Anda di halaman 1dari 13

Konsep Hak Ijbar Wali Nikah

menurut Fiqih Islam dan Kompilasi Hukum Islam


The Concept of Ijbar Guardian Marriage Rights according to Islamic Fiqh
and the Compilation of Islamic Law
Dede Nurdin
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syamsul ‘Ulum Gunungpuyuh
Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia
dedenurdin@gmail.com
Abstrak
Perkawinan dalam pandangan Islam adalah salah satu cara yang berguna untuk
menjaga kebahagiaan umat dari kerusakan dan kemerosotan akhlak. Salah satu
syarat dan rukun untuk sahnya suatu perkawinan menurut Hukum Islam adalah
wali nikah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
peranan hak ijbar wali nikah menurut Fiqih Islam dan Kompilasi Hukum
Islam. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan pustaka (library
research) yaitu menggunakan data-data atau informasi yang diperlukan
berdasarkan literatur. Peneliti mencari dan menghimpun berbagai literatur
yang berkaitan dengan masalah di atas baik berupa jurnal, makalah, artikel,
atau karya para ulama 4 madzhab. Teknik analisa data penulisan ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan kajian diperoleh hasil
bahwa menurut Fiqih Islam dan Kompilasi Hukum Islam adalah bahwa
peranan wali nikah dalam akad pernikahan merupakan suatu kewajiban, karena
wali ditempatkan sebagai rukun dalam pernikahan.
Kata Kunci: Fiqih Islam, Hak Ijbar, Kompilasi Hukum Islam & Wali Nikah
Abstract
Marriage in the view of Islam is one of the useful ways to maintain the
happiness of the people from damage and moral decline. One of the terms and
conditions for the legitimate of marriage according to Islamic law is a
marriage guardian. The research aims to determine and analyze the role of the
ijbar rights of marriage guardians according to Islamic Fiqh and the
Compilation of Islamic Law. The type of research used a library research
approach, which uses the data or information needed based on the literature.
Researchers search for and collect various literatures related to the above
problems in the form of journals, papers, articles, or the work of the scholars
of the 4 madzhab. This writing data analysis technique uses a qualitative
descriptive method. Based on the research found that according to Islamic
Fiqh and the Compilation of Islamic Law, the role of the marriage guardian
in the marriage contract is an obligation, because the guardian is placed as a
pillar in marriage.
Keywords: Islamic Fiqh, Right of Ijbar, Compilation of Islamic Law &
Guardian of Marriage

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 93
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

I. PENDAHULUAN harus melalui ijab dan qabul atau


Islam mengajarkan sebuah serah terima (Thoha, 1967). Ada
hubungan yang apabila diawali hal yang perlu digaris bawahi
dengan sebuah niatan untuk lebih adalah terdapat pada kata
mendekatkan diri kepada Allah persetujuan. Dalam Islam, telah
SWT, niscaya keberkahan akan dijelaskan tentang konsep
selalu menaungi di setiap langkah perwalian yang apabila dikaitkan
seorang hamba. Sebuah hubungan dengan kata persetujuan diatas,
yang ketika dibina dan dipelihara maka dapat ditarik sebuah garis
dengan baik, sesuai dengan aturan- yang akan mengantarkan kepada
Nya yang termaktub sempurna sebuah pembahasan tentang hukum
dalam al-Qur’an al-Karim, yang dan kedudukan wali dalam
lebih dipertegas lagi oleh utusan- pernikahan.
Nya melalui mutiara hadits nabawi, Konsep perwalian,
maka sebuah cita-cita mulia yang merupakan sebuah pembahasan
diidamkan oleh setiap muslim, yang tidak hanya dikenal dalam
sakinah, mawaddah dan warahmah, kajian ilmu Fiqih saja, akan tetapi
akan diraih penuh kebahagiaan juga telah diatur secara jelas dalam
bersama dengan jodoh yang telah aturan perkawinan di Indonesia.
ditentukan oleh takdir-Nya Dalam Undang-Undang No. 1
(Ramulyo, 1999).Sebuah Tahun 1974 pasal 6 ayat 1 tentang
hubungan yang lazim disebut perkawinan, disebutkan bahwa
dengan ikatan pernikahan. “Perkawinan harus didasarkan atas
Perkawinan selain sebagai persetujuan kedua calon
tuntutan fitrah manusia, juga mempelai” yang artinya
merupakan langkah awal membina pelaksanaan pernikahan haruslah
rumah tangga yang sakinah didasarkan atas dasar sukarela dan
(Thalib, 1999). Perkawinan tidak ada unsur paksaan. Dalam hal
bertujuan untuk mewujudkan ini konsep perwalian yang ada
kehidupan rumah tangga yang dalam Undang-Undang No. 1
sakinah, mawaddah dan warahmah. Tahun 1974 tentang perkawinan,
Menurut Hukum Islam, pengertian menjelaskan bahwa seorang wali
perkawinan itu adalah akad atau memiliki tanggung jawab dalam
persetujuan calon suami dan calon menikahkan perempuan yang
istri karenanya berlangsungnya berada dalam kuasanya. Akan

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 94
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

tetapi dasar perwalian tersebut Menurut Hukum Islam dalam


tetap harus melibatkan perempuan kajian kitab-kitab fiqih, suatu
dalam meminta izinnya, sehingga pernikahan dikatakan sah apabila
tidak dapat dibenarkan praktik memenuhi syarat dan rukun.
nikah paksa. Adapun hukum dan kedudukan
Sebuah pernikahan dikatakan wali dalam pernikahan menempati
sah, apabila dalam pelaksanaannya posisi yang sangat penting, karena
telah terpenuhi syarat dan rukun apabila dalam suatu pernikahan
pernikahan sebagaimana yang tanpa adanya wali dari pihak
dikaji dalam kitab fiqih klasik mempelai perempuan, maka
maupun dalam Kompilasi Hukum pernikahan tersebut dikatakan tidak
Islam. Adapun dalam Kompilasi sah atau batal. Dengan begitu peran
Hukum Islam (KHI) dengan tegas wali menjadi sangat vital dalam
menjelaskan tentang syarat dan pelaksanaan perkawinan yang
rukun dalam pernikahan yang sesuai dengan aturan Negara,
diatur dalam BAB IV Rukun dan terlebih menurut hukum Islam.
Syarat Perkawinan pasal 14 Disebutkan dalam Pasal 19
disebutkan bahwa Untuk Kompilasi Hukum Islam, wali
melaksanakan perkawinan harus nikah dalam perkawinan
ada: a. Calon suami, b. Calon isteri, merupakan rukun yang harus
c. Wali nikah, d. Dua orang saksi dipenuhi bagi calon mempelai
dan, e. Ijab dan Kabul. Yang wanita yang bertindak untuk
menunjukkan bahwa hal-hal yang menikahkannya. Dalam Hukum
mengenai tidak lengkapnya syarat, Islam, kedudukan wali nikah
maka perkawinan tidak dapat sangat penting, sebagaimana sabda
dilangsungkan dan apabila tidak Rasulullah SAW, dari Abu Musa
terpenuhinya rukun, maka
ُ‫ص ًل هللا‬ َّ ‫وسى قَا َل أ‬
َ ‫َن َر ُس ْو ُل هللا‬ َ ‫َع ْن اَيِب ُم‬
perkawinan tersebut menjadi tidak
‫ الَ ني َك َ يَّ ي ي‬:‫َعلَْي يه َو َسلً َم قَ َال‬
sah bahkan menjadi batal. Dari ‫ل (رواه‬ ‫اح إال ب َو ٍّي‬
penjelasan di atas, maka tergambar )‫األربعة وامحد‬
jelas betapa pentingnya syarat dan
Dari Abu Musa, Ia berkata,
rukun dalam pernikahan agar dapat
“Rasulullah Saw bersabda, Tidak
dikatakan sah menurut hukum
sah suatu pernikahan kecuali
positif (Negara) maupun secara
Hukum Islam.

