8. Heinz Frick dan Pujo L. Setiawan, Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Kanisius Jogjakarta,
2001.
9. Imran, Iswandi., dan Zulkifli, Ediansjah., Perencanaan Dasar Struktur Beton Bertulang,
Institut Teknologi Bandung, 2014.
10. Imran, Iswandi., dan Zulkifli, Ediansjah., Perencanaan Lanjut Struktur Beton Bertulang,
Institut Teknologi Bandung, 2014.
11. Asroni, H. Ali, Teori dan Desain Balok Plat Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847-2013,
Muhamadiyah University Press, 2017.
12. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung SNI 03 2847-2002, 2002.
13. Badan Standarisasi Nasional, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI
2847-2013, 2013.
14. Badan Standarisasi Nasional, Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain SNI 1727-2013, 2013.
15. Badan Standarisasi Nasional, Baja Tulangan Beton SNI 2052-2014, 2014.
Perjanjian Kuliah:
1. Penilaian :
a. Tugas 30%
b. UTS 30%
c. UAS 30%
d. Kehadiran 10%
2. Absen Tatap Muka
Mahasiswa yang terlambat 30 menit dinyatakan Alpa
3
𝑓 = 0.33 𝑓
Kapasitas Kuat tekan dihasilkan dari kualitas materi penyusun beton (campuran semen, agregat
halus, agregat kasar, dan air) dan rasio air semen nya (RAS). Skema bahan penyusun beton terlihat
pada gambar berikut:
Beton
Agregat Pasta
Halus Kasar Air Semen
Pasir Kerikil
- Air
Menurut peraturan Beton Bertulang Indonesia Tahun 1971 (PBI 1971), air yang digunakan untuk
pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam,
baha-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton dan baja tulangan.
- Semen
Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah
kalsium dan alumunium silikat. Bahan baku penyusun semen adalah kapur (CaO), silika (SiO2),
dan alumina (Al2O3).
Terdapat 5 jenis semen yaitu:
a. Jenis I : semen portland untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan khusus
b. Jenis II : semen portland untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang
c. Jenis III : semen portland untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras)
d. Jenis IV : semen portland untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah
e. Jenis V : semen portland untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
- Pasir
Merupakan agregat halus beriameter 1mm – 5 mm yang harus memenuhi syarat berikut:
a. BerPasal tajam
b. Tidak mudah lapuk/hancur oleh perubahan cuaca
c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat keringnya
d. Bukan pasir laut (karena mengandung garam)
- Kerikil
Merupakan agregat kasar berukuran diameter 5 mm – 40 mm. kerikil dapat juga diganti dengan
batu pecah atau split. Syarat kerikil :
a. Bersifat padat dan keras serta tidak berpori
b. Bersih, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
c. Tidak boleh bulat kecuali dalam keadaan terpaksa.
- Bahan campur tambahan
Bahan campuran tambahan (admixtures) yaitu bahan yang bukan air, agregat, dan semen yang
ditambahkan ke dalam campuran beton. Terdapat jenis bahan tambahan sebagai berikut,
a. Bahan tambahan percepatan pengeringan
b. Bahan tambahan penghalus gradasi
c. Polimer
d. Superplastisizer
5
Agregat
Beton
Pasta semen
𝐸 = 4700 𝑓
Rangkak adalah regangan beton yang terjadi akibat beban tetap dalam waktu yang lama. Nilai
rangkat sebanding dengan umur beton.
𝜎 (𝑡 )
𝜀 (𝑡, 𝑡 ) = 𝜙(𝑡, 𝑡 )
𝐸 (28)
di mana:
Ec(28) = modulus elastisitas beton pada umur 28 hari
φ(t,t0) = φ0βc(t,t0)
Pengaruh temperatur pada beton diwakilkan pada koefisien pemuaian beton α c. koefisien
pemuaian tergantung pada komposisi beton, kandungan moisture dan umur beton. Regangan
akibat pengaruh suhu yaitu,
𝜀 = 𝛼 ∆𝑇
Dengan demikian regangan total pada beton pada waktu t yang dibebani secara uniaksial dengan
beban konstan σc(t0) pada t0 adalah jumlah dari regangan akibat pengaruh tegangan, akibat
pengaruh rangkak, akibat pengaruh susut, akibat pengaruh suhu. Secara matematis tertulis sebagai
berikut:
𝜀 (𝑡) = 𝜀 (𝑡 ) + 𝜀 (𝑡) + 𝜀 (𝑡) + 𝜀 (𝑡)
7
Tegangan tekan
Tegangan tarik
Tegangan tekan
pada beton
Tegangan tarik
pada baja
Tulangan baja
Tugas 1 Kunjungi dan foto elemen struktu bangunan beton bertulang, balok dan plat, yang
sementara dikerjakan .
