Anda di halaman 1dari 41

(QS: Al Baqarah: 186)

Design of Earthquake Resistance Steel Fra 1


me
Design of Plate & Beam Reinforced
Concrete
Session 1
Introduction of Reinforced Concrete

2
Historical Review
• Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya,
seperti abu pozolanik, telah dimulai sejak zaman dahulu yakni zaman
Yunani , Romawi, dan mungkin juga sebelum itu.

• Awal abad ke 19, penggunaan beton bertulang dilakukan lebih intensif.


• Pada tahun 1801, F.Coignet menulis tentang prinsip-prinsip konstruksi
dan kelemahan beton terhadap tarik.
• Pada tahun 1886, Koenen menulis tentang teori dan perancangan
struktur beton
• Tahun 1906, Turner untuk pertama kalinya mengembangkan flat slab
tanpa balok.
• Pada tahun 1938, Teori kekuatan batas mulai dikembangkan di Rusia
dan pada tahun 1956 di Inggris dan Amerika
• Metode mix design beton terus berkembang, mulai munculnya beton
dengan kekuatan tekan tinggi

Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Reinforced Concrete

Reinforced Concrete beton yang diperkuat (bahasa)


 beton bertulang (istilah)

“Tulang”?  berfungsi sebagai penguat


Pada struktur beton penguatnya adalah baja

Beton
Tulangan baja

Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Reinforced Concrete
Beton + baja tulangan saling bekerja sama dalam menahan gaya
yang terjadi :

 Beton diperhitungkan (hanya) menahan gaya tekan


 Baja tulangan diperhitungkan menahan gaya tarik,

Tekan dan Tarik?  Berasal dari lenturan Pelat&balok%

tekan
Sisi Atas = Memendek  tekan

tarik
Sisi bawah = Memanjang  tarik
Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete 5
Reinforced Concrete
Kombinasi beton + baja tulangan dapat terwujud karena :
 Lekatan yang sempurna antara batang baja tulangan dengan
beton yang membungkusnya sehingga tidak terjadi slip
(monolit)

 Beton yang membungkus batang baja tulangan bersifat kedap


sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat
pada baja tulangan

 Kedua bahan mempunyai angka muai yang relatif sama besar,


sehingga tegangan yang terjadi karena perbedaan suhu dapat
diabaikan. Angka muai beton : 0,000010 – 0,000013 dan angka
muai baja : 0,000012

Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete 6


Reinforced Concrete
Baja dan beton bekerja bersama (monolit) :
 Tulangan sirip
 Ikatan geseran antara beton dgn sirip tulangan

Sirip Rusuk

 Tulangan polos
 Bengkokan kait di kedua ujung tulangan

Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Reinforced Concrete

Tulangan Sirip

Tulangan Polos

Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Reinforced Concrete
Selimut Beton befungsi:
 melindungi baja tulangan dari bahaya korosi
 menjamin ikatan yang baik antara baja tulangan dan beton
 melindungi baja tulangan jika terjadi kebakaran

Kawat bendrat

selimut
Tahu beton

Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Reinforced concrete
(Lecture Task)
Beton merupakan bahan campuran antara semen, agregat
halus dan agregat kasar, serta air dengan adanya bahan
penambah ataupun tidak yang setelah mengeras
membentuk massa yang padat serta tidak larut dalam air

 Kelebihan beton
 Kekurangan Beton
 Proporsi campuran beton
 Kriteria beton berkualitas baik
 Fungsi Agregat pada beton
 Tujuan pencampuran kerikil&pasir pada beton

0 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Reinforced concrete
(Home work)

 Komposisi Protland Cement


 Pengaruh komposisi semen terhadap panas hidrasi
 Pengaruh komposisi semen terhadap kekuatan
 Pengaruh komposisi semen terhadap daya tahan beton
 Klasifikasi semen portland menurut SNI 15-2049-2004
 Fungsi air dalam campuran, pengaruhnya terhadap
kekuatan, pengertian FAS

1 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Sifat beton segar
1. Mudah dikerjakan (workability)
Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan dikerjakan antara lain:

a. Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara


pengerjaanadukan beton, karena diikuti dengan bertambahnya air
campuran untuk memperoleh nilai fas yang tetap.

b. Pemakaian butir-butir batuan yang bulat mempermudah cara


pengerjaan beton.

c. Jumlah air yang dipakai dalam campuran beton. Makin banyak air
yangdipakai makin mudah beton segar dikerjakan.

