Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


2.1 Tinjauan Pustaka
. Sifat agregat yang paling berpengaruh adalah permukaan dan ukuran
maksimumya, permukaan yang halus pada kerikil dan kasar pada batu pecah
berpengaruh pada lekatan dan besar tegangan saat retak-retak beton mulai
terbentuk. Oleh karena itu kekasaran permukaan berpengaruh terhadap bentuk
kurve dan regangan-regangan beton, dan terhadap kekuatan betonnya.
Besar ukuran maksimum agregat mempengaruhi kuat tekan betonnya.
Pada pemakain butir agregat maksimum lebih besar memerlukan jumlah pasta
yang sedikit untuk mengisi rongga-rongga antar butirnya, berarti sedikit pula pori-
pori betonnya (karena pori-pori beton sebagian berada dalam pasta tidak pada
agregat) sehingga kuat tekannya tinggi. (Kardiyono tjokrodimulyo, Teknologi
beton 1996).
Dalam Penelitian Simanungkalit, Sitorus, (2018) mengungkapkan bahwa
agregat menempati 70–75 % dari total volume beton, maka kualitas agregat sangat
berpengaruh pada kualitas beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat
dikerjakan (workable), kuat, dan tahan lama (durable) dan ekonomis.
Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat. Gradasi
agregat berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan
workabilitas.
Penelitian dilakukan pemeriksaan bahan (gradasi agregat, berat jenis, dan
absorbs agregat, kadar lumpur, kadar liat agregat). Benda uji yang digunakan
adalah 5 buah benda uji silinder dan 3 buah benda uji balok. Variasi dari masing-
masing agregat yaitu 31,5mm, 19,1mm dan 9,52mm. Sifat mekanik yang di uji
adalah kuat tekan dan kuat lentur balok, pengujian pda umur 28 hari. Dari
pengujian penelitian tersebut terlihat adanya peningkatan kuat tekan beton yang
menggunakan variasi butir maksimum kecil, nila dibandingkan dengan kuat tekan
rata-rata agregat 19,1mm terhadap variasi 31,5mm, terlihat adanya peningkatan
sebesar 11,23% , sedangkan untuk butir agregat 9,52mm terhadap variasi 31,5mm
terlihat adanya peningkatan sebesar 31,2 %.

3
2.2 Landasan Teori
Landasan utama dari penelitian ini adalah buku karya Teknologi
Beton ((Ir. KardiyonoTjokrodimuljo, ME, 1996).
2.2.1 Terminologi beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk masa padat (SNI 03-2834-2000). Beton dapat dibuat
dengan mudah oleh siapa saja, bahkan orang yang tidak pernah mengenal
teknologi beton sekalipun, tetapi dari masalah tersebut akan menghadirkan
masalah baru, antara lain reputasi beton yang jelek sebagai salah satu bahan
konstruksi. Beton mempunyai kelebihan dan kekurangan, beton mempunyai kuat
tuat tekan yang tinggi, sementara kuat Tarik beton rendah. Karena hal tersebut,
beton perlu dikombinasikan dengan tulangan baja apabila akan diaplikasikan pada
konstruksi untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Kelebihan dan kekurangan beton :
a. Kelebihan Beton
1) Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta mempunyai sifat
tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
2) Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan.
Cetakan dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis.
3) Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak
maupun dapat diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan.
4) Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang.
pada tempat - tempat yang posisinya sulit.
5) Beton tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.
b. Kekurangan Beton
1) Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik, sehingga mudah retak.
Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan sebagai penahan gaya tarik.
2) Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan
suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah
terjadinya retakan - retakan akibat terjadinya perubahan suhu.

4
3) Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna, harus dilakukan
dengan pengerjaan yang teliti.
4) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan diteliti
secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
2.2.2 Macam-macam beton berdasarkan fungsi dan kegunaan

Beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari campuran antara agregat
dan bahan pengikat. Beton banyak dipilih karena memiliki kekuatan yang kokoh,
permukaannya rata, serta bertekstur halus. Dengan kekuatan yang sama, biaya
pembuatan konstruksi beton bahkan jauh lebih murah daripada konstruksi besi
dan baja.
Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan menjadi :
1. Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot
ringan. Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa
membentuk gelembung-gelembung udara di dalam beton. Semakin banyak
jumlah gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka pori-porinya pun
akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga bakal kian membesar.
Hasilnya, bobot beton tersebut lebih ringan daripada beton lain yang memiliki
ukuran sama persis. Beton ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-
struktur.

