Anda di halaman 1dari 17

Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman.

300-315

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM


Oleh :
Barhamudin
Fakultas Hukum Universitas Palembang
bsuryaigama@yahoo.com

ABSTRACT
The purpose of the research is to know the extent of replacement place of heirs in the
compilation of Islamic law. Legal research is a scientific activity based on certain methods, systems,
and thoughts that aim to study one or all of the laws by analyzing them and this type of research is a
normative legal research. (normative juridical), namely legal research conducted by prioritizing
research library or documents called secondary data, in the form of primary, secondary, and tertiary
legal materials. The materials obtained from the research that is done secondary data, to the data is
done as follows: Selecting the articles and verses and opinions of the jurists who contains the legal
precepts that regulate the problem of replacement heirs. The results obtained that the Islamic
inheritance law determines, the child can replace his father's position is the son and daughter of the
male lineage whose father had died first from the heir, while the boys and girls of the female lineage
is not entitled entirely to replace his mother's position to obtain property from his grandfather (heir).
The grandson of a new boy can replace his parent's position if the heir does not leave the other
surviving son. And the right of the surrendered heir is not necessarily the same as the right of the
person to be replaced, nor should it be exceeded from the part of the heirs who are equal to the
substituted, but may be reduced. Likewise, based on Article 185 of the Compilation of Islamic Law,
grandchild may be the surrogate heir and replace the position of his parents. Grandchildren will have
an inheritance equal to the share earned by his parents if he were alive. The surrogate heirs aims to
safeguard the right of the beneficiary who should receive the part of the heiress who is passed on to
his successor ie his son for continued family survival also strengthens the brotherhood between the
heirs and the successor heirs.
Keywords: successor heirs, Islamic law
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana penggantian tempat ahli waris dalam
kompilasi hukum Islam. Penelitian hukum adalah kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau segala hukum tertentu
dengan jalan menganalisanya dan jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian hukum normatif. (
yuridis normatif), yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan mengutamakan meneliti bahan
pustaka atau dokumen yang disebut data sekunder, berupa bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier. Bahan-bahan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan yaitu data sekunder, terhadap data
tersebut dilakukan hal sebagai berikut : Memilih pasal-pasal dan ayat-ayat serta pendapat para ahli
hukum yang berisi kaedah-kaedah hukum yang mengatur tentang masalah ahli waris pengganti. Hasil
penelitian diperoleh bahwa hukum kewarisan Islam menentukan, anak dapat menggantikan
kedudukan ayahnya adalah anak laki-laki dan anak perempuan dari garis keturunan laki-laki yang
ayahnya sudah meninggal terlebih dahulu dari pewaris, sedangkan anak laki-laki dan anak perempuan
dari garis keturunan perempuan tidak berhak sama sekali menggantikan kedudukan ibunya untuk
memperoleh harta dari kakeknya (pewaris). Cucu dari anak laki-laki baru dapat menggantikan
kedudukan orang tuanya apabila pewaris tidak meninggalkan anak laki-laki yang lain yang masih
hidup. Dan hak yang diperoleh ahli waris pengganti itu belum tentu sama dengan hak orang yang
digantikan, dan juga tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti,
tetapi mungkin berkurang. Demikian juga berdasarkan Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam tersebut,
cucu dapat menjadi ahli waris pengganti dan menggantikan kedudukan orang tuanya. Cucu akan
mendapat bagian warisan sebesar bagian yang diperoleh orang tuanya seandainya ia masih hidup.
Ahli waris pengganti bertujuan untuk menjaga hak dari ahli waris yang seharusnya menerima bagian
dari pewaris yang dioper kepada penggantinya yaitu anaknya agar kelangsungan hidup keluarga
berjalan terus juga mempererat tali persaudaraan antara pewaris dengan ahli waris pengganti.
Kata kunci : ahli waris pengganti, hukum islam

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


296
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

Hukum waris Islam pada dasarnya


mengatur hal yang sama dengan hukum
I. PENDAHULUAN waris pada umumnya (hukum waris barat
A. Latar Belakang Masalah dan hukum waris adat), yaitu mengatur
Tujuan perkawinan adalah untuk tentang pembagian harta peninggalan dari
membentuk dan membina keluarga yang seseorang yang telah meninggal dunia.
kekal dan merupakan ibadah serta Dalam hukum Islam, hukum waris
mendapatkan keturunan yang harus mempunyai kedudukan yang amat penting.
dipelihara dan dididik dengan baik, Hal ini dapat dimengerti karena masalah
disamping itu merupaka sarana untuk warisan akan dialami oleh setiap orang,
mengalihkan harta benda kepada selain itu masalah warisan merupakan
keturunannya tersebut. Adapun peralihan suatu masalah yang sangat mudah untuk
harta benda secara demkian disebut menimbulkan sengketa atau perselisihan di
pewarisan yang diatur oleh norma hukum antara ahli waris. Warga negara Indonesia
kewarisan. Salah satu bentuk hukum yang yang mayoritas beragama Islam telah
diterapkan di Indonesia dalam rangka menerima hukum Islam sebagai hukum
mengatur hubungan hukum antara kewarisan yang sudah menjadi hukum
masyarakat Indonesia adalah Hukum positif di Indonesia. Namun ada beberapa
Islam. Hukum Islam merupakan hukum persoalan yang sering menimbulkan
yang bersumber dari Al Quran dan Al sengketa, seperti mengenai harta warisan
Hadist yang mengatur segala perbuatan atau sengketa yang berkaitan dengan ahli
hukum bagi masyarakat yang menganut waris pengganti.
agama Islam.Hukum Kewarisan Islam Penyelesaian masalah kewarisan
adalah hukum yang mengatur segala Islam merupakan kewenangan peradilan
sesuatu yang berkenaan dengan peralihan agama. Hal tersebut ditegaskan dalam
hak dan atau kewajiban atas harta penjelasan umum Undang-Undang Nomor
kekayaan seseorang setelah ia meninggal 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
dunia kepada ahli warisnya. Dengan sebagimana telah diubah dengan Undang-
demikian, dalam hukum kewarisan ada Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
tiga unsur pokok yang saling terka it Peradilan Agama dan Perubahan Kedua
yaitu pewaris, harta waris, dan ahli waris. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009
Hukum waris yang berlaku secara nasional tentang Peradilan Agama. Dalam Pasal 1
ada tiga macam, yaitu hukum waris Islam, Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 tahun
hukum waris barat/perdata, dan hukum 1989 tentang Peradilan Agama dijelaskan
waris adat. Hukum waris berdasarkan bahwa kewenangan Pengadilan Agama
hukum Islam berlaku bagi mereka yang dibatasi khusus bagi orang-orang yang
memeluk agama Islam, hukum waris beragama Islam sehingga masalah
perdata berlaku untuk golongan warga kewarisan merupakan kewenangan
negara yang berasal dari Tionghoa dan Pengadilan Agama. Sebagai acuan dari
Eropa, sedangkan hukum waris adat yang pelaksanaa undang-undang ini, telah diatur
merupakan hukum yang sejak dulu berlaku dalam Kompilasi Hukum Islam. Hukum
dikalangan masyarakat, yang sebagian kewarisan merupakan bagian dari hukum
besar masih belum tertulis tetapi hidup kekeluargaan yang memegang peranan
dalam tindakan-tindakan masyarakat yang sangat penting, bahkan menentukan
sehari-hari, dan hukum waris adat ini dan mencerminkan sistem dan bentuk
berlaku bagi golongan masyarakat Bangsa hukum yang berlaku dalam masyarakat itu.
Indonesia asli.1 Hal ini disebabkan hukum kewarisan itu
sangat erat kaitannya dengan ruang
1
R.Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, lingkup kehidupan manusia, bahwa setiap
.Intermasa, Jakarta. 1995, hal. 10

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


300
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

manusia pasti akan mengalami peristiwa, rinci menetapkan suatu bagian tertentu
yang merupakan peristiwa hukum dan yang akan diperoleh bagi seorang ahli
lazim disebut meninggal dunia. Apabila waris pengganti serta tidak pula
ada suatu peristiwa hukum, yaitu menentukan apakah segala atribut yang
meninggalnya seseorang akan sekaligus disandang oleh ahli waris yang diganti itu
menimbulkan akibat hukum, yaitu tentang diturunkan pula pada ahli waris yang
bagaimana pengurusan dan kelanjutan menggantikannya, misalnya dalam hal
hak-hak dan kewajiban seseorang yang hijab mahjub (dinding mendinding).
meninggal dunia itu. Penyelesaian hak-hak Selain itu, Pasal tersebut juga tidak
dan kewajiban sebagai akibat adanya menegaskan apakah ketentuan itu berlaku
peristiwa hukum karena meninggalnya hanya pada ahli waris garis lurus ke bawah
seseorang diatur dalam hukum kewarisan. (nubuwwah), atau berlaku pula pada ahli
Hukum kewarisan Islam pada waris garis lurus ke atas (ubuwwah), atau
dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana berlaku juga pada ahli waris garis ke
saja di dunia ini. Sungguhpun demikian, samping (ukhuwwah). Oleh karena itu, hal
corak suatu negara Islam dan kehidupan tersebut dapat menimbulkan interpertasi
masyarakat di negara atau daerah tersebut yang berbeda tentang ahli waris pengganti
memberi pengaruh atas hukum kewarisan ini. Bahkan ahli waris yang sebelumnya
di daerah itu. Salah satu konsep telah memperoleh bahagian berdasarkan
pembaharuan hukum kewarisan Islam di ketentuan yang sudah baku pun dianggap
Indonesia ditandai dengan lahirnya sebagai ahli waris pengganti dengan
Kompilasi Hukum Islam melalui Intruksi berdasar pada ketentuan Pasal 185 ayat (1)
Presiden Republik Indonesia Nomor 1 dan ayat (2) Kompilasi Hukum Islam.
Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum B. Perumusan Masalah
Islam. Salah satu konsep pembaharuan Berdasarkan uraian di atas, maka
hukum kewarisan Islam dalam Kompilasai permasalahan dalam penelitian ini dapat
Hukum Islam (KHI) adalah diberikannya dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana
hak seorang ahli waris yang telah kedudukan ahli waris pengganti dalam
meninggal dunia kepada keturunannya hukum kompilasi Islam?
yang masih hidup. Aturan ini tercantum C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
dalam Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam 1. Tujuan Penelitian
yang menjelaskan bahwa: Ahli waris yang Tujuan penelitian ini secara umum
meninggal lebih dahulu dari pada si untuk mengetahui sejauh mana
pewaris maka kedudukannya dapat di penggantian tempat ahli waris dalam
gantikan oleh anaknya, kecuali mereka kompilasi hukum Islam.
yang tersebut dalam Pasal 173. Bagian 2. Manfaat Penelitian
bagi ahli waris pengganti tidak boleh Adapun manfaat dalam penelitian ini
melebihi dari bagian ahli waris yang adalah : Sebagai sumbangan pemikiran di
sederajat. bidang ilmu pengetahuan hukum,
Kedua ayat dalam Pasal tersebut khususnya hukum waris yang membahas
telah mengangkat posisi seseorang yang tentang ahli waris pengganti dalam hukum
sebelumnya dipandang tidak berhak kewarisan Islam.
mendapatkan warisan, untuk kemudian a. Memperluas pola fikir dan
ditempatkan sebagai kelompok ahli waris mengembangkan pengetahuan dibidang
yang berhak menerima harta warisan hukum kewarisan.
setelah diangkat untuk menempati c. sumbangan ilmu pengetahuan agar dapat
kedudukan orang tuanya yang telah menciptakan unifikasi dibidang hukum
meninggal lebih dahulu dari pewaris. waris untuk menuju kodifikasi hukum
Namun ketentuan tersebut tidak secara

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


301
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

hingga dapat mewujudkan hukum waris berupa peraturan perundang-undangan


nasional. yang antara lain dari: Al-Qur’an dan
D. Metode Penelitian Hadist; Kompilasi Hukum Islam.
Penelitian merupakan salah satu b. Bahan Hukum Sekunder yang
cara yang tepat untuk memecahkan merupakan bahan-bahan hukum yang
masalah. Selain itu penelitian juga dapat memberikan penjelasan mengenai bahan
digunakan untuk menemukan, hukum primer, berupa: Buku-buku; Jurnal-
mengembangkan dan menguji kebenaran. jurnal; Majalah-majalah; Artikel-artikel
Dilaksanakan untuk mengumpulkan data media; dan berbagai tulisan lainnya.
guna memperoleh pemecahan c. Bahan Hukum Tersier yang
permasalahan, sehingga diperlukan merupakan bahan-bahan hukum yang
rencana yang sistematis, metodelogi memberikan petunjuk maupun penjelasan
merupakan suatu logika yang menjadi terhadap bahan hukum primer dan
dasar suatu penelitian ilmiah. Oleh sekunder, serperti :Kamus Inggris-
karenanya pada saat melakukan penelitian Indonesia; Kamus Hukum Arab-Indonesia;
seseorang harus memperhatikan ilmu Kamus Besar Bahasa Indonesia;
pengetahuan yang menjadi induknya.2 Ensiklopedi Hukum Islam.
Metode penelitian yang tepat diperlukan Metode yang digunakan dalam
untuk memberikan pedoman serta arah menganalisis dan mengolah data-data yang
dalam mempelajari serta memahami terkumpul adalah analisis kualitatif.
tentang objek yang diteliti. Dengan Maksud dari penggunaan metode tersebut
demikian panelitian yang dilakukan akan adalah memberikan gambaran terhadap
berjalan dengan baik dan lancar sesuai permasalahan berdasarkan pada
dengan rencana yang ditetapkan.3 5
pendekatan yuridis normatif. Pada metode
Menurut Soerjono Soekanto yang ini bahan-bahan yang diperoleh dari
dimaksud dengan penelitian hukum adalah penelitian yang dilakukan yaitu data
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada sekunder, terhadap data tersebut dilakukan
metode, sistematika, dan pemikiran hal sebagai berikut : Memilih pasal-pasal
tertentu yang bertujuan untuk mempelajari dan ayat-ayat serta pendapat para ahli
satu atau segala hukum tertentu dengan hukum yang berisi kaedah-kaedah hukum
jalan menganalisanya.4 Oleh karena jenis yang mengatur tentang masalah ahli waris
penelitian ini adalah merupakan penelitian pengganti tersebut agar dapat menjawab
hukum normatif. ( yuridis normatif), yaitu permasalahan dari penelitian ini. Bahan
penelitian hukum yang dilakukan dengan hukum yang diperoleh dianalisis dengan
mengutamakan meneliti bahan pustaka objektif, serta menghubungkannya dengan
atau dokumen yang disebut data sekunder, pendapat pakar hukum dan penulis-
berupa bahan-bahan hukum primer, penulis, lalu hasilnya ditafsirkan untuk
sekunder, dan tersier. dirumuskan menjadi penemuan dan
Bahan hukum diperoleh melalui kesimpulan penelitian.
studi pustaka atau literatur, Data sekunder II PEMBAHASAN
tersebut meliputi: A. Sistem Pembagian Harta Waris
a. Bahan Hukum Primer, yang Menurut Islam
merupakan bahan hukum yang mengikat 1. Pengertian Harta Waris
Dalam literatur fiqh Islam,
2 kewarisan (al-mawarits kata tunggalnya al-
Ronny Hanintijo Soemitro, Metodologi Penelitian
Hukum dan Jurumetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, mirats) lazim juga disebut dengan
1998, hal 9
3 5
Komarudin, Metode Penulisan Skripsi dan Tesis, Ade Saptomo, Pokok-Pokok Metodologi
Remaja Rosdakarya, Bandung, 1979, hal 27 Penelitian Hukum, Unesa University Press,
4
Ronny Hanintijo Soemitro, Op.Cit. hal 9 Surabaya, 2007, hal 30

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


302
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

fara‟idh, yaitu jamak dari kata faridhah dianggap telah meninggal) maupun secara
diambil dari kata fardh yang bermakna taqdiri.
“ketentuan atau takdir”. Al-fardh dalam b. Adanya ahli waris yang hidup secara
terminologi syar’i ialah bagian yang telah hakiki pada waktu pewaris meninggal
ditentukan untuk ahli waris.6 dunia.
Hukum kewarisan Islam adalah c. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti
hukum yang mengatur segala yang baik bagian masing-masing.
berkenaan dengan peralihan hak dan Disamping syarat diatas, juga
kewajiban atas harta kekayaan seseorang rukun waris harus terpenuhi pada saat
setelah ia meninggal dunia kepada ahli pembagian harta warisan. Menurut Fachtur
warisnya.7 Rahman, bahwa rukun waris dalam hukum
Di dalam Kompilasi Hukum Islam kewarisan Islam diketahui ada tiga
pasal 171 (a) dinyatakan bahwa hukum yaitu:10
kewarisan adalah hukum yang mengatur a. Muwaris yaitu orang yang diwarisi harta
tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalannya atau orang yang
peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan mewariskan hartanya. Syaratnya adalah
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris muwaris harus benar-benar telah
dan berapa bagian masing-masing. meninggal dunia, baik mati hakiki maupun
2. Syarat dan Rukun Waris mati hukmy yaitu suatu kematian yang
Pada dasarnya pesoalan waris- dinyatakan oleh putusan hakim atas dasar
mewarisi selalu identik dengan beberapa sebab, walaupun sesungguhnya
perpindahan kepemilikan sebuah benda, ia belum mati.
hak dan tanggung jawab dari pewaris b. Waris (ahli waris) yaitu orang yang
kepada ahli warisnya. Dalam hukum waris dinyatakan mempunyai hubungan
Islam penerimaan harta warisan kekerabatan baik hubungan darah (nasab),
didasarkan pada asas ijbari, yaitu harta hubungan sebab semenda atau hubungan
warisan berpindah dengan sendirinya perkawinan, atau karena memerdekakan
menurut ketetapan Allah SWT tanpa hamba sahaya. Syaratnya adalah pada saat
digantungkan pada kehendak pewaris atau meninggalnya muwaris, ahli waris benar-
ahli waris.8 Pengertian tersebut akan benar dalam keadaan hidup. Termasuk
terpenuhi apabila syarat dan rukun dalam hal ini adalah bayi yang masih
mewarisi telah terpenuhi dan tidak dalam kandungan (al-haml) terdapat juga
terhalang mewarisi. syarat lain yang harus dipenuhi, yaitu
Dalam pembagian harta warisan antara muwaris dan ahli waris tidak ada
terdapat tiga syarat pokok yang telah halangan saling mewarisi.
disepakati oleh ulama, ketiga syarat c. Maurus atau al-Miras, yaitu harta
tersebut adalah:9 peninggalan si mati setelah dikurangi
a. Meninggalnya seseorang (pewaris) baik biaya perawatan jenazah, pelunasan hutang
secara hakiki hukumnya (misalnya dan pelaksanaan wasiat.11
3. Bagian-bagian Ahli Waris
Harta waris dibagikan jika memang
6
Muhammad Ali Ash-Sahabuni, Terj. A. M. orang yang telah mati itu meninggalkan
Basalamah, Pembagian Waris Menurut Islam, harta yang berguna bagi orang lain.
Gema Insani Press, Jakarta, 1995, hal. 33. Namun sebelum harta warisan itu
7
Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam,
Jakarta: Kencana, 2000, hal. 4.
8
Muhammad Daud Ali, Asas Hukum Islam,
Rajawali Press, Jakarta, 1990 , hal. 129.
9
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan Islam Fatchur Rahman, Ilmu Waris, .Alma’arif,
10

di Indonesia, Ekonisia, Yogyakarta, 2005 , hal. 24- Bandung. . 1981, hal. 36.
11
25. Ibid.,hal. 26.

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


303
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

diberikan kepada ahli waris, ada tiga hal dapat dijabarkan sebagai berikut.
yang terdahulu mesti dikeluarkan, yaitu:12 Pembagian harta waris dalam Islam telah
a. Segala biaya yang berkaitan dengan ditentukan dalam Al-Qur’an surat an-Nisa’
proses pemakaman jenazah secara tegas dan jelas yaitu ada pihak yang
b. Wasiat dari orang yang meninggal mendapatkan setengah (1/2), seperempat
c. Hutang piutang sang mayit. (1/4), seperdelapan (1/8), dua pertiga (2/3),
Ketika tiga hal di atas telah sepertiga (1/3), dan seperenam (1/6).15
terpenuhi barulah pembagian harta waris a. Pembagian harta waris bagi orang-
diberikan kepada keluarga dan juga para orang yang berhak mendapatkan
kerabat yang berhak. warisan separuh (1/2)
Menurut Kompilasi Hukum Islam 1. Seorang suami yang ditinggalkan istri
(KHI) pasal 171 huruf c, yang berbunyi dengan syarat ia tidak memiliki keturunan
“Ahli waris ialah orang yang pada saat anak laki-laki maupun perempuan,
meninggal mempunyai hubungan darah walaupun keturunan tersebut tidak berasal
atau hubungan perkawinan dengan dari suaminya kini (anak tiri).
pewaris, beragama Islam dan tidak 2. Seorang anak kandung perempuan dengan
terhalang karena hukum utnuk menjadi 2 syarat yaitu pewaris tidak memiliki anak
ahli waris”.13 laki-laki, dan anak tersebut merupakan
Hukum waris Islam membagi ahli anak tunggal.
waris menjadi dua macam yaitu: 3. Cucu perempuan dari keturunan anak laki-
a. Ahli waris Nasabiyah yaitu ahli waris yang laki dengan 3 syarat yaitu apabila cucu
hubungan kekeluargaannya timbul karena tersebut tidak memiliki anak laki-laki, dia
ada hubungan darah. Maka sebab nasab merupakan cucu tunggal, dan apabila
menunjukkan hubungan kekeluargaan pewaris tidak lagi mempunyai anak
antara pewaris dengan ahli waris. perempuan.
b. Ahli waris sababiyah yaitu hubungan 4. Saudara kandung perempuan dengan
kewarisan yang timbul karena sebab syarat: ia hanya seorang diri (tidak
tertentu. memiliki saudara lain) baik perempuan
1) Perkawinan yang sah ataupun laki-laki, dan pewaris tidak
2) Memerdekakan hamba sahaya atau memiliki ayah atau kakek ataupun
karena perjanjian tolong menolong. keturunan baik laki-laki maupun
Macam-macam ahli waris dapat perempuan.
digolongkan menjadi beberapa golongan 5. Saudara perempuan se-ayah dengan syarat:
yang ditinjau dari jenis kelaminnya, dan apabila ia tidak mempunyai saudara
dari segi haknya atas harta warisan. Jika (hanya seorang diri), pewaris tidak
ditinjau dari jenis kelaminnya, maka ahli memiliki saudara kandung naik perempuan
waris terdiri dari dua golongan yaitu ahli maupun laki-laki dan pewaris tidak
waris laki-laki dan ahli waris perempuan. memiliki ayah atau kakek dan keturunan.16
Sedangkan jika ditinjau dari segi hak atas b. Pembagian harta waris dalam Islam
harta warisan maka ahli waris terdiri dari 3 bagi orang-orang yang berhak
golongan yaitu al-dzawil furudl, „ashabah, mendapatkan warisan seperempat (1/4)
dan dzawil arham.14 yaitu seorang suami yang ditinggal oleh
Adapun besar kecilnya bagian yang istrinya dan begitu pula sebaliknya.
diterima bagi masing-masing ahli waris

12 15
Ibid., hal. 26. Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak,
13
Muhammad Ali As Sahbuni, Hukum Waris., hal. Hukum Waris Islam,: Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
49. hal. 24.
14 16
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Waris Islam, ed. Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan
revisi, UII Press, Yogyakarta, 2001, hal.34. Islam..., hal. 52.

