Anda di halaman 1dari 3

Tugas Hukum Waris Islam 1

Nama: Agryan Prahatna


Npm: 21701021027

1. Membandingkan sumber kewarisan BW, adat, dan Islam

Pengertian Hukum Waris Menurut Hukum Waris Adat


Istilah waris di dalam kelengkapan istilah hukum waris adat diambil alih dari bahasa Arab
yang telah menjadi bahasa Indonesia, dengan pengertian bahwa di dalam hukum waris
adat tidak semata-mata hanya akan menguraikan tentang waris dalam hubungannya
dengan ahli waris, tetapi lebih luas dari itu.
Menurut Wirjono “ pengertian warisan ialah, bahwa warisan itu adalah soal apakah dan
bagaimanakah pelbagai hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seorang pada
waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup.[2]
Dalam hukum adat istilah waris lebih luas artinya dari arti asalnya, sebab terjadinya waris
tidak saja setelah adanya yang meninggal dunia tetapi selagi masih hidupnya orang yang
akan meninggalkan hartanya dapat mewariskan kepada warisnya.
Hukum waris adat atau ada yang menyebutnya dengan hukum adat waris adalah hukum
adat yang pada pokoknya mengatur tentang orang yang meninggalkan harta atau
memberikan hartanya (Pewaris), harta waris (Warisan), waris (Ahli waris dan bukan ahli
waris) serta pengoperan dan penerusan harta waris dari pewaris kepada warisnya.
Untuk mengetahui secara mendalam, berikut ini kemukakan pendapat dari para ahli
hukum adat :
Abdullah Syah, 1994
Pengertian hukum waris ditinjau dari Hukum Adat adalah : aturan-aturan yang mengenai
cara bagaimana dari abad ke abad penerusan & peralihan dari harta kekayaan yang
berwujud & tidak berwujud dari generasi pada generasi.
Hilman Hadikusuma, 1983
Hukum waris adat adalah hukum adat yang memuat garis-garis ketentuan tentang sistim
dan azas-azas hukum waris tentang warisan, pewaris dan waris serta cara bagaimana harta
warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada waris. Hukum
waris adat itu mempunyai corak dan sifat-sifat yang khas Indonesia, yang berbeda dari
hukum islam maupun hukum barat. Sebab perbedaannya terletak dari latar belakang alam
pikiran bangsa Indonesia yang berfalsafah Pancasila dengan masyarakat yang bhineka
tunggal ika. Latar belakang itu pada dasarnya adalah kehidupan bersama yang bersifat
tolong-menolong guna mewujudkan dan kedamaian di dalam hidup.
Sistem Pewarisan Hukum Islam
Dalam pewarisaan hukum islam, terdapat 6 golongan pembagiaan pewarisaan setiap
pewarisaan tersebut terdapat tingkatan yang berbeda-beda dengan perbandingan hukum waris
BW dan perbandingan hukum waris adat, dimana dalam hukum waris islam, anak laki-laki
mendapat bagiaan yang lebih besar dari anak perempuaan yang sudah diatur didalam Al-
qur’an,
Pengertian Hukum Waris Menurut KUHPerdata / BW
Beberapa penulis dan ahli hukum Indonesia telah mencoba memberikan rumusan mengenai
pengertian hukum waris yang disusun dalam bentuk batasan (definisi). Sebagai pedoman
dalam upaya memahami pengertian hukum waris secara utuh, beberapa difinisi di antaranya
penulis sajikan sebagai berikut:
Wirjono Prodjodikoro
Mengemukakan: Hukum Waris adalah soal apakah dan bagaimanakah pembagian hak-hak
dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan
beralih kepada orang yang masih hidup”.
Soepomo
“Hukum waris memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta
mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda
(immateriele goederen) dari suatu angkatan manusia (generatie) kepada turunannya. Proses
ini telah mulai pada waktu orang tua masih hidup. Proses tersebut tidak menjadi “akuut” oleh
sebab orang tua meninggal dunia. Memang meninggalnya bapak atau ibu adalah suatu
peristiwa yang penting bagi proses itu, akan tetapi sesungguhnya tidak mempengaruhi secara
radikal proses penerusan dan pengoperan harta benda dan harta bukan benda tersebut.
Sistem Pewarisaan KUHPerdata / BW
Sistem kewarisaan dalam KUHPerdata menganut pada Hukum BW, dimana Hukum BW
menganut hukum barat yang bersifat parental dan mandiri. Dimana harta warisan jika pewaris
wafat harus selekas mungkin diadakan pembagian yang merupakan ahli waris dalam hukum
BW dapat digolongkan menjadi 2 bagian:
 Ahli waris menurut Undang Undang
 Ahli Waris menurut Testament (Wasiat)
Dalam KUHPPerdata sistem keturunaan yang dianut merupakan adalah sistem parental atau
bilateral terbatas, dimana setiap anggota keluarga menghubungkan dirinya pada keturunan
ayah dan ibunya. Kemudian sistem kewarisan yang dianut KUHPerdata adalah sisitem
individual, artinya setiap ahli waris berhak menuntut pembagian harta warisan dan
memperoleh bagian yang menjadi haknya, baik harta warisan dan ibunya maupun harta dari
ayahnya.
Kesimpulan
Harta warisan menurut Hukum Islam, Hukum Perdata, dan Adat itu berbeda, Harta warisan
menurut islam adalah bawaan ditambah dengan bagian dari harta bersama sesudah di
gunakan keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah,
dan pembayaran utang serta wasiat pewaris.
Harta warisan menurut hukum perdata atau BW adalah seluruh harta benda beserta hak dan
kewajiban pewaris dalam lapangan hukum serta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang.
Sedangkan harta warisan menurut hukum adat adalah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh
seorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya, harta warisan itu terdiri atas ;
 Harta bawaan atau harta asal
 Harta perkawinan
 Harta pusaka
 Harta yang menunggu

Anda mungkin juga menyukai