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 95
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

dengan wali”. (HR Imam Empat bersifat global beserta rinciannya.


dan Ahmad) Seseorang yang meneliti hukum-
Berdasarkan Hadits tersebut hukum dalam al-Qur’an, niscaya
dimungkinkan akan muncul sebuah akan menemukan penjelasannya
pemahaman bahwa hak untuk dalam tiga macam, yaitu:
menikahkan wanita itu di tangan Penjelasan al-Qur’an yang bersifat
walinya. Menurut Sabiq (2004) sempurna. Dalam hal ini sunnah
pengertian wali adalah suatu menetapkan makna yang
ketentuan hukum yang dapat dikandungnya: Nash al-Qur’an
dipaksakan kepada orang lain bersifat mujmal (global), sedang
sesuai dengan bidang hukumnya. sunnah berfungsi untuk
Jadi sudah jelas bahwa Hukum menjelaskan pokok-pokok hukum,
Islam mengakui adanya hak wali baik dengan isyarat maupun
untuk menikahkan seorang dengan ungkapan langsung,
perempuan yang berada dalam kemudian sunnah merinci hukum
kuasanya. tersebut dengan sempurna (Abu
Sementara itu dalam ranah Zahrah, 1994).
kajian pandangan empat madzhab Al-Qur’an ditinjau dari segi
tentang konsep wali sebagai rukun lafadznya, keseluruhanya adalah
dalam pernikahan, terdapat qath’i, dalam arti diyakini
perbedaan dalam menafsirkan baik kebenarannya datang dari Allah
itu yang terdapat dalam nash-nash Swt. Adanya jaminan bahwa al-
al-Qur’an maupun dalam teks-teks Qur’an itu Mutawatir telah dengan
hadits, sehingga menarik untuk sendirinya berarti keseluruhan
dibahas. Ikhtilaf yang paling lafadznya qath’i (Khalaf, 1981).
terlihat adalah pandangan Imam Tetapi apabila al-Qur’an
Hanafi dan Imam Syafi’i terkait menerangkan masalah-masalah
hukum dan kedudukan wali dalam hukum fiqh dengan global bukan
pernikahan. terinci, sehingga memerlukan
Menurut Abu Zahrah (1994), penjelasan dari sunnah, maka para
al-Qur’an merupakan syariat Islam ulama’ telah menetapkan bahwa
yang bersifat menyeluruh. Ia ayat-ayat al-Qur’an tersebut,
merupakan sumber dan rujukan terhadap hukum-hukumnya
pertama bagi syariat, karena terkadang bersifat zhanni dan
terdapat kaidah-kiadah yang

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 96
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

terkadang bersifat qath’I (Abu yang mengharuskan wali adalah


Zahrah, 1994). seorang laki-laki, hal ini
Seiring dengan berjalannya menimbulkan gelombang protes
waktu, muncul berbagai fenomena dari para pejuang gender. Apalagi
maupun masalah fiqh khususnya jika mencermati pandangan
dalam hal pernikahan, yang madzhab Imam Hanafi yang tidak
ketentuan hukumnya tidak diatur memasukkan wali dalam rukun
secara tegas baik dalam al-Qur’an nikah. Hal ini menimbulkan
maupun hadis. Dari sini, mulai penafsiran bahwa suatu pernikahan
muncul upaya untuk mencari dikatakan sah, meskipun tanpa
kepastian hukum dari masalah yang wali. Bahkan menimbulkan
sedang dihadapi tersebut. Hal implikasi hukum bahwa
inilah yang mendorong para ulama perempuan boleh menikahkan
untuk melakukan ijtihad. Khalaf (mengakadkan) dirinya sendiri,
(1972) menambahkan, dalam tanpa harus didampingi seorang
rangka menetapkan hukum wali.
terhadap suatu peristiwa dengan Dari perbedaan pandangan di
jalan ijtihad, seorang mujtahid atas, kiranya perlu untuk mencari
haruslah mengetahui tujuan Syari’ dan memahami makna baik itu
menurunkan dan menetapkan dalam teks al-Qur’an maupun
syari’at. hadits yang berhubungan dengan
Dalam kajian maqashid al konsep wali dalam pernikahan.
syari’ah dijelaskan bahwa, semua Karena dengan memakai metode
hukum yang ditetapkan oleh Allah maqashid al- syari’ah untuk
Swt semua itu mempunyai maksud mengetahui maksud dan tujuan
dan tujuan, tinggal bagaimana Syari’(Allah Swt) dalam mengatur
seorang mujtahid melakukan tentang perwalian dalam
langkah ijtihad terhadap teks-teks pernikahan. Hal ini juga
syari’at (Suganda, 2020). Dalam dimaksudkan agar esensi dari
prinsip maqashid al-syari’ah, Hikmah al Tasyri’ dari wali sebagai
menarik atau mengambil kebaikan rukun dalam pernikahan benar-
(kemashlahatan) dan menolak atau benar tersampaikan dan
menghindari keburukan memberikan kemashlahatan bagi
(kemafsadatan). Dari konsep wali umat Islam, khususnya dalam hal
sebagai rukun dalam pernikahan, pernikahan.