Tugas 2 Jawab pertanyaan-pertanyaan dibawa ini:
1. Sebutkan definisi beton berdasarkan SNI 2847-2002?
2. Sebutkan definisi beton berdasarkan SNI 2847-2013?
3. Sebutkan perbedaan fungsi tulangan antara SNI 2847-2002 dan SNI 2847-2013?
4. Apa fungsi material beton dalam struktur beton bertulang?
5. Apa fungsi material baja tulangan dalam struktur beton bertulang?
6. Berapa mutu beton (kuat tekan) yang digunakan untuk bangunan tahan gempa?
7. Sebutkan rumus rasio air semen?
8. Hitung kebutuhan semen pada untuk balok dengan panjang 4 m, lebar balok b 20 cm,
tinggi balok h = 40 cm, rasio air semen 0.52.
9. Mutu beton dapat dilihat dari nilai apa? Sebutkan 3 pembagian mutu beton?
10. Apa itu regangan beton? berapa nilai regangan batas/runtuh/ultimate dari beton?
11. Apa itu beton normal (menurut SNI 2847-2013)?
12. Apa itu modulus elastisitas beton?
13. Berapa nilai modulus elastisitas dari beton dengan mutu fc' = 20 MPa?
14. Apa arti BJTP-24? Apa arti BJTP-30?
15. Berapa nilai modulus elastisitas dari baja tulangan?
16. Gambar hubungan tegangan-regangan beton dan gambar hubungan-tegangan
regangan baja tulangan?
10
PEMBEBANAN
Tabel 2.1 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung (PPIUG 1983)
12
Contoh: Soal
Hitunglah beban mati D dari balok beton bertulang dengan panjang 4 m, lebar balok b 30 cm, tinggi
balok h 60 cm.
Penyelesaian,
Diketahui:
L=4m
b = 30 cm = 0.3 m
h = 60 cm = 0.6 m
Material beton bertulang sehingga berat jenis beton bertulang (tabel 2.1) = 2400 kg/m 3
Ditanya:
Dbalok = . . . ?
Jawab:
Dbalok = L x b x h x Bj beton bertulang
= 4 m x 0.3 m x 0.6 m x 2400 kg/m3 = 1728 kg.
Tabel 2.2 Beban hidup terdistribusi merata minimum, L0 dan beban hidup terpusat minimum
(Sumber Tabel 4.1 SNI 1727-2013:)
14
Mengacu kepada metode desain yang dianut yaitu metode beban terfaktor (berasal dari singkatan
LRFD adalah Load Resistance Factor Desain) maka struktur direncanakan dengan memperhitungkan
2 faktor yaitu faktor beban dan faktor reduksi kekuatan.
a. Faktor beban, yaitu faktor yang berkaitan dengan beban yang bekerja pada struktur (beban
luar).
Faktor beban terlihat pada kombinasi pembebanan dari metode beban terfaktor yang diatur dalam
SNI 1727-2013 yaitu,
1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5(Lr atau S atau R)
3. 1.2D + 1.6(Lr atau S atau R) + 0.5(L atau 0.5W)
4. 1.2D + 1W + L + 0.5(Lr atau S atau R)
5. 1.2D + 1W + L + 0.2S
6. 0.9D + 1W
7. 0.9D + 1E
b. Faktor reduksi kekuatan φ, yaitu faktur yang berkaitan dengan gaya dalam (kekuatan struktur).
Faktor reduksi ini memperhitungkan ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada
komponen struktur. Faktor ini diatur dalam SNI 2847-2013 Pasal 9.3.
15
1. Pasal 9.3.2.1 struktur dengan penampang terkendali tarik (yaitu jika regangan baja tarik terjauh
(ԑt) ≥ 0,005 pada saat regangan beton tekan mencapai batas asumsi 0,003 misalnya balok),
φ=0,9.
2. Pasal 9.3.2.2 struktur dengan penampang terkendali tekan (yaitu jika regangan baja tarik terjauh
(ԑt) < 0,005 pada saat regangan beton tekan mencapai batas asumsi 0,003):
a. Komponen struktur dengan tulangan spiral, φ = 0,75
b. Komponen struktur dengan tulangan lainnya, φ = 0,65
3. Pasal 9.3.2.3 geser dan torsi, φ = 0,75
4. Pasal 9.3.2.4 tumpuan pada beton, φ = 0,65
Beban ekivalen
Beban ekivalen merupakan usaha memudahkan perhitungan gaya dalam secara manual (tanpa
software) karena
1 𝑙 1
𝑞 = 𝑞. . 𝑙 − 𝑙
2 𝑙 3
1
𝑞 = 𝑞. 𝑙
3
17
Part 4
BALOK TULANGAN TUNGGAL
Definisi
Balok adalah elemen struktur yang memikul momen dan geser. Dalam struktur suatu portal elemen
ini diletakan secara horisontal (lihat gambar 3.1).
