Anda di halaman 1dari 29

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

BAB 4
PEMERIKSAAN CAMPURAN BETON SEGAR

4.1 PENDAHULUAN
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa
material. Bahan utama beton terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,
agregat kasar, air, dan atau tanpa bahan tambahan dengan perbandingan tertentu.
Beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari masing-
masing material pembentuk (Tjokrodimulyo, 2007).
Pemeriksaan campuran beton terdiri dari proses pembuatan dan perawatan
beton, slump test, percobaan berat isi beton segar, dan percobaan kuat tekan beton
keras. Proses perhitungan segera dilakukan, setelah mendapat data yang sesuai
dengan ketentuan akan dilakukan proses pembuatan beton dengan bahan-bahan
yang telah dihitung. Beton akan terbentuk setelah melakukan proses pencampuran
bahan-bahan, kemudian dilakukan proses perawatan beton (curing). Perawatan
beton (curing) dilakukan saat beton sudah mulai mengeras yang bertujuan untuk
menjaga agar beton tidak cepat kehilangan air dan sebagai tindakan menjaga
kelembapan/ suhu beton sehingga beton dapat mencapai mutu beton yang
diinginkan.
Pelaksanaan perawatan beton dilakukan setelah beton mengalami atau
memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah
bekisting beton dilakukan pembongkaran dengan durasi tertentu yang dimaksudkan
untuk memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa
kimia yang terkandung dalam campuran beton. Proses curing pada beton memiliki
peran penting pada pengembangan kekuatan dan daya tahan beton. Proses curing
ini meliputi pemeliharaan kelembapan dan kondisi suhu, baik dalam beton maupun
di permukaan beton dalam periode waktu tertentu (Hilongeotextile, 2016).

150
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.2 PEMBUATAN DAN PERAWATAN BETON


4.2.1 Maksud
Pembuatan benda uji beton dilakukan untuk mendapatkan campuran beton
yang homogen sesuai perencanaan, sedangkan perawatan benda uji beton bertujuan
agar tidak terjadi susut yang ekstrem pada beton selama fase hardening.

4.2.2 Landasan Teori


SNI 2493:2011 menjelaskan bahwa pencampuran beton dapat
menggunakan manual dan mesin. Cara pencampuran manual adalah pencampuran
yang menggunakan tenaga manusia dengan alat seperti sekop atau sendok semen.
Cara pencampuran menggunakan mesin adalah pencampuran yang menggunakan
mesin seperti concrete mixer. Pencampuran beton sangat disarankan menggunakan
alat concrete mixer karena dengan mesin tersebut akan dihasilkan campuran yang
homogen serta kualitas campuran beton yang lebih baik.
SNI 2493:2011 menjelaskan bahwa perawatan (curing) pada beton
dilakukan segera setelah proses percetakan selesai hingga pengujian kuat tekan.
Beton harus dirawat dalam keadaan basah jenuh air, yang berarti beton secara
keselurahan terendam dalam air. Kegunaan air dalam perawatan (curing) adalah
untuk mencegah kekurangan air dalam proses hidrasi semen yang nantinya akan
berpengaruh pada struktur beton (Kementrian Pekerjaan Umum, 2011).
SNI 2493:2011 menjelaskan bahwa penempatan beton ke dalam cetakan
menggunakan sekop beton tumpul, cetakan berupa kubus, dan silinder. Pemadatan
dilakukan segera setelah beton dituang untuk mengeluarkan setiap udara yang
terperangkap. Metode pemadatan meliputi penumbukan dan penggetaran.
Penumbukan beton dilakukan menggunakan tongkat penumbuk, dengan cara
menumbuk beton sesuai lapisan dan cetakan beton. Penggetaran menggunakan
meja getar dan concrete vibrator.

