BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
kelemahan dari bahan beton inilah maka ditemukan bahan bangunan baru dengan
menambahkan baja tulangan untuk memperkuat terutama bagian beton yang
mengalami tarik.
Baja tulangan yang digunakan untuk perencanaan harus mengunakan baja
tulangan ulir/sirip (deformed bar). Sedangkan tulangan polos (plain bar) hanya
dapat digunakan untuk tulangan spiral dan tendon, kecuali untuk kasus-kasus
tertentu.
B. Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur
1. Kelebihan :
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting. Beton
bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur, besar
maupun kecil – bangunan, jembatan, perkerasan jalan, bendungan,
dindingpenahan tanah, terowongan, jembatan yang melintasi lembah (viaduct),
drainaseserta fasilitas irigasi, tangki, dan sebagainya. Sukses besar beton sebagai
bahan konstruksi yang universal cukup mudah dipahami jika dilihat dari
banyaknya kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan tersebut antara lain :
a) beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan lain.
b) Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan
merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan
dengan air. Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-rata, batang-batang
struktur dengan ketebalan penutup beton yangmemadai sebagai pelindung
tulangan hanya mengalami kerusakan padapermukaannya saja tanpa mengalami
keruntuhan.
c) Struktur beton bertulang sangat kokoh.
d) Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
e) Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat panjang.
Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai
kapan pun tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat
dijelaskan dari kenyataannya bahwa kekuatan beton tidak berkurang dengan
panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi
momen lentur.
d) Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa ditangani
seteliti seperti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti struktur
baja dan kayu.
Kekuatan beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa perlu
melakukan penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan.
Perkiraan kenaikan biaya bahan untuk mendapatkan penambahan kekuatan seperti
itu adalah 15% sampai 20%. Namun untuk mendapatkan kekuatan beton diatas 35
atau 40 Mpa diperlukan desain campuran beton yang sangat teliti dan perhatian
penuh kepada detail-detail seperti pencampuran, penempatan, dan perawatan.
Persyaratan ini menyebabkan kenaikan biaya yang relatife lebih besar. Kurva
tegangan-regangan pada gambar dibelakang menampilkan hasil yang dicapai dari
uji kompresi terhadap sejumlah silinder uji standar berumur 28 hari yang
kekuatannya beragam.
Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari niol sampai kira-kira 1/3 - 2/3
kekuatan maksimum beton.
Diatas kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidak linearan kurva tegangan-
regangan beton pada tegangan yang lebih tinggi ini mengakibatkan beberapa
masalah ketika kita melakukan analisis struktural terhadap konstruksi beton
karena perilaku konstruksi tersebut juga akan nonlinear pada tegangan-tegangan
yang lebih tinggi.
Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa berapapun
besarnya kekuatan beton, semua beton akan mencapai kekuatatan puncaknya pada
regangan sekitar 0,002.
Beton tidak memiliki titik leleh yang pasti, sebaliknya kurva beton akan tetap
bergerak mulus hingga tiba di titik kegagalan (point of rupture) pada regangan
sekitar 0,003 sampai 0,004.
Banyak pengujian yang telah menunjukkan bahwa kurva-kurva tegangan-
regangan untuk silinder-silinder beton hampir identik dengan kurva-kurva serupa
untuk sisi balok yang mengalami tekan.
Harus diperhatikan juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih daktail
daripada beton berkekuatan lebih tinggi – artinya, beton-beton yang lebih lemah
akan mengalami regangan yang lebih besar sebelum mengalami kegagalan.
2. Modulus Elastisitas Statis
Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik
dan perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada beberapa defenisi
mengenai modulus elastisitas :
a) Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada titik asal dari
kurva.
b) Modulus tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent (garis singgung) pada
kurva tersebut di titik tertentu di sepanjang kurva, misalnya pada 50% dari
kekuatan maksimum beton.
c) Kemiringan dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke suatu titik pada
kurva tersebut di suatu tempat di antara 25% sampai 50% dari kekuatan tekan
maksimumnya disebut Modulus sekan.
d) Modulus yang lain, disebut modulus semu (apparent modulus) atau modulus
jangka panjang, ditentukan dengan menggunakan tegangan dan regangan yang
diperoleh setelah beban diberikan selama beberapa waktu.
Peraturan ACI menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung modulus elastisitas
beton yang memiliki berat beton (wc) berkisar dari 1500-2500 kg/m3.
Dimana :
wc : berat beton (kg/m3)
fc’ : mutu beton (Mpa)
Ec : modulus elastisitas (Mpa)
Modulus Elastisitas Dinamis
3. Modulus elastisitas dinamis
Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespondensi dengan regangan-
regangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik. Nilainya
biasanya lebih besar 20%-40% daripada nilai modulus elastisitas statis dan kira-
kira sama dengan modulus nilai awal. Modulus elastisitas dinamis ini biasanya
dipakai pada analisa struktur dengan beban gempa atau tumbukan.