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 97
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

II. METODE PENELITIAN digunakan dalam rangka


Penelitian ini mencoba membangun konsepsi baru tentang
mengkaji secara mendalam tentang hak ijbar wali nikah tersebut.
konsep perwalian secara umum dan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
hak ijbar (wilayah al-ijbar) secara A. Konsep Hak Ijbar Wali Nikah
khusus, dalam disiplin ilmu fiqih Perspektif KHI
dan perspektif Kompilasi Hukum Dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI). Jenis penelitian ini Islam di Indonesia, masalah
adalah penelitian pustaka (library kedudukan wali dalam pernikahan
research). Penelitian ini bersifat dibahas secara lebih mendetail.
(deskriptif analitis).mengg Bahkan wali dalam pernikahan
Deskriptif yaitu menggambarkan menjadi salah satu rukun dan syarat
serta menguraikan secara tepat perkawinan di Indonesia (Bab IV,
tentang hak ijbar. Sementara pasal 14 Kompilasi Hukum Islam
analisis yaitu jalan untuk di Indonesia). Bahwa untuk
memperoleh ilmu pengetahuan melaksanakan perkawinan harus
baik melalui jalan primer ataupun ada calon suami, calon isteri, wali
sekunder (Sudarto, 1996). nikah, dua orang saksi dan, ijab dan
Karena penelitian ini kabul.
merupakan penelitian library Pasal 19 Kompilasi Hukum
research maka penulis Islam (KHI) menyatakan bahwa
menggunakan teknik dokumentasi wali nikah dalam perkawinan
dalam upaya pengumpulan data. merupakan rukun yang harus
Agar penelitian lebih dipenuhi bagi calon mempelai
komprehensif, data-data yang telah wanita yang bertindak untuk
terkumpul dikategorisasi, menikahkannya.
diklasifikasi dan dilakukan Pasal 20 Kompilasi Hukum Islam
perbandingan antara yang satu (KHI) menyatakan bahwa:
dengan yang lainnya dengan 1. Yang bertindak sebagai wali
menggunakan cara berpikir nikah ialah seorang laki-laki
induktif dan deduktif. Cara berpikir yang memenuhi syarat hukum
induktif digunakan untuk Islam yakni muslim, aqil, dan
memperoleh gambaran umum baligh.
tentang hak ijbar wali nikah. 2. Wali nikah terdiri dari:
Sementara cara berpikir deduktif a. wali nasab;

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 98
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

b. wali hakim kekerabatannya dengan calon


Pasal 21 Kompilasi Hukum Islam mempelai wanita.
(KHI) menyatakan bahwa: 3. Apabila dalam satu kelompok
1. Wali nasab terdiri dari empat sama derajat kekerabatannya,
kelompok dalam urutan maka yang paling berhak
kedudukan; kelompok yang satu menjadi wali nikah ialah kerabat
didahulukan dan kelompok yang kandung dari kerabat yang
lain sesuai erat tidaknya susunan hanya seayah.
kekerabatan dengan calon 4. Apabila dalam satu kelompok
mempelai wanita. derajat kekerabatannya sama
a. Kelompok kerabat laki-laki yakni sama-sama derajat
garis lurus ke atas yakni kandung atau sama-sama derajat
ayah, kakek dari pihak ayah kerabat ayah, mereka sama-
dan seterusnya. sama berhak menjadi wali nikah
b. Kelompok kerabat saudara dengan mengutamakan yang
laki-laki kandung atau lebih tua dan memenuhi syarat-
saudara laki-laki seayah syarat wali.
dan keturunan laki-laki Pasal 22 Kompilasi Hukum
mereka. Islam (KHI) menyatakan bahwa
c. Kelompok kerabat paman, apabila wali nikah yang paling
yakni saudara laki-laki berhak urutannya, tidak memenuhi
kandung ayah, saudara syarat sebagai wali nikah atau oleh
seayah dan keturunan laki- karena wali nikah itu menderita
laki mereka. tunawicara, tuna rungu, atau sudah
d. Kelompok saudara laki-laki uzur, maka hak menjadi wali
kandung kakek, saudara bergeser kepada wali nikah yang
laki-laki kakek seayah dan lain menurut derajat berikutnya.
keturunan laki-laki mereka. Pasal 23 Kompilasi Hukum
2. Apabila dalam satu kelompok Islam (KHI) menyatakan bahwa:
wali nikah terdapat beberapa 1. Wali hakim baru dapat
orang yang sama-sama berhak bertindak sebagai wali nikah
menjadi wali, maka yang paling apabila wali nasab tidak ada atau
berhak menjadi wali ialah yang tidak mungkin
lebih dekat derajat menghadirkannya atau tidak