151
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan beton adalah
sebagai berikut.
1. Concrete mixer
2. Sekop
3. Sendok semen
4. Talam persegi
5. Ember
6. Gelas ukur
7. Cetakan kubus 15 × 15 × 15 cm dan silinder Ø 15 × 30 cm

4.2.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan dalam pembuatan dan perawatan beton adalah
sebagai berikut.
1. Membersihkan bagian dalam concrete mixer.
2. Menghubungkan dengan aliran listrik lalu menghidupkan concrete mixer.
3. Memasukkan agregat kasar, agregat halus, dan semen yang telah ditimbang
sesuai dengan perencanaan, lalu memasukkan air sedikit demi sedikit.
4. Melakukan terus penambahan air sampai jumlah yang direncanakan sambil
terus memutar.
5. Setelah memperoleh campuran yang homogen, lalu membuka pengunci tuas
pengungkit dan menggulingkan corong concrete mixer, sehingga campuran
beton yang ada di dalam corong concrete mixer tumpah ke dalam talam, dan
adukan siap digunakan.
6. Membersihkan bagian dalam concrete mixer menggunakan air untuk
mencegah pengerasan beton, setelah concrete mixer kosong.
7. Melanjutkan dengan slump test dan percobaan kadar udara beton segar (melihat
bagian percobaan selanjutnya).
8. Memasukkan beton ke dalam cetakan 3 tahap lapisan, menumbuk masing-
masing lapisan dengan tongkat penumbuk sebanyak 25 kali dan menembus

152
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

lapisan di bawahnya sedalam 25 mm. Mengetok bagian luar cetakan dengan


palu karet sebanyak 10 sampai dengan 15 kali, setelah menumbuk setiap
lapisan dengan batang pemadat. Jika nilai slump kurang dari 75 mm maka dapat
diperhitungkan menggunakan penggetar.
9. Jika menggunakan penggetar, menghentikan penggetaran ketika beton sudah
tidak mengalami penurunan, tidak ada gelembung udara yang keluar dan atau
bleeding.
10. Meratakan permukaan benda uji dengan sendok semen. Melakukan pencetakan
selagi beton masih dalam fase plastis.
11. Melanjutkan dengan percobaan bobot isi beton (melihat bagian percobaan
selanjutnya).
12. Membuka cetakan setelah beton berumur 24 ± 8 jam.
13. Melakukan perawatan benda uji dengan perendaman di dalam air. Perlu
memperhatikan bahwa benda uji harus diletakkan pada lingkungan bebas
getaran.
14. Prosedur perawatan yang dilakukan pada percobaan pembuatan beton adalah
sebagai berikut.
1) Melumasi gigi-gigi penggerak dengan stempet.
2) Melindungi motor penggerak dari air.
3) Membersihkan bagian dalam concrete mixer dari sisa-sisa adukan beton.
4) Tidak mencuci cetakan beton dengan air, menghilangkan sisa beton saat
mengeras dengan cara mengupas.

153
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.2.5 Kesimpulan
Percobaan pembuatan beton menggunakan 4 sampel beton yang dibuat, 2
beton silinder (normal dan admixture) dan 2 beton kubus (normal dan admixture).
Metode penggadukannya menggunakan mesin concrete mixer. Pemadatan beton
segar dilakukan menggunakan batang pemadat. Perawatan beton dilakukan segera
saat beton mengalami fase hardening, perawatan dilakukan dengan cara merendam
beton dengan air selama waktu yang ditentukan demi memastikan reaksi hidrasi
dapat berlangsung secara maksimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat
tercapai, dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton pada
fase hardening.

154
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.3 SLUMP TEST


4.3.1 Maksud
Slump test dilakukan untuk mengukur nilai slump adukan beton segar
sehingga dapat diketahui kemudahan untuk mengerjakannya (workability).

4.3.2 Landasan Teori


Uji slump merupakan suatu uji empiris atau metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi atau kekakuan dari campuran beton segar (fresh concrete).
Uji slump dapat menunjukkan kekurangan, kelebihan, atau kecukupan air yang
digunakan dalam pembuatan beton. SNI 1972:2008 menjelaskan bahwa pengujian
slump merupakan suatu teknik untuk mengetahui homogenitas dan workability
adukan beton segar dengan suatu kekentalan tertentu yang dinyatakan dengan nilai
slump. Nilai slump beton adalah penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas
beton yang diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat.
Campuran beton yang terlalu kering akan menyebabkan adukan tidak
merata dan sulit untuk dicetak. Uji slump mengacu pada SNI 1972-2008 dan ICS
91.100.30. Uji slump dapat dilakukan di laboratium maupun di lapangan. Hasil dari
uji slump beton yaitu nilai slump (Fuga, 2012). Nilai slump pada beton normal
umumnya meningkat sebanding dengan nilai kadar air campuran beton, dengan
demikian berbanding terbalik dengan kekuatan beton. Banyak faktor yang
berpengaruh dalam pelaksanaan di lapangan terhadap perubahan adukan beton
misalnya pada beton penggunaan bahan tambah, nilai slump bisa didapatkan sangat
tinggi walaupun dengan kadar air campuran beton cukup rendah.
Nilai slump pada beton dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang
digunakan sesuai dengan perencanaan. Nilai slump dapat mempengaruhi tingkat
workability selama masa pembuatan dan perawatan beton. Kadar air sangat
diperhatikan karena jika campuran beton terlalu cair akan menyebabkan mutu beton
rendah, dan lama mengering. Campuran beton yang terlalu kering menyebabkan
adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak.

155
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan slump untuk mengerjakannya
(workability) adalah sebagai berikut.
1. Corong slump
2. Pelat atas
3. Mistar pengukur
4. Batang pemadat
5. Sekop
6. Sendok semen

4.3.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam slump test adalah sebagai
berikut.
1. Membasahi corong slump dan meletakkan di atas permukaan datar, lembab,
tidak menyerap air, dan kaku kemudian menahan corong slump dengan cara
berdiri di atas pijakannya.
2. Memasukkan adukan beton ke dalam corong kurang lebih 1/3 bagian lalu
menumbuk dengan batang pemadat secara merata sebanyak 25 kali.
3. Melakukan hal sama pada lapisan kedua dan ketiga. Penusukkan batang
pemadat hanya untuk lapisan yang bersangkutan saja dan menembus lapisan
sebelumnya.
4. Menambahkan adukan beton untuk tetap menjaga adanya kelebihan beton pada
bagian atas dari cetakan, jika pemadat menghasilkan beton turun di bawah
ujung atas cetakan.
5. Meratakan permukaan atas beton segar pada corong dengan batang pemadat.
6. Mengangkat corong tersebut dalam arah vertikal tanpa gerakan lateral atau
torsional dengan waktu pengangkatan 5 ± 2 detik.
7. Mengukur penurunan yang terjadi pada beton segar (selisih antara tinggi awal
dan tinggi akhir). Besarnya selisih penurunan antara tinggi awal dan tinggi
akhir disebut nilai slump.

156
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

8. Menyelesaikan seluruh pekerjaan pengujian dari awal pengisian hingga


pelepasan cetakan tanpa gangguan, dalam waktu tidak lebih 2 ½ menit.

157
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Slump Beton


Normal Admixture
Parameter
Kubus Silinder Kubus Silinder

Nilai slump (cm) 17,000 15,500

158
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.3.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan uji slump, diperoleh nilai slump untuk beton
normal untuk kubus dan silinder sebesar 17,000 cm dan nilai slump untuk beton
admixture untuk kubus dan silinder adalah 15,500 cm. Berdasarkan standar nilai
slump pada SNI 1972:2008 yaitu 12,000  2,000 cm, maka data tersebut
menunjukkan hasil nilai slump untuk beton normal dan admixture tidak sesuai
dengan syarat nilai slump.

159
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.4 PERCOBAAN BERAT ISI BETON SEGAR


4.4.1 Maksud
Percobaan berat isi beton segar dilakukan untuk menentukan berat isi dan
kadar udara beton segar dengan cara volumetri.