4. Perbandingan Poisson
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah
lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan longitudinal ini disebut
D. Kolom
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktur yang memikul
beban dari balok induk maupun balok anak. Kolom meneruskan beban dari
elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah
melalui`pondasi.
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total
(total collapse) seluruh struktur. Kolom adalah struktur yang mendukung beban
dari atap, balok dan berat sendiri yang diteruskan ke pondasi. Secara struktur
kolom menerima beban vertical yang besar, selain itu harus mampu menahan
beban-beban horizontal bahkan momen atau puntir/torsi akibat pengaruh
terjadinya eksentrisitas pembebanan. hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi
kolom perencanaan, mutu beton dan baja yang digunakan dan eksentrisitas
pembebanan yang terjadi.
E. Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban
vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang
diterima plat lantai, berat sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di
atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa beban angin dan gempa. Balok
merupakan bagian struktur bangunan yang penting dan bertujuan untuk memikul
beban tranversal yang dapat berupa beban lentur, geser maupun torsi. Oleh karena
itu perencanaan balok yang efisien, ekonomis dan aman sangat penting untuk
suatu struktur bangunan terutama struktur bertingkat tinggi atau struktur berskala
besar.
struktur gedung tinggi yang memikul beban gravitasi dari dua atau lebih
tingkat diatasnya serta balok beton pratekan berbentang panjang. Sedangkan gaya
gempa lateral bekerja pada setiap pusat massa lantai.
Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk
mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga
kriteria standar sebagai berikut:
a) Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil
b) Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tapi
bukan merupakan kerusakan structural
c) Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non struktural pada gempa
kuat, namun kerusakan yang terjadi tidak menyebabkan bangunan runtuh.
Beban gempa nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya probabilitas
beban itu dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur
yang mengalaminya, dan oleh kekuatan lebih yang terkandung didalam struktur
tersebut. Peluang dilampauinya beban nominal tersebut dalam kurun waktu umur
gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya adalah gempa
rencana dengan periode ulang 500 tahun. Tingkat daktilitas struktur gedung dapat
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat lebih (f1) untuk
struktur gedung secara umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban gempa
nominal adalah beban akibat pengaruh gempa rencana yang menyebabkan
terjadinya pelelehan pertama didalam struktur gedung, kemudian direduksi
dengan faktor kuat lebih (f1).
Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami
simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat
beban gempa diatas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan
pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga
struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi
diambang keruntuhan. Faktor daktilitas struktur gedung (μ) adalah rasio
antara simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana
pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan (δmax) dan simpangan struktur
pada saat terjadinya sendi plastis ya ng pertama (δy), seperti terlihat pada
persamaan di bawah ini:
Untuk μ =1 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur gedung yang berprilaku
elastik penuh, seangkan μm adalah nilai faktor daktilitas maksimum yang dapat
dikerahkan oleh sistem struktur gedung yang bersangkutan.
1. Analisis Beban Gempa
Struktur beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal
akibat pengaruh gempa rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah
nominal statik ekivalen (V) yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung menurut
persamaan di bawah ini:
Dimana C1 adalah nilai faktor respon gempa yang didapat dari respon spectra
gempa rencana untuk waktu getar alami fundamental T1, Wt adalah berat total
gedung termasuk beban hidup yang sesuai, R adalah faktor reduksi gempa, dan I
adalah faktor keutamaan. Beban geser dasar nominal V harus dibagikan sepanjang
tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen Fi
yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan di
bawah ini:
Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang
sesuai, zi adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral,
sedangkan n adalah nomor lantai tingkat paling atas. Ilustrasi dari hal tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut :
Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0.1 V harus dianggap
sebagai beban horizontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai
tingkat paling atas, sedangkan 0.9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan.
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan.
Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif
lebih tinggi, Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan
air, Struktur beton bertulang sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan
biaya pemeliharaan yang tinggi, memiliki usia layan yang sangat panjang, Beton
biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis, kemampuannya untuk
dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam, membutuhkan sedikit semen dan
tulangan baja, serta Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun
konstruksi beton bertulang lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai
kuat tarik yang sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk
menahan beton tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat
beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya, Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton.
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas
dinamis, Perbandingan Poisson, Kuat Tarik, Kuat Geser dan Kurva Tegangan-
Regangan.
B. Saran
Kepada pembaca agar kiranya setelah membaca makalah ini diharapkan
mampu mamahami dasar-dasar dari beton bertulang, kalaupun didalam makalah
ini terdapat materi yang bertentangan dengan materi sebenarnya agar memberikan
koreksi untuk memperbaiki penyusunan makalah yang sangat sederhana ini