Anda di halaman 1dari 13

SOAL DAN JAWABAN

BAB VII PERNIKAHAN

NAMA: MARTASYA ANGGELINA


KELAS: XII IPS 2
MATA PELAJARAN: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
GURU PENGAJAR: SUHADI S.Pd
1. Apa arti pernikahan
a. Menurut Syari’ah
b. Menurut Bahasa
c. Menurut Undang-Undang Pernikahan RI (UUPRI) Nomor 1 Tahun 1974
Jawaban:
A. Menurut Syari’ah
Di dalam Islam, pernikahan itu bukan hanya berbicara tentang hubungan pria dan wanita yang
diakui secara sah secara agama dan hukum negara, dan bukan hanya berbicara kebutuhan
biologis laki-laki dan perempuan saja, tetapi pernikahan dalam Islam sangat erat kaitannya
dengan kondisi jiwa manusia, kerohanian (lahir dan batin), nilai-nilai kemanusian, dan adanya
suatu kebenaran.Tidak hanya itu, pernikahan dalam pandangan Islam merupakan kewajiban dari
kehidupan rumah tangga yang harus mengikuti ajaran-ajaran keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah.
B. Menurut Bahasa
Pengertian pernikahan menurut bahasa berarti mengumpulkan, menggabungkan, atau
menjodohkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nikah diartikan sebagai perjanjian
antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi) atau pernikahan.
C. Menurut Undang-Undang Pernikahan RI (UUPRI) Nomor 1 Tahun 1974
Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaannya itu. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki seorang isteri. Seorang wanita hanya
boleh memiliki seorang suami.

2. Tulislah Al-Qur’an surah tentang pernikahan Ar-Rum/30:21. Beserta artinya


3. Tuliskan hokum pernikahan
Jawaban: Dalam fikih Islam, hukum nikah dibagi berdasarkan kondisi dan faktor pelakunya.
Menurut As-Sayyid Sabiq, hukum nikah dalam Islam adalah sebagai berikut:
1,Wajib:Hukum nikah menjadi wajib bagi orang yang sudah mampu menikah, memiliki nafsu
mendesak, dan takut terjerumus dalam perzinaan.
2.Sunah:Hukum nikah menjadi sunah jika orang yang nafsunya telah mendesak dan mampu
menikah tapi masih dapat menahan dirinya dari perbuatan zina.
3.Haram:Hukum nikah bisa jadi haram ketika seseorang tidak mampu memenuhi nafkah batin
dan lahirnya kepada istri serta nafsunya pun tidak mendesak.
4,Makruh:Hukum nikah makruh terjadi ketika seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu
memberi belanja kepada istrinya. Walaupun tidak merugikan istri, karena ia kaya dan tidak
mempunyai keinginan syahwat yang kuat.
5.Mubah:Hukum nikah menjadi mubah jika orang tersebut tidak terdesak oleh alasan-alasan
yang mengharamkan untuk menikah

4. Tuliskan tujuan pernikahan


Jawaban: a.Mengikuti Perintah Allah SWT
Tujuan nikah dalam Islam yang paling utama adalah menjalankan perintah Allah. Ini sesuai
dengan ayat Al Qur'an yang berbunyi:"Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. An-
Nur Ayat 32).
b.Memperoleh Ketenangan
Menikah juga memiliki tujuan agar memperoleh ketenangan hati. Ini sesuai dengan ayat Al
Qur'an yang berbunyi:"Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia ciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (QS al-Rum [30]: 21).
c.Tujuan menikah juga sebagai penyenang hati, membentuk pasangan suami-istri yang bertakwa
pada Allah SWT."Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa." (QS. Al-Furqon ayat 74).
d.Mendapat Keturunan yang Beriman
Tujuan pernikahan dalam Islam termasuk mendapatkan keturunan. Hal ini tercatat dalam Al
Qur'an yang berbunyi:"Allah menjadikan kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang
baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?."
(QS. An-Nahl ayat 72).

e.Pernikahan juga bertujuan untuk membangun generasi beriman. Hal ini sesuai dengan ayat Al
Qur'an yang berbunyi:"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya." (QS. At-Thur ayat 21).