Gambar 2.1. Beton ringan

5
2. Beton Non-Pasir
Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir,
melainkan hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya
rongga udara di celah-celah kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih
rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan semen pada beton ini juga
lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur ringan,
kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.

Gambar 2.2. Beton non pasir

3. Beton Hampa
Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air
pengencer adukan beton memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun hanya
mengandung air yang telah bereaksi dengan semen saja sehingga memiliki
kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton hampa banyak sekali
dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit.

Gambar 2.3. Beton hampa

6
4. Beton Bertulang
Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu
diketahui, beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah
dengan gaya tarik. Oleh karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke
dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik meningkat. Beton
bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai,
kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.

Gambar 2.4. Beton bertulang


5. Beton Pra-Tegang

Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton


bertulang. Perbedaan tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal
dimasukkan ke beton harus ditegangkan terlebih dahulu. Tujuannya supaya
beton tidak mengalami keretakan walaupun menahan beban lenturan yang
besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk menyangga
struktur bangunan bentang lebar.

Gambar 2.5. Beton Pra-tegang

7
6. Beton Pra-Cetak

Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton
pra-cetak. Beton ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya
lebih baik. Selain itu, pemilihan beton tersebut juga kerap didasari pada
sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang tersedia. Beton pra-
cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
pembangunan dan pengadaan material.

Gambar 2.6. Beton pra-cetak

7. Beton Massa

Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak.
Penuangan beton ini juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula
dengan perbandingan antara volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi.
Pada umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran lebih dari 60
cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi besar, pilar
bangunan, dan bendungan.

Gambar 2.7. Beton massa

8
8. Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai
bahan pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar
antara 15-20 cm. Bahan ini lantas ditambahkan ke adukan beton normal
sehingga dapat meningkatkan kekuatannya. Beton siklop seringkali dibangun
pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.

Gambar 2.8. Beton siklop

9. Beton Serat

Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke


dalam adukan beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di antaranya
asbestos, plastik, kawat baja, hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat
dimaksudkan untuk menaikkan daktailitas pada beton tersebut sehingga tidak
mudah mengalami keretakan.

Gambar 2.9. Beton serat

9
2.2.3 Material Penyusun Beton
a. Semen
Cemen Portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis
dengan gips sebagai bahan tambah (PUBI-1982).
Portland cement (PC) atau lebih dikenal dengan semen merupakan suatu
bahan yang mempunyai sifat hidrolis, semen membantu pengikatan agregat halus
dan agregat kasar apabila tercampur dengan air. Selain itu, semen juga mampu
mengisi rongga-rongga antara agregat tersebut.
Semen merupakan suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif
(adhesive) dankohesif (kohesive) yang memungkinkan melekatnya fragmen-
fragmen mineral menjadi suatu masa yang padat. Semen yang dimaksudkan untuk
konstruksi beton bertulang adalah bahan yang jadi dan mengeras dengan adanya
air atau disebut juga semen hidraulis(hidraulis cement).Sifat kimia dari semen
portland sangat rumit, dan belum dimengerti sepenuhnya. Hampir dua pertiga
bagian semen terbentuk dari zat kapur yang proporsinya berperan penting
terhadap sifat-sifat semen. Zat kapur yang berlebihan kurang baik untuk semen
karena menyebabkan terjadinya disintegrasi (perpecahan) semen setelah timbul
ikatan. Kadar kapur yang tinggi tetapi tidak berlebihan cenderung memperlambat
pengikatan, tetapi menghasilkan kekuatan awal yang tinggi. Kekurangan zat kapur
menghasilkan semen yang lemah (Murdock,1991).
Dalam semen pada dasarnya ada 4 senyawa penting, yaitu: Trikalsium
silikat (C3S), Dikalsium silikat (C2S), Trikalsium aluminat (C3A), dan

Tetrakalsium aluminoferit (C4AF). Senyawa C3S dan C2S merupakan senyawa

penyusun utama dari semen dengan prosentase sekitar 70% - 80% yang
menyebabkan semen bersifat sebagai perekat, selain itu senyawa ini juga
berpengaruh terhadap pengerasan semen. Kadar C3S yang lebih besar dari C2S,

umumnya menyebabkan semen menjadi cepat mengeras. Semen portland yang


cepat mengeras (rapid hardening cement portland) mengandung kadar C3S yang

cukup tinggi, yaitu sekitar 60 %.