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 99
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

diketahui tempat tinggalnya atau tidak dicantumkan karena


gaib atau adhal atau enggan. berpegangan pada pendapat kedua
2. Dalam hal wali adhal atau di dalam mazhab Syafi’i, bahwa
enggan, maka wali hakim baru wali yang fasik (terang-terangan
bertindak sebagai wali nikah dalam melakukan dosa besar) tetap
setelah ada putusan Pengadilan dapat menjadi wali nikah.
Agama tentang wali tersebut. Keharusan adanya wali
Dari beberapa keterangan bertentangan dengan pandangan
tersebut diatas tampak bahwa madzhab Hanafi diatas, bahwa
kedudukan wali dalam pernikahan tidak diperlukannya izin dari wali
di Indonesia sangat menentukan bagi wanita baligh dan merdeka,
dan menjadi salah satu syarat dan hal tersebut berarti wali itu
rukun dalam pelaksanaan memang tidak termasuk rukun
perkawinan di Indonesia nikah melainkan penyempurna.
(Departemen Agama RI, 2004). Jika wali mujbir diharuskan, maka
Maka dari itu, KHI secara tegas wajar jika banyak wanita dewasa
mewajibkan adanya wali dalam yang menikah melalui jalur wali
pernikahan (pasal: 19) hakim karena wali ‘adhal
mensyaratkan wali nikah harus (menolak) kendati pun
seorang laki-laki yang memenuhi membutuhkan proses yang cukup
syarat (pasal 20) (2) Wali nikah lama agar wali itu bisa berpindah
terdiri dari: a. Wali nasab; b. Wali kepada wali adhal.
hakim. Akan tetapi di sisi lain pada
Pasal 20 angka (1) ini telah pasal 17 yang mengharuskan
ditetapkan di dalam fiqh, terutama petugas pencatat nikah bertanya
mazhab Syafi’i. Menurut Imam al- tentang persetujuan calon
Bajuri, syarat yang harus dipenuhi mempelai bertentangan dengan
bagi seorang wali adalah 1. Islam, kewenangan wali mujbir, karena
2. Baligh, 3. Berakal, 4. Merdeka, wali mujbir berhak memaksakan
5. Lelaki, 6. Adil (tidak fasik). Dari putrinya menikah dengan pilihan
uraian Imam al-Bajuri ini ada dua sang wali, setuju atau tidak karena
yang tidak dicantumkan KHI; yaitu dalam KHI sendiri pun mutlak
merdeka dan adil, alasannya menjelaskan bahwa hak wali
sekarang sudah tidak ada adalah rukun dan wajib dihadirkan
perbudakan. Sedangkan status adil pada saat pernikahan yaitu sebagai

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 100
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

