ke dalam oven selama 24 jam
51
1.2.8. Pengujian California Bearing Ratio (CBR)
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian CBR meliputi :
a. Sarung tangan
52
d. Batang penumbuk
53
g. Timbangan dengan ketelitian 0,01
54
j. Oli
55
m. Scrub
56
p. Keping beban
57
s. Satu set alat CBR
58
c. Melumasi mould dengan menggunakan oli, kemudian letakkan kertas di bagian
bawah mould.
59
f. Mengkalibrasi mesin CBR dengan mengatur torak penetrasi sebesar 4,54 ±0,02
kg, kecepatan penetrasi mendekati 1,27 mm permenit. Kemudian catat
pembebanan pada penetrasi 0,312 mm, 0,62 mm, 1,25 mm, 1,187 mm, 2,5 mm,
3,75 mm, 5 mm, 7,5 mm, 10 mm, dan 12,5 mm.
60
1.2.9. Pengujian Permeabilitas Constant Head
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian permeabilitas constant
head meliputi:
a. Stopwatch
61
d. Gelas ukur
62
g. Batu pori
63
b. Memasang batu pori dan kertas saring pada dasar tabung permeameter.
64
e. Memasang pegas dan tutup tabung permeameter.
65
h. Membuka keran bagian tabung atas agar air mengalir ke sampel tanah.
66
1.2.10. Pengujian Sandcone
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian sandcone meliputi:
a. Meteran
67
d. Sarung tangan
68
g. Pasir ottawa
69
j. Corong kalibrasi dan botol
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada modul kali ini adalah sebagai
berikut:
a. Membersihkan daerah dimana akan dilakukan percobaan sandcone
70
c. Menimbang tanah dari lubang dimasukan ke dalam wadah yang telah diketahui
beratnya. Kemuduan masukan sedikit sampel dari tanah tersebut ke dalam
kontainer lalu ditimbang, untuk dicari kadar airnya
71
f. Membuka keran sand cone sehingga pasir turun. Jika pasir sudah berhenti
turun, keran di tutup
72
i. Membalikan alat sand cone di tempat yang datar
73
1.2.11. Pengujian Dynamic Cone Penetrometer
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam modul ini, sebagai berikut:
a. Formulir DCP
74
d. Beban penumbuk
75
g. Mistar berskala
76
1.2.11.2. Prosedur Percobaan
77
d. Memasang konus pada bagian bawah bantang bawah.
78
g. Menentukan lokasi penelitian, kemudian bersihkan dan ratakan lokasi
penelitian menggunaka cangkul.
79
c. Mengangkat beban penumbuk hingga menyentuh batas pegangan lalu jatuhkan.
80
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.2. Perhitungan
Rumus:
1
V= π × D2 × t (3.1)
4
∆M = M2 - M1 (3.2)
∆M
γ = (3.3)
V
γ1 + γ2
γrata−rata = (3.4)
n
Keterangan:
81
1
V = 4 × 3,14 × (6,3)2 × 1,8
= 56,08 cm3
a. Sampel Tanah 1
ΔM1 = 218,46 – 80,98
= 137,48 gram
b. Sampel Tanah 2
ΔM2 = 217,33 – 80,98
= 136,35 gram
3. Menghitung berat volume tanah menggunakan persamaan
a. Sampel Tanah 1
137,48
γ1 = 56,08
= 2,45 gram/cm3
b. Sampel Tanah 2
136,35
γ2 = 56,08
= 2,43 gram/cm3
= 2,44 gram/cm3
82
3.1.3. Data Hasil Perhitungan
3.1.4. Analisis
Pengujian berat volume tanah bertujuan untuk mengetahui berat volume dari
sampel tanah tidak terganggu (undisturbed) berlandaskan ASTM D-4253. Menurut
ASTM D-4253, berat volume tanah yang baik berkisar antara 1,1 – 1,6 gr/cm³. Pada
praktikum ini, setelah melakukan percobaan dan perhitungan didapatkan nilai untuk
volume cincin sebesar 56,08 cm³ dan berat volume tanah pada masing-masing
sampel tanah sebesar 2,45 gr/cm³ dan 2,43 gr/cm³ dengan rerata sebesar 2,44
gr/cm³. Berdasarkan percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka sampel
tanah tidak memenuhi ASTM D-4253, yakni nilai berat volume yang dihasilkan
lebih dari 1,6 gr/cm³, artinya tanah tersebut sangat keras sehingga sulit untuk
meneruskan air ke dalam tanah.
83
3.2.2. Perhitungan
Rumus:
M4 = M2 - M3 (3.5)
Mw = M1 - M2 (3.6)
Mw
ω= 100% (3.7)
M4
Keterangan:
Perhitungan:
