Anda di halaman 1dari 56

Jurusan Teknik Sipil

Universitas Nusa Cendana


Pendahuluan
Penggunaan sejenis semen untuk mengikat batuan &
kerikil telah dipraktekkan sejak zaman kuno. Untuk
tujuan ini, bgs Assyria & Babilonia menggunakan
tanah liat.
Org Mesir  Piramida, Org RomawiKoloseum,
jaringan aquaduct & struktur lain
Gambar mural di Thebes yang memperlihatkan proses
pengecoran. Tampak seorang pekerja mengisi gentong
dengan air lalu diaduk dengan kapur dan dipakai sebagai
mortar.
Pada gambar di bawah : pembuatan dinding beton.
 Meskipun penggunaan material semen cukup dini,
namun hanya sedikit yang diketahui tentang kimia
 1756 : John Smeaton menemukan campuran kapur &
tanah liat, yang mengeras bila dibakar. Penemuan ini
memacu penyempurnaan semen & struktur batu bata.
 1824 : Joseph Aspdin mempatenkan pembuatan semen
dengan memanaskan campuran kapur & tanah liat dan
menggiling hasilnya menjadi bubuk halus, disebut
Semen Portland karena menghasilkan beton yang
berwarna abu-abu yang menyerupai batuan dari Pulau
Portland di Inggris.
Concrete (Bhs. Inggris) : menggabungkan menjadi
suatu benda padat.
Kotau-zai (bhs Jepang) : material2 spt tulang karena
agregat mirip tulang2 hewan
Beton dalam Bhs. Indonesia berasal dari Bhs. Belanda.
1 Semen
Pasta

2 Air Mortar

3 Agregat Halus Beton

4 Agregat Kasar
 Beton dibuat dari agregat (pasir & kerikil), semen
(perekat yang mengikat butir-butir agregat menjadi
satu) dan air (bereaksi dengan semen tadi). Dewasa ini
juga pada beton juga ditambahkan bahan kimia untuk
meningkatkan sifat beton.
 Campuran ini diharapkan memiliki sifat : cukup kuat
(kokoh tekan, kokoh tarik, kekerasan, dsb), tahan lama
(ketahanan/durability, susut, rangkak, dsb), mudah
dibuat (kelecakan/workability, setting time)
berdasarkan pemilihan yang teliti dan ekonomis ttg
sifat & proporsi bahan2nya (mix design)
Berdasarkan komponen pembuatnya, beton dibedakan
atas :
1.Beton (concrete), yaitu campuran antara semen portland
atau sembaran semen hidraulik yang lain, agregat halus,
agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan.
2.Beton bertulang (reinforcement concrete) yaitu
campuran dari bahan beton dengan besi beton hingga
terbentuk suatu bahan yang homogen yg dapat memikul
beban yang bekerja padanya.
3. Beton komposit (composite concrete), yaitu campuran
dari 2 bahan yang berbeda sifat, umumnya bahan
beton dan bahan baja, yang diharapkan bekerja
bersama-sama sehingga terbentuk suatu interaksi
yang sempurna dengan satu garis netral yang baru
yang dapat memikul beban yang bekerja padanya.
4. Beton pratekan (prestressed concrete) yaitu campuran
dari bahan beton dan kabel baja prategan dengan
memberikan suatu gaya pra penekanan terhadap
penampang beton melalui suatu sistem pra
penegangan kabel di dalam atau di luar elemen beton,
sedemikian rupa sehingga kiba bekerjnya beban luar
atau sebagian besar penampang beton akan
menderita tegangan saja.
5. Beton bertulang komposit (composite reinforcement
concrete), yaitu campuran dari bahan beton bertulang
dan profil baja yang dipasang pada daerah tarik
sedemikian rupa sehingga secara bersama-sama
merupakan suatu sistem yang dapat memikul beban
yang bekerja padanya.
6. Beton pracetak (precast concrete) yaitu elemen beton
yang dibuat atau dicetak di tempat di luar lokasi
definitifnya.
7. Beton pratekan pracetak (precast prestressed concrete)
yaitu beton pratekan yang dicetak di tempat di luar
lokasi definitifnya yang biasanya memakai metode
pretensioning.
Pada beton yang baik, setiap butir agregat dibungkus
seluruhnya mortar. Jadi, kualitas pasta menentukan
kualitas beton. Di lain pihak, secara volumetris beton
diisi oleh agregat 60-75% dan mortar 25-40% (semen 7-
15%, air 14-21%, volume absolut). Jadi, pemilihan agregat
juga sama pentingnya.
 Concrete without entrained air yaitu campuran
dari semen , air dan agregat. Pada beton yang
baru dicor, air yang mempunyai specific gravity
yang lebih kecil cenderung berpindah ke atas,
sementara agregat yang yang lebih besar specific
gravitynya cenderung turun ke bawah dan
terjadilah segregasi (pemisahan air semen dengan
agregat). Water-cement ratio yang rendah (50%)
memungkinkan tidak terjadinya segregasi sebab
pasta semen yang terbentuk menjadi lunak, berat
dan agregat yang besar akan turun serta terjadi
gaya kapiler di antara partikel agregat.
 Adanya gaya kapiler dan ruang kosong ini
memberikan efek yang kurang baik terhadap mutu
beton yang dihasilkan. Fine & weak materials (agregat
halus) cenderung naik ke atas permukaan beton yang
disebut dengan “laitance”.
 Air entrained Concrete (AE concrete)
Gelembung-gelembung udara di dalam beton akan
memberikan pengaruh pada beton.
Keuntungan dari entrained air :
o Meningkatkan workability
o Meningkatkan durability
o Meningkatkan water-tightness
Keuntungan dari entrained air :
o Meningkatkan workability
o Meningkatkan durability
o Meningkatkan water-tightness
o Menurunkan unit water-content
o Keseragaman beton dapat dicapai

