e.Pernikahan juga bertujuan untuk membangun generasi beriman. Hal ini sesuai dengan ayat Al
Qur'an yang berbunyi:"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya." (QS. At-Thur ayat 21).
Artinya, “Diharamkan bagi kalian menikahi (1) ibu-ibu kalian; (2) anak-anak perempuan kalian;
(3) saudara-saudara perempuan kalian; (4) bibi-bibi dari jalur ayah kalian; (5) bibi-bibi dari jalur
ibu kalian; (6) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki kalian; (7) anak-anak perempuan dari
saudara perempuan kalian; (8) ibu-ibu susuan kalian; (9) saudara-saudara perempuan kalian dari
satu susuan; (10) ibu-ibu dari para istri kalian; (11) anak-anak tiri kalian yang dalam perawatan
kalian dari para istri yang telah kalian setubuhi, bila kalian belum menyetubuhinya, maka tidak
ada dosa bagi kalian untuk menikahi anak tiri kalian dari mereka; (12) para istri dari anak laki-
laki kalian yang dari anak kandung kalian (bukan anak adopsi); dan (13) diharamkan bagi kalian
mengumpulkan dua saudara perempuan dalam satu pernikahan; kecuali pernikahan terhadap para
perempuan tersebut pada zaman Jahiliyah yang telah lewat. Sungguh Allah adalah Zat yang
Maha Mengampuni dan Maha Pengasih.” (An-Nisa’ ayat 23).
8. Apa arti talak, hukum talak, hadist yang menyatakan talak, contoh bahasa talak, macam
macam talak dan artinya
Jawaban: A.Arti Talak
Talak merupakan salah satu istilah yang berhubungan dengan perkawinan. Merujuk KBBI, talak
adalah perceraian antara suami dan istri; lepasnya ikatan perkawinan. Masih soal definisi talak,
Sudarsono dalam Hukum Perkawinan Nasional, menyebutkan talak adalah salah satu bentuk
pemutusan ikatan perkawinan dalam Islam karena sebab-sebab tertentu yang tidak
memungkinkan lagi bagi suami istri meneruskan hidup berumah tangga.Secara sederhana, talak
dapat diartikan sebagai permohonan yang diajukan seorang suami untuk menceraikan istrinya.
Ketentuan Pasal 66 ayat (1) UU 7/1989 menerangkan bahwa seorang suami yang beragama
islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk
mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak.
B. Hukum Talak
Ketentuan talak dalam hukum perkawinan di Indonesia diatur dalam Kompilasi Hukum Islam
(KHI). Terkait ini, Pasal 129 KHI menerangkan bahwa seorang suami yang menjatuhkan talak
kepada istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat
tinggal istri disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan
itu.Berdasarkan pasal tersebut, dapat dikatakan bahwa syarat jatuhnya talak harus dilakukan oleh
suami dan akan diakui secara hukum negara saat dilakukan atau diucapkan oleh suami di
Pengadilan Agama. Lalu, bagaimana jika talak di luar pengadilan?
Jika ditinjau dari aspek hukum formal, talak yang dijatuhkan di luar pengadilan sebatas sah
dalam hukum agama saja. Namun, tidak sah di mata hukum; baru akan sah jika dilakukan di
depan sidang pengadilan agama. Ini berarti menjatuhkan talak di luar pengadilan kepada istri
tidak serta-merta dapat mengakhiri ikatan perkawinan suami-istri di mata hukum.
C.Hadist yang Menyatakan Talak
D. Contoh Bahasa Talak
Ini bisa berupa ungkapan yang jelas (sharih), bisa juga berupa ungkapan sindiran
(kinayah).Maksud ungkapan jelas di sini, tidak ada makna lain selain makna talak.Sehingga
meskipun seseorang tidak memiliki niat untuk menjatuhkan talak dalam hati, jika yang
dipergunakan adalah ungkapan sharih maka talaknya jatuh.Contohnya, “Saya talak kamu,” atau
“Saya ceraikan kamu,” atau “Saya lepaskan kamu.”
Berbeda halnya dengan ungkapan kinayah. Sebagaimana diketahui, ungkapan kinayah mungkin
bermakna talak, mungkin pula bermakna lain.Sehingga talaknya akan jatuh manakala ada niat
talak dalam hati yang mengucapkanya. Artinya, jika tidak ada niat, maka talaknya tidak
jatuh.Contohnya, “Sekarang kamu bebas,” atau “Sekarang kamu lepas,” atau “Pergilah kamu ke
keluargamu!”Hanya saja, menurut Abu Hanifah, ungkapan kinayah yang cukup jelas, tetap tidak
memerlukan niat.Contohnya, “Engkau sekarang sudah jelas, bebas, lepas, dan haram (bagiku).
Maka pergilah dan pulanglah ke keluargamu!”
Pendapat ini juga didukung oleh Imam Malik.