5. Rukun dan syarat pernikahan


Jawaban: A.Rukun Pernikahan Dalam Islam
Setidaknya terdapat lima rukun nikah yang wajib dipenuhi oleh calon mempelai muslim yang
ingin melangsungkan pernikahan. Kelima rukun nikah tersebut antara lain:
1.Terdapat calon mempelai pria dan mempelai perempuan yang tidak terhalang secara syar’i.
Penghalang di sini adalah kedua mempelai tidak ada masih ada hubungan mahram.
2.Terdapat wali dari calon mempelai perempuan
3.Terdapat dua orang saksi laki-laki yang menyaksikan sah tidaknya akad
4.Diucapkan ijab dari pihak wali calon mempelai perempuan atau yang mewakilinya
5.Diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang mewakilinya.
Persaksian akad nikah tersebut berdasarkan dalil hadits secara marfu: “Tidak ada nikah kecuali
dengan adanya wali dan dua saksi yang adil.” (HR. Al-Khamsah kecuali An-Nasa`i).
B.Syarat Pernikahan dalam Islam
Selain harus memenuhi rukun nikah yang sudah dijelaskan di atas, ada syarat pernikahan dalam
Islam yang harus dipenuhi oleh kedua calon mempelai. Berikut ini syarat pernikahan dalam
Islam:
1.Beragama Islam
Syarat pertama yang harus dipenuhi dalam pernikahan menurut Islam adalah calon suami
maupun calon istri adalah beragama Islam disertai dengan nama dan orangnya. Tidaklah sah jika
seorang muslim menikahi seorang non-muslim dengan tata cara Islam (ijab kabul).
2.Bukan mahram
Syarat kedua yang harus dipenuhi dalam pernikahan Islam adalah kedua mempelai bukanlah
mahram. Hal ini menandakan tidak terdapat unsur penghalang perkawinan. Oleh karena itu,
sebelum menikah perlu menelusuri nasab pasangan yang akan dinikahi. Misalnya, jika di masa
kecil keduanya dibesarkan dan disusui oleh satu orang yang sama, maka keduanya dilarang
untuk menikah. Karena keduanya terikat secara mahram yakni satu sepersusuan. Saudara satu
persusuan haram untuk dinikahi.
3.Adanya wali bagi calon pengantin perempuan
Sebuah pernikahan secara Islam dikatakan sah apabila terdapat atau dihadiri oleh wali nikah bagi
calon pengantin perempuan. Syarat ini seperti yang dikatakan Nabi ‫ ﷺ‬dalam hadisnya
sebagai berikut:“Dari Abu Hurairah ia berkata, bersabda Rasulullah ‫ﷺ‬: ‘Perempuan tidak
boleh menikahkan (menjadi wali)terhadap perempuan dan tidak boleh menikahkan dirinya.”
(HR. ad-Daruqutni dan Ibnu Majah).Jika mempelai perempuan masih memiliki ayah kandung,
maka dialah pihak paling utama untuk menjadi wali nikah. Namun, jika ayah perempuan sudah
meninggal atau memiliki uzur tertentu bisa diwakilkan.
Wali nikah biasanya bisa diwakilkan oleh saudara kandung laki-laki (kakak atau adik mempelai)
yang ada di keluarga, atau juga laki-laki tertua yang ada di keluarga yang masih ada misalnya
kakek, paman dan seterusnya berdasarkan nasab. Jika wali nikah dari nasab keluarga tidak ada,
bisa dicarikan alternatifnya yakni wali hakim dengan syarat dan ketentuannya.
4.Dihadiri 2 orang saksi
Selain dihadiri oleh wali nikah untuk calon mempelai perempuan, nikah juga harus dihadiri oleh
2 orang saksi. Kedua orang saksi ini satu berasal dari pihak calon mempelai laki-laki, satu dari
calon mempelai perempuan. Seorang saksi pernikahan disyaratkan harus beragama Islam, baligh,
dan mengerti maksud akad.
5.Kedua mempelai sedang tidak berihram atau haji
Para jumhur ulama melarang nikah saat haji atau umrah (saat ihram). Syarat ini pernah
ditegaskan oleh seorang ulama dari mazhab Syafi’i yang menulis dalam kitab “Fathul Qarib al-
Mujib” yang menyebut salah satu larangan dalam haji adalah melakukan akad nikah maupun
menjadi wali dalam pernikahan:“Kedelapan (dari sepuluh perkara yang dilarang dilakukan ketika
ihram) yaitu akad nikah. Akad nikah diharamkan bagi orang yang sedang ihram, bagi dirinya
maupun bagi orang lain (menjadi wali)”
6.Tidak ada paksaan
Terakhir, syarat nikah yang tidak kalah penting adalah tidak adanya paksaan dari salah satu
pihak kepada pihak lain. Kedua belah pihak saling ridha, saling menyukai dan mencintai dan
sepakat untuk menikah. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah ‫ ﷺ‬dari Abu Hurairah ra
sebagai berikut:
“Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah atau dimintai pendapat, dan
tidak boleh seorang gadis dinikahkan sampai dimintai izinnya.” (HR Al Bukhari: 5136, Muslim:
3458).

