Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PENGUJIAN SLUMP BETON

Penyusun :

KARINA LARASATI GUNAWAN

NRP. 1020040003

PL 3A

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2021/2022
BAB I
DASAR TEORI

Beton adalah campuran bahan yang tersusun dari agregat halus (pasir) dan
agregat kasar (split), yang mengalami pengikatan secara kimiawi oleh air dan
semen dengan membentuk pasta semen (Mac Gregor, 1997). Seiring dengan
penambahan umur, beton akan semakin mengeras, dan akan mencapai kekuatan
rencana (f’c) pada usia 28 hari.
Kecepatan bertambahnya kekuatan beton ini sangat dipengaruhi oleh
factor air semen dan suhu selama perawatan. Kuat tekan beton diukur dengan cara
memberikan gaya aksial (P) yang terdistribusi pada batang penekan compressive
strength machine. Gaya tersebut diterima oleh luas penampang benda uji silinder,
sehingga terjadi tegangan (f’c) yang merata keseluruh penampang (A).
Pasir merupakan salah satu material pengisi yang digunakan dalam
campuran beton. Pasir pada dasarnya mengandung lumpur karena keberadaannya
di tanah. Lumpur yang terdapat pada permukaan pasir dapat mengganggu lekatan
antara permukaan butiran pasir dengan pasta semen sehingga berakibat
mengurangi kuat tekan beton.
Pembangunan kontruksi di Indonesia kini tengah berkembang pesat.
Hampir seluruh kota di Indonesia tengah membangun kota itu sendiri. Mulai dari
gedung, jalan, jembatan, pelabuhan, great wall, bandara, dan lainnya. Beton
merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam konstruksi bangunan
selain kayu dan logam. Boleh dikatakan beton mempunyai peranan penting,
karena hampir semua kontruksi di Indonesia menggunakan beton.
Beton merupakan pilihan utama bagi kontruksi karena memiliki kelebihan-
kelebihan dibandingkan dengan kontruksi yang lain. Selain harganya relatif
murah, bahan pembuatan beton yaitu semen juga mudah didapat, dan juga beton
ini mudah dibentuk sesuai dengan perancanaan, serta kuat terhadap tekanan dan
tahan api. Beton adalah sebuah produk material yang terdiri dari semen, agregat
halus, agregat kasar dan air. Semua unsur tersebut sangat bervariasi, baik dalam
kuantitas maupun kualitasnya. Beton banyak digunakan sebagai bahan konstruksi
karena memiliki beberapa kelebihan antara lain mempunyai kuat tekan yang
tinggi, mampu menahan beban berat, mudah dibentuk sesuai kebutuhan, tahan
terhadap temperatur tinggi dan awet. Di samping kelebihan yang dimilikinya,
beton juga mempunyai kekurangan diantaranya mempunyai kuat tarik lemah,
konstruksinya berat, daktilitas bahan rendah serta bentuk yang telah dibuat sulit
diubah. Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971), beton
didefinisikan sebagai bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus,
agregat kasar, semen portland dan air ( tanpa aditif ).
Pada umumnya beton konvensional yang homogen dan plastis mempunyai
nilai slump 6-8 cm. Pengujian slump untuk mengukur kekentalan dari campuran
beton tersebut. Apabila terlalu encer maka mutu beton tersebut akan berkurang,
dan apabila campuran beton terlalu kental maka pelaksanaan dilapangan akan sulit
dikerjakan.
Dalam pembuatan beton harus memperhatikan dua kriteria yaitu durabilitas
dan workabilitas. Sifat durabilitas adalah sifat dimana beton harus tahan terhadap
pengaruh luar selama dalam pemakaian. Sifat ini meliputi ketahanan terhadap
pengaruh cuaca, zat kimia dan tahan terhadap erosi. Sedangkan yang dimaksud
dengan sifat workabilitas adalah kemudahan adukan beton untuk diangkut, dituang,
dicetak dan dipadatkan. Sifat workabilitas ini tergantung pada sifat bahan dasar,
perbandingan campuran, faktor air semen.
Sifat workabilitas beton sangat penting karena mempengaruhi pengerjaan
beton tersebut. Adukan beton yang terlalu kering sukar dikerjakan baik dituang,
dibentuk maupun dipadatkan. Setelah mengeras akan terdapat banyak rongga karena
pemadatannya kurang baik. Sehingga akan menurunkan mutu betonnya. Adukan
beton yang terlalu encer juga tidak baik karena bisa menyebabkan terjadinya
segregasi maupun bleeding. Ini juga akan mengurangi mutu beton. Untuk mengetahui
tingkat workabilitas dari beton, perlu dilakukan pengujian sebelum beton tersebut
dikerjakan. Salah satu pengujian workabilitas pada beton segar yang sering dilakukan
adalah uji slump dengan kerucut Abrams, yaitu untuk mengetahui tingkat kelecakan
dari adukan beton.
Tujuan dari pengujian slump adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan
pengerjaan beton yang dinyatakan dalam nilai tertentu. Slump didefinisikan
sebagai besarnya penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas beton yang
diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat (SNI 03-1972-2008).
Pengujian slump dilakukan dengan menggunakan alat berbentuk kerucut
terpancung yang memikiki diameter lubang atas 10 cm, diameter lubang bawah 20
cm, tinggi 30 cm serta dilengkapi dengan kuping untuk mengangkat beton segar
dan tongkat pemadat berdiameter 1,6 cm sepanjang 60 cm.
Nilai slump dipengaruhi oleh faktor air semen. Semakin tinggi fas maka
nilai slump akan semakin tinggi yakni menggunakan banyak air dan sedikit
semen, sehingga pasta semen lebih encer dan mengakibatkan nilai slump lebih
tinggi. Semakin besar nilai slump test berarti adukan beton semakin mudah
dikerjakan.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