Kelemahan dari entrained air :


o Mengurangi kekuatan beton dalam memberikan water-
cement ratio sebagi rule of tumb, 4-6% menurunkan
tegangan tekan 2-3%, mengurangi tegangan lentur untuk
menambah unit air-content sebesar 1%.
Kelemahan dari entrained air :
o Air entrained concrete menyebabkan terjadinya plastic
cracks pada bagian permukaan dan relatif menambah
penguapan air dan menurunkan kelembabannya.
o Entrained air menyebabkan terjadinya gelembung-
gelembung kecil di permukaan beton.
1. Ketersediaan (availibity ) material dasar:
o Agregat dan air bisa didapat dari daerah setempat. Semen
juga dapat dibuat di daerah setempat.
o Untuk konstruksi baja, harus dibuat di pabrik dengan
bahan yang masih harus diimpor. Pengangkutan untuk
daerah tertentu sulit dijangkau.
o Struktur kayu lebih ringan dari struktur beton dan baja
namun jika penggunaannya secara massal dapat
menyebabkan masalah lingkungan.
o Pengangkatan bahan mudah. Semen & agregat dapat
diangkut sendiri-sendiri. Sering agregat pun dapat
diperoleh di daerah setempat. Air seringkali bisa didapat
di sekitar site praktis hanya perlu mengangkut semen
saja.
2. Mudah dibuat :
o Strukturnya monolit, atau tidak memerlukan
sambungan. Bisa dibuat menjadi bentuk & ukuran
apapun (bandingkan dg baja)
o Tidak memerlukan ahli khusus (cukup beberapa
pengawas yang sudah belajar teknologi beton)
3. Kemudahan untuk digunakan (verstility)
o Bahannya mudah diangkut
o Bisa dipakai utk bendungan, pondasi, jalan raya,
jembatan, perkerasan bandar udara, pipa air & saluran,
melindungi radiasi yang berbahaya, insulator panas pada
gudang, beton ringan untuk blok & panel, beton
arsitektural dekoratif, dsb
4. Kemampuan beradaptasi (adaptability)
o Bersifat monolit dan tidak butuh sambungan
o Dapat dicetak dalam bentuk dan ukuran apapun
o Dapat diproduksi dengan berbagai cara, disesuaikan
dengan keadaan sekitar.
o Ongkos pemeliharan minimal. Tidak perlu dicat kembali
spt konstruksi baja.
5. Ketahanannya besar :
Ketahanan (durability) merupakan daya tahan thd
cuaca, serangan kimia, abrasi mekanis, api & air
6. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal

Struktur beton dari bangunan yang habis terbakar masih tetap berdiri sekalipun
struktur atap bajanya sudah runtuh.
1. Beton cenderung untuk retak shg pembesian bisa
berkarat, meski tidak separah konstruksi baja.
Masalah ini dpt diatasi dengan perawatan (curing),
beton pratekan atau bahan tambahan yang
mengembang (expansive admixtures).
2. Berat sendiri besar. Bisa diatasi dengan membuat
beton mutu tinggi, beton pratekan atau beton ringan
(light weight concrete) untuk elemen non-struktural
3. Kualitas sangat tergantung pada cara pelaksanaannya.
 bisa diatas dgn membuat beton pracetak,
pengawasan & kontrol kualitas ybk.