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


304
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

1. Seorang suami yang ditinggalkan dengan memiliki dua atau lebih saudara (kandung
syarat, istri memiliki anak atau cucu dari atau bukan).
keturunan laki-lakinya, tidak peduli 2. Saudara laki-laki dan saudara perempuan
apakah cucu tersebut darah dagingnya atau seibu, dua orang atau lebih dengan syarat
bukan. pewaris tidak memiliki anak, ayah atau
2. Seorang istri yang ditinggalkan dengan kakek dan jumlah saudara seibu tersebut
syarat, suami tidak memiliki anak atau dua orang atau lebih.20
cucu, tidak peduli apakah anak tersebut 4. Sebab-sebab Seseorang Mendapatkan
merupakan anak kandung dari istri tersebut Warisan
atau bukan.17 Seseorang berhak mendapatkan
c. Pembagian harta waris bagi orang-orang sejumlah harta warisan apabila terdapat
yang berhak mendapatkan waris salah satu sebab di bawah ini yaitu:
seperdelapan (1/8) yaitu istri yang a. Kekeluargaan
ditinggalkan suaminya yang b. Perkawinan
mempunyai anak atau cucu, baik anak c. Karena memerdekakan budak
tersebut berasal dari rahimnya atau d. Hubungan Islam orang yang meninggal
bukan.18 dunia apabila tidak mempunyai ahli waris,
d. Pembagian harta waris dalam Islam bagi maka harta peninggalannya diserahkan ke
orang-orang yang berhak mendapatkan baitul mal untuk umat Islam dengan jalan
waris dua pertiga (2/3). pusaka.21
1. Dua orang anak kandung perempuan atau 5. Sebab-sebab Seseorang Tidak Berhak
lebih, dimana dia tidak memiliki saudara Mendapatkan Warisan
laki-laki (anak laki-laki dari pewaris). a. Hamba. Seorang hamba tindakan mendapat
2. Dua orang cucu perempuan dari keturunan warisan dari semua keluarganya yang
anak laki-laki dengan syarat pewaris tidak meninggal dunia selama ia masih berstatus
memiliki anak kandung, dan dua cuc hamba.
tersebut tidak memiliki saudara laki-laki. b. Pembunuh. Seorang pembunuh tidak
3. Dua saudara kandung perempuan (atau memperoleh warisan dari orang yang
lebih) dengan syarat pewaris tidak dibunuhnya. Rasulullah Saw bersabda :
memiliki anak, baik laki-laki maupun “Yang membunuh tidak mewarisi
perempuan, pewaris juga tidak memiliki sesuatupun dari yang dibunuhnya” (HR
ayah atau kakek, dan dua saudara Nasai).
perempuan kandung tersebut tidak c. Murtad. Orang yang murtad tidak
memiliki saudara laki-laki. mendapat warisan dari keluarganya yang
4. Dua saudara perempuan seayah (atau masih beragama Islami.
lebih) dengan syarat pewaris tidak d. Orang non muslim. Orang non muslim
mempunyaun anak, ayah atau kakek ahli tidak berhak menerima warisan dari
waris yang dimaksud tidak memiliki keluarganya yang beragama Islam dan
saudara kandung.19 begitu pula sebaliknya, orang muslim tidak
e. Pembagian harta waris dalam Islam berhak menerima harta warisan dari orang
bagi orang-orang yang berhak non muslim (kafir).22
mendapatkan waris sepertiga (1/3) 6. Pewaris Pengganti
1. Seorang ibu dengan syarat pewaris tidak Perihal pewaris pengganti, KHI
mempunyai anak atau cucu laki-laki dan mengaturnya dalam pasal 185 sebagai
keturunan anak laki-laki. Pewaris tidak berikut:

20
Ibid., hal. 54.
17 21
Ibid., hal. 52. Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Qur‟an, Raja
18
Ibid.,hal. 53. Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 62.
19 22
Ibid., hal. 54. Ibid., hal. 63.

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


305
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

a. Ahli waris yang meninggal lebih dahulu lebih secara bersama-sama. Perbedaan
dari pewaris maka kedudukannya dapat gugatan dengan permohonan adalah bahwa
digantikan oleh anaknya, kecuali mereka perkara gugatan merupakan sengketa atau
yang tersebut dalam pasal 173. konflik yang harus diselesaikan dan
b. Bagian ahli waris pengganti tidak boleh diputus oleh pengadilan, sedangkan dalam
melebihi dari ahli waris yang sederajat dan hal permohonan tidak ada sengketa. Dalam
yang diganti.23 hal ini hakim sekedar memberi jasa-
Hukum waris adalah semua aturan jasanya sebagai seorang tata usaha negara.
yang mengatur tentang pemindahan hak Hakim kemudian mengeluarkan suatu
atas kekayaan seseorang yang sudah penetapan atau biasa disebut putusan
meninggal kepada ahli warisnya dan atau declaratoir, yaitu putusan yang bersifat
yang ditunjuk berdasarkan wasiat si menetapkan atau menerangkan saja.
pewaris. Hal-hal yang menyangkut hukum Dalam persoalan ini hakim tidak
waris adalah:24 memutuskan suatu konflik seperti halnya
Pewaris adalah orang yang meninggal dalam perkara gugatan. Terhadap putusan
yang meninggalkan hartanya untuk declaratoir atau penetapan upaya hukum
diwariskan. Dalam Pasal 830 KUHPdt yang dapat dilakukan adalah kasasi.
dinyatakan “Pewarisan hanya terjadi Dalam hukum waris Islam, ahli
karena kematian”. waris laki-laki berkedudukan seimbang
Pasal 2 Undang-undang Nomor 7 dengan ahli waris wanita sesuai dengan
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama kedudukan dan fungsinya dalam keluarga
sebagaimana telah diubah dengan Undang- dimana ahli waris laki-laki dan wanita
Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang memperoleh hak dengan perbadingan 2 : 1
Peradilan Agama serta perubahan kedua (dua banding satu). Perbandingan tersebut
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 didasarkan bahwa laki-laki mempunyai
tentang Peradilan Agama menjelaskan tanggung jawab yang lebih besar
bahwa Peradilan Agama merupakan salah dibandingkan wanita, misalnya akan
satu pelaksana kakuasaan kehakiman bagi menjadi kepala rumah tangga keluarga.
rakyat pencari keadilan yang beragama Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam
Islam mengenai perkara perdata tertentu surat An-Nisa ayat 34 bahwa: yang
yang diatur dalam undang-undang ini. kepadanya dibebankan untuk memberikan
Adapun tugas dan wewenang pengadilan nafkah kepada keluarganya dan anak laki-
agama adalah memeriksa, memutus, dan laki itu setelah meninggal orang tuanya
menyelesaikan perkara-perkara pada (bapaknya), maka ia langsung
tingkat pertama antara orang-orang yang mengambilalih tanggung jawab tersebut
beragama Islam di bidang perkawinan, seperti memberikan nafkah kepada
kewarisan, wasiat, hibah, zakat, infaq, saudara-saudaranya, termasuk jika ada
wakaf dan sadaqah serta ekonomi saudaranya yang wanita ditinggal mati
syari‟ah. oleh suaminya.
Dalam Hukum Acara Perdata, Pembagian harta warisan antara
selain perkara gugatan dimana terdapat laki-laki dan wanita tersebut dijelaskan
pihak penggugat dan tergugat, ada dalam surah An Nisa ayat 11 dan 176 yang
perkara-perkara yang disebut permohonan terjemahannya adalah sebagai berikut:
yang diajukan oleh seorang pemohon atau Ayat 11 : Allah telah menetapkan
pembagian harta warisan anak-anakmu,
23
Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum Kewarisan untuk seorang anak laki-laki sama dengan
Islam di Indonesia, t.t.p.: Kementrian Agama RI , bagian dua anak wanita.
2011, hal. 66-82. Ayat 176 : Jika mereka ada beberapa
24
Soesilo dan Pramuji R, Kitab Undang-undang orang saudara laki-laki dan wanita, maka
Hukum Perdata, t.t.p: Wipress, 2007,hal. 194.

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


306
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

bagian untuk seorang anak laki-laki terlebih dahulu kepada kelompok dzawwul
sebanyak bagian dua orang wanita. furudh dan setelah itu, sisanya diserahkan
Anak-anak pewaris masing-masing kepada kelompok „asabah. Ahli waris
ditetapkan sebagai ahli waris dzawwul asabah adalah ahli waris yang bagian yang
furudh dengan perbandingan 2 : 1 (dua diterimanya adalah sisa setelah harta
banding satu) antara anak laki-laki dan warisan dibagikan kepada ahli waris
anak wanita. dzawwul furudh.
Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam yang Hadis berikutnya adalah dari Zaid
menyatakan bahwa: bin Tsabit yang diriwayatkan oleh
Kelompok-kelompok ahli waris terdiri Bukhari, (t.th.,: VIII: 6) sebagai berikut:
dari: Cucu laki-laki dan cucu wanita dari
1. Menurut hubungan darah: golongan laki- keturunan laki-laki, sederajat dengan anak
laki terdiri dari : ayah, anak laki-laki, jika tidak ada anak laki-laki yang masih
saudara laki-laki, paman dan kakek dan hidup, maka bagian cucu laki-laki tersebut
golongan perempuan terdiri dari : ibu, seperti dengan anak laki-laki. Sedangkan
anak perempuan, saudara perempuan dari cucu wanita seperti halnya dengan anak
nenek. wanita. Mereka menghijab seperti halnya
2. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari anak. Hadist ini menegaskan bahwa cucu
: duda atau janda. Apabila semua ahli laki-laki dari anak laki-laki adalah
waris ada, maka yang berhak mendapat sederajat dengan anak laki-laki. Demikian
warisan hanya: anak, ayah, ibu, janda atau halnya dengan cucu perempuan setara pula
duda. dengan anak perempuan, mereka mewaris
Kemudian Pasal 185 Kompilasi dan mendinding sebagaimana halnya
Hukum Islam yang menyatakan bahwa: dengan anak.
Ahli waris yang meninggal lebih dahulu Jika melihat Pasal 171 huruf c
dari pada si pewaris maka kedudukannya Kompilasi Hukum Islam dimana
dapat digantikan oleh anaknya, kecuali dijelaskan bahwa “Ahli waris adalah orang
mereka yang tersebut dalam Pasal 173. yang pada saat meninggal dunia
Bagian ahli waris pengganti tidak boleh mempunyai hubungan darah atau
melebihi dari bagian ahli waris yang hubungan perkawinan dengan pewaris,
sederajat dengan yang diganti. beragama Islam dan tidak terhalang karena
Apabila melihat Pasal 185 Ayat hukum untuk menjadi ahli waris”. Dalam
(1) Kompilasi Hukum Islam, maka konteks ini, Sarwoedy tidak masuk dalam
ketentuan yang berlaku kategori ahli waris. Walaupun dalam Pasal
bahwa harus si ahli waris yang 171 huruf c ditentukan bahwa ahli waris
meninggal terlebih dahulu untuk kemudian adalah yang mempunyai hubungan
dapat digantikan posisinya oleh ahli waris perkawinan, namun hubungan perkawinan
pengganti (anak-anak ahli waris/cucu yang dimaksud adalah kedudukannya
pewaris). Hadis yang dimaksud antara lain sebagai suami/isteri.
yang diriwayatkan oleh Bukhari (t.th., Jika dikaji dengan teliti redaksi
(VIII) :7) dari Ibnu „Abbas sebagai Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam,
berikut: Berikanlah bagian yang telah khususnya pada Ayat (1) tersebut, maka
ditentukan dalam Alquran kepada yang secara tekstual dapat dipahami bahwa
berhak menerimanya dan selebihnya tidak ada kewajiban hukum untuk
berikanlah kepada keluarga laki-laki yang menerapkan pasal tersebut terhadap semua
terdekat. kasus penggantian ahli waris. Pasal itu
Hadis ini menegaskan bahwa harta hanya bersifat fakultatif. Hal tersebut
warisan harus diserahkan kepada ahli dapat dipahami dari redaksi “… dapat
warisnya yang dalam hal ini dibagikan digantikan…”, kata ini mengisyaratkan

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


307
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

bahwa pasal tersebut bukanlah suatu bagian yang berasal dari bagian orang
keharusan yang bersifat imperatif. tuanya. Cucu dari pewaris masing-masing
Dengan demikian, berarti bahwa diangkat posisinya sebagai ahli waris
Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam boleh efektif untuk mengganti kedudukan orang
digunakan dalam hal tertentu saja, yakni tuanya yang sudah meninggal lebih dahulu
apabila ada ahli waris yang dipandang dari pewaris. Setelah penempatan tersebut,
tidak bisa memperoleh harta warisan atau posisi cucu tersebut kedudukannya tidak
belum berhak memperoleh harta warisan, disejajarkan dengan posisi anak-anak si
sementara yang bersangkutan sangat dekat pewaris sehingga ahli waris pengganti
hubungan kekerabataanya (hubungan hanya memperoleh bagian dari bagian
darah) dengan pewaris, misalnya cucu dari yang diterima oleh orang tuanya. Bagian
si pewaris. Dalam kasus seperti ini timbul orang tuanya inilah yang kemudian dibagi
2 (dua) pendapat, ada yang mengatakan oleh si cucu berdasarkan porsinya masing-
mereka dapat menggantikan ahli waris dan masing.
ada pula yang mengatakan mereka tidak Dalam Hukum Waris Perdata Barat
dapat menggantikan ahli waris. Pandangan dikenal 2 (dua) cara mewarisi, yakni
yang mengatakan bahwa cucu pewaris mewaris secara langsung dan mewaris
dipandang tidak berhak mendapatkan harta secara tidak langsung. Mewaris secara
warisan karena masih ada kelompok ahli langsung yaitu mewaris karena dirinya
waris dzawwul furudh yang menutupinya. sendiri (uit eigen hoofde), sedangkan
Namun demikian, ketentuan yang mewaris secara tidak langsung atau
terpenting adalah bahwa ahli waris mewaris dengan cara mengganti (bij
pengganti dapat menggantikan kedudukan plaatsvervulling) ialah mewaris untuk
ahli waris dzawwul furudh sepanjang ahli orang yang telah meninggal terlebih
waris dzawwul furudh yang lebih dulu dahulu daripada si pewaris, ia
meninggal dunia dari pada si pewaris. menggantikan kedudukan ahli waris yang
Jika Pasal 185 tersebut dijadikan telah meninggal terlebih dahulu dari si
sebagai dasar dalam pertimbangan hukum, pewaris.25
maka bagian ahli waris tersebut dapat saja Mewaris karena dirinya sendiri (uit
memperoleh bagian maksimal, yakni eigen hoofde) dalam KUHPerdata diatur
seperti sedianya akan diterima orang dalam Pasal 852 dimana haknya adalah
tuanya selama yang bersangkutan tidak haknya ia sendiri dimana tiap-tiap ahli
terhalang untuk tampil menjadi ahli waris waris menerima bagian yang sama
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 173 besarnya. Mewaris dengan cara mengganti
Kompilasi Hukum Islam. Dalam pasal (bij plaatsvervulling) dalam KUHPerdata
tersebut yang terhalang menjadi ahli waris diatur dalam Pasal 841-848 penggantian
adalah ahli waris yang telah dipersalahkan disini bukan hanya menggantikan dalam
oleh pengadilan dan sudah berkekuatan hal mewaris, tetapi juga menggantikan hak
hukum tetap karena alasan pembunuhan, seperti hidupnya orang yang digantikan.
atau mencoba melakukan pembunuhan, Dengan demikian dapat dipahami bahwa
atau menganiaya berat pewaris, atau pun kedudukan ahli waris pengganti pada
memfitnah pewaris. prinsipnya adalah menggantikan hak
Bahwa anak-anak si pewaris hidupnya orang yang digantikannya itu,
dianggap tidak efektif lagi untuk bukan terbatas dalam hal mewaris.
mendinding atau menutupi ahli waris Menurut penulis, penggantian tempat
lainnya, dalam hal ini cucu laki-laki dan dalam Kompilasi Hukum Islam pada
wanita dari anak perempuan si pewaris prinsipnya sama dengan penggantian
yang telah meninggal terlebih dahulu
25
sehingga mereka ditetapkan memperoleh Effendi Perangin, Hukum Waris, Raja Grafindo
Persada, Jakarta. 2008, hal.11

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


308
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

tempat dalam hukum waris perdata barat perempuan dari anak perempuan pewaris
sebagaimana diuaraikan di atas. Prinsipnya tidak dapat mewaris. Sayuti Thalib
adalah penggantian tempat bukan hanya mengartikan ajaran ini ke dalam garis
dalam hal mewaris, tetapi juga hak hukum sebagai berikut:26
hidupnya orang yang digantikannya itu. a. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki
Cucu adalah keturunan garis lurus menempati tempat anak laki-laki kalau
ke bawah yang dimana kedudukannya itu tidak ada anak laki-laki dan tidak ada anak
disamakan dengan anak, ia berhak menjadi perempuan. Cucu laki-laki ini mewaris dan
ahli waris dan bahkan dalam hal tertentu ia menghijab sama seperti anak lak-laki.
menjadi ahli waris bersamaan dengan anak b. Cucu perempuan melalui anak laki-laki
si pewaris. Namun demikian, kedudukan menempati tempat anak perempuan kalau
cucu sebagai ahli waris tidak diatur secara tidak ada anak laki-laki dan tidak ada anak
rinci dalam Al-Quran sehingga terdapat perempuan. Cucu perempuan ini mewaris
perbedaan pendapat di antara para ahli dan menghijab sama seperti anak
mengenai kedudukan cucu sebagai ahli perempuan.
waris, apakah hanya cucu laki-laki dan c. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki tidak
cucu perempuan dari anak laki-laki atau mewaris jika ada anak laki-laki.
termasuk pula cucu laki-laki dan cucu Jika ahli waris terdiri dari seorang
perempuan dari anak perempuan. anak perempuan dan seorang cucu laki-
Menurut Mazhab Syafi‟i, ada 3 laki, maka anak perempuan itu mendapat
macam ahli waris, yakni ½ harta peninggalan sedangkan cucu laki-
Dzawwil Furudh, yakni ahli waris yang laki melalui anak laki-laki itu mendapat
mempunyai bagian tertentu. sisa.
‘Ashabah, yakni ahli waris yang Cucu melalui anak perempuan,
mempunyai bagian, tetapi jika tidak ada baik laki-laki maupun perempuan baru
ahli waris dzawwil furudh sama sekali, berhak tampil sebagai ahli waris jika:
maka mereka menerima seluruh harta Sudah tidak ada ashabul furudh (orang
warisan. Jika ada ahli waris dzawwil yang berhak mewaris) atau „ashabah sama
furudh maka ahli waris „ashabah sekali. Ashabul furudh yang mewarisi
menerima sisanya. bersama-sama dengan dzawwil arham itu
Dzawwil Arham, yakni ahli waris salah seorang suami isteri, maka salah
yang mempunyai hubungan keluarga seorang suami isteri mengambil bagiannya
dengan pewaris tetapi tidak masuk ahli lebih dahulu, baru kemudian sisanya
waris dzawwil furuhl dan ‘ashabah. Ahli diterimakan kepada mereka. Sisa itu tidak
waris dzawwil arham baru mendapat boleh di-radd-kan kepada salah seorang
bagian warisan sesudah ahli waris dzawwil suami isteri selama masih ada dzawwil
furudh dan ‘ashabah tidak ada. arham. Sebab me-radd-kan sisa lebih
Jika melihat konsep Mazhab kepada salah seorang suami isteri
Syafi‟i ini bisa dikatakan bahwa sistem dikemudiankan daripada menerimakan
kewarisan yang dianut adalah bersifat kepada dzawwil arham.27
partilineal karena hukum kekeluargaannya Dengan demikian dapat dipahami
menarik garis keturunan dari garis laki-laki bahwa hukum kewarisan Sunni dalam
atau garis bapak sehingga hanya anak laki- kaitannya dengan ahli waris pengganti
laki yang dapat menjadi penghubung. sifatnya diskriminatif dan terbatas.
Menurut ajaran kewarisan Sunni, dalam Diskriminatif yang dimaksud disini adalah
hal pergantian tempat, cucu yang berhak
mewaris hanyalah cucu laki-laki dan cucu 26
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di
perempuan dari anak laki-laki pewaris, Indonesi, Bina Aksara, Jakarta. 1982, hal. 145-146.
27
sedangkan cucu laki-laki dan cucu Fatchur Rahman, Ilmu Waris, .Alma’arif,
Bandung. 1981, hal. 357.

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


309
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

bahwa dalam hukum kewarisan ini yang tersebut tidak dibedakan apakah ia laki-
dapat menjadi ahli waris pengganti laki ataupun perempuan, baik dari anak
hanyalah cucu yang melalui garis laki- laki-laki maupun dari anak perempuan.
laki/anak laki-laki, sedangkan cucu dari Ajaran kewarisan seperti yang
garis perempuan tidak berhak menerima dikemukakan oleh Hazairin ini adalah
warisan karena ia adalah dzawwil arham. untuk memperjuangkan hak warisan bagi
Terbatas maksudnya adalah bahwa cucu ahli waris yang ditinggal mati lebih dulu
laki-laki dari anak laki-laki hanya akan oleh orang tuanya atau ahli waris yang
menerima warisannya jika pewaris tidak menghubungkannya. Ajaran ini berbeda
mempunyai anak laki-laki lain yang masih dengan ajaran Sunni yang menempatkan
hidup, sedang cucu perempuan baru akan cucu sebagai dzawwil arham seperti yang
menerima warisan jika perwaris tidak telah dipaparkan sebelumnya. Dengan
mempunyai anak laki-laki atau dua anak ajaran seperti yang diikemukakan oleh
perempuan yang masih hidup. Hazairin ini, maka seorang anak yang
Selain ajaran Sunni atau ajaran ditinggal mati oleh orang tuanya dapat
Mazhab Syafi‟i, Hazairin juga memiliki memperoleh bagian warisan sesuai dengan
ajaran tentang ahli waris pengganti. bagian yang sedianya akan diterima oleh
Penggantian kedudukan menurut Hazairin orang tuanya apabila orang tuanya tersebut
sebenarnya sudah termakub dalam Surat masih hidup.
An Nisa ayat 33 yang artinya “dan bagi Teori ahli waris pengganti Hazairin
tiap-tiap orang kami membuat mawali juga dapat dipandang sebagai pemecahan
(waris pengganti) dari apa yang telah masalah keadilan dan menghindari
ditinggalkan oleh ibu bapaknya dan diskriminatif terhadap kelompok ahli waris
kerabat dekatnya dan orang yang tertentu yang berjenis kelamin perempuan,
mengikat janji denganmu maka berilah sehingga dengan demikian kelompok ahli
mereka bagiannya”. Menurut Hazairin, waris yang dinamakan dzawwil arham
maksud mengadakan ahli waris untuk si dapat diangkat sebagai ahli waris yang
fulan adalah bahwa bagian si fulan yang sesungguhnya, selama mereka
akan diperolehnya seandainya dia hidup memungkinkan dapat ditampilkan sebagai
dari harta peninggalan itu, dibagi-bagikan ahli waris, karena tidak sama-sama
kepada mawalinya itu, bukan sebagai ahli mewarisi dengan orang-orang yang berada
warisnya tetapi sebagai ahli waris-ahli di atasnya atau tidak terdapat larangan
waris ibu atau bapaknya yang syara‟ yang menghalangi penerimaan hak
meninggalkan harta itu.28 kewarisan.
Berdasarkan pemaparan tersebut di Dalam perkara perdata, yang
atas dapat dipahami bahwa kedudukan diutamakan adalah bagaimana kemudian
cucu dapat menggantikan posisi orang para pihak yang bersengketa dapat
tuanya secara penuh sebagai ahli waris. berdamai. Hakim selalu mengupayakan
Selain itu, kedudukan kakek dan nenek, perdamaian di antara ke dua belah pihak
baik dari pihak ayah maupun dari pihak yang bersengketa dan kalau pun perkara
ibu dapat pula menggantikan posisi tersebut tetap berlanjut, maka hakim
anaknya sebagai ahli waris pengganti. mengupayakan putusan yang sifatnya win-
Cucu dapat menggantikan kedudukan win solution sehingga tidak ada pihak yang
ayahnya yang telah meninggal dunia lebih merasa dirugikan. Hal yang demikian itu
dahulu meskipun pewaris mempunyai tidak terkecuali dalam perkara pewarisan.
anak laki-laki lain yang masih hidup. Cucu Ketentuan mengenai ahli waris
pengganti dalam Pasal 185 Kompilasi
28
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral menurut Hukum Islam harus dapat diterapkan
Qur’an dan Hadith, Tintamas Indonesia, Jakarta. secara optimal untuk mewujudkan
1982., hal. 29

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


310
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

keadilan sebagai salah satu tujuan hukum. laki memperoleh derajat yang sama
Dengan memberikan harta warisan kepada dengan anak laki-laki, ahli waris yang
ahli waris yang sebelumnya dipandang menggantikan anak perempuan maka ia
tidak berhak untuk kemudian akan memperoleh derajat yang sama
menggantikan kedudukan orang tuanya dengan anak perempuan yang
adalah perbuatan yang sangat terpuji di sisi digantikannya. Sedangkan hak yang
Allah SWT sekaligus sebagai perekat dimaksud adalah bahwa apabila orang
dalam keluarga untuk memelihara yang digantikan oleh ahli waris pengganti
hubungan silaturahmi sehingga keakraban tersebut memperoleh warisan maka ahli
tetap utuh. Di samping itu, hal tersebut waris pengganti juga berhak menerima
juga dimaksudkan sebagai ungkapan rasa warisan. Jika ia menggantikan kedudukan
kemanusiaan, apalagi hal tersebut sudah anak laki-laki, maka ia akan mendapat
menjadi ijma’ ulama se Indonesia. bagian warisan sebesar bagian anak laki-
Dalam Alquran surat al-Nisa ayat 8 laki, jika perempuan maka ia akan
sebagai berikut: Dan apabila waktu mendapat bagian sebesar bagian
pembagian itu hadir kerabat, anak yatim perempuan yang ia ganti tersebut. Jika ahli
dan orang-orang miskin, maka berilah waris pengganti tersebut ada dua orang
harta dari mereka itu (sekadarnya) dan atau lebih maka mereka akan berbagi sama
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang rata atas bagian harta yang diperoleh oleh
baik. ahli waris yang ia gantikan dengan
Sedikit banyaknya bagian yang ketentuan laki-laki mendapat dua kali
akan diterima ahli waris pengganti bagian perempuan seperti yang diatur
ditentukan dari jenis kelamin ahli waris dalam Surat An Nisa ayat 11.
yang diganti yang sedianya menerima Kompilasi Hukum Islam
harta warisan dari pewaris. Jika sekiranya memberikan batasan mengenai bagian
ahli waris yang diganti itu wanita yang diterima oleh ahli waris pengganti
(misalnya anak wanita yang meninggal sebagaimana diatur dalam Pasal 185 ayat
lebih dahulu dari pewaris), maka bagian (2) ompilasi Hukum Islam yang
yang diberikan kepada ahli waris yang menyatakan bahwa bagian ahli waris
menggantikannya itu sesuai dengan jumlah pengganti tidak boleh melebihi dari bagian
yang sedianya akan diterima anak wanita ahli waris yang sederajat dengan yang
pewaris tersebut walaupun ahli waris diganti. Berdasarkan Pasal 185 Kompilasi
pengganti itu laki-laki. Dengan cara seperti Hukum Islam, bahwa kedudukan cucu
itu, maka ahli waris efektif lainnya tidak pada kasus ini dapat menggantikan
merasa dirugikan haknya. kedudukan orang tuanya sebagai ahli
Ahli waris pengganti pada waris. Berdasarkan Pasal 185 ayat (1)
dasarnya adalah ahli waris karena Kompilasi Hukum Islam, seseorang dapat
penggantian, yaitu orang-orang yang mewaris karena penggantian tempat
menjadi ahli waris karena orang tuanya adalah:
yang berhak mendapat warisan mati lebih a. Orang yang digantikan oleh anaknya
dulu dari pada pewaris sehingga tersebut harus sudah meninggal dunia
kedudukan orang tuanya digantikan lebih dahulu dari pewaris.
olehnya. Jadi, Pasal 185 Kompilasi Hukum b. Orang yang digantikan oleh anaknya
Islam bermakna selain penggantian tersebut merupakan ahli waris andaikata ia
tempat, juga bermakna derajat dan hak-hak masih hidup.
tanpa membedakan dari garis keturunan Syarat pertama sudah sangat jelas
laki-laki atau perempuan. Derajat yang bunyinya, sedangkan untuk syarat kedua
dimaksud disini adalah bahwa ahli waris harus dilihat bunyi ketentuan yang
yang menggantikan kedudukan anak lak- tertuang dalam Pasal 173 Kompilasi

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


311
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

Hukum Islam. Pasal 173 Kompilasi menggantikan kedudukan orang tuanya


Hukum Islam mengatur bahwa seseorang apabila pewaris tidak meninggalkan anak
terhalang menjadi ahli waris apabila laki-laki yang lain yang masih hidup.
terdapat putusan hakim yang telah Kalau syarat ini tidak terpenuhi maka cucu
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, tersebut terhijab oleh saudara ayahnya itu
dihukum karena: Dipersalahkan telah dan tidak akan memperoleh bagian dari
membunuh atau mencoba membunuh atau harta warisan kakeknya. Namun demikian
menganiaya berat pewaris. Dipersalahkan ada wasiat wajibah yang memberi peluang
secara memfitnah telah mengajukan kepada cucu dari anak laki-laki yang
pengaduan bahwa pewaris telah terhijab untuk mendapatkan warisan dari
melakukan kejahatan yang diacam dengan kakeknya.
hukuman 5 (lima) tahun penjara atau Menurut hukum kewarisan Islam
hukuman yang lebih berat. pendapat dari ahl al-sunnah hak yang
Syarat lain yang meskipun tidak diperoleh ahli waris pengganti itu belum
tersurat secara tegas dalam Kompilasi tentu sama dengan hak orang yang
Hukum Islam tetapi harus dianggap ada digantikan, dan juga tidak boleh melebihi
adalah bahwa yang digantikan itu harus dari bagian ahli waris yang sederajat
beragama Islam karena seorang cucu yang dengan yang diganti, tetapi mungkin
orang tuanya beragama selain agama Islam berkurang.
dan telah meninggal lebih dahulu daripada Berdasarkan Pasal 185 Kompilasi
pewaris (kakek atau nenek si cucu) Hukum Islam tersebut, cucu dapat menjadi
meskipun cucu tersebut beragama Islam, ahli waris pengganti dan menggantikan
maka ia tidak dapat mewaris secara kedudukan orang tuanya. Bila orang
penggantian tempat oleh karena tuanya berkedudukan sebagai dzawil
seandainya si orang tua tersebut masih furudl maka ia akan menjadi dzawwil
hidup sesungguhnya ia tidak dapat menjadi furudh juga, begitupun jika orang tuanya
ahli waris. Hal ini sebagaimana sabda berkedudukan sebagai ‘ashabah maka ia
Rasulullah yang artinya “Orang-orang pun menjadi ‘ashabah. Cucu akan
Islam tidak dapat mewarisi harta orang mendapat bagian warisan sebesar bagian
kafir dan orang kafir pun tidak dapat yang diperoleh orang tuanya seandainya ia
mewarisi harta orang Islam”. (HR. masih hidup.
Muttafaq Alaih) Ahli waris pengganti bertujuan
Menurut hukum kewarisan Islam untuk menjaga hak dari ahli waris yang
berdasarkan pendapat ahl al-sunnah, seharusnya menerima bagian dari pewaris
bahwa anak yang menggantikan yang dioper kepada penggantinya yaitu
kedudukan ayahnya adalah anak laki-laki anaknya agar kelangsungan hidup keluarga
dan anak perempuan dari garis keturunan berjalan terus juga mempererat tali
laki-laki yang ayahnya sudah meninggal persaudaraan antara pewaris dengan ahli
terlebih dahulu dari pewaris, sedangkan waris pengganti. Hukum kewarisan telah
anak laki-laki dan anak perempuan dari melembagakan ahli waris pengganti ke
garis keturunan perempuan tidak berhak dalam dan telah melaksanakannya
sama sekali menggantikan kedudukan walaupun belum dalam bentuk undang-
ibunya untuk memperoleh harta dari undang, tapi dalam bentuk Kompilasi
kakeknya (pewaris).29 Hukum Islam.
Menurut hukum kewarisan Islam Secara normatif, pembagian
berdasarkan pendapat ahl al-sunnah warisan hanya bisa dilakukan sesuai
bahwa cucu dari anak laki-laki baru dapat dengan ketentuan yang tertera secara
konkrit dalam Al Qur‟an dan Al Sunnah.
29
Namun dalam kenyataannya, masyarakat
Fatchur Rahman, Op. Cit. hal. 60-64

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


312
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

sering melakukan pembagian warisan tuanya berkedudukan sebagai dzawil


secara damai. Hal ini terjadi bisa saja furudl maka ia akan menjadi dzawwil
karena dalam kenyataannya ahli waris furudh juga, begitupun jika orang tuanya
yang menerima bagian besar secara berkedudukan sebagai ‘ashabah maka ia
ekonomi telah berkecukupan sementara pun menjadi ‘ashabah. Cucu akan
ahli waris yang menerima bagian sedikit mendapat bagian warisan sebesar bagian
masih kekurangan. Kompilasi Hukum yang diperoleh orang tuanya seandainya ia
Islam mengakomodir pembagian warisan masih hidup. Ahli waris pengganti
secara damai di mana dalam Pasal 183 bertujuan untuk menjaga hak dari ahli
dijelaskan bahwa “para ahli waris dapat waris yang seharusnya menerima bagian
bersepakat melakukan perdamaian dengan dari pewaris yang dioper kepada
pembagian harta warisan setelah masing- penggantinya yaitu anaknya agar
masing menyadari bagiannya”. Kompilasi kelangsungan hidup keluarga berjalan
Hukum Islam menghendaki agar terus juga mempererat tali persaudaraan
pembagian warisan dengan cara damai ini, antara pewaris dengan ahli waris
para ahli waris mengerti hak dan pengganti. Hukum kewarisan telah
bagiannya masing-masing. Apabila ada melembagakan ahli waris pengganti ke
ahli waris yang secara ekonomi dalam dan telah melaksanakannya
kekurangan dan mendapat bagian sedikit, walaupun belum dalam bentuk undang-
kemudian ada pula ahli waris yang undang, tapi dalam bentuk Kompilasi
menerima bagian banyak ikhlas untuk Hukum Islam. Kompilasi Hukum Islam
memberikan kepada yang lain, maka hal mengakomodir pembagian warisan secara
itu dapat dibenarkan untuk dilakukan. damai di mana dalam Pasal 183 dijelaskan
II. PENUTUP bahwa “para ahli waris dapat bersepakat
Hukum kewarisan Islam melakukan perdamaian dengan pembagian
menentukan, bahwa anak dapat harta warisan setelah masing-masing
menggantikan kedudukan ayahnya adalah menyadari bagiannya”. Kompilasi Hukum
anak laki-laki dan anak perempuan dari Islam menghendaki agar pembagian
garis keturunan laki-laki yang ayahnya warisan dengan cara damai ini, para ahli
sudah meninggal terlebih dahulu dari waris mengerti hak dan bagiannya masing-
pewaris, sedangkan anak laki-laki dan masing.
anak perempuan dari garis keturunan DAFTAR PUSTAKA
perempuan tidak berhak sama sekali R.Subekti, 1995. Pokok-Pokok Hukum
menggantikan kedudukan ibunya untuk Perdata, .Intermasa, Jakarta.
memperoleh harta dari kakeknya Ronny Hanintijo Soemitro, 1998.
(pewaris). Cucu dari anak laki-laki baru Metodologi Penelitian Hukum dan
dapat menggantikan kedudukan orang Jurumetri, Ghalia Indonesia,
tuanya apabila pewaris tidak Jakarta.
meninggalkan anak laki-laki yang lain Komarudin, 1979, Metode Penulisan
yang masih hidup. Dan hak yang diperoleh Skripsi dan Tesis, Remaja
ahli waris pengganti itu belum tentu sama Rosdakarya, Bandung.
dengan hak orang yang digantikan, dan Ade Saptomo, 2007. Pokok-Pokok
juga tidak boleh melebihi dari bagian ahli Metodologi Penelitian Hukum,
waris yang sederajat dengan yang diganti, Unesa University Press, Surabaya.
tetapi mungkin berkurang. Demikian juga Muhammad Ali Ash-Sahabuni, 1995, Terj.
berdasarkan Pasal 185 Kompilasi Hukum A. M. Basalamah, Pembagian
Islam tersebut, cucu dapat menjadi ahli Waris Menurut Islam, Gema
waris pengganti dan menggantikan Insani Press, Jakarta.
kedudukan orang tuanya. Bila orang

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


313
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

_____________ ,1995. Hukum Waris Abdul Ghofur Anshori, 2005, Hukum


Dalam Syariat Islam, CV kewarisan Di Indonesia Eksistensi
Diponegoro, Bandung, Amir dan Adaptabilitas, Ekonisia,
Syarifudin, 2000. .Hukum Yogyakarta.
Kewarisan Islam, Jakarta: Bambang Sunggono, 1997, Metodologi
Kencana. Penelitian Hukum, .RajaGrafindo
Muhammad Daud Ali, 1990.Asas Hukum Persada, Jakarta.
Islam, Rajawali Press, Jakarta. Ahmad Azhar Basyir, 2001, Hukum Waris
Abdul Ghofur Anshori, 2005. Hukum Islam, UII Press, Yogyakarta.
Kewarisan Islam di Indonesia, Ahmad Rafiq, 1993, Fiqih
Ekonisia, Yogyakarta. Mawaris, PT. Raja Grafindo
Ahmad Azhar Basyir, 2001. Hukum Persada, Jakarta.
Waris Islam, ed. revisi, UII Press, Cik Hasan Bisri, 1999, Kompilasi Hukum
Yogyakarta. Islam dan Peradilan Agama
Suhrawardi K. Lubis dan Komis dalam Sistem Hukum Nasional, ,
Simanjuntak, 2008. Hukum Waris Logos, Jakarta.
Islam,: Sinar Grafika, Jakarta, Departemen Agama Republik Indonesia,
Ali Parman, 1995.Kewarisan Dalam Al- 1989, Al-Qur’an Dan
Qur‟an, Raja Grafindo Persada, Terjemahnya, .Jaya Sakti,
Jakarta. Surabaya.
Habiburrahman, 2011, Rekonstruksi Hilman Hadikusuma, 2003, Hukum Waris
Hukum Kewarisan Islam di Adat, . Citra Aditya Bakti,
Indonesia, t.t.p.: Kementrian Bandung.
Agama RI , Soesilo dan Pramuji M. Idris Ramulyo, 2004, Perbandingan
R, 2007. Kitab Undang-undang Hukum Kewarisan Islam dengan
Hukum Perdata, t.t.p: Wipress, Kewarisan Kitab Undang-undang
Effendi Perangin, 2008, Hukum Hukum Perdata, Sinar Grafika,
Waris, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Jakarta. ___________, 2000, Perbandingan
Sajuti Thalib, 1982, Hukum Kewarisan Pelaksanaan Hukum Kewarisan
Islam di Indonesi, Bina Aksara, Islam dengan Kewarisan Menurut
Jakarta. Kitab Undang-undang Hukum
Fatchur Rahman, 1981, Ilmu Waris, Perdata (BW), Sinar Grafika,
.Alma’arif, Bandung. . Jakarta.
Hazairin, 1964, Hukum Kewarisan ___________, 2006, Hukum Perkawinan,
Bilateral menurut Qur’an dan Hukum Kewarisan, Hukum Acara
Hadith, Tintamas Indonesia, Peradilan Agama dan Zakat,
Jakarta. Sinar Grafika, Jakarta.
Ahmad Mujahidin, 2012, Pembaharuan ___________, 1993, Beberapa Masalah
Hukum Acara Peradilan Agama, Pelaksanaan Hukum Kewarisan
Ghalia Indonesia, Jakarta. Perdata Barat (Burgerlijk
Ali Parman, 1995, Kewarisan Dalam Al- Wetboek), Sinar Grafika, Jakarta.
Quran (Suatu Kajian Hukum ___________ ,1987, Hukum Kewarisan
Dengan Pendekatan Tafsir Islam (Studi Kasus Perbandingan
Tematik), Raja Grafindo Persada, Ajaran Syafe’i/Patrilinial)
Jakarta. Hazairin (Bilateral) dan Praktek
Abdul Aziz, 1997, Ensiklopedi Hukum Di Pengadilan Agama, Ind.Hilco,
Islam, . Icthiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
Jakarta.

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


314
Barhamudin, Kedudukan Ahli Waris Pengganti Dalam Kompilasi Hukum Islam, Halaman. 300-315

Sajuti Thalib, 1982, Hukum Kewarisan


Islam di Indonesi, Bina Aksara,
Jakarta.
Soerjono Soekanto, 1981, Pengantar
Penelitian Hukum, UI Pres,
Jakarta.
___________,Sri Mamudji, 2001,
Penelitian Hukum Normatif, Raja
Grafindo Persada Jakarta.
Sudarsono, 1991, Hukum Waris dan
Sistem Bilateral, .Rineka Cipta,
Jakarta.
Zainuddin Ali, 2008, Pelaksanaan Hukum
Waris Di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta.
Hazairin, 1982, Hukum Kewarisan
Bilateral Menurut Al Qur’an dan
Al Hadits, Tintamas, Jakarta.
Juhaya S. Praja, 1993, Filsafat Hukum
Islam, Yayasan Piara, Bandung.
Mohammad Daud Ali, 2000, Asas-asas
Hukum Islam –Pengantar Ilmu
Hukum dan Tata Hukum
Indonesia , Rajawali Press,
Jakarta .
Mukti Arto, 2009, Hukum Waris Bilateral
Dalam Kompilasi Hukum Islam,
Balqis Queen, Solo.
Roihan A. Rasyid, 1990, Kewenangan dan
Acara Peradilan Agama Undang-
Undang No. 7 Tahun 1989, Sinar
Grafika; Bandung.

Volume 15, Nomor 3, Bulan September, Tahun 2017


315

Anda mungkin juga menyukai