pihak yg menikahkan anak merupakan hak kuasa wali


kandung perempuannya. untuk memilih pasangan anak
B. Analisis Hak Ijbar Wali Nikah perempuannya. Menurut
Perspektif Ulama Fiqih dan mazhab Syafi’i seorang wali
KHI boleh memilih jodoh anak
1. Persamaan Pandangan gadisnya tanpa persetujuannya.
Hukum Hak Ijbar Wali Nikah Mengutip hadist Rasul:
‫هللا صلَّى ي‬
‫هللا َعلَْي يه‬ ‫َن رسو ُل ي‬ ‫َعنْابْ ين َعبَّ ي‬
ْ ُ َ َّ ‫اس أ‬
Mengenai ketentuan hak
ijbar wali nikah dalam pandangan
َ
ulama fiqih dan KHI memiliki ‫َحق بينَ ْف يس َه يام ْن َولييي َها‬ ‫وسلَّم قَ َال ْ ي‬
َ ‫األ يَيُ أ‬: َ ََ
‫اتَا ( رواه‬ ُ َ‫َواْلبي ْك ُر تُ ْستَأ َذ ُن يف نَ ْف ِس َها َوإي ْذ ُُن‬
ُ ‫اص َم‬
banyak dalil-dalil kesamaan:
a. Dalam pandangan Imam Hanafi,
membagi wali menjadi dua, )‫مسلم‬
yakni Wilayah wajib (ijbar) dan “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas
Wilayah (perwalian) sunnah. bahwa Nabi saw bersabda: “Janda
Wilayah wajib (ijbar) yaitu lebih berhak atas dirinya daripada
konsep perwalian yang walinya, sedangkan seorang gadis
digunakan dalam pernikahan dimintai izinnya dan izinnya
perempuan yang masih kecil adalah diamnya”. (HR. Muslim).

َ ‫وسى قَ َال أَ َّن َر ُس ْو ُل هللا‬


ُ‫ص ًل هللا‬ َ ‫َع ْن اَيِب ُم‬
(belum baligh), atau sudah
baligh namun akalnya tidak
‫ الَ ني َك َ يَّ ي ي‬:‫َعلَْي يه َو َسلً َم قَ َال‬
sempurna baik masih gadis atau ‫ل (رواه‬ ‫اح إال ب َو ٍّي‬
sudah janda. )‫األربعة وامحد‬
b. Menurut kelompok yang
Dari Abu Musa, ia berkata,
diwakili oleh Imam asy-Syafi’i
“Rasulullah SAW bersabda, Tidak
ini mereka berpendapat
sah suatu pernikahan kecuali
bahwasanya dalam sebuah
dengan wali. (HR Imam Empat dan
perkawinan disyaratkan adanya
Ahmad)
wali, dan perkawinan tidak sah
‫ي‬
jika tanpa adanya wali. Menurut ‫أن َر ُس ْو ُل‬َّ ‫ت‬ ْ َ‫َع ْن َعائ َشة َر يض َي هللاُ َعْن َها قَال‬
‫ت بيغَ ْيي إي ْذ ين‬ ٍّ ‫ي‬ ‫ي‬
ْ ‫أَُّيَا ا ْمَرأَة نَ َك َح‬:‫ م قَ َال‬.‫هللا ص‬
golongan ini seorang bapak atau
kakek mempunyai hak ijbar,
‫اح َها ََب يطل‬ ‫ي ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬
baik wanita itu gadis yang ُ ‫اح َها ََبطل فَن َك‬ ُ ‫َوليي َها فَن َك‬
belum dewasa, gadis dewasa ‫ فَيإ ْن َد َخ َل يِبَا فَ لَ َها اَلْ َم ْه ُر‬.‫اح َها ََب يطل‬ ‫ي‬
ُ ‫فَن َك‬
maupun janda. Hak ijbar

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 101
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

‫يِبَا اي ْستَ َح َّل يم ْن فَ ْريج َها فَيإ ين ا ْشتَ َج ُروا‬ c. Menurut Kompilasi Hukum
Islam KHI terdapat dalam pasal
‫ل لَهُ (رواه امحد و‬ َّ ‫فَالس ْلطَا ُن َويل َم ْن ال َوي‬ pasal 14, 19, 20, 21, 22, dan 23.
)‫ابو داود و الرتمذي و ابن ماجه‬ Dalam pasal 14 Kompilasi
Hukum Islam (KHI) di Indonesia,
Dari Aisyah ra berkata bahwa
dijelaskan bahwa untuk
Rasulullah SAW bersabda,
melaksanakan perkawinan harus
"Siapapun wanita yang menikah
ada calon suami, calon istri, wali
tanpa izin walinya maka nikahnya
nikah, dua orang saksi dan, ijab dan
itu batil, nikahnya itu batil dan
Kabul.
nikahnya itu batil. Jika (si laki-laki
Pasal 19 Kompilasi Hukum
itu) menggaulinya maka harus
Islam (KHI) menyatakan bahwa:
membayar mahar buat kehormatan
Wali nikah dalam perkawinan
yang telah dihalalkannya. Dan bila
merupakan rukun yang harus
mereka bertengkar, maka Sulthan
dipenuhi bagi calon mempelai
adalah wali bagi mereka yang
wanita yang bertindak untuk
tidak punya wali.” (HR. Ahmad,
menikahkannya.
Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu
Pasal 20 Kompilasi Hukum
Majah.)
Islam (KHI) menyatakan bahwa:
‫عن جابر رضي هللا عنه قال أن رسول هللا‬ Yang bertindak sebagai wali nikah
َّ‫اح إيال‬ ‫ي‬
َ ‫الَ ن َك‬:‫صلى هللا عليه وسلم قال‬
ialah seorang laki-laki yang
memenuhi syarat hukum Islam
)‫ل ُم ْريش ٍّد (رواه امحد‬ ‫ٍّ ي‬ ‫ي ي‬
‫ب َشاه َدي َع ْدل َوَو ٍّي‬ yakni muslim, aqil, dan baligh.
Dari Jabir radhiyallahuanhu, 1) Wali nikah terdiri dari:
"Tidak sah sebuah pernikahan a. wali nasab;
kecuali dengan dua orang saksi b. wali hakim.
yang adil dan wali yang mursyid". Pasal 21 Kompilasi Hukum
(HR. Ahmad) Islam (KHI) menyatakan bahwa:
َّ ‫ض ْرهُ أ َْربَ َعة فَ ُه َو يس َفاح‬
‫الزْو ُج‬: ‫ي‬
ُ ‫ُكل نكاَ ٍّح َلْ َْي‬
1) Wali nasab terdiri dari empat
kelompok dalam urutan
‫وويل وش ي‬
‫اه َدا َع ْد ٍّل‬ َ َ ََ kedudukan; kelompok yang satu
“Semua pernikahan yang tidak didahulukan dan kelompok yang
menghadirkan empat pihak maka lain sesuai erat tidaknya susunan
termasuk zina: suami, wali dan dua kekerabatan dengan calon
saksi yang adil” mempelai wanita.

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 102
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

a. Kelompok kerabat laki-laki kandung atau sama-sama derajat


garis lurus ke atas yakni kerabat ayah, mereka sama-
ayah, kakek dari pihak ayah sama berhak menjadi wali nikah
dan seterusnya. dengan mengutamakan yang
b. Kelompok kerabat saudara lebih tua dan memenuhi syarat-
laki-laki kandung atau syarat wali.
saudara laki-laki seayah Pasal 22 Kompilasi Hukum
dan keturunan laki-laki Islam (KHI) menyatakan bahwa:
mereka. Apabila wali nikah yang paling
c. Kelompok kerabat paman, berhak urutannya, tidak memenuhi
yakni saudara laki-laki syarat sebagai wali nikah atau oleh
kandung ayah, saudara karena wali nikah itu menderita
seayah dan keturunan laki- tunawicara, tuna rungu, atau sudah
laki mereka. uzur, maka hak menjadi wali
d. Kelompok saudara laki-laki bergeser kepada wali nikah yang
kandung kakek, saudara lain menurut derajat berikutnya.
laki-laki kakek seayah dan Pasal 23 Kompilasi Hukum
keturunan laki-laki mereka. Islam (KHI) menyatakan bahwa
2) Apabila dalam satu kelompok 1) Wali hakim baru dapat
wali nikah terdapat beberapa bertindak sebagai wali nikah
orang yang sama-sama berhak apabila wali nasab tidak ada atau
menjadi wali, maka yang paling tidak mungkin
berhak menjadi wali ialah yang menghadirkannya atau tidak
lebih dekat derajat diketahui tempat tinggalnya atau
kekerabatannya dengan calon gaib atau adhal atau enggan.
mempelai wanita. 2) Dalam hal wali adhal atau
3) Apabila dalam satu kelompok enggan, maka wali hakim baru
sama derajat kekerabatannya, bertindak sebagai wali nikah
maka yang paling berhak setelah ada putusan Pengadilan
menjadi wali nikah ialah kerabat Agama tentang wali tersebut.
kandung dari kerabat yang 2. Perbedaan Pandangan
hanya seayah. Hukum Hak Ijbar Wali Nikah
4) Apabila dalam satu kelompok Perbedaan pendapat antara
derajat kekerabatannya sama ulama fiqih dan KHI mengenai
yakni sama-sama derajat konsep hak ijbar wali nikah hanya

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 103
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

terletak dibagian perinciannya saja dalam rumah tangga anak


dimana hak ijbar dalam pandangan perempuannya, jadi sekalipun wali
ulama fiqih dijelaskan secara rinci atau ayah kandung menikahkan
disertai dalil-dalilnya sedangkan anaknya dengan pilihan yang
dalam KHI hanya dijelaskan lebih sesuai kehendaknya tanpa
spesifik dan umum yaitu mengenai persetujuan si anak, pasti itu sudah
konsep wali nikah yang diatur melalui pemikiran yang matang
dalam pasal 19 sampai pasal 23. dalam arti dilihat dari semua aspek
Pemahaman yang berbeda agama calon suaminya kelak sudah
mengenai hak ijbar wali nikah memenuhi kriteria tersebut.
tentunya menjadi hal yang wajar IV. KESIMPULAN
dalam pandangan pendapat para Berdasarkan hasil
ulama, penulis kira permasalahan penelitian dapat disimpulkan
wali mujbir jika dilihat dari segi bahwa seorang wali mujbir atau
yang berbeda akan jauh menjadi hak ijbar wali (ayah kandung)
arti yang positif contohnya ketika merupakan hak yang mesti dan
dilihat dari aspek ketaatan kepada wajib dimiliki oleh seorang wali
Allah Swt, tentunya menjadi yang didukung oleh pendapat
seorang wali pun adalah tanggung Imam madzhab dan KHI, jadi
jawab yang berat yaitu ketika sudah sepantasnya sebagai seorang
seorang ayah menikahkan anak anak khususnya anak perempuan
perempuannya kepada lelaki yang agar mentaati kehendak dari
menurutnya layak untuk walinya sekalipun lebih dianjurkan
membimbing anaknya kelak untuk meminta persetujuan terlebih
menuju ridho Allah Swt. dahulu terhadap anaknya,
Selanjutnya aspek kasih mengingat setiap orang tua pasti
sayang, setiap orang tua khususnya mendambakan kemaslahatan
ayah atau wali mujbir yang dalam kehidupan rumah tangga
mempunyai hak untuk menikahkan anaknya kelak sehingga dapat
anak perempuannya tentunya menghasilkan keturunan yang baik.
mendambakan kebahagiaan kelak

Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022 104
Konsep Hak Ijbar Wali Nikah menurut Fiqih Islam P-ISSN: 1858-2125
dan Kompilasi Hukum Islam (Dede Nurdin) E-ISSN: 2715-3649

DAFTAR PUSTAKA
Abu Zahrah, Muhammad. (1994). Ushul Fiqh, diterjemahkan oleh Saefullah
Ma’shum. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus.
Departemen Agama RI. (2004). Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.
Departemen Agama RI. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggara Haji.
Khalaf, Abd. Wahab. (1972). Mashadir al-Tasyri‟ al-Islami fi ma Nashshafih.
Kuwait : Dar-al-Qalam.
Khalaf, Abd. Wahab. (1981). Ilm Ushul al-Fiqh. Kuwait: Dar al-Fikr.
Ramulyo, M. Idris. (1999). Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Rosyid, M Aenur. (2011). Hak Ijbar Wali Dalam Pandangan Iman Syafi’i
Perspektif Gender. Skripsi. Fakultas Syari’ah Pusat Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Sabiq, Sayyid. (2004). Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Sudarto. (1996). Metode Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suganda, Ahmad. (2020). Urgensi dan Tingkatan Maqashid Syari’ah dalam
Kemaslahatan Masyarakat. Jurnal At-Tadbir: Media Hukum Dan
Pendidikan, 30 (1), 1-16.
Thalib, M. (1999). 25 Tuntunan Upacara Perkawinan Islam. Bandung: Irsyad
Baitu Salam.
Thoha, Nashruddin. (1967). Pedoman Perkawinan Islam. Jakarta: Penerbit
Bulan Bintang.

105
Jurnal at-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan Volume 32 Nomor 2 Tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai