Anda di halaman 1dari 15

Asas-Asas Hukum Waris Islam

Kelompok 1:
Darma Putra Nasution 208400121
Sakinatul Wafda 208400096
Mega Ola Silvia 198400096
Fiki Lasmana Munthe 208400057
Aldi Monop Ginting 208400068
Intan Namira Permata Hati 198400146
William Antonio Silangit 208400197
Zhafran Arief 208400073
Selvi 208400032
Ramah Dilla Putri 208400159
Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat
Islam yang sumbernya diambil dari Al-Qur’an dan
Hadist Rasulullah SAW, kemudian para ahli hukum.
Islam, khususnya para Mujtahid dan fuqoha
mentranformasi melalui berbagai formulasi
kewarisan sesuai dengan Pendapatnya masing-
masing. Yang sama pengertiannya dengan dengan
waris adalah faroid yang Menurut bahasa adalah
kadar atau bagian, oleh karena itu hukum waris
sama Dengan hukum faroid.
Undang-undang yang berlaku di Indonesia yang berkaitan dengan hukum Waris Islam seperti
Hukum Kewarisan yang tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (Inpres No. I Tahun 1991
tanggal 10 Juni 1991), adanya ketentuan hak opsi yang dipergunakan dalam Menyelesaikan
pembagian warisan sebagaimana kita jumpai dalam Penjelasan Umum Undang-Undang No. 7
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama angka 2 alinea keenam, “ sehubungan Dengan hal
tersebut, para pihak yang berperkara dapat memilih Ukumapa yang akan dipergunakan dalam
pembagian warisan” dinyatakan dihapus oleh UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas
UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Dalam penjelasan pasal 49 huruf b UU No. 3
Tahun 2006 dijelaskan bahwa yang dimaksud Dengan Waris adalah penentuan siapa-siapa
yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta Peninggalan, penentuan bagian masing-
masing ahli waris dan pelaksanaan pembagian harta Peninggalan tersebut serta penetapan
pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan Siapa yang menjadi ahli waris,
penentuan bagian masing-masing ahli waris.
Apa itu asas?
Asas adalah Aturan dasar dan prinsip - prinsip hukum yang abstrak dan
pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan
hukum. Dalam bahasa Inggris kata "Asas" diinformasikan sebagai
"principle", Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , ada tiga
pengertian kata "Asas", 1. Hukum dasar 2. Dasar (suatu yang menjadi
tumpuan berpikir atau berpendapat) dan 3. Dasar cita - cita. Peraturan
konkret seperti undang-undang tidak boleh bertentangan dengan asas
hukum, demikian pula dalam putusan hakim, pelaksanaan hakim, dan
sistem hukum.
Pengertian waris

Pengertian Warisan adalah perpindahan hak dan kewajiban


segala sesuatu baik harta maupun tanggungan dari orang yang
telah meninggal dunia untuk keluarganya yang masih hidup.
"Dan untuk masing-masing keluarga yang ditinggalkan baik
itu anak laki - laki dan perempuan".
Ahli Waris

Ahli Waris adalah orang yang mendapatkan bagian dari harta


orang yang meninggal atau pewaris. Seseorang disebut sebagai
ahli waris bila dinyatakan atau ditunjuk dengan resmi sesuai
dengan hukum yang digunakan pada pembagian hak waris.
Hukum yang digunakan bisa hukum Islam, perdata, atau adat.
Pewaris
Pewaris adalah suatu perpindahan segala
hak dan kewajiban seseorang yang
meninggal kepada para ahli warisnya,
orang yang memberi pusaka, yakni
orang yang meninggal dunia dan
meninggalkan sejumlah harta kekayaan,
pusaka, maupun surat wasiat.
Hukum Waris Islam
Hukum waris Islam adalah aturan yang digunakan untuk
membagi harta peninggalan yang berlandaskan dalil di
dalam kitab suci Al-Quran, hadis Nabi, dan kesepakatan
para ulama. Aturan inilah yang dijadikan pedoman
untuk melakukan pembagian warisan.
Hukum waris Islam ialah aturan yg dirancang buat
mengatur dalam hal pengalihan atau perpindahan harta
seseorang yang sudah tewas global kepada orang atau
keluarga yg diklaim juga menjadi ahli waris
1. Asas Ijbari

Asas ijbari adalah asas yang mana seorang pewaris


dan ahli waris tidak boleh semena-mena dalam
memberikan hartanya, artinya, harus mengikuti
apa yang digariskan dalam al-Qur'an. Hal ini ASAS-ASAS
berbeda dengan kewarisan menurut Kitab Un-
Undang Hukum Perdata, bahwa download hak HUKUM WARIS
kewarisan kepada ahli waris tergantuing dari
kehendak dan kerelaan atau ahli waris.
Asas ijbari ini dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
ISLAM
1. Dari segi lagu harta
2. Dari segi jumlah pembagian
3. Dari segi siapa harta itu beralih
2. Asas kematian peralihan

Harta Baru Berlaku apabila pemilik harta meninggal


dunia,Hukum kewarisan islam hanya mengenal
kewarisan akibat kematian (Kewarisan Arbistestato )
dan tidak mengenal kewarisan Atas Dasar wasiat
(Kewarisan TestaMentair).Makna azas ini adalah bahwa
kewarisan baru muncul bila ada yang meninggal dunia.
3. Asas bilateral

Asas bilateral dalam hukum waris Islam mengandung arti bahwa


harta warisan beralih kepada ahli warisnya melalui dua arah (dua
belah pihak). Hal ini berarti bahwa setiap orang menerima hak waris
dari kedua belah pihak garis kerabat, yaitu pihak kerabat garis
keturunan laki-laki dan pihak kerabat garis keturunan perempuan.
Pada prinsipnya asas ini menegaskan bahwa jenis kelamin bukan
merupakan penghalang untuk mewarisi atau diwarisi.
4. Asas Individual
Asas Individual Menurut Hukum Islam, asas
kewarisan secara individual,dalam arti bahwa
harta warisan dapat dibagi-bagi pada masing-
masing ahli waris untuk dimiliki secara
perorangan. Dalam pelaksanaannya, masing-
masing ahli waris menerima bagiannya tersendiri
tanpa terikat dengan ahli waris yang lain.
Keseluruhan harta warisan dinyatakan dalam
nilai tertentu yang kemudian jumlah tertentu
dibagikan kepada setiap ahli waris yang berhak
menerimanya menurut kadar masing-masing.
5. Asas Keadilan

Asas keadilan ini mengandung pengertian


bahwa harus ada keseimbangan antara hak yang
diperoleh seseorang dari harta warisan dengan
kewajiban atau beban biaya kehidupan yang
harus ditunaikannya. Laki-laki dan perempuan
misalnya, mendapat bagian yang sebanding
dengan kewajiban yang dipikulnya masing-
masing (kelak) dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Seorang laki-laki menjadi
penanggung jawab dalam kehidupan keluarga,
mencukupi keperluan hidup anak dan isterinya
sesuai dengan kemampuannya.
6. Asas Personalitas

Dalam memeriksa dan menyelesaikan perkara waris, pengadilan


agama wajib menerapkan dalah satu asas yang berlaku di
pengadilan agama yaitu asas personalitas keislaman. Artinya,
pengadilan agama hanya berwenang menerima dan memutuskan
perkara bagi orang-orang yang beraga islam.
Asas personalitas keislaman dikaitkan bersamaan dengan perkara
perdata bidang tertentu yang menjadi kewenangan peradilan
agama. Asas personalitas keislaman penerapannya menjadi
sempurna dan mutlak apabila didiukung dan tidak dipisahkan
dengan unsur hubungan hukum. Terdapat dua strategi untuk
menerapkan asas personalitas keislaman, yaitu patokan umum
dan patokan saat terjadi hubungan hukum
Thank You

Anda mungkin juga menyukai