BETON
DEFINISI
2
SEJARAH BETON
Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :
• Joseph Aspdin (1824) Penemu Portland Cement
• J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar
konstruksi komposit
(gabungan dua bahan konstruksi yang berbeda
yang bekerja bersama – sama memikul beban
• F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan
pembesian pada konstruksi atap, pipa dan kubah
• Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique
memperkenalkan sengkang sebagai penahan gaya
geser dan penggunaan balok “ T ” untuk
mengurangi beban akibat berat sendiri
• Neuman melakukan analisis letak garis netral
Considere menemukan manfaat kait pada ujung
tulangan
• Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton
pratekan
3
Contoh Pemakaian Konstruksi Beton
4
SIFAT dan KARAKTERISTIK
BETON
1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan
hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur
tarik yang rendah
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen
konstruksi yang memikul momen lengkung atau
tarikan
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik,
sehingga akan terjadi retak yang makin lama
makin besar.
4. Proses kimia pengikatan semen dengan air
menghasilkan panas dan dikenal dengan proses
hidrasi.
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk
mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan
5
dengan mudah.
SIFAT dan KARAKTERISTIK
BETON
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan
akan menyebabkan butiran semen berjarak
semakin jauh sehingga kekuatan beton akan
berkurang.
7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain)
dibuat rekayasa untuk memeriksa dan
mengetahui perbandingan campuran agar
dihasilkan kekuatan beton yang tinggi.
8. Selama proses pengerasan campuran beton,
kelembaban beton harus dipertahankan
untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.
9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai
kekuatan penuh dan elemen konstruksi akan
mampu memikul beban luar yang bekerja
padanya
10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut
pada suatu penampang balok, maka dipasang
tulangan baja pada daerah yang tertarik
6
SIFAT dan KARAKTERISTIK BETON
11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton
yang kuat dalam menerima gaya tekan serta
tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.
12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan
tinggi dan harga yang relative rendah.
13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan
masa konstruksinya mencapai 50 tahun serta
elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan
tinggi serta aman terhadap bahaya kebakaran .
14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat
sendiri konstruksi
Dengan massa jenis γc sekitar 2400 kg/m3 bahan
ini memiliki berat jenis 23,54 kN/m3 ( 1000g kg
setara dengan 1 kN, di mana gravitasi dalam
cm/dt2), mengakibatkan bangunan beton sangat
berat
15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume
sebagai fungsi waktu berupa susut dan rangkak
7
BETON dan PERMASALAHANNYA
10
JENIS-JENIS BETON
• beton-normal
beton yang mempunyai berat satuan
2 200 kg/m3 sampai 2 500 kg/m3 dan
dibuat menggunakan agregat alam
yang dipecah atau tanpa dipecah
3.15, kekuatan 200-500 kg/cm2
• Beton Mutu Tinggi
Beton yang mempunyai kekuatan
500-800 kg/cm2
• Beton ringan
beton yang mengandung agregat
ringan dan mempunyai berat satuan
tidak lebih dari 1 900 kg/m3 11
JENIS-JENIS BETON
• Beton pracetak
elemen atau komponen beton tanpa atau
dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu
sebelum dirakit menjadi bangunan
• Beton prategang
beton bertulang yang telah diberikan tegangan
tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik
potensial dalam beton akibat beban kerja
• Beton bertulang
beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum,
yang disyaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan
asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang
bekerja
• Beton polos
beton tanpa tulangan atau mempunyai
tulangan tetapi kurang dari ketentuan 12
minimum
Ciri - ciri utama beton
Produk yang diharapkan adalah:
BETON yang BAIK dan SERAGAM
Beton yang Baik dan Seragam bila:
+ Admixtures
BAHAN PENGIKAT BETON
• Bahan pengikat hidrolis adalah
bahan pengikat yang proses
pengerasannya lebih baik dalam
rendaman air, serta menghasilkan
produk yang tahan air
• Bahan pengikat biasa (non-hidrolis)
adalah bahan pengikat yang bila
dicampur dengan air menghasilkan
produk yang dapat mengeras setelah
bereaksi dengan karbondioksida,
bukan dengan air
24
Jenis-jenis Bahan Pengikat
a. Bahan Pengikat Hidrolis
1. Semen Portland (PC)
2. Kapur Hidrolis
3. Pozolan (tras dan semen
merah)
b. Bahan Pengikat Biasa
1. Kapur Biasa
2. Gips
3. Bahan Dasar dan Sumber
dari bahan pengikat 25
a. Semen Portland (PC) adalah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menggiling halus klinker, yang
terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu
b. Kapur bangunan dibagi 2 macam berdasarkan
penggunaan, yaitu kapur putih dan kapur aduk. Keduanya
terdapat dalam bentuk kapur tohor maupun kapur padam
c. Gips untuk bahan plesteran adalah bahan untuk membuat
plesteran atau pelapis lainnya yang harus mengandung
minimum 66 % berat bahan senyawa kalsium hemihidrat (
CaSO4. ½H2O) salah satu produk yang dikenal adalah
papan gipsum (Gypsum Wall Board) untuk keperluan
dekoratif
d. Pozolan (tras dan semen merah) adalah bahan alami
ataupun buatan yang terdiri dari unsur silikat dan aluminat
yang reaktif. Pozolan tidak memiliki sifat semen, tetapi jika
dicampur dengan kapur padam dan air dalam suhu kamar
lama-kelamaan akan mengeras menjadi padat dan sukar
larut dalam air. Bahan-bahan yang tergolong sebagai
pozolan adalah tras, semen merah, gilingan terak/dapur
tinggi, fly ash dan air sebagai media pengikat untuk
keperluan beton
26
Proses Pembuatan dari
Bahan Pengikat
a. Semen Portland (SP)
Yaitu tanah galuh (lem nepal) dihaluskan +
batu kapur dicampurkan secara kering atau
basah kemudian ditambah pula zat-zat
tambahan airnya, kemudian dibakar pada
temperatur tinggi, didinginkan mendadak,
diperoleh klinker yang digiling halus sambil
dicampur dengan gips yang tak terbakar
b. Kapur Bangunan
Proses pembuatannya dengan cara
pembakaran dengan menggunakan tungku
pembakaran pada suuhu 6000C – 8000C
panasnya harus terbagi rata diseluruh bagian
tungku agar mendapatkan hasil batu kapur
yang baik
27
Proses Pembuatan dari Bahan
Pengikat
c. Gips, cara pembuatannya adalah dengan
cara dibakar dengan menggunakan dapur
atau tungku dengan panas suhu 1300C
selama 1 jam sehingga kehilangan
sebagian kristalnya
d. Pozollan, cara pembuatannya adalah hasil
pembakaran tanah liat merah atau
pecahan-pecahan batu merah atau genteng
yang setelah digiling diayak sampai halus
dan dipergunakan sebagai bahan
campuran pada campuran adukan kapur
yang menjadi adukan bersifat hirolis
28
Sifat-sifat dan Fungsi Bahan
Pengikat
1. Semen Portland
- Dicampur dengan air mulai mengadakan
pengikatan dalam rendaman air
- Pengerasan, setelah pengikatan terjadi
pengerasan
- Konsistensi campuran air + semen (pasta
semen) = derajat keplastisan
- Kehalusan, semakin halus semen, semakin
besar kekuatan, semakin tinggi gaya ikatnya
2. Kapur Bangunan
- Memberikan sifat pengerasan hidrolik bila
dicampur air untuk kapur hidrolis. Pada kapur
udara mengerasnya kapur setelah bereaksi
dengan karbon dioksida, bukan dengan air
- Memudahkan pengolahan pada adukan
(mortar) semen
- Mengikat kapur bebas, yang timbul pada ikatan
semen
29
Sifat-sifat dan Fungsi Bahan
Pengikat
3. Gips
- Gips bila dicampur dengan air akan cepat
mengeras, tidak kuat terhadap iklim
- Gips tidak larut dalam asam garam
- Dalam pembakaran, dapur pembakaran
harus betul-betul bersih dari benda-benda
lainnya
4. Pozollan
- Bila dicampur dengan air akan mengeras
dengan bahan tambahan kapur dalam
rendaman air
- Dapat larut dalam asam garam
30
Jenis kapur bangunan:
• Kapur Tohor, yaitu hasil pembakaran batu alam
yang komposisinya sebagian besar adalah kalsium
karbonat, pada suhu sedemikian tinggi. Jika diberi
air dapat terpadamkan (dapat bersenyawa dengan
air membentuk hidrat)
• Kapur Padam, hasil pembakaran kapur tohor
dengan air membentuk hidrat
• Kapur Udara, kapur padam yang apabila duaduk
dengan air dan membentuk setelah beberapa waktu
hanya dapat mengeras di udara karena pengikatan
karbondioksida (CO2)
• Kapur Hidrolis, kapur padam yang apabila diaduk
dengan air setelah beberapa waktu dapat
menegras baik di dalam air maupun di udara
• Kapur Magnesia, kapur yang mengandung lebih dari
5 % magnesium oksida (MgO) dihitung dari contoh
kapur yang dipijarkan
32
Gips untuk plesteran memiliki
persyaratan:
• Kandungan senyawa pengganggu
(impurities), seperti fluor (F), P2O5, Al
dalam penentuan melalui metode larutan
amonium asetat tidak melebihi 10 % berat
• Kandungan khlorida dalam bentuk natrium
khlorida tidak boleh lebih dari 0,2 % berat
• Kehalusan, bila diayak dengan ayakan 25
mest, yang tertinggal diatas ayakan tidak
boleh lebih dari 1 % berat
• Kekuatan tekan benda uji tidak boleh
kurang dari 80 kg/cm2
• Waktu pengikatan awal antara 20 – 35
menit
33
Air
35
Persyaratan air
• Air tawar yang bisa diminum, yang telah
diolah atau yang belum diolah
- Air yang bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam, zat organis
atau bahan lain yang merusak beton atau
baja tulangan
- Air tidak boleh mengandung ion khlorida
dalam jumlah yang membahayakan korosi,
kadar khlorida dalam air tidak boleh
melampaui 500 mg per liter
- Air yang keruh harus diendapkan minimal
24 jam atau disaring sehingga memnuhi
syarat untuk digunakan
- Bila terdapat keragu-raguan terhadap
pemakaian air, dianjurkan untuk diperiksa
ke Lembaga- Pemeriksaaan Bahan-bahan
yang diakui
36
Persyaratan air laut yang
digunakan
• Penggunaan air laut akan
mengurangi kekuatan tekan beton
sekitar 10 % - 20 %. Beton yang
dibuat dengan air laut harus kedap
air, penutup beton minimal 7,5 cm
faktor air semen tidak boleh lebih
dari 0,45. Air laut sama sekali tidak
diizinkan untuk digunakan dalam
pembuatan beton pratekan
37
Persyaratan Jumlah Air
• Peningkatan jumlah air akan
meningkatkan kemudahan
pengerjaan dan pemadatan
beton, tetapi akan merduksi
kekuatan dan menimbulkan
segregasi dan bleeding.
Segregasi = Pemisahan agregat
kasar dari campuran beton saat
pemadatan dan penuangan
Bleeding = Aliran air adukan
beton yang timbul ke luar dari
permukaan beton 38
Kebutuhan Air untuk Beton
Properties
• Amount of fines in mix usually
increased
• Take care with rapid pouring in
high walls (hydraulic pressure)
Superplasticiser
Normal slump concrete with no
superplasticiser
Fly Ash (Abu Terbang)
Penelitian fly ash (pfa) di Amerika sudah dimulai kurang
lebih pada tahun 1937, dan pemanfaatan secara intensif
sebagai campuran beton dilakukan pada tahun 1950
oleh US Army Waterways Experiment Station dan pada
tahun 1958 oleh US Army Corps of Engineering pada
berbagai proyek. Australia mulai penelitian dan
penggunaan fly ash sekitar tahun 1949 dan bahan fly
ash pada saat itu masih didatangkan dari Amerika. Di
Indonesia sebetulnya sudah dikenal sejak sekitar pada
tahun 1970-an, tetapi pemanfaatannya sebagai
campuran beton banyak dipakai kurang lebih 15 tahun
belakangan ini, karena lebih ekonomis.
Fly ash merupakan bahan pozzolanic yang memiliki
“pozzolanicity” yang bervariasi yang menghasilkan
kekuatan yang berbeda-beda. Fly ash memiliki butiran
yang jauh lebih halus dari semen, dan silica fume
memiliki butiran yang lebih halus dari fly ash.
☻Gradation
☻Surface moisture
☻Organic impurities
☻Objectionable fine material
☻Other
Penentuan Kadar Tanah Liat, Debu dan Lumpur
Kondisi kelembaban agregat :
a. Kering Oven (oven dry).
b. Kering Udara (air dry), agregat masih mengan-
dung sebagian air ( tidak jenuh ).
c. Jenuh dan kering permukaan – Saturated
Surface dry ( SSD ).
d. Lembab / basah ( damp / wet ), keadaan
sudah melampaui keadaan jenuh.
Yang sering dijumpai dilapang adalah agregat
yang kering udara atau yang lembab/basah,
sehingga dalam melakukan design mix perlu
dilakukan koreksi-koreksi seperlunya.
Pengendalian Beton di
Lapangan: Workability
Yang dimaksudkan dengan kelecakan
(workability) adalah sifat-sifat fisik adukan
beton yang menentukan sejumlah usaha
pekerjaan mekanikal (mechanical-works),
atau sejumlah enersi tertentu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan beton yang
padat dan monolit tanpa segregasi.
Beton disebut lecak (workable) jika dipenuhi
beberapa sifat sebagai berikut:
ASTM C-143
(Test Method for Slump of Hydraulic Cement Concrete);
atau:
BS 1881, Part 102, 1983; AS 1012, Part 3, 1976
• Pengujian kompaksi (Compaction-tests), percobaan
kompaksi yang paling umum dilakukan adalah melalui
percobaan Compacting Factor Test (BS 1881; Part 2).
• Pengujian alir (Flow-test), dapat dilihat pada ASTM
C-124.
• Remolding-tests, pengujian jenis ini, banyak dilakukan
melalui Vebe Test. Pengujian ini dapat dilihat pada
ACI-211, atau pada BS.1881,Part 2
• Pengujian penetrasi (Penetration-tests) seperti:
"Kelly Ball” Penetration-test (ASTM C-360), atau
"K-Slump" tester.
• Pengujian cara lain seperti mixer test, dan lain
sebagainya.
• Kelecakan yang dianggap memadai untuk bermacam
macam jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Type of work V-B Compacting Slump Workability
(s) factor (mm)
Superplasticizer generasi
Peningkatan Viscosity-modifying
baru berbasiskan
Flowability admixture (VMA)
polycarboxylate ethers
Self compacting
Stable
SCC Self leveling
Tanpa segregasi
Self placing
Standard uji: ASTM C 1611
Pengujian dilakukan seperti pada pengujian
slump test konvensional (ASTM C 143), pada
pengujian ini bila dimungkinkan, kerucut
digunakan secara terbalik. Pada metoda
konvensional slump diukur dalam arah
vertikal. Pada pengujian SCC, pengukuran
slump diukur penyebarannya dalam arah
horisontal. Yang diukur adalah slump flow
Pengangkutan,Penuangan
dan Pemadatan
Pengangkutan dan Penuangan Beton.
250-400 mm
150 mm
250-400 mm
150 mm
250-400 mm
Diberi
tahanan
Benar Salah
Benar Salah
Drop
Chute
> 2.00 M
Benar Salah
Dari concrete pump
Crane
&
Bucket
Batas akhir
adukan beton yang dipakai.
• Gelembung-gelembung udara akan keluar kepermukaan
penggetaran.
pada awal penggetaran, dan penggetaran dianggap cukup
bila gelembung-gelembung udara sudah berhenti.
• Air semen dan adukan yang berupa lapisan tipis timbul
dipermukaan, dan warnanya mengkilap.
• Beton sudah tidak memperlihatkan tanda-tanda adanya
penurunan karena sudah memadat.
• Bagian-bagian sudut/pojokan sudah terisi dengan baik.
Revibration dapat meningkatkan kualitas dan kinerja beton, asal
dilakukan saat beton masih dalam keadaan cukup plastis
(biasanya antar selang 1 sampai 2 jam setelah pengecoran
dilakukan).
Revibration.
•Revibration dilakukan pada saat beton masih plastis (1 sampai
2 jam setelah pengecoran).
• Untuk mengetahui selang waktu revibration yang baik,
lakukan percobaan di laboratorium dan dilapangan (karena
faktor kondisi lapangan ikut mempengaruhi).
• Revibration dapat meningkatkan kepadatan (density) beton.
Cara ini banyak dipakai pada proyek-proyek reaktor.
• Revibration dapat meningkatkan mutu beton seperti yang
ditunjukkan pada gambar.
•.Revibration tidak akan merubah “final set”, dengan pengertian
proses pengerasan beton tidak dipengaruhi oleh revibration.
• Dengan revibration dapat diperoleh beton yang lebih
padat,lebih kedap, dan lebih awet (durable).
Summary- placing methods
Metoda Aplikasi Comment
•Dibawah level truck • Bisa langsung dari truck
mixer (radius terbatas)
•Lantai,fondasi dan
Chute retaining wall (skala
• Tinggi jatuh bebas dari
beton max.2.00 M.
kecil).
•Hanya baik untuk • Padat karya
proyek kecil seperti • Rate~ 1.00-1.50 m3/jam
Kereta dorong rumah tinggal atau • Jarak tempuh max. 50M
• Lahan kerja relatif rata
sejenis.
•Mass concrete atau • Kecepatan pengecoran
tergantung pada ukuran
untuk beton volume bucket, kapasitas dan
besar jangkauan crane
Crane&Bucket •Untuk kondisi dimana
tidak memungkinkan
penggunaan pompa
•Serbaguna dan • Dapat pada lahan sempit
flexible, dapat untuk • Output yang besar untuk
pengecoran yang
Pompa- pengecoran continue
horizontal dan
Periksa dan Rencanakan
penggunaan Tower Crane
dengan baik terhadap:
Kapasitas Beban
Kekuatan
Stabilitas
Water Curing
kontinu agar kandungan air dalam beton dapat
dipertahankan dan temperatur yang seragam
dapat terpelihara, terutama pada saat masa
pengerasan awal.
Dalam pelaksanaannya perlu perhatian terhadap:
• Kualitas dan volume air, karena air yang kurang
baik dapat menimbulkan cacad pada beton.
• Pembasahan dan penyiraman air harus dilakukan
secara kontinu, karena pembasahan dan pengeringan
berulang silih berganti akan mengakibatkan retakan
pada beton.
• Bila perawatan beton akan dilakukan dengan cara
menggenangi permukaan beton, maka perlu diper-
timbangkan kelancaran pekerjaan tahap selanjutnya
karena genangan air dapat menjadi penghambat
kelancaran pekerjaan berikutnya.
• Disamping untuk perawatan, pembasahan juga
memberikan tercapainya hidratasi maksimum.
Curing Concrete
Permukaan beton ditutup dengan kertas kedap air, lembaran plastik seperti
polyethylene film atau dilapisi dengan bahan “membrane-forming curing
compound”. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan dengan
cara ini adalah:
Sealed - curing.
terutama bila beton mengandung calcium chloride dan finishing
dilakukan drngan “hard-steel trowelling”. Discoloration dapat
dihindari bila antara beton dan penutupnya dapat dialirkan air, tetapi bila
unsur warna merupakan faktor yang harus diperhatikan (exposed-concrete)
maka sebaiknya dipakai metoda lain.
•Pengujian workability.
Pengendalian Beton
ASTM C-143 : Test Method for di Lapangan
Slump of Hydraulic :
Cement Concrete, BS –1881, atau
Standard Uji Beton
AS - 1012.
Compacting-factor-test, BS-1881.
Flow-table-test, ASTM C-124, ASTM C-230.
Kelly-ball penetrometer, ASTM C-360.
V-B Consistometer-test, BS-1881.
Pengujian keteguhan tekan dari benda uji dapat mempergunakan benda uji
silinder atau benda uji kubus. Permasalahan timbul bila hasil pengujian
keteguhan tekan benda uji menunjukkan kekuatan tekan yang rendah. Dengan
demikian timbul pertanyaan, apakah mutu beton tersebut memang
Pengujian setelah
sesungguhnya rendah, atau peralatan uji sudah tidak layak dipakai lagi, atau
cara/proses pengujian kurang baik, atau benda uji tersebut sebenarnya kurang
memenuhi persyaratan uji.
beton mengeras.
Penyimpangan dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan berikut:
• Keruntuhan geser, disebabkan oleh permukaan bidang tekan dari benda
uji tidak rata.
• Keruntuhan akibat pelaksanaan pemadatan yang kurang sempurna,
sehingga terdapat lapisan pemisah yang lebih lunak dibandingkan
dengan betonnya sendiri.
• Keruntuhan akibat kombinasi dari kedua macam bentuk keruntuhan
tersebut
Strength
Pengujian keteguhan tekan dari benda uji dapat mempergunakan benda uji
silinder atau benda uji kubus. Permasalahan timbul bila hasil pengujian
keteguhan tekan benda uji menunjukkan kekuatan tekan yang rendah. Dengan
demikian timbul pertanyaan, apakah mutu beton tersebut memang
Pengujian setelah
sesungguhnya rendah, atau peralatan uji sudah tidak layak dipakai lagi, atau
cara/proses pengujian kurang baik, atau benda uji tersebut sebenarnya kurang
memenuhi persyaratan uji.
beton mengeras.
Penyimpangan dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan berikut:
• Keruntuhan geser, disebabkan oleh permukaan bidang tekan dari benda
uji tidak rata.
• Keruntuhan akibat pelaksanaan pemadatan yang kurang sempurna,
sehingga terdapat lapisan pemisah yang lebih lunak dibandingkan
dengan betonnya sendiri.
• Keruntuhan akibat kombinasi dari kedua macam bentuk keruntuhan
tersebut
Keruntuhan tekan benda uji kubus yang baik.
Keruntuhan tekan benda uji kubus
yang kurang baik.
1. Keruntuhan yang baik. 3. Keruntuhan akibat pemadatan
yang kurang baik.
2. Keruntuhan geser. 4. Keruntuhan akibat kombinasi.
Sifat-sifat dasar untuk kebutuhan
Perencanaan Beton Struktur.
1. Kuat Tekan (Compressive Strength) Beton.
Penentuan Kuat Tekan Beton diperoleh melalui uji
laboratorium pada umur 28 hari.
* Benda uji Silinder : Dimensi 150mm x 300mm, atau
100mm x 200 mm
Prosedur uji : ASTM. C-39.
* Benda uji Kubus : 150mm x 150mm x 150mm atau
200mm x 200mm x 200mm.
Prosedur uji : BS-1881. Part.4, 108, 115, 116.
* Benda uji Prisma : 70mm x 70mm x 350mm atau
100mm x 100mm x 500mm.
Kekuatan Relatif antara Benda Uji Silinder
vs Kubus adalah sebagai berikut:
Menurut A.M. Neville:
Kuat tekan benda uji Silinder vs benda uji Kubus.
Kuat tekan 7.00 15.50 20.00 24.50 27.00 34.50 37.00 41.50 45.00 51.50
( N/mm2 )
Kuat ratio 0.76 0.77 0.81 0.87 0.91 0.93 0.94 0.95 0.96 0.96
(silinder/kubus)
Menurut ISO Standard 3893-1977(E).
Kuat tekan 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
Silinder(N/mm2)
Kuat tekan 2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Kubus(N/mm2)
Diagram alir untuk
Pemeriksaan Beton yang
diragukan.
Hasil Uji Kuat Tekan Rendah