d. Gradasi campuran pasir dan kerikil. Apabila mengikuti gradasi


campuranyang telah disarankan oleh peraturan, maka adukan beton
akan mudahdikerjakan.
e. Cara pemadatan adukan beton. Bila dilakukan dengan alat getar,
makadiperlukan tingkat kelecakan (keenceran) yang berbeda.
2 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete
Sifat beton segar
2. Pemisahan kerikil (segregation)
Segregation adalah terpisahnya agregat kasar dari campuran
adukan beton,yang disebabkan oleh kelebihan air pada
Campuran beton. Dimana terjadi pengendapan partikel yang
berat ke dasar beton segar dan partikel-partikel yang
lebihringan akan menuju ke permukaan beton segar.
Hal-hal tersebut akan mengakibatkan beberapa keadaan pada
beton yaitu
a. terdapat rongga-rongga udara,
b. beton menjadi tidak homogen
c. permeabilitas serta keawetan berkurang

3 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Sifat beton segar
3. Pemisahan air (bleeding)
bleeding adalah Kecerendungan campuran untuk naik ke
atas (memisahkan diri) pada betonsegar yang baru saja
dipadatkan disebut
Hal ini disebabkanketidakmampuan bahan solid dalam
campuran untuk menahan seluruh air campuranketika bahan itu
bergerak ke bawah.
Air naik ke atas sambil membawa semen dan butir-butir halus
pasir, yang pada akhirnya setelah beton mengeras akan tampak
sebagai selaput. Lapisan inidikenal sebagai laitance.

Bleeding biasanya terjadi pada campuran beton


basah(kelebihan air) atau campuran adukan beton dengan nilai
slump tinggi
4 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete
Sifat beton Keras
Sifat mekanis beton keras dapat diklarifikasikan sebagai :
1. sifat jangka pendek atau sesaat
a. kekuatan tekan,
b. Kekuatan tarik,
c. Kekuatan geser,
d. kekakuan yang diukur dengan modulus elastis

2. sifat jangka panjang.


a. rangkak
b. susut

5 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Sifat beton Keras
Kekuatan beton meliputi :
a. kekuatan tekan,
b. kekuatan tarik
c. kekuatan geser.

Yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah faktor air


semen (fas),
semakin kecil fassemakin tinggi kuat tekan beton. Kekuatan
beton semakain meningkat dengan bertambahnya umur.

6 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Sifat beton Keras
Ketahanan beton terhadap pengaruh yang merusak oleh kondisi sekitarnya hingga
beton tidak mengalami kerusakan ( menimbulkan penurunan kekuatan tekan) adalah
dimaksudkan sebagai durability of concrete.
Umumnya kerusakan pada beton di daerah-daerah tropis disebabkan oleh pengaruh
asam, pengaruh sulfat dan abrasi.
Kondisi yang dapat mengurangi daya tahan beton dapat disebabkan faktor dari luar
dan daridalam beton itu sendiri.
Faktor luar antara lain:
a. cuaca,
b. suhu yang ekstrem,
c. erosi,
d. kembang dan susut akibat basah atau kering yang silih berganti dan pengaruh
bahankimia.
e. Faktor dari dalam yaitu reaksi agregat dengan senyawa alkali

7 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Kekuatan Tekan

Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur apabila dibebani dengan gaya
desak tertentu.

P N fc’ : kuat tekan,


fc '  2
( Mpa) P adalah beban dan A adalah luas
A mm
bidang desak
PN
A mm2 P kgf A cm2

Untuk menentukan kuat 15 cm


15 cm
desak beton, dilakukan 15 cm 15 cm
dengan membuat sampel 30 cm
berupa kubus ataupun
slinder
8 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete
tabel komposisi berat semen, pasir, dan kerikil, serta volume air yang
dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.

Referensi tabel :
SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh
Dept Pekerjaan Umum.

9 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Kekuatan Tarik
Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat desak pasa waktu umurnya
masih muda,dan berkisar sepersepuluh sesudahnya. Biasanya tidak
diperitungakan di dalam perencanaan bangunan beton.

Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat


perubahan kadar air dan suhu.

Pengujian yang dilakukan


adalah seperti
pembelahan silinder-
silinder oleh suatu
desakan ke arah
diameternya.

Apabila kuat tarik


terlampaui , benda uji
akan terbelah menjadi dua
bagian dari ujung ke ujung

0 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Kekuatan Tarik

ft = kuat tarik belah (N/m2)


2 P P = beban pada waktu belah (N)
ft  L = panjang benda uji silinder (m)
 LD D = diameter benda uji silinder (m)

Nilai Pendekatan untuk kuat 0,57 fc'


tarik beton normal :

Kekuatan Geser
Di dalam praktek, geser dalam beton selalu di ikuti oleh desak dan tarik elemen
lenturan, dan bahkan di dalam pengujian tidak mungkin menghilangkan elemen
lentur.

