Anda di halaman 1dari 15

HUKUM ADAT WARIS

Oleh :
SRI BUDI PURWANINGSIH, S.H., M.Kn.
Pengertian Hukum Waris Adat

Menurut Ter Haar :


Hukum Waris Adat adalah peraturan-peraturan
hukum yang berkaitan dengan proses
penerusan dan pengalihan harta kekayaan
materiil dan immaterial dari turunan ke
turunan.
Lanjutan…
Menurut Wirjono Projodikoro :
Hukum Waris Adat adalah soal apakah dan
bagaimana pelbagai hak-hak dan kewajiban-
kewajiban tentang kekayaan seseorang pada
waktu ia meninggal dunia akan beralih
kepada orang lain yang masih hidup.
Lanjutan…
Menurut Soepomo :
Hukum Waris Adat memuat peraturan-
peraturan yang mengatur proses meneruskan
dan mengoperkan (mengalihkan) barang-
barang harta benda dan barang-barang yang
tidak berwujud (immaterielle goederen) dari
satu angkatan manusia (generatie) kepada
keturunannya.
Proses itu telah dimulai dari waktu orang tua
masih hidup.
Lanjutan…
Menurut Hilman Hadikusuma :
Hukum Waris Adat adalah aturan-aturan
hukum adat yang mengatur tentang
bagaimana harta peninggalan itu atau
warisan itu diteruskan atau dibagi dari
pewaris kepada ahli waris dari generasi ke
generasi berikutnya.
Lanjutan…
Berdasarkan rumusan-rumusan tersebut
dapat dikemukakan Hukum Waris Adat
adalah peraturan-peraturan yang mengatur
proses penerusan dan peralihan (harta atau
warisan baik yang berwujud maupun tidak
berwujud dari si pewaris pada waktu ia
masih hidup atau setelah ia meninggal
kepada para ahli waris).
Unsur-unsur Hukum Waris Adat
1. Pewaris, sebagai subyek hukum waris, yaitu seseorang
yang mewariskan harta kekayaan atau harta benda
kepada ahli waris
2. Ahli waris, subjek hukum waris, yaitu seseorang atau
beberapa orang yang berhak menerima harta
peninggalan dari pewaris
3. Harta atau warisan, objek warisan, yaitu sejumlah harta
benda baik benda berwujud maupun tidak berwujud
benda
4. Proses penerusan harta benda, yaitu suatu proses
penerusan dan pengoperan kepada ahli waris yang
berhak menerimanya yang dapat berlangsung sebelum
dan sesudah meninggal dunia. Proses ini berkaitan
dengan pelaksanaan pembagian warisan kepada masing-
masing ahli waris.
Sifat Hukum Adat Waris

Hukum Waris Adat menunjukkan corak-


corak yang khas dari alam pikiran
tradisional Indonesia, yakni bersendikan
atas prinsip-prinsip yang timbul dari alam
pikiran yang dijiwai sifat komunal
(kebersamaan), kekeluargaan, persatuan,
dan kesatuan.
Prinsip-prinsip Hukum Yang Mendasari
Hukum Waris Adat
1. Menurut sistem hukum adat, harta warisan bukanlah
sebagai kesatuan yang dapat dinilai dengan uang
tetapi merupakan kesatuan yang tak terbagi atau
dapat dibagi menurut jenis dan macamnya serta
berdasarkan kepentingan para waris
2. Menurut sistem hukum adat, pewarisan didasarkan
pada persamaan hak, artinya hak masing-masing para
waris diperlakukan sama dalam proses meneruskan
dan mengoperkan harta kekayaan, dan diletakkan
atas dasar kerukunan pada proses pembagiannya.
Jadi hukum waris adat tidak mengenal legitieme
portie seperti waris BW
Lanjutan…
3. Hukum waris adat menganut prinsip terbukanya
warisan dapat dilakukan pada saat si pewaris
masih hidup dan setelah meninggal dunia. Jadi,
hukum waris adat tidak mengenal adanya
adanya sewaktu-waktu para ahli waris menuntut
terbukanya warisan
4. Dalam penyelesaian warisan menggunakan asas
hukum KeTuhanan, pengendalian diri,
musyawarah mufakat, kerukunan, kekeluargaan,
serta kebersamaan hak.
Perbedaan
Hukum Waris Adat, Islam & BW
Hukum Adat Hukum Islam Hukum Perdata Barat
1. Didasarkan pada 1. Hukum waris Islam 1. Didasarkan pada
pemikiran bersumber pokok pemikiran rasional-
rasionalmkolektif- kepada Alquran dan individualis.
komunal atau hadist Nabi,
kekeluargaan kemudian qiyas
(analogi) dan Ijma
(kesamaan pendapat).

2. Harta peninggalan 2. Setiap ahli waris 2. Pembagian warisan


dapat bbersifat tidak dapat menuntut terbuka saat ahli
dapat dibagi-bagi pembagian harta waris meninggal
atau pelaksanaannya peninggalan sewaktu- dunia
untuk sementara tidak waktu.
dibagi
Lanjutan…
Hukum Adat Hukum Islam Hukum Perdata Barat
3. Anak angkat sebagai 3. Anak angkat tdk 3.Mengenai pergantian
ahli waris bahkan dua dikenaldalam hukum waris (plaatsvervulling)
kali yaitu pembagian Islam. Dlm KHI hak-
dari ortu kandungnya hak anak angkat
diakui krn kebutuhan
hukum dr masy Islam
Indonesia

4. Dikenal pergantian 4. Tidak mengenal 4. Bagian masing-masing


waris, dalam hukum pergantian waris ahli waris sudah
adat pergantian ini tertentu sebagaimana
merupakan asas diatur dalam Pasal
yang fundamental 913-929 BW
Lanjutan…
Hukum Adat Hukum Islam Hukum Perdata Barat
5. Pembagian warisan 5. Bagian dari masing- 5. Mengenal legitieme
didasarkan secara masing ahli waris portie (hak mutlak) dari
musyawarah, sudah tertentu dan ahli waris (Pasal 1066
kekeluargaan, dan masing-masing KUHPerdata)
gotong royong, juga mendapat bagian
scr rukun dan damai, menurut ketentuan
dan memperhatikan tersebut
keadaan-keadaan
khusus setiap ahli
waris.

6. Terutama pada 6. Status anak 6. Ahli waris berhak


kekerabatan parental, perempuan hanya menggugat si pewaris
ketiadaan anak laiki-laki terhadap harta atau ahli waris untuk
dapat menutup hak dari bersama (gono-gini) segera membagi harta
saudara-saudara ayah, ortunya. warisan.
ibunya, atau neneknya
untuk mendapatkan harta
asal atau harta pusaka
Lanjutan…
Hukum Adat Hukum Islam Hukum Perdata Barat
7. Harta peninggalan 7. Harta peninggalan
tidak merupakan harta merupakan harta
kesatuan yang segera yang harus segera
dibagi-bagikan tetapi dibagi-bagikan
wajib memperhatikan kepada ahli waris
sifat/ macam. Asal dan menurut hak dan
kedudukan hukum dari bagiannya masing-
harta peninggalan. masing
8. Tidak mengenal 8. Pembagian warisan
legitieme portie, tidak memperhatikan
menetapkan sifat dan wujud dari
berdasarkan pada barang yang
dasar persamaan hak merupakan harta
masing-masing ahli warisan.
waris, artinya setiap
ahli-ahli waris
diperlakukan
sederajat.
Lanjutan…
Hukum Adat Hukum Islam Hukum Perdata Barat
9. Ahli waris tidak boleh
memaksakan warisan
dibagi, perbuatan
tersebut dianggap tabu
yang bertentangan
dengan kebiasaan dan
moral (tidak tahu
adat).

Anda mungkin juga menyukai