10
Senyawa C3A jika bercampur dengan air akan mengalami hidrasi sangat

cepat disertai dengan pelepasan sejumlah panas dan kemudian hancur. Oleh
karena itu senyawa ini tidak mempunyai sifat mengikat. Kandungan senyawa
C3A yang lebih besar dari 18 % mengakibatkan semen menjadi tidak kekal

bentuk karena sifatnya yang hancur, sehingga menjadikan semen mengembang


pada waktu pengerasan. Senyawa yang keempat C4AF, kurang berpengaruh pada

semen portland. Senyawa ini hanya memperlambat pengerasan jika kadarnya


tinggi.
Jenis semen menurut SNI-S-04-1989-AF :
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan
khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempuyai panas hidrasi
sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras)
Jenis IV : Semen untuk beton yang memiliki panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen yang sangat tahan terhadap sulfat.
b. Agregat kasar
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri

pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara 4,76mm — 150mm. Agregat


kasar harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus mempunyai ikatan yang
baik. Syarat mutu agregat kasar menurut SK SNI S-04-1989-F adalah sebagai
berikut :
1) Butir-butirnya keras dan tidak berpori, indeks kekerasan ≤ 5 % (diuji dengan
goresan batang tembaga). Bila diuji dengan bejana Rudeloff atau Los Angeles.
2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan
hujan). Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur
maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %.
3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06mm) lebih
dari 1 %.
4) Tidak boleh mengandung zat-zat yang raktif terhadap alkali

11
5) Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20 % dari berat
keseluruhan.
6) Modulus halus butir antara 6 – 7,10 dan dengan variasi butir sesuai standar
gradasi.
7) Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak bersih antar
tulangan atau berkas tulangan.
Berikut tabel dan grafik gradasi yang harus dipenuhi oleh agregat kasar
berdasar SNI-03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal):

Tabel 2.1. Gradasi agregat kasar ukuran maks. 10 mm, 20 mm, dan 40 mm.
Uukuran saringan % Lolos saringan/ayakan
Ayakan Ukuran Ukuran Ukuran
Maks. Maks. Maks.
mm SNI ASTM inch
10mm 20mm 40mm
75,0 76 3 in 3 100 - 100
37,50 38 1 1/2
in 1,5 100 - 100 95 - 100
19,0 19 3/4 in 0,75 100 - 100 95 - 100 35 - 95
9,50 9,6 in
3/8
0,375 50 - 85 30 - 60 10 - 40
4,75 4,8 no. 4 0,187 0 - 10 0 – 10 0-5

Gambar 2.10 Grafik gradasi agregat kasar ukuran maksimum 10 mm

12
Gambar 2.11. Grafik gradasi agregat kasar ukuran maksimum 20 mm

Gambar 2.12 Grafik gradasi agregat kasar ukuran maksimum 40 mm

c. Agregat halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat pemecah batu. Agregat ini berukuran 0,063mm — 4,76mm yang meliputi
pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Untuk beton penahan

13
radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus,
agregat halus memenuhi syarat:
1) Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal
artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur, seperti terik matahari
hujan, dan lain-lain.
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering,
apabila kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci.
3) ingin dipakai untuk campuran beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi
kekuatan beton berkurang 5 %.
4) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup) terlalu
banyak.
5) Butir-butirnya tajam dan keras, dengan indeks kekerasan ≤ 2,2.
6) Agregat halus dari tepi laut / pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk
dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui. 

Berikut tabel dan grafik gradasi yang harus dipenuhi oleh agregat halus
(pasir). Berdasar SNI-03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal) .
Tabel 2.2. Gradasi agregat halus
Uukuran saringan % Lolos saringan/ayakan
Pasir
Pasir Pasir Pasir Fine
Ayakan Agak
Kasar Sedang Halus Aggr.
Halus
Gradasi Gradasi Gradasi Gradasi Sieve
mm SNI ASTM inch
no.1 no.2 no.3 no.4 Analys
9,5 9,6 3/4 in 0,375 100-100 100-100 100-100 100-100 100-100
4,75 4,8 no. 4 0,187 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100 95 - 100
2,36 2,4 no. 8 0,094 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100 80 - 100
1,18 1,2 no. 16 0,047 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100 50 - 85
0,6 0,6 no. 30 0,023 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100 25 - 60
0,3 0,3 no. 50 0,012 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50 5 - 30
0,15 0,15 no.100 0,006 0 - 10 0 - 10 0 – 10 0 - 15 0- 10