1 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Regangan
Regangan  dedefinisikan sebagai rasio antara per-pendekan batang 
relatif terhadap panjang batang asli L


L P kgf


apabila suatu batang dengan panjang L,
luas tampang A didesak dengan beban P,
selain akan menimbulkan tegangan maka L
batang akan memendek sebesar  dan
menimbulkan regangan 

Dapat dibuat diagram tegangan regangan

2 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Diagram Tegangan-Regangan Desak Beton
Semakin beton bermutu tinggi, maka diagram tegangan-regangan akan
semakin tegak, tetapi regangan masimumnya akan semakin kecil.

fc
fc

o m c
fc
Ec
Regangan desak maksimum pada
0.5fc beton pada umummnya ditentukan,

c c = 0,003
Gambar Diagram Tegangan – Regangan Beton

3 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Modulus Elastisitas Beton (Ec)

Modulus Elasitisitas adalah rasio tegangan normal terhadap regangan yang


timbul akibat tegangan tersebut.

Terdapat beberapa cara untuk menentukan Modulus Elastisitas Beton (Ec) yang
diantaranya adalah sebagai berikut,

0,5. f c
fc Ec 
 c1
fc
Ec E c  4700 f c
0.5fc c1 c
f’c dan Ec dalam Mpa

1 Mpa = 10.2 kg/cm2

4 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Sifat-sifat Beton Keras
Rangkak
Rangkak merupakan peningkatan regangan terhadap waktu akibat
beban yang terus menerus bekerja.
Regangan tambahan akibat beban yang sama yang terus menerus
bekerja disebut regangan rangkak.

Rangkak tidak menyebabkan


dampak langsung pada kekuatan
struktur tetapi akan mengakibatkan
timbulnya distribusi tegangan pada
beban kerja dan kemudian terjadi
peningkatan lendutan (defleksi)

5 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Sifat-sifat Beton Keras
Susut
Susut pada beton adalah kontraksi akibat pengeringan dan
perubahan kimiawiyang tergantung pada waktu dan keadaan
kelembaban tetapi tidak pada tegangan

Proses susut pada beton


apabila dihalangi secara
tidak merata (oleh
penulangan misalnya), akan
menimbulkan deformasi
yang umumnya bersifat
menambah terhadap
deformasi rangkak

6 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


BAJA TULANGAN
Bentuk:
- batang (polos, deform, dia.: 6 - 32 mm)
- anyaman (utk tlg plat, ddg., str.cangkang)
Polos Deform

Diagram tegangan – regangan baja tulangan:

Canai panas (hot rolled)


Titik luluh tampak jelas
BAJA TULANGAN HARUS SESUAI
SNI
ftk

BERAPAKAH KODE SNI nya?


fyk
Tegangan s

ES

uk Regangan s

7 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Baja Tulangan

Diagram tegangan – regangan baja tulangan untuk perancangan penampang beton


bertulang disederhanakan menjadi sbb.

ft Modulus elastik Baja


tulangan dihitung
dengan :
fy
fy
Es 
Tegangan s

y

ES = 200 000 MPa

y uk Regangan s

8 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


INDONESIAN REINFORCED CONCRETE CODE

SNI 03-2847-2002

Mengacu pada ACI 318 M -99 dan ACI 318-02

SNI 03-2847-2013

Mengacu pada standar-standar internasional ASTM (material)

Mengacu pada ACI 318M -11 (2011)

9 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Metode Perencanaan Beton Bertulang

Analisis Struktur:
pada umumnya didasarkan pada teori elastisitas linier (bahan memenuhi Hukum
Hook)

Perancangan Penampang Beton Bertulang:


Dengan memperhatikan sifat non linier beton (beton tdk menahan tarik karena
retak)

Metoda Perancangan:
- cara elastis (cara n)
- cara batas (batas layan SLS, batas
kekuatan ULS)

0 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Metode Perencanaan Beton Bertulang

Ada dua filsafat / metode perencanaan beton bertulang :


1. Metode tegangan kerja (Working Stress Method)
berpusat pada beban layan (yaitu beban pemakaian struktur),
yang terutama dipakai sejak awal tahun 1900-an sampai 1960-
an

2. Metode perencanaan kekuatan batas (Strength Design


Method)
terpusat pada keadaan pembebanan yang melampaui beban
kerja pada saat struktur terancam keruntuhan, yang mulai
dikenal luas sejak 1983.