84
= 5,49 gram
Masssa Air Sampel 3 (Mw.3) = M1 – M2
= 59,26 – 52,62
= 6,64 gram
3. Menghitung kadar air menggunakan persamaan 3.
Mw.1
Kadar Air Sampel 1 (ω1) = 100%
M4.1
6,63
= 40,14 100%
= 16,52 %
Mw.2
Kadar Air Sampel 2 (ω2) = 100%
M4.2
5,49
= 33,06 100%
= 16,61 %
Mw.3
Kadar Air Sampel 3 (ω3) =M 100%
4.3
6,64
= 100%
39,78
= 16,69 %
4. Menghitung kadar air rata – rata
ω1 + ω2 + ω3
Kadar Air Rata – Rata (ω̅) =
3
16,52 % + 16,61% + 16,69%
=
3
= 16,61 %
85
3.2.4. Analisis
Pada praktikum modul ini bertujuan untuk mengetahui kadar air didalam suatu
tanah yang dilakukan dengan melakukan pengujian pada sampel tanah SSD yang
sesuai dengan ASTM C 566 - 97. Berdasarkan data hasil percobaan praktikum dan
hasil perhitungan didapatkan nilai kadar air tanah pada masing – masing sampel
sebesar 16,52 %, 16,61 %, dan 16,69 % sehingga dari data tersebut didapatkan nilai
kadar air tanah rata – rata sebesar 16,61 %. Berdasarkan data hasil percobaan dan
perhitungan dapat kita ketahui bahwa kadar air tanah dipengaruhi oleh jumlah air
yang terkandung dalam tanah tersebut, semakin banyak jumlah air pada tanah maka
semakin besar kadar air di dalam tanah tersebut, begitupun sebaliknya semakin
kecil jumlah air di dalam tanah makan semakin kecil kadar air di dalam tanah
tersebut. Menurut ASTM D3441 – 98 standar sepsifikasi kadar air tanah maksimal
5% yang terkandung di dalam tanah itu sendiri. Berdasarkan ASTM D3441 – 98
nilai kadar air rata – rata yang didapatkan pada tanah sampel praktikum modul ini
tidak memenuhi standar dikarenakan melebihi spesifikasi kada air tanah maksimal
5%. Sehingga dapat disimpulkan sampel tanah yang digunakan pada praktikum
modul ini merupakan tanah yang kurang baik untuk menopang suatu bangunan
karena kadarnya jauh melebihi standar ASTM D3441 – 98.
86
3.3.2. Perhitungan
Ms
Gs = Mw
(3.8)
Perhitungan:
1. Menghitung berat air (Mw) dengan menggunakan persamaan
Berat Air Sampel 1 (Mw 1) = 378,98 gr + 43,38 gr - 404,41 gr
= 17,95 gram
Berat Air Sampel 2 (Mw2) = 348,86 gr + 43,13 gr - 376,59 gr
= 15,4 gram
17,95 gr+15,4 gr
̅̅̅̅̅)
Berat Air Rata-Rata (Mw = 2
= 16,675 gram
2. Menghitung specific gravity (Gs) pada temperatur (T1ºC) dengan menggunakan
persamaan
43,38 gr
Specific Gravity (Gs1) = 17,95 gr
=2,416 gram/cm3
43,13 gr
Specific Gravity (Gs2) = 15,4 gr
= 2,800 gram/cm3
2,416 gr + 2,800 gr
̅̅̅̅)
Specific Gravity Rata-Rata (Gs = 2
= 2,608 gram/cm3
3. Menghitung Gs (T20 ºC) dengan menggunakan persamaan
Gs (T20 ºC) Sampel 1 = 2,416 ×0,98803
= 2,411 gram/cm3
Gs (T20 ºC) Sampel 2 = 2,800 ×0,98803
87
= 2,795 gram/cm3
2,411 gr+2,795 gr
Gs (T20 ºC) Rata-Rata = 2
= 2,603 gram/cm3
3.3.4. Analisis
Pada percobaan praktikum kali ini, dilakukan sebanyak dua kali percobaan sampel
untuk mendapatkan nilai Gs. Setelah melakukan beberapa prosedur dan
perhitungan didapatkan nilai rata-rata dari Gs pada suhu awal yaitu 2,608 gram/cm3
dan berdasarkan perbandingan di suhu 20ºC didapatkan nilai rata-rata Gs yaitu
sebesar 2,603 gram/cm3. Dari dua kali percobaan yang dilakukan hasil yang
diperoleh hanya berbeda sedikit. Dengan besar berat jenis tersebut, tanah yang
digunakan dalam pengujian specific gravity ini tergolong pada tanah lempung
organik yakni memiliki specific gravity yang berkisar diantara 2,58-2,65.
3.4.2. Perhitungan
Rumus:
Ms = M1 - M3 (3.11)
Md = M2 - M3 (3.12)
Mw = M1 - M2 (3.13)
Mw
w ( %) = × 100% (3.14)
Md
𝑁 0,121
LL = w (%) × ( ) (3.15)
25
LL = -0,3181x + 51,699 (3.16)
Mw
PL = × 100% (3.17)
Md
PI = LL - PL (3.18)
Keterangan:
Ms = Berat tanah basah (g)
Md = Berat tanah kering (g)
Mw = Berat air (g)
w (%) = Kadar air (%)
N = Jumlah ketukan
LL = Batas cair (%)
PL = Batas plastis (%)
PI = Indeks plastisitas (%)
89
x = 25
a. Perhitungan batas plastis
Menghitung berat tanah basah dengan persamaan