14
Gambar 2.13 Grafik zona I (pasir kasar)

Gambar 2.14 Grafik Zona II Pasir Sedang (agak kasar)

15
Gambar 2.15. Grafik zona III (pasir agak halus)

Gambar 2.16 Grafik zona IV (pasir halus)

16
d. Air
Air merupakan salah satu bahan yang penting dalam pembuatan beton
karena dapat menentukan mutu dalam campuran beton. Fungsi air pada campuran
beton adalah untuk reaksi kimia yang menyebabkan berlangsungnya proses
pengikatan antara campuran agregat dan semen agar mudah dikerjakan.
Air diperlukan pada pembentukan semen yang berpengaruh terhadap sifat
kemudahan pengerjaan adukan beton (workability), kekuatan, susut dan keawetan
beton. Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25 % dari
berat semen saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai
sulit jika kurang dari 0,35. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan dipakai
sebagai pelumas, tambahan air secara berlebihan menyebabkan kekuatan beton
menjadi rendah. Air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum memenuhi
syarat pula untuk bahan campuran beton.
Pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan SK SNI S-
04-1989 F :
1) Air harus bersih
2) Tidak mengandung Lumpur, minyak, dan benda melayang lainnya,
yang dapat dilihat secara visual. Benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih
dari 2 gram per liter.
3) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
Asam, zat organik dan sebagainya lebih dari 15 gramliter.
4) Tidak mengandung khlorida Cl lebih dari 0,5 gramliter. Khusus untuk beton
prategang kandungan khlorida tidak boleh lebih dari 0,05 gram
per liter.
5) Tidak mengandung senyawa sulfat sebagai SO3 lebih dari 1 gramliter.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton


Sifat beton pada umumnya lebih baik jika kuat tekannya tinggi. Dengan
demikian untuk meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya ditinjau dari
kuat tekannya saja (Tjokrodimuljo, 1996).

17
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan beton, yaitu :
a. Faktor air semen (FAS)
Didalam campuran beton air mempunyai dua buah fungsi, yang pertama
untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan
berlangsungnya pengerasan dan yang kedua sebagai pelicin campuran kerikil,
pasir dan semen agar lebih mudah dalam pencetakan beton. Kekuatan beton
tergantung pada perbandingan faktor air semennya, semakin rendah nilai faktor air
semen maka semakin tinggi kuat tekan betonnya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hampir untuk semua tujuan, beton yang mempunyai faktor air semen
minimal dan cukup untuk memberikan workabilitas tertentu yang dibutuhkan
untuk pemadatan, merupakan beton yang terbaik. (Murdock and Brooks, 1979).

Gambar 2.17 Hubungan faktor air semen dengan kepadatan


b. Umur beton
Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton
tersebut. Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur (untuk benda uji
silinder) sesuai dengan Tabel 2.3.

18
Tabel 2.3 Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur (satuan MPa)

Umur beton (hari) 3 7 14 21 28


Semen Portland biasa 0,46 0,70 0,88 0,96 1,00

c. Jenis Semen
Menurut SK SNI S-04-1989-F S tentang “spesifikasi bahan bangunan”
semen portland dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut :
1) Jenis Semen Portland Type I
Jenis semen portland type I mungkin yang paling familiar disekitar Anda
karena paling banyak digunakan oleh masyarakat luas dan beredar di pasaran.
Jenis ini biasa digunakan untuk konstruksi bangunan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus untuk hidrasi panas dan kekuatan tekan
awal. Kegunaan Semen Portland Type I diantaranya konstruksi bangunan
untuk rumah permukiman, gedung bertingkat, dan jalan raya. Karakteristik
Semen Portland Type I ini cocok digunakan di lokasi pembangunan di
kawasan yang jauh dari pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.  
2) Jenis Semen Portland Type II

