Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Beton

Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat
suatu campuran yaitu semen, pasir, kerikil dan air untuk membuat campuran tersebut
menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang
diinginkan. Kumpulan material tersebut terdiri dari agregat yang halus dan kasar.
Semen dan air berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat partikel-partikel agregat
tersebut menjadi suatu massa padat.

Pada umumnya beton terdiri dari ± 15 % semen, ± 8 % air, ± 3 % udara, selebihnya


pasir dan kerikil. Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai sifat yang
berbeda-beda, tergantung pada cara pembuatannya, perbandingan campuran, cara
pencampuran, cara mengangkut, cara mencetak, cara memadatkan, dan sebagainya
akan mempengaruhi sifat-sifat beton.

2.1.1. Sifat-sifat Beton

Sifat beton meliputi: mudah diaduk, disalurkan, dicor, didapatkan dan diselesaikan,
tanpa menimbulkan pemisahan bahan susunan pada adukan dan mutu beton yang
disyaratkan oleh konstruksi tetap dipenuhi.

Sifat dan karakteristik beton pada umumnya:

1. Beton sangat baik menahan gaya tekan (high compressive strength), tetapi
tidak begitu pada gaya tarik (low tensile strength). Bahkan kekuatan gaya
tarik beton hanya sekitar 10% dari kekuatan gaya tekannya.
2. Beton tidak mampu menahan gaya tegangan (tension) yang tinggi, karena
elastisitasnya yang rendah.

3
4

3. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul


momen lengkung atau tarikan.
4. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin lama makin besar.
5. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi.
6. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah.
7. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen
berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.
8. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa
dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang
tinggi.
9. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus
dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.
10. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya.
11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima
gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.

2.1.2. Jenis-jenis Beton


A. Beton dibedakan dalam 2(dua) kelompok besar yaitu:
1. Beton Keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik,
kekuatan tekan, tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi
terhadap temperatur, keawetan dan kekedapan terhadap air . Dari semua
sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan tekan beton karena
merupakan gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan struktu
beton. Berbagai test uji kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara
lain:
5

a. Uji kekuatan tekan ( compression test)


b. Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test )
c. Uji kekuatan lentur
d. Uji lekatan antara beton dan tulangan
e. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.
2. Beton Segar
Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi
pemilihan peralatan yang dibutuhkan untuk pengerjaan dan pemadatan
serta kemungkinan mempengaruhi sifat-sifat beton pada saat mengeras.
Ada 2(dua) hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton :
a. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh
beton yang mengeras, seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan
volume.
b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika
beton dalam kondisi plastis (workability) atau kemudahan
pengerjaan tanpa adanya bleeding dan segregation.

Sifat workabilitas pada beton segar dapat dilakukan dengan beberapa cara,
tetapi kebanyakan dari pengetesan tersebut hanya bersifat empiris. Hanya
sedikit yang memenuhi standart, dan semua test tersebut bersifat ‘a single
point test’ jadi tidak dapat dibandingkan satu samalainnya karena mereka
mengukur sifat-sifat beton yang berbeda. Walaupun begitu adalah penting
untuk mendapatkan beberapa dari sifat workabilitas karena penting untuk
control kualitas. Pengukuran workabilitas yang telah dikembangkan antara
lain:

a. Slump test
b. Compaction test
c. Flow test
d. Remoulding test
e. Penetration test
6

f. Mixer test

B. Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan menjadi


sepuluh macam, yaitu:
1. Beton Mortar
Beton jenis ini dibuat dengan campuran dari material seperti mortar, pasir
dan air. Untuk bagian mortar, beton jenis ini biasa menggunakan semen,
kapur dan lumpur yang dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya atau
disebut dengan ferro cement dengan kekuatan tarik dan daktilitas yang
baik.

Gambar 2.1 Beton Mortar

2. Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang
berbobot ringan. Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang
bisa membentuk gelembung-gelembung udara di dalam beton. Semakin
banyak jumlah gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka pori-
porinya pun akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga bakal kian
membesar. Hasilnya, bobot beton tersebut lebih ringan daripada beton lain
yang memiliki ukuran sama persis. Beton ringan biasanya diaplikasikan
pada dinding non-struktur.
7

Gambar 2.2 Beton Ringan

3. Beton Non-Pasir
Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir,
melainkan hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan
terbentuknya rongga udara di celah-celah kerikil sehingga total berat
jenisnya atau bobotnya pun lebih rendah. Beton jenis ini juga
membutuhkan semen yang lebih sedikit karena tidak menggunakan pasir
di dalamnya. Pengaplikasian beton jenis ini adalah pada struktur ringan,
kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.

