Anda di halaman 1dari 11

Perbaikan UAS Teknologi Bahan Kontruksi

Soal :
1. Jelaskan tentang dasar pemilihan suatu jenis bahan konstruksi dalam pekerjaan
ketekniksipilan . dan mengapa ilmu bahan kontruksi akan tetap terus berkembang ?
2. Apa yang dimaksud dengan Kelas atau Grade pada suatu bahan kontruksi ? dan
faktor apa sajakah yang menentukannya ?
3. Apa yang dimaksud dengan material bersifat higroskopik dan material anisotropis ?
berikan salah satu contoh materialnya ?
4. Buatlah analisis jenis bahan kontruksi apa yang akan dipakai dalam sebuah
bangunan teknik sipil yang lengkap dari stuktur bawah sampai dengan struktur atas
? a. Gedung Bertingkat b. Jembatan Baja c. Jalan Raya d. Bendungan

Jawab :

1. Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang
teknik sipil umumnya. sifat tersebut adalah:
a. Sifat mekanik
b. Sifat fisik
c. Sifat teknologi
Dibawah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang sifat-sifat material tersebut

a. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari
pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon
atau perilaku material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi
atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya pembebanan pada material terbagi dua
yaitu beban statik dan beban dinamik. Perbedaan antara keduanya hanya pada fungsi
waktu dimana beban statik tidak dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban
dinamik dipengaruhi oleh fungsi waktu.

Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian mekanik.


Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test), dari pengujian
tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari material
tersebut.

Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen. Spesimen
pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis, komposisi dan
perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada material uji yang
memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin, kualitas atau jumlah cacat
pada material dan ketelitian dalam membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi
antara lain: kekuatan tarik, ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan
aus, kekuatan impak, kekuatan mulur, kekeuatan leleh dan sebagainya.
Sifar-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:

 Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan luas.
 Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas.
 Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
 Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau kemampuan
material untuk menahan deformasi.
 Kekuatan luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk mendeformasi
plastis.
 Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran mula.
 Keuletan yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
 Ketangguhan yaitu besar energi yang diperlukan sampai terjadi perpatahan.
 Kekerasan yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis lokal akibat
penetrasi pada permukaan.

b. Sifat Fisik

Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat fisik adalah
kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti
pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada
struktur material. Sifat fisik material antara lain : temperatur cair, konduktivitas panas
dan panas spesifik.

Struktur material sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik. Sifat mekanik dapat
diatur dengan serangkaian proses perlakukan fisik. Dengan adanya perlakuan fisik akan
membawa penyempurnaan dan pengembangan material bahkan penemuan material
baru.

c. Sifat Teknologi

Selanjutnya sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat teknologi
yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk dengan kekuatan tinggi
dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya dengan pengerolan atau
penempaan. Produk dengan bentuk yang rumit dapat dibuat dengan proses pengecoran.
Sifat-sifat teknologi diantaranya sifat mampu las, sifat mampu cor, sifat mampu mesin
dan sifat mampu bentuk. Sifat material terdiri dari sifat mekanik yang merupakan sifat
material terhadap pengaruh yang berasal dari luar serta sifat-sifat fisik yang ditentukan
oleh komposisi yang dikandung oleh material itu sendiri.

d. Kekerasan

Kekerasan adalah ukuran ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis lokal.
Nilai kekerasan tersebut dihitung hanya pada tempat dilakukannya pengujian tersebut
(lokal), sedangkan pada tempat lain bisa jadi kekerasan suatu material berbeda dengan
tempat yang lainnya. Tetapi nilai kekerasan suatu material adalah homogen dan belum
diperlakupanaskan secara teoritik akan sama untuk tiap-tiap titik.

 Metoda Pengujian Kekerasan

Pengujian kekerasan sering sekali dilakukan karena mengetahui kekerasan suatu


material maka (secara umum) juga dapat diketahui beberapa sifat mekanik lainnya,
seperti kekuatan. Pada pengujian kekerasan dengan metoda penekanan, penekan
kecil (identor) ditekankan pada permukaan bahan yang akan diuji dengan penekanan
tertentu. Kedalaman atau hasil penekanan merupakan fungsi dari nilai kekerasan,
makin lunak suatu bahan makin luas dan makin dalam akibat penekanan tersebut,
dan makin rendah nilai kekerasannya.

 Uji Tarik

Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan
suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik benda
uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinu, bersamaan
dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjang yang dialami benda uji
dengan extensometer,

Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang
membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara
membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu.
Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan
perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban – perpanjangan akan
mempunyai bentuk yang sama seperti pada gambar 2.4. Kedua kurva sering
dipergunakan.

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan,
temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-
parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam
adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan
pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan yang
kedua menyatakan keuletan bahan.
 Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strenght), adalah
nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada
kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan
kekuatan material. Untuk logam ulet, kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
beban lmaksimum, diman logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang
sangat terbatas. Pada tegangan yang lebih komplek, kaitan nilai tersebut dengan
kekuatan logam, kecil sekali kegunaannya. Kecenderungan yang banyak ditemui
adalah, mendasarkan rancangan statis logam ulet pada kekuatan luluhnya. Tetapi
karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan
bahan, maka metode ini lebih banyak dipakai. Kekuatan tarik adalah besarnya beban
maksimum dibagi dengan luas penampang lintang awal benda uji.

su = P maks / Ao …………… 2.3

Korelasi emperis yang diperluas antar kekuatan tarik dengan sifat mekanik lainnya
seperti kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Hubungan tersebut hanya
terbatas pada hasil penelitian beberapa jenis material.

2. Pengertian dari kelas (grade) pada suatu bahan kontruksi adalah kategori yang dipakai
untuk membedakan antara suatu bahan konstruksi yang mempunyai fungsi sama, namun
memiliki karakteristik teknis yang berbeda. Misalnya : Klasifikasi Kayu berdasarkan kelas
keawetan dan kekuatan:

a. Kelas 1 dan 2 : Untuk bangunan-bangunan heavyduty, yang selalu berhubungan


dengan tanah yang lembab, angin atau panas matahari. Kayu yang termasuk jenis
antara lain : Jati, Merbau, bangkirai (Meranti Telur)
b. Kelas 3 : Untuk bangunan dan perabot dalam naungan atap yang tidak berhubungan
dengan tanah dan lembab. Antara lain :Kamfer, Keruing.
c. Kelas 4 : Untuk bangunan dan perabot ringan dalam naungan atap. Misal: Meranti,
Suren (Surian)
d. Kelas 5 : Untuk pekerjaan sementara / non permanent, seperti untuk papan
bekisting, perancah ataupun peti.

Faktor yang penentu kelas (grade) :

 Kekuatan suatu bahan terhadap tekanan.


 Keawetan suatu bahan sehingga dapat bertahan lama.
 Ketahanan suatu bahan terhadap cuaca, serangga, bahan kimia dan sebagainya.
 Pengerjaan suatu bahan misalnya diperlukan keahlian khusus untuk pengerjaan
atau dilakukan dengan pimpinan tenaga ahli.
 Tekstur suatu bahan harus memenuhi persyaratan grade yang sudah ditentukan.
3. a. Material bersifat Higroskopik adalah kemampuan bahan untuk melepas dan mengikat
kandungan air dari udara sesuai suhu dan kelembaban udara di sekitarnya. Bila udara
basah (kelembaban tinggi) maka kadar air kayu akan meningkat. Bila udara kering
(kelembaban rendah) maka kadar air suatu bahan akan berkurang. Kadar air pada titik
kesetimbangan disebut kadar air kesetimbangan. Kadar air kesetimbangan merupakan
keadaan dimana bahan bangunan tidak mengalami perubahan.

b. Material bersifat Anisotropis adalah terlihat sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut
tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial). Terdapat perbedaan besar
penyusutan pada ketiga arah kayu:
Arah tangensial, memiliki penyusutan paling besar, yaitu maksimal 10%
Arah radial, memiliki penyusutan sebesar maksimal 5%
Arah longitudinal, maksimal 0,3 %

4. a. Gedung Bertingkat :
 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah yaitu melaksanakan pekerjaan dari rencana proyek yang sedang
dilaksanakan di area lahan/tanah, pekerjaan tanah meliputi :
1.) galian tanah pondasi, pada galian pondasi untuk bangunan bertingkat/gedung
tinggi yaitu dengan galian yang dalam.
2.) urugan pasir.
3.) urugan tanah, yaitu mengurug tanah kembali setelah pasangan pondasi selesai
dipasang.

 Pekerjaan pondasi

Bagian yang paling mendasar dari suatu bangunan yakni pondasi. Dalam ilmu
bangunan dan realita pekerjaan bangunan memiliki jenis-jenis pondasi yang harus
disesuaikan dengan bangunan yang akan dibuat. Jenis-jenis pondasi antara lain :
1. pondasi dangkal : pasangan batu kali, pondasi ceker ayam, pondasi umpak ,
pondasi batu bata
2. Pondasi dalam : pondasi tiang pancang ( driven pile ) , pondasi tiang franki (
franki pile ), pondasi tiang injeksi ( injection pile ), pondasi tiang bor ( bored
pile )
Sebelum menentukan pondasi mana yang akan diaplikasikan pada proyek
tersebut, sebelumnya telah diteliti keadaan tanah di lapangan. Mengenai tekstur
tanah dan daya dukung tanah terhadap bangunan tinggi yang akan dibangun.
Namun pada umumnya, penggunaan pondasi untuk bangunan atau gedung
dengan lebih dari 3 lantai maka digunakan pondasi tiang pancang. Pada artikel
ini membahas pembangunan gedung bertingkat seperti pada gambar di atas atau
awal tepatnya 20 lantai. Lebih tepatnya menggunakan tiang pancang. Pondasi
tiang pancang sama dengan pondasi bored pile, namun kekuatannya lebih besar
pondasi tiang pancang yang pada umumya digunakan untuk pondasi bangunan
apartement, kondominium, rent office dan sebagainya.
Karena pada proyek gedung bertingkat ini menggunakan pondasi tiang pancang
maka untuk galian tanah menggunakan alat-alat berat.

 Pekerjaan Beton Bertulang

Sangat difokuskan pada pekerjaan beton bertulang, dalam proyek gedung


bertingkat dengan 20 lantai. Mulai dari pondasi tiang pancang, tiang pancangnya
yang sudah terbuat dari beton bertulang maka dengan itu membuat konstruksi
pondasi sangat kokoh, selanjutnya untuk kolom dan balok-balok pada konstrusi
bagian atas pondasi.
Pekerjaan beton bertulang meliputi : 1.) pembesian, pengerjaan disesuaikan
dengan apa yang ada pada gambar
rencana. Pada proyek gedung
bertingkat menggunakan baja sebagai
kerangka.
2.) bekisting, yakni percetakan balok.
3.) betonisasi, pada tahap ini tiap cetakan
kolom dan balok diisi adonan beton
dengan berbagi ketentuan yang
memenuhi standar.

 Pekerjaan dinding

Gedung pencakar langit pada saat-saat ini menggunakan dinding kaca, namun
dinding seperti batu-batu diganti dengan beton tumbuk ringan, beton tumbuk ringan
ini lebih efisien memiliki kualitas yang cukup baik dan beratnya yang ringan
memudahkan pengangkutan material.
jenis-jenis kaca yang sering digunakan dalam proyek gedung bertingkat :
 Kaca bening
 Kaca warna
 Kaca es
 Kaca reflektif
 Kaca tempered
 Kaca laminated

Pada umunya penggunaan kaca untuk dinding eksterior gedung bertingkat yaitu
dengan menggunakan kaca reflektif karena lapisan kaca refletif ini bersifat
memantulkan cahaya dan panas, serta mampu memberikan penampilan yang
mewah, sekaligus menurunkan beban energi pengkodisian udara. Aplikasi kaca
untuk dinding gedung bertingkat memiliki keuntungan sendiri, selain memberi
kesan megah dan mewah pada penampilan juga dapat menghemat energi karena
kaca refleksi dapat memantulkan sekitar 30 % cahaya matahari, sehingga suhu panas
di dalam ruangan berkurang dan dapat meringankan kerja AC. Ketebalan kaca
refleksi yang akan digunakan sebagai dinding gedung haruslah sesuai standar
kebutuhan untuk keperluan dinding.
 Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela

Untuk pekerjaan ini, sebuah proyek gedung tidaklah menggunakan kusen, pintu dan
jendela yang digunakan untuk rumah pada umumnya. Pintu pada gedung bertingkat
biasanya menggunakan kaca bening tebal sesuai kegunaanya, dan pintu alumunium.
Kusen pintu dan kusen jendela juga tidak terbuat dengan kayu seperti pada bangunan
rumah biasa. Jendela dibuat dan ditempatkan dengan menentukan letak fungsi dan
memperhatikan keadaan pemandangan.
 Pekerjaan tangga

Penggunaan tangga pada bangunan bertingkat sangatlah vital, sebagai penghubung


lantai 1 dengan lantai 2 , lantai 2 dengan lantai 3 dan seterusnya. Tangga menurut
bahannya dibedakan menjadi 2, yaitu tangga beton dan tangga kayu. Pada proyek
gedung bertingkat tangga beton sangatlah cocok dengan keadaan gedung yang besar
dan tinggi dan muatan orang yang banyak. Lebar tangga ditentukan berdasarkan
muatan lebar badan orang yang melintas, 80 cm untuk 1 orang , 120 cm untuk 2
orang. Pada konstruksi tangga ada istilah optrade dan antrade, yakni langkah lebar
dan langkah atas. Berikut dalah rumus tangga : 1 aantrade + 2 optrade = 56-60 cm.
Macam-macam bentuk-bentuk tangga yakni antara lain : Tangga bordes 2 lengan,
tangga bordes 3 lengan, tangga 2 perempatan, tangga dengan permulaan perempatan
dan tangga dengan penghabisan perempatan.
 Pekerjaan atap

Untuk sebuah gedung bertingkat dengan 20 lantai, tidaklah dengan atap-atap seperti
biasanya yakni genting, sirap, asbes, maupun seng. Demi memberi kesan megah,
kaca juga dapat dijadikan untuk atap. Kaca yang sebaiknya digunakan memiliki
ketebalan minimal 12 mm, misalnya dengan menggunakan jenis kaca tempered atau
laminated.
Dari tahap pekerjaan pada proyek gedung bertingkat secara inti, bangunan sudah
mencapai tahap penyelesaian. Namun dalam sebuah gedung bertingkat tidaklah
hanya bagian-bagian pekerjaan manual itu saja, terdapat unsur-unsur pendukung
seperti fasilitas untuk mempermudah penjangkauan dengan banyak lantai
bertingkat, maka digunakanlah lift, bisa saja dengan eskalator dan unsur pendukung
lainnya.
Setelah unsur pendukung daripada bagian bangunan gedung telah terpenuhi
selanjutnya yakni proses finishing yaitu melengkapi tiap bagian-bagian ruangan
gedung dengan sket guna membagi ruang sesuai dengan fungsinya. Bahan-bahan
finishing dipilih agar sesuai dengan suasana dan keadaan gedung yang dibangun.
b. Jembatan Baja
Struktur pada Jembatan
Jika dilihat dari tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
diantaranya adalah :
 Jembatan Plat (slab bridge) : Elemen struktur horizontal yang berfungsi untuk
menyalurkan beban mati ataupun beban hidup menuju rangka pendukung vertical
dari suatu sistem struktur.
 Jembatan Plat Berongga (voided slab bridge) : plat beton prategang yang biasa
digunakan untuk bentangan yang lebih panjang pada jembatan.
 Jembatan Gelagar (girder bridge) : terdiri dari I girder, box girder dan U/V Girder.
 Jembatan Rangka (truss bridge) : menyusun tiang-tiang jembatan yang berupa
rangka membentuk segitig. Setiap sturktur truss yang terhubung harus ditekankan
terhadap beban statis dan beban dinamis yang diterima oleh jembatan.
 Jembatan Pelengkung (Arch Bridge) : Sebuah jembatan yang terdapat struktur
berbentuk setengah lingkaran dengan abutmen pada kedua sisinya.
 Jembatan Gantung (Suspension Bridge) : Berfungsi sebagai pemikul langsung beban
lalu lintas yang melewati jembatan tersebut. Seluruh beban yang lewat di atasnya
ditahan oleh sepasang kabel penahan yang bertumpu di atas 2 pasang menara dan 2
pasang blok angkur.
 Jembatan Kabel ( Cable Stayed Bridge) : menggunakan kable baja yang kuat dan
kokoh untuk menahan setiap beban yang melewati jembatan.
 Jembatan Cantilever (Cantilever Bridge) : Pada system ini balok jembatan dicor
(cast insitu) atau dipasang (precast), segmen demi segmen sebagai kantilever di
kedua sisi agar saling mengimbangi (balance) atau satu sisi dengan pengimbang
balok beton yang sudah dilaksanakan lebih dahulu.
Komponen yang Digunakan pada Jembatan

 Bearing : Bantalan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan pada benda yang
bergerak secara linear ataupun rotasi.
 Expansion Joint : Komponen ini merupakan sambungan yang bersifat flexible
sehingga saluran yang disambungkan memiliki toleransi untuk bergerak.
 Span : Bentangan yang berada antara dua intermediate pendukung, material yang
digunakan untuk pembuatan span sangat beragam seperti beton, baja, kayu, dan
lainnya tergantung dari jenis beban yang diterima jembatan.

Struktur Atas Jembatan (Super Structures)


 Trotoar
Jalur untuk pejalan kaki yang biasanya dibuat lebih tinggi tapi tetap sejajar
dengan jalan utama, tujuannya agar pejalan kaki lebih aman dan bisa dilihat jelas
oleh pengendara yang melintas.\
 Girder
Bagian pada struktur atas yang berfungsi untuk menyalurkan beban kendaraan
pada bagian atas ke bagian bawah atau abutment.
 Balok Diafgrama
Bagian penyangga dari gelagar-gelagar jembatan yang memanjang dan hanya
berfungsi sebagai balok penyangga biasa bukan sebagai pemikul beban plat
lantai.

Struktur Bawah Jembatan (Sub Structures)

 Abutment
Bagian bawah jembatan yang berada pada kedua ujung pilar-pilar jembatan,
fungsi dari abutment yaitu untuk menahan seluruh beban hidup (angin, hujan,
kendaraan, dll) dan beban mati ( beban gelagar, dll) pada jembatan.

Abutment terdiri dari beberapa bagian yaitu :


 Dinding belakang (back wall)
 Dinding penahan (breast wall)
 Dinding sayap (wing wall)
 Plat injak (approach slab)
 Konsol pendek untuk jacking ( corbel)
 Tumpuan bearing
 Pilar Jembatan
 Pondasi inti yang berada di bagian tengah jembatan, fungsinya sebagai
penahan jembatan dan menyalurkan beban ke tanah.
 Pier Head

Fungsinya untuk mengikat pile yang berperan sebagai pondasi bawah.


Konstruksi jembatan yang sudah selesai dibangun harus melewati tahap
pengujian beban atau load test, tujuannya untuk mengetahui tingkat
maksimum beban yang bisa diterima oleh jembatan. Selain itu, jembatan
juga harus dipantau dengan structural health monitoring system (SHMS)
agar ketika terjadi keretakan ataupun pergeseran bisa langsung diketahui.

c. Jalan Raya

Anda mungkin juga menyukai