Kondisi letak geografis ternyata menyebabakan perbedaan kadar asam sulfat


dalam air dan tanah dan juga tingkat hidrasi. Oleh karena itu, keadaan
tersebut mempengaruhi kebutuhan semen yang berbeda. Kegunaan Semen
Portland Type II pada umumnya sebagai material bangunan yang letaknya
dipinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, dan
bendungan. Karakteristik Semen Portland Type II yaitu tahan terhadap asam
sulfat antara 0,10 hingga 0,20 persen dan hidrasi panas  yang bersifat sedang.
3) Jenis Semen Portland Type III
Lain halnya dengan tipe I yang digunakan untuk konstruksi tanpa persyaratan
khusus, kegunaan semen portland type III memenuhi syarat konstruksi
bangunan dengan persyaratan khusus. Karakteristik Semen Portland Type
III diantaranya adalah memiliki daya tekan awal yang tinggi pada permulaan
setelah proses pengikatan terjadi, lalu kemudian segera dilakukan
penyelesaian secepatnya. Jenis semen Portland type III digunakan untuk
pembuatan bangunan tingkat tinggi, jalan beton atau jalan raya bebas
hambatan, hingga bandar udara dan bangunan dalam air yang tidak

19
memerlukan ketahanan asam sulfat. Ketahananya Portland Type III
menyamai kekuatan umur 28 hari beton yang menggunakan Portland type I.              
4) Jenis Semen Portland Type IV
Karakteristik Semen Portland IV adalah jenis semen yang dalam
penggunaannya membutuhkan panas hidrasi rendah. Jenis semen portland
type IV diminimalkan pada fase pengerasan sehingga tidak terjadi
keretakkan. Kegunaan Portland Type IV digunakan untuk dam hingga
lapangan udara.
5) Jenis Semen Portland Type V
Karakteristik Semen Portland Type V untuk konstruksi bangunan yang
membutuhkan daya tahan tinggi terhadap kadar asam sulfat tingkat tinggi
lebih dari 0,20 persen. Kegunaan Semen Potrtland Type Vdirancang untuk
memenuhi kebutuhan di wilayah dengan kadar asam sulfat tinggi seperti
misalnya rawa-rawa, air laut atau pantai, serta kawasan tambang. Jenis
bangunan yang membutuhkan jenis ini diantaranya bendungan, pelabuhan,
konstruksi dalam air, hingga pembangkit tenaga nuklir.

d) Jumlah Semen
Banyaknya jumlah semen dalam beton akan berpengaruh terhadap
kuat tekan beton yang dihasilkan. Jika nilai faktor air semen sama(nilai slump
berubah) beton dengan jumlah kandungan semen tertentu mempunyai kuat
tekan yang tinggi. Jika nilai slump sama (nilai f.a.s berubah) beton dengan
kandungan semen lebih banyak akan mempunyai kuat tekan yang lebih
tinggi, (Tjokrodimuljo, 1986).

e) Sifat agregat
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir
dan lain-lain) adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang
dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan
karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses
pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap
penyusutan. (Murdock dan Brook,1979).
Menurut Tjokrodimuljo (1996), sifat agregat yang paling berpengaruh
terhadap kekuatan beton adalah kekasaran permukaan dan ukuran

20
maksimumnya pada agregat dengan permukaan kasar akan terjadi ikatan yang
baik antara pasta semen dengan agregat tersebut. Pada agregat berukuran
besar luas permukaanya menjadi lebih sempit sehingga lekatan dengan pasta
semen menjadi berkurang.
2.2.5 Sifat Mekanik Beton
a. Kuat tekan beton
Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin
tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu
beton yang dihasilkan.
Rumus yang digunakan untuk perhitungan kuat tekan beton adalah :
f’c = P/A.................................................................................................(2.1)
dimana : f’c : kuat tekan beton (MPa)
P : beban (N)
A : luas penampang (mm2)
b. Kuat tarik belah
Kekuatan tarik beton relatif rendah, kirakira10%-15% dari kekuatan tekan
beton, kadang-kadang 20%. Kekuatan ini lebih sukar untuk diukur dan hasilnya
berbeda-beda dari satu bahan percobaan ke bahan percobaan yang lain
dibandingkan untuk silinder-silinder tekan (Ferguson, 1986:11). Rumus yang
digunakan untuk perhitungan kuat tarik belah beton adalah:
2P
fct = ..................................................................................................
.d. L
(2.2)
dimana : fct : kuat tarik belah (MPa)
P : beban pada waktu belah (N)
d : diameter benda uji silinder (mm)
L : panjang benda uji silinder (mm)
π : Phi

c. Kuat Lentur

21
Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton untuk menahan gaya
dengan arah tegak lurus sumbu.yang diberikan padanya sampai balok beton patah
dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa). Kuat tarik dalam lentur dikenal
sebagai modulus runtuh (Moduluss of Rupture). Untuk batang yang mengalami
lentur yang dipakai dalam desain adalah besarnya modulus runtuh (fr). Dalam
sebuah balok elastis homogen yang menerima momen lentur, tegangan- tegangan.
Rumus yang digunakan dalam mengitung kuat tarik belah adalah:
3 Pa
fr= ...............................................................................................
bh ²
(2.3)

dimana : fr : Kuat tarik lentur (Mpa)

P : Beban pada waktu lentur (KN)

a : Jarak dari perletakan ke gaya (mm)

b : Lebar penampang balok (mm)

h : Tinggi Penampang balok (mm)

2.2.6 Sifat-sifat beton segar


a. Workability
Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan  beton untuk
diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan.  Sifat kemudahan dikerjakan pada
beton segar dipengaruhi oleh:
1) Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Semakin banyak air
yang dipakai, semakin mudah beton segar dikerjakan tetapi jumlah air yang
banyak dapat menurunkan kuat tekan beton.
2) Penambahan semen ke dalam adukan. Makin banyak jumlah semen, maka
beton segar makin mudah dikerjakan.
3) Gradasi agregat halus dan kasar. Apabila agregat yang digunakan mempunyai
gradasi sesuai dengan persyaratan, maka adukan beton akan mudah
dikerjakan.
4) Bentuk butiran agregat. Bentuk butiran agregat bulat akan lebih
mempermudah pengerjaan beton.
5) Penggunaan admixture dan bahan tambah mineral.

22
b. Segregasi
Segregasi adalah pemisahan agregat kasar dari adukan beton akibat
campuran yang kurang lecak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1) Slump yang terlalu rendah
2) Gradasi agregat yang kurang baik
3) BJ agregat kasar >> BJ agregat halus
4) Agregat halus terlalu sedikit
5) Campuran beton terlalu kental atau encer
6) Tinggi jatuh pengecoran terlalu tinggi
7) Penggunaan alat penggetar terlalu lama
Penanggulangannya :
1) Hindari penuangan campuran beton yang terlalu tinggi lebih dari 2 m.
2) Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan atau
tanpa bahan admixture.
3) Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton dengan cara menambah
bahan admixture.
c. Bleeding
Bleeding adalah peristiwa naiknya air ke permukaan beton sesaat setelah
beton selesai di cor dan partikel agregat kasar turun ke bawah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Campuran terlalu basah atau adanya penambahan air pada saat pengecoran.
2. Rancangan campuran beton yang kurang baik sehingga tidak cukup material
halus untuk menahan “laju” air ke permukaan beton.
Penanggulangannya :
1. Mengkombinasi pasir kasar dengan pasir yang lebih halus atau dengan Abu
batu. Tujuan dari penambahan ini agar campuran beton lebih “kohesif”
2. Menaikkan jumlah semen (sampai batas tertentu). Dari penambahan ini maka
admixture yang dibutuhkan untuk menjaga workabilitas akan bertambah.
2.2.7 Penyusunan Mix design
Mix Design yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
Departemen Pekerjaan Umum yang tertuang dalam SK.SNI.T-15-1990-03 “Tata

23
Cara Pembuatan Rencana Beton Normal”, merupakan adopsi dari metode
departement of enviromen (DOE), Building Reserch Eshtabilishment, Britain.
Berikut langkah-langkah rancangan campuran ( mix design):
1) Penetapan kuat tekan beton yang diisyaratkan (fc) pada umur tertentu.
2) Perhitungan nilai tambah margin.
3) Penetapan jenis semen portland
Mengacu pada SK SNI S-04-1989-F semen portland dipisahkan menurut
pemakaiannya menjadi 5 jenis yaitu jenis I, II, III, IV dan V.
4) Penetapan jenis agregat
Jenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat alami (tak
dipecahkan) ataukah agregat jenis batu pecah.

5) Menetapkan Fas (faktor air semen) dengan salah satu dari tiga cara berikut:
a) Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata beton yang
direncanakan pada umur tertentu.

HUBUNGAN FAS DAN KUAT TEKAN


70 RATA-RATA SILINDER

60 f(x) = 114.58333333 x² − 223.7797619 x + 121.0922619


Kuat tekan silinder (MPa)

R² = 0.999657000798789
50f(x) = 93.154761905 x² − 184.85119048 x + 100.0922619
R² = 0.999851428892663
40

f(x) = 70.892857143 x² − 136.57738095 x + 70.488690476


30
R² = 0.999887813765375
f(x) = 2.42063431370139 x^-2.01776028995596
20 R² = 0.998081841139773

10

0
0.3 0.4 0.5 FAS 0.7
0.6 0.8 0.9 1
3 hari Fas
Power (3 hari)
7 hari Polynomial (7 hari)

Gambar 2.18 Grafik hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen untuk
benda uji silinder
b) Berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat kasar dan rata-rata
beton yang direncanakan pada umur tertentu ditetapkan dengan nilai fas
pada gambar 2.17

24
Tabel 2.4 Perkiraan kuat tekan beton dengan fas 0,5 dan senis semen serta agregat
sasar yang biasa dipakai di Indonesia

Jenis Jenis Kuat Tekan pada Umur Bentuk


Semen Agregat Kasar 3 7 28 91 Benda Uji

Tipe I, Batu alami 17 23 33 40


Silinder
II, V
Batu pecah 19 27 37 45

Batu alami 20 28 40 48
Kubus
Batu pecah 23 32 45 54

Tipe III Batu alami 21 28 38 44


Silinder
Batu pecah 25 33 44 48

Batu alami 25 31 46 53
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60

c) Dari tabel 2.5 ditentukan fungsi beton dan keadaan sekitarnya.


Tabel 2.5 Persyaratan Faktor Air Semen Maksimum Untuk Berbagai Pembetonan
Jumlah semen min. FAS
Deskripsi Dlm 1 m3 Beton Maks
(Kg)

Beton di dalam ruangan bangunan :

a. Keadaan keliling non-korosif 275 0.60

b. Keadaan keliling korosif,


disebabkan oleh 325 0.52
Kondensi atau uap korosif

Beton di luar bangunan :

a. Tidak terlindung dari hujan dan 325 0.60

25
matahari

Jumlah semen min. FAS


Deskripsi Dlm 1 m3 Beton Maks
(Kg)

b. Terlindung dari hujan dan matahari

Beton yang masuk ke dalam tanah : 275 0.60

a. Mengalami basah dan kering


325 0.52
berganti

b. Terpengaruh sulfat alkali tanah / air 325 0.60


tanah

Beton yang terus – menerus


berhub. dg. Air
a. Air tawar 270 0,55

b. Air laut 375 0,55

d) Penetapan nilai slump


Tabel 2.6 Nilai slump menurut ACI

Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maksimum Minimum

Dinding penahan dan pondasi 75 25

Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding 75 25


sub-struktur

Balok dan dinding beton 100 25

Kolom structural 100 25

Perkerasan dan slab 75 25

Beton massal 75 25

26
e) Penetapan besar butir agregat maksimum
Penetapan ini berdasarkan hasil dari gradasi butiran yang digunakan.
f) Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan
ukuran maksimum agregat, jenis agregat dan slump yang diinginkan lihat
2.18
Tabel 2.7 Perkiraan kadar air bebas per meter kubik beton (liter) untuk beberapa
tingkat kemudahan pekerjaan adukan
Ukuran besar Slump (mm)
butir
Jenis agregat 0-10 10-30 30-60 60-
Agregat
180
maksimum

Alami 150 180 205 225


10mm
Batu pecah 180 205 230 250

20mm Alami 135 160 180 195

Batu pecah 170 190 210 225

Alami 115 140 160 175


40mm
Batu pecah 155 175 190 205

Dari tabel diatas ditentukan kebutuhan air per meter kubik berdasarkan
agregat halus dan kasar
Hitung berat semen yang diperlukan
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air
langkah (f) dengan fas yang diperoleh pada langkah (a) berikut:
jumlah air yang dibutuhkan
Berat semen =
faktor air semen
Air
= =kg . Untuk ukuran agregat yang telah ditentukan
Fas

27
g) Menentukan kebutuhan semen minimum.
Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 2.8.
h) Penyesuaian kebutuhan
Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari langkah (h) ternyatab lebih
sedikit dari langkah (i) maka yang dipakai kebutuhan semen yang nilainya
lebih besar.

Tabel 2.8. Kebutuhan semen minimum untuk berbagai pembetonan dan


lingkungan khusus

Jumlah semen min. FAS


Deskkripsi Dlm 1 m3 Beton Maks
(Kg)

Beton di dalam ruangan bangunan :

c. Keadaan keliling non-korosif 275 0.60

d. Keadaan keliling korosif, disebabkan


oleh 325 0.52
Kondensi atau uap korosif

Beton di luar bangunan :

c. Tidak terlindung dari hujan dan 325 0.60


matahari

i) Penentuan daerah gradasi agregat halus


Berdasarkan grdasi agregat halus yang akan dipakai dapat diklarifikasikan
menjadi 4 daerah. Penentuan daerah gradasi itu didasarkan atas tabel dan
grafik dari hasil gradasi pengujian agregat halus. Agregat halus yang
digunakan yaitu grafik yang menunjukan bahwa agregat halus masuk
zona x.

28
j) Penetapan prosentase pasir terhadap campuran ini diperoleh dengan
menggunakan gambar 2.19 – 2.21 dan agregat maksimum
k) Penetapan berat jenis pasir dan kerikil
Berikut cara perhitungan berat jenis agregat campur:
Berat jenis Pasir
P K
Berat jenis campuran agregat mm = x Bj Pasir + x BJ Kerikil
100 100
Perhitungan berat jenis beton diperoleh dari gambar 2.22. untuk ukuran
agregat yang telah ditentukan.
Dengan gambar 2.22. berat jenis campuran dan kebutuhan air didapat.
(f) = .. ltr,

Gambar 2.19 hubungan fas terhadap agregat 10 mm

Gambar 2.20 hubungan fas terhadap agregat 20 mm

29
Gambar 2.21 hubungan fas terhadap agregat 40 mm
l) Kebutuhan agregat campuran

Kebutuhan berat pasir + kerikil dihitung dengan rumus:

(W pasr + krk = berat beton - kebutuhan air – semen).

m) Kebutuhan agregat halus


Kebutuhan pasir dapat dihitung dengan rumus:
W pasir = (berat pasir + kerikil) x prosentase berat pasir terhadap
campuran
n) Kebutuhan agregat kasar
Kebutuhan kerikil dapat dihitung dengan rumus:
(berat pasir + kerikil) – kebutuhan pasir

30
HUBUNGAN AIR, BJ AGREGAT DAN BERAT BETON

2800

2700
f(x) = − 1.5625 x + 2856.25
f(x) = − 1.625 x + 2812.5
2600

f(x) = − 1.434375 x + 2705.9375


2500
f(x) = − 1.25 x + 2600
Berat beton (kg/m3)

2400
f(x) = − 1.09375 x + 2496.875
2300 f(x) = − 1.015625 x + 2426.5625

2200

2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260
Kandungan air (liter/m3 beton)

BJ 2,4 Linear (BJ 2,4) BJ 2,5 Linear (BJ 2,5)


BJ 2,6 Linear (BJ 2,6) BJ 2,7 Linear (BJ 2,7)
BJ 2,8 Linear (BJ 2,8) BJ 2,9 Linear (BJ 2,9)

Gambar 2.22. Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
Untuk Benda Uji Silinder

31
Tabel 2.9. Contoh form Mix Design

No Uraian Jumlah
1 Kuat tekan yang disyaratkan pada umur 28 hari ……………...Mpa
2 Nilai Tambah (margin) ……………...Mpa
3 Kuat tekan rata – rata yang direncanakan (f’cr) ……………...Mpa
4 Jenis Semen ( Tipe 1,2,3,4)
5 Jenis Kerikil Batu pecah/alami
6 Jenis agregrat halus Alami
7 Fakor air semen  ……………
8 Faktor air semen  ……………
9 Faktor air semen maksimum  ……………
10 Dipakai faktor air semen yang terendah  ……………
11 Nilai slump  ……………...mm
12 Ukuran Maksimum agregrat kasar  …………...…mm
13 Kebutuhan air  ………………lt
14 Kebutuhan semen Portland  ………………kg
15 Kebutuhan semen Portland minimum  ………………kg
16 Dipakai kebutuhan semen Portland  …………….
17 Penyesuaian jumlah air atau f.a.s  …………….
18 Penyesuain fas  …………….
19 Daerah gradasi agregrat halus  …………….
20 Persen berat agregrat halus terhadap campuran  …………….
21 Berat jenis agregrat campuran ………………/m3
22 Berat jenis beton ( gambar 3.25 ) ……………kg/m3
23 Kebutuhan campuran pasir dan kerikil …………..kg/ m3
24 Kebutuhan Pasir …………..kg/m3
25 Kebutuhan kerikil …………..kg/m3

31

Anda mungkin juga menyukai