II
a. beton normal
b. beton bertulang
c. beton prategang
d. beton komposit
I. Beton Prategang
Beton prategang adalah beton bertulang yang dimana telah diberikan tegangan dalam
untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat pemberian beban yang
bekerja.
c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar dan
distribusisedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang
terjadi akibat beban eksternal.
Material Beton Prategang
a) Beton adalah hasil dari pencampuran beberapa material berupa semen, air dan
agregat. dengan perbandingan berat campuran agregat kasar 44%, agregat halus 31%,
semen 18%, dan air 7%. setelah 28 hari beton akan mencapai kekuatan yang ideal
yang disebuta kuat tekan karakteristik. Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yang
telah melampaui 95% dari pengukuran kuat tekan uniaksial yang diambil dari tes
penekanan standar, yaitu dengan kubus ukuran 15x15 cm, atau siliner dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Beton yang digunakan untuk beton prategang
adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan yang tinggi dengan nilai f’c minimal
30 Mpa.
b) Baja : material baja yang biasa digunakan dalam pembuatan beton prategang adalah
sebagai berikut K
c) PC Wire, biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan
sistem pratarik.
d) PC Strand, biasanya digunakan untuk baja prategang untuk beton prategang dengan
sistem pascatarik.
e) PC BAR, biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan
sistem pratarik.
f) Tulangan biasa, yaitu tulangan yang bisa dipakai untuk beton konvensional seperti
besi polos dan besi ulir
Metode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum beton dicor, oleh
karena itu disebut pretension method. Adapun prinsip dari Pratarik ini secara singkat adalah
sebagai berikut :
Tahap 1: Siapkan bekisting ( formwork ) yang telah lengkap dengan lubang untuk
kabel tendon ( tendon duct ) yang dipasang melengkung sesuai bidang momen balok, setelah
itu beton dicor ( gambar A ).
Tahap 2 : Setelah beton di cor dan sudah bisa memikul berat sendiri, tendon atau
kabel prategang dimasukkan ke dalam Lubang Tendong (tendon duct), selanjutnya ditarik
untuk mendapatkan gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang adalah dengan cara
mengikat salah satu angker, kemudian ujung angker lainnya ditarik ( ditarik dari satu sisi ).
tetapi ada pula yang ditarik dikedua sisinya kemudiang diangker secara bersamaan. Setelah
diangkur kemudiang dilakukan grouting pada lubang angker tadi ( Gambar B ).
Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya konsentris telah
ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya konsentris tendon
memberikan beban merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya bentuk balok melungkung
keatas ( gambar C ).
Untuk memudahkan transportasi dari pabrik ke site, maka biasanya beton prategang
dibuat dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental ( balok dibagi-bagi
menjadi beberapa bagian, misalnya perbagian dibuat dengan panjang 1 sampai dengan 3 m ).
Faktor -Faktor Penyebab Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton Bertulang
Sifat Beton
Untuk melihat bagaimana sifat dari beton bertulang yang dapat menimbulkan
keretakan kita harus melihat proses dari awal pembuatan beton bertulang tersebut. Pada saat
awal pembuatan beton bertulang dengan pencampuran bahan penyusunnya seperti kerikil,
pasir, air, semen, dan baja tulangan. Dalam proses pengerasannya beton akan mengalami
pengurangan volume dari volume awal. Umumnya hal ini disebabkan air yang terkandung
pada campuran beton akan mengalami penguapan sebagian yang mengurangi volume beton
bertulang tersebut.
Sehingga apabila dikondisikan pada saat beton mengalami pengerasan dan akibat dari
volume beton berkurang yang akan menyebabkan penyusutan pada beton tetapi beton
tersebut dibiarkan untuk menyusut tanpa adanya pembebanan maka beton pun tidak akan
mengalami keretakan. Tetapi pada kondisi sebenarnya dilapangan tidak ada beton yang tidak
mengalami pembebanan. Karena tidak ada balok atau kolom pada bangunan yang berdiri
sendiri melainkan akan bersambung satu sama lain dan hal ini akan membuat beton bertulang
bekerja menahan beban-beban pada bangunan.
Sehingga apabila pada kondisi saat beton mengalami penyusutan volume kemudian
terjadi pembebanan, maka retakan pun tidak dapat dihindari.
Suhu
Tidak dapat diabaikan suhu juga dapat menyebabkan keretakan pada beton bertulang.
Maksud suhu disini adalah suhu campuran beton saat mengalami perkerasan. Karena pada
saat campuran beton bertulang mengalami perkerasaan suhu yang timbul akibat reaksi dari air
dengan semen akan terus meningkat. Sehingga pada saat suhu campuran beton ini terlalu
tinggi, pada saat beton sudah keras sering timbul retak-retak pada permukaan beton.
Cara Penulangan
Sering sekali saya menemukan struktur beton bertulang dibuat dengan cara yang
kurang tepat. Hal yang paling umum terjadi adalah ketebalan dari tulangan sampai
permukaan beton terlampau besar. Hal ini sebenanrnya kurang tepat karena fungsi dari baja
tulangan tersebut adalah untuk menahan gaya lintang (pada balok dan plat), deformasi akibat
lendutan, serta gaya geser.
Jika tebal selimut beton terlampau besar makan retakan biasa terjadi mulai dari
permukaan struktur beton sampai pada bagian tulangan yang ada didalamnya. Seharusnya
tulangan dibuat agak keluar, dan selimut atau kulit yang membungkus tulangan dibuat setipis
mungkin (1,5 s/d 2 cm). Karena gaya tarik dan gaya tekan paling besar terjadi pada ujung
permukaan beton tersebut
Jika beban di atas balok itu cukup besar, maka serat serat beton bagian tepi bawah
akan mengalami tegangan tarik yang cukuptak besar pula, sehingga dapat terjadi retak pada
bagian tepi bawah. Keadaan ini terjadi terutama pada daerah beton yang momennya besar,
yaitu pada bagian tengah bentang.
Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat serat balok bagian tepi
bawah, maka diperlukan baja tulangan sehingga disebut dengan istilah “Beton Bertulang”
pada balok beton bertulang ini, tulangan baja ditanam dalam beton sedemikian rupa, sehingga
gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada penampang retak dapat ditahan oleh
tulangan seperti tampak pada gambar I.
Karena sifat beton tidak kuat terhadap tarik, maka pada gambar I (b) tampak bahwa bagian
balok yang menahan tarik ( di bawah garis netral ) akan ditahan oleh tulangan, sedangkan
bagian yang menahan tekan ( di atas garis netral ) tetap ditahan oleh beton.
Fungsi utama beton dan tulangan
Dari uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa baik beton maupun baja tulangan pada
struktur beton bertulang tersebut mempunyai fungsi yang berbeda sesuai dengan sifat bahan
yang bersangkutan.