Sementara menurut Imam Ahmad, makna atau konteks keadaan dalam semua ungkapan kinayah
menentukan status niat. (Lihat: al-Nawawi, Majmu‘ Syarh al-Muhadzab, Darul Fikr, Beirut,
Jilid17, hal. 104).Sejalan dengan ungkapan kinayah adalah ungkapan sharih yang dilontarkan
oleh seorang yang dipaksa.Maka jatuh dan tidaknya talak kembali kepada niat dalam hatinya.Jika
bersamaan dengan ungkapan itu ada niat, maka jatulah talaknya. Begitu pula sebaliknya.
Talak juga jatuh dengan ungkapan ta‘liq, seperti ungkapan seorang suami kepada istrinya, “Jika
engkau masuk lagi ke rumah laki-laki itu, maka engkau tertalak.”Jika istrinya benar-benar masuk
ke rumah tersebut, maka jatuhlah talaknya (lihat: Syekh Muhammad ibn Qasim, Fathul Qarib
[Semarang: Pustaka al-‘Alawiyyah], tanpa tahun, hal. 48).Kemudian talak juga jatuh dengan
ungkapan senda gurau atau main-main selama disengaja mengucapkannya sekalipun tak
disengaja maknanya (lihat: Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-Dimyathi, I‘anah al-
Thâlibîn, jilid 4, hal. 8).
E. Macam-macam Talak dan Artinya
A. Macam-macam Talak Berdasarkan Waktu Jatuhnya
1. Talak Munajjaz Talak tersebut dikatakan juga sebagai talak mu’ajjal. Dalam talak tersebut,
perceraian langsung berlaku saat suami mengucapkan kalimat talak ketika saat itu juga.
Ungkapan tersebut juga menandakan sebagai berakhirnya ikatan suami istri dan dianggap sah.
Sighat talak ini tidak boleh dilakukan dengan main-main. Sejauh ucapan keluar dari suami yang
sah menjatuhkan talak kepada istri yang sah dijatuhkan talak, maka akan sah talak itu. Jangan
pernah mencoba untuk menjatuhkan talak bila memang tidak berniat menalak.
2. Talak Mudhaf Penyandaran talak tersebut terdapat dalam waktu yang akan datang sesuai
dengan talak yang diucapkan oleh suami. Contohnya “engkau saya talak awal esok hari”. Talak
menjadi sah bila waktunya sudah tiba sesuai dengan sighat.Namun, talak ini tak berlaku untuk
waktu kemarin. Bila diucapkan talak untuk waktu sebelum hari esok, maka jatuhnya sebagai
talak munajjaz. Makanya, talak ini sudah sah saat itu juga.
3. Talak Mu’allaq Macam-macam talak yang satu ini mempersyaratkan sebuah hal supaya talak
menjadi sah. Talak mu’allaq dikatakan juga dengan talak ta’liq yang talaknya tergantung dengan
suatu masa mendatang. Ucapan talak yang satu ini umumnya ditambahkan dengan kata jika,
apabila, dan lainnya. Contohnya adalah ‘apabila kamu tidak melaksanakan puasa, maka kamu
saya talak’.
B. Macam-macam Talak dari Segi Jumlah
1. Talak Satu Talak satu adalah talak yang pertama kali diucapkan oleh sang suami kepada
istrinya dan hanya mengucapkan satu kata talak.
2. Talak Dua Talak dua adalah talak yang dijatuhkan oleh sang suami kepada istrinya yang kedua
kali atau untuk yang pertama kali tapi dengan dua talak sekaligus, contohnya adalah “engkau
saya talak dua”.
3. Talak Tiga Talak tiga merupakan talak yang diucapkan oleh suami kepada istrinya yang ketiga
kali. Bisa juga pertama kali diucapkan tapi langsung dengan menalak tiga. Misalnya adalah
“engkau saya talak dengan talak tiga”.
C. Macam-macam Talak Ditinjau dari Boleh Tidaknya Rujuk
1. Talak Raj’i Talak raj’i adalah sebuah talak yang boleh untuk melakukan rujuk kembali ketika
sang istri tengah dalam masa iddah. Tapi, bila sang istri sudah keluar dari masa iddah, rujuk
hanya boleh dilakukan dengan akad nikah yang baru. Jenis talak yang satu ini, suami hanya
mempunyai kesempatan untuk menjatuhkan talak 1 dan 2. Sementara yang ketiga talaknya akan
menjadi talak bain.
2. Talak Bain Talak bain terbagi menjadi dua bagian, yaitu talak bain sugra dan talak bain kubra.
Talak bain sugra adalah talak yang hilangnya kepemilikan mantan suami kepada sang istri. Tapi
diperbolehkan mantan suami untuk melakukan rujuk dengan akad nikah yang baru. Sementara
untuk talak bain kubra adalah talak tiga. Mantan suami tak boleh rujuk kembali, kecuali bila
mantan istrinya pernah menikah dengan laki-laki lain. Serta sudah digauli, kemudian diceraikan
oleh suami yang baru. Kemudian suami pertama boleh meminta rujuk kembali.