Gambar 2.3 Beton Non-Pasir


8

4. Beton Hampa
Pembuatan beton ini dilakukan dengan menyedot air pengencer adukan
beton menggunakan alat vacuum khusus sehingga disebut dengan beton
hampa. Beton ini merupakan beton dengan kekuatan yang sangat tinggi
karena air yang tersisa adalah air yang telah bereaksi dengan semen saja.
Oleh karena itu beton jenis ini banyak diaplikasikan pada bangunan –
bangunan tinggi seperti halnya gedung pencakar langit.

Gambar 2.4 Beton Hampa

5. Beton Bertulang
Beton bertulang dibuat dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja.
beton jenis ini mempunyai sifat yaitu kuat terhadap gaya tekan namun
lemah dengan gaya tarik. Oleh karena itu, tulangan baja sengaja
ditanamkan ke dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik
meningkat. Beton bertulang ini biasanya dipasang pada bagian pelat
lantai, kolom bangunan, jalan, jembatan dan sebagainya.
9

Gambar 2.5 Beton Bertulang

6. Beton Pra-Tegang
Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton
bertulang. Perbedaannya hanya terletak pada tulangan baja yang akan
dimasukkan ke beton yang harus melewati proses penegangan lebih
dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami keretakan walaupun
menahan beban lenturan yang besar. Penerapan beton pra-tegang juga
banyak dilakukan untuk menyangga struktur bangunan bentang lebar.

Gambar 2.6 Beton Pra-Tegang

7. Beton Pra-Cetak
Beton pra-cetak merupakan beton yang dicetak di luar area pengerjaan
proyek pembangunan yang memang sengaja dibuat di tempat lain agar
kualitasnya lebih baik. Beton jenis ini digunakan untuk proyek yang
10

memeng memiliki lahan yang sempit atau terbatasnya tenaga di lokasi


proyek. Beton jenis ini juga biasanya dibuat oleh perusahaan yang
memang bergerak di bidang konstruksi.

Gambar 2.7 Beton Pra-Cetak

8. Beton Massa
Beton massa merupakan beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup
banyak dimana penuangan beton ini juga sangat besar di atas kebutuhan
rata – rata. Sama halnya untuk perbandingan antara volume dan luas
permukaannya juga sangat tinggi yang pada umumnya beton massa
memiliki dimensi yang berukuran lebih dari 60 cm dan banyak digunakan
untuk pembuatan pondasi besar, pilar bangunan dan bendungan.

Gambar 2.8 Beton Massa


11

9. Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar
sebagai bahan pengisi tambahannya dengan besar ukuran penampang
agregat tersebut berkisar antara 15 – 20 cm. Bahan tersebut kemudian
ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat meningkatkan
kekuatannya yang banyak digunakan pada bendungan, jembatan dan
bangunan air lainnya.

Gambar 2.9 Beton Siklop

10. Beton Serat


Beton serat merupakan jenis beton yang menggunakan serat–serat
tambahan ke dalam adukan beton tersebut. Serat yang biasa ditambahkan
ke dalam beton adalah asbestos, plastik, kawat baja hingga tumbuh-
tumbuhan. Penambahan serat bertujuan untuk menaikkan daktailitas pada
beton tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan.
12

Gambar 2.10 Beton Serat

2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Beton

Beton dalam keadaan mengeras akan sangat keras bagaikan batu dengan kekuatan
tinggi. tapi dalam keadaan segar beton seperti bubur sehingga mudah dibentuk sesuai
keinginan. beton juga sangat tahan terhadap serangan api juga sangat tahan terhadap
serangan korosi sehingga secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah:

1. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki beton:


a. Harganya relatif murah karena materialnya mudah didapat yaitu
dengan menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan local seperti
semen, pasir, kerikil, dan air.
b. Dapat dibentuk sesuai keinginan.
c. Mampu memikul beban tekan yang berat atau dengan kata lain beton
memiliki kekuatan tekan yang tinggi.
d. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
e. Biaya pemeliharaan rendah/kecil.

Selain memiliki kelebihan-kelebihan seperti disebutkan diatas, beton juga


memiliki kekurangan.

2. Kekurangan ysng dimiliki beton:


a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
13

b. Pelaksanaan pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggi.


c. Berat (bobotnya besar).
d. Daya pantul suara besar.
e. Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk.
f. Tidak memiliki kekuatan tarik.
g. Beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa didaur ulang.

2.2. Bahan-bahan Penyusun Beton


Beton terdiri dari campuran antara semen, agregat, dan air yang merupakan
komponen dasar pembentuk beton. Bisa juga ditambahakan dengan additive
sebagai komponen tambahan berupa cairan kimia yang memiliki fungsi yang
bermacam-macam, seperti mempercepat pengerasan beton, atau memperlambat.
Ketiga komponen dasar ini dicampur sedemikian rupa dengan perbandingan
yang bermacam-macam, disesuaikan dengan target kekuatan mutu beton yang
diinginkan.

2.2.1. Semen
Semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-
silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan
tambahan. Bahan baku pembuatan semen adalah bahan-bahan yang
mengandung kapur, silika, alumina, oksida besi, dan oksida-oksida lainnya.
Fungsi utama semen adalah sebagai perekat.Bahan-bahan semen terdiri dari
batu kapur (gamping) yang mengandung senyawa: Calsium Oksida (CaO),
lempung atau tanah liat (clay) adalah bahan alam yang mengandung senyawa:
Silika Oksida (SiO2), Aluminium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan
Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk klinker. Klinker
kemudiandihancurkandanditambahdengangips(gypsum).
14

Semen dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu semen hidraulik dan
semen nonhidraulik. Semen hidraulik mempunyai kemampuan untuk mengikat
dan mengeras di dalam air. Contoh semen hidraulik antara lain kapur hidraulik,
semen pozollan, semen terak, semen alam, semen portland,semen alumina dan
semen expansif. Contoh lainnya adalah semen portland putih, semen warna,
dan semen-semen untuk keperluan khusus. Sedangkan semen non-hidraulik
adalah semen yang tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen nonhidraulik adalah
kapur. Berikut ini adalah jenis-jenis semen menurut BPS antara lain:
1. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu
kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping
berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan
bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk
memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sampai dengan V.
2. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen
abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti
sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama
kalsit (calcite) limestone murni.
3. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik
di darat maupun di lepas pantai.
4. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan
buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan
dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika,
aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai
variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk
membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
15

2.2.2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah
mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan
aberasi yang berlangsung lama. Agregat dapat juga diperoleh dengan memecah
batuan induk yang lebih besar. Agregat terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Agregat Kasar
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai
hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm.
Jenis agregat kasar yang umumadalah :
a. Batu Pecah Alami : Bahan ini di dapat dari cadas atau batu
pecah alami yang digali.batu ini dapat berasal dari gunung api,
jenis sedimen, atau jenis metamorf. Meskipun dapat
menghasilkan kekuatan yang tinggi terhadap beton, batu pecah
kurang memberikan kemudahan pengerjaan dan pengecoran
dibandingkan dengan jenis agregat kasar lainnya.
b. Kerikil Alami : Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari
pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang
mengalir. Kerikil memberikan kekuatan yang lebih rendah dari
pada batu pecah, tetapi memberikan kemudahan pengerjaan
yang lebih tinggi.
c. Agregat Kasar Buatan : Terutama berupa slag atau shale yang
biasa digunakan untuk beton berbobot ringan. Biasanya
merupakan hasil dari proses lain seperti blast-furnace dan lain-
lain.
2. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai
hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5
16

mm. Agregat halus atau pasir adalah material yang dapat lolos dari
saringan nomor 4, yaitu saringan yang setiap 1 inchi panjang
mempunyai 4 lubang. Material yang kasar dari ukuran ini digolongkan
sebagai agregat yang kasar atau koral.
Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan
Standar Amerika. Agregat halus yang baik harus bebas organik,
lempung, partikel, yang lebih kecil dari saringan No.100, atau bahan-
bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam
suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai
dengan standar analisis saringan dari ASTM ( American Society of
Testing and Materials ).