1 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Perancangan dengan Metode Tegangan Kerja:
Struktur direncanakan sedemikian sehingga tegangan yang
diakibatkan oleh beban kerja nilainya lebih kecil dari pada tegangan
yang diijinkan
 
beban yang diperhitungkan adalah service loads ( beban kerja ),

sedangkan penampang komponen struktur direncanakan atau


dianalisa bedasarkan pada nilai tegangan tekan lentur ijin yang
umumnya ditentukan bernilai 0,45 fc’, dimana pola distribusi
tegangan tekan linier atau berbanding lurus dengan jarak terhadap
garis netral.

2 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Kendala dalam perencanaan metode tegangan kerja :

3 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


2. Metode Kekuatan Batas:

Unsur Struktur direncanakan terhadap beban terfaktor


sedemikian rupa sehingga unsur struktur tersebut mempunyai
kekuatan ultimit yang diinginkan

4 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


2. Metode Kekuatan Batas:
Harus dipenuhi syarat2 :
-batas layan (SLS = serviceability limit state) - batas deformasi (mis.
Lendutan)
- batas lebar retak
- batas tegangan
- batas getaran

- batas kekuatan (ULS = ultimit limit state)


- kuat batas lentur dg/tanpa gaya
aksial
- kuat batas geser, torsi dan pons
- patah lelah (fatigue, bbn.
dinamik)

5 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Faktor Beban pada Kondisi Ultimit

Kondisi ultimit adalah kondisi yang mana inensitas beban


meningkat sampai pada batas ultimit tertentu. Meningkatnya beban
sehingga mencapai kondisi ultimit ditunjukkan oleh adanya faktor beban
yang nilainya > 1.

6 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Faktor Beban pada Kondisi Ultimit

7 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete


Faktor Reduksi Kekuatan f Metoda Ulitimit

Beberapa nilai f yg penting, untuk: SNI 03-2847-2002 SNI 03-2847-2013

Lentur, tanpa beban aksial 0,80 0,90*


Aksial tarik 0,80 0,9
Aksial tarik dengan lentur 0,80 0,9
Aksial desak 0,70 atau 0,65 0,65
Aksial desak dengan lentur 0,70 atau 0,65 0,65
Geser 0,75 0,75
Torsi 0,75 0,75
Tumpuan pada beton (bearing) 0,65 0,7
Faktor reduksi kekuatan  a.l. untuk memperhitungkan adanya kemungkinan:
- kesalahan hitung (pemodelan/penyederhanaan perilaku bahan dan
perilaku str.beton bertulang; pembulatan angka2),
- kekurangan mutu bahan,
- kekurangan dimensi,
- ketelitian pelaksanaan (mis. letak baja tulangan).
8 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete
Faktor Aman dalam Hitungan Str. Beton Bertulang
Dimensi Penampang &
Kuat Bahan: f´c, fy

Hitungan Kuat
Penampang: dg
Asumsi2 pada Model
Bahan
& Mekanik Penampang

Kuat Nominal
Penampang: mis.: Mn
Faktor Reduksi

<
Kekuatan q

=
Kuat Perlu, Kuat Rencana
mis.: Mu = 1,2 MD + 1,6 ML Penampang:
mis.: Md = 0,9 Mn
Faktor Beban
Gaya Internal,
mis.: MD, ML, MW, ME

Analisis Struktur
(elastis linier)
Beban: D, L, W, E
Reinforced Concrete Design Concept
(meterial Strength)
Ulitimate Method Working Stress Methods

Fc’
Fc’

Fa Fa= 0,45 Fc’

o m c
o m c
Allowable stress Material Concept
Limit Strength Material Concept (elastic concept)

0 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete 40


Reinforced Concrete Design Concept
(Load Combination)
Ulitimate Method Working Stress Methods

1. 1,4 D 1. D
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr or R) 2. D+L
3. D + (Lr or R)
3. 1,2 D + 1,6( Lr or R) + L 4. D + 0,75 L + 0,75 Lr
4. 1,2 D + 1,0 W + 1 L + o,5 (Lr or 5. D + (0,6 W or 0,7 E)
R) 6. D + 0,75 L + 0,75(0,6W) + 0,75 (Lr or
5. 1,2 D + 1,0 E + L R)
6. 0,9 D + 1,0 W 7. D + 0,75L+ 0,75(0,7E)
8. 0,6D + 0,6 w
7. 0,9 d + 1,0 E 9. 0,6D + 0,7 E

1 Design Of Plate & Beam Reinforced Concrete

Anda mungkin juga menyukai