C
c
Sumbu
d h Netral
As
T =Asf s
s (untuk s> y )
b
Sisi tarik
(a) (b) (c)
Penampang balok Distribusi regangan pada Kondisi tegangan aktual pada
bertulangan tunggal kondisi ultimite kondisi regangan ultimite
Gambar 3.3 Gambaran tegangan-regangan pada balok beton bertulang tulangan tunggal
C a/2
c a = 1c C
Sumbu
d h Netral jd = (d-a/2)
As
T =Asf s
s (untuk s> y ) T
b
Sisi tarik
(a) (b) (c) (d)
Penampang balok Distribusi regangan pada Kondisi tegangan aktual pada Blok tegangan tekan
bertulangan tunggal kondisi ultimite kondisi regangan ultimite persegi ekivalen
Gambar 3.4 Blok tegangan tekan persegi ekivalen balok beton tulangan tunggal
b = lebar penampang balok, mm.
h = tinggi penampang balok, mm.
d = tinggi efektif penampang balok, mm.
20
ds = jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik, mm.
f c’ = tegangan tekan beton, MPa.
fs = tegangan tarik tulangan baja, MPa.
fy = tegangan tarik tulangan baja saat leleh, MPa.
Mu = momen ultimit, kNm.
Mn = momen nominal, kNm.
φ = faktor reduksi
K = faktor momen pikul
a = tinggi blok tegangan ekivalen, mm.
As = luas tulangan tarik, mm2.
Es = modulus elastisitas baja tulangan, MPa.
Ts = gaya tarik tulangan baja, kN.
β1 = faktor pembentuk tegangan tekan persegi beton.
ԑ’c = regangan tekan beton.
ԑs = regangan tarik tulangan baja.
ԑy = regangan tarik tulangan baja pada saat leleh.
5. Tulangan Minimum
21
Berdasarkan SNI Beton Pasal 10.5 luas tulangan tarik pada penampang balok tidak boleh kurang
dari:
. .
𝐴 = . 𝑏. 𝑑 atau 𝐴 = . 𝑏. 𝑑
As min dipilih yang besar dari kedua hasil perhitungan. Batas bawah diperlukan agar tulangan yang
digunakan tidak terlalu sedikit.
Dari persamaan di atas maka dapat diperoleh persamaan rasio tulangan terhadap penampang
balok,
0,25. 𝑓 1,4
𝜌 = atau 𝜌 =
𝑓 𝑓
Dipilih nilai ρmin yang besar.
Konsekuensi luas tulangan yang terlalu kecil:
a) ԑs besar (lendutan yang terjadi besar)
b) Ketika beton retak (Ms > Mcr), balok akan segera runtuh karena Mn < Mcr.
6. Tulangan Maksimum
Agar tidak terjadi keruntuhan getas (brittle) pada elemen lentur, SNI Beton lampiran B.10.31
membatasi rasio tulangan ρ ≤ 0,75ρb. secara matematis ρb dapat diturunkan sebagai berikut,
Pada keadaan balanced (seimbang)
𝜀′ = 𝜀′ = 0,003
𝑓 𝑓
𝜀 = 𝜀 = 0,003 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜀 = =
𝐸 200000
𝑐 𝜀′ 0,003 600
= = =
𝑑 𝜀′ + 𝜀 0,003 + 𝑓 /200000 600 + 𝑓
600. 𝑑
𝑐 = karena 𝑎 = 𝛽 . 𝑐
600 + 𝑓
600. 𝛽 . 𝑑
𝑎 =
600 + 𝑓
𝐶 , = 𝑇,
0,85. 𝑓 . 𝑎 . 𝑏 = 𝐴 , .𝑓
0,85. 𝑓 . 𝑎 . 𝑏
𝐴 , =
𝑓
Maka dapat dihitung rasio tulangan balanced:
𝐴, 0,85. 𝑓 . 𝑎 600. 𝛽 . 𝑑
𝜌 = = 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑎 =
𝑏. 𝑑 𝑓 .𝑑 600 + 𝑓
Maka
22
510. 𝛽 . 𝑓
𝜌 =
600 + 𝑓 . 𝑓
Dengan demikian rasio tulangan maksimum adalah:
382,5. 𝛽 . 𝑓
𝜌 = 0,75. 𝜌 =
600 + 𝑓 . 𝑓
4.0,5. 𝐾. 𝑑
−(−𝑑) ± 𝑑 −
0,85. 𝑓 2. 𝐾
𝑎 , = =𝑑± 1− .𝑑
2.0,5 0,85. 𝑓
2. 𝐾
𝑎 = 1− 1− .𝑑
0,85. 𝑓
9. Penempatan tulangan
Penempatan tulangan perlu diatur agar tulangan dapat bekerja secara efektif. SNI 2847-2013
mengaturnya dalam pasala 7.6 dan pasal 7.7 (lihat gambar 3.3). Notasi yang diperhatikan dalam
penempatan tulangan yaitu,
Sb = tebal selimut beton minimal (Pasal 7.7.1).
