Anda di halaman 1dari 1

Nama : Marusaha Simbolon

NIM : 11000119120166
Mata Kuliah : Hukum Islam kelas A
Dosen Pembimbing : Muhyidin, S.Ag,.M.Ag.MH
Resume Reformulasi Status dan Posisi Istri dalam konsep Hukum Perkawinan dalam
sistem warisan Islam
Dalam Hukum Islam harta atau aset yang diperoleh selama pernikahan menjadi milik
bersama. Pada kenyataannya perceraian yang terjadi dalam pernikahan mengharuskan
pembagian harta yang relevan. Pada kenyataannya harta Bersama yang diperoleh selama
pernikahan tidak diatur dalam sistem keluarga islam, sehingga praktik hukum cenderung
didasarkan pada hukum adat masyarakat. Kompilasi hukum Islam Pasal 80 ayat (6)
menjelaskan bahwa seluruh beban ekonomi keluarga diletakkan di atas pundak pria sebagai
suatu kewajiban hukum. Kecuali istri memang secara sukarela membebaskan suaminya dari
kewajiban tersebut. Namun pembebasan ini hanya berlaku terhadap istri sendiri dan tidak
berlaku bagi anak-anaknya. Vandijk dan Ter Haar memiliki pendapat yang sama bahwa semua
properti yang diperoleh selama pernikahan adalah mata pencaharian bersama.
Dalam Hukum Islam dikenal istilah Habluminannas dan Habluminallah.
Habluminannas artinya hubungan dengan manusia sedangkan Habluminallah artinya
hubungan dengan Allah. Kedua istilah ini disebut Azhary Bidimensional berarti bahwa ruang
lingkup peraturannya tidak terbatas hubungan antara manusia dengan manusia, benda dan
lingkungan hidup. Pada dasarnya hukum perdata tidak lepas dengan hukum islam. Setiap
harta warisan telah ditentukan sesuai dengan hukum Allah SWT. Hal ini tertuang jelas di
dalam Al Quran tentang hukum waris Islam dan Hadits Nabi Muhammad.
Pembagian harta menurut Alquran menimbulkan beberapa masalah, terutama
tentang Hak. Adanya perbedaan hak pria dan wanita, sehingga sering menimbulkan
diskriminatif. Karena dalam Islam tanggung jawab pria dalam keluarga adalah untuk mencari
nafkah, jadi dalam hal pembagian harta saat bercerai pria bisa saja mendapatkan bagian yang
lebih besar. Amir Syarifudin menyampaikan gagasan sesuai dengan prinsip hukum waris islam
yang mengedepankan keadilan yang seimbang antara pria dan wanita. Pada kenyataannya
harus diakui bahwa fisik pria lebih kuat dibandingkan wanita, sehingga dalam islam pria
diangkat menjadi tulang punggung keluarga. Jadi perlu adanya regulasi yang mengatur
tentang fungsional pria dan wanita dalam rumah tangga sehingga tidak merusak
keharmonisan dalam pernikahan.
Di Indonesia yang merupakan mayoritas beragama Islam perlu diadakan regulasi yang jelas
dalam hal pembagian harta saat adanya perceraian. UU Nomor 1 tahun 1974 dan Komplikasi
Hukum Islam pada pasal 97 tentang Kekayaan dalam Pernikahan perlu dirumuskan Kembali,
dikarenakan Tanggung Jawab Suami yang diwajibkan untuk menjadi tulang punggung
keluarga yang menafkahi anak dan istrinya. Namun jika suami istri sama-sama bekerja dan
akan bercerai, pembagian harta bersama perlu dilakukan pemahaman lebih lanjut mengingat
harta bersama dibagi secara proporsional antara suami dan istri.

Anda mungkin juga menyukai