Beton yang baik maupun yang jelek bisa dibuat dari bahan yang sama
4. Kekuatan tarik rendah.  diatasi dengan baja
tulangan maupun pratekan
5. Pembongkaran kembali sulit dilakukan dan
pemakaian kembali tidak ekonomis. (bandingkan
dengan baja).
Pendahuluan
Beton tidak bertulang umumnya disebut beton saja adalah
suatu bahan yang hanya mampu menahan beban tekan
saja.
Jika padanya bekerja beban lainnya (beban tarik, beban
lentur, beban geser, beban puntir atau kombinasinya)
maka beton tersebut tidak mampu memikul beban
tadi.
Oleh karena itu beton tidak bertulang hanya dipakai
sebagai elemen non struktural dan tidak bisa dipakai
sebagai elemen struktural.
Contoh penggunaannya misalnya untuk lantai kerja, lantai
dengan beban ringan yg langsung terletak di atas
tanah.
1. SEMEN
2. AGREGAT
3. AIR
4. BAHAN TAMBAHAN (Admixture)

 Kekuatan beton tergantung pada:


1. Kekuatan semen
2. Kekuatan agregat
3. Kekuatan lekatan antara semen & agregat
1. SEMEN
Semen yang dapat dipakai untuk pembuat beton adalah
semen portland dan semen portland pozzolan.
Semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri
dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis
bersama bahan tambahan yang biasanya digunakan
gipsum. (SII 0013-1981)
Semen pozzolan portland adalah semen hidraulis yang
dibuat dg menggiling bersama-sama klinker semen
portland dan bahan yang mempunyai sifat pozzolan
atau campuran merata antara bubuk semen Portland &
bubuk bahan yg mempunyai sifat pozzolan
 Ada 2 macam jenis semen, yaitu semen hidraulis & semen
non hidraulis.
 Semen non hidraulis yaitu semen yang tidak dapat
mengeras dan tidak stabil dalam air. Contoh : gypsum,
kapur keras
 Semen hidraulis yaitu semen (perekat) yang akan
mengeras bila bereaksi dengan air, tetapi akan tetap tahan
air (water resistance) dan stabil di dalam air. Contoh :
semen portland, semen alamiah & semen alumina
 Semen yang umum digunakan dalam pembuatan beton
adalah semen portland.
Ada 4 kelompok bahan mentah untuk semen :
1. Kelompok calcareous - oksida kapur
2. Kelompok siliceous - oksida silika
3. Kelompok argillaceous - oksida alumina
4. Kelompok ferriferous - oksida besi
Semen portland dibuat dari 4 bahan di atas. Setelah
pembakaran, ditambah lagi dengan gypsum utk
mengatur setting time mortar.
Untuk membuat 1 ton semen Portland diperlukan
bahan dasar kurang lebih :
o 1.3 ton batu kapur (limestone)/kapur (chalk) : CaCO3
o 0.3 ton pasir silika/tanah liat : SiO2 & Al2O3
o 0.03 ton pasir/kerak besir : Fe2O3
o 0.04 ton gypsum : CaSO4.2H2O
1. Bahan mentah dihaluskan sehingga dapat diaduk dg rata
2. Bahan mentah dicampur sehingga menghasilkan bahan
mentah yang seragam komposisi kimianya, mengandung
kalsium karbonat, silica, alumina, oksida besi &
komponen lainnya menurut proporsi. Pencampuran
dapat dilakukan pada waktu penghalusan atau lewat
proses tersendiri
3. Bahan mentah dipanaskan sampai semua kelengasan
dikeluarkan sebagai uap air
4. Bahan kering dipanaskan sampai temperatur
dekarbonasi (pelepasan gas CO2) atau kalsinasi
(pemanasan untuk mengoksidasi material sebelum
temperatur leleh), sekitar 8000C. Kalsium karbonat
terurai menjadi kalsium oksida dan CO2 keluar sebagai
gas
5. Campuran dipanaskan lebih lanjut dimana oksida-
oksida kalsium , silicon, aluminium dan besi bereaksi
membentuk kalsium silikat, aluminat & aluminoferit.
Proses ini selesai pada sekitar 14000C dan hasil
produksinya adalah klinker PC.
6. Klinker dikeringkan pada temperatur 60-700C, lalu
dihaluskan atau dapat juga disimpan
7. Klinker digiling sampai kehalusan tertentu, ditambah
sedikit gypsum untuk mengontrol waktu pengikatan.
Bahan tambahan untuk semen dapat dilakukan pada
tahap ini
8. Semen disimpan dalam silo sebelum dikirim secara
bulk atau dalam kantong.
Batu kapur
(70%), tanah liat
15%, silika
(quarzite, oksida
besi)