4.4.2 Landasan Teori


Beton segar adalah gabungan antara semen, agregat (halus dan kasar), dan
air yang saling mengikat dalam keadaan belum mengeras yakni bersifat lunak serta
dapat dibentuk dengan mudah. Bobot isi beton adalah berat beton segar persatuan
isi, atau perbandingan antara berat adukan beton segar dengan volume adukan beton
segar. Nilai rendemen lebih besar dari 1,00 menunjukkan suatu kelebihan beton
yang digunakan, sedangkan jika rendemen kurang dari 1,00 menunjukkan
kekurangan campuran dari volume rancangan (RSNI 03-1973-1990).
Beton segar yang baik adalah beton segar yang dapat diaduk, dapat
diangkut, dapat dituang, dapat dipadatkan, dan tidak ada kecenderungan untuk
terjadi segregasi (pemisahan kerikil dari adukan) maupun bleeding (pemisahan air
dan semen dari adukan). Hal ini karena segregasi maupun bleeding mengakibatkan
beton yang diperoleh akan jelek. Beton yang baik adalah beton yang sangat kuat,
tahan lama, tahan aus, dan mengalami perubahan volume (Tjokromulyo, 2007).
Jenis agregat yang dipakai tergantung dari kehalusan butirannya, yang
memiliki ukuran dan kehalusan butiran akan mengakibatkan perbedaan pada bobot
isi. Pemadatan jangan berlebihan, bila pemadatan dilakukan dengan baik maka
bobot isi akan sesuai dengan rencana. Bobot isi rencana dan bobot isi pemeriksaan,
maka diadakan koreksi dengan mengalikan harga semula yang diperoleh dari
perencanaan dengan suatu faktor yaitu angka perbandingan berat jenis sama dengan
berat jenis hasil pemeriksaan campuran dibagi dengan berat jenis semula. Hasil
bobot isi dalam percobaan lebih kecil dari bobot isi dalam mix design, maka
kebutuhan bahan haruslah dikoreksi kembali, sehingga akan didapat kebutuhan
bahan yang sebenarnya (Rizaldy, 2012).

160
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan berat isi beton segar adalah
sebagai berikut.
1. Timbangan
2. Batang pemadat
3. Container pengukur volume
4. Meja getar
5. Mistar perata

4.4.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan dalam percobaan berat isi beton segar adalah
sebagai berikut.
1. Menimbang berat cetakan (A) yang telah diketahui volumenya (V).
2. Memasukkan beton ke dalam cetakan dalam 3 tahap lapisan, menumbuk
masing-masing lapisan dengan tongkat penumbuk sebanyak 25 kali dan
menembus lapisan di bawahnya 25 mm. Mengetok bagian luar cetakan dengan
palu karet sebanyak 10 − 15 kali setelah selesai menumbuk setiap lapisan. Bila
nilai slump kurang dari 75 mm maka dapat diperhitungkan menggunakan
penggetar.
3. Menghentikan penggetaran ketika beton sudah tidak mengalami penurunan
serta tidak ada gelembung udara yang keluar dan atau bleeding, jika
menggunakan penggetar.
4. Meratakan permukaan campuran beton dengan mistar perata.
5. Menimbang cetakan kubus/ silinder berikut isinya (B).

161
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.4.5 Data Percobaan


Data pada Tabel 4.2 berisi hasil percobaan untuk berat isi beton segar yang
telah diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Percobaan Berat Isi Beton Segar
Nilai Uji
Parameter Kubus Kubus Silinder Silinder
Normal Admixture Normal Admixture
Berat container (gram) 10452,000 9596,000 10485,000 10491,000
Volume aktual
(cm3) 3376,089 3288,652 5210,743 5196,307
container
Berat container
(gram) 18007,000 17115,000 21950,000 22433,000
+ isi

4.4.6 Perhitungan
Data perhitungan percobaan berat isi beton segar untuk kuat tekan beton
kubus adalah sebagai berikut.
Kubus normal:

Berat isi beton segar = B−A


V
18007,000 − 10452,000
=
3376,089
= 2237,796 kg/m3
Berat isi beton teoritis = 2225,000 kg/m3

 berat isi 
Kadar udara beton = 1 −  100
 berat isi teoritis 
 2237,796 
= 1 −  100
 2275,000 
= -0,575%