Jika berhubungan dengan cuaca :
Untuk D ≥ 19 mm, tebal Sb = 50 mm.
Untuk D ≤ 16 mm, tebal Sb = 40 mm.
Jika tak berhubungan dengan cuaca, tebal Sb = 40 mm.
b = jarak maksimum (as-as) tulangan samping (Pasal 3.3.6.7 SK SNI T-15-1991-03), diambil ≤
300 mm dan ≤ (1/6) kali tinggi efektif balok. Tinggi efektif = tinggi balok – ds atau d = h –
ds.
Snv = jarak bersih tulangan pada arah vertikal (Psl 7.6.2 SNI 2847-2013) diambil ≥ 25 mm, dan ≥
D.
Sn = jarak bersih tulangan pada arah mendatar (Psl 7.6.1 SNI 2847-2013) diambil ≥ 25 mm, ≥
D, dan disarankan ≥ 4/3.Φagregat, untuk memudahkan pengecoran (agar kerikil dapat
memasuki celah tulangan).
D = diameter tulangan longitudinal, mm.
ds = jarak titik berat tulangan tarik sampai serat tepi beton bagian tarik, sebaiknya diambil ≥
60 mm.
Sb
Sb
Tulangan Sengkang/Geser
Snv
ds
Sn D
1
𝑏, ℎ, 𝑑, 𝑑 , 𝑓 , 𝑓 , 𝑀 , 𝜙, 𝐷
𝑀
2 𝑑≥
𝑏. 𝐾
𝑀
𝑀 =
𝜙
3 5a
𝑀
𝐾= Perbesar dimensi
𝑏. 𝑑 (b, h, d)
𝐾 ≤𝐾 No
Yes
6
2. 𝐾
𝑎 = 1− 1− .𝑑
0,85. 𝑓
7
0,85. 𝑓 . 𝑎. 𝑏 𝑓 1,4
𝐴 = ;𝐴 = 𝑏. 𝑑 ; 𝐴 = 𝑏. 𝑑
𝑓 4. 𝑓 𝑓
9
Menentukan diameter dan menghitung jumlah
tulangan longitudinal
C A B
26
C A B
10
𝑓 1,4
𝜌 = ;𝜌 =
4. 𝑓 𝑓
382,5. 𝛽 . 𝑓 11
𝜌 = 0,75. 𝜌 =
600 + 𝑓 . 𝑓
13b 12 13a
𝜌<𝜌 𝐴 𝜌>𝜌
𝜌=
Perkecil Balok 𝑏. 𝑑 Perbesar Balok
13
No 𝜌 ≤𝜌 ≤𝜌 No
𝑎
15
𝑀 = 𝐴 .𝑓 . 𝑑 −
2
16
𝑀 = 𝜙. 𝑀
𝐴
17
𝑛=
1
. 𝜋. 𝐷
4
Notasi:
b = lebar penampang balok, mm.
h = tinggi penampang balok, mm.
d = tinggi efektif penampang balok, mm.
ds = jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton tarik, mm.
f c’ = tegangan tekan beton, MPa.
fs = tegangan tarik tulangan baja, MPa.
fy = tegangan tarik tulangan baja saat leleh, MPa.
Mu = momen ultimit, kNm.
Mn = momen nominal, kNm.
Md = momen desain, kNm.
φ = faktor reduksi
K = faktor momen pikul, MPa.
Kmaks = faktor momen pikul maksimum, MPa.
a = tinggi blok tegangan ekivalen, mm.
As = luas tulangan tarik, mm2.
Asu = luas tulangan tarik ultimit, mm2.
Es = modulus elastisitas baja tulangan, MPa.
Ts = gaya tarik tulangan baja, kN.
β1 = faktor pembentuk tegangan tekan persegi beton.
ԑ’c = regangan tekan beton.
ԑs = regangan tarik tulangan baja.
ԑy = regangan tarik tulangan baja pada saat leleh.
ρ = rasio tulangan
ρb = rasio tulangan balanced
ρmaks = rasio tulangan maksimum
ρmin = rasio tulangan maksimum
28