Table 2.1 Syarat Mutu Kekuatan Agregat Sesuai SII.0052-08

Kekerasan dengan bejana Rudelloff,


bagian hancur menembus ayakan Kekerasan dengan bejana
2mm, persen % maksimum geser Los Angelos, bagian
Kelas dan Mutu
hancur menembus ayakan
Beton
1,7mm, persen %
Fraksi butir Fraksi butir
maksimum
9,5 – 19 mm 19 – 30 mm

Beton kelas I dan 22% - 30% 24% - 32% 40% -50%


mutu B0 dan B1

Beton kelas II dan


mutu K-125, 14% - 22% 16% - 24% 27% - 40%
K-175, dan K-225

Beton kelas III dan


mutu > K-225 atau <14% <16% <27%
beton pratekan
17

2.2.3. Air

Air sebagai bahan pencampur smen berperan sebagai bahan perekat, sehinnga
penambahan air dalam pembuatan spesi beton merupakan unsur yang sangat
penting. Peranan air sebagai bahan perekat terjadi melalui reaksi hidrasi, yaitu
semen dan air akan membentuk pasta semen dan mengikat fragmen-fragmen
agregat. Secara umum, air yang dapat diminum cocok digunakan sebagai air
pencampur, sebab telah memenuhi persyaratan teknis sebagai air pencampur.
Air yang digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan
ditanami logam alumunium (termasuk air bebas yang terkandung dalam
agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan. Untuk perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida
maksimum yang terdapat dalam beton yang telah mengeras pada umur 28 hari
yang dihasilkan dari bahan campuran termasuk air, agregat, bahan bersemen
dan bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui nilai batas yang
diberikan pada Tabel 2.2:

Tabel 2.2 Batas Maksimum Ion Klorida


Jenis Beton Batas (%)

Beton Pra-Tekan 0,06 %

Beton bertulang yang selamanya 0,15%


berhubungan dengan klorida
Beton bertulang yang selamanya 1,00%
kering atau terlindung dari basah
Konstruksi beton bertulang lainnya 0,30%
18

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai komponen dasar campuran beton, berikut ini
merupakan tabel komposisi berat semen, pasir, kerikil, serta volume air yang
dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.

Tabel 2.3 tabel komposisi berat semen, pasir, kerikil, serta volume air

2.2.4. Bahan Tambah


Bahan Tambah adalah bahan-bahan selain agregat, semen dan air yang
ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran
beton berlangsung. Fungsi bahan ini adalah mengubah sifat-sifat beton agar
menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk penghematan energi.
Penggunaan bahan tambah harus dikonfirmasi dengan standar yang berlaku,
seperti SIN, ASTM atau ACI. Selain itu yang terpenting adalah memperhatikan
petunjuk penggunaan dari bahan tersebut.Tujuan menggunakan Bahan Tambah
adalah:
1. Memodifikasikan beton segar, mortar, dan grouting
a. Menambah sifat mudah pengerjaan tanpa menambah kandungan
air.
b. Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal
campuran beton.
19

c. Mengurangi penurunan atau perubahan volume.


d. Mengurangi segregasi.
e. Mengurangi kehilangan nilai slump.
f. Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan
pemompaan beton segar.
2. Memodifikasikan beton keras, mortar dan grouting
a. Menghambat dan mengurangi panas selama proses pengerasan
awal (beton muda).
b. Mempercepat pengembangan kekuatan beton pada umur muda.
c. Menambah kekuatan beton.
d. Menambah sifat keawetan beton, ketahanan dari gangguan luar
termasuk serangan garam-garam sulfat.
e. Mengurangi kapilaritas air.
f. Mengurangi sifat permeabilizas.
g. Menghasilkan struktur beton yang baik.
h. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.

Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu:

1. Bahan Tambah Kimia


semua bahan yang ditambahkan pada saat pembuatan spesi beton,
dengan tujuan memperbaiki sifat-sifat tertentu campuran beton seperti
mengendalikan waktu pengerasan, mempercepat atau memperlambat,
mereduksi kebutuhan air dan menambah kemudahan pengerjaan beton.
Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah mineral antara lain:
Memperbaiki kinerja workability, Mengurangi panas hidrasi,
Mengurangi biaya pekerjaan beton, Mengurangi daya tahan terhadap
serangan sulfat, Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi
alkali-silika, Mempertinggi usia beton, Mempertinggi kuat tekan beton,
20

Mempertinggi keawetan beton, dan mengurangi penyusutan. Contoh


bahan tambah kimia yaitu:
a. Tipe A “Water-Reducing Admixtures”
Water – Reducing Admixture adalah bahan tambah yang
mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan
beton dengan konsistensi tertentu. Water – Reducing Admixture
digunakan antara lain dengan tidak mengurangi kadar semen
dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai
perbandingan atau ratio factor air semen (fas) yang rendah. Atau
dengan tidak merubah kadar semen yang digunakan dengan
factor air semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan
dapat lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan dengan mengubah
kadar semen tetapi tidak merubah fas dan slump.
b. Tipe B “Retarding Admixture”
Retarding Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi
untuk menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaannya
untuk menunda waktu pengikatan beton, misalnya karena
kondisi cuaca yang panas, atau untuk memperpanjang waktu
untuk pemadatan, untuk menghindari cold joints dan
menghindari dampak penurunan saat beton segar saat
pelaksanaan pengecoran.
c. Tipe C “Accelerating Admixture”
Accelerating Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi
untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan
awal beton. Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya
waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat pencapaian
kekuatan awal beton. Accelerating Admixture yang paling
terkenal adalah kalsium klorida. Dosis maksimum adalah 2 %
dari berat semen yang digunakan.
d. Tipe D “Water Reducing and Retarding Admixtures”
Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan
tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air
21

pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan


konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal. Water
Reducing and Retarding Admixtures yaitu pengurang air dan
pengontrol pengeringan. Bahan ini digunakan untuk menambah
kekuatan beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan
semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air.
e. Tipe E “Water Reducing and Accelerating Admixtures”
Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan
tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang
konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan awal.
f. Tipe F “Water Reducing, High Range Admixtures”
Water Reducing, High Range Admixtures adalah bahan tambah
yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu, sebanyak 12% atau lebih
.
g. Tipe G “Water Reducing, High Range Retarding Admixtures”
Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah
bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk
menghambat pengikatan beton. Jenis bahan tambah ini
merupakan gabungan superplasticizer dengan menunda waktu
pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk kondisi pekerjaan
yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang mengelola
beton disebabkan keterbatasan ruang kerja.

2. Bahan Tambah Mineral (Additive)


Bahan tambah mineral merupakan bahan tambahan padat yang
dihaluskan yang ditambahkan untuk memperbaiki sifat beton agar
beton mudah dikerjakan serta kekuatannya dan keawetannya
meningkat. Bahan tambahan mineral ini misalnya puzzolan, slag, fly as
22

dari batu bara, abu sekam, silica fume bahan produksi sampingan silica,
ferro silicon.
a. Abu Terbang Batu Bara (Fly Ash)
Abu terbang didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu
pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Abu terbang dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang
dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batu bara
bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batu bara
kelas lignite atau subbitemeus. Abu terbang kelas C
kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10%
beratnya.
b. Slag
Slag adalah produk non metal yang merupakan material
berbentuk halus, granular hasil pembakaran yang kemudian
didinginkan, misalnya dengan mencelupkannya ke dalam air.
Adapula Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton
yaitu: Mempertinggi kekuatan beton, menaikkan ratio antara
kelenturan dan kuat tekan, Mengurangi variasi kuat tekan,
Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut,
Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu, Memperbaiki
penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton, dan
Memperbaiki keawetan karena pengaruh perubahan volume
c. Silika Fume
Silica fume adalah material pozzolan yang halus, dimana
komposisi silica lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi
atau sisa produksi silicon atau alloy besi silicon (dikenal dengan
gabungan antara microsilika dengan silica fume). Penggunaan
silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk
menghasilkan, beton dengan kekuatan tekan yang tinggi.
23

Misalnya untuk Kolom struktur, dinding geser, pre-cast atau


beton pra tegang dan beberapa keperluan lainnya.

2.3. Cara Pembuatan Beton


Karakteristik dan sifat beton sangat tergantung dari design campuran dan
kualitas bahan-bahan penyusunnya, setiap tahapan dalam proses produksi beton
dilapangan memegang peranan penting dalam menghasilkan beton yang
berkualitas. Tahapan tersebut antara lain:
1. Penempatan dan penyimpanan material
a. Pasir & Split
Kesalahan penempatan dan penyimpanan material, dapat
menyebabkan menurunnya kwalitas beton. Penempatan pasir dan
split (koral) harus sedemikian rupa jangan sampai tercampur
oleh bahan-bahan lain. Penggunaan landasan untuk stok material
sangat dianjurkan agar dapat mencegah terbawanya tanah saat
pengambilan barang.
b. Semen
Dijaga agar tidak lembab, disimpan didalam ruangan atau
gudang dan dibawahnya di beri landasan agar uap lantai tidak
langsung mengenai semen, karna apabila uap mengenai semen,
mengakibatkan kwalitas semen menurun dan sebagian akan
mengeras, berubah menjadi butiran butiran kasar.
2. Persiapan dan Proses Pencampuran.
Untuk menghasilkan beton dengan kwalitas yang seragam, bahan- bahan
penyusun beton harus disiapkan dan ditakar dengan teliti karna akan
mempengaruhi homogenitas campuran, pencampuran dapat dilakukan
dengan cara manual atau mekanis, pencampuran manual yaitu
menggunakan tenaga manusia dengan peralatan cangkul dan skop,
disarankan untuk pekerjaan volume beton yang besar sebaiknya
dilakukan dengan
24

cara mekanis. Pencampuran mekanis yaitu dengan cara mixer (mollen),


utnuk mendapatkan campuran yang baik diperlukan minimal 50 kali
putaran mixer atau tidak kurang dari 1 menit untuk volume pengecoran
1 m3. Kekentalan adukan beton , harus disesuiakan dengan cara
transportasi, cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan
kerapatan dari tulangan. Kekentalan tersebut bergantung pada berbagai
hal. Jumlah dan jenis semen, nilai factor air semen, jenis dan susunan
butir dari agregat serta bahan pembantu lain. Untuk mencegah
penggunaan beton terlalu encer atau padat, ambil nilai slump minimum
5 cm dan maksimum 15 cm.
3. Pemadatan
Dilakukan sesaat setelah beton dituangkan, dengan tujuan untuk
meminimalkan jumlah rongga yang terbentuk didalam beton sehingga
beton mempunyai kekuatan yang tinggi. Dan menambah kekedapan air.
4. Perawatan beton Sipat-sipat beton seperti kekuatan dan daya tahan akan
bertambah dengan perkembangan umur beton, perkembangan ini akan
sangat cepat pada umur awal dan berlangsung terus namun dalam
kecepatan yang makin melambat. Hilangnya air yang terlalu cepat akan
mengakibatkan lambatnya perkembangan mutu beton, dan juga volume
beton menyusut mengakibatkan timbulnya tegangan tarik pada
permukaan yang mongering, jika tegangan tarik ini terjadi sebelum
beton mencapai kekuatan yang memadai maka akan timbul retak pada
beton, disarankan sebelum beton mencapai umur dari setelah beton agak
mongering sebaiknya di tutupi dengan karung/zak yang basah,digenangi
air selama 2 minggu. Beton akan mencapai kekuatan maksimal yaitu
pada umur 21 hari. Bila dikehendaki umur beton lebih cepat dapat
menggunakan bahan campuran yang dikususkan untuk mempercepat
umur beton.
25

2.4. Cara Perawatan Beton


Campuran beton bertulang yang baru mengalami proses pengecoran, biasanya
suhu yang adal di dalam beton sangat panas. Jadi kemungkinan terjadi
kerusakan apabila tidak dilakukan perawatan adalah mungkin terjadi. Sehabis di
cor, beton dalam waktu pengikatan dan pengerasan harus mendapat perawatan
baik, supaya mutu beton yang diharapkan dapat tercapai. Selama 24 jam
sesudah selesai di cor, beton harus dilindungi terhadap pengaruh hujan lebat, air
mengalir, dan getaran. Waktu ikatan campuran yang mangalami waktu puncak
adalah 3 jam setelah pengecoran. Pada waktu waktu tersebut usahakan beton
tetap dalam keadaan yang stabil. Cara perawatan beton sehabis di cor adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mencegah pengeringan bidang bidang beton selama paling sedikit
2 minggu beton haris di basahi terus menerus, antara lain dengan
menutupinya dengan karung basah. Atau dapat juga dengan dibuatkan
tanggulan tanggulan untuk genangan air.
2. Pasa proses tersebut (2 minggu) hindarkan beton dari proses
pengangkutan benda benda berat (angkutan truk / mobil) , karena waktu
tersebut beton baru berproses untuk mencapai kekuatan maksimal.
3. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi (steem). Uap bertekanan tinggi
tinggi / pemanasan dapat mempersingkat waktu untuk proses
pengerasan.Tetapi cara ini harus disetujui oleh pengawas ahli.

Anda mungkin juga menyukai