Untuk
mengecilkan
batu hingga
menjadi 15 cm
 Ada perbedaan standar dalam membagi PC. Ada 2
standar utama yang umum digunakan, yaitu ASTM
C150 dan EN-197
 ASTM C150 umum digunakan di AS sedangkan EN-
197 di Eropa
 Pembagian berdasarkan kedua standar di atas sangat
berbeda. Klasifikasi pada ASTM C150 dilakukan
berdasarkan sifat PCnya sedangkan EN – 197
berdasarkan unsur pokoknya
Jenis-jenis PC menurut ASTM C150
 Jenis I :
Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus spt yang disyaratkan
pada jenis-jenis lain.
 Jenis II :
Semen portland yg dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
 Jenis III :
Semen portland yg dalam penggunaanya memerlukan
kekuatan yag tinggi pada fase permulaan setelah
pengikatan terjadi
 Jenis IV :
Semen portland yg dalam penggunaannya memerlukan
panas hidrasi rendah.
 Jenis V :
Semen portland yg dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan yg tinggi terhadap sulfat.
Selain jenis-jenis di atas, dikenal juga jenis-jenis IA, IIA
dan IIIA. Huruf A disini merupakan singkatan dari Air
entrained atau mengandung buih udara kecil-kecil,
terbagi rata dan saling terpisah. Jenisnya sama tetapi
mengandung material air entrain yang digiling bersama
klinker pada waktu diproduksi. Jenis ini dibuat untuk
meningkatkan ketahanan terhadap pembekuan pada
suhu rendah.
Jenis-jenis ini juga hanya tersedia di AS bagian timur dan
Canada dalam jumlah terbatas.

Jenis-jenis PC Berdasarkan EN 197


Portland Cement : terdiri dari PC & sedikit unsur tambahan
(hingga 5%)
Portland-composite cement : PC & suatu unsur pokok
tertentu dg kadar hingga 35%
Blastfurnace cement : PC & blastfurnace slag dalam
persentase yang lebih besar.
Pozzolanic cement : PC & unsur pokok pozzolan hingga 55%
Composite cement : PC, blastfurnace slag & pozzolan atau fly
ash.

Di Inggris, PC jenis I disebut Ordinary PC/OPC, dan jenis III


disebut Hardening Cement (HPC)
Nama Oksida Rumus Rumus Notasi
Sifat
utama Empiris Oksida Pendek
Tricalsium Ca3SiO5 3CaO.SiO2 C3S Senyawa pembuat sifat-
Silikat sifat perekat
Dicalsium Ca2SiO4 2CaO.SiO2 C 2S Senyawa pembuat sifat-
Silikat sifat perekat
Tricalsium Ca3AlO6 3CaO.Al2O3 C3A Senyawa paling reaktif
Aluminat
Tetracalsium 2Ca2AlFeO5 4CaO.Al2O3F C4AF Sbg katalisator untuk
Aluminoferrit e 2O 3 menurunkan temperatur
pembakaran umpan tanur

Untuk notasi pendek : C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, F = Fe2O3


%
Oksida Notasi Pendek Nama Umum
berat
CaO C Kapur 63
SiO2 S silica 22
Al2O3 A Alumina 6
Fe2O3 F Ferric oksida 2,5
MgO M Magnesia 2,6
K 2O K 0,6
Na2O N Alkalis 0,3
SO2 S Sulfur trioksida 2,0
CO2 C Carbon dioksida -
H 2O H air -
Kadar senyawa (%)
Jenis
Sifat Pemakaian
Semen C3S C 2S C3A C4AF