6. Tuliskan pernikahan yang tidak sah, yang dilarang oleh agama


Jawaban: 3 Pernikahan yang Dilarang dalam Islam
1. Nikah asy Syighar
Nikah syigar maksudnya adalah pernikahan yang terjadi bila wali menikahkan gadis yang
diurusnya pada seorang pria dengan syarat dia menikahkannya pula dengan gadis yang
diurusnya. Menurut Firman Arifandi dalam buku Serial Hadits Nikah 2, praktiknya, pernikahan
ini dilakukan dengan cara tukar menukar anak perempuannya atau saudarinya untuk dijadikan
istri masing-masing tanpa ada mahar.Di dalam Islam, pernikahan seperti ini dianggap tidak sah
dan dilarang karena melanggar prinsip kesetaraan dalam pernikahan dan tidak menghormati hak-
hak individu wanita. Selain itu, pernikahan ini juga dianggap sebagai jenis pernikahan jahiliyyah
karena praktiknya dikenal jauh sejak sebelum ada syariat Islam.
2. Nikah Mut'ah
Nikah mut'ah dapat diartikan sebagai pernikahan sementara atau pernikahan dengan batasan
waktu tertentu (kontrak) yang disepakati antara pria dan wanita. Dalam Islam, nikah semacam ini
juga dilarang karena bertentangan dengan konsep pernikahan yang dianggap sebagai ikatan yang
langgeng dan membangun keluarga yang stabil.Nikah dalam Islam dimaksudkan untuk menjadi
ikatan yang abadi antara suami dan istri.
3. Nikah Muhallil
Nikah muhallil banyak digunakan di tengah masyarakat dengan tujuan untuk sekadar
menghalalkan pernikahan yang lain. Artinya, nikah itu sendiri hanya digunakan sebagai
perantaraan saja.Nikah muhallil merujuk pada pernikahan yang dilakukan oleh seorang suami
setelah ia telah menceraikan istrinya sebanyak tiga kali dan sang istri kemudian menikah dengan
pria lain, namun mereka bercerai sebelum pernah melakukan hubungan suami-istriJenis
pernikahan ini terbungkus seolah-olah sudah terjadi pernikahan namun pada hakikatnya cara ini
hanya siasat untuk menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah SWT.
7. Tuliskan orang orang yang haram dinikahi

Artinya, “Diharamkan bagi kalian menikahi (1) ibu-ibu kalian; (2) anak-anak perempuan kalian;
(3) saudara-saudara perempuan kalian; (4) bibi-bibi dari jalur ayah kalian; (5) bibi-bibi dari jalur
ibu kalian; (6) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki kalian; (7) anak-anak perempuan dari
saudara perempuan kalian; (8) ibu-ibu susuan kalian; (9) saudara-saudara perempuan kalian dari
satu susuan; (10) ibu-ibu dari para istri kalian; (11) anak-anak tiri kalian yang dalam perawatan
kalian dari para istri yang telah kalian setubuhi, bila kalian belum menyetubuhinya, maka tidak
ada dosa bagi kalian untuk menikahi anak tiri kalian dari mereka; (12) para istri dari anak laki-
laki kalian yang dari anak kandung kalian (bukan anak adopsi); dan (13) diharamkan bagi kalian
mengumpulkan dua saudara perempuan dalam satu pernikahan; kecuali pernikahan terhadap para
perempuan tersebut pada zaman Jahiliyah yang telah lewat. Sungguh Allah adalah Zat yang
Maha Mengampuni dan Maha Pengasih.” (An-Nisa’ ayat 23).

8. Apa arti talak, hukum talak, hadist yang menyatakan talak, contoh bahasa talak, macam
macam talak dan artinya
Jawaban: A.Arti Talak
Talak merupakan salah satu istilah yang berhubungan dengan perkawinan. Merujuk KBBI, talak
adalah perceraian antara suami dan istri; lepasnya ikatan perkawinan. Masih soal definisi talak,
Sudarsono dalam Hukum Perkawinan Nasional, menyebutkan talak adalah salah satu bentuk
pemutusan ikatan perkawinan dalam Islam karena sebab-sebab tertentu yang tidak
memungkinkan lagi bagi suami istri meneruskan hidup berumah tangga.Secara sederhana, talak
dapat diartikan sebagai permohonan yang diajukan seorang suami untuk menceraikan istrinya.
Ketentuan Pasal 66 ayat (1) UU 7/1989 menerangkan bahwa seorang suami yang beragama
islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk
mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak.
B. Hukum Talak
Ketentuan talak dalam hukum perkawinan di Indonesia diatur dalam Kompilasi Hukum Islam
(KHI). Terkait ini, Pasal 129 KHI menerangkan bahwa seorang suami yang menjatuhkan talak
kepada istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat
tinggal istri disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan
itu.Berdasarkan pasal tersebut, dapat dikatakan bahwa syarat jatuhnya talak harus dilakukan oleh
suami dan akan diakui secara hukum negara saat dilakukan atau diucapkan oleh suami di
Pengadilan Agama. Lalu, bagaimana jika talak di luar pengadilan?
Jika ditinjau dari aspek hukum formal, talak yang dijatuhkan di luar pengadilan sebatas sah
dalam hukum agama saja. Namun, tidak sah di mata hukum; baru akan sah jika dilakukan di
depan sidang pengadilan agama. Ini berarti menjatuhkan talak di luar pengadilan kepada istri
tidak serta-merta dapat mengakhiri ikatan perkawinan suami-istri di mata hukum.
C.Hadist yang Menyatakan Talak
D. Contoh Bahasa Talak
Ini bisa berupa ungkapan yang jelas (sharih), bisa juga berupa ungkapan sindiran
(kinayah).Maksud ungkapan jelas di sini, tidak ada makna lain selain makna talak.Sehingga
meskipun seseorang tidak memiliki niat untuk menjatuhkan talak dalam hati, jika yang
dipergunakan adalah ungkapan sharih maka talaknya jatuh.Contohnya, “Saya talak kamu,” atau
“Saya ceraikan kamu,” atau “Saya lepaskan kamu.”
Berbeda halnya dengan ungkapan kinayah. Sebagaimana diketahui, ungkapan kinayah mungkin
bermakna talak, mungkin pula bermakna lain.Sehingga talaknya akan jatuh manakala ada niat
talak dalam hati yang mengucapkanya. Artinya, jika tidak ada niat, maka talaknya tidak
jatuh.Contohnya, “Sekarang kamu bebas,” atau “Sekarang kamu lepas,” atau “Pergilah kamu ke
keluargamu!”Hanya saja, menurut Abu Hanifah, ungkapan kinayah yang cukup jelas, tetap tidak
memerlukan niat.Contohnya, “Engkau sekarang sudah jelas, bebas, lepas, dan haram (bagiku).
Maka pergilah dan pulanglah ke keluargamu!”
Pendapat ini juga didukung oleh Imam Malik.
Sementara menurut Imam Ahmad, makna atau konteks keadaan dalam semua ungkapan kinayah
menentukan status niat. (Lihat: al-Nawawi, Majmu‘ Syarh al-Muhadzab, Darul Fikr, Beirut,
Jilid17, hal. 104).Sejalan dengan ungkapan kinayah adalah ungkapan sharih yang dilontarkan
oleh seorang yang dipaksa.Maka jatuh dan tidaknya talak kembali kepada niat dalam hatinya.Jika
bersamaan dengan ungkapan itu ada niat, maka jatulah talaknya. Begitu pula sebaliknya.
Talak juga jatuh dengan ungkapan ta‘liq, seperti ungkapan seorang suami kepada istrinya, “Jika
engkau masuk lagi ke rumah laki-laki itu, maka engkau tertalak.”Jika istrinya benar-benar masuk
ke rumah tersebut, maka jatuhlah talaknya (lihat: Syekh Muhammad ibn Qasim, Fathul Qarib
[Semarang: Pustaka al-‘Alawiyyah], tanpa tahun, hal. 48).Kemudian talak juga jatuh dengan
ungkapan senda gurau atau main-main selama disengaja mengucapkannya sekalipun tak
disengaja maknanya (lihat: Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-Dimyathi, I‘anah al-
Thâlibîn, jilid 4, hal. 8).
E. Macam-macam Talak dan Artinya
A. Macam-macam Talak Berdasarkan Waktu Jatuhnya
1. Talak Munajjaz Talak tersebut dikatakan juga sebagai talak mu’ajjal. Dalam talak tersebut,
perceraian langsung berlaku saat suami mengucapkan kalimat talak ketika saat itu juga.
Ungkapan tersebut juga menandakan sebagai berakhirnya ikatan suami istri dan dianggap sah.
Sighat talak ini tidak boleh dilakukan dengan main-main. Sejauh ucapan keluar dari suami yang
sah menjatuhkan talak kepada istri yang sah dijatuhkan talak, maka akan sah talak itu. Jangan
pernah mencoba untuk menjatuhkan talak bila memang tidak berniat menalak.
2. Talak Mudhaf Penyandaran talak tersebut terdapat dalam waktu yang akan datang sesuai
dengan talak yang diucapkan oleh suami. Contohnya “engkau saya talak awal esok hari”. Talak
menjadi sah bila waktunya sudah tiba sesuai dengan sighat.Namun, talak ini tak berlaku untuk
waktu kemarin. Bila diucapkan talak untuk waktu sebelum hari esok, maka jatuhnya sebagai
talak munajjaz. Makanya, talak ini sudah sah saat itu juga.
3. Talak Mu’allaq Macam-macam talak yang satu ini mempersyaratkan sebuah hal supaya talak
menjadi sah. Talak mu’allaq dikatakan juga dengan talak ta’liq yang talaknya tergantung dengan
suatu masa mendatang. Ucapan talak yang satu ini umumnya ditambahkan dengan kata jika,
apabila, dan lainnya. Contohnya adalah ‘apabila kamu tidak melaksanakan puasa, maka kamu
saya talak’.
B. Macam-macam Talak dari Segi Jumlah
1. Talak Satu Talak satu adalah talak yang pertama kali diucapkan oleh sang suami kepada
istrinya dan hanya mengucapkan satu kata talak.
2. Talak Dua Talak dua adalah talak yang dijatuhkan oleh sang suami kepada istrinya yang kedua
kali atau untuk yang pertama kali tapi dengan dua talak sekaligus, contohnya adalah “engkau
saya talak dua”.
3. Talak Tiga Talak tiga merupakan talak yang diucapkan oleh suami kepada istrinya yang ketiga
kali. Bisa juga pertama kali diucapkan tapi langsung dengan menalak tiga. Misalnya adalah
“engkau saya talak dengan talak tiga”.
C. Macam-macam Talak Ditinjau dari Boleh Tidaknya Rujuk
1. Talak Raj’i Talak raj’i adalah sebuah talak yang boleh untuk melakukan rujuk kembali ketika
sang istri tengah dalam masa iddah. Tapi, bila sang istri sudah keluar dari masa iddah, rujuk
hanya boleh dilakukan dengan akad nikah yang baru. Jenis talak yang satu ini, suami hanya
mempunyai kesempatan untuk menjatuhkan talak 1 dan 2. Sementara yang ketiga talaknya akan
menjadi talak bain.
2. Talak Bain Talak bain terbagi menjadi dua bagian, yaitu talak bain sugra dan talak bain kubra.
Talak bain sugra adalah talak yang hilangnya kepemilikan mantan suami kepada sang istri. Tapi
diperbolehkan mantan suami untuk melakukan rujuk dengan akad nikah yang baru. Sementara
untuk talak bain kubra adalah talak tiga. Mantan suami tak boleh rujuk kembali, kecuali bila
mantan istrinya pernah menikah dengan laki-laki lain. Serta sudah digauli, kemudian diceraikan
oleh suami yang baru. Kemudian suami pertama boleh meminta rujuk kembali.

9. Arti rujuk dan bahasa rujuk


Jawaban: A. Arti Rujuk
Rujuk adalah bersatunya kembali sepasang suami dan istri dalam ikatan pernikahan jika seorang
suami memutuskan untuk rujuk dengan istrinya, keduanya tidak perlu melangsungkan akad
nikah. Merujuk ialah mengambil kembali istri yang sudah ditalak. Merujuk artinya bersatunya
kembali seorang suami kepada istri yang telah dicerai sebelum habis masa menunggu (iddah).
Merujuk hanya boleh dilakukan di dalam masa ketika suami boleh rujuk kembali kepada
isterinya (talak), yakni di antara talak satu atau dua.
B.Bahasa Rujuk
Ungkapan yang digunakan untuk rujuk bisa berupa kalimat sharih (jelas) atau ungkapan kinayah
(sindiran) disertai dengan niat.Contoh ungkapan sharih seperti “Engkau sudah dirujuk,”.
Sementara ungkapan kinayah contohnya “Aku menikah lagi denganmu,”.Ungkapan rujuk ini
tidak boleh diikuti dengan ta’liq atau batas waktu tertentu. Seperti ungkapan, “Aku rujuk
kepadamu jika engkau mau,” atau “Aku rujuk kepadamu selama satu bulan,”.

10. Arti iddah, jelaskan batasan iddah (lamanya iddah)


Jawaban: Menurut istilah, kata iddah ialah Sebutan/nama bagi suatu masa di mana seorang
wanita/menangguhkan perkawinan setelah ia ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah
diceraikan baik dengan menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru', atau
berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan.

11. Susunan dan urutan yang berhak menjadi wali nikah


Jawaban: Urutan yang berhak menjadi wali nikah ialah antara lain:
1. Bapak kandung
2. Kakek (bapak dari bapak)
3. Bapak dari kakek (buyut)
4. Saudara laki-laki sebapak seibu
5. Saudara laki-laki sebapak
6. Anak laki-laki daru saudara laki-laki sebapak seibu
7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
8. Paman (saudara laki-laki bapak sebapak seibu)
9. Paman sebapak (saudara laki-laki bapak sebapak)
10. Anak paman sebapak seibu
11. Anak paman sebapak
12. Cucu paman sebapak
13. Cucu paman sebapak
14. Paman bapak sebapak seibu
15. Paman bapak sebapak
16. Anak paman bapak sebapak seibu
17. Anak paman bapak sebapak

12. Kewajiban suami


Jawaban: Mengutip dari Nahdlatul Ulama, Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Al-Adab
fid Din dalam Majmu'ah Rasail al -Imam Ghazali (Kaira, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halam
442) menjelaskan tentang adab suami terhadap istri sebagai berikut:"Adab suami terhadap Istri,
yakni: berinteraksi dengan baik, bertutur kata yang lembut, menunjukkan cinta kasih, bersikap
lapang ketika sendiri, tidak terlalu sering mempersoalkan kesalahan, memaafkan jika istri
berbuat salah. Kemudian juga menjaga harta istri, tidak banyak mendebat, mengeluarkan biaya
untuk kebutuhan istri secara tidak bakhil (pelit), memuliakan keluarga istri, senantiasa memberi
janji yang baik, dan selalu bersemangat terhadap istri."

13. Kewajiban istri


Jawaban: Kewajiban istri ialah dengan
a. Akhlah perilaku yang baik seperti istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami, Istri taat dan
patuh terhadap suami, Mengatur rumah tangga dengan baik, Istri bergaul baik dengan keluarga
suami, Selalu hemat dan suka menabung, Tidak keluar rumah tanpa izin suami, Usahakan tidak
membebani suami dengan banyak menuntut, Bersikap selalu santun dan sabar.
b. Akhlak Istri dalam Bertutur Kata
Ketika berbicara hendaknya selalu bertutur kata dengan lemah lembut, sehingga dapat menarik
hati sang suami. Perkataan yang halus dan lembut dapat mendorong suami untuk menjaga
keutuhan serta keharmonisan rumah tangga.Sebab, perkataan yang lembut dan manis akan
membuat hubungan rumah tangga semakin erat. Hal ini tidak hanya berlaku untuk istri,
melainkan suami juga harus bertutur kata lemah lembut.
c. Akhlak Istri dalam Bergaul dengan Suami
Berdandan dan mengenakan wewangian ketika hendak tidur, menyikat gigi, jangan sampai mulut
berbau tidak sedap.Bersolek ketika suami berada di rumah, bukan hanya ketika pergi keluar
rumah.Tidak boleh menolak ajakan suami.
14. Apa arti dari
a. Illa’
b. Li’an
c. Dzihar
d. Khuluq
Jawaban: a. Illa’
Secara bahasa, ila’ merupakan bentuk masdar dari kata ala-yu’li yang berarti ‘sumpah’.
Kemudian, secara historis, seperti halnya zhihar, ila’ merupakan bagian dari talak yang berlaku
pada zaman Jahiliyah. Secara terminologis, ila’ adalah sumpah seorang suami yang memiliki hak
talak untuk tidak menggauli istrinya, baik dalam tempo tak terbatas maupun dalam tempo empat
bulan. Karena itu, mengenai syarat dan rukun sumpah ila’, berlaku syarat dan rukun sumpah
pada umumnya yang menggunakan asma Allah, yaitu: (1) al-halif atau orang yang bersumpah;
(2) al-mahluf bihi (yang dijadikan sumpah), yakni nama Allah; (3). al-mahluf ‘alaih atau objek
sumpah, yaitu jimak; (4) muddah atau tempo waktu.
b. Li’an
li'an menurut Hukum Islam yaitu sumpah suami yang menuduh istrinya berzina, sedangkan dia
tidak mampu mendatangkan empat orang saksi.
c. Dzihar
Zihar menurut bahasa adalah punggung dari segala sesuatu sedangkan menurut istilah adalah
menyerupakan istrinya atau anggota tubuhnya dengan wanita yang diharamkan untuk dinikahi –
walaupun untuk waktu tertentu- atau anggota tubuhnya.
d. Khuluq
Definisi khulu' menurut pendapat mazhab Maliki adalah, talak dengan 'iwadh, baik talak ini
berasal dari istri maupun dari orang lain yang selain istri yang terdiri dari wali ataupun orang
lain, atau talak yang diucapkan dengan lafal khulu'.

Anda mungkin juga menyukai