Anda di halaman 1dari 10

HUKUM PERNIKAHAN DAN WARIS ISLAM

“PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI DENGAN DUA ORANG WANITA


SEKALIGUS DIHUBUNGKAN DENGANHUKUM PERNIKAHAN DALAM ISLAM”

(untuk memenuhi Tugas Ulangan tengah semester dari dosen hukum pernikahan dan waris
Islam kelas B)

Disusun oleh :

WIDIA HERDIANA
(110110180059)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari agama Islam dan menjadi bagian dari
ajaran agama. Hukum sendiri merupakan peraturan-peraturan atau dengan kata lain adalah
seperangkat norma yang mengatur tingkah dan perilaku manusia di suatu masyarakat, baik
dalam bentuk peraturan ataupun norma yang berupa kenyataan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat ataupun yang dibuat dengan cara tertentu yang ditegakkan
oleh penguasa. Konsep hukum islam sendiri merupakan hukum yang ditetapkan oleh Allah
SWT. Yang mengatur beberapa hubungan yakni hubungan manusia dengan Allah SWT,
manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan dengan dirinya sendiri, serta hubungan
manusia dengan benda dalam masyarakat dan juga alam sekitarnya1. Salah satu yang ada
dalam hukum islam adalah pengaturan tentang pernikahan yang merupakan bukti nyata
antara hubungan antar manusia dengan manusia lain yang paling menonjol tetapi unsur
hubungan lain juga terdapat dalam pernikahan. Yakni dalam hukum perdata (islam) yakni
Munakahat yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan atau terkait dengan
perkawinan, perceraian dan akibat-akibatnya.2
Pernikahan adalah fitroh bagi manusia untuk menjalankan syariat agama dan
melangsungkan keturunan, pernikahan adalah penjagaan kehormatan, melancarkan rezeki
dan masih banyak lagi manfaatnya. Lalu momen dimana pernikahan itu dating yakni proses
dari pernikahan merupakan syarat wajib terjalinnya hubungan pernikahan (perkawinan).
Dimana di dalam agama islam sendiri merupakan proses penghalalan kedua insan yang di
perintah oleh Allah SWT dan diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
Definisi Pernikahan dalam Hukum islam sendiri secara konkrit tertuang dalam
kompilasi hukum islam bahwa pernikahan dalam hukum islam sama saja dengan
perkawinan adalah akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah SWT dan dalam
pelaksanaanya dijadikan sebagai ibadah. Perkawinan merupakan sesuatu yang dianggap
suci, dan mengikat mereka menjadi sepasang suami isteri yang saling meminta pasangan
hidupnya dengan menggunakan nama Allah SWT. Sebagaimana terkandung dalam surah
An-Nisa surah ke 4 yang ada di dalam Al-Qur’an ayat 1 yang artinya berbunyi :
“Hai sekalian manusia, Bertakwalah kepada Tuhan mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan ) nama-Nya. Kamu saling meminta satu-sama
lain, dan (periharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu”3
Dalam kasus yang ingin dibahas dalam makalah ini adalah kasus pernikahan yang viral
tentang seorang laki-laki yang menikahi kedua pacarnya karena tidak mau menyakiti
keduanya apabila salah-satunya saja yang ia nikahi yang terjadi di RT 02 RW 06 Dusun

1
Prof. H. Mohammad daud Ali, S. H., ”Asas-asas Hukum Islam (pengantar ilmu hukum dan Tata Hukum Islam
Indonesia)”, ( Jakarta: Rajawali,1991), hlm.45-46.
2
Ibid.hlm.58
3
Mardani, “Hukum keluarga Islam di Indonesia”, ( Jakarta: kencana, 2017), hlm. 25
Pangkalan Padang, Desa Airtarap, Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang,
Kalimantan Barat, untuk lebih terperinci tentang kasus ini akan dijelaskan di bab
selanjutnya dalam makalah ini.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimanakah pernikahan yang sah menurut kompilasi hukum islam ?
2. Bagaimanakah keterkaitan syarat sah pernikahan dengan kasus seorang laki-laki
yang menikahi dua perempuan sekaligus?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk menjelaskan dan memaparkan pernikahan yang sah menurut kompilasi
hukum islam;
2. Untuk menjelaskan dan memaparkan tentang keterkaitan antara syarat sah
pernikahan dengan kasus seorang laki-laki dan dua orang wanita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pernikahan dalam kompilasi hukum islam yang telah disinggung sebelumnya menurut
kompilasi hukum islam dan perkawinan merupakan ikatan bantih atara seseorang dengan lawan
jenisnya sebagai suami istri guna mencapai ridho Allah SWT.4
Asas-asas hukum perkawinan yaitu :
1. Kesukarelaan
2. Persetujuan kedua belah pihak
3. Kebebasan memilih
4. Kemitraan suami-istri
5. Monogami terbuka (karena darurat)5
Kebebasan wanita dalam Islam adalah islam memposisikan wanita sejajar dengan laki-laki
dalam berbagai hal sipil, pribadi, Undang-undang, dan kemampuan, Ia juga memiliki
tanggungjawab harta sendiri yang terpisah dari suami ataupun keluarganya dan berhak
mempergunakan hartanya secara bebas, dan memilih calon suaminya sendiri yang ia
kehendaki6 serta dalam pemilihan calon hidupnya ia akan bertanggungjawab dengan segala
resikonya sendiri.

4
Pasal 1 UURI nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan & Kompilasi Hukum Islam
5
Prof. H. Mohammad Daud Ali. S. H.,opcit.hlm.124.
6
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, “Kebebasan Dalam Islam”, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2005),hlm.278.
BAB III
PEMBAHASAN
1. PERNIKAHAN YANG SAH
Syarat sah pernikahan
1. Adanya mempelai laki-laki
2. Adanya mempelai wanita
Dalam penjelasan syarat sah pernikahan pon satu dan dua bahwa pernikahan harus
adanya kejelasan tentang siapa yang akan menikah dan dinikahi yang bisa
memperjelasnya dengan nama jelasnya dan atau sifat yang dimiliki oleh calon pasangan
atu calon mempelai pria dan wanitanya. Dan ini sangat tertera dalam penyampaian ijab
dan qobul dalam penyebutan nama dengan bin( anak dari) siapanya.
3. Keridhoan kedua belah pihak.
Jelaslah ini bahwa tidak sahnya pernikahan apabila menikah karena dipaksa, tetapi
dalam beberapa keadaan adanya izin dari mempelai tidak diwajibkan yakni dalam hal
mempelai belum baligh ataupun bagi mempelai yang kurang akal.
4. Adanya wali dari mempelai wanita yang akan mengakadkannya
Menurut hadis riwayat lima Imam kecuali Nasa’i,yang dishahihkan oleh Al-Albani
bahwa rosulullah bersabda “tidak sah nikah tanpa wali”.
Dan menganngap bahwa wanita yang menikah tanpa wali tidak sah dan diannggap
pernikahannya sebagai perzinahan.
5. Adanya dua orang saksi
“tidak sah nikah, kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil” menurut hadis
riwayat Ibnu Hibban.7
6. Ijab (wali) dan qobul (mempelai laki-laki)8

Rukun nikah
1. Adanya kedua belah pihak tanpa adanya penghalang yang menghalangi sahnya
pernikahan
Dalam penjelasan bahwa rukum nikah yang pertama bahwa dimisalkan tidak adanya
nasab antara pihak laki-laki dan pihak perempuan, sepersusuan, masih dalam proses
masa iddah, anak dari pihak laki-laki yang kafir yang merupakan pembatalan nikah
menurut agama tau tidak sahnya sebuah pernikahan.
2. Adanya ijab dan Qobul

7
HR. Ibnu Hibban No.4075, Ad-darulqutni III/225, Al-Baihaqi VII/124, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Shahihul Jami’ No.7557.
8
Opcit.hlm.39.
Adalah pengucapan dari wali dari wanita kepada Pria atau laki-laki yang dijawab
dengan Qobul baik secara lisan maupun tulisan akibat beberapa factor yang masih
diperbolehkan dalam islam.
Syarat dan rukun pernikahan
Menentukan hukum bagi suatu perbuatan yang menyangkut tentang sah dan
tidaknya suatu perbuatan penyatuan lawan jenis dalam suatu pernikahan dari segi
hukum yang keduanya harus ada dan dilakukan yang menjadikan pernikahan tidak sah
apabila tidak terpenuhinya syarat dan rukun dari suatu pernikahan.9
Hukum nikah
Dalam hal ini bisa terjadi perbedaan status hukum bagi sebuah pernikahan
disesuaikan dengan faktor keadaan dan lainnya yang menjadikan hukum nikah berbeda-
beda.
1. Menjadi wajib nikah apabila seseorang itu telah mampudan nafsunya sudah tidak
dapat ditahan untuk melakukan persetubuhan dan dikhawatirkanakan terjerumus
dalam perzinahan.
2. Haram bagi orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nafkah lahir dan juga
batinnya kepada calon isteri, sedangkan nafsunya belum mendesak.
3. Sunnah bagi orang yang nafsunya telah mendesak untuk dikeluarkan, dan
mempunyai kemampuan untuk menikah tetapi ia masih sanggup untuk menahan
diri dari perbuatan yang diharamkan.
4. Makruh, yaitu hukum nikah yang diberikan kepada orang yang lemah syahwatnya
dan tidak mampu menafkahi calonnya.
5. Mubah bagi orang yang tidak mendesak dengan alasan apapun yang
mewajibkannya untuk segera menikah ataupun karena alasan-alasan yang
mengharamkannya untuk menikah.10
Kebebasan wanita menurut Islam
Bebas dalam mendapatkan hak dan kewajiban yang setara dengan seorang laki-
laki, bahwa terkadang melebihi kebebasab laki-laki misalnya dalam hal pekerjaan,
kemampuan akal dan bahkan dalam hal berijtihad dan memberikan fatwa mengenai
hukum-hukum syara.
Pandangan islam seputar wanita bahwa islam sangat menganggap wanita
memiliki derajat yang tinggi, yang sangat dijaga kehormatannya, dan juga nilai-nilai
kemanusiaan yang tinggi bagi wanita, juga mengenai kemandirian wanita atas dirinya
sendiri. Dan bertanggungjawab atas segala yang ia lakukan sendiri seperti halnya laki-
laki. Islam menjadikan wanita sama persis dengan laki-laki dalam hal kemanusiaan “
hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari yang satu”- firman Allah SWT surah An-Nisa ayat 1. Islam juga memberikan hak
bagi mereka untuk memiliki kewenangan dalam melakukan semua tindakan atau
perbuatan sipil, setelah ia mencapai umur dewasanya.

9
Ustazd Abu Bilal Juli Darmawan, (2016,1437 H), “proses akad nikah”, Retrieved From www.ibnumajjah.com
10
Wibisono, Wahyu, Pernikahan dalam Islam, jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim Vol. 14 No.2-
2016.hlm.189.
Wanita yang sejajar dengan laki-laki dalam berbagai hal sipil, pribadi, Undang-
undang, dan kemampuan, Ia juga memiliki tanggungjawab harta sendiri yang terpisah
dari suami ataupun keluarganya dan berhak mempergunakan hartanya secara bebas,
dan memilih calon suaminya sendiri yang ia kehendaki11 serta dalam pemilihan calon
hidupnya ia akan bertanggungjawab dengan segala resikonya sendiri.
Kebebasan wanita dalam menentukan pasangan hidupnya sendiri
menurut islam
Dalam pembahasan sebelumnya dibahas bahwa salah satu kebebasan yang
diperbolehkan wanita untuk memilih pasangan hidupnya sendiri. Dalam hal ini juga
tidak serta merta wanita bebas dalam artian sebebas-bebasnya.

2. SYARAT SAH PERNIKAHAN DENGAN KASUS DUA WANITA DINIKAHI


OLEH SEORANG LAKI-LAKI DALAM WAKTU BERSAMAAN.

Kronologi Kasus
Pernikahan yang terjadi di RT 02 RW 06 Dusun Pangkalan Padang, Desa
Airtarap, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat pada hari
Minggu Tanggal 18 Agustus 2019 menjadi viral dikarenakan calon mempelai laki-laki
menikah dengan dua orang wanita sekaligus dalam satu acara pernikahan yang digelar,
tak cuma itu kedua mempelai wanita saling ikhlas dan mau dinikahin dan dimadu secara
sah dalam satu pernikahan. Sang Pria mengatakan alasan ia menikahi dua wanita
tersebut yang notabene adalah kekasihnya karena tak mau menyakiti hati salah-satunya
apabila hanya satu yang ia nikahi. Dengan niat meminang kedua wanita tersebut
ternyata kedua wanita tersebut dengan tanpa paksaan menginginkan dinikahi oleh pria
tersebut walau harus dimadu. Hal ini sontak membuat acara pernikahan mereka ramai
dibicarakan di kemudian harinya dan menjadi buah bibir ada yang ngengatakan pro dan
ada juga yang mengatakan kontra.
Momen prosesi ijab qobul pasangan ini juga di rekam oleh salah satu media
siaran @makassar_iinfo, pada hari minggu,12 dan dilihat dari video tersebut bahwa
prosesi akad nikah berlangsung hidmat, secara ijab dan qobulnya dapat dipaparkan
sebagai berikut :
1. Sang lelaki menikahi salah satu wanita tersebut dengan ijab yang dilakukan oleh orang
tua wanita tersebut. Setelah itu dibacakan qobul oleh laki-laki tersebut dengan mahar
10.000 rupiah setelah dikatakan oleh saksi sah, barulah dibacakan doa hingga selesai.
2. Selang 3 menit dari akad wanita yang satu, dimulailah akad kembali dengan wanita
yang satunya lagi yang diwalikan oleh orang tua wanita tersebut juga, setelah ijab dari
wali kemudian disusul oleh qobul dari mempelai pria yang sama dengan mahar 10.000
rupiah, setelah saksi menyatakan sah barulah dibacakan kembali doa hingga selesai.

11
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, opcit.hlm 268-278.
12
Artikel
(Hal ini penulis lihat dari video yang diunggah di youtube oleh nama akun
TribunJakartaOfficial pada 19 Agustus 2019)
Ke-sah-an pernikahan dalam kasus dalam makalah ini dengan syarat sah dan
rukun pernikahan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa pernikahan yang dilakukan dalam
kronologi kasus diatas dapat dikatakan sah menurut agama karena syarat sah yang
diberikan oleh islam telat terpenuhi mulai dari adanya mempelai pria dan juga mempelai
wanita dalam hal ini hanya ada keadaan yang berbeda dari biasanya yakni jumlah mempelai
wanita yang tidak satu. Selanjutnya keridhoa dari kedua belah pihak atau para pihak telah
terwujud dari kedua wanita yang secara ikhlas meridhoi satu-sama lain untuk memiliki
suami yang sama. Dan keridhoan mereka terwujud dari diadakannya suatu akad dan resepsi
di waktu dan tempat yang sama bahwa berbarengan. Unsur selanjutnya adalah adanya wali
dari kedua belah pihak wanita yang diperistri oleh mempelai wanita. Posisi wali merek
yang bergantian mengucapkan akad juga terpenuhi. Dan kemudian terakhir untuk saksi
pernikahan tersebut diperoleh 4 orang saksi yang diatur dalam dua orang sebagai saksi
pernikahan dengan wanita pertama dan dua orang saksi lagi sebagai saksi di pernikahan
dengan wanita kedua.
Dalam pemenuhan unsur rukun nikah dalam hukum islam dari kasus ini maka :
1. Bahwa para pihak tidak ada penghalang bagi diadakannya pernikahan baik mempelai
laki-laki dengan wanita pertana maupun laki-laki dengan wanita kedua.
2. Dalam hal akad dan qobul yang dilakukan sudah menurut aturan yang dianjurkan oleh
agama dan kesahan kedua akad-nikah tersebut diperoleh.
Dalam hal kasus ini maka syarat sah dan rukun pernikahan telah tercapai.
Penulis juga memahami bahwa kasus yang terjadi jika dipandang dari hukum nikah
telah tercapai karena secara objektifikas bahwa sang lelaki melakukan perkawinan sesuai
unsur yang ada di peraturan kompilasi hukum islam karena pernikahan / ijab qobul tidak
dilangsungkan dalam satu kali ijab-qobul melainkan ijab qobul terhadap kedua wanita itu
dilakukan dengan satu kali selesai dan baru satukali lagi untuk pasangan selanjutnya.
Penulis juga berpendapat bahwa kemerdekaan wanita diwujudkan dengan
ketidakada kekangannya atau larangannya kedua wanita itu untuk menjadi istri seorang
laki-laki, dan mereka bertanggungjawab atas diri mrek apabila dikemudian hari ada
permasalahan tentang apa yang mereka lakukan dan mereka inginkan, bahwa kedua wanita
itu tidak mau melepaskan seorang laki-laki yang merupakan pacar mereka untuk dilepaskan
kepada wanita lainnya.
Namun perlulah dipahami menurut kenyataan atau nilai-nilai yang hidup
dimasyarakat bahwa sang menurut hukum dan aturan tidak menjamin hal yang dikatakan
sesuai dengan budaya masyarakat. Dilansir dari media yang menjelaskan kasusu ini banyak
yang menganggap bahwa tidak adanya harga diri perempuan yang mau untuk dimadu
dengan suka rea dan ikhlas seperti mereka. Mereka terlalu buta dan tidak berfikir secara
rasional yang diajarkan oleh lingkungan sekitarnya didalamnya adalah keluarga, sanak
saudara, Lembaga pendidikannya dan masih banyak lagi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi pernikahan adalah fitroh bagi manusia untuk menjalankan syariat agama dan
melangsungkan keturunan, pernikahan adalah penjagaan kehormatan, melancarkan rezeki
dan masih banyak lagi manfaatnya. Yang didalam pelaksanaanya ada syarat tentang sahnya
pernikahan dan rukun dari diadakannya pernikahan itu. Syarat sah pernikahan terdiri dari
adanya mempelai laki-laki dan juga adanya mempelai wanita, keridhoan kedua belah pihak
selanjutnya adanya wali dari mempelai wanita yang akan mengakadkannyadan terakhir
adanya dua orang saksi. Dan rukun pernikahan ada dua yakni tidak adanya penghalang
menurut hukum islam tentang pernikahan dikedua belah pihak dan adanya pelaksanaan ijab
dan qobul.
Dari kasus itu dapat diambi kesimpulan bahwa penerimaan atau kesanggupan seseorang
wanita menurut islam sangat dianggap berharga, wanita dapat menentukan nasibnya sendiri
dalam menentukan pasangan hidupnya sendiri. Bahwa kasus dalam makalah ini dianggap sah dan
terbukti bahwa tidak adanya gugatan dari pihak manapun. Dan mereka menjalankan hubungan
pernikahan yang berjalan seperti seharusnya.

B. SARAN
Saran penulis mengenai kasus ini bahwa pernikahan yang telah diambil konsekuensinya
oleh pihak-pihak tersebut harus dapat bertanggungjawab sesuai dengan kebebasan yang
diberikan kepada masing-masing pihak, sebuah pernikahan adalah ikatan suci yang
senantiasa harus dijaga kemurnian dan kelangsungan yang sesuai dengan apa yang
ditentukan dalam hukum islam yang berada di al-qur’an dan Al-hadits sebagai pedoman
berumah-tangga yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
A. SUMBER UTAMA

Daud,Mohammad Ali.1991.Asas-asas Hukum Islam (pengantar ilmu hukum dan Tata Hukum
Islam Indonesia).Jakarta: Rajawali.

Mardani.2017.Hukum keluarga Islam di Indonesia. Jakarta: kencana.

Az-Zuhaili, Wahbah.2005. Kebebasan Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

B. PERUNDANG-UNDANGAN

Pasal 1 UURI nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan & Kompilasi Hukum Islam

C. SUMBER LAIN (EBOOK, JURNAL, DLL)

Ustazd Abu Bilal Juli Darmawan, 2016,1437 H), “proses akad nikah”, Retrieved From
www.ibnumajjah.com

D. ARTIKEL
https://www.tribunnews.com/regional/2019/08/19/heboh-pria-di-kalbar-nikahi-dua-wanita-
sekaligus-dengan-mahar-rp-10000-alasannya-mengharukan
E. SUMBER HUKUM ISLAM: AL-QURAN DAN HADITS
An-nisa (4) ayat 1

HR. Ibnu Hibban No.4075, Ad-darulqutni III/225, Al-Baihaqi VII/124, dan dishahihkan oleh Al-
Albani dalam Shahihul Jami’

Anda mungkin juga menyukai