3.1 PENDAHULUAN
Sudah kita ketahui bahan yang digunakan sebagai campuran beton terdiri
dari semen, agregat, air, bahan tambahan (admixture). Bahan campuran beton
sudah diteliti oleh para ahli teknik terdahulu, begitu juga dilakukan pada sifat-
sifat dan perbandingan bahan-bahan campuran beton.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam Perencanaan Campuran Adukan
Beton (PCAB), sebagai berikut :
a. Memenuhi ketentuan tekan karakteristik atau kekuatan tekan minimum
yang dikehendaki.
b. Memenuhi keawetan terhadap pengaruh-pengaruh serangan agresif
lingkungan.
c. Memenuhi kemudahan pengerjaan di lapangan.
d. Seekonomis mungkin.
Untuk mencapai hal-hal tersebut perlu pengetahuan tentang sifat-sifat
fisik, mekanik, dan kimia dari bahan-bahan beton.
Pada dasarnya ada 4 hal yang mendasar dalam campuran beton yaitu :
a. Beton mudah dikerjakan (workabilitas), yang dalam praktek diukur
dengan slump.
b. Kekuatan tekan beton (compressive strength) pada umur 28 hari untuk
beton yang sudah mengeras.
c. Keawetan (durabilitas) beton yang mengeras.
d. Harga adukan beton harus ekonomis.
Untuk mendapatkan beton yang padat, gradasi campuran agregat halus dan
agregat kasar harus baik sehingga ruang pori-pori antara agregat minimum
akhirnya akan menghasilkan pasta semen minimum yang berarti jumlah
semen juga minimum.
BAB IV
SLUMP TEST
4.1. Pendahuluan
Untuk mendapatkan hasil pengadukan beton yang baik tidak hanya
dituntut campuran beton yang tepat saja juga dituntut homogenitas dari hasil
pencampuran beton tersebut, serta pengetahuan untuk menuang dan
memadatkan beton didalam cetakan agar nantinya didapatkan hasil beton
yang berkualitas.
Tingkat kemudahan pengerjaan berkaitan erat dengan tingkat kelecakan
(keenceran) adukan beton. Makin cair adukan makin mudah pengerjaannya.
Untuk mengetahui tingkat kelecakan adukan beton biasanya dilakukan
dengan percobaan slump. Makin besar nilai slump berarti adukan beton
makin encer dan ini berarti semakin mudah dikerjakan. Pada umumnya nilai
slump berkisar antara 5 dan 12,5 cm.
1. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan nilai slump beton segar, sehingga dapat diketahui
tingkat kemudahan pengerjaannya (workability).
2. TEORI DASAR
Sifat kemudahan pengerjaan (workability) merupakan ukuran dari tingkat
kemudahan adukan untuk diaduk, diangkut, dituang, dan dipadatkan.
Perbandingan dan sifat bahan- bahan mempengaruhi sifat kemudahan
pengerjaan beton. Tingkat kemudahan berkaitan dengan tingkat keenceran
beton. Makin cair adukan, maka makin mudah pengerjaannya. Untuk
mengetahui keenceran adukan beton dilakukan pengujian slump. Jika nilai
slump semakin encer dan ini berarti adukan semakin mudah dikerjakan.
Pada umumnya, nilai slump berkisarantara 5 – 12,5 cm. Pengujian slump
dilakukan dengan cara meletakkan kerucut Abrams di tempat yang rata dan
tidak menghisap air. Adukan beton dimasukkan kedalam kerucut 1/3 volume
kerucut dan kerucut dipegang erat-erat agar tidak bergerak. Setelah adukan
masuk, kemudianditusuk-tusuksebanyak 25 kali dengan tongkat baja dengan
ketinggian 16 mm. Hal ini dilakukan hingga kerucut penuh. Setelah itu,
permukaan adukan beton diratakan dengan permukaan kerucut, lalu ditunggu
60 detik dan kerucut diangkat vertical. Slump diukur dengan menentukan beda
tinggi antara kerucutdan tinggi beton setelah kerucutdiangkat.
Biasanya terdapat 3 macam slump, yaitu true slump atau penurunan yang
sebenarnya, shear slump atau slump geser yang menunjukkan kurangnya
kohesi serta collapse slump atau slump runtuh yang menunjukkan bahwa
campuran beton terlalu basah atau cair.
3. ALAT
a. Kerucut Abrams
b. Stopwatch
4. BAHAN
a. Pasir
b. Split
c. Semen Portland
d. Air
5. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Siapkan bahan- bahan dengan perbandingan volume yang sudah
ditentukan
b. Bahan-bahan dimasukkan kedalam mesin pengaduk beton dengan urutan
sebagai berikut : air, kerikil/split, pasir, dan semen.
c. Aduk campuran tersebut hingga homogen
d. Masukkan adonan beton kedalam kerucut Abrams dengan melalui 3 tahap.
Tiap tahap berupa lapisan dengan tinggi 10 cm. Tiap lapis ditusuk-
ditusukdengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan secara merata.
Penusukan dilakukan dengan jalan menjatuhkan tongkat dari ketinggian
40 cm dari muka tanah.
e. Bidang atas kerucut diratakan. Biarkan selama 30 detik.Angkat kerucut
perlahan-perlahan secaravertikal.
f. Ukur penurunan puncak kerucut
6. PERHITUNGAN
Nilai slump = tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji (cm)
Kebutuhan Bahan
Semen : kg
Pasir : kg
Kerikil : kg
Air : Liter
Kerucut Abrams:
Tinggi = cm
Benda Uji ke - 1 2
Slump cm cm
Slump rata-rata cm
KESIMPULAN
Apabila nilai slump terlalu kecil maka campuran beton terlalu kental sehingga
nantinya adukan beton tidak workable, yang selanjutnya hasil cetakan berongga.
Jika beton berongga diuji maka kuat tekan menjadi tinggi. Sebaliknya, bila nilai
slump terlalu besar maka campuran beton encer sehingga besar kemungkinan
terjadi segregasi yaitu pemisahan butir agregat atau timbulnya sarang krikil.
Dari table penetapan nilai slump disimpulkan :
Pemakaian Beton Maks Min
Dinding, plat pondasi dan telapak tulang 12.5 5.0
Pondasi telapak tidak tulang, kaison, dan struktur 9.0 2.5
dibawah tanah
Pelat, balok, kolom, dan dinding 15.0 7.5
Pengerasan jalan 7.5 5.0
Pembetonan masal 7.5 2.5
Sumber :KardionoTjokrodimuljo table 7.13. hal 76
N
GAMBAR KETERANGAN SUMBER
O
Dokumentasi
1 Kerucut Abrams
Pribadi
Dokumentasi
2 Cetok
Pribadi
Dokumentasi
4 Tongkat Pemadat
Pribadi
PERCOBAAN XIII
PENGUJIAN MIX DESIGN
1. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mendapatkan beton dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
2. TEORI DASAR
Beton adalah campuran dari semen, air, pasir, kerikil dan bahan tambah
dengan perbandingan tertentu. Campuran antara semen dan air membentuk
pasta, pasta dan pasir secara Bersama-sama membentuk mortar, dan mortar
ditambah dengan kerikil akan membentuk beton. Untuk mendapatkan sifat-
sifat tertentu, beton segar diberi bahan tambah.
Bahan-bahan ini dicampur dengan perbandingan tertentu, kemudian
dimasukkan ke dalam suatu cetakan/begesting. Setelah dua jam beton segar ini
akan mulai mengeras, makin lama semakin keras dan semakin besar kuat
tekannya. Kualitas beton dapat dievaluasi dari kuat tekannya, dan ini sangat
tergantung dari kualitas bahan pembentuknya, serta perbandingan dari
komposisi bahan tersebut. Tentang rancang campur beton ini telah diatur
dalam SK SNI T 15-1990-03.
3. ALAT
a. Empat Silinder
b. Dua Kubus
c. Satu Balok
d. Mesin pengaduk beton (concrete mixer)
e. Cetok
f. Loyang tempat menuang beton
4. BAHAN
a. Pasir
b. Split/Kerikil
c. Semen Portland
d. Air
5. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Siapkan bahan- bahan dengan perbandingan volume yang sudah
ditentukan
b. Bahan-bahan dimasukkan kedalam mesin pengaduk beton dengan urutan
sebagai berikut : air, kerikil/split, pasir, dan semen.
c. Aduk campuran tersebut hingga homogen
d. Tuangkan campuran tersebut pada loyang tempat menuang beton .
e. Siapkan cetakan kubus dan silinder beton, yang dilumuri minyak pelumas.
f. Beton segar hasil pencampuran dimasukkan ke dalam cetakan. Beton segar
dimasukkan melalui 3 tahap (3 lapisan), masing-masing 1 lapisan. Pada
setiap lapisan beton ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali dengan tongkat
pemadat.
g. Bidang atas tiap cetakan diratakan. Biarkan selama 24 jam hingga kering
N
GAMBAR KETERANGAN SUMBER
O
Dokumentasi
2 Mesin Pengaduk Beton
Pribadi
Dokumentasi
3 Cetok
Pribadi