1. Kerucut Abrams dengan diameter dasar 203 mm, diameter atas 103 mm
dan tinggi 305 mm.
2. Plat dasar
3. Batang penusuk penampang berbentuk lingkaran dengan diameter 16 mm,
panjang 600 mm
4. Mistar ukur
5. Pasta semen

2.2 Langkah Pengujian


1. Membahasi cetakan dan diletakkan diatas permukaan datar, lembab,
kokoh, tidak menyerap air, dan kaku
2. Mengisi cetakan sebanyak 3 lapis, dengan masing masing lapis setinggi
1/3 dari tinggi cetakan
3. Memadatkan setiap lapisan dengan batang pemadat / batang penusuk
sebanyak 25-30 tusukan.
4. Meratakan permukaan beton pada bagian atas cetakan dengan cara
menggelindingkan batang pemadat
5. Melepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat kearah
vertikal secara hati hati
6. Setelah beton menunjukkan penurunan pada permukaan, ukur segera nilai
slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan
dan bagian pusat permukaan atas beton
7. Mengabaikan jika terjadi keruntuhan pada satu titik.
8. Mengulangi pengujian beton dengan ukuran yang lain
BAB III
HASIL PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

3.1 Hasil Pembahasan


Dari percobaan slump beton ini nilai slump didapat dari jarak rata – rata
antara benda uji dengan tongkat pemadat yang diukur sebanyak 3 kali pada 3 titik
yang berbeda, Adapun besarnya jarak tongkat pemadat dengan benda uji pada
masing – masing titik adalah sebagai berikut :
1. Titik 1 : 7,7 cm
2. Titik 2 : 13 cm
3. Titik 3 : 10 cm
Dari ketiga hasil tersebut kemudian dihitung rata – ratanya, sehingga
didapat nilai slump untuk beton segar pada percobaan tersebut adalah 10,233 cm.

Berdasarkan table batas nilai slump menurut PBI 71 di bawah ini :

Slump beton menunjukkan kekentalan pada beton segar, semakin tinggi


nilai slump semakin encer beton segar, semakin tinggi workability beton tetapi
semakin rendah mutu beton tersebut, sementara semakin rendah rendah nilai
slump.

3.2 Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa, semakin rendah
nilai slump yang dihasilkan menandakan semakin besar kekuatan beton tersebut,
namun semakin sulit pengerjaannya. Sebaliknya, semakin tinggi cair slump suatu
beton maka semakin rendah kekuatannya dan semkain mudah pengerjaannya.
REFERENSI
Gobel, Fadli M. Ven. Nilai Kuat Tekan Beton Pada Slump Beton Tertentu. Jurnal
Peradaban Sains, Rekayasa, dan Teknologi. Vol 5(1). Hal. 22-33.
Ubaidi, Bagas., Dian Pratiwi. 2020. Pengaruh Waktu Perjalanan Beton Ready Mix
Terhadap Uji Slump Test Pada Proyek Lampung City. Jurnal Send. Vol
2(1). Hal. 30-37.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Cara Uji Slump Beton. SNI No. 1972:2008.
Badan Standarisasi Nasional.
Uji Slump Beton | Tes Homogenitas dan Workability Adukan beton Segar. 11
April 2020. (Diakses 01 November 2021). Diakses dari
https://youtu.be/qKEUVIGRHCU
Tes Slump beton cor, uji kekentalan dan kelecakan beton cor. 8 Januari 2019.
(Diakses 01 November 2021). Diakses dari https://youtu.be/JqJVnl5tuYM
Kevarga, Muhammad, dkk. 2014. Modul 14 Percobaan Slump Beton.
Laboratorium Struktur dan Material. Departemen Teknik Sipil. Fakultas
Teknik. Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai