Anda di halaman 1dari 25

HUKUM WARIS

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Budiman Setyo Haryanto


Prasyarat
1. Pewarisan adalah pembagian
warisan di antara para
keluarga sedara, baik sah atau
luar kawin dan suami atau
Hukum Perkawinan
istri yang hidup terlama.

Hukum Harta Perkawinan 2. Harta warisan adalah bagian


dari kekayaan dalam suatu
keluarga.
PENGERTIAN PEWARISAN, BERLAKUNYA HUKUM WARIS KUH
PERDATA, DAN PLURALISME HUKUM WARIS
Pengertian Hukum Waris

Hukum Waris adalah aturan hukum yang mengatur mengenai akibat hukum dari
meninggalnya seorang terhadap kekayaan yang ditinggalkannya, yaitu mengatur cara
menentukan kekayaan tersebut akan berpindah kepada orang-orang yang berhak
menerimanya. Dalam hukum waris juga diatur mengenai akibat hukum dari perpindahan
tersebut, baik dalam hubungan di antara para ahli waris maupun dalam hubungan antara
ahli waris dengan pihak ketiga.

1. Perpindahan kekayaan; dan


2. Akibat hukum perpindahan kekayaan kepada para penerima warisan.
Unsur-unsur Pewarisan
1. Pewaris adalah orang yang meninggal dengan meninggalkan harta warisan.
2. Harta warisan adalah kekayaan yang berupa kompleks aktiva dan pasiva si pewaris
yang berpindah kepada ahli waris . Dengan meninggalnya pewaris, kekayaan tersebut
menjadi milik bersama para ahli waris yang disebut boedel warisan. Peralihan hak milik
tersebut terjadi secara otomatis, seketika, dan demi hukum sejak kematian pewaris.
3. Orang yang berhak atas harta warisan disebut ahli waris atau penerima warisan dengan
alas hak umum karena ahli waris menerima baik aktiva dan pasiva warisan. Selanjutnya,
ada pula yang disebut penerima warisan dengan alas hak khusus adalah mereka hanya
menerima aktiva warisan tanpa kewajiban menanggung pasiva atau hutang warisan.
Mereka dinamakan legataris atau penerima legaat atau hibah wasiat.
Pengertian Pewarisan

Pewarisan adalah peristiwa berpindahnya hak milik atas harta warisan dari pewaris
kepada ahli waris yang terjadi seketika dan demi hukum sejak saat matinya pewaris
(saisine). Hal tersebut dapat terjadi melalui dua kemungkinan, yaitu pewarisan berdasar
undang-undang (ab-intestato) atau pewarisan berdasar surat wasiat atau pewarisan
testamenter (ad-testamento).

1. Pewarisan berdasar undang-undang (ab-intestato).


2. Pewarisan testamenter (ad-testamento).
Berlakunya Hukum Waris KUH Perdata Di Indonesia

1. Berdasarkan Pasal 131 I.S. jo. 163 I.S., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dinyatakan berlaku bagi: 1) orang-orang Belanda; 2) orang-orang Eropa yang lain; 3)
orang-orang Jepang dan orang-arang lain yang tidak termasuk dalam kelompok 1 dan
2 yang tunduk pada hukum yang mempunyai asas-asas hukum keluarga yang sama;
dan 4) orang yang lahir di Indonesia, yang sah atau diakui secara sah dan keturunan
lebih lanjut dari orang-orang yang termasuk kelompok 2 dan 3.
2. Bagi golongan Tionghoa diberlakukan S. 1917 No. 129 yang kepadanya diberlakukan
seluruh ketentuan KUH Perdata.
3. Bagi golongan Timur Asing bukan Tionghoa diberlakukan S. 1924 No. 556 yang
berlaku sejak 1 Maret 1925 bahwa KUH Perdata dinyatakan berlaku, kecuali (al.
Buku II title 12 tentang pewarisan karena kematian).
Pluralisme Di Bidang Hukum Waris

Hukum Waris Adat Hukum Waris Islam Hukum Waris KUH Perdata
1. suami atau istri adalah ahli
Sistem hukum kekeluargaan 1. Didasarkan pada prinsip golongan ahli
waris;
dalam masyarakat hukum adat waris ;
2. kaum perempuan dan anggota
dibedakan menjadi (1) sistem 2. Didasarkan pada prinsip hubungan
keluarga pada garis ibu diberi
kekeluargaan parental, (2) sistem perderajatan;
hak mewaris;
kekeluargaan patrilineal, dan (3) 3. Kehendak pewaris dalam surat wasiat
3. orang tua dan keluarga
sistem kekeluargaan matrilineal. didahulukan;
sedarah dalam garis ke atas
Perbedaan sistem kekeluargaan 4. Hukum waris undang-undang pada
diberi hak untuk mewaris
dalam masyarakat adat akan prinsipnya bersifat menambah atau
walaupun pewaris
menentukan sistem hukum mengatur;
meninggalkan anak atau
perkawinan, keturunan yang 5. Tidak mengenal pembagian warisan
keturunan anak;
termasuk dalam keluarga secara mayoret;
4. Ahli waris perempuan diberi
sedarah, dan menentukan orang 6. Mengenal cara mewaris atas dasar
hak separuh dari hak waris
yang berhak menjadi ahli waris. kedudukan sendiri dan atas dasar
laki-laki;
penggantian tempat
5. mengenal pewarisan berdasar
7. Anak adopsi, anak angkat, dan anak luar
penggantian tempat;
kawin semuanya berhak mewaris; dan
6. anak angkat dan anak luar
8. Wasiat dibatasi berdasarkan pada bagian
kawin tidak mewaris; dan
legitim atau bagian yang telah ditetapkan
7. wasiat dibatasi hanya sampai
oleh undang-undang (legitieme portie.
sepertiga warisan.
DUA MACAM PEWARISAN, ASAS UMUM
PEWARISAN, DAN SYARAT MENJADI AHLI
WARIS
Dua Macam Pewarisan

1. Pewarisan berdasar undang-undang atau pewarisan karena kematian (ab-intestato)


adalah peristiwa kematian pewaris yang tidak meninggalkan surat wasiat sehingga
segala sesuatunya diatur berdasarkan undang-undang, baik yang ditunjuk menjadi
ahli waris, syarat mewaris, maupun pembagian warisannya. Selanjutnya, ahli
warisnya dinamakan ahli waris undang-undang (ahli waris ab-intestaat).
2. Pewarisan berdasar surat wasiat atau pewarisan testamenter (ad-testamento) adalah
pewarisan yang didasarkan pada kehendak pewaris dalam surat wasiat atau testamen.
Ahli waris dalam pewarisan tersebut dinamakan ahli waris testamenter. Orang-orang
yang ditunjuk menjadi ahli waris dan cara pembagian warisannya sesuai dengan
kehendak pewaris dalam surat wasiat.
Pasal 874

Segala harta peninggalan seorang yang meninggal dunia, adalah kepunyaan sekalian ahli
warisnya menurut undang-undang, sekedar terhadap itu dengan surat wasiat tidak telah
diambilnya sesuatu ketetapan yang sah.

1. kehendak pewaris dalam surat wasiat didahulukan;


2. ketentuan pewarisan menurut undang-undang pada dasarnya bersifat menambah
(anvullendrecht) atau mengatur (regelendrecht), walaupun terdapat beberapa
ketentuan didalamnya yang bersifat memaksa (dwingenrecht); dan
3. kehendak pewaris tersebut harus dibuat dalam surat wasiat yang memenuhi syarat
formal dan materiel pembuatan surat wasiat.
Asas-asas Umum Pewarisan
Asas mengenai Asas mengenai Ahli Asas mengenai Harta Warisan
Pewaris Waris
1. Pengertian harta peninggalan dan harta
1. Kematian pewaris 1. Telah lahir dan masih hidup; warisan;
merupakan saat terbukanya 2. Perkecualian berdasar Pasal 2. Prinsip persatuan harta;
warisan. 2; 3. Suami dan istri mempunyai hak dan
2. Sebelum pewaris meninggal 3. Mati pada saat yang sama kewajiban yang sama terhadap harta
belum ada pewaris, ahliwaris memutuskan hubungan persatuan;
dan harta warisan pewarisan; 4. Tidak memandang asal usul harta;
3. Larangan meminta 4. Hari yang sama; 5. Yang diwariskan hanya hak-hak dalam
pembagian warisan pada 5. Peristiwa yang sama; lapangan hukum harta kekayaan;
saat pewaris masih hidup 6. Kekayaan (vermoogen) adalah semua hak-
4. Larangan menjadikan hak dan kewajiban yang dimiliki orang yang
warisan yang belum terbuka mempunyai nilai uang
sebagai objek perjanjian 7. Beberapa pengecualian; dan
5. Perkecualian terhadap orang 8. Hak dan kewajiban yang bersumber dari
yang meninggalkan tempat perikatan sepanjang tidak bersifat sangat
dan tidak diketahui kabar pribadi antara debitur dan kreditur masuk
beritanya. dalam warisan.
Syarat-syarat Menjadi Ahli Waris

1. Ditunjuk menjadi ahli waris; (832, 874)


2. Telah lahir saat warisan terbuka; (836, 899)
3. Tidak termasuk orang yang dinyatakan “tidak patut mewaris” oleh undang-undang
(onwaardigheid); (838, 912)
4. Tidak menolak warisan; (1058) dan
5. Tidak disingkirkan oleh pewaris dalam surat wasiat. (874)
1. Ditunjuk menjadi ahli waris

Pewarisan undang-undang Pewarisan testamenter


● Pasal 832; ● Pasal 874;
● Keluarga sedarah, sah dan luar ● Setiap orang;
kawin; dan ● Kecuali yang dilarang oleh
● Suami atau Istri. undang-undang.
Keluarga sedarah sah

A B

C D E F

G H I
Keluarga sedarah garis lurus

Skema 1
A 1

B 2

C
Keluarga sedarah garis menyimpang

Skema 2
A 3 4

B C 5
2

1 D E

F
Keluarga sedarah luar kawin
Skema:
Skema:
1 B A X X Y

Y Z
ANAK ZINAH
ANAK SUMBANG
Skema:

A B X
2 Skema:
X dan Y kedua- Antara X dengan
Y nya tidak terikat Y tidak ada
X Y larangan kawin
perkawinan
Skema:

Z
A B C D
3

X
ANAK LUAR KAWIN
2. Telah lahir saat warisan terbuka

Pewarisan undang-undang Pewarisan testamenter


1. Pasal 836 1. Pasal 899
2. Pasal 831 2. Pasal 894

A B A B

C D E F
X C
G H I
3. Tidak termasuk orang yang dinyatakan “tidak patut mewaris” oleh undang-
undang (onwaardigheid)

1. mereka yang—telah dihukum—dipersalahkan karena telah membunuh atau mencoba


membunuh pewaris;
2. mereka yang dengan putusan hakim—pernah dipersalahkan—karena secara fitnah
telah mengajukan pengaduan palsu bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan
dengan ancaman hukumannya lima tahun atau lebih;
3. mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah pewaris untuk
membuat atau mencabut surat wasiat; dan
4. mereka yang telah menggelapkan, merusak, atau memalsukan surat wasiat.
Pasal 840

A tidak patut dan masih hidup A tidak patut dan telah meninggal

P
P
A B A B

C D C D
Pasal 840

Skema 3

A B

C D E F G
4. Tidak menolak warisan

1. Dalam Pasal 1058 disebutkan bahwa “Si waris yang menolak warisan dianggap tidak
pernah menjadi waris”.
2. Pasal 1045 menyebutkan bahwa “Tiada seorang pun diwajibkan menerima suatu
warisan yang jatuh kepadanya”.
3. Penolakan warisan harus dilakukan tegas dengan membuat pernyataan di
kepaniteraan pengadilan negeri tempat kematian berada (Pasal 1057).
4. Seseorang yang telah menolak warisan tidak dapat digantikan tempatnya, jika ia satu-
satunya ahli waris atau jika semua ahli waris menolak warisan sehingga semua
keturunan mereka mewaris atas dasar kedudukan sendiri (Pasal 1060).
5. Tidak disingkirkan oleh pewaris dalam surat wasiat

1. Pewaris adalah seorang pemilik harta warisan karena pada dasarnya dia yang paling
berhak mengatur harta warisannya melalui surat wasiat (874).
2. Pewaris dapat mengangkat orang lain—orang yang tidak mempunyai hubungan darah
sehingga bukan ahli waris undang-undang—untuk menjadi ahli waris.
3. Pewaris dapat menyingkirkan keluarganya sendiri—ahli waris undang-undang—dari
haknya atas harta warisan.
4. Pembatasan pada "keluarga sedarah dalam garis lurus" atau para "legitimaris",
undang-undang memberikan pembatasannya yang disebut “legitieme portie” atau
“bagian legitim”.
Pengelompokan kelima syarat mewaris

1. Hal yang menimbulkan hubungan pewarisan. Syarat pertama dan kedua


merupakan hal yang menimbulkan hubungan pewarisan

2. Hal yang memutuskan hubungan pewarisan. Syarat ketiga sampai dengan


kelima merupakan hal yang memutuskan hubungan pewarisan karena
ketentuan undang-undang, kehendak ahli waris sendiri, dan kehendak
pewaris dalam surat wasiat.

Anda mungkin juga menyukai