Ms1 = 15,16 – 13,25
= 1,91 g
Ms2 = 13,99 – 14,44
= 1,71 g
Ms3 = 14,26 – 12,68
= 1,58 g
Menghitung berat tanah kering dengan persamaan
Md1 = 14,58 – 13,25
= 1,33 g
Md2 = 13,99 – 12,73
= 1,26 g
Md3 = 13,74 – 12,68
= 1,06 g
Menghitung berat air dengan persamaan
Mw1 = 15,16 – 14,58
= 0,58 g
Mw2 = 14,44 – 13,99
= 0,45 g
Mw3 = 14,26 – 13,74
= 0,52 g
Menghitung kadar air dengan persamaan (3.14)
0,58
w1 = 1,33 × 100%
= 43,61%
0,45
w2 = 1,26 × 100%
= 35,71%
0,52
w3 = 1,06 × 100%
= 49,06%
Menghitung nilai batas plastisitas tanah dengan persamaan (3.17)
90
0,58
PL1 = 1,33 × 100%
= 43,61%
0,45
PL2 = 1,26 × 100%
= 35,71%
0,52
PL3 = 1,06 × 100%
= 49,06%
43,61% + 35,71% + 49,06%
̅̅̅̅
PL = 3
= 42,79%
b. Perhitungan pada percobaan batas cair
Menghitung berat tanah basah dengan persamaan (3.11)
Ms1 = 23,20 – 14,06
= 9,14 g
Ms2 = 28,04 – 13,98
= 14,06 g
Ms3 = 32,45 – 12,94
= 19,51 g
Menghitung berat tanah kering dengan persamaan (3.12)
Md1 = 20,30 – 14,06
= 6,24 g
Md2 = 23,93 – 13,98
= 9,95 g
Md3 = 26,88 – 12,94
= 13,94 g
Menghitung berat air dengan persamaan (3.13)
Mw1 = 23,2 – 20,3
= 2,9 g
Mw2 = 28,04 – 23,93
= 4,11 g
91
Mw3 = 32,45 – 26,88
= 5,57 g
Menghitung kadar air dengan persamaan (3.14)
2,9
w1 = 6,24 × 100%
= 46,47%
4,11
w2 = 9,95 × 100%
= 41,31%
5,57
w3 = × 100%
13,94
= 39,96%
Menghitung batas cair tanah dengan persamaan (3.16)
LL = −0,3181 × 25 + 51,699
= 43,74%
c. Perhitungan indeks plastisitas dengan persamaan (3.17)
PI = 43,74% – 42,79%
= 0,95%
92
3.4.3. Data Hasil Perhitungan
3.4.4. Analisis
44
R² = 0,86
43
42
41
40
39
38
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Jumlah Ketukan (N)
Gambar 3.1. Grafik Kadar Air (%) Vs. Jumlah Ketukan (N)
93
Plasticity Chart
60
50
Indeks Plastisitas (%)
40
CH
30
MH
CL
20 or
CL-ML OH
10 ML
or
OL
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Batas Cair (%)
94
3.5. Pengujian Analisis Saringan
3.5.2. Perhitungan
Rumus:
Massa Tertahan Saringan
%Massa Tertahan Saringan = ×100% (3.19)
Massa Sampel Total
n
= 0%
16,94
%Massa tertahan saringan nomor 10 = ×100%
500
= 3,388%
8,78
%Massa tertahan saringan nomor 20 = ×100%
500
= 1,756%
95
11,9
%Massa tertahan saringan nomor 40 = ×100%
500
= 2,38%
8,49
%Massa tertahan saringan nomor 60 = ×100%
500
= 1,698%
17,61
%Massa tertahan saringan nomor 100 = ×100%
500
= 3,522%
20,55
%Massa tertahan saringan nomor 200 = ×100%
500
= 4,11%
415,73
%Massa tertahan pada pan = 500
×100%
= 83,146%
96
3. Menghitung % massa lolos saringan
%Massa lolos saringan nomor 4 = 100-0
= 100%
%Massa lolos saringan nomor 10 = 100-3,388
= 96,612%
%Massa lolos saringan nomor 20 = 100-5,144
= 94,856%
%Massa lolos saringan nomor 40 = 100-7,524
= 92,476 %
%Massa lolos saringan nomor 60 = 100-9,222
= 90,778%
%Massa lolos saringan nomor 100 = 100-12,744
= 87,256%
%Massa lolos saringan nomor 200 = 100-16,854
= 83,146%
4. Menghitung koefisien keseragaman (Cu)
0,0833
Cu =
0,0039
= 21,36
= 0,753
Adapun hasil koefisien gradasi (Cc) dan koefisien keseragaman (Cu) yang
didapatkan berturut-turut adalah 0,753 dan 21,36.
3.5.4. Analisis
98
3.6. Pengujian Analisis Hidrometer
3.6.2. Perhitungan
Rumus:
Gs ×1,65
a= (3.24)
(Gs - 1) × 2,65
Rcp = R + FT - FZ (3.25)
Rcl = R + Fm (3.26)
a × Rcp
% Lolos = ×100 (3.27)
Ms
%Lolos × % Lolos saringan No.200
% Lolos Penyesuaian = (3.28)
100
L(cm)
D = A √t(min) (3.29)
D
Cu = D60 (3.30)
10
D30 2
Cc = (3.31)
D10 ×D60
99
Keterangan:
R = Pembacaan hidrometer (mm)
D = Diameter butiran tanah (mm)
t = Waktu (menit)
FT = Koreksi temperatur (mm)
Fz = Koreksi bacaan nol (mm)
Fm = Koreksi meniscus (mm)
a = Koreksi terhadap nilai Gs
Ms = Massa yang digunakan dalam percobaan (50 gr )
L = Panjang hasil koreksi pembacaan hidrometer (cm)
Cu = Koefisien keseragaman
Cc = Koefisien gradasi
100
Rcp8 = 15 mm + 2,5 mm – 4 mm
= 13,5 mm