I Umum 50 24 11 8
II Modifikasi 42 33 5 13
III Kekuatan awal tinggi 60 13 9 8
IV Panas Hidrasi rendah 26 50 5 12
V Tahan sulfat 40 40 9 9
Antara satu merk dg yang lain dapat berbeda
dalam hal :
 Kehalusan makin halus maka reaksi hidrasi
makin cepat
 Komposisi kimia
 Perkembangan kekuatan  uji kuat tekan
 Jumlah gipsum yang ditambahkan
Dibandingkan dg Semen Portland jenis I, semen
portland pozzolan mempunyai sifat-sifat :
Panas hidrasi lebih rendah
Penembangan kekuatan lebih lambat
Lebih tahan terhadap garam-garam sulfat dalam
air
 Spesifikasi SII 0132-75
Penggolongan & tujuan penggunaan :
 Semen portland pozzolan jenis SPP 400 adalah SPP yang dpt
dipergunakan untuk semua tujuan dlm pembuatan aduk &
beton.
 Semen portland pozzolan jenis SPP 200 adalah SPP yang
pengembangan kekuatannya lebih lambat dari pada jenis SPP
400 & hanya dipergunakan untuk tujuan tertentu di dalam
adukan & konstruksi beton dengan mutu yang setinggi-
tingginya 31 sesuai ketentuan PBI 1971.
 Standart ASTM C595-82
o Type IP : Semen portland pozzolan utk dlm konstruksi
beton.
o Type P : Semen portland pozzoln utk dipergunakan dlm
konstruksi beton yg tidak memerlukan kekuatan tinggi pada
umur muda
Pengikatan/set adalah perubahan bentuk dari bentuk
cair menjadi bentuk padat, tetapi belum mempunyai
kekuatan. Pengikatan ini terjadi akibat reaksi hidrasi
yang terjadi pada permukaan butir semen, terutama
pada butir trikalsium aluminat (C3A).
 Penambahan gypsum memodifikasi hidrasi awal ini
sehingga mengatur waktu pengikatan.
Pengerasan/hardening adalah proses pengkakuan
pasta hingga diperoleh kepadatan yang utuh dimana
pasta telah memiliki kekuatan
Semen bila dicampur air akan menghasilkan pasta
yang plastis & lecak (workable). Setelah beberapa
pasta akan mulai kaku & mulai sulit dikerjakan. Inilah
yang disebut pengikatan awal (initial set)
 Setelah itu pasta akan menjadi lebih kaku sehingga
dicapai kepadatan utuh. Inilah yang disebut final set
(pengikatan akhir).
 Pada umumnya initial set minimum adalah 45 menit dan
final set 6 – 10 jam.
 Pengikatan semu/false set adalah reaksi hidrasi yang
terjadi belum waktunya yaitu beberapa menit saja. Jika
dicampurkan kembali dengan menambah air &
mengaduknya kembali maka daya plastisnya akan kembali
lagi dan tidak kehilangan kekuatannya
 Flash set/quick set adalah pengerasan karena pengaruh
panas oleh reaksi C3A dengan air yang cepat karena adanya
kandungan C3A yang tinggi atau sulfat dalam semen yang
kurang.
1 Semen
Pasta

2 Air Mortar

3 Agregat Halus Beton

4 Agregat Kasar
Air yang digunakan untuk membuat beton harus bersih,
tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-
garam, zat rganik atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton dan atau baja tulangan
Air yang digunakan untuk membuat beton pratekan &
beton yang di dalamnya tertanam logam aluminium,
serta beton bertulang tidak boleh mengandung sejumlah
ion khlorida (maksimum 500 mg per liter air)
Di dalam beton, ion khlorida dapat berasal dari air,
agregat dan bahan tambahan dan biasanya total khlorida
dinyatakan dalam persen terhadap berat semen di dalam
beton
 Beton pratekan max
0,06%
 Beton bertulang yang selamanya ber-
hubungan dengan klorida max 0,15%
 Beton bertulang yang selamanya kering
atau terlindung dari basah max 1 %
 Konstruksi beton bertulang lainnya max 3 %

 Air tawar yang tidak dapat diminum tidak boleh dipakai untuk
pembuat beton, kecuali memenuhi ketentuan berikut:
 Pemilihan campuran beton yang akan dipakai didasarkan pada
campuran beton yang mempergunakan air dari sumber yang sama
yang telah menunjukkan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat
dipenuhi
 Dilakukan percobaan perbandingan antara mortar yang memakai air
tersebut dan mortar yang memakai air tawar yang dpt diminum atau
disuling. Lalu dibuat kubus uji mortar berukuran 50 mm dan air
tersebut dapat dipakai jika kuat tekan mortar yang menggunakan air
tersebut pada 7 hari dan 28 hari paling sedikit 90% dari kuat tekan
mortar yang menggunakan air suling.
Dalam konsep PBI 1988 dikenal agregat normal & agregat
ringan
Agregat normal
Yaitu agregat beton yang bisa berasal dari alam atau hasil
pemecahan batu alam atau dari bahan buatan, semuanya
mempunyai berat isi padat (unit weight) tidak kurang
dari 1,2 kg/dm3.
Berdasarkan ukuran besar butir, agregat dibedakan menjadi
: agregat kasar dan agregat halus
Agregat halus adalah agregat yg berukuran < 5 mm.
Secara komersial ada 2 macam yaitu pasir & pasir pecah
(crushed sand) atau abu. Pasir dihasilkan dari disintegrasi
batuan alamiah, sedangkan pasir pecah diproduksi
dengan menghancurkan batu atau kerikil
Agregat kasar adalah agregat yg berukuran > 5 mm.
Secara komersial ada 2 macam yaitu kerikil (dihasilkan
dari disintegrasi batuan alamiah) & batu pecah atau split
(dihasilkan dari batuan atau kerikil yang dipecahkan).
Kualitas agregat amat mempengaruhi kualitas beton
karena 70-75% dari total volume beton ditempati oleh
agregat.
Agregat halus adalah agregat yg berukuran < 5 mm.
Secara komersial ada 2 macam yaitu pasir & pasir pecah
(crushed sand) atau abu. Pasir dihasilkan dari disintegrasi
batuan alamiah, sedangkan pasir pecah diproduksi
dengan menghancurkan batu atau kerikil
Agregat kasar adalah agregat yg berukuran > 5 mm.
Secara komersial ada 2 macam yaitu kerikil (dihasilkan
dari disintegrasi batuan alamiah) & batu pecah atau split
(dihasilkan dari batuan atau kerikil yang dipecahkan).
Kualitas agregat amat mempengaruhi kualitas beton
karena 70-75% dari total volume beton ditempati oleh
agregat.
Mengisi ruang antara butir agregat kasar
Memberikan kelecakan, berfungsi sebagai “ball
bearing”. Kelecakan dalam arti menambah mobilitas
sehingga mengurangi friksi antar butir agregat
kasar. Makin banyak makin baik namun
menyebabkan kebutuhan semen makin banyak.
Jika agregat halus terlalu banyak maka :
 Total luas permukaan melonjak, menyebabkan
kurangnya pasta semen
 Kebutuhan air bertambah untuk slump (kelecakan)
yang diisyaratkan
Klasifikasi bentuk agregat : angular – subrounded – rounded
– well rounded
Angular berarti tidak ada keausan, well rounded berarti
bulat, flaky berarti pipih.
Batu pecah berbentuk angular sedangkan kerikil dari sungai
berbentuk bulat dan kadang pipih
Bentuk agregat akan mempengaruhi kelecakan dan
kekuatan beton. Bentuk bulat merupakan bentuk yang
terbaik untuk kelecakan sedangkan untuk kekuatan tinggi
adalah bentuk angular karena memiliki luas permukaan
yang besar.
Bentuk pipih & memanjang kurang baik karena sulit
dipadatkan
Klasifikasi tekstur agregat : mengkilat – rata- granular –
kasar – sarang tawon.
Kerikil alam permukaannya rata sedangkan batu pecah
lebih kasar. Kualitas banyak tergantung jenis batuannya.
Permukaan yang mengkilat lebih workable daripada yang
kasar.
Permukaan yang kasar, lekatannya lebih baik
 Gradasi ialah distribusi ukuran butir agregat.
 Gradasi suatu agregat dapat dites dengan
menggunakan analisa ayakan.
 Sumber agregat cenderung memiliki gradasi
tertentu karenanya jika gradasi yang didapat
kurang memuaskan perlu untuk memilih
proporsi campuran sesuai dengan material
yang ada

Anda mungkin juga menyukai