162
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Kubus admixture:

Berat isi beton segar = B−A


V
17115, 000 − 9596, 000
=
3288, 652
= 2286,347 kg/m3
Berat isi beton teoritis = 2225,000 kg/m3
 berat isi 
Kadar udara beton = 1 −  100
 berat isi teoritis 

 2286,347 
= 1 −  100
 2225, 000 
= -2,757%

Data perhitungan percobaan berat isi beton segar untuk kuat tekan beton
silinder adalah sebagai berikut.
Silinder normal:

Berat isi beton segar = B−A


V
21950,000 − 10485,000
=
5210,743
= 2200,262 kg/m3
Berat isi beton teoritis = 2225,000 kg/m3
 berat isi 
Kadar udara beton = 1 −  100
 berat isi teoritis 

 2200,262 
= 1 −  100
 2225,000 
= 1,112%

163
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Silinder admixture:

Berat isi beton segar = B−A


V
22433,000 − 10491,000
=
5196,307
= 2298,171 kg/m3
Berat isi beton teoritis = 2225,000 kg/m3

 berat isi 
Kadar udara beton = 1 −  100
 berat isi teoritis 
 2298,171 
= 1 −  100
 2225,000 
= -3,289%
Keterangan:
A : berat container (gram)
B : berat container + isi (gram)
V : volume container (cm3)

164
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Berat Isi Beton Segar


Normal Admixture
Parameter
Kubus Silinder Kubus Silinder
Berat container (gram) 10452,000 10485,000 9596,000 10491,000
Volume aktual
(cm3) 3376,089 5210,743 3288,652 5196,307
container
Berat container +
(gram) 18007,000 21950,000 17115,000 22433,000
isi
Berat isi beton
(kg/cm3) 2237,796 2200,262 2286,347 2298,171
segar
Berat isi beton
(kg/cm3) 2225,000 2225,000 2225,000 2225,000
teoritis beton
Kadar udara
(%) -0,575 1,112 -2,757 -3,289
beton

165
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.4.7 Kesimpulan
Data percobaan dan hasil perhitungan dari berat isi beton segar yang telah
dilakukan, maka diperoleh berat isi beton segar untuk kubus normal adalah
2237,796 kg/m3 dan kubus admixture adalah 2286,347 kg/m3, serta berat isi beton
segar silinder normal adalah 2200,262 kg/m3 dan silinder admixture adalah
2298,171 kg/m3. Hasil pada percobaan ini diperoleh data kadar udara beton segar
kubus normal sebesar -0,575%, beton kubus admixture sebesar -2,757%, untuk
silinder normal sebesar 1,112% dan silinder admixture sebesar -3,289%.

166
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.5 PERCOBAAN KUAT TEKAN BETON KERAS


4.5.1 Maksud
Percobaan kuat tekan beton keras dilakukan untuk mengetahui kekuatan
karakteristik beton keras.

4.5.2 Landasan Teori


Beton sebagai bahan bangunan diperoleh dengan mencampurkan semen
portland, air, dan agregat dengan perbandingan tertentu. Campuran tersebut
bilamana dituang didalam cetakan kemudian dibiarkan maka akan mengeras,
peristiwa pengerasan terjadi karna reaksi antara air dan semen. Di dalam adukan
beton, air, dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen, pasta ini mengisi
pori-pori di antara butiran agregat halus juga sebagai perekat selama dalam proses
pengerasan. Cara yang digunakan untuk pengujian kuat tekan beton adalah dengan
menggunakan mesin tekan. Prinsip pengujian kuat tekan beton dengan alat mesin
tekan adalah mengukur besarnya beban yang dapat dipukul oleh satuan luas beton
(benda uji) sampai benda uji itu pecah (Modul Teknologi Bahan Konstruksi, 2019).
Kuat tekan dalam SNI 1974:2011 didefinisikan sebagai beban aksial yaitu
beban yang tegak lurus terhadap penampang atau sejajar sumbu aksial yang
ditinjau, sementara luas yang dimaksud adalah luas penampang benda uji baik itu
silinder maupun kubus. SK SNI M-14-1989-E dijelaskan pengertian kuat tekan
beton yakni besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton
hancur apabila dibebani gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat
tekan beton mengidentifikasikan mutu sebuah struktur di mana semakin tinggi
tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu beton
dihasilkan.
Nilai kuat tekan beton dinyatakan dalam f’c dan K. f’c adalah kuat tekan
karakteristik beton yang diuji pada umur 28 hari untuk benda uji silinder diameter
15 × 30 cm dan dinyatakan dalam N/mm2, sedangkan K adalah kuat tekan
karakteristik beton yang diuji pada umur 28 hari untuk benda uji kubus 15 × 15 ×
15 cm dan dinyatakan dalam kg/cm2 (Mulyono, 2017).