Rcp9 = 12 mm + 2,5 mm – 4 mm
= 10,5 mm
Rcp10 = 9 mm + 2,5 mm - 4mm
= 7,5 mm
Rcp11 = 6 mm + 2,5 mm - 4mm
= 4,5 mm
Rcp12 = 4 mm + 2,5 mm - 4mm
= 2,5 mm
Rcp13 = 4 mm + 2,5 mm - 4mm
= 2,5 mm
Rcp14 = 3 mm + 2,5 mm - 4mm
= 1,5 mm
3. Menghitung berat volume tanah menggunakan persamaan
RCL1 = 35 mm + 1 mm
= 36 mm
RCL2 = 33 mm + 1 mm
= 34 mm
RCL3 = 30 mm + 1 mm
= 31 mm
RCL4 = 27 mm + 1 mm
= 28 mm
RCL5 = 24 mm + 1 mm
= 25 mm
RCL6 = 20 mm + 1 mm
= 21 mm
RCL7 = 17 mm + 1 mm
= 18 mm
RCL8 = 15 mm + 1 mm
= 16 mm
101
RCL9 = 12 mm + 1 mm
= 13 mm
RCL10 = 9 mm + 1 mm
= 10 mm
RCL11 = 6 mm + 1 mm
= 7 mm
RCL12 = 4 mm + 1 mm
= 5 mm
RCL13 = 4 mm + 1 mm
= 5 mm
RCL14 = 3 mm + 1 mm
= 4 mm
4. Mencari nilai persen lolos menggunakan persamaan
1,01093 × 33,5
Persen lolos1 (%) = ×100 = 67,73 %
50
1,01093 × 31,5
Persen lolos2 (%) = ×100 = 63,69 %
50
1,01093 × 28,5
Persen lolos3 (%) = ×100 = 57,62 %
50
1,01093 × 25,5
Persen lolos4 (%) = ×100 = 51,56 %
50
1,01093 × 22,5
Persen lolos5 (%) = ×100 = 45,49 %
50
1,01093 × 18,5
Persen lolos6 (%) = ×100 = 37,40 %
50
1,01093 × 15,5
Persen lolos7 (%) = ×100 = 31,34 %
50
1,01093 × 13,5
Persen lolos8 (%) = ×100 = 27,30 %
50
1,01093 × 10,5
Persen lolos9 (%) = ×100 = 21,23 %
50
1,01093 × 7,5
Persen lolos10 (%) = ×100 = 15,16 %
50
1,01093 × 4,5
Persen lolos11 (%) = ×100 = 9,10 %
50
102
1,01093 × 2,5
Persen lolos12 (%) = ×100 = 5,05 %
50
1,01093 × 2,5
Persen lolos13 (%) = ×100 = 5,05 %
50
1,01093 × 1,5
Persen lolos14 (%) = ×100 = 3,03 %
50
5. Mencari nilai persen lolos penyesuaian menggunakan persamaan
67,73 × 83,15
Persen lolos penyesuaian1 (%) = = 56,3
100
63,69 × 83,15
Persen lolos penyesuaian2 (%) = = 53,0
100
57,62 × 83,15
Persen lolos penyesuaian3 (%) = = 47,9
100
51,56 × 83,15
Persen lolos penyesuaian4 (%) = = 42,9
100
45,49 × 83,15
Persen lolos penyesuaian5 (%) = = 37,8
100
37,40 × 83,15
Persen lolos penyesuaian6 (%) = = 31,1
100
31,34 × 83,15
Persen lolos penyesuaian7 (%) = = 26,1
100
27,30 × 83,15
Persen lolos penyesuaian8 (%) = = 22,7
100
21,23 × 83,15
Persen lolos penyesuaian9 (%) = = 17,7
100
15,16 × 83,15
Persen lolos penyesuaian10 (%) = = 12,6
100
9,10 × 83,15
Persen lolos penyesuaian11 (%) = = 7,6
7,6
5,05 × 83,15
Persen lolos penyesuaian12 (%) = = 4,2
100
5,05 × 83,15
Persen lolos penyesuaian13 (%) = = 4,2
100
3,03 × 83,15
Persen lolos penyesuaian14 (%) = = 3,03
100
103
6. Mencari nilai diameter menggunakan persamaan
10,6
D1 = 0,0126 √
0,25
= 0,082
10,9
D2 = 0,0126 √
0,5
= 0,059
11,4
D3 = 0,0126 √
1
= 0,043
11,9
D4 = 0,0126 √
2
= 0,031
12,4
D5 = 0,0126 √
4
= 0,022
13
D6 = 0,0126 √
8
= 0,016
13,5
D7 = 0,0126 √
15
= 0,012
13,8
D8 = 0,0126 √
30
= 0,009
14,3
D9 = 0,0126 √
60
= 0,006
104
14,8
D10 = 0,0126 √
120
= 0,004
15,3
D11 = 0,0126 √
240
= 0,003
15,6
D12 = 0,0126 √
480
= 0,002
15,6
D13 = 0,0126 √
1440
= 0,001
15,8
D14 = 0,0126 √
2880
= 0,001
7. Mencari nilai koefisien keseragaman menggunakan persamaan
0,0833
Cu =
0,0039
= 21,35
8. Mencari nilai koefisien gradasi menggunakan persamaan
0,01562
Cc =
0,0039×0,0833
= 0,753
105
3.6.3. Data Hasil Perhitungan
3.6.4. Analisis
Hidrometer
80,00
70,00
Persen Lolos (%)
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
0,0000 0,0100 0,0200 0,0300 0,0400 0,0500 0,0600 0,0700 0,0800 0,0900
Diameter (mm)
Gambar 3.4. Grafik Diameter vs Persen Lolos
106
Gambar 3.5. Grafik Analisis Saringan dan Hidrometer
107
3.7. Pengujian Standar Proctor
3.7.2. Perhitungan
110
M4 = 130,48 – 62,26
= 68,22 gr
4. Kadar Air Tanah (ω)
Pada sampel 1
11,29
ω1 = × 100%
44,15
= 25,57 %
12,42
ω1 = × 100%
59,61
= 20,84 %
15,39
ω1 = × 100%
56,53
= 27,22 %
Pada sampel 2
11,19
ω2 = × 100%
37,02
= 30,23 %
15,31
ω2 = × 100%
50,69
= 30,20 %
15,49
ω2 = × 100%
50,94
= 30,41 %
Pada sampel 3
16,2
ω3 = × 100%
48,04
= 33,72%
20,51
ω3 = × 100%
60,12
= 34,12 %
23,28
ω3 = × 100%
68,22
= 34,12 %
111
5. Kadar Air Rata-rata
25,57 + 20,84 + 27,22
ω
̅1 =
3
= 24,54 %
30,23 + 30,20 + 30,41
ω
̅2 =
3
= 30,28 %
33,72 + 34,12 + 34,12
ω
̅3 =
3
= 33,99 %
6. Volume Silinder
V = 0,25 × 3,14 × 10,22 × 11,5
= 939,2211 cm3
= 0,0009392211 m3
7. Berat Volume Tanah Basah (Ɣwet)
1,723 × 0,0098
Ɣwet 1 =
0,0009392211
= 17,98 KN/m3
1,79 × 0,0098
Ɣwet 2 =
0,0009392211
= 18,68 KN/m3
1,67 × 0,0098
Ɣwet 3 =
0,0009392211
= 17,39 KN/m3
8. Berat Volume Tanah Kering (Ɣdry)
17,98
Ɣdry 1 =
1+ 0,245
= 14,44 kN/m3
18,68
Ɣdry 2 =
1+ 0,303
= 14,33 KN/m3
17,39
Ɣdry 3 =
1+ 0,340
= 12,98 KN/m3
112
9. Zero Air Void Line (ZAVL)
2,60 × 1000
ZAVL 1 = × 0,0098
1+ 2,60 × 0,245
= 15,57 KN/m3
2,60 × 1000
ZAVL 2 = × 0,0098
1+ 2,60 × 0,303
= 14,25 KN/m3
2,60 × 1000
ZAVL 3 = × 0,0098
1+ 2,60 × 0,340
= 13,52 KN/m3
113
3.7.4. Analisis
15,50
15,00
24,54; 14,44
14,50
14,00
13,50
13,00
12,50
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00
Kadar Air Rata-rata (%)
Gambar 3.6. Grafik Hubungan Berat Volume Kering dan Kadar Air
114
umumnya berkurang dengan bertambahnya kadar air. Setelah kadar air optimum
terlewati, terjadi penurunan kekuatan tanah yang besar. Maka dari itu, untuk
memperkecil pengaruh air terhadap kekuatan tanah maka tanah dipadatkan pada
kadar air yang mendekati optimum. Dalam hal ini, kadar air optimum pada
praktikum standard proctor ini, digunakan kadar air sebesar
24,54% dikarenakan apabila melebihi maka akan terjadi deformasi kekuatan tanah.
115
3.8.2. Perhitungan
M2 -M3
ω= × 100 % (3.38)
M3 -M1
A = 0,25 × 3,14 × (D × 0,3937)2 (3.39)
Beban
P= (3.40)
A
Beban pada grafik
CBR(0,1”) = × 100% (3.41)
3000 lb/in2
= 13,12198194 %
133,96-121,18
ω2 = × 100%
121,18-26,89
= 13,55392937 %
112,38-101,38
ω3 = ×100%
101,38-26,77
= 14,74333199 %
13,12198194 %+13,55392937 %+14,74333199 %
ω
̅ =
3
= 13,80641443 %
2. Menghitung luas cawan
Menggunakan persamaan
A = 0,25 × 3,14 × (15 × 0,3937)2
116
= 27,37693
3. Menghitung tekanan
Menggunakan persamaan
0
P0 =
27,37682025
= 0 lb/in2
89,50767756
P0,31 =
27,37693
= 3,269456383 lb/in2
115,301762
P0,62 =
27,37693
= 4,211639627 lb/in2
165,1262327
P1,25 =
27,37693
= 6,031583328 lb/in2
208,9982225
P1,87 =
27,37693
= 7,634100127 lb/in2
251,3269764
P2,5 =
27,37693
= 9,180246988 lb/in2
330,69339
P3,75 =
27,37693
= 12,07927235 lb/in2
401,6822377
P5 =
27,37693
= 14,67228948 lb/in2
542,3371596
P7,5 =
27,37693
= 19,81000666 lb/in2
673,9531288
P10 =
27,37693
= 24,61755705 lb/in2
117
809,9783432
P12,5 =
27,37693
= 29,58616442 lb/in2
118
Tabel 3.20. Data Hasil Perhitungan
Load Cell Tekanan
Penetrasi (mm)
(kg) (lb) (lb/in2)
0 0 0 0
0,31 40,6 89,5077 3,26946
0,62 52,3 115,302 4,21164
1,25 74,9 165,126 6,03158
1,87 94,8 208,998 7,6341
2,5 114 251,327 9,18025
3,75 150 330,693 12,0793
5 182,2 401,682 14,6723
7,5 246 542,337 19,81
10 305,7 673,953 24,6176
12,5 367,4 809,978 29,5862
Sumber: Data Hasil Perhitungan
3.8.4. Analisis
Pada praktikum modul ini, yaitu praktikan mencari nilai CBR tanah dengan
menggunakan alat digital CBR, yang ada di laboratorium. Nilai CBR yang
dicaridipengaruhi oleh kadar air yang terkandung, yang jika semakin tinggi, akan
semakin kecil kekuatan tanah yang diuji tersebut. Dari data perhitungan, praktikan
mencari; kadar air dalam persen, tekanan, serta nilai CBR 0,1” dan CBR 0,2”. Dan
hasil yang didapat adalah kadar air rata-rata bernilai 13,80641443 %. dan nilai CBR
0,1” sebesar 0,306008233% dan CBR 0,2” sebesar 0,326050877%. Dalam
mengevaluasi uji CBR,nilai CBR pada penetrasi 0,1” biasanya digunakan dalam
perancangan. Hal ini karenanilai CBR pada penetrasi tersebut, umumnya lebih besar
dari pada CBR penetrasi 0,2”, sehingga CBR umumnya berkurang bila penetrasi
bertambah. Jika nilai CBR pada penetrasi 0,2” lebih besar, maka pengujian diulang.
Namun, bila pada penetrasi 0,2” tersebut tetap diperoleh nilai CBR lebih besar,
maka nilai CBR inilah yang dipakai pada perancangan. Dalam praktikum kali ini
nilai CBR pada penetrasi 0.1’’ sebesar 0,306008233% berdasarkan ASTM D1183,
119
tanah dasar (subgrade) yang memiliki nilai kurang dari 3% termasuk ke dalam
kategori sangat buruk. Nilai CBR digunakan sebagai dasar perencanaan perkerasan
timbunan jalan, besarnya tergantung dari kelas jalan yang dikehendaki. Semakin
tinggi nilai CBR, menunjukan kondisi tanah dasar semakin baik. Jika tanah asli
mempunyai nilai CBR rendah, maka konstruksi jalan akancepat rusak. Karena hal
tersebut, tanah yang kami uji sangat tidak layak untuk dipakai pada konstruksi jalan.
3.9.2. Perhitungan
Rumus :
V
Q = (3.43)
t
QxL
K = x 60 (3.44)
(h2-h1) x (0,25 x 3,14 x d2)
Keterangan:
Q = Debit Air (Liter/s)
V = Volume Air (Liter)
t = Waktu (s)
K = Koefisien Permeabilitas (m/s)
L = Jarak Antar Lubang (m)
D = Diameter (m)
H = Tinggi Muka Air (m)
120
Perhitungan:
1. Menghitung nilai debit (Q) dapat menggunakan persamaan
a. Sampel 1
Q1 = 0,1 L
15,1 s
= 0,00662252 L/s
b. Sampel 2
Q2 = 0,1 L
14,14 s
= 0,00707213 L/s
c. Sampel 3
0,1 L
Q3 =
15,23 s
= 0.00656599 L/s
0,0066225 L/s + 0,00707213 L/s + 0,00656599 L/s
Qrata-rata = 3
= 0,00675355 L/s
2. Menghitung nilai koefisien permeabilitas (k) dapat menggunakan persamaan
a. Sampel 1
= 0,00662252 L/s x 0,074 m
K1 x 60
(0,566 m - 0,409 m) x (0,25 x 3,14 x (0,074 m2)
= 43,568559 m/s
b. Sampel 2
= 0,00707213 L/s x 0,074 m
K2 x 60
(0,566 m - 0,409 m) x (0,25 x 3,14 x (0,074 m2)
= 46,52651 m/s
c. Sampel 3
= 0,00656599 L/s x 0,074 m
K3 x 60
(0,566 m - 0,409 m) x (0,25 x 3,14 x (0,074 m2)
= 43,19669 m/s
43,568559 m/s + 46,52652 m/s + 43,19669
K rata-rata = m/s
3
= 44,43059 m/s
121
3.9.3. Data Hasil Perhitungan
3.9.4. Analisis
Pada praktikum kali ini didapatkan nilai debit dari hasil perhitungan Q1, Q2, dan Q3
berturut-turut sebesar 0,0066225 L/s; 0,00707213 L/s; dan 0.00656599 L/s. Dari
debit yang didapat tersebut dapat dicari nilai koefisien permeabilitas dari suatu
sampel tanah. Nilai koefisien permeabilitas untuk sampel tanah K 1, K2, dan K3
berturut- turut sebesar 43,568559 m/s; 46,52652 m/s; dan 43,19669 m/s. Untuk
koefisien permeabilitas rata-rata yang didapat dari hasil perhitungan sebesar 4,045
m/s. Berdasarkan ASTM D-2434 besar dan kecilnya nilai koefisien permeabilitas
tanah juga dipengaruhi oleh tekstur tanah, semakin halus tekstur tanah atau semakin
banyak kandungan tanah maka peresapan atau permeabilitas air tanah menjadi
lambat karena semakin halus tanah maka pori atau ruang kosong di dalam tanah
akan semakin kecil. Besar kecilnya permeabilitas tanah juga dipengaruhi oleh
struktur tanah, tanah dengan ruang pori yang kecil-kecil dan sedikit maka
permeabilitasnya juga akan menjadi lebih. Berdasarkan tabel koefisien
permeabilitas, tanah berjenis kerikil bersih berada di nilai koefisien permeabilitas
1,00 – 100 m/s. Dari hasil percobaan menunjukan bahwa sampel tanah dengan nilai
4,045 m/s termasuk ke dalam jenis tanah kerikil bersih.
122
3.10. Pengujian Sand Cone
3.10.2. Perhitungan
123
γd lapangan
Dr = γd laboratorium (3.51)
Keterangan:
ω = Kadar Air (%)
W3 = Berat Sand Cone Sebelum Pengujian di Lapangan (gram)
W4 = Berat Sand Cone Setelah Pengujian di Lapangan (gram)
W6 = Berat Pasir Pada Galian Tanah di Lapangan (gram)
W7 = Berat Cawan (gram)
W8 = Berat Cawan + Tanah Basah (gram)
W9 = Berat Cawan + Tanah Kering (gram)
Wwet = Berat Tanah Galian di Lapangan (gram)
Wdry = Berat Tanah Kering (gram)
Wc = Berat Pasir Yang Mengisi Kerucut (gram)
Wch = Berat Pasir Pada Galian Tanah (gram)
Vtg = Volume Tanah Galian (gram/cm3 )
γ pasir = Berat volume pasir (gram/cm3 )
γd lapangan = Berat Isi Kering Tanah di Lapangan (gram/cm3 )
Dr = Derajat Kepadatan Tanah di Lapangan
D = Diameter Piston (cm)
T = Tinggi Piston (cm)
Perhitungan
a. Mencari volume (V)
Untuk mencari nilai volume (V) dapat menggunakan persamaan
1
V = × 3,14 × 16,1 cm2 × 14,6 cm
4
= 2970,806 cm3
= 0,498 gram/cm3
124
c. Mencari kadar air (ω)
Untuk mencari nilai kadar air (ω) dapat menggunakan persamaan
89,01 gram − 81,12 gram
ω = × 100%
81,12 gram − 52,18 gram
7,89 gram
= × 100%
28,94 gram
= 27,26%
= 1323 gram
= 1,566 cm3
= 57,027%
125
3.10.3. Data Hasil Perhitungan
3.10.4. Analisis
126
3.11. Pengujian Dynamic Cone Penetrometer
3.11.2. Perhitungan
Rumus:
127
Perhitungan:
a. Menghitung DCP menggunakan persamaan
465 - 57
DCP(1) = 10 - 0
= 40,8 (mm/tumbukan)
692 - 465
DCP(2) = 20 - 10
= 22,7 (mm/tumbukan)
852 - 692
DCP(3) = 26 - 20
= 26,667 (mm/tumbukan)
b. Menghitung Log CBR (Konus 60°) menggunakan persamaan
Log CBR Konus 60°(1) = 2,8135 – 1,313 × log 40,8
= 0,699 (mm/tumbukan)
Log CBR Konus 60°(2) = 2,8135 – 1,313 × log 22,7
= 1,033 (mm/tumbukan)
Log CBR Konus 60°(3) = 2,8135 – 1,313 × log 26,667
= 0,941 (mm/tumbukan)
c. Menghitung CBR (Konus 60°) menggunakan persamaan
CBR Konus 60°(1) = 100,699
=5%
CBR Konus 60°(2) = 101,033
= 10,789 %
CBR Konus 60°(3) = 100,941
= 8,73 %
128
3.11.3. Data Hasil Perhitungan
3.11.4. Analisis
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Gambar 3.6. Hubungan Nilai Kumulatif dengan Kumulatif Penetrasi
129
Gambar 3.7. Hubungan Nilai DCP dengan CBR
Pada pengujian nilai California Bearing Ratio (CBR) dengan Dynamic Cone
Penetrometer (DCP) digunakan konus 60° dan didapatkan grafik hubungan nilai
kumulatif tumbukan dengan kumulatif penetrasi, pada grafik tersebut didapatkan
titik-titik koordinat yang menunjukan tiga lapisan tanah yang relatif seragam yaitu
pada kumulatif tumbukan 0-10, 10-20, dan 20-26. Berdasarkan perhitungan
didapatkan nilai DCPnya sebesar 40,8 (mm/tumbukan), 22,7 (mm/tumbukan), dan
26,667 (mm/tumbukan), sehingga berdasarkan grafik atau perhitungan persamaan
hubungan nilai DCP dengan CBR didapatkan nilai CBRnya sebesar 5%, 10,789%,
dan 8,73%. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dianalisis bahwa semakin kecil
nilai DCP yang didapatkan maka semakin besar nilai CBRnya sehingga daya
dukung tanah menjadi lebih besar dan dapat mengurangi penurunan pada tanah
apabila diberi beban tertentu. Berdasarkan ASTM D 6951-03 nilai CBR yang baik
adalah lebih besar dari 12%. Dapat disimpulkan nilai CBR yang didapatkan dapat
dikategorikan kurang baik sehingga diperlukan pemadatan untuk mendapatkan nilai
CBR yang lebih besar.
130
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari rangkaian praktikum kali ini ialah sebagai berikut:
1. Kesimpulan yang dapat diambil dari pengujian pemeriksaan berat volume
tanah yaitu, berat volume tanah yang didapatkan yaitu sebesar 2,45 gr/cm 3,
2,43 gr/cm3, dan 2,44 gr/cm3. Berat volume tanah tidak memenuhi standar
ASTM D-4253 yaitu sebesar 1,6 gr/cm3.
2. Kesimpulan yang dapat diambil dari pengujian pemeriksaan kadar air tanah
yaitu, kadar air masing-masing sampel tanah sebesar 16,52%, 16,61%, dan
16,69%. Kadar air tanah rata – rata sebesar 16,61%. Sampel tanah kurang
baik untuk menopang suatu bangunan karena kadar airnya melebihi standar
ASTM C 566 – 97 yakni sebesar 5%.
3. Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan nilai berat jenis (specific
gravity) dari sampel tanah yang diuji adalah 2,608 gram/cm3 dan 2,603
gram/cm3. Dapat disimpulkan bahwa berat jenis tanah sampel memenuhi
kriteria berat jenis tanah yaitu tanah lempung organik, yakni memiliki nilai
specific gravity yang berkisar antara 2,58-2,65 gram/cm3.
4. Pada praktikum kali ini, didapatkan nilai batas plastis rata-rata (PL) sebesar
42,79%, nilai batas cair (LL) pada ketukan ke-25 sebesar 59,65%, dan nilai
indeks plastisitas (PI) sebesar 16,86%. Menurut ASTM D4318, sampel tanah
yang diuji memiliki sifat plastisitas rendah, merupakan tanah lanau, dan
merupakan tanah kohesi sebagian karena memiliki indeks plastisitas (PI) < 7.
Menurut ASTM D2487, sampel tanah yang diuji merupakan jenis tanah lanau
inorganik dengan kompresibilitas sedang dan lanau organik. karena jika
dilihat dari grafik indeks plastisitas, tanah sampel yang diuji berada di daerah
ML atau OL.
5. Kesimpulan yang dapat diambil dari pengujian analisis saringan adalah,
persen lolos pada saringan nomor 4, saringan nomor 10, saringan nomor 20,
saringan nomor 40, saringan nomor 60, saringan nomor 100, dan saringan
nomor 200 berturut-turut sebesar 100 %, 96,612%, 94,856%, 92,476%,
131
90,778%, 87,256%, 83,146%, dan pan sebesar 0%. Nilai Cu dan Cc berturut-
turut yaitu sebesar 21,36 dan 0,753. Nilai Cu memenuhi kriteria tanah
bergradasi baik yaitu Cu ≥ 6, namun nilai Cc tidak memenuhi kriteria tanah
bergradasi baik yaitu 1 ≤ Cc ≤ 3.
6. Dari praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil nilai koefisien
keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc) masing-masing sebesar 21,35
dan 0,753. Menurut USCS tanah bergradasi baik apabila nilai koefisien
keseragaman (cu) > 6 dan koefisien gradasi (cc) memiliki rentang nilai 1 < cc
< 3. Ini menunjukkan bahwa sampel tanah memiliki gradasi yang baik karena
nilai koefisien keseragamannya bernilai lebih dari 6 (Cu > 6), sedangkan nilai
(Cc) yaitu 0,753 menunjukkan bahwa sampel tanah memiliki gradasi yang
buruk karena rentan nilai Cc tidak berada diantara rentan nilai 1 < Cc < 3.
7. Berdasarkan perhitungan yang telah didapat hasil nilai ketiga sampel tanah
yang digunakan kali ini tidak memenuhi dikarenakan hasil perhitungan
menunjukkan bahwa kurva berat volume dan kadar air melebihi kurva zero
air void line. Sehingga tanah memiliki kondisi yang lembab atau memiliki
sifat tanah lempung untuk digunakan sebagai bahan konstruksi yang
berdampak pada kepadatan tanah itu sendiri dan juga kemampuan tanah
dalam menopang konstruksi.
8. Adapun kesimpulan pada percobaan pengujian California Bearing Ratio
(CBR Laboratorium) dapat disimpulkan bahwa nilai kadar air rata-rata yaitu
sebesar 15,826%. Kemudian nilai CBR pada penetrasi (0,1”) yang diperoleh
sebesar 0,306008233% dan nilai CBR pada penetrasi (0,2”) diperoleh sebesar
0,326050877%. Dari hasil tersebut menurut ASTM D1138 dapat disimpulkan
bahwa tanah yang diuji termasuk dalam tanah yang berkategori sangat buruk.
9. Berdasarkan praktikum pengujian permeabilitas constant head diperoleh nilai
debit rata-rata sebesar 0,00675355 cm3/s dan keofisien permeabilitas sebesar
0,0123418 cm/s. Dari nilai koefisien permeabilitas tersebut tanah sampel
merupakan jenis pasir kasar dan tanah tidak baik digunakan untuk pekerjaan
konstruksi dikarenakan pengaruh air terhadap perubahan volume tanah,
menyebabkan berkurangnya daya dukung tanah dan kuat geser tanah.
132
10. Pada praktikum pengujian sand cone didapatkan hasil perhitungan pada
percobaan kali ini didapatkan nilai kadar air tanah di lapangan sebesar
27,26%, berat tanah kering galian sebesar 1323 gram, volume tanah galian
sebesar 1,566 cm3, berat volume kering tanah (γdry) lapangan sebesar 0,844
gram/cm3, dan nilai drajat kepadatan tanah sebesar 57,027%. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sampel tanah yang diuji berada dalam
keadaan sedang. Ketentuan kepadatan tanah (DR) yang disyaratkan menurut
ASTM D-1556 yaitu minimal 80%.
11. Pada praktikum Pemeriksaan Nilai CBR Tanah di Lapangan Dengan DCP
(Dynamic Cone Penetrometer) dapat disimpulkan bahwa hubungan nilai
CBR dengan DCP berbanding terbalik yang artinya semakin kecil nilai
DCPnya maka akan semakin besar nilai CBRnya. Pada praktikum modul ini
juga didapatkan nilai CBR pada tanah yang diuji sebesar 5%, 10,789%, dan
8,73%. Berdasarkan ASTM D 6951-03 nilai CBR yang baik adalah lebih
besar dari 12%. Dapat disimpulkan nilai CBR yang didapatkan kurang baik
sehingga untuk mendapatkan nilai CBR yang lebih besar yang dapat
digunakan sebagai subgrade diperlukan pemadatan pada tanah hingga
mencapai CBR lebih dari 12%.
4.2. Saran
Wang, P., Molimard, J., Drapier, S., Vautrin, A., & Minni, a. J. (2011).
Monitoring the Resin Infusion Manufacturing Processes Under Industrial
Environment Using Distributed Sensors, Journal of Composite Materials
46(6) 691-706.
Franco, C. A., & Lee, K. W. (n.d.). An Improved California Bearing Ratio Test
Procedure.
International, A., & indexed by mero, files. (n.d.-a). Specific Gravity of Soil
Solids by Water Pycnometer 1.
International, A., & indexed by mero, files. (n.d.-b). Standard Test Method for
Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock by Mass
1.
International, A., & indexed by mero, files. (n.d.-c). Standard Test Methods for
Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils 1.
Standar Nasional Indonesia Cara uji analisis ukuran butir tanah. (n.d.).
134
Standard Practice for Classification of Soils for Engineering Purposes (Unified
Soil Classification System) 1. (n.d.). www.astm.org,
135