167
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk percobaan kuat tekan beton keras adalah
sebagai berikut.
1. Mesin tekan hidrolik
2. Cetakan silinder/ kubus
3. Capping set

4.5.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan pada percobaan kuat tekan beton keras adalah
sebagai berikut.
1. Mengeluarkan benda uji beton dari bak perendaman curing.
2. Mengeringkan beton sebelum dilakukan pengujian.
3. Mengukur luas penampang tekan benda uji beton
4. Memberikan capping pada beton silinder untuk meratakan permukaan
tekannya.
5. Memanaskan capping compound dalam melting pot sampai mencair kemudian
menuangkan pada alas cetak. Segera meletakkan silinder beton di atasnya
sehingga ujung permukaan benda uji dilapisi capping compound yang
mengeras. Beton berbentuk kubus, tidak diperlukan lapisan capping
compound.
6. Melakukan hal yang sama untuk beton yang lain.
7. Meletakkan benda uji pada meja penekanan. Memeriksa manometer yang
akan digunakan, memutar jarum merahnya sehingga berhimpit dengan jarum
hitam pada skala nol.
8. Menghidupkan mesin penggeraknya dan mengatur handle pada posisi
penekanan.
9. Mengamati pergerakan jarum manometer tadi, mencatat nilai maksimum
beban yang dapat ditahan oleh benda uji (sampai benda uji pecah). Setelah
dibagi dengan luas penampang benda uji, didapat nilai kuat tekan
karakteristik beton tersebut.

168
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

10. Jika umur pengujian bukan 28 hari, maka harus dibagi faktor konversi umur
beton.

4.5.5 Data Percobaan


Data percobaan pemeriksaan kuat tekan beton kubus dan silinder dapat
dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data Percobaan Kuat Tekan Beton Kubus
Kubus
Parameter
Normal Admixture
Tanggal pembuatan Kamis, November 22, 2018
Tanggal pengujian 1 Desember 2018
Umur (hari) 7 Hari
Berat (kg) 7,524 7,540
Sisi 1 (cm) 15,145 14,925
Sisi 2 (cm) 15,260 15,360
Luas tekan 231,113 229,248
Gaya tekan (kN) 3300,000 4100,000
2
Kuat tekan (kg/cm ) 142,787 178,846
Faktor konversi umur 0,650 0,650
K 16,730 22,381

Tabel 4.5 Data Percobaan Kuat Tekan Beton Silinder


Silinder
Parameter
Normal Admixture
Tanggal pembuatan Kamis, November 22, 2018
Tanggal pengujian 1 Desember 2018
Umur (hari) 7 Hari
Berat (kg) 11,465 11,948
Diameter (cm) 14,915 15,085
Luas tekan 174,717 178,723
Gaya tekan (kN) 1900,000 2600,000
Kuat tekan (MPa) 10,875 14,548
Faktor konversi umur 0,650 0,650
f'c (Mpa) 219,673 275,147

169
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.5.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan kuat tekan untuk beton kubus
adalah sebagai berikut.
Kubus normal:
Luas tekan kubus = sisi  sisi
= 15,145 15, 260
= 231,113 cm2
Gaya Tekan = 3300,000 kN
gaya tekan
Kuat tekan kubus normal =
luas tekan
3300, 000
=
231,113
= 142,787 kg/cm2
kuat tekan kubus
K =
faktor konversi umur
142,787
=
0,650
= 219,673 kg/cm2
Kubus admixture:

Luas tekan kubus = sisi  sisi


= 14,925 15,360
= 229,248 cm2
Gaya Tekan = 410,000 kN
gaya tekan
Kuat tekan kubus admixture =
luas tekan
4100,000
=
229, 248
= 178,846 kg/cm2

170
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

kuat tekan kubus


K =
faktor konversi umur
178,846
=
0,650
= 275,147 kg/cm2
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan kuat tekan untuk beton
silinder adalah sebagai berikut.
Silinder normal:
1
Luas tekan silinder =   d2
4
1
=   14,9152
4
= 174,717 cm2
Gaya tekan = 1900 kN
gaya tekan
Kuat tekan silinder normal =
luas tekan
1900, 000
=
174, 717
= 10,875 MPa
kuat tekan silinder
f'c =
faktor konversi umur
10,875
=
0, 650
= 16,730 MPa
Silinder admixture:

1
Luas tekan silinder =   d2
4
1
=   15, 0852
4
= 178,723 cm2
Gaya tekan = 2600,000 kN

171
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

gaya tekan
Kuat tekan silinder admixture =
luas tekan
2600,000
=
178,723
= 14,548 Mpa
kuat tekan silinder
f’c =
faktor konversi umur
14,548
=
0,650
= 22,381 Mpa

172
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Kubus


Kubus
Parameter
Normal Admixture
Tanggal pembuatan Kamis, November 22, 2018
Tanggal pengujian 1 Desember 2018
Umur (hari) 7 Hari
Berat (kg) 7,524 7,540
Sisi 1 (cm) 15,145 14,925
Sisi 2 (cm) 15,260 15,360
Luas tekan 231,113 229,248
Gaya tekan (kN) 3300,000 4100,000
Kuat tekan (kg/cm2) 142,787 178,846
Faktor konversi umur 0,650 0,650
K (kg/cm2) 219,673 275,147

173
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Silinder


Silinder
Parameter
Normal Admixture
Tanggal pembuatan Kamis, November 22, 2018
Tanggal pengujian 1 Desember 2018
Umur (hari) 7 Hari
Berat (kg) 11,465 11,948
Diameter (cm) 14,915 15,085
Luas tekan 174,717 178,723
Gaya tekan (kN) 1900,000 2600,000
Kuat tekan (Mpa) 10,875 14,548
Faktor konversi umur 0,650 0,650
f'c (Mpa) 16,730 22,381

174
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari percobaan kuat tekan beton yang telah dilakukan
mendapatkan nilai kekuatan beton pada umur 7 hari dengan faktor konversi umur
0,650 yaitu nilai kuat tekan beton kubus normal dan admixture masing-masing
adalah 142,787 kg/cm2 dan 178,846 kg/cm2. Sedangkan untuk nilai kuat tekan
beton silinder normal dan admixture masing-masing adalah 10,875 MPa dan 14,548
MPa. Mutu beton (K) yang diperoleh dari percobaan kuat tekan beton kubus normal
dan admixture masing-masing adalah 219,673 kg/cm2 dan 275,147 kg/cm2. Dan
untuk mutu beton (f’c) yang diperoleh dari percobaan kuat tekan beton silinder
normal dan admixture masing-masing adalah 16,730 Mpa dan 22,381 Mpa.
Berdasarkan mutu beton yang diperoleh dari hasil percobaan, dapat disimpulkan
bahwa percobaan beton yang dilakukan telah memenuhi target SNI 1974:2011.

175
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.6 PERCOBAAN KADAR UDARA BETON SEGAR


4.6.1 Maksud
Percobaan kadar udara beton segar dilakukan untuk mengukur persentase
kandungan udara yang terdapat dalam beton segar.

4.6.2 Landasan Teori


Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas beton untuk struktur
bangunan air adalah dengan mencegah terjadinya struktur beton yang memiliki
angka pori besar. Beton dengan angka pori besar atau kropos mengakibatkan air
mudah meresap ke dalam beton sehingga terjadi bocoran pada struktur beton.
Pengawasan mutu beton dimulai dari pemilihan jenis semen dan agregat yang
memenuhi syarat sesuai dengan standar, proses pengadukan beton, pengecoran dan
pemeliharaan beton setelah pengecoran.
Kadar udara yang terjebak dalam beton segar umumnya disebabkan oleh
pemadatan yang kurang sempurna atau terlalu banyak mengandung pori yang
terdapat pada agregat. Standar kadar udara beton segar adalah 1,000% − 2,500%
yang dilakukan pada tahap pengadukan beton segar agar kandungan udara dalam
beton tidak melebihi ketentuan. Kadar udara minimal pada beton segar adalah
0,000% − 2,000%, beton yang memiliki kadar udara melebihi batas persyaratan
akan mengurangi kekuatan pada beton yang disebabkan oleh banyaknya rongga
pada beton (ACI 211.4R-93).
Tahap pengadukan beton harus dilakukan pemeriksaan terhadap
kandungan udara dalam adukan beton segar agar kandungan udara dalam beton
tidak melebihi ketentuan yang disyaratkan untuk struktur bangunan air sehingga
dihindari terjadinya kropos pada beton setelah mengeras. Untuk itu perlu adanya
standar uji kandungan udara dalam beton segar sehingga kualitas beton yang
dihasilkan sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan. Cara uji ini dipakai sebagai
acuan bagi praktisi dan petugas laboratorium yang melakukan pengujian kandungan
udara dalam beton segar (SNI 03-3418-1994).

176
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk mengukur persentase kandungan udara
yang terdapat dalam beton segar adalah sebagai berikut.
1. Airmeter
2. Kunci inggris
3. Batang pemadat

4.6.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan dalam percobaan kadar udara beton segar adalah
sebagai berikut.
1. Membuka bagian atas airmeter dengan mengundurkan baut-baut penjepit/
pengunci.
2. Membersihkan bagian dalam airmeter
3. Memasukkan adukan beton kurang lebih sepertiga bagian lalu menumbuk
dengan batang pemadat secara merata sebanyak 25 kali.
4. Mengulangi hal yang sama untuk lapisan ke-2 dan ke-3.
5. Meratakan permukaan adukan beton dengan batang pemadat.
6. Memasang kembali bagian atas airmeter lalu mengencangkan baut-baut
penjepitnya.
7. Membuka ujung bagian atas, memasukkan air sampai berada sedikit di atas
angka nol pada skala gelas ukur.
8. Memasang kembali ujung bagian atasnya kemudian membuka klep atas agar
udara bebas mengalir.
9. Menurunkan permukaan air dalam gelas pengukur dengan mengendurkan klep
bawah sehingga permukaan air tepat pada skala nol.
10. Menutup klep atas bawah lalu memompa sampai tekanan 0,1 MN/m 2 atau 1
kg/m2.
11. Membaca penurunan permukaan air yang terjadi, pada skala tabung glass akan
menunjukkan persentase kandungan udara pada adukan beton.

177
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

12. Bila persentase udara terlalu besar sehingga penurunan permukaan air tidak
bias terdeteksi (melampaui skala), maka tekanan angina dikurangi, sehingga
persentase udara sebenarnya yaitu hasil pembacaan dikalikan faktor koreksi
sebagai berikut.
Tabel 4.8 Faktor Koreksi
Tekanan Koreksi
2
(kg/cm ) (k)
1/3 2,030
2/3 2,250
1 1,500
13. Prosedur perawatan yang dilakukan pada percobaan kadar udara beton segar
adalah sebagai berikut.
1. Membersihkan bagian luar dan dalam airmeter segera setelah
menyelesaikan percobaan.
2. Melumasi seal karet supaya tidak kering/putus.
3. Membersihkan gelas pengukur secara berkala agar tidak menimbulkan
kerak-kerak.
4. Memeriksa klep pompa, kemudia melumasi bila sudah kering.
5. Menyimpan airmeter